I. PENJELASAN MATERI
Gaya antarmolekul adalah gaya aksi antara molekul-molekul yang menimbulkan
tarikan antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan. Pada suhu tertentu, kekuatan tarikan
antarmolekul menentukan wujud zat, yaitu gas, cair, atau padat. Dalam fasa gas, pada suhu
tinggi dan tekanan yang relatif rendah (jauh di atas titik didihnya), molekul-molekul
benarbenar berdiri sendiri, tidak ada gaya tarik antarmolekul. Akan tetapi, pada suhu yang
relatif rendah dan tekanan yang relatif tinggi, yaitu mendekati titik embunnya, terdapat suatu
gaya tarik-menarik antarmolekul. Kekuatan gaya antarmolekul lebih lemah dibandingkan
ikatan kovalen maupun ikatan ion. Ikatan kimia merupakan gaya tarik menarik di antara
atom-atom yang berikatan, sedangkan gaya antarmolekul merupakan gaya tarik-menarik di
antara molekul. Berikut akan dibahas jenis gaya antarmolekul, yaitu gaya Van Der Waals dan
ikatan hidrogen.
1. Gaya Van der waals
Gaya Van Der Waals merupakan gaya tarik-menarik antarmolekul yang relatif lemah,
berupa gaya disperse (gaya London), gaya dipol-dipol, dan gaya dipol-dipol terimbas.
1) Gaya tarik-menarik dipol sesaat-dipol terimbas (Gaya London = Gaya Dispersi)
Gaya dispersi merupakan gaya tarik-menarik yang terjadi antarmolekul yang barsifat
nonpolar. Antarmolekul nonpolar terjadi tarik-menarik yang lemah akibat terbentuknya
dipol sesaat. Perpindahan elektron dari suatu daerah ke daerah lainnya menyebabkan
suatu molekul yang secara normal bersifat nonpolar menjadi polar, sehingga terbentuk
suatu dipol sesaat. Dipol sesaat pada suatu molekul dapat mengimbas pada molekul di
sekitarnya, sehingga membentuk suatu dipol terimbas. Hasilnya adalah suatu gaya
tarik-menarik antarmolekul yang lemah, seperti yang digambarkan berikut:
Kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau untuk mengimbas
suatu molekul disebut polarisabilitas. Polarisabilitas berkaitan dengan massa molekul
relatif (Mr) dan bentuk molekul. Pada umumnya, makin banyak jumlah elektron dalam
molekul, makin mudah mengalami polarisasi.
2) Gaya tarik dipol-dipol
Gaya tarik dipol-dipol terjadi pada molekul yang mengalami dipol permanen, yaitu
pada molekul-molekul yang bersifat polar. Dalam zat polar, molekul-molekulnya
cenderung menyusun diri dengan ujung (pol) positif berdekatan dengan ujung (pol)
negatif dari molekul di dekatnya. Gaya tarik dipol-dipol lebih kuat dibandingkan gaya
dispersi (gaya London), sehingga zat polar cenderung mempunyai titik cair dan titik
didih lebih tinggi dibandingkan zat nonpolar yang massa molekulnya kira-kira sama.
Gambar 1b. susunan dipol-dipol dalam senyawa polar
3) Gaya tarik dipol-dipol terimbas
Gaya tarik dipol-dipol terimbas terjadi di antara molekul polar dengan molekul
nonpolar. Dipol dari molekul polar akan mengimbas molekul nonpolar sekitarnya,
sehingga molekul nonpolar akan mengalami dipol sesaat. Misalnya molekul HCl
dengan molekul Cl2.
2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah ikatan yang terbentuk antara molekul-molekul polar yang
mengandung atom H dan atom yang memiliki keelektronegatifan tinggi, seperti F, O, N
dan Cl. Pada molekul H2O, ujung molekul H lebih positif dan ujung molekul O lebih
negatif. Sehingga, antara atom H pada molekul pertama dengan atom O pada molekul
yang lain terjadi ikatan hidrogen.
Gambar 2b. Titik didih hidrida golongan IVA, VA, VIA, dan VIIA
Fakta tersebut menunjukkan adanya gaya tarik-menarik antarmolekul yang sangat kuat
dalam senyawa-senyawa tersebut. Walaupun molekul HF, H2O, dan NH3 bersifat polar,
gaya dipol-dipolnya tidak cukup kuat untuk menerangkan titik didih yang mencolok
tinggi itu. Perilaku tersebut disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen.