Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah Yang Maha Esa dengan Rahmat-Nya lah
saya dapat diberikan kesempatan menyusun laporan PKL (Praktik Kerja Lapangan) hingga
selesai.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
PKL (Praktik Kerja Lapangan). Bagi para siswa SMK Negeri 1 Bulango Selatan, kegiatan
PKL ini merupakan salah satu upaya agar terjalinnya hubungan antar sekolah dengan dunia
industri. Kegiatan PKL diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pembaca dan siswa
PKL untuk mendapatkan pengalaman dalam dunia kerja. Agar ketika mereka ingin melamar
kerja, mereka telah tahu bagaimana dunia kerja itu.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih atas pihak-pihak yang
ikut serta dalam kegiatan PKL ini, yang telah sabar dan iklas memberi dukungan moral, dan
juga bimbingannya kepada kami. Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada:
1. Bapak Drs. Moh Rivai Engahu MMPd (Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Bulango
Selatan)
2. Ibu Sri Wahyuni Radjak S.Pd (Kepala Lab Keperawatan )
3. Dr. Grace Tumewu (Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha )
4. Ibu ,S.Pd ( Selaku Pembibing Sekolah )
5. Kedua Orang Tua
6. Teman PKL RSUD Otanaha
Susunan laporan ini telah dibuat sebaik-baiknya. Namun tetap masih banyak
kekurangan dalam pembuatan laporan ini. Oleh karena itu, jika ada kekurangan saya mohon
kritik dan sarannya agar saya dapat memperbaikinya. Dengan senang hati saya
mengucapkan banyak terima kasih.

Gorontalo, 23 Februari 2022

Nazwa Aulia Lihawa

DAFTAR ISI
SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umun
2. Tujuan khusus

BAB II KAJIAN TEORI


A. Kajian Teori Kasus Penyakit (Berdasarkan
Teori/Textbook)
1) Definisi Penyakit
2) Etiologi/Penyebab
3) Anatomi Fisiologi disertai gambar
4) Patofisiologi/Patomekanisme Penyakit
(Proses perjalanan penyakit)
5) Manifestasi Klinik (Tanda dan Gejala
Klinis)
6) Therapy/Penatalaksanaan atau tindakan
(Teori)
7) Pemeriksaan penunjang
8) Komplikasi
9) Pencegahan penyakit

BAB III Tujuan Lokasi Praktik Klinik


A. Waktu dan Tempat
B. Profil Lokasi Praktik Klinik
a.Penjelasan Lokasi Secara Umum
b.Struktur Lokasi Praktik Klinik

BAB IV A. Keterampilan Dasar Yang


Dilakukan
B.Asuhan Keperawatan Sederhana
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteritis atau diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak
saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Menurut Suharyono (2008)
gastroenteritis akut didefinisikan sebagai buang air besar dengan tinja yang cair atau
lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
Sedangkan menurut Priyanto (2008) gastroenteritis kronik yaitu yang berlangsung
lebih dari 14 hari. Gastroenteritis atau diare dapat disebabkan infeksi maupun non
infeksi. Dari penyebab gastroenteritis yang terbanyak adalah gastroenteritis infeksi.
Gastroenteritis atau diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.

Menurut WHO pada tahun 2013 diare merupakan penyakit kedua yang
menyebabkan kematian pada anak anak balita, anak-anak yang mengalami
kekurangan gizi atau system imun yang kurang baik seperti pada orang dengan HIV
sangat rentan terserang penyakit diare, diare sudah membunuh 760.000 anak setiap
tahun, sebagian besar orang diare yang meninggal di karenakan terjadi dehidrasi atau
kehilangan cairan

Angka kesakitan diare di Indonesia berdasarkan hasil survei yang di lakukan


kementrian kesehatan 3 tahun sekali sejak 1996 – 2010, angka kesakitan diare
meningkat dari tahun 1996 hingga 2006, kemudian menurun pada tahun 2010. Pada
tahun 2010, angka kesakitan diare sebesar 411 per 1.000 penduduk.

Diare merupakan penyakit utama dari 10 penyakit menonjol di masyarakat Provinsi


Gorontalo. Cukupan jamban sehat tahun 2012 provinsi gorontalo mencapai 71,45%
(tahun 2011 sebesar 79,4%) dan presentase kasus diare 21,6% (tahun 2011 sebesar
67,4%) pengaruh cukupan kepemilikan jamban sehat terhadap kasus memiliki arti
yang berbeda setiap sudah mencapai 96,76% akan tetapi juga masih terdapat kasus
diare yang tinggi 36,7% dari jumlah penduduknya yang bila di bandingkan dengan
kejadian diare di Kabupaten Gorontalo. Kabupaten Gorontalo yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak dengan kasus diare sebesar 19,9% di mana presentse jamban
sehat sebesar 92.08.

Data dari RSUD Otanaha Kota Gorontalo menunjukkan bahwa penyakit diare akut
terdapat pada urutan ke 3 dalam 10 besar penyakit yang terbanyak serta sebagai
komplikasi penyakit yang di rawat inap pada tahun 2017 dan dilihat dari jumlah
pasien penderita diare akut yang menjalani perawatan di Instalasi rawat Inap di RSUD
Otanaha Kota Gorontalo data yang diperoleh dari bulan oktober berjumlah 12 pasien,
november 8 pasien, desember 8 pasien, januari 15 pasien, februari 7 pasien, maret 13
pasien.
Observasi awal yang dilakukan pada data rekam medik anak di RSUD Otanaha Kota
Gorontalo bulan oktober 2017-maret 2018, diare akut merupakan
penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat khususmya balita. Diketahui ada
masalah terkait pada penggunaan obat diare akut pada anak balita yaitu dengan tidak
tepatnya dosis yang diberikan. Seperti pada penggunaan obat antibiotik berlebihan
misalnya pada sore hari jam 4 sore pasien diberikan obat cefixime sirup yang belum
habis diminum, kemudian pada malam hari jam 8 malam dokter meresepkan obat
antibiotik seperti ceftriaxone injeksi dimana kedua obat tersebut memiliki indikasi dan
mekanisme spketrum luas yaitu terdapat pada golongan
sefalosporin generasi ketiga sehingga terjadi dosis yang berlebihan.

Sedangkan menurut WHO (2004) penggunaan antibiotik yaitu 3 kali sehari tiap 8
jam. Pada
pemakaian antibiotik yang berlebihan juga dapat membunuh kuman yang baik dan
berguna yang ada di dalam tubuh. Sehingga tempat semula ditempati bakteri baik
akan di isi bakteri jahat atau oleh jamur. Pemberian antibiotik yang berlebihan akan
menyebabkan resistensi. Dimana bakteri akan memberikan perlawanan terhadap kerja
antibiotik. Selain itu juga dapat terjadi supra infeksi yang biasanya timbul pada
penggunaan antibiotik spektrum luas dalam waktu yang lama (widjajanti, 1989).
Berdasarkan observasi awal diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang studi
pengguaan obat diare akut pada anak balita di RSUD Otanaha Kota
Gorontalo bulan oktober 2017-maret 2018.

B.Tujuan
A.Tujuan Umum
Di peroleh pengalaman secara nyata dalam memberikaan asuhan keperawatan pada
Klien gastroenteritis pendekatan dengan proses keperawatan
B.Tujuan Khusus
Laporan ini di laksanakan untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada
S.M.I dengan gastroenteritis di rumah sakit RSUD Otanaha yang meliputi.
a) Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan gastroenteritis
b) Dapat menentukan masalah perawatan pada klien dengan gastroenteritis
c) Dapat merencanakan tindakan pada klien dengan gastroenteritis

BAB II
KAJIAN TEORI
A.Kajian Teori Kasus Penyakit (Berdasarkan Teori/Textbook)
1. Definisi Penyakit
GEA (gastroenteritis) atau di masyarakat umum lebih dikenal dengan diare
adalah pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer dengan
frekwensi lebih banyak dari biasanya dalam sehari > 3x (Dewi, 2010).
Sedangkan menurut Suryadi (2001) GE adalah kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih Bab
dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2005) GE
adalah Bab dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang
berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuwensi defekasi
yang meningkat.

GEA adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml / 24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuwensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat / tanpa disertai lendir dan darah. GEA akut sering
dengan tanda dan gejala klinis lainnya seperti gelisah, suhu tubuh meningkat,
dehidrasi, nafsu makan menurun, BB menurun, mata dan ubun – ubun cekung
(terutama pada balita) keadaan ini merupakan gejala GE infeksi yang
disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit perut (corwin, 2009).

GEA juga dapat terjadi bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya seperti
malaria dan campak, begitu juga dengan keracunan kimia. Perubahan gut flora
(bacteri usus) yang
dipicu antibiotic, dapat menyebabkan GE akut karena pertumbuhan kelebihan
dan
toksin dari clostridium difficile (bakteri gram positif anaerob dalam usus
besar).

2. Etiologi/Penyebab
Menurut Hasan dan alatas (2010) Etiologi dari GE di sebabkan oleh beberapa
Faktor antara lain :
1. Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama GEA
a) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
b) Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus
c) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa
(Entamoeba Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur
(Candida Albicans ).
2. Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis,
Encefalitis,Broncopneumonia.
3 Faktor Malabsorbsi :
a) Karbohidrat. Terutama pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu
formula dapat menyebabkan GE. Gejalanya berupa GE berat , tinja berbau asam,
sakit daerah perut. Jika sering terkena GEA seperti ini, maka bisa menyebabkan
pertumbuhan anak terganggu.
b) Malabsorbsi Lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang disebut dengan
triglyserida. Dengan bantuan kelenjar lipase, triglyserida mengubah lemak
menjadi micelles yang bisa di serap usus.Tetapi karena kegagalan penyerapan
sehingga lemak tidak dapat diproses akibat tidak ada lipase karena kerusakan
dinding usus sehingga terjadi GE. GE pada kasus ini fecesnya
berlemak.
c) Malabsorbsi Protein. GE yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat
menyerap protein
4 Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, Alergi makanan tertentu,makanan
kurang matang, makanan tercemar atau beracun.
5 Faktor Psikis : Rasa takut dan cemas

3. Anatomi Fisiologi disertai gambar


 Sistem pencernaan atau system gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
Adalah system organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat dan energy, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh.
 Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati
dan kandung empedu.

1.Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan
umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem


pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan relatif sederhana,terdiri dari manis,asam,asin dan pahit.

2.Tenggorokan (faring)
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan,Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Didalam lenkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi,disini terletak bersimpangan antara jalan nafas
dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang.

3.Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada


vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari
bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus (dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan
phagus – “memakan”)
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
a. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

4.Lambung.
Makanan masuk ke dalam lambung dari
kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter),yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal,sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting.

5.Usus halus (Usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus
besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-
pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil
enzim yang mencerna protein,gula dan lemak.

6.Usus Besar (Kolon dan sekum)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian
usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ
ini adalah menyerap air dari feses.Usus buntu atau
sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

4. Patofisiologi/Patomekanisme penyakit (proses perjalanan penyakit)

Patofisiologi GEA
1. Diare adalah ketidakseimbangan antara absorpsi air dan sekresi air atau elektrolit.
Pada keadaan normal, absorpsi air dan elektrolit lebih besar di bandingkan ekskresi.
2. Empat mekanisme yang menyebabkan ketidakseimbangan dan elektrolit, adalah :
 Perubahan transfor aktif yang berakibat pada pengurangan absorpsi sodium (Na) dan
peningkatan sekresi klorida
 Perubahan motilitasnsaluran pencernaan.
 Peningkatan osmolaritas luminal saluran pencernaan
 Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
Diare sekretori dapat terjadi jika dalam saluran pencernaan terdapat zat-zat sejenis
vasoaktif peptide intestinal atau toksin bakteri yang meningkatkan sekresi atau
menghambat absorbs air atau elektrolit dalam jumlah yang besar.
Adanya gangguan absorpsi suatu zat dalam intestinal yang menyebabkan diare
osmotic. Inflamasi di usus halus yang menyebabkan diare eksudatif dan terjadi sekresi
mucus, protein atau darah dalam usus halus.
Adanya infeksi baik non invesif atau invasive. Pada non invasive (enterotoksigenik)
toksin yang diproduksi akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak termasuk
mukosa. Pada diare invasive, diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis
dan ulcerasi dan menyebabkan sekretorik eksudatif. Penyebab diare lainnya, seperti
parasit menyebabkan keruakan berupa ulkus yag besar ( hystolitica), kerusakan vili yang
penting untuk penyerapan air, elektrolit da zat makanan (G. lambria).
Obat antimikroba dapat merubah flora normal dalam saluran pencernaan, sedangkan
obat lain seperti laksatif dapat meningkatkan motilitas saluran pencernaan.
5. Manifestasi Klinik (Tanda dan Gejala Klinis)
Gejala umum diare adalah:
 Feses lembek dan cair  Haus terus menerus
 Sakit perut  Demam
 Kram perut  Dehidrasi
 Mual dan muntah  Darah pada feses
 Sakit kepala  Feses yang dihasilkan banyak
 Kehilangan nafsu makan  Terus menerus ke toilet

6. Therapy/Penatalaksanaan atau tindakan (Teori)


 Minum air yang banyak
Diare menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan. Maka, dokter biasanya dapat
memberikan cairan elektrolit atau oralit yang dapat dibeli di apotik.

 Istrahat yang cukup


Saat terserang diare, diusahakanuntuk beristirahat yang cukup. Orang yang sedang
mengalami kondisi ini, harus berhenti beraktivitas untuk sementara.

 Makan makanan yang sehat


Saat diare, sebaiknya diberikan makanan yang mudah dicerna lewat menu makan BRAT
(banana, rice, applesauce and toast), yakni nasi, saus, apel, dan roti.

7. Pemeriksaan penunjang

Anda mungkin juga menyukai