BAB V
HAJI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami hakekat haji, sejarah haji, mencapai haji mabrur, hikmah haji
dalam berbagai aspek, makna spiritual haji bagi kehidupan sosial.
B. URAIAN MATERI
1. Hakekat Haji
Ibadah Haji termasuk ibadah pokok yang menjadi salah satu rukun Islam yang
lima. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW:
، ص ََل ِة
َو ِإقَ ِام ال ا، هللا ُ ش َهادَ ِة أ َ ْن ال ِإلَ َه إِ اال هللاُ َوأ َ ان ُم َح امدًا َر
ِ سو ُل َ : علَى خ َْم ٍس
َ اإلس ََْل ُم
ِ ي َ بُ ِن
َضان
َ ص ْو ِم َر َم ِ َو ْال َح، الز َكا ِة
َ َو، ج َو ِإيت َِاء ا
“Islam itu dibangun atas lima tiang (rukun) yaitu kesaksian bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan Bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan
shalat, membayarkan zakat, haji ke Baitullah dan puasa Ramadhan”.
Secara etimologis, lafaz haji (al hajju) berasal dari bahasa Arab haj yang berarti
al-qashdu (menyengaja, menuju, maksud). Sedangkan secara terminologis haji
adalah menyengaja pergi menuju Makkah dengan maksud mengerjakan ibadah
thawaf, sa’i, wuquf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, Mabit di Mina dan
ibadah-ibadah lain pada waktu yang telah ditentukan untuk memenuhi perintah
Allah dan mengharapkan ridha-Nya (Jamaluddin, 2015).
2. Sejarah Haji
Terdapat perbedaan di kalangan ulama dalam hal kapan awal di mulainya
disyariatkan kewajiban haji. Sebagian mengatakan permulaan wajib haji pada
tahun keenam Hijriyah, sementara sebagian yang lain mengatakan pada tahun
kesembilan Hijriyah (Ed. Amien, 2012).
Ditinjau dari perspektif sejarah, ibadah haji disebut-sebut telah dimulai sejak
proses awal penciptaan Nabi Adam. Ibadah haji juga tidak dapat dipisahkan dari
perjalanan sejarah dan kisah kenabian Ibrahim AS (Adam, 1993). Allah
memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah bersama putranya Ismail
29
AS. Posisi Ka’bah ditentukan oleh Allah SWT, lalu diamanatkan untuk mengajak
dan menyeru umat manusia untuk menziarahinya. Di Baitullah ini Ibrahim
menyerukan keadilan Allah SWT. sebuah ajaran yang menempatkan semua
manusia berada pada kedudukan dan posisi yang sama di hadapan Sang Khaliq.
Pangkat dan harta, serta status sosial seseorang bukan menjadi ukuran kemuliaan,
tetapi hanya terletak pada nilai ketaqwaannya. Ketika Ibrahim AS telah selesai
membangun Ka’bah, turun perintah Allah SWT kepadanya melalui malaikat Jibril
untuk melakukan thawaf tujuh kali dan berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan
bukit Marwa. Perintah yang terakhir ini merujuk kepada pencarian Siti Hajar akan
air di tengah terik panas yang memantulkan fatamorgana, bagaikan air memancar
di bumi. Aktifitas ini kemudian diakhiri dengan melaksanakan shalat dua raka’at.
Dengan demikian bahwa ibadah haji telah diwajibkan kepada umat manusia sejak
masa kenabian Ibrahim AS (Supriyanto, 2016).
Ini berarti haji yang mabrur hakikatnya adalah haji yang dapat membuat
pelakunya semakin peduli terhadap persoalan-persoalan sosial dan kemanusiaan
(Ed, Amien, 2012).
C. RANGKUMAN
1. Hakekat Haji
Secara etimologis, lafaz haji (al hajju) berasal dari bahasa Arab haj yang berarti
al-qashdu (menyengaja, menuju, maksud). Sedangkan secara terminologis haji
adalah menyengaja pergi menuju Makkah dengan maksud mengerjakan ibadah-
ibadah yang telah ditentukan cara dan waktunya untuk memenuhi perintah Allah
dan mengharapkan ridha-Nya.
2. Sejarah Haji
Ibadah haji juga tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah dan kisah kenabian
Ibrahim AS (Adam, 1993). Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk
membangun Ka’bah bersama putranya Ismail AS. Posisi Ka’bah ditentukan oleh
Allah SWT, lalu diamanatkan untuk mengajak dan menyeru umat manusia untuk
menziarahinya. Ketika Ibrahim AS telah selesai membangun Ka’bah, turun
perintah Allah SWT kepadanya melalui malaikat Jibril untuk melakukan thawaf
tujuh kali dan berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan bukit Marwa. Aktifitas
ini kemudian diakhiri dengan melaksanakan shalat dua raka’at.
3. Mencapai Haji Mabrur
Mabrur berarti baik, suci, dan bersih dan juga berarti maqbul atau diterima.
Baik, suci, bersih maksudnya haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan dengan
baik, tidak melakukan hal-hal yang dilarang seperti berkata kotor, berbuat fasik
atau mengganggu orang lain, menggunakan harta yang halal untuk ongkos dan
biaya perjalanan ibadah. Sedangkan maqbul artinya diterima Allah SWT.
4. Hikmah Haji dalam Berbagai Aspek
a. Sebagai sarana mensucikan diri dan bertaqorrub (mendekat) kepada Allah.
b. Ajang silaturahmi masyarakat muslim dunia.
c. Sebagai tempat untuk menempa diri dengan didikan langsung dari Allah
5. Makna Spiritual Haji bagi Kehidupan Sosial
a. Kesadaran penuh bahwa bahwa orang tidak akan dapat mendekati Allah Yang
Maha Suci, kecuali dengan mensucikan diri, dan tidak akan dapat menjumpai
Allah selama dia masih terkungkung dengan egonya masing-masing. Maka
ritual ibadah haji diawali dengan niat yang tulus untuk memulai sesuatu yang
suci.
34
E. DAFTAR PUSTAKA
Adam, 1993. Tafsir Ayat-ayat Haji, Menuju Baitullah berbekal Al-Qur’an. Bandung:
Mizan.
Ed. Amien, Saiful. 2012. Aqidah dan Ibadah. Malang : UMM Press.
Hadi, Seno, 2017. Konsepsi Haji Mabrur Perspektif Al-Qur’an. Tesis IAIN
Surakarta.
Jamaluddin, Syakir. 2015. Kuliah Fiqh Ibadah. Yogyakarta : LPPI UMY.
Supriyanto, John. 1993. Histografi Haji Menurut Al-Qur’an. JIA/Juni/Th.17.