143-153
ABSTRAK
Greenpeace Indonesia adalah organisasi internasional yang bergerak dalam mengkampanyekan lingkungan. Terdapat
berita negatif tentang Greenpeace di media online. Tujuan penelitian ini untuk menjabarkan strategi media relations
Greenpeace Indonesia dalam meningkatkan citra organisasi. Pendekatan penelitian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukan Strategi dalam meningkatkan citra yang dilakukan ialah memilah berita yang
dapat menjadi masalah yang signifikan bagi organisasi, kemudian jika iya, Greenpeace menggunakan hak jawab untuk
mengklarifikasi dengan memberikan fakta. Strategi media relations yang dilakukan mengamati media, menjaga
komunikasi, memperlakukan wartawan selayaknya teman, mengundang wartawan untuk bertemu informal, dan
memberikan informasi program-program kegiatan sebelum dilakukan. Media relations yang dilakukan adalah press
conference, press briefing, media gathering, press release, press tour, special event, dan wawancara pers.
Kata kunci: Public Relations, Strategi Media Relations, Citra Positif, Lingkungan.
ABSTRACT
Greenpeace Indonesia is an international organization engaged in environmental campaigning. There is negative news
about Greenpeace in the online media. The purpose of this research is to describe the media relations strategy of
Greenpeace Indonesia in improving the image of the organization. The research approach used by the researchers is a
qualitative approach. The results showed the strategy in enhancing the image carried out was to sort out the news that
could be a significant problem for the organization, then Greenpeace uses the right of reply to clarify by providing facts.
Media relations strategy was monitoring the media, maintaining communication, treating journalists as friends, inviting
journalists to meet informally, and providing information on activity programs before they are carried out. Media
relations carried out are press conferences, press briefings, media gatherings, press releases, press tours, special events
and press interviews.
kampanye yang dilakukan meliputi masalah diharapkan, seorang public relations perlu
lingkungan yakni kehutanan, air, energi, dan memiliki strategi media relations. Dengan
kelautan (Greenpeace Indonesia, 2020). strategi yang tepat dan efektif dapat
Sebagai organisasi yang berdiri di menciptakan dan mempertahankan ikatan
tengah lingkungan masyarakat tentu yang baik antara organisasi dengan institusi
berpotensi terhadap gesekan dan konflik, baik media, sehingga mereka mau
dari internal maupun dari eksternal organisasi. mempublikasikan informasi yang diberikan
Guna mencegah dan menangani tekanan- public relations dan cenderung tidak membuat
tekanan dan konflik yang mungkin akan terjadi berita negatif tentang organisasi (Sholikhah,
biasanya organisasi membentuk bidang 2016).
dengan fungsi manajemen khusus seperti Membangun relasi dengan media
public relations, seperti yang dinyatakan massa atau biasa disebut dengan media
Cutlip, Allen, & Gleen M (2009) bahwa public relations sangatlah penting bagi organisasi,
relations sebagai fungsi manajemen yang begitupun sebaliknya. Informasi dari media
membangun dan mempertahankan hubungan massa dapat mempengaruhi opini publik
baik antara organisasi dengan publik yang karena jangkauannya yang cukup luas. Dengan
mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan berkembangnya opini publik kemudian
organisasi, adapun bidang khusus public terbentuklah citra perusahaan di mata
relations yaitu media relations atau disebut khalayak. Untuk mendapatkan citra yang
sebagai media campaigner di dalam diinginkan maka, diperlukan strategi media
Greenpeace. Public Relations harus selalu relations yang cepat dan tepat (Sholikhah,
menjalin hubungan baik dengan stakeholder 2016).
internal maupun eksternal, salah satunya Indonesia merupakan negara dengan
dengan institusi media dan wartawan. Salah hutan yang sangat luas, kondisi tersebut
satu tujuan organisasi yaitu agar dapat dikenal, kemudian mendasari Greenpeace untuk
diketahui, dan mendapat dukungan publik, menyelamatkan dan melindungi hutan
maka dari itu public relations melakukan Indonesia. Dengan berbagai upaya kampanye
kegiatan media relations agar penyiaran yang banyak dilakukan seperti, kampanye
informasi perusahaan menjadi luas sehingga polusi udara akibat pabrik, pejanjian laut, dan
dapat meningkatkan pengetahuan dan melakukan protes pada perusahaan-
pemahaman publik terhadap perusahaan perusahaan kelapa sawit yang dituduh
(Saputra & Nasrullah, 2011). melakukan deforestasi yaitu, mengalihkan
Public relations memerlukan media fungsi hutan menjadi lahan pertanian,
massa guna mempublikasikan informasi dan pembangunan infrastruktur, pertambangan
media massa memerlukan public relations atau permukiman. Kejadian ini bisa
sebagai narasumber beritanya. Namun disebabkan secara alami oleh alam ataupun
wartawan kerap memandang public relations perbuatan manusia seperti kebakaran hutan
memberikan informasi berdasarkan yang disengaja maupun tidak disengaja
kepentingan perusahaan saja, tidak (Hidayat, 2008). Namun, aksi Greenpeace
berdasarkan dengan fakta yang sebenarnya. tersebut tidak selamanya mendapat jawaban
Anggapan dari wartawan tersebut baik salah satunya oleh kampanye terhadap
menyebabkan tulisan public relations kelapa sawit.
diabaikan dan tidak dimuat dalam media massa Terdapat berita online negatif
(Sterne, 2010). Maka dari itu, untuk Greenpeace berjudul “Greenpeace dinilai
mendapatkan publisitas sesuai dengan yang Tabrak Regulasi”. Kampanye yang dilakukan
COMMUNICATION, VOL. 12 NO.2 OKTOBER 2021. 143-153 145
komunikasi antara organisasi dengan publik hubungan baik berlandaskan atas saling
untuk mencapai tujuan organisasi (Iriantara, pengertian .
2005). Philip Lesly berpendapat media Adapun bentuk-bentuk kegiatan media
relations ialah hubungan dengan media guna relations menurut Soemirat & Ardianto (2003)
melakukan publisitas atau merespon yaitu: a) Press Conference, kegiatan ini
kepentingan media terhadap kepentingan dilakukan apabila ada informasi yang ingin
organisasi (Saputra & Nasrullah, 2011). disampaikan oleh perusahaan,
Dalam penelitian yang dilakukan oleh diselenggarakannya peristiwa yang penting,
Amelia & Bhernadetta (2013) dikatakan tujuan atau adanya permintaan dari media atau pers,
utama menjalin media relations bukan hanya dalam pertemuan ini dihadiri oleh wartawan
demi kepentingan citra namun lebih dari itu, dan perwakilan perusahaan, b) Press briefing,
ialah menciptakan pemahaman dan pola pikir kegiatan ini dilakukan ketika PR ingin
negatif menjadi positif, yang semula tidak tahu memberikan informasi kegiatan yang baru saja
menjadi tahu sehingga terjadi perubahan sikap dilakukan, juga terdapat sesi tanya jawab
dan perilaku publik kepada organisasi. apabila wartawan ingin menggali informasi
Berdasarkan pengertian tersebut dapat lebih detail, c) Press Tour, kegiatan yang
disimpulkan media relations ialah upaya- dilakukan secara informal guna menjalin
upaya yang dilakukan oleh PR guna keakraban, mengajak wartawan ke suatu
mendapatkan penyiaran seluas-luasnya guna daerah untuk menikmati wisata, d) Press
kepentingan perusahaan menjangkau public, Release, informasi yang dibuat oleh PR dalam
mempererat ikatan dengan media massa atau bentuk berita yang diharapkan mendapat
wartawan surat kabar, radio, televisi dan penyiaran di media massa, e) Special Event,
majalah. Hubungan antara keduanya harus kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan
tetap erat, terjaga dan bersifat profesional banyak orang serta mengetahui selera publik,
sehingga pesan yang dibuat PR baik iklan seperti ulang tahun perusahaan, seminar,
maupun berita akan diproses media massa dan pameran, dan open house. Biasanya organisasi
dipublikasikan ke khalayak. Dapat dikatakan mengundang pers untuk meliput kegiatan, f)
hubungan keduanya saling membutuhkan, PR Press Luncheon, kegiatan jamuan makan siang
membutuhkan media sebagai sarana publikasi, bersama dengan perwakilan pers. Pada
sebaliknya media juga membutuhkan PR kegiatan ini pers bisa mengenal lebih dekat
sebagai sumber akurat dari informasi yang dia para pejabat PR, menjalin hubungan baik dan
butuhkan, hubungan ini bisa diartikan sebagai mengetahui perkembangan perusahaan, g)
simbiosis mutualisme. Wawancara Pers, dilakukan lebih pribadi, pers
Tujuan dilakukan media relations melakukan wawancara langsung dengan PR
menurut Wardhani (2008) ada 5 (lima) yaitu: atau wakil organisasi yang bersangkutan untuk
(1) untuk mempublikasikan informasi kegiatan menggali informasi dan sifatnya interpersonal
yang dilakukan organisasi, ini merupakan (Ardianto, 2011).
langkah yang tepat untuk diketahui publik; (2) Citra
untuk mendapatkan sarana publikasi untuk Citra menurut Frank Jeffkins ialah
kepentingan organisasi; (3) untuk kesan seseorang atau individu tentang sesuatu
mendapatkan feedback dari publik atas yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan
kegiatan dan upaya yang dilakukan organisasi; dan pengalaman (Nova, 2011). Rosady
(4) sebagai data untuk menilai secara tepat berpendapat citra merupakan seperangkat
situasi atau permasalahan yang mempengaruhi keyakinan, ide, dan kesan seseorang terhadap
keberhasilan organisasi; dan (5) membangun suatu objek tertentu (Ruslan, 2010).
COMMUNICATION, VOL. 12 NO.2 OKTOBER 2021. 143-153 148
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Moleong (2007) triangulasi adalah teknik yang
purposive dan snowball, teknik pengumpulan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
data secara triangulasi (gabungan), analisis guna keperluan pengecekan atau pembanding.
data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil Peneliti berusaha menggali data dari berbagai
penelitian lebih menekankan pada makna sudut pandang, melakukan pengamatan,
(Sugiyono, 2016). mengambil benang merah dari pengamatan
Metode pengumpulan data menurut tersebut kemudian menghubungkan
Riduwan (2007) adalah teknik yang digunakan keduanya.Penelitian ini menggunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data, triangulasi data berupa data dari hasil
berkaitan erat dengan permasalahan yang ingin wawancara dan studi literatur. Triangulasi
dipecahkan. Dalam penelitian ini ada 2 jenis metode juga digunakan berupa metode
data yaitu data primer dan data sekunder. Data wawancara, dan studi literatur.
primer didapat berdasarkan wawancara
mendalam peneliti dan informan. Data HASIL DAN PEMBAHASAN
sekunder didapat dengan studi literatur antara Kegiatan media relations yang dilakukan
lain press realese Greenpeace Indonesia, Greenpeace Indonesia
artikel online, dan jurnal penelitian mengenai Bidang media campaigner Greenpeace
strategi media relations. Indonesia adalah pihak yang melakukan
Metode pemilihan informan kegiatan media relations, karena
menggunakan purposive sampling melaksanakan fungsi menyebarluaskan
berdasarkan kriteria tertentu yang paling informasi dan kerja sama dengan media dan
memahami objek penelitian (Sugiyono, 2016). wartawan dengan tujuan tercapainya pesan
Kriteria informan yaitu mereka yang bertugas kampanye yang sedang dilakukan,
melaksanakan kegiatan media relations dan mendapatkan dukungan publik, dan citra
menjalin hubungan dengan wartawan, terikat organisasi yang positif.
secara penuh dan aktif dalam organisasi Kegiatan yang dilakukan public
Greenpeace. relations mengenai media relations merujuk
Tabel. 1 Informan Penelitian pada teori yang dijelaskan oleh (Ardianto,
Nama Type Jabatan
2011). Sesuai dengan pernyataan Afif Saputra,
Afif Key Informan Manager Media
Saputra Campaigner selaku manager media campaigner
Greenpeace Indonesia Greeenpeace Indonesia melakukan press
Deby Informan 1 Tim Media Campaigner
Natalia Greenpeace Indonesia conference dengan mengundang wartawan
Ichwan Informan 2 Jurnalis Kompas secara umum, bertujuan untuk
Susanto menyebarluaskan informasi kampanye dan
Teknik analisis data ini dilakukan fakta-fakta yang didapatkan di lapangan.
dengan cara data yang telah didapat diproses Kegiatan Press Conference dilakukan selama
terlebih dahulu dengan melalui reduksi data 2 jam di hotel, restaurant, atau di tempat
(pencatatan, pengetikan dan penyuntingan). tertentu sesuai dengan isu kampanye yang
Kemudian melakukan penyajian data yang ingin disampaikan, adapun agenda
dikualifikasikan dalam kategori-kategori kegiatannya mulai dari penjabaran materi dari
tertentu sesuai dengan keabsahannya narasumber, sesi tanya jawab dan makan siang.
menggunakan open coding, axial coding dan Greenpeace melakukan press briefing
selective coding. Setelah itu hasil data dengan tujuan agar wartawan dapat lebih
dianalisis kemudian ditarik kesimpulan. memahami isu kampanye, berdiskusi tentang
Teknik pemeriksaan keabsahan data agenda kampanye, dan menjalin keakraban
menggunakan teknik triangulasi. Menurut
COMMUNICATION, VOL. 12 NO.2 OKTOBER 2021. 143-153 150
dengan media. kegiatan ini dilakukan data yang lengkap, aktual, dan narasumber
sebanyak sebulan sekali, di cafe atau tempat yang kredibel, dan Greenpeace dinilai telah
lain dengan nuansa nyaman. Isu terakhir yang memberikan informasi sesuai dengan kriteria
dibicarakan dalam kegiatan ini yaitu mengenai tersebut.
polusi udara, dalam kegiatan ini wartawan Greenpeace melakukan media
dapat menanyakan semua isu yang terjadi. gathering yang dilakukan secara informal
Berita dan data yang didapatkan oleh media selama satu hingga satu setengah jam di
juga tidak harus dipublikasikan. sebuah cafe atau restoran dengan tujuan untuk
Greenpeace menulis press release memperkenalkan Greenpeace, menjalin
yang dikirimkan kepada media yang tedapat kedekatan dengan media, dan menggali
pada database, bertujuan untuk pandangan dari wartawan tentang isu apa yang
menyebarluaskan kepada media mengenai sedang terjadi, adapun terkadang terdapat
informasi kampanye dan temuan-temuan pesan yang disampaikan seperti kampanye.
dengan tujuan agar dapat dipublikasikan Greenpeace juga melakukan kegiatan
kepada publik. media trip. Tujuan dari kegiatan ini adalah
Tabel 2. Kliping Press Release selain untuk menggali informasi, Greenpeace
No Bulan Judul juga ingin memberikan kesempatan langsung
Terbit kepada media untuk mendapatkan siaran
1 Juli 2020 Greenpeace menemukan ekslusif pada beritanya, serta sebagai wadah
perusakan lahan gambut dan bagi masyarakat yang ingin menceritakan
memicu kebakaran hutan oleh bagaimana kondisi lingkungan yang terjadi
Asia Pulp Paper
secara detail. Greenpeace mengajak wartawan
2 Agustus Briefer- Indonesia: deforestasi
untuk mendalami isu yang sedang
2019 meningkat di area-area yang
dilindungi oleh moratorium dikampanyekan serta mengizinkan wartawan
untuk menulis berita lain untuk kepentingan
3 November Perusahaan merek ternama
2019 membeli minyak sawit yang perkerjaannya di wilayah tersebut. Kegiatan
terkait masalah karhutla yang berlangsung selama 3 hingga 5 hari ini
4 September Investigasi greenpeace pernah mengunjungi kota-kota seperti Riau,
2018 memaparkan bagaimana Bandung, Bali, Papua, dan Kalimantan.
perusahaan merek-merek
terbesar dunia masih terkait Seperti pernyataan yang dikatakan Ichwan
dengan perusakan hutan di Susanto bahwa beliau juga pernah mengikuti
Indonesia kegiatan tersebut “Kalo saya sih baru sekali ke
5 November Enam aktivis greenpeace Papua Barat, Sorong Selatan. Mengenai isu
2018 ditangkap saat beaksi menduduki hutan desa. Dia memeperjuangkan hutan desa
kapal bermuatan minyak sawit
kotor Wilmar menuju Eropa untuk melindungi hutan itu dari kelapa sawit.
Kita ke lokasi hutan desa di sorong selatan,
6 November Hutan Indonesia masih dalam
2017 ancaman industri kelapa sawit kemudian ketemu narasumber kunci dari
masyarakat, pemerintah.”
7 Agustus Penanam kelapa sawit terbesar di
2017 Indonesia dipaksa untuk Sesuai dengan pernyataan Deby
memperbaiki lebih dari 1.000 Natalia, selaku tim media campaigner
hektar hutan hujan
Greenpeace Indonesia, dilakukan juga special
Sumber: Arsip Kliping Berita Greenpeace Indonesia event seperti Summer Fest yang didalamnya
Menurut Ichwan Susanto, selaku diisi dengan kegiatan festival musik, catatan
wartawan Kompas, Informasi yang menarik akhir tahun, dan fashion show. Pada kegiatan
bagi wartawan ialah informasi yang terdiri dari ini juga disisipkan pesan kampanye agar
COMMUNICATION, VOL. 12 NO.2 OKTOBER 2021. 143-153 151
publik mengetahui kampanye yang dilakukan dilakukan ialah memonitor media secara
Greenpeace, serta mengundang wartawan dan berkala tentang informasi yang berkaitan
komunitas, masyarakat dipersilahkan untuk dengan Greenpeace, menjaga komunikasi
datang. salah satunya dengan bertegur sapa,
Greenpeace juga mempersilahkan memperlakukan wartawan sebagai teman yang
media untuk melakukan wawancara pers. tidak hanya menghubungi saat membutuhkan
Wawancara pers dilakukan untuk memberikan sesuatu, mengundang wartawan untuk bertemu
kesempatan kepada wartawan untuk informal di cafe, dan memberikan informasi
mewawancarai pihak Greenpeace untuk program-program kegiatan yang akan
menggali informasi, isu yang belum jelas, data dilakukan sehingga memudahkan wartawan
yang belum akurat dan pendapat tentang saatu untuk mendalami informasi tersebut sebelum
isu lingkungan. Tidak ada kriteria dalam kegiatan dilakukan.
wawancara pers. Tempat dan waktu kegiatan
ini berlangsung secara fleksibel tergantung isu Strategi media relations Greenpeace
dan kampanye yang terjadi, adapun tempat Indonesia dalam meningkatkan citra
yang biasa dilakukan adalah kantor oganisasi
Greenpeace, kantor media, menggunakan Greenpeace ingin menampilkan citra
media online, ataupun bertemu di suatu tempat sebagai organisasi independent yang
yang telah disepakati. mengkampanyekan lingkungan, bersifat
kredibel, tanpa kekerasan, dapat dipercaya,
Strategi media relations yang dilakukan dan tidak berpihak pada siapapun. Greenpeace
Greenpeace Indonesia merealisasikan citra yang ingin didapat dengan
Menurut Afif Saputra, media relations membina dan menjalin hubungan media serta
sangat penting bagi suatu perusahaan atau selalu memberikan data yang akurat tanpa
organisasi. Dengan adanya kegiatan media merubah fakta-fakta yang ada di dalamnya
relations yang dijaga dengan baik, pada setiap informasi.
memudahkan Greenpeace untuk Sebagai organisasi yang tumbuh dan
mempublikasi informasi dan kampanye yang berkembang di tengah masyarakat adapun
sedang dilakukan, sehingga informasi tersebut beberapa media yang menuliskan berita
dapat diketahui dan dipahami oleh publik. negatif, untuk mengatasi hal tersebut
Setiap perusahaan atau organisasi harus Greenpeace memilah apakah berita tersebut
mempunyai hubungan baik dengan para media dapat menjadi masalah yang signifikan bagi
agar tercapai tujuan yang diinginkan. organisasi atau tidak. Jika dapat menyebabkan
Adapun menurut Ichwan, kegiatan masalah yang signifikan Greenpeace
media relations dianggap penting bagi menggunakan hak jawabnya untuk
organisasi dan institusi media untuk mencapai mengklarifikasi dengan memberikan fakta
tujuan yang diinginkan. Dengan hubungan berupa data-data sebenarnya. Media relations
yang dijaga dengan baik, lebih menarik yang sudah terjalin dengan baik memudahkan
watawan untuk mempublikasikan informasi Greenpeace untuk melakukan klarifikasi, serta
yang disampaikan organisasi. Hubungan tetap mengurangi resiko penulisan berita negatif
dilakukan dengan profesional. tentang organisasi. Sesuai dengan pernyataan
Membina dan menjaga hubungan baik yang disampaikan oleh Afif, adanya berita
dengan media massa, baik media cetak tentang black campaign membuat citra
ataupun media online selalu dilakukan oleh Greenpeace sempat menurun, namun kini
Greenpeace Indonesia. Adapun strategi yang sudah mulai meningkat dan kini kesadaran
COMMUNICATION, VOL. 12 NO.2 OKTOBER 2021. 143-153 152
Cutlip, S., Allen, C., & Gleen M, B. (2009). Effective Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-variabel
Public Relations (Kesembilan). Jakarta: Kencana Penelitian. In Alfabeta, Bandung.
Prenada Media Group. Ruslan, R. (2010). Manajemen Public Relations dan
Greenpeace Indonesia. (2020). Sejarah Greenpeace Media Komunikasi. In Rajawali Pers. Jakarta: PT.
Indonesia. Retrieved April 15, 2020, from Raja Grafindo Persada.
https://www.greenpeace.org/indonesia/sejarah- Saputra, W., & Nasrullah, R. (2011). Public Relations
greenpeace/ 2.0: Teori dan Praktik Public Relations di Era
Hasan, A. . (2017). Kerap Dituduh Antek Asing, Cyber. Depok: Gramata Publishing.
Kepercayaan Publik pada LSM Turun. Retrieved Schrodinger, J. (2014). Greenpeace: Ancaman untuk
April 15, 2020, from 12 Maret website: Keamanan Nasional. Retrieved April 15, 2020,
https://tirto.id/kerap-dituduh-antek-asing- from 24 November website:
kepercayaan-publik-pada-lsm-turun-ckAb https://www.kompasiana.com/jurgen.schrodinger
Hidayat, H. (2008). Politik Lingkungan: Pengelolaan /54f4afe8745513982b6c8e4b/greenpeace-
hutan Masa Orde Baru dan Reformasi (Pertama). ancaman-untuk-keamanan-nasional
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sholikhah, F. S. (2016). Strategi Media Relations PT.
Iriantara, Y. (2005). Media Relations: Konsep, Telekomunikasi Indonesia, Tbk Untuk
Pendekatan dan Praktik (K. Rema, Ed.). Meningkatkan Citra Perusahaan. Jurnal
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Komunikator, 8(284), 93–111.
Jefkins, F., & Yadin, D. (2004). Public Relations. Soemirat, Soleh & Ardianto, E. (2003). Dasar Dasar
Jakarta: Erlangga. Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kosasih, D. (2015). Greenpeace Indonesia Diprotes Soemirat, Soleh & Ardianto, E. (2005). Dasar Dasar
Lewat Surat Terbuka. Retrieved from 1 November Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya.
website: Soemirat, Soleh & Ardianto, E. (2007). Dasar-Dasar
https://www.greeners.co/berita/greenpeace- Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya.
indonesia-diprotes-lewat-surat-terbuka/2/
Sterne, G. D. (2010). Media perceptions of public
Kriyantono, R. (2008). Public Relations Writing: Teknik relations in New Zealand. Journal of
Produksi Media Public Relations dan Publisitas Communication Management.
Korporat. Jakarta: Kencana. https://doi.org/10.1108/13632541011017780
Media Indonesia. (2018). Menko Luhut Usulkan Audit Sugiyono, P. D. metode penelitian kuantitatif,
Greenpeace. Retrieved April 15, 2020, from 21 kualitatif,dan R&D. , Alfabeta, cv. (2016).
November website:
https://mediaindonesia.com/read/detail/199297- Teuku, R. (1993). Teori Etika dan Kebijakan Hubungan
menko-luhut-usulkan-audit-greenpeace Internasional. Bandung: Angkasa.
Moleong. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. In Wardhani, D. (2008). Media Relations: Sarana
Landasan Teori. Membangun Reputasi Organisasi. Yogyakarta:
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Graha Ilmu.
Naina, A. (2008). Manusia Komunikasi, Komunikasi