Anda di halaman 1dari 7

28

BAB V
HAJI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami hakekat haji, sejarah haji, mencapai haji mabrur, hikmah haji
dalam berbagai aspek, makna spiritual haji bagi kehidupan sosial.

B. URAIAN MATERI
1. Hakekat Haji
Ibadah Haji termasuk ibadah pokok yang menjadi salah satu rukun Islam yang
lima. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW:
، ‫ص ََل ِة‬
‫ َو ِإقَ ِام ال ا‬، ‫هللا‬ ُ ‫ش َهادَ ِة أ َ ْن ال ِإلَ َه إِ اال هللاُ َوأ َ ان ُم َح امدًا َر‬
ِ ‫سو ُل‬ َ : ‫علَى خ َْم ٍس‬
َ ‫اإلس ََْل ُم‬
ِ ‫ي‬ َ ‫بُ ِن‬
َ‫ضان‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ ِ ‫ َو ْال َح‬، ‫الز َكا ِة‬
َ ‫ َو‬، ‫ج‬ ‫َو ِإيت َِاء ا‬
“Islam itu dibangun atas lima tiang (rukun) yaitu kesaksian bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan Bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan
shalat, membayarkan zakat, haji ke Baitullah dan puasa Ramadhan”.

Secara etimologis, lafaz haji (al hajju) berasal dari bahasa Arab haj yang berarti
al-qashdu (menyengaja, menuju, maksud). Sedangkan secara terminologis haji
adalah menyengaja pergi menuju Makkah dengan maksud mengerjakan ibadah
thawaf, sa’i, wuquf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, Mabit di Mina dan
ibadah-ibadah lain pada waktu yang telah ditentukan untuk memenuhi perintah
Allah dan mengharapkan ridha-Nya (Jamaluddin, 2015).

2. Sejarah Haji
Terdapat perbedaan di kalangan ulama dalam hal kapan awal di mulainya
disyariatkan kewajiban haji. Sebagian mengatakan permulaan wajib haji pada
tahun keenam Hijriyah, sementara sebagian yang lain mengatakan pada tahun
kesembilan Hijriyah (Ed. Amien, 2012).
Ditinjau dari perspektif sejarah, ibadah haji disebut-sebut telah dimulai sejak
proses awal penciptaan Nabi Adam. Ibadah haji juga tidak dapat dipisahkan dari
perjalanan sejarah dan kisah kenabian Ibrahim AS (Adam, 1993). Allah
memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah bersama putranya Ismail
29

AS. Posisi Ka’bah ditentukan oleh Allah SWT, lalu diamanatkan untuk mengajak
dan menyeru umat manusia untuk menziarahinya. Di Baitullah ini Ibrahim
menyerukan keadilan Allah SWT. sebuah ajaran yang menempatkan semua
manusia berada pada kedudukan dan posisi yang sama di hadapan Sang Khaliq.
Pangkat dan harta, serta status sosial seseorang bukan menjadi ukuran kemuliaan,
tetapi hanya terletak pada nilai ketaqwaannya. Ketika Ibrahim AS telah selesai
membangun Ka’bah, turun perintah Allah SWT kepadanya melalui malaikat Jibril
untuk melakukan thawaf tujuh kali dan berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan
bukit Marwa. Perintah yang terakhir ini merujuk kepada pencarian Siti Hajar akan
air di tengah terik panas yang memantulkan fatamorgana, bagaikan air memancar
di bumi. Aktifitas ini kemudian diakhiri dengan melaksanakan shalat dua raka’at.
Dengan demikian bahwa ibadah haji telah diwajibkan kepada umat manusia sejak
masa kenabian Ibrahim AS (Supriyanto, 2016).

3. Mencapai Haji Mabrur


Ibadah haji dikatakan berhasil dan berkualitas apabila telah mencapai
derajat haji mabrur. Mabrur (al-Birr) di dalam Al-Qur’an menunjuk kepada
semua bentuk aktivitas kebajikan yang diperintahkan oleh agama yang terlahir
dari kesadaran iman sepenuhnya kepada Allah SWT (Hadi, 2013).
Mabrur dapat berarti baik, suci, dan bersih dan juga berarti maqbul atau
diterima. Dalam pengertian pertama, haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan
dengan baik, tidak melakukan hal-hal yang dilarang seperti berkata kotor, berbuat
fasik atau mengganggu orang lain, menggunakan harta yang halal untuk ongkos
dan biaya perjalanan ibadah. Dalam arti yang kedua, mabrur berarti maqbul atau
diterima Allah swt. Sedangkan haji mabrur menurut pandangan ulama antara lain;
dalam kitab Fathul Baarii, Syarah Bukhari menjelaskan: “Haji mabrur adalah haji
yang maqbul yakni haji yang diterima oleh Allah SWT” (Ya’kub dalam Seno,
2013)
“Rasulullah SAW ditanya, apakah haji mabrur itu? Rasulullah SAW
menjawab: “memberi makan fakir miskin dan menebar salam””.
30

Ini berarti haji yang mabrur hakikatnya adalah haji yang dapat membuat
pelakunya semakin peduli terhadap persoalan-persoalan sosial dan kemanusiaan
(Ed, Amien, 2012).

4. Hikmah Haji dalam Berbagai Aspek


a. Sebagai sarana mensucikan diri dan bertaqorrub (mendekat) kepada Allah.
Dalam ritual ibadah haji yang dilaksanakan di Makkah dan Madinah seorang
muslim dapat menyaksikan langsung tempat turunya wahyu ilahi, tempat-
tempat bersejarah dan penuh pelajaran sejarah, sehingga lahir kesadaran untuk
membersihkan jiwa dari pengaruh-prngaruh dosa, memperbaharui janji dengan
Allah SWT, memperbaiki keadaan diri, bertaubat dengan tulus
b. Ajang silaturahmi masyarakat muslim dunia.
Haji merupakan kesempatan sosialisasi yang terbesar di dunia. Pada
kesempatan ini, ratusan ribu kaum muslimin berkumpul, bertemu baik dari
kalangan ulama, kalangan cendikiawan, kalangan ekonom, kalangan politis,
kalangan hakim, kalangan perwira, kalangan militer, kalangan professional,
dan lainya. Mereka saling berkenalan, saling bermusyawarah, saling tolong
menolong dalam mewujudkan kemanfaatan bersama dengan menanggalkan
segala atribut duniawi.
c. Sebagai tempat untuk menempa diri dengan didikan langsung dari Allah
Segala prosesi haji mengandung nilai ibadah dan pelajaran yang sangat
mendalam. Tanah Suci-Nya seorang hamba mendapat didikan langsung dengan
menjalankan syarat, rukun dan sunah haji termasuk menghindari hal-hal yang
akan merusak kualitas haji seseorang. Dengan pendidikan ini diharapkan akan
membawa perubahan bagi diri seorang muslim, kembali ke negrinya dengan
kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, dan mulai membuka lembaran baru
untuk melakukan hal yang baik bagi diri dan umat manusia lainnya.

5. Makna Spiritual Haji bagi Kehidupan Sosial


Panggilan Allah untuk berhaji sesungguhnya penuh dengan arahan agar seorang
muslim bisa menangkap pesan-pesan yang Allah berikan kepada para hujjaj
(jamaah haji) agar mereka bisa memahami hakikat penghambaan yang
31

sesungguhnya. Rangkaian ibadah haji memberi gambaran bahwa dalam usaha


mendekati Allah dan kembali kepadaNya, harus bertolak dari titik yang benar.
Kemudian ada aturan yang harus ditaati dan waktu yang harus ditepati. Semua
merupakan cerminan bahwa tujuan yang benar harus ditempuh dengan cara yang
benar dan betapa manusia harus berpacu dengan waktu yang mengikat kehidupan.
Oleh karenanya, di dalam pelaksanaan ibadah haji, terdapat beberapa simbol atau
lambang penting yang dapat diambil ibrahnya dan direfleksikan dalam kehidupan
ini, di antaranya:
a. Berniat dan Mengenakan pakaian Ihram
Orang tidak akan dapat mendekati Allah Yang Maha Suci, kecuali dengan
mensucikan diri, dan tidak akan dapat menjumpai Allah selama dia masih
terkungkung dengan egonya masing-masing. Maka ritual ibadah haji diawali
dengan niat yang tulus untuk memulai sesuatu yang suci. Sebagai seorang
hamba, kedudukan kita sama dengan hamba yang lainnya. Agar hati kita selalu
bersih dan perasaan berbeda dengan hamba-hamba lainya, maka diwajibkan
untuk berihram. Tanpa disadari pakaian sering membuat orang terbelenggu dan
merasa berbeda dengan orang lain. Maka dengan berihram, tak ada yang
membedakan satu muslim dengan muslim lainya, dari manapun mereka
berasal.
b. Filosofi Thawaf
Jika ingin dekat dengan Allah, kita tidak boleh berhenti untuk mendekatinya.
Kita harus melakukanya dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa raga. Gerakan
kembali kepada Allah adalah gerakan seumur hidup dan hanya mungkin
dengan cara yang telah ditunjukan oleh Allah SWT yaitu dengan cara yang
telah ditunjukan oleh Allah SWT yaitu dengan cara menggabungkan diri pada
mereka yang juga kembali pada-Nya. Thawaf menggambarkan larutnya dan
meleburnya manusia dalam hadirat ilahi, atau dalam istilah kaum sufi al-fana fi
Allah.
c. Filosofi Sa’i
Sa’i merupakan tapak tilas usaha wanita mulia yang berasal dari budak, yakni
Hajar yang berjuang sendirian di tempat yang gersang dengan keyakinan
supaya sang putra Ismail AS tetap hidup. Dan kenyataanya Ismail AS adalah
32

harapan terbesar orang tua, yakni kehidupan anaknya. Sementara Quraish


Shihab menjelaskan bahwa sa’i menggambarkan usaha manusia mencari hidup
yang melambangkan bahwa kehidupan dunia dan akhirat merupakan suatu
kesatuan dan keterpaduan. Ritual ini menggambarkan tugas manusia adalah
berupaya semaksimal mungkin. Dan hasil usaha pasti akan diperoleh baik
melalui usahanya maupun melalui anugerah Tuhan, seperti yang dialami Hajar
bersama putranya Ismail dengan ditemukanya air Zamzam itu.
d. Bermalam di Mina dan Melontar Jumrah
Kehidupan adalah perjuangan. Kehormatan dalam hidup hanya akan diraih
oleh mereka yang berjuang. Salah satu yang pasti akan kita hadapi dalam hidup
ini adalah iblis dan syaitan. Keduanya telah bersumpah akan menyesatkan
manusia, maka manusia pun sudah seharusnya bersumpah untuk mengalahkan
dan melenyapkanya. Selain itu, ritual melempar jumrah juga bermakna bahwa
seorang yang berhaji harus melemparkan sifat-sifat terpuji (akhlak mahmudah).
Dengan demikian, setelah menunaikan ibadah haji, mereka harus memiliki
akhlak yang lebih mulia dibanding berangkat haji.
e. Wuquf di Arafah
Wuquf di Arafah adalah membuka diri di hadapan Allah sebagai pengakuan
kekerdilan dan ketidakberdayaan di hadapan kebesaran dam kekuasaanNya.
Menegaskan bahwa tidak ada yang bisa kita bawa menghadapi-Nya kecuali
iman dan amal shaleh. Arafah adalah gambaran Padang Mahsyar. Kehormatan
di hadapan Allah sama sekali tidak ditentukan oleh status keduniaan yang kita
capai. Karena kemuliaan adalah milik Allah, rasulNya dan orang-orang
beriman yang selalu komitmen dengan syariat Islam.
f. Tahalul
Tahalul, yaitu ritual memotong rambut. Makna ibadah ini adalah pembersihan,
penghapusan sisa-sisa cara berpikir kotor yang masih berada dalam kepala.
Maka seyogyanya, mereka yang telah tahallul mempunyai cara piker dan
konsep kehidupan yang bersih, tidak menyimpang dari etika dan norma sosial
maupun agama.
33

C. RANGKUMAN
1. Hakekat Haji
Secara etimologis, lafaz haji (al hajju) berasal dari bahasa Arab haj yang berarti
al-qashdu (menyengaja, menuju, maksud). Sedangkan secara terminologis haji
adalah menyengaja pergi menuju Makkah dengan maksud mengerjakan ibadah-
ibadah yang telah ditentukan cara dan waktunya untuk memenuhi perintah Allah
dan mengharapkan ridha-Nya.
2. Sejarah Haji
Ibadah haji juga tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah dan kisah kenabian
Ibrahim AS (Adam, 1993). Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk
membangun Ka’bah bersama putranya Ismail AS. Posisi Ka’bah ditentukan oleh
Allah SWT, lalu diamanatkan untuk mengajak dan menyeru umat manusia untuk
menziarahinya. Ketika Ibrahim AS telah selesai membangun Ka’bah, turun
perintah Allah SWT kepadanya melalui malaikat Jibril untuk melakukan thawaf
tujuh kali dan berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan bukit Marwa. Aktifitas
ini kemudian diakhiri dengan melaksanakan shalat dua raka’at.
3. Mencapai Haji Mabrur
Mabrur berarti baik, suci, dan bersih dan juga berarti maqbul atau diterima.
Baik, suci, bersih maksudnya haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan dengan
baik, tidak melakukan hal-hal yang dilarang seperti berkata kotor, berbuat fasik
atau mengganggu orang lain, menggunakan harta yang halal untuk ongkos dan
biaya perjalanan ibadah. Sedangkan maqbul artinya diterima Allah SWT.
4. Hikmah Haji dalam Berbagai Aspek
a. Sebagai sarana mensucikan diri dan bertaqorrub (mendekat) kepada Allah.
b. Ajang silaturahmi masyarakat muslim dunia.
c. Sebagai tempat untuk menempa diri dengan didikan langsung dari Allah
5. Makna Spiritual Haji bagi Kehidupan Sosial
a. Kesadaran penuh bahwa bahwa orang tidak akan dapat mendekati Allah Yang
Maha Suci, kecuali dengan mensucikan diri, dan tidak akan dapat menjumpai
Allah selama dia masih terkungkung dengan egonya masing-masing. Maka
ritual ibadah haji diawali dengan niat yang tulus untuk memulai sesuatu yang
suci.
34

b. Kesadaran penuh bahwa semua manusia sama di hadapan Allah, yang


membedakan adalah taqwa.
c. Kesadaran penuh bahwa hidup adalah berjuang dan bergerak dengan sepenuh
jiwa dan raga.
d. Nafsu duniawi dan segala hal yang mengganggu kedekatan seorang hamba
dengan Tuhannya harus disingkirkan.
e. Pengakuan kekerdilan dan ketidakberdayaan diri seorang hamba di hadapan
Tuannya.
f. Kesadaran penuh untuk selalu membersihkan diri dari kotoran dan dosa-dosa
yang mengganggu iman.

D. TUGAS DAN LATIHAN


Kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Sebutkan hakekat haji!
2. Hal-hal apa sajakan yang menentukan mabrur atau tidaknya haji seseorang?
3. Sebutkan hikmah haji dalam berbagai aspek!
4. Sebutkan makna spiritual haji bagi kehidupan sosial!

E. DAFTAR PUSTAKA
Adam, 1993. Tafsir Ayat-ayat Haji, Menuju Baitullah berbekal Al-Qur’an. Bandung:
Mizan.
Ed. Amien, Saiful. 2012. Aqidah dan Ibadah. Malang : UMM Press.
Hadi, Seno, 2017. Konsepsi Haji Mabrur Perspektif Al-Qur’an. Tesis IAIN
Surakarta.
Jamaluddin, Syakir. 2015. Kuliah Fiqh Ibadah. Yogyakarta : LPPI UMY.
Supriyanto, John. 1993. Histografi Haji Menurut Al-Qur’an. JIA/Juni/Th.17.

Anda mungkin juga menyukai