Anda di halaman 1dari 2

Pentingnya Melestarikan Budaya

By : Rofif Taqy Yassar

Suatu ketika, di SMP Negeri 1 Banguntapan. Pembelajaran di sana terasa


menyenangkan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 14.45. Bel pun berbunyi,
tanda jam pelajaran sudah selesai. Seketika para murid berdoa dan mulai
berhamburan keluar sekolah. Terlihat trio brother keluar sekolah sambil mengobrol.

“Oii dam, kamu sudah paham belum yang tadi diterangkan Pak Sol,” tanya Reza.

“Kalau yang tentang tekanan hidrostatik sudah paham kalau yang lain belum,” jawab
Adam dengan santai.

“Lah itu masih mending, aku aja gak paham,” sahut Ega dengan cemberut.

“Makanya Ga jangan ngurusin ternak ayam mulu, bagi juga waktunya untuk belajar,”
kata Reza sambil tertawa.

Saking asiknya mereka mengobrol, mereka tidak menyadari bahwa di depan


mereka ada Bu April yang sedang keluar dari kelas lain. Alhasil itu membuat mereka
menabrak Bu April dan barang – barang yang dibawanya terjatuh. Mereka pun kaget
dan mulai meminta maaf.

“Kula Lan rencang Kula nyuwun ngapura Bu,” kata Adam menundukkan kepala diikuti
Ega dan Reza.

“Wes rapopo, Iki kok iseh do ing kene, rung di petuk po?” tanya Bu April.

“Dereng dipetuk Bu,” jawab mereka serempak.

“Yowes nek ngono, tulung ewangi Bu Guru nggawake barang iki !”

“Nggih Bu, hehehe,” jawab mereka serempak.

Akhirnya mereka pun membantu Bu April membawa barang – barang tersebut.


Sesampainya di kantor mereka meletakan barang – barang tadi di mejanya Bu April.
Secara tak sengaja Adam melihat sebuah tulisan yang belum pernah dia lihat atau
pelajari. Karena rasa keingintahuannya tinggi dia pun bertanya kepada Bu April.

“Bu badhe nyuwun pirsa niku apa nggih?” Tanya Adam ke kertas yang tulisannya
menurutnya aneh.
“Oh kuwi Aksara Jawa,” jawab Bu April,”Opo kowe rung tau diajari po kok ra reti?”
tanya balik Bu April dijawab geleng-geleng sama Adam.

Akhirnya Bu April pun menjelaskan apa itu Aksara Jawa. Mulai dari sejarah hingga
cara penggunaannya. Mereka bertiga ikut menyimak apa yang dijelaskan Bu April.
Setelah selesai menjelaskan, Ega pun bertanya.

“Oh ngeten Bu, menawi iku budaya awakdewe kok mboten di gunakake sedaerahan
Bu?” tanya Ega bingung.

“Kok ora digunakake amarga sek paham iseh rung akeh,” jawab Bu April.

“Lha nek ngeten iku kok awakdewe sinau Aksara Jawa bu?” tanya Ega lagi.

“Awakdewe sinau Iki yo dinggo ngelestarikake budayane awakdewe walaupun


kanggo,” “Karo supaya budayane awakdewe Iki ora diaku karo negara liya,” lanjutnya.

“Oalah nuwun Bu, wes mboten puyeng Kula,” kata Ega,”Kula lan rencang nyuwun
pamit budhal sekolah Bu sampun dipetuk”.

“Yowis le ngati – ati,” jawab Bu April.

Akhirnya mereka pun keluar dari kantor sambil mengobrol.

“Rupanya budaya kita juga banyak ya,” kata Reza.

“Iya, gak nyangka kalau kita punya Aksara Jawa,” jawab Adam

Sesampainya di depan gerbang sekolah, mereka pun berpamitan. Mereka pun


langsung pulang ke rumah masing – masing.

Anda mungkin juga menyukai