jeki
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia
Dipersembahkan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran PB IDI
dan Perkumpulan Ilmuwan Bioetika dan Humaniora
vol. 2 no. 2
Juni 2018
ISSN 2598-179X (cetak)
ISSN 2598-053X (online)
Editor Yunizaf
Agus Purwadianto Rianto Setiabudi
Prijo Sidipratomo Agus Purwadianto
Anna Rozaliyani Frans Santosa
Manajer Jurnal Prijo Sidipratomo
Pukovisa Prawiroharjo Broto Wasisto
Editor Kopi Julitasari Sundoro
Peter Pratama Anna Rozaliyani
Tata Letak Bachtiar Husein
Hansel Tengara Widjaja Pukovisa Prawiroharjo
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin Penerbit. Artikel dapat diunduh
di http://ilmiah.id/jeki. Bila membutuhkan salinan, silakan menghubungi contact@ilmiah.id.
Daftar Isi
Dokter Aktif di Multi Level Marketing (MLM) dengan Produk yang Mengklaim Manfaat
Kesehatan atau Penyembuhan, Bolehkah?......................................................................................41
Dapatkah Keputusan Kemahkamahan Etik Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Bersifat
Terbuka?..........................................................................................................................................45
Sikap Etis Dokter pada Pasien yang “Mendiagnosis” Diri Sendiri Menggunakan Informasi
Internet pada Era Cyber Medicine.....................................................................................................53
Pelayanan Etika Klinis.....................................................................................................................59
Tinjauan Etika Dokter sebagai Eksekutor Hukuman Kebiri..........................................................67
Persidangan Tanpa Kehadiran Dokter Terlapor dalam Penanganan Kasus Pelanggaran Etik
Kedokteran......................................................................................................................................73
Studi Pendahuluan tentang Perspektif Ilmuwan Islam dan Katolik dalam Dilema Etika
Surplus Embrio serta Opsi Pemecahan Masalahnya.......................................................................79
Prawiroharjo P, Baharuddin M, Permana MY. Dokter Aktif di Multi Level Marketing (MLM) dengan Produk ISSN 2598-179X (cetak)
yang Mengklaim Manfaat Kesehatan atau Penyembuhan, Bolehkah?. JEKI. 2018;2(2):41–4 doi: 10.26880/jeki. ISSN 2598-053X (online)
v2i2.14.
Kata Kunci Abstrak Bisnis multi level marketing (MLM) telah merambah ke
Etik, multi-level marketing, produk sektor kesehatan dan menjadikan dokter sebagai agen potensial
Korespondensi
dalam pemasaran produk. Selain sebagai figur yang dipercaya oleh
pukovisa@ui.ac.id
masyarakat, otoritas penuh yang dimiliki dokter dalam meresepkan
obat mempermudah dokter untuk menjalani bisnis MLM.
Publikasi
Dokter jelas memiliki konflik kepentingan pada produk MLM
© 2018 JEKI/ilmiah.id yang memiliki klaim kesehatan dan kecantikan. Mengeksploitasi
DOI kepercayaan pasien untuk kepentingan pribadi merupakan hal
10.26880/jeki.v2i2.14 yang bertentangan dengan nilai-nilai etika kedokteran. Sebagian
besar produk kesehatan yang ditawarkan mengklaim manfaat yang
Tanggal masuk: 27 Maret 2018
tidak terbukti secara ilmiah dan pemberiannya terkadang tidak
Tanggal ditelaah: 6 Mei 2018 mempertimbangkan urgensi dan relevansi dengan keadaan pasien.
Tanggal diterima: 10 Mei 2018 Oleh karena itu, sudah saatnya diperlukan ketegasan tentang etis
Tanggal publikasi: 12 Juni 2018
atau tidak etisnya keterlibatan dokter dalam bisnis MLM. Selain
itu, partisipasi pemerintah dalam mengawasi pemasaran produk-
produk kesehatan oleh perusahaan MLM juga perlu ditingkatkan
agar pelanggaran yang terjadi dapat segera ditindaklanjuti.
Abstract Multi-level marketing (MLM) business has penetrated health sector and made doctors as
potential agents in product marketing. In addition to being publicly trustworthy figures, doctors’ full
authority in prescribing drugs makes it easier to perform MLM business. Doctors clearly have conflict
of interest on MLM products with health and beauty claims. Exploiting patient trust for personal
gain is against the medical ethical values. Most of health products on offer claim benefits which has
not scientifically proven and sometimes the prescribing does not consider urgency and relevance to
patient’s condition. Therefore, it’s high time for ethical assertion on involvement of doctors in MLM
business. In addition, government participation in supervising the marketing of health products by
MLM companies must be improved so that violations can be immediately followed up.
Dokter jelas memiliki konflik kepentingan Regulasi Terkait Dokter yang Menjual Produk
pada produk MLM yang memiliki klaim Kesehatan
kesehatan dan kecantikan. Dengan aktifnya Alasan utama yang melatarbelakangi
dokter mempromosikan produk MLM dapat bergabungnya dokter dalam bisnis MLM
berpotensi mengeksploitasi kepercayaan adalah penambahan pendapatan dari hasil
pasien kepada profesi kedokteran untuk penjualan produk. Hal tersebut menunjukkan
kepentingan pribadi dokter tersebut. Hal ini adanya konflik kepentingan seperti yang telah
jelas bertentangan dengan nilai-nilai etika dicantumkan dalam pasal 3 serta penjelasannya
kedokteran yang luhur. dalam KODEKI yang menuliskan bahwa
kewajiban utama dokter untuk mengedepankan
HASIL DAN PEMBAHASAN kebutuhan pasien di atas kebutuhan pribadi.4
Pada tahun 1999, The American Medical Association
Fenomena Dokter yang Aktif di MLM menerbitkan panduan yang menekankan bahwa
MLM dapat didefinisikan sebagai strategi dokter tidak diperkenankan untuk memaksa
pemasaran di mana seorang sales perusahaan pasien agar membeli produk kesehatan ataupun
memperoleh keuntungan tidak hanya dari merekrut pasien dalam usaha pemasaran yang
penjualan produk-produk tertentu, namun juga memberikan keuntungan bagi pihak dokter,
dari uang pendaftaran distributor-distributor kecuali pasien menghendaki demikian.5 Saat
yang direkrutnya. MLM sudah merambah ke ini, belum tersedia panduan tertulis khusus
banyak sektor, salah satunya sektor kesehatan. yang mengatur tentang dokter dan bisnis
Dokter yang merupakan agen potensial dalam MLM terkait produk kesehatan di Indonesia.
bisnis tersebut ditugaskan untuk menawarkan Namun, pedoman bahwa seorang dokter
produk-produk kesehatan tertentu pada harus menjauhkan diri dari masalah konflik
pasien. Berdasarkan publikasi oleh Povar dkk, kepentingan telah diutarakan dengan amat jelas
fenomena dokter yang memasarkan produk- dalam KODEKI pasal 3 dan penjelasannya.4
produk kesehatan di tempat prakteknya sudah
ditinjau sejak tahun 1999 di Amerika. Pada Dokter Menjajakan Produk MLM dari Sudut
beberapa kasus ditemukan bahwa rekomendasi Pandang Etik
produk oleh dokter tidak didasarkan pada Profesi dokter dianggap potensial untuk
pertimbangan urgensi dan relevansi produk menjadi agen dalam bisnis MLM karena
dengan kondisi pasien.1 memiliki otoritas penuh dalam meresepkan
Di Indonesia, dokter yang aktif di bisnis obat. Namun, bila ditinjau lebih lanjut, strategi
MLM sudah sering ditemukan. Salah satu pemasaran tersebut bertentangan dengan
kasus yang cukup banyak mendapat sorotan nilai-nilai etik kedokteran. Salah satu prinsip
terjadi di Surabaya di mana beberapa dokter utama dokter adalah tidak mengeksploitasi
kedapatan meresepkan suplemen dan vitamin kepercayaan pasien untuk menambah
yang merupakan produk MLM kepada pasien. penghasilan. Jika seorang dokter memutuskan
Kasus tersebut sempat menuai kecaman dari untuk menjual produk-produk yang dapat
pihak DPRD Kota Surabaya karena dianggap menunjang kebutuhan pasien, maka beberapa
melanggar sumpah profesi dokter. Meskipun kriteria seperti urgensi dan relevansi dengan
dokter tidak dilarang berbisnis, pihak IDI kondisi pasien perlu dipertimbangkan. Selain
menghimbau agar para dokter tidak melakukan itu, dokter juga harus memastikan bahwa
usaha bisnis yang berkaitan dengan profesi produk-produk yang dijualnya terbukti secara
dokter untuk mencegah terjadinya pelanggaran ilmiah efektif dalam memberikan manfaat
etik.2,3 kesehatan atau kesembuhan bagi pasien.1,6
Berdasarkan publikasi yang diterbitkan oleh
National Council Against Health Fraud (NCAHF),
terdapat ratusan perusahaan MLM yang
memasarkan produk kesehatan. Sebagian besar
42 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018
Prawiroharjo P, Baharuddin M, dan Permana MY
mengklaim bahwa produk yang dipasarkannya yang salah satunya menerapkan pola hubungan
efektif dalam mencegah dan menyembuhkan senior dan junior serta guru dan pembimbing
penyakit, sementara sebagian kecil lainnya secara proporsional. Jika hubungan yang baik
mengklaim dapat membuat konsumen dapat ini disalahgunakan untuk kepentingan MLM,
merasa lebih baik, berpenampilan lebih baik, maka hal ini sangat merendahkan marwah
bahkan lebih berenergi dalam beraktivitas. profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran
Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, hampir yang mulia. Pernah ada kisah dalam program
semua produk perusahaan MLM didasarkan studi pendidikan dokter spesialis tertentu, ada
pada penelitian yang tidak didesain dengan oknum konsulen (guru) yang aktif “mengajak”
benar atau tidak relevan dengan klaim yang peserta didiknya untuk menjadi downline
dikemukakan. Beberapa perusahaan lain penjualan produk MLM tertentu. Pada kasus
bahkan hanya mengklaim manfaat produknya ini menjadi sangat penting peranan pimpinan
berdasarkan testimoni konsumen, tanpa disertai Fakultas Kedokteran, pimpinan Program Studi,
literatur pendukung yang jelas.7 dan Dewan Etik Perhimpunan Dokter Spesialis
Di Kode Etik Kedokteran Indonesia untuk membina anggotanya.
sendiri, frase MLM disebutkan dengan jelas
pada penjelasan pasal 6 butir ke-6, yang berbunyi KESIMPULAN
“Setiap dokter dilarang mengumumkan,
menganjurkan penerapan barang/produk Maraknya fenomena dokter aktif
dan jasa kesehatan/terkait kesehatan yang menjajakan produk MLM menggunakan
dipasarkan secara multi level marketing (MLM).” berbagai media bahkan nyata-nyata turut
Jelas dinyatakan bahwa seorang dokter harus meresepkan produk tersebut, perlu disikapi
menghindarkan diri dari bisnis MLM, khususnya tegas. IDI dan jajaran pemerintahan yang
pada produk-produknya yang memiliki klaim berkaitan dapat menyusun panduan resmi yang
kesehatan dan kecantikan.4,8 mengatur keterlibatan dokter dalam bisnis
Upaya promosi produk MLM pada MLM. Dari sisi penegakan etik dan penjagaan
umumnya melalui berbagai cara, salah satunya marwah profesi kedokteran Indonesia, MKEK
dengan memakai media sosial. Dokter dapat aktif memanggil dan membina dokter
juga harus mawas diri bahwa akun media yang melakukan promosi produk-produk
sosialnya merupakan identitas dirinya dan MLM khususnya yang memiliki klaim manfaat
akan dipersepsi masyarakat dengan turut kesehatan dan kecantikan. Bila pembinaan ini
mengaitkan profesi dokter yang tersandang tidak diindahkan, terbuka peluang pemberian
bersama dengan identitas pribadi tersebut. sanksi etik kepada dokter yang bersangkutan.
Oleh karenanya, dokter dilarang menggunakan Selain itu, kerja sama dengan pemerintah juga
akun media sosialnya untuk mempromosikan diperlukan dalam mengawasi pemasaran produk-
suatu produk yang belum memiliki dasar ilmiah produk MLM yang memiliki klaim kesehatan,
kedokterannya, termasuk di dalamnya produk- pencegahan penuaan, dan kecantikan dengan
produk MLM.9 lebih ketat, dan tak segan menindak perusahaan
Dokter yang aktif mempromosikan produk- MLM jika ditemukan adanya pelanggaran.
produk yang tidak berdasar ilmiah dan memiliki
klaim kesehatan dan kecantikan itu dapat KONFLIK KEPENTINGAN
diingatkan oleh rekan profesinya, termasuk oleh
Divisi Pembinaan MKEK. Jika pengingatan ini Tidak ada konflik kepentingan.
diabaikan, maka terbuka kemungkinan dokter
tersebut diberi sanksi etik yang mengedepankan
perubahan perilaku.10
Tabiat penjualan MLM yang menerapkan
hubungan upline dan downline, dapat pula
disalahgunakan dalam tradisi profesi kedokteran
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018 43
Dokter Aktif di Multi Level Marketing (MLM) dengan Produk yang Mengklaim
Manfaat Kesehatan atau Penyembuhan, Bolehkah?
2
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
3
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
4
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara
5
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Abstract Verdict of ethical trials of Medical Ethics Council of Honors (MKEK) is generally
confidential. There are, however, several considerations in which a council decision can be disclosed,
ranging from partial to full disclosure, with complete or incomplete content. The considerations
include accused physician, authorized institutions, accuser factors, work environment of the accused,
educational interests, for reports, public and press considerations, and as a consequence of changes
in the Organizational Guidelines of MKEK in the future. Decision of this disclosure must be wisely
considered and in accordance with applicable guidelines.
putusan yang dibacakan oleh pimpinan sidang. sifat putusan terbuka, keputusan MKEK bersifat
Pada situasi di mana dokter juga merangkap tertutup. Dalam keadaan tertentu, keterbukaan
sebagai pengacara atau aparat hukum lainnya, keputusan MKEK sebagian besar bersifat
maka harus dijelaskan status dan perannya terbatas. Batasannya sangat restriktif, terbuka
pada proses sidang kemahkamahan MKEK ini. hanya pada pihak-pihak yang disebutkan
Konflik kepentingan harus dipastikan tidak dalam amar putusan. Pihak yang paling sering
terjadi.3 disebutkan ialah lembaga otoritatif yang
Keterbukaan penyampaian dan sejauh berwenang menindaklanjuti keputusan MKEK
mana sifat keterbukaan yang diizinkan adalah hal tersebut, baik organisasi profesi maupun
penting yang harus ada dalam setiap keputusan institusi lain yang berwenang dalam praktek/
MKEK. Keterbukaan dapat dinyatakan tersurat keilmuan kedokteran.
secara jelas dan tegas, dapat pula tersirat dengan Analisis sifat keterbukaan keputusan
misalnya keputusan tersebut diberikan kepada MKEK antara lain adalah sebagai berikut:
jajaran yang memiliki otoritas administratif
1. Terbuka dengan putusan lengkap/tidak
untuk penindaklanjutan (misalnya IDI Wilayah
lengkap untuk dokter teradu
setempat, Pengurus Besar IDI, Perhimpunan
Dokter Spesialis dokter teradu setempat, Konsil Putusan MKEK umumnya diberikan
Kedokteran Indonesia, Dinas/Suku Dinas kepada dokter teradu secara lengkap melalui
Kesehatan setempat, Rumah Sakit tempat sidang pembacaan putusan. Seandainya dokter
dokter tersebut berpraktek, dan sebagainya) teradu tidak datang saat pembacaan putusan,
sesuai dengan arahan tindak lanjut yang maka mekanisme dikembalikan kepada MKEK
menjadi bagian dari keputusan tersebut. tersebut.
Sifat keterbukaan sidang kemahkamahan Mekanisme ini perlu dibuat secara
etik MKEK, termasuk di dalamnya pengaturan bijaksana, misalnya jika alasan ketidakhadiran
sejauh mana keterbukaan pada mekanisme dokter teradu tersebut ada pada situasi sering
sidang dan amar putusannya, adalah jaga malam dan bahkan melampaui regulasi jam
sepenuhnya menjadi wewenang dari Ketua kerja dokter yang direkomendasikan, MKEK
MKEK/Ketua Divisi Kemahkamahan/Ketua justru pada kondisi itu perlu membantu dokter
Majelis Pemeriksa, sesuai Pedoman Organisasi teradu tersebut untuk dapat menjalankan
dan Tatalaksana Kerja MKEK Pasal 24 ayat 5.1 kewajibannya secara layak.4
Bagaimana jika keputusan yang dihasilkan Dokter teradu dapat dipertimbangkan
MKEK tidak menyebutkan dengan jelas sifat diberikan salinan surat keputusan lengkap
keterbukaan dan tidak pula menyebutkan apabila dalam proses menjalani sanksi
lembaga yang memiliki otoritas administratif? ataupun rehabilitasi pasca menjalani sanksi
Maka pemaknaan keterbukaan dikembalikan terdapat masalah dengan pihak-pihak terkait
penafsirannya sesuai Pedoman Organisasi yang berbeda penafsirannya. Keputusan
dan Tatalaksana MKEK Pasal 24 ayat 4, yang implisit lengkap yang eksekutorial akan sangat
menyatakan bahwa “Kecuali dinyatakan lain, membantu menyelesaikan masalah tersebut di
keputusan MKEK bersifat tertutup”.1 Dengan lapangan.
demikian keputusan detail hanya dimiliki
2. Terbuka secara lengkap/tidak lengkap
MKEK setingkat yang mengadakan sidang
untuk lembaga yang memiliki otoritas
tersebut.
Keputusan MKEK umumnya terbuka
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk lembaga yang memiliki otoritas/
kewenangan sehingga keputusan tersebut dapat
Dapatkah Keputusan Kemahkamahan Etik efektif dijalankan. Keputusan MKEK dapat
MKEK dinyatakan terbuka? diberikan secara lengkap/tidak lengkap kepada
Sebagaimana telah dijelaskan, apabila tidak lembaga yang memiliki otoritas tersebut sesuai
ada amar/diktum yang khusus menyebutkan dengan keadaan. Pemberian keputusan MKEK
46 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018
Prawiroharjo P, Santosa F, Reggy Lefrandt R, Sidipratomo P, dan Purwadianto A
secara lengkap dapat dipertimbangkan kepada menuntut dokter teradu di peradilan umum
lembaga yang memiliki kewenangan di antaranya dan memakai keputusan MKEK yang
jika dikhawatirkan adanya kesimpangsiuran menghukum dokter teradu sebagai penguat
informasi yang dirasakan dapat berujung tuntutannya. Pengalaman pahit ini membuat
pada kegamangan lembaga tersebut untuk insan kedokteran MKEK meradang, meskipun
menindaklanjutinya. tetap menghargai upaya hukum yang ditempuh
Lembaga yang memiliki otoritas/ pengadu. Selain itu, perlu dipahami bahwa
kewenangan namun tidak terbatas pada yang fungsi utama MKEK adalah pembinaan internal
disebutkan, di antaranya adalah: bagi anggota IDI, bukan untuk disiarkan keluar.
a. Pengurus IDI setingkat dengan MKEK yang Agar diketahui khalayak, pengurus dan
membuat keputusan. Majelis Pemeriksa MKEK ini sama sekali
b. MKEK PB IDI dan PB IDI yang menerima tidak menerima biaya dari negara (karena IDI
laporan sebagai arsip. merupakan organisasi profesi independen yang
c. Perhimpunan Dokter Spesialis sesuai dokter tak dibiayai negara) dan juga tidak menarik
teradu jika dokter teradu adalah spesialis. biaya pengaduan perkara sama sekali. MKEK
d. Dinas Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan, juga dalam bekerja sangat mengedepankan
dan atau instansi lainnya yang berwenang kompetensi dan profesionalisme, sehingga
menerbitkan Surat Izin Praktek pada umumnya yang ditunjuk untuk menyelesaikan
tempat dokter teradu berpraktek, jika jenis perkara sebagai Majelis Pemeriksa kasus aduan
sanksi yang dijatuhkan memiliki imbas pada tersebut adalah tim dokter terbaik yang tersedia
penghentian/pembekuan rekomendasi izin sesuai kompetensi dan relevansinya dengan
praktek dari IDI. kasus aduan tersebut, sehingga masalah aduan
e. Institusi pendidikan dan atau kolegium tersebut dapat ditelaah dengan sangat baik dan
terkait, jika bentuk sanksi yang diberikan melalui investigasi bermutu dari aspek ilmu dan
berupa dokter teradu diharuskan etika kedokteran.
menempuh pendidikan ulang atau program Dengan kata lain, pengadu sudah diberikan
pendidikan berkelanjutan tertentu. fasilitas layanan menyelesaikan aduannya secara
f. Serta lembaga yang dipandang memiliki gratis (tidak dipungut bayaran operasional
otoritas lain yang relevan terhadap subjek sama sekali oleh MKEK) dan aduan tersebut
keputusan (dokter teradu dan pengadu) ditindaklanjuti secara profesional. Namun
serta amar keputusan yang dihasilkan. bila keputusan MKEK malah dipakai pengadu
sebagai penguat argumentasinya dalam rangka
3. Terbuka untuk pihak pengadu
menjebloskan dokter teradu untuk terkena
Secara umum pihak pengadu yang sanksi hukum, maka kenyataan ini, meskipun
melaporkan dugaan pelanggaran etik pada tidak ada aturan yang melarang, tentu membuat
dokter teradu adalah pihak yang sangat penting insan kedokteran meradang. Pengadu yang
untuk diperhitungkan agar dapat dipenuhi licik mendapatkan modal penilaian bermutu
aspirasi keadilannya. Tentu saja MKEK sangat tinggi secara gratis untuk memuluskan agenda
memahami aspirasi tersebut dan sangat ingin kebenciannya kepada dokter teradu.
memuaskan dahaga pencarian keadilan itu Perlakuan picik seperti ini menjadi sangat
dengan sebaik-baiknya. Namun mengapa aturan mengancam nilai kesejawatan sesama dokter.
dalam Pedoman Organisasi dan Tatalaksana Hal ini rentan dijadikan proyek adu domba
MKEK tidak menyebutkan secara otomatis oleh pihak luar menggunakan tangan MKEK.
pihak pengadu diinformasikan tentang hasil Karena itu, dalam sidang pembacaan keputusan
putusan MKEK? dan juga sidang-sidang sebelumnya, pengadu
Hal ini dikarenakan pengalaman pahit tidak diperkenankan membawa alat perekam
sebelumnya, di mana keputusan MKEK suara termasuk ponsel.
dimanfaatkan oleh pengadu yang merupakan
masyarakat umum untuk melanjutkan
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018 47
Dapatkah Keputusan Kemahkamahan Etik Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Bersifat Terbuka?
merupakan pelanggaran etika kedokteran Karena hal ini sangat berpotensi merugikan
yang nyata. marwah profesi kedokteran dan organisasi
b. Jika dokter teradu terbukti menyebabkan profesi kedokteran, juga diakibatkan
keresahan publik dan atau banyak pihak penyampaiannya dilakukan secara masif
dari insan profesi kedokteran secara nyata, dan terbuka kepada publik, maka keputusan
akibat melakukan sosialisasi informasi keliru MKEK terkait dokter tersebut dapat
terkait kesehatan (hoax) yang disampaikan disampaikan terbuka sekaligus memberi
secara luas kepada masyarakat.6,7 Sebagai konfirmasi resmi kepada publik bahwa
contoh kasus untuk kerugian masyarakat organisasi profesi kedokteran yang dituduh
ialah ketika seorang dokter aktif melakukan tersebut tidak seperti apa yang dituduhkan.
kampanye antivaksin.8 d. Jika MKEK karena satu dan lain hal
Perbedaan antara situasi butir (a) dan dimintakan klarifikasinya secara luas oleh
(b) ialah pada butir (a) tampak itikad yang publik dan pers terkait duduk perkara aduan
sangat tidak baik dari dokter dengan aktif yang ditanganinya. Dalam kondisi demikian
dalam penyebaran hoax sehingga cenderung maka MKEK dapat bermusyawarah untuk
melakukan propaganda. Sementara butir membuat perubahan keputusan khusus
(b) menitikberatkan pada analisis dampak mengenai sifat keterbukaan dari amar
dari informasi yang keliru tersebut kepada keputusan tersebut. Tentu saja amar
masyarakat, marwah profesi kedokteran di keputusan tidak disampaikan secara total
mata masyarakat, serta banyak pihak insan kepada publik, perlu dilakukan pemilihan
profesi kedokteran secara nyata meskipun upaya dan pemilahan informasi terutama
penyebaran informasi ini tidak secara masif untuk meluruskan persepsi publik yang
dilakukan oleh dokter yang bersangkutan. berkembang secara liar terkait kasus
Pada kenyataan di lapangan, sering kali dua tersebut. Dalam hal ini MKEK yang diminta
situasi butir (a) dan (b) ini dapat terjadi secara klarifikasi tersebut wajib berkomunikasi
bersamaan. dengan MKEK pada tingkat yang lebih
c. Jika dokter dalam aktivitasnya di media tinggi.
massa/sosial aktif menyebarkan informasi e. Jika MKEK menetapkan pelanggaran
non kesehatan, misalnya terkait politik, tersebut sangat berat sehingga dokter
ras, agama, dan sebagainya yang sangat teradu dijatuhkan sanksi maksimal berupa
keliru (hoax), namun kekeliruannya itu pemberhentian tetap dari keanggotaan
sedemikian rupa dinilai merugikan marwah Ikatan Dokter Indonesia. Hal ini dapat
profesi kedokteran yang luhur, termasuk dipertimbangkan untuk diumumkan kepada
di dalamnya merugikan marwah organisasi masyarakat dan pers, sehingga masyarakat
profesi kedokteran Indonesia.7,9 Sebagai luas tidak lagi memosisikan dokter yang
contoh jika ada dokter yang menyebarkan dijatuhi sanksi berat tersebut sebagai
informasi bahwa IDI atau perhimpunan representasi dokter dalam pernyataan dan
kedokteran tertentu sudah ditunggangi tindak tanduknya di kemudian hari.
kepentingan politik, bahkan dituding Sebagai contoh kasus fiktif, dokter A
anti Pancasila dan Negara Kesatuan melakukan tindak tanduk yang membuat
Republik Indonesia (NKRI) hanya karena masyarakat luas memiliki persepsi keliru
organisasi tersebut melakukan audiensi terhadap profesi kedokteran, sehingga
dengan seorang tokoh politik atau dalam masyarakat marah dan menumpahkan
kegiatannya mengundang satu tokoh yang kemarahannya. Dokter A dianggap sebagai
dipersepsi oleh salah satu kubu politik representasi dokter di Indonesia pada umumnya,
sebagai bermasalah (bukan merupakan dan masyarakat menganggap tindak tanduk
vonis pengadilan atau keputusan hukum dokter A mencerminkan profesi kedokteran
negara lainnya). Padahal, tudingan serius ini di Indonesia sudah sampai titik nadir. Kasus
dilakukan tanpa proses verifikasi yang baik. ini lalu diadukan ke MKEK, yang kemudian
50 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018
Prawiroharjo P, Santosa F, Reggy Lefrandt R, Sidipratomo P, dan Purwadianto A
2
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
3
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
4
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Kata Kunci Abstrak Saat ini, internet telah banyak menyajikan informasi
Cybermedicine, diagnosis, internet tentang kedokteran dan kesehatan. Di satu sisi informasi yang
Korespondensi tersaji berupa penemuan-penemuan baru dan keberhasilan ilmu
pukovisa@ui.ac.id kedokteran di bidang eksperimen, operatif, invasif, maupun
Publikasi konservatif, yang sangat berguna bagi dokter dalam menjalankan
© 2018 JEKI/ilmiah.id profesinya untuk menolong pasien dan membantu edukasi awam
DOI kepada pasien. Namun di sisi lain, informasi ini tidak dapat
10.26880/jeki.v2i2.16
dipilih dan dipilah dengan baik oleh awam sehingga salah satunya
Tanggal masuk: 31 Maret 2018 melahirkan banyaknya pasien yang berusaha “mendiagnosis”
Tanggal ditelaah: 6 Mei 2018 dirinya sendiri, bahkan menterapi dirinya sendiri. Jenis pasien
Tanggal diterima: 10 Mei 2018 demikian semakin banyak, dan di tengah usaha coba-coba mereka
Tanggal publikasi: 12 Juni 2018 mendiagnosis dan menterapi diri sendiri, mereka pergi ke dokter
untuk meminta obat sebagaimana yang ia baca di internet untuk
diresepkan atau bahkan lebih jauh lagi, dapat menyanggah
diagnosis dan pendapat profesional dokter yang menangani.
Diperlukan sikap etis dokter untuk dapat menghargai pasien
sekaligus meluruskan dengan terang dan tegas terhadap informasi
keliru yang dipercaya pasien.
Abstract Nowadays, the internet has broadcasted various information about medicine and health.
The information may be of new discoveries and success in the field of experiments, operative, invasive,
and conservative, all of which is very useful for doctors in carrying out his duties to help and educate
patients. But on the other hand, the community cannot determine the correctness of such information
well, resulting in patients trying to “diagnose” himself, even self-medicating. There are increasing
number of such patients, and during their attempt to diagnose and self-medicate, they go to doctors
asking for drugs they read on the internet for prescription, or even further, to debate a professional
doctor’s diagnosis and opinion. Doctor’s ethical attitude is required to honor such patient as well as to
firmly straighten out the truth against such false information which the patient believes on.
medis.
PENDAHULUAN
Mencari informasi medis dulu adalah
Saat ini, nyaris semua orang di seluruh sulit bahkan bagi seorang dokter. Publikasi
dunia saat ini telah menggunakan dan jurnal kedokteran hanya dapat ditemukan di
memanfaatkan teknologi informasi khususnya perpustakaan, dan bahkan kadang harus melalui
internet. Informasi-informasi tersebut dapat proses pemesanan selama 5-7 hari. Namun, masa-
meliputi segala bidang, termasuk politik, masa sulit tersebut telah berakhir sekitar tahun
ekonomi/perdagangan, budaya, sosial, 1990-an dengan munculnya publikasi-publikasi
teknologi, olahraga, dan juga kedokteran/ baru yang dapat diunduh dari internet. Ilmu
pengetahuan yang mengaplikasikan teknologi dan masyarakat awam, yang relatif tidak pernah
internet pada bidang kedokteran dan kesehatan belajar khusus ilmu-ilmu kedokteran mulai dari
masyarakat, bersama dengan studi mengenai tingkat dasar hingga penerapan.
dampak dan implikasi internet, serta evaluasi Akibatnya, pasien cenderung menganggap
kesempatan dan tantangan dalam pelayanan bahwa seluruh informasi medis yang tertulis
kesehatan diisitilahkan sebagai cybermedicine di internet adalah nyata dan benar, bahkan
(kedokteran internet). jika tulisan itu dinarasikan dengan sangat
Perlu diperhatikan bahwa cybermedicine meyakinkan, tulisan internet tersebut dianggap
berbeda dari telemedicine (kedokteran jarak jauh) lebih benar daripada pendapat dokter
walaupun keduanya berhubungan erat dengan sungguhan. Dari kepercayaan pasien terhadap
teknologi internet, di mana cybermedicine informasi tersebut, mulailah ia “mendiagnosis”
digunakan untuk menyebarkan informasi klinis dirinya dengan data-data keluhan yang ia
dan non-klinis kepada dunia umum, sementara rasakan, dan bahkan mengobati dirinya dengan
telemedicine membagikan informasi klinis dalam obat yang tertulis di internet. Masalah kemudian
lingkungan medis yang tertutup.1 muncul ketika obat tersebut sulit didapatkan
Paralel dengan bioteknologi, di apotek karena harus melalui resep dokter.
cybermedicine berpotensi mengubah dunia Pasien yang sudah kadung yakin ini dapat tidak
dengan menghasilkan keuntungan yang hilang akal dan menyiasati dengan datang ke
beragam kepada manusia. Apalagi, informasi dokter sungguhan hanya untuk meminta resep
kedokteran dari internet adalah salah satu yang dimaksud.
yang mendapatkan perhatian terbesar untuk Dokter yang dikunjungi, mendengar
dibaca dan bahkan diyakini sebagai kebenaran, cerita pasien ini, mungkin akan menemukan
karena umumnya mengklaim bahwa manusia hal-hal yang tidak sesuai, diskrepansi antara
akan hidup lebih lama dan lebih sehat. Sebut gejala pasien dan diagnosis yang dibuatnya
saja informasi mengenai penemuan-penemuan sendiri. Namun sering kali, ketika sang dokter
baru dan keberhasilan ilmu kedokteran di menyatakan ketidaksetujuannya, malah
bidang eksperimen, operatif, invasif, maupun pasiennya berbalik mendebat dia dengan ilmu
konservatif, yang sangat berguna bagi dokter pengetahuan seadanya dari “Dr. Internet”
dalam menjalankan profesinya untuk menolong yang tidak didukung oleh dasar pemahaman
pasien dan membantu edukasi awam kepada atas fisiologi dan patofisiologi. Tidak jarang
pasien. dokter tersebut kemudian membalas dengan
Sebagaimana informasi lainnya yang nada emosi yang kurang pantas dan bahkan
tersebar di internet, tanggung jawab medis menyebabkan pelanggaran etika kedokteran.
dan etik juga melekat pada informasi dalam Lalu bagaimanakah sikap dokter yang semestinya
cybermedicine, dalam hal ini terutama adalah dalam menghadapi pasien seperti ini?
etik kedokteran. Sayangnya ada oknum yang Dokter harus menjadi benteng terdepan
menyalahgunakan kemudahan tersebut untuk dalam menghadapi informasi dari internet yang
tujuan pribadi atau kelompoknya. Lalu lintas merugikan pasien.2 Sebaliknya, dokter juga
informasi di dunia internet tersebut sedemikian harus menghindarkan diri dari penggunaan
masif dan membanjir, bercampur baur antara media sosial yang tidak sesuai dengan prinsip-
informasi yang otentik, nyata, serta berguna, prinsip luhur profesi, di antaranya malah
dan yang keliru, bohong, serta menyesatkan menyebarkan hoax atau beriklan secara
(hoax). berlebihan.2,3 Penyalahgunaan cybermedicine
Bagi seorang dokter yang gemar membaca berupa kesengajaan melakukan propaganda
jurnal dan sumber informasi ilmiah kedokteran informasi keliru (hoax) dapat dihukum menurut
yang mutakhir, umumnya akan lebih mudah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
dalam memilah dan memilih mana informasi tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
medis yang otentik dan mana yang keliru. yang kemudian diperbaharui/diperjelas dalam
Namun keahlian ini tidak dimiliki oleh pasien Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016.4
54 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018
Santosa F, Purwadianto A, Sidipratomo P, Pratama P, dan Prawiroharjo P
Tulisan ini ditujukan untuk membahas dibutuhkan oleh orang-orang yang secara
berbagai aspek etik yang berhubungan dengan sukarela mau menjadi pasien saya.” Kemudian
cybermedicine, khususnya dalam lingkup Dr. L mengakhiri pembicaraannya dengan sang
pelaksanaannya di Indonesia, bersama dengan pasien, yang segera meninggalkan poliklinik.
peraturan-peraturan yang mendampingi Contoh kasus di atas merupakan salah satu
pelaksanaannya. konsekuensi dari cybermedicine. Informasi medis
yang terbuka untuk umum memungkinkan
HASIL DAN PEMBAHASAN pasien untuk mempelajari sendiri penyakitnya,
bahkan mendiagnosis diri sendiri. Tidak jarang
Diagnosis dari “Dr. Internet” muncul pasien yang lebih menguasai penyakitnya
Masih beberapa menit lamanya Dr. L dibandingkan dokter yang dikunjunginya, dan
duduk di kursi meja tulis sambil membayangkan dalam kasus demikian sering kali dokter merasa
peristiwa yang baru dialaminya: dia baru saja “dilangkahi” atau “direndahkan,” sehingga sulit
untuk pertama kalinya “mengusir” seorang untuk mengontrol amarahnya.
pasien, bukan karena pasiennya berbuat
kekerasan atau bertindak kasar. Pasiennya Sikap Dokter terhadap Pasien dari “Dr.
adalah seorang gentleman berusia lima puluhan Internet”
tahun, berpakaian rapi, tampak terawat. Ia Sebagai seorang profesional yang memiliki
adalah spesialis piranti lunak dan direksi dari kompetensi terbaik dalam bidang kesehatan,
sebuah bank, yang dengan tenang dan ramah dokter perlu tetap mengedepankan prinsip-
memulai pembicaraan dengan Dr. L. Pasien prinsip luhur yang terkandung dalam Sumpah
kemudian mengutarakan keluhan rasa ingin Dokter dan KODEKI dalam menghadapi pasien
sering buang air kecil yang menekan di daerah yang mendiagnosis dirinya sendiri dengan
pubis dengan disertai rasa sakit. informasi dari internet. Pasal 14 KODEKI
Ketika Dr. L memulai dengan anamnesis berbunyi, “Seorang dokter wajib bersikap tulus
yang mengarah ke dugaan penyakitnya, pasien ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan
langsung mengambil tablet PC dari tasnya dan dan keterampilannya untuk kepentingan
mengatakan bahwa semua masalah penyakit pasien…”.5 Oleh karena itu, sikap seorang
sudah jelas. “Oh baik, siapakah TS yang merujuk dokter dalam kasus seperti di atas sebaiknya
Anda ke tempat praktik saya?” kata Dr. L ingin adalah bijaksana dan tenang, karena tujuan
tahu. “Tidak ada yang merujuk saya kemari, mulia dari profesinya adalah demi kepentingan
saya mempelajari dan menyelidiki keluhan yang pasien, bukan demi harga dirinya apalagi
saya alami dan rasakan di internet.” amarahnya semata.
Kemudian sang pasien memberitakan ada Dokter juga harus tetap mempertimbangkan
2 kesimpulan diagnosis penyakit terkait keluhan muatan sumpah kedokteran, terutama sumpah
yang dideritanya. Pasien sendiri berpendapat kedokteran terbaru yang dirilis WMA yang
bahwa dia menderita prostatitis bakterial dan lebih menegaskan salah satu frase sumpah
hanya datang ke poliklinik Dr. L untuk meminta “I WILL RESPECT the autonomy and dignity of
resep. “Anda meminta saya menulis resep obat, my patient”.8 Jangan sampai ketidaksukaan
tanpa harus memeriksa Anda, hanya karena dan ketidaksetujuan kita sebagai dokter
Anda telah mendapat diagnosa penyakit Anda terhadap pasien yang telah memiliki banyak
dari internet?” prasangka akibat membaca-baca sumber dari
Dr. L merasakan bahwa dalam dirinya internet, membuat berkurang sikap kita untuk
mulai timbul rasa amarah yang meluap, tetapi menghormati pasien tersebut.
jiwa profesionalisme tetap dipegang teguh, Selain itu, hubungan luhur profesi dokter
dan sebagai dokter dia harus dapat mengekang dengan pasien adalah sangat spesial, bukanlah
amarahnya dan mengatasi situasi ini demi seperti penyelenggara jasa biasa dengan kliennya,
sang pasien. “Tidak mungkin,” jawab Dr. L apalagi seperti atasan dengan bawahan. Dokter
datar. “Saya hanya menuliskan resep yang adalah mitra pasien dalam mencapai kesehatan
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018 55
Sikap Etis Dokter pada Pasien yang “Mendiagnosis” Diri Sendiri
Menggunakan Informasi Internet pada Era Cyber Medicine
dan hubungan dokter-pasien didasarkan pada klinis lain yang dapat mengarahkan ke diagnosis
kepercayaan penuh. Perbedaannya hanyalah yang berbeda.
dokter dibekali dengan berbagai ilmu dan Bila pasien tetap menolak diperiksa dan
pengalaman akan dunia medis, yang harus dikaji ulang, sesungguhnya itu adalah termasuk
dibagikan kepada pasien. Namun, dokter yang hak pasien berdasarkan penjelasan cakupan
mempelajari sedemikian banyak penyakit kadang pasal 10 KODEKI, butir ke-2 dan ke-4.5 Maka
tidak sepenuhnya mengetahui hal-hal detail, seyogyanya dokter wajib menghormati pendapat
apalagi yang non-esensial, dari suatu penyakit. atau anggapan pasien atas penjelasannya, dan
Apalagi pasien, yang berasal dari latar belakang menyampaikan bahwa dengan demikian pasien
keilmuan yang berbeda, tidaklah mungkin menolak pelayanan medisnya yang merupakan
sepenuhnya memahami suatu penyakit sedetail satu kesatuan dari anamnesis, pemeriksaan
apa pun artikel yang dibacanya, itu pun bila fisik, pemeriksaan penunjang, hingga terapi.
artikel tersebut adalah artikel berkualitas yang Dokter juga perlu berkonsultasi kepada
berbasiskan bukti. Logika dan penalaran medis pakar etik kedokteran serta memahami konteks
adalah sesuatu yang harus dipelajari secara dan hal-hal apa saja yang diperlukan agar
khusus selama bertahun-tahun serta ditempa masalah ini kemudian tidak menjadi perkara
oleh pengalaman dalam periode yang lebih lama kemahkamahan etik kedokteran di masa
lagi, sehingga tidak mungkin dikuasai hanya dari mendatang.7
membaca selama beberapa menit. Hal demikian
berlaku sebaliknya; tidaklah mungkin seorang KESIMPULAN
dokter mampu menguasai penuh kemampuan
pasiennya yang adalah spesialis piranti lunak, Dokter harus memegang teguh Sumpah
misalnya, hanya dengan membaca artikel Dokter dan menggunakan kemudahan
tertentu selama beberapa menit. Diskrepansi cybermedicine secara proporsional dan profesional.
pengetahuan antara dokter dan pasiennya ini Dokter hendaknya tidak menyebarkan berita
harus diakui oleh kedua belah pihak dengan yang tidak berlandaskan kenyataan, apalagi yang
hati besar dan pikiran yang terbuka. nyata-nyata bohong. Dokter hendaknya dapat
Komunikasi adalah kunci dalam kasus berkepala dingin dalam menghadapi pasien
seperti ini. Pasien yang hanya membaca satu yang mendiagnosis dirinya sendiri melalui
penyakit mungkin mengetahui beberapa fakta informasi cybermedicine. Dokter juga hendaknya
tambahan yang tidak diketahui sang dokter. selalu mengedepankan kesejawatan dan bersatu
Oleh karena itu, solusi terbaik adalah diskusi. bersama dalam menjaga kedamaian di NKRI
Dokter dapat menanyakan apa yang diketahui melalui tulisan-tulisan yang konstruktif di
pasien dari penyakitnya termasuk sumber bidang ilmu kedokteran.
artikel yang dibacanya. Dokter dengan dasar
keilmuannya dapat membantu menilai apakah KONFLIK KEPENTINGAN
sumber artikel tersebut adalah valid secara
medis atau hanya hoax. Terlepas dari apakah Tidak ada konflik kepentingan.
pasien tersebut memilih untuk memercayai
penjelasan dari dokter ataupun tidak, semua UCAPAN TERIMA KASIH
dikembalikan pada prinsip otonomi pasien.
Kemudian, dokter dapat menawarkan Penulis memberikan ucapan terima kasih
pemeriksaan ulang untuk mengkonfirmasi kepada Fadlika Harinda yang telah membantu
diagnosis. Pasien perlu diberi pengertian penulis dalam merealisasikan tulisan ini.
bahwa tentunya diagnosis “Dr. Internet” hanya
berdasarkan keluhan pasien (“anamnesis” yang
tidak sistematis) tanpa disertai pemeriksaan
fisik. Dalam pemeriksaan ulang tersebut sangat
mungkin ditemukan gejala dan manifestasi
56 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018
Santosa F, Purwadianto A, Sidipratomo P, Pratama P, dan Prawiroharjo P
REFERENSI
1. Eysenbach G, Sa ER, Diepgen TL. Shopping
around the internet today and tomorrow:
Towards the millennium of cybermedicine.
BMJ. 1999 Nov 13;319(7220):1294–1294.
https://doi.org/10.1136/bmj.319.7220.1294.
2. Prawiroharjo P, Librianty N. Tinjauan
Etika Penggunaan Media Sosial oleh Dokter. J
Etik Ked Ind. 2017 Oct 11;1(1):31. https://doi.
org/10.26880/jeki.v1i1.7.
3. Prawiroharjo P, Meilia PDI. Dokter
beriklan: Sebuah tinjauan menurut Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) tahun 2012. J
Etik Ked Ind. 2017 Oct 11;1(1):13. https://doi.
org/10.26880/jeki.v1i1.4.
4. Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas
Undang-Undang Republik Indonesia nomor
11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik. 2016.
5. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
Indonesia. Kode etik kedokteran tahun 2012.
Jakarta; 2012.
6. Purwadianto A, Wasisto B, Sjamsuhidajat
R. Penerapan revisi sumpah dokter terbaru
oleh World Medical Association (WMA) di
Indonesia. J Etik Ked Ind. 2018 Mar 19;2(1):7.
https://doi.org/10.26880/jeki.v2i1.9.
7. Rozaliyani A, Meilia PDI, Librianty N.
Prinsip penetapan sanksi bagi pelanggaran etik
kedokteran. J Etik Ked Ind. 2018 Mar 19;2(1):19.
https://doi.org/10.26880/jeki.v2i1.11.
Kata Kunci Abstrak Bioetika telah berkembang di Indonesia sejak tahun 2000,
Etika klinis, konsultasi etika, bioetika namun sampai saat ini belum banyak rumah sakit di Indonesia
yang menyediakan pelayanan etika klinis. Sebagai konsekuensinya,
Korespondensi
belum ada publikasi tentang etika klinis sampai saat ini di Indonesia.
henky@unud.ac.id
Sementara itu, kemajuan teknologi medis telah memicu timbulnya
Publikasi berbagai dilema etis yang harus diputuskan oleh para klinisi yang
© 2018 JEKI/ilmiah.id berpraktik di sarana pelayanan kesehatan. Idealnya, keputusan
DOI tersebut seharusnya didukung pendapat ahli etika. Oleh karena
10.26880/jeki.v2i2.17 itu, makalah ini akan menelaah pentingnya pelayanan etika
klinis di Indonesia dengan meninjau pengalaman pelayanan etika
Tanggal masuk: 17 Desember 2017
klinis yang terdapat di Inggris, Amerika Serikat, dan Australia.
Tanggal ditelaah: 6 Mei 2018 Meskipun terdapat beberapa kritik terhadap pelayanan etika
Tanggal diterima: 10 Mei 2018 klinis, temuan empiris telah menunjukkan manfaat dari pelayanan
etika klinis. Tulisan ini mendukung pendapat bahwa pelayanan
Tanggal publikasi: 12 Juni 2018
etika klinis harus dibentuk di seluruh sarana pelayanan kesehatan
yang berada di Indonesia karena meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, mengurangi risiko tuntutan hukum, dan memenuhi
kehendak masyarakat.
Abstract Bioethics has been developing in Indonesia since 2000, but to this date only few hospitals
in Indonesia provide clinical ethics services. Therefore, there has been no publication on clinical
ethics until now in Indonesia. Meanwhile, the advance of medical technology certainly gives rise
to many ethical dilemmas that must be resolved by clinicians in health facilities. These decisions,
ideally, should be supported by ethicists. Hence, this paper will assess the importance of clinical ethics
support in Indonesia by reviewing the experience of established clinical ethics services in the UK,
the US, and Australia. Despite several critics against clinical ethics consultation, empirical findings
have demonstrated the benefit of clinical ethics committees. This article will argue that clinical ethics
support should be mandated in Indonesian hospitals because it can improve the quality of health care,
reduce litigation risks, and is desired by community.
martabat pasien, tidak mengomunikasikan Tentunya, konsultasi etika klinis sangat berguna
informasi pasien dengan baik, tidak memiliki untuk memfasilitasi diskusi dan membantu
belas kasihan, dan sebagainya.10 Tidak kedua belah pihak untuk mengidentifikasi,
diterapkannya “mikroetika”20 ini tentunya akan memahami, dan mengelola isu-isu etis menuju
memberikan pengalaman buruk bagi pasien kesepakatan bersama.10
sehingga menurunkan kualitas pelayanan di
sarana pelayanan kesehatan tersebut.21 Kondisi Aspek Hukum Pelayanan Etika Klinis
itu dapat dihindari dengan memanfaatkan Manfaat terpenting pelayanan etika klinis
pelayanan etika klinis. ialah mencegah tuntutan hukum terhadap
Dua dari tiga fungsi utama komite etika praktisi medis saat terjadi sengketa antara
klinis adalah memfasilitasi pendidikan etika dokter dan pasien. Sebagai langkah pencegahan,
kepada dokter dan mengembangkan pedoman komite etika klinis dapat menyiapkan panduan
praktik klinis yang etis.11,17,18 Pendidikan bioetika etika klinis yang seragam, antara lain prosedur
akan memberikan pengetahuan mengenai persetujuan tindakan kedokteran, pernyataan
bioetika bagi praktisi kesehatan dan pedoman di muka atau wasiat, pengambilan keputusan
etika klinis akan memandu klinisi untuk oleh wali, perintah untuk tidak melakukan
bersikap profesional saat menangani pasien. resusitasi, penentuan kesia-siaan medis,
Dukungan ini diharapkan dapat mendorong pemecahan masalah terkait awal dan akhir
para dokter untuk mempraktikkan mikroetika kehidupan, dan lain-lain. Pedoman tersebut
dalam kegiatan pelayanan kesehatan sehari-hari. dapat memaksimalkan komunikasi dan
Dengan demikian, terdapat hubungan kuat meminimalkan konflik dokter-pasien, yang
antara etika dan kualitas pelayanan yaitu kualitas pada akhirnya dapat mengurangi potensi risiko
pelayanan kesehatan dibangun berdasarkan tuntutan hukum dari pihak penerima layanan
standar dan prinsip etika, sementara itu kesehatan.24 Selain itu, hasil diskusi komite
praktik klinis yang etis meningkatkan kualitas etika klinis mengenai beberapa kasus sulit
pelayanan kesehatan. Kedua hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai representasi nilai moral
dapat dipisahkan.22 di masyarakat25 karena keputusan yang diambil
Pelayanan etika klinis dapat meningkatkan berasal dari berbagai perspektif, yaitu dokter,
kualitas pengambilan keputusan klinis yang filsuf, ahli etika, perawat, pasien, keluarga,
etis. Hal itu sejalan dengan salah satu fungsi sosiolog, ahli hukum, ahli antropologi, dan
utama komite etika klinis, yaitu memberikan bahkan para ahli agama. Apabila terjadi
konsultasi kasus.11,17,18 Siegler dan Singer18 perselisihan hukum dalam pelayanan
menekankan bahwa peran utama konsultan kesehatan, seperti yang ditemukan pada kasus
etika adalah membantu pengambilan Quinlan, pengadilan dapat mempertimbangkan
keputusan klinis yang baik. Konsultan etika rekomendasi dari komite etika klinis sebagai
sangat berperan dalam menghadapi keinginan prosedur formal atau keterangan ahli yang
pasien yang amat beragam.23 Kondisi tersebut merupakan bagian dari proses peradilan.4, 26
dapat ditemukan ketika terdapat keragaman Beberapa ahli pernah keliru menduga
perspektif moral dalam masyarakat, yang dapat bahwa keputusan yang dibuat komite etika klinis
memperburuk komunikasi dokter-pasien. Hal adalah keputusan yang bersifat paternalistik.
itu umumnya ditemukan di negara-negara Penyebabnya adalah karena pertemuan yang
multikultural, salah satunya Indonesia. Pada dilakukan para pakar tersebut berlangsung
kondisi tersebut, pasien dapat berkonsultasi rahasia dan tertutup, tanpa prosedur transparan,
kepada konsultan etika klinis demi memperoleh sehingga tidak ada yang tahu bagaimana proses
pandangan netral dari pihak ketiga. Dokter yang justifikasi atas keputusan yang dibuat.6,27
berpraktik dalam lingkungan budaya berbeda Namun, saat ini, situasinya telah berubah
juga dapat memanfaatkan layanan konsultasi akibat maraknya tuntutan untuk memberikan
etika klinis dengan mencari konsultan etika pelayanan yang berorientasi kepada pasien
berpengalaman dan memahami kearifan lokal. dan gerakan pemenuhan hak asasi manusia
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018 61
Pelayanan Etika Klinis
di bidang kesehatan. Gerakan ini mendorong mereka sendiri. Selain itu, di Amerika Serikat,
komite etika klinis untuk mempersiapkan di mana pelayanan konsultasi etika klinis telah
prosedur yang transparan dan akuntabel saat ditetapkan sejak tahun 1971, tidak ada bukti
menangani kasus etika klinis, yang siap untuk bahwa konsultan etika klinis dituntut secara
diteliti oleh setiap pihak yang berkepentingan. hukum atas konsultasi yang diberikan.8
Meskipun demikian, terdapat risiko
potensi tuntutan hukum yang harus diantisipasi Dikehendaki atau Tidak Dikehendaki?
komite etika klinis. Tanggung jawab hukum Beberapa ketidaksepakatan terkait
mungkin dapat dilekatkan kepada komite etika pelayanan etika klinis timbul di kalangan profesi
klinis dan mereka dapat dianggap lalai apabila dokter. Mereka khawatir profesionalisme tenaga
memberikan rekomendasi yang tidak tepat.8,14,17 kesehatan akan tergerus akibat keputusan
Ketika komite etika klinis memberikan nasihat otonom komite etika klinis. Keputusan
sehubungan dengan perawatan pasien, mereka yang sewenang-wenang dikhawatirkan dapat
juga seharusnya ikut bertanggung jawab mengurangi kebebasan para klinisi untuk
terhadap pasien tersebut.8,17 Namun, kelalaian membuat keputusan moral yang tepat bagi
medis baru terbukti bila ditemukan empat hal pasien mereka.15-18,25 Hal itu dapat mengikis
berikut: (1) terdapat kewajiban, (2) pelanggaran peran dokter dalam hubungan dokter-pasien.3
terhadap pemenuhan kewajiban tersebut, Diskusi etika klinis telah menjadi bagian
(3) kerugian yang terjadi akibat konsekuensi tidak terpisahkan dalam praktik kedokteran
langsung dari pelanggaran kewajiban tersebut, sehari-hari, seperti yang diklaim editorial
dan (4) tidak adanya bukti kelalaian dari pihak Lancet31 (hal.897): “Debate on ethical matters is
lawan.28 as much an integral part of everyday doctoring as
Komite etika klinis tidak memiliki kewajiban choosing the best treatment for patients”. Selain
terhadap pasien, namun terhadap dokter yang itu, sebagai konsekuensi dari pengurangan
meminta saran. Meskipun konsultan etika dapat kebebasan dokter, para klinisi cenderung
dianggap sebagai bagian dari tim pelayanan untuk melepaskan tanggung jawab keputusan
kesehatan sehingga mereka memiliki kewajiban moral mereka kepada komite etika klinis. Hal
untuk merawat pasien, harus dibuktikan bahwa ini tentunya akan mengikis tanggung jawab
telah terjadi pelanggaran terhadap kewajiban profesional dokter.3, 11, 14
tersebut. Untuk membuktikan pelanggaran Konsep pelayanan etika klinis dapat
kewajiban ini, perlu dilakukan tes Bolam, berupa model mediasi. Pada jenis ini, peran
yang menunjukkan penyimpangan standar konsultan etika tidak membuat keputusan,
pelayanan. Akan tetapi, sampai saat ini, belum namun memfasilitasi proses pengambilan
ada standar yang ditetapkan bagi para ahli etika. keputusan yang rasional, yang memberikan
Upaya membuktikan keterkaitan langsung solusi terhadap permasalahan etika klinis yang
antara pelanggaran kewajiban dan kerugian sedang dihadapi.32,33 Para dokter tidak perlu
yang terjadi sangatlah rumit. Jika dokter mengkhawatirkan kemerosotan moral profesi
telah mengikuti saran komite etika klinis dokter apabila melakukan konsultasi etika
dan kejadian tidak diharapkan yang telah klinis. Para ahli etika memiliki kompetensi dan
diperkirakan sebelumnya tetap terjadi, mungkin pengalaman yang bisa dibagi dengan kolega
saja terdapat hubungan kausal antara kejadian yang lain.19,34 Hal itu merupakan salah satu
tersebut dengan instruksi komite etika klinis.29 bentuk kerja sama interprofesional yang harus
Tetapi, kondisi ini hanya terjadi pada pelayanan dikembangkan untuk mencapai tujuan bersama
etika klinis yang bersifat otoritatif. Apabila bagi kebaikan pasien sehingga meningkatkan
rekomendasi komite etika klinis tidak mengikat, kepercayaan publik.35
dengan kata lain dokter memiliki pilihan untuk Masalah lain yang perlu dibahas adalah
mengikuti atau tidak mengikuti saran komite respons cepat komite etika klinis dalam situasi
etika klinis, tentunya dokter bertanggung jawab gawat darurat.3,14,36 Dalam keadaan seperti
penuh atas kejadian yang diakibatkan pilihan ini, prosedur konsultasi etika klinis dapat
62 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018
Henky
menambah birokrasi baru3,15-17,25 sehingga Studi analisis ekonomi Bacchetta dan Fins24 juga
memperlambat waktu untuk menyelamatkan menunjukkan bahwa konsultasi etika klinis
jiwa pasien karena harus menunggu jawaban ternyata mengurangi biaya rumah sakit. Selain
komite etika klinis.12, 14-16 Selain itu, komite etika itu, seperti yang telah dibahas sebelumnya,
klinis tidak mungkin memberikan jawaban tepat komite etika klinis dapat memberikan panduan
dengan cepat karena kemampuan mereka hanya yang seragam sehingga dapat menghemat
memfasilitasi proses pengambilan keputusan biaya melalui komunikasi yang lebih baik dan
rasional.5 Gill, dkk menyarankan agar rumah mengurangi konflik antara dokter dan pasien.
sakit di Australia menyediakan pelayanan Pada akhirnya, risiko tuntutan hukum dapat
konsultasi etika klinis darurat. Mereka telah diminimalisasi, sehingga mengurangi biaya
meneliti bahwa pasien, keluarga, dan staf malapraktik medis.
rumah sakit menyatakan tingkat kepuasan Beberapa ahli mungkin masih menganggap
tinggi terhadap pelayanan konsultasi etika bahwa pelayanan etika klinis berisiko untuk
klinis darurat. Selain itu, komite etika klinis mengesampingkan kepentingan pasien16, 17, 25
juga memiliki peran dalam melatih para klinisi karena pakar etika dibayar oleh rumah sakit
untuk membuat keputusan etis cepat dalam sehingga mereka tidak dapat memediasi konflik
situasi darurat dengan cara menganalisis kasus- antara dokter dan pasien secara independen dan
kasus secara retrospektif.17 Pada situasi tidak imparsial. Para ahli etika cenderung mengambil
mendesak, seperti pengambilan keputusan keputusan yang menguntungkan rumah
untuk mengakhiri kehidupan, dokter masih sakit karena insentif mereka tergantung dari
dapat bekerja sama dengan konsultan etika pendapatan rumah sakit. Akan tetapi, sebagai
klinis dalam sebuah forum tanpa memerlukan konsultan etika klinis yang profesional, para
birokrasi formal. ahli etika seharusnya berpraktik berdasarkan
Hal lain yang perlu dipertimbangkan kode etik bagi konsultan etika klinis.39
adalah efektivitas biaya pelayanan etika klinis.3,16 Akhirnya, beberapa fakta empiris di Inggris
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan belum mendukung kebutuhan pelayanan konsultasi
menyadari manfaat pelayanan etika klinis etika klinis. Larcher, et al15 mendeskripsikan
sehingga banyak personil etika klinis yang tidak bahwa staf rumah sakit memerlukan sebuah
dibayar. Hal ini tentunya menurunkan motivasi forum untuk mengonsultasikan isu-isu etis,
mereka sebagai konsultan etika klinis.36 memperoleh pendidikan dan pelatihan
Namun, saat ini sebagian besar sarana pelayanan etika, mengembangkan pedoman etika,
kesehatan di Indonesia didanai jaminan serta merefleksikan masalah-masalah etika
kesehatan nasional yang pembiayaannya berasal pada situasi klinis yang tidak darurat. Survei
dari pajak masyarakat. Oleh karena itu, dana yang dilakukan Slowther dan Underwood40
tersebut harus dimanfaatkan secara optimal menggambarkan bahwa 71% tenaga kesehatan
untuk memberi manfaat bagi masyarakat. merujuk kasus-kasus dengan dilema etis ke
Pelayanan etika klinis dapat mengurangi komite etika klinis. Selanjutnya, sebuah survei
biaya rumah sakit. Sebuah penelitian terkontrol nasional di Inggris dengan tingkat respons 99%
yang dilakukan secara acak oleh Schneiderman, mengenai pelayanan etika klinis bagi tenaga
dkk di 7 rumah sakit Amerika Serikat kesehatan yang dilakukan oleh Slowther, dkk3
melaporkan bahwa konsultasi etika bagi 278 menunjukkan bahwa 89% responden sangat
pasien yang dirawat di ICU mengurangi lama setuju bahwa mereka memerlukan pelayanan
tinggal di rumah sakit dan ICU sehingga etika klinis. Tentunya, survei nasional seperti
menurunkan biaya perawatan yang tidak ini juga harus dilakukan di seluruh sarana
bermanfaat. Dowdy, dkk38 melaporkan hal yang pelayanan kesehatan untuk mengetahui
sama, bahwa konsultasi etika klinis secara aktif kebutuhan pelayanan etika klinis di Indonesia.
akan mengurangi lama tinggal bagi 99 pasien
yang sudah berada dalam keadaan terminal.
15. Larcher VF, Lask B, McCarthy JM. 24. Bacchetta MD, Fins JJ. The economics
Paediatrics at the cutting edge: Do we need of clinical ethics programs: A quantitative
clinical ethics committees? Journal of Medical justification. Cambridge Quarterly of Healthcare
Ethics. 1997;23(4):245-9. https://doi. Ethics. 1997;6(04):451-60.
org/10.1136/jme.23.4.245
25. Gillon R. Clinical ethics committees-
16. Larcher V. Role of clinical ethics -pros and cons. Journal of Medical Ethics.
committees. Archives of Disease in Childhood. 1997;23(4):203-4.
1999;81(2):104-6. http://dx.doi.org/10.1136/
26. Slowther A-M, Hope T. Clinical ethics
adc.81.2.104
committees. BMJ. 2000;321(7262):649-50.
17. Larcher V. The development and function
27. Lo B. Behind closed doors: Promises
of Clinical Ethics Committees (CECs) in the
and pitfalls of ethics committees. New England
United Kingdom Diametros. 2009;22:47-63.
Journal of Medicine. 1987;317(1):46-50. https://
http://dx.doi.org/10.13153/diam.22.2009.362
doi.org/10.1056/NEJM198707023170110
18. Siegler M, Singer PA. Clinical ethics
28. Kerridge I, Lowe M, Stewart C. Trust,
consultation: godsend or “God Squad?”. The
standards of care, error and negligence. Dalam:
American Journal of Medicine. 1988;85(6):759-
Kerridge I, Lowe M, Stewart C, editors. Ethics
60.
and Law for the Health Professions. 4th ed.
19. Tarzian AJ, Force ACCUT. Health Sydney: The Federation Press; 2013. p. 185-235.
care ethics consultation: An update on core
29. Hendrick J. Legal aspects of clinical
competencies and emerging standards from the
ethics committees. Journal of Medical
American Society for Bioethics and Humanities’
Ethics. 2001;27(suppl 1):i50-i3. https://doi.
Core Competencies Update Task Force. The
org/10.1136/jme.27.suppl_1.i50
American Journal of Bioethics. 2013;13(2):3-13.
https://doi.org/10.1080/15265161.2012.75038 30. Siegler M. Ethics Committees:
8 Decisions by bureaucracy. The Hastings
Center Report. 1986;16(3):22-4. https://doi.
20. Komesaroff PA. From bioethics to
org/10.2307/3563271
microethics: The need to return ethical debate
to the clinic. Dalam: Komesaroff PA, editor. 31. Editorial. The ethics industry. The Lancet.
Experiments in love and death: Medicine, 1997;350(9082):897. https://doi.org/10.1016/
postmodernism, microethics and the body S0140-6736(97)21039-1
Carlton, Vic.: Melbourne University Press;
32. Fiester A. Bioethics mediation & the
2008. p. 20-46.
end of clinical ethics as we know it. Cardozo J
21. McClimans L, Slowther A-M, Parker M. Conflict Resol. 2013-2014;15:501-13.
Can UK Clinical ethics committees improve
33. Agich GJ. Authority in Ethics
quality of care? HEC Forum. 2012;24(2):139-47.
Consultation. The Journal of Law, Medicine &
https://doi.org/10.1007/s10730-012-9175-z
Ethics. 1995;23(3):273-83.
22. Nelson WAP, Gardent PBCPA. Ethics
34. Larcher V, Slowther AM, Watson
and quality improvement. Healthcare Executive.
AR. Core competencies for clinical ethics
2008;23(4):40-1.
committees. Clinical Medicine. 2010;10(1):30-3.
23. Nilson EG, Acres CA, Tamerin NG, https://doi.org/10.7861/clinmedicine.10-1-30
Fins JJ. Clinical ethics and the quality initiative:
A pilot study for the empirical evaluation of
ethics case consultation. American Journal of
Medical Quality. 2008;23(5):356-64. https://
doi.org/10.1177/1062860608316729
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018 65
Pelayanan Etika Klinis
Abstract Nowadays, sexual crimes are becoming more common, ranging from sexual harassments to
rape-murder cases. Such crimes are indiscriminate, either men or women, adults to children can become
victims of sex offenders. Pedophiles are people with excess sex drive disorder targeting minors. In
response to increasing trend of pedophilia crimes, the government issued Law no. 17 of 2016 which
established chemical castration penalty as a form of child protection. Doctors as profession with
best competence in the field of health (humanity) then must face medical ethical dilemma regarding
this penalty. The Indonesian Doctors Association (IDI) has issued a refusal on doctors as castration
executor, which is believed to violate the profession oath, given the questionable effectiveness of such
method and the risk of other complications which comes with it.
dapat berasal secara langsung dari pasien, teman (UNHCR) dan European Court of Human Rights
sejawat, tenaga kesehatan lainnya, institusi (ECtHR) menyatakan bahwa persidangan in
kesehatan, atau organisasi profesi; dan dapat absentia dapat dilaksanakan dalam beberapa
pula diperoleh melalui temuan IDI setingkat kondisi, yaitu: (1) teradu telah mendapatkan
dan Divisi Pembinaan Etika Profesi MKEK notifikasi akan persidangan, (2) teradu harus
setingkat, rujukan atau banding dari MKEK direpresentasikan secara legal pada persidangan
Cabang untuk MKEK Wilayah atau MKEK dan memiliki bantuan pengacara, dan (3) teradu
Wilayah untuk MKEK Pusat, hasil verifikasi mempunyai hak untuk pengadilan ulangan
MKDKI atau lembaga disiplin profesi atau atau pengadilan ex novo dengan kehadirannya.
lembaga pembinaan etika, atau hal lainnya yang Penjaminan bahwa teradu telah mengetahui
ditentukan kemudian oleh MKEK Pusat. dan mendapatkan pemberitahuan akan
Setelah pengaduan dianggap lengkap atau persidangan, diharapkan telah disampaikan
sah, selanjutnya dilakukan pemanggilan pengadu pemerintah negara bagian secara resmi, misalnya
dan teradu. Pasal 22 Ayat 7 dan 8 Pedoman pengumuman melalui koran. Pengacara yang
MKEK menyatakan bahwa pemanggilan ditunjuk untuk merepresentasikan teradu
pengadu dan teradu dapat dilakukan sampai 3 pun harus mampu memenuhi tugasnya secara
kali, namun apabila pengadu tetap tidak dapat efektif dan memiliki kompetensi sesuai dengan
hadir tanpa alasan yang sah maka pengaduan level kriminal yang disidangkan. Kemudian,
dibatalkan; sebaliknya jika teradu tetap tidak hak untuk pengadilan ulang memiliki artian
dapat datang tanpa alasan yang sah, maka yang berbeda antara UNHCR dan ECtHR.
penanganan kasus dapat dilanjutkan tanpa Pengadilan ulang menurut UNHCR bersifat
kehadiran teradu dan putusan yang ditetapkan ex novo, sedangkan dari sudut pandang ECtHR
dinyatakan sah dan tidak dapat dilakukan bersifat de novo atau berdasarkan fakta. Proses
banding.2 pengadilan ulang pun masih menimbulkan
pertanyaan akan organisasi yang sesuai untuk
Menelisik Kontroversi Persidangan In menjalankan pengadilan tersebut dan pihak
Absentia yang bertanggung jawab untuk mendanai.4
Pada esensinya, persidangan adalah Di Filipina, persidangan in absentia
suatu wadah bagi teradu untuk membela boleh dilaksanakan dalam kondisi tertentu,
diri dari bukti yang menjatuhkannya dan sebagaimana tertera dalam artikel 3, bagian
menyampaikan pernyataan dari sisinya. Dengan 14, butir 2 Konstitusi Tahun 1987 yang
demikian, kehadiran teradu sepatutnya menjadi menyatakan: In all criminal prosecutions, the
persyaratan persidangan yang adil. Berbagai accused shall be presumed innocent until the contrary
negara di dunia memiliki kebijakan berbeda- is proved, and shall enjoy the right to be heard by
beda dalam hal menyikapi persidangan in himself and counsel, to be informed of the nature and
absentia. Di Australia, hasil persidangan in cause of the accusation against him, to have a speedy,
absentia memiliki batasan hukuman, yaitu tiga impartial, and public trial, to meet the witnesses face
tahun penjara. Di Jerman, hasil persidangan to face, and to have compulsory process to secure
in absentia tidak boleh memberikan hukuman the attendance of witnesses and the production of
penjara sama sekali. Sementara itu, Afrika evidence in his behalf. However, after arraignment,
Selatan hanya memperbolehkan pelaksanaan trial may proceed notwithstanding the absence of the
persidangan in absentia dalam kondisi teradu accused: Provided, that he has been duly notified and
dikeluarkan dari persidangan karena perilaku his failure to appear is unjustifiable.”5 Persidangan
tidak baik. in absentia hanya dapat dilaksanakan apabila
Artikel 14 dari The International Covenant terdapat tuduhan, teradu telah mendapat
on Civil and Political Rights menyatakan bahwa pemberitahuan, dan ketidakhadiran teradu
teradu harus diadili dengan kehadirannya tidak dapat diterima karena alasan yang tidak
dalam persidangan.3 Namun demikian, jelas. Di sisi lain, argumen akan hilangnya hak
United Nations for Human Rights Committee teradu untuk membela diri dalam persidangan
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018 75
Persidangan Tanpa Kehadiran Dokter Terlapor dalam Penanganan Kasus Pelanggaran Etik Kedokteran
in absentia dipatahkan dengan aturan 115 telah dipanggil secara sah dan tidak hadir di
butir 1 Revised Rules on Criminal Procedure yang persidangan tanpa alasan yang sah, sehingga
menyatakan bahwa ketidakhadiran teradu pengadilan melaksanakan pemeriksaan
tanpa alasan yang dapat diterima, dianggap di pengadilan tanpa kehadiran terdakwa.
sebuah pengabaian akan haknya sendiri.6 Berdasarkan Pasal 196 ayat (1) UU No. 8 Tahun
Berlangsungnya persidangan in absentia 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
menunjukkan bahwa teradu tidak dapat yang menyatakan “Pengadilan memutus perkara
menunda proses peradilan dengan memilih dengan hadirnya terdakwa kecuali dalam hal
untuk tidak hadir dalam sidang. Persidangan undang-undang ini menentukan lain”.8 Surat
in absentia mendukung fungsi persidangan Edaran Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1988
untuk mengusung kebenaran dan keadilan. tentang Penasihat Hukum atau Pengacara yang
Penundaan pelaksanaan sidang tidak hanya Menerima Kuasa dari Terdakwa/Terpidana “In
membuang waktu publik, sumber daya dan Absentia” yang memerintahkan hakim untuk
dana, tetapi teradu yang berada dalam tahanan menolak penasihat hukum/pengacara yang
pun dirugikan. Persidangan yang terus berjalan mendapat kuasa dari terdakwa yang sengaja
bagi teradu yang melarikan diri, berdampak tidak mau hadir dalam pemeriksaan pengadilan
positif dalam upaya penegakan hukum. Hal sehingga dapat menghambat jalannya
itu menghindari kesan publik bahwa teradu pemeriksaan pengadilan dan pelaksanaan
mendapat keuntungan atas pelarian dirinya. putusannya.9
Apabila korban atau pengadu mendapatkan Ketentuan Pasal 196 KUHAP jika terdapat
kompensasi atas klaimnya, maka persidangan in suatu penyimpangan dalam perkara pelanggaran
absentia juga memastikan kompensasi tersebut lalu lintas sebagaimana diatur Pasal 213
tersampaikan dengan semestinya. KUHAP yang menyatakan bahwa “terdakwa
Korban, pengadu, dan publik juga memiliki dapat menunjuk seorang dengan surat untuk
hak untuk mendapatkan kejelasan atas suatu mewakilinya di sidang”. Selain itu, Pasal 214
kasus. Hal itu hanya dapat disampaikan melalui ayat (1) dan ayat (2) KUHAP menyatakan: Jika
persidangan in absentia jika teradu tak kunjung terdakwa atau wakilnya tidak hadir di sidang,
hadir, atau bahkan tidak mungkin hadir, pemeriksaan perkara dilanjutkan. Dalam hal
dalam persidangan. Pada Mei 2008, sebuah putusan diucapkan di luar hadirnya terdakwa,
persidangan dilaksanakan di Court of Appeal surat amar putusan segera disampaikan kepada
of Paris, untuk mengadili 15 mantan pejabat terpidana.8
tingkat tinggi yang berkuasa selama era diktator Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah
Augusto Pinochet di Chile pada 1973-1990, yang Agung No. 9 Tahun 1985 tentang Putusan
diduga berkomplot untuk menyelenggarakan yang Diucapkan di Luar Hadirnya Terdakwa,
kudeta dan melenyapkan 4 orang pejabat dari Mahkamah Agung berpendapat bahwa
kubu oposisi. Walaupun tuduhan, tanggal perkara-perkara yang diperiksa dengan Acara
persidangan dan daftar saksi telah disampaikan; Pemeriksaan Cepat (baik perkara tindak pidana
tetapi tidak ada satu pun dari 15 teradu yang ringan maupun perkara pelanggaran lalu lintas
hadir, bahkan 4 tersangka telah meninggal saat jalan) dapat diputus di luar hadirnya terdakwa
sidang dilakukan, termasuk Pinochet sendiri. (verstek).10 Jadi, hukum acara pidana tidak hanya
Namun demikian, pada akhirnya keluarga mengakui keberadaan persidangan secara in
korban beranggapan bahwa persidangan in absentia untuk perkara pelanggaran lalu lintas
absentia tersebut telah memberikan kepuasan jalan, melainkan berlaku juga bagi perkara
signifikan.7 tindak pidana ringan (lihat Pasal 205 KUHAP).
Persidangan in absentia secara khusus
Persidangan In Absentia di Mata Hukum diatur dalam beberapa Undang-Undang (UU).
Indonesia Seperti pada UU No. 20 Tahun 2001 yang
Persidangan dalam perkara pidana konsep menyatakan dalam hal terdakwa telah dipanggil
in absentia adalah konsep di mana terdakwa secara sah, dan tidak hadir di sidang pengadilan
76 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018
Rozaliyani A, Wasisto B, dan Librianty N
Kata Kunci Abstrak Latar Belakang: Teknologi reproduksi berbantu sudah berkembang di
Indonesia dan banyak membantu masyarakat dalam memperoleh kehamilan.
Surplus embrio, donasi embrio,
Surplus embrio dari proses simpan beku merupakan konsekuensi kemajuan
teknologi reproduksi berbantu, dilema
teknologi ini sendiri. Dilema etika muncul tentang bagaimana sebaiknya
etik
mengelola surplus embrio. Di sisi lain, peraturan perundangan di Indonesia
Korespondensi saat ini hanya memperbolehkan untuk memperpanjang masa penyimpanan
agungdewanto2009@gmail.com atau membuang surplus embrio.
Metode: Metode penelitian menggunakan Participant of observation dengan
Publikasi
purposive sampling. Penelitian ini merupakan intisari pemikiran dari ilmuwan
© 2018 JEKI/ilmiah.id dan pegiat bioetika di Indonesia yang dikemukakan dalam Seminar dan Diskusi
DOI Bioetika dalam Pelayanan Teknologi Reproduksi Berbantu, Agustus 2016 di
10.26880/jeki.v2i2.20 Yogyakarta.
Hasil: Pertimbangan etika tentang bagaimana sebaiknya surplus embrio
Tanggal masuk: 14 April 2018 diperlakukan dibahas oleh tiga ilmuwan dengan latar belakang agamawan,
Prof. Jenie dan Prof. Almirzanah beragama Islam sedangkan Dr. Kusmaryanto
Tanggal ditelaah: 6 Mei 2018
beragama Katolik. Ketiganya berpendapat bahwa solusi manajemen surplus
Tanggal diterima: 10 Mei 2018 embrio sangat erat kaitannya dengan diskursus agama. Ketiganya menyatakan
bahwa status moral dari embrio penting dipahami sebagai landasan sikap
Tanggal publikasi: 12 Juni 2018
terhadap surplus embrio. Pemusnahan embrio dianggap tidak etis oleh ketiga
ilmuwan. Ketiganya menyetujui donasi embrio untuk pasangan infertil lain dengan penyesuaian aturan terhadap kearifan
lokal Indonesia. Selanjutnya, Prof. Umar dan Prof. Almirzanah memandang penggunaan surplus embrio untuk penelitian
masih kontroversial namun tidak menutup kemungkinan diperbolehkan dengan berbagai syarat dan memperhatikan konteks
serta asas kemanfaatan. Sedangkan Dr. Kusmaryanto menyatakan ketidaksetujuan surplus embrio untuk penelitian atas
dasar interpretasi bahwa embrio mempunyai makna intrinsik yang harus dilindungi.
Kesimpulan: Latar belakang agama mempengaruhi perspektif ilmuwan tentang bagaimana memandang status embrio dan
pilihan tindakan terhadap surplus embrio. Perlu dilakukan penelitian mendalam multidisipliner dari klinisi, agamawan,
ilmuwan, pakar hukum dan pasien untuk mengakomodasi pilihan tindakan terhadap surplus embrio di Indonesia.
Abstract Background: Assisted Reproductive Technology (ART) has been well developed in Indonesia to encourage better
pregnancy rate. Surplus embrio from cryopreservation techniques comes up as the consequence of the technology itself. We
are facing ethical dilema on how to manage the surplus embryo while the regulation only provides options to either prolong
storage time or to dispose the embryo.
Method: Participant of observation and purposive sampling method has been used for this research. This article was written
based on Indonesia scientists’ comments at Bioethics Discussion on Assisted Reproductive Technology, on August 2016 in
Yogyakarta.
Result: The three scientists on this study have background of religious scholar; Prof. Jenie and Prof. Almirzanah are
Muslims while Dr. Kusmaryanto is Catholic. They believed in the important role of religion to give solution regarding
surplus embryo management. Understanding the status of embryo was required to emphasis the option of surplus embryo
management. They thought embryo disposal was unethical while embryo donation to other couple was ethically acceptable,
with the need to accommodate local policy. Prof. Jenie and Prof. Almirzanah stated the possibility of using surplus embryo
for research with some precautions. On the other hand, Dr. Kusmaryanto expresed disagreement to use surplus embryo for
research, based on the interpretation that the intrinsic meaning of embryo must be protected.
Conclusion: Religion influences the perspective of scholars on how to see the status of embryo and how to manage the
surplus embryo. Future study is needed to solve the ethical dilemma of surplus embryo management in Indonesia through
multidisciplinary collaboration approach.
Pilihan-pilihan pengelolaan surplus embrio di beberapa pemuka agama yang mewakili agama
Laboratorium IVF di berbagai Negara. yang berbeda memiliki pendapat yang berbeda-
Sebagaimana telah ditulis di berbagai beda pula pada donasi embrio untuk penelitian
penelitian yang dilakukan pada berbagai negara stem cell.9
seperti Swedia dan Australia dan diterbitkan
dalam jurnal ilmiah internasional, disebutkan METODE PENELITIAN
ada berbagai pilihan pasien yang bisa diterapkan
dalam pengelolaan surplus embrio, di antaranya Metode penelitian menggunakan
adalah: Participant of observation dengan purposive
1. Pemusnahan embrio.5 sampling. Penelitian ini merupakan hasil
2. Donasi kepada pasangan infertil untuk Seminar dan Diskusi Bioetika dalam Pelayanan
mendapatkan kehamilan dan bayi.5 Teknologi Reproduksi Berbantu yang
3. Donasi untuk riset (stem cell, perkembangan dilaksanakan di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
embrio, dan organ tubuh).5,6 pada tanggal 2 Agustus 2016 yang dihadiri oleh
4. Donasi untuk training kandidat embriolog staf Klinik Permata Hati, residen dan klinisi
atau mahasiswa kedokteran.5 yang diundang, serta panelis yang merupakan
Berdasarkan Banker et al. tahun 2013 dalam ilmuwan dan pegiat bioetika.
laporan pengelolaan IVF di berbagai negara
menyatakan bahwa penetapan aturan mengenai HASIL DAN PEMBAHASAN
IVF dan surplus embrio dipengaruhi oleh faktor
ideologi agama, budaya, politik dan pembuat Pertimbangan Etika Pada Pilihan Pemusnahan
kebijakan kesehatan.7 Hal tersebut ditegaskan Embrio
kembali dalam pembaharuan laporan tahun Status embrio menjadi perdebatan dan
2016.8 Berdasarkan laporan tersebut, Indonesia diskusi panjang. Ilmuwan dan bioetikawan Dr.
merupakan negara yang paling singkat Kusmaryanto sekaligus seorang pemuka agama
memberi waktu penyimpanan embrio (2 tahun) Katolik menyatakan bahwa embrio memiliki
sedangkan negara lain seperti Australia, Inggris, hak hidupnya sejak saat konsepsi.
Israel, dan Turki memberi waktu sampai 5 tahun “….. semua agama, ini menganggap bahwasanya
atau lebih, bahkan Arab Saudi tidak memberi embrio itu adalah person sejak konsepsi. Ya,
batasan waktu. Memang masih ada kesempatan meskipun kalau Prof Umar dari muslim
memperpanjang waktu penyimpanan bagi mungkin mengatakan baru ada nyawanya
pasangan yang menginginkannya. Negara yang kalau empat bulan, kalau dari Katolik sejak
mayoritas penduduknya beragama Islam seperti konsepsi.”(669)
Arab Saudi dan Turki tidak memperbolehkan “Mayo clinic (Amerika Serikat) juga
donasi embrio, begitu pula penggunaan surplus mengatakan life itu dimulai dari saat terjadinya
embrio untuk penelitian. Namun Arab Saudi konsepsi. Harvard mengatakan, individual
masih membuka peluang penggunaan embrio of a new life begins at conception. Semua at
untuk penelitian dengan batasan-batasan yang conception.”(776)
ketat.8 Menurut Dr. Kusmaryanto seharusnya
Peraturan yang mengatur surplus embrio tidak ada tindakan apa pun yang bisa
juga belum dapat mewadahi kemajemukan menghentikan kehidupan embrio. Pemusnahan
Indonesia yang memiliki bermacam agama, kelebihan embrio bertentangan dengan konsep
etnis, dan suku bangsa. Kemajemukan latar kepercayaan agama Katolik.
belakang ini tidak hanya terdapat pada pasangan “kalau kita mau buang, jelas ini (geleng kepala)
infertil tetapi juga pada pemberi layanan IVF is not that way. Mengapa demikian? Karena kita
yaitu dokter, embriolog, teknisi laboratorium, semua orang beriman, manusia itu diciptakan
dan perawat. Ketidaksepakatan dalam mengatur oleh Allah, termasuk embrio itu, diciptakan
kelebihan embrio dapat mengganggu pelayanan oleh Allah oleh karenanya kalau kita merusak
prosedur IVF selanjutnya. Di Malaysia, embrio berarti merusak ciptaan Allah. Dengan
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018 81
Studi Pendahuluan tentang Perspektif Ilmuwan Islam dan Katolik dalam
Dilema Etika Surplus Embrio serta Opsi Pemecahan Masalahnya
kata lain menempatkan manusia lebih tinggi mengutip komentar Prof. Almirzanah, beliau
daripada Allah itu sendiri.”(1178) berkata:
Sementara itu, ilmuwan dari Universitas Kalo dunia sunni memang third party itu
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. dilarang. Sama sekali tidak boleh. Cuma kalo
Almirzanah menyatakan bahwa masih ada di syiah itu ada lowongan gitu ya. Karena
pilihan lain yang lebih baik selain pemusnahan syiah … more liberal karena memang ijtihadnya
kelebihan embrio. Status embrio dapat mereka third party itu dibolehkan dalam kondisi
dianggap sebagai ‘person’ dan juga sebagai harta tertentu…. disebut dengan temporal married,
(kepemilikan). Mut’ah.”(854)
“Ada 3 option paling tidak di situ option Selanjutnya, Prof. Umar Anggara Jenie
pertama adalah mau dibuang begitu saja ….. mengutip pendapat Jumhur Ulama (konsensus
Yang kedua …. embrio adoption atau embrio sebagian besar ulama di kalangan Muslim)
donation ….. Yang ketiga adalah untuk embrio berdasarkan interpretasi terhadap sebuah
research. Nah itu saya kira juga tidak mudah. hadits yang menyatakan bahwa embrio adalah
Tinggal bagaimana nanti kita memperlakukan makhluk hidup, namun belum ditiupkan ruh
apa sih status dari embrio itu.”(836) sampai usia 120 hari setelah konsepsi. Setelah
“Sudut pandang saya begini, mungkin agak 120 hari, embrio menjadi mendapat status
berbeda mengenai embrio adoption ….. kalau “insan”.
buat saya yang namanya creation, saya “Hadist Rasulullah mengatakan ensoulment
mengajar tasawwuf ya jadi saya ambil konsep atau masuknya nyawa itu adalah pada hari ke
dari itu, creation itu adalah self disclosure of 120. Ketika ensoulment itu terjadi, itulah al-
God. Bahwa ciptaan itu adalah penampakan insan artinya sudah ada amanah kekhalifahan
diri Tuhan..…, maka segala sesuatu sekecil apa di situ. Nah dalam hal ini, teman-teman
pun itu punya intrinsic meaning. Itu saya kira syiah sebelum ada ensoulment, maka embrio
akan luar biasa efeknya nanti….”(931) itu ya makhluk biasa saja. Bisa digunakan
“Nah sekarang kembali kepada status embrio untuk research bisa digunakan untuk macam-
tadi. Orang berdebat itu sebagai person ataukah macam tidak masalah. Tetapi bagi orang yang
itu sebagai harta…. ada kasus pasangan mengatakan apa pun juga itu makhluk hidup,
Argentina menunggu lahir embrio (ART) itu membunuh makhluk hidup itu adalah suatu hal
sementara ketika pulang ke Argentina dia tindakan yang salah. Jadi kembali ini menjadi
clash (cerai) dia orang kaya raya lalu hartanya suatu dilema.”(989)
mau diwariskan ke mana? Embrionya itu kita “Kalau menurut saya, saya tetap perasaan
anggap sebagai person atau sebagai kekayaan. dan keagamaan itu tentu ikut berbicara
Kalau sebagai person dia yang mendapat dan nasab itu sangat penting sekali maka
warisan tetapi kalau sebagai kekayaan justru ART kita support sejauh itu donor terhadap
dia yang juga ikut diwariskan. Maka saya donornya berasal dari pasangan suami istri….
pakai pendekatan bahwa segala sesuatu apa Kalau bisa didonorkan ya didonorkan. Tetapi
pun kecilnya itu have an intrinsic meaning jadi kalaui di-destroy saya belum bisa memberikan
otomatis di sini disposal tadi dibuang begitu jawabannya….. Kalau research itu digunakan
saja itu mungkin tidak akan kita lakukan untuk saving untuk menolong manusia banyak
gitu.”(939) dengan keberhasilan yang sudah meyakinkan
Di dalam Islam terdapat beberapa mazhab maka itu diizinkan…“(1047)
atau sekte misalnya Syiah, Sunni dan banyak Kedua cendekiawan terakhir disebut
lagi yang lain. Beberapa mazhab seperti Syiah cenderung untuk menolak pula opsi
memberi peluang dan opsi lebih longgar pemusnahan embrio. Keduanya berlatar
dalam pengelolaan surplus embrio. Pemilihan belakang cendekiawan muslim.
pengelolaan kelebihan embrio seharusnya Agama tampaknya mempengaruhi para
mempertimbangkan pilihan yang lebih banyak cendekiawan Indonesia dalam memberi opini
memberi keuntungan daripada kerugian. Masih pada opsi pemusnahan embrio dalam kasus
82 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018
Dewanto A, Hanoum IF, Suryaningtyas DA, Widad S, Yudhitama I, Fatmala DG, et al.
surplus embrio. Selain karena salah satu dari Disisi lain, terminologi adopsi embrio
mereka adalah pemuka agama, beberapa dari sebagaimana terminologi adopsi anak, mungkin
mereka berasal dari universitas berbasis agama. tidak tepat sama.11 Embrio masih harus melalui
Di sisi lain, pemusnahan embrio adalah tidak proses perkembangan dalam uterus wanita dan
beretika. Dasar penolakan mereka adalah status selanjutnya melalui tahap persalinan. Adopsi
moral embrio. Pemusnahan embrio dipandang anak tidak melalui tahap kehamilan dan
tidak etis oleh berbagai kalangan akademisi. persalinan, maka terminologi adopsi embrio
Pilihan pemusnahan embrio rupanya mungkin tidak dapat digunakan. Di sini, donasi
cenderung tidak popular di kalangan pasien. embrio (pada pasangan infertil) dipandang
Bahkan ada sebagian pasien yang awalnya sebagai opsi yang memberi penghormatan pada
memilih untuk memusnahkan embrionya, embrio sebagai suatu entitas hidup yang dapat
namun pada beberapa tahun kemudian mereka berkembang menjadi insan dan merupakan
berganti pilihan.10 Kami belum mengetahui pandangan yang solutif dan sebuah pemikiran
apakah pasien yang memiliki kelebihan embrio keagamaan yang segar.
simpan beku di laboratorium Permata Hati Pada donasi embrio mencakup 3
memiliki permasalahan serupa. komponen, 1) pasangan yang mendonasikan,
2) pasangan yang menerima (inang), dan 3)
Pertimbangan Etika Pada Pilihan Donasi fetus yang berkembang dari embrio donasi.10
Embrio Pada Pasangan (Menikah) Infertil Hak masing-masing komponen tersebut harus
Setelah pemusnahan embrio dianggap dilindungi.
tidak etis oleh berbagai kalangan akademisi, Persiapan sebelum hamil embrio
opsi yang umumnya dipilih adalah donasi donasi juga merupakan hal yang harus
embrio pada pasangan infertil. Di Indonesia dipertimbangkan selain masalah legalitas.
pasangan tidak menikah tidak diperbolehkan Kehamilan pada ibu dengan embrio donasi bisa
mengikuti program IVF sehingga embrio tidak jadi menimbulkan masalah kesehatan seperti
bisa didonasikan pada pasangan infertil yang halnya kehamilan pada ibu dengan embrionya
tidak menikah. Prof. Jenie juga menyatakan sendiri. Hiperemesis gravidarum (keluhan
ketidaksetujuannya jika embrio didonasikan mual-muntah berlebihan pada ibu hamil
kepada pasangan sesama jenis maupun pada yang bersifat patologis hingga menimbulkan
seorang perempuan tidak menikah yang komplikasi gangguan keseimbangan cairan
menginginkan anak. tubuh, elektrolit atau gangguan fungsi organ)
“Jadi kalau didonasikan dengan permintaan maupun preeklamsia (komplikasi akibat
yang jelas dengan izin dari bapak-ibunya kehamilan yang ditandai dengan kenaikan
mungkin bisa. Tetapi kalau misalnya, embrio tekanan darah disertai gangguan fungsi organ)
itu didonasikan kepada rumah sakit atau mungkin pula bisa terjadi pada kondisi tersebut.
di donasikan kepada negara misalnya begitu Kesiapan mental ibu untuk hamil dengan
maka yang akan memberi izin itu tentu adalah embrio donasi semestinya sudah menjadi syarat
negara itu atau rumah sakit itu. Tetapi tentu sebelum embrio donasi ditanam ke rahim
kita harapkan juga akan diberikan kepada ibu inang. Aspek hukum akan menjadi lebih
pasutri yang membutuhkannya dan bukan rumit ketika ibu hamil dari embrio donasi
untuk single parent. Karena single parent atau tersebut menginginkan aborsi karena alasan
LGBT itu tidak diakui.”(1050) ketidaksiapan mental menghadapi efek samping
Donasi embrio yang berasal dari surplus kehamilan. Aspek hukum menjadi lebih ringan
embrio belum pernah terjadi sebelumnya di jika aborsi dilakukan karena kehamilan akan
Indonesia. Meskipun 3 ilmuwan menyatakan mengancam keselamatan ibu jika diteruskan.
setuju dengan opsi tersebut, hal ini masih Dilihat dari sisi agama Islam, terhadap
banyak tantangan agar diterima semua pihak. donasi embrio yang berasal dari surplus embrio
Faktor legalitas adalah salah satu tantangannya. pada prosedur IVF, dapat diberlakukan hukum
yang sesuai dengan hukum pada bayi/anak yang
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018 83
Studi Pendahuluan tentang Perspektif Ilmuwan Islam dan Katolik dalam
Dilema Etika Surplus Embrio serta Opsi Pemecahan Masalahnya
mendapat air susu ibu dari wanita bukan ibu mengetahui defek pada sel/gen atau melakukan
genetiknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan tindakan terapi.
dari Prof Jenie. Para ilmuwan tersebut Prof. Almirzanah bersikap lebih terbuka
menyatakan bahwa orang tua genetik dari ketika menanggapi opsi surplus embrio untuk
embrio harus diberitahukan kepadanya (embrio penelitian. Prof Almirzanah berkata,
yang telah menjadi anak) kelak ketika dia siap “Nah kalau itu (embrio research) benefitnya
menerima informasi tersebut. Hal ini untuk itu tinggi, walaupun mungkin dhorornya
mencegah perkawinan sedarah dan juga untuk (keburukannya), dhorornya mungkin ada dua
mengetahui penyakit tertentu yang diturunkan tadi dhoror yang lebih dhoror yang pertama tadi
secara genetik dan penentuan hak waris harta membuang embrio banyak, bahayanya ..ee..atau
(dalam aturan agama Islam). keburukan.Dhoror yang lain adalah kalau orang
“Nah ini juga terjadi perdebatan yang cukup sakit ini tidak diobati kan juga ada dhorornya.
lama ya tetapi kalau itu misalnya ada pasutri Nah sekarang dalam Islam bagaimana? Mana
yang tidak bisa punya anak dan meminta embrio the least dhorornya itu. Mana yang paling
itu untuk diberikan kepada dia, pasangan sedikit keburukannya. Kalau keburukannya itu
suami istri yang sah, menurut saya, ini baru yang paling sedikit lalu benefitnya itu mungkin
pendapat pribadi saya itu boleh. Artinya lebih banyak, why not?” (950)
nanti anak itu hukumnya sama dengan anak Lebih lanjut Prof. Almirzanah berpendapat
sesusuan. Dia kan hanya embrio itu berasal peneliti yang menggunakan embrio tersebut
dari pasanan suami istri yang sah masuk di harus menimbang untung dan ruginya serta
pasutri yang infertil dan kemudian dilahirkan memilih yang memberikan sebanyak-banyaknya
oleh dia. Maka ibunya itu adalah seperti ibu keuntungan dan serendah-rendahnya kerugian.
susuannya dia dengan hukum-hukum sama Kerugian yang dimaksud adalah termasuk
seperti itu.” (1043) berapa banyak embrio yang dikorbankan
untuk penelitian tersebut. Meskipun jumlah
Donasi Surplus Embrio Untuk Penelitian embrio yang dikorbankan untuk penelitian
Embrio yang digunakan untuk kepentingan banyak, namun jika hasil yang didapat bisa
penelitian jenis apa pun seperti penelitian menyelamatkan nyawa manusia, maka penelitian
stem cell, penelitian perkembangan embrio tersebut memberi banyak manfaat daripada
dan penelitian lainnya akan menyebabkan kerugian. Disisi lain peneliti juga harus memiliki
kerusakan embrio bahkan kematian. Keadaan cultural competency (kompetensi budaya) karena
ini tidak mudah diterima oleh sebagian ilmuwan budaya juga akan mempengaruhi cara pandang
bioetika. Dr. Kusmaryanto berkata, seseorang.
“Oleh karenanya, biasanya pada umumnya Agama Islam, seperti telah disebutkan
atau CIOMS (Council for International di atas, memiliki banyak mazhab dan aliran.
Organizations of Medical Sciences) mengatakan Shiah misalnya memberikan kelonggaran untuk
research mempergunakan janin itu boleh kalau dilakukan tindakan pada embrio dalam suatu
itu untuk kepentingan si embrio itu sendiri. Oleh penelitian bahkan membunuh/membuangnya
karena tadi juga sudah dibicarakan mengenai sekalipun selama embrio tersebut berumur
intrinsic meaning tadi, intrinsic meaning. . . kurang dari 120 hari. Namun mazhab yang lain
.masing-masing entitas yang ada di dunia ini melarang untuk dibunuh meski embrio tersebut
itu mempunyai intrinsic meaning.“(1140) berumur kurang dari 120 hari. Sebagaimana
Berdasarkan pendapat tersebut, Dr. yang disampaikan Prof. Jenie,
Kusmaryanto menekankan segala tindakan “Tahun 2002 WHO dilakukan suatu voting
yang menyebabkan kerusakan (do cause harm) begitu apakah reproductive cloning itu diizinkan
tidak boleh untuk dilakukan. Perlakuan atau tidak. Apakah menggunakan embrio stem
terhadap embrio hanya dibolehkan jika cell diizinkan atau tidak. Indonesia sebagai
perlakuan tersebut bermanfaat bagi embrio itu negara yang mayoritas penduduk Muslim
sendiri seperti tindakan yang bertujuan untuk nggak bisa menjawab itu sendiri. Tapi kalau
84 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018
Dewanto A, Hanoum IF, Suryaningtyas DA, Widad S, Yudhitama I, Fatmala DG, et al.
negara dengan syiah di mana pimpinannya mayoritas adalah beragama Islam. Aliran dalam
itu terpusat ia akan mengatakan bisa sebelum agama Islam perlu mendapat perhatian karena
120 hari. Sebaliknya negara yang ketat ada aliran bersifat liberal sampai konservatif
dengan Christianity yang cukup ortodoks akan sehingga perlu mengerti cara pandang masing-
mengatakan tidak, itu adalah suatu makhluk masing aliran keagamaan terhadap manajemen
hidup atau paling tidak pro-life gitu. Nah surplus embrio. Pemusnahan embrio dianggap
Indonesia waktu itu bagaimana? Kita lalu sebuah opsi yang tidak etis oleh 3 ilmuwan
mengiblat ke Saudi Arabia. Susah memang. yang memeluk agama Islam dan Katolik.
Saudi Arabia mengatakan tidak boleh. Dia Sedangkan opsi donasi embrio untuk riset
embrio stem cell tidak boleh.”(993) masih mengandung banyak perdebatan.
Opsi donasi surplus embrio untuk pasangan
Prediksi Keadaan Yang Berpotensi Konflik menikah infertil dapat diterima oleh ketiganya.
Terkait Manajemen Surplus Embrio Meski demikian, ketiga ilmuwan tersebut tidak
Keberagaman agama, dan banyak aliran bisa dianggap mewakili pendapat orang banyak
dalam satu agama kemungkinan menyebabkan di Indonesia, sehingga masih perlu dilakukan
perbedaan cara pandang dan persepsi bagi para penelitian mendalam yang cukup mewakili
pemeluknya terhadap opsi-opsi manajemen pendapat rakyat Indonesia.
surplus embrio. Para dokter, embriolog, perawat Pemberian informed consent secara terperinci
dan teknisi laboratorium bisa jadi memeluk menjadi hal prinsip sebelum diberikan
agama dan aliran yang berbeda satu sama lain. tindakan pelayanan terkait teknologi reproduksi
Begitu pula pada pasien yang memiliki surplus berbantuan, secara khusus terkait kemungkinan
embrio simpan beku. adanya surplus embrio dengan kualitas baik
Dengan latar belakang agama dan aliran yang tidak/belum dikembalikan ke rahim istri.
yang berbeda tersebut, maka para orang tua
hendak memutuskan opsi mana yang akan KONFLIK KEPENTINGAN
dipilih, membutuhkan pertimbangan panjang
dan memakan waktu lama. Mungkin juga Tidak ada konflik kepentingan dalam
mereka akan berada dalam situasi yang tidak penelitian ini.
nyaman dan merasa bingung. Peran konselor
dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk memberi UCAPAN TERIMA KASIH
panduan agar para orang tua lebih paham pada
keputusan pilihan opsi mereka dan dampaknya Penulis mengucapkan terima kasih kepada
di kemudian hari. Assoc. Prof. Dr. Gabriele Werner-Felmeyer dari
Lebih lanjut, para pelaksana opsi pilihan Biocentre Medical University of Innsbruck atas
para orang tua tersebut juga memiliki latar sumbang sarannya.
belakang agama dan aliran berbeda. Konflik Karya tulis ini penulis persembahkan
akan berlanjut lebih dalam ketika pelaksana untuk Prof Umar Anggara Jenie yang telah
harus membuang embrio sebagaimana pilihan meninggal dunia pada tanggal 26 Januari 2017.
orang tua, sementara dia sendiri tidak setuju Dr.C.B. Kusmaryanto, SCJ
dan berbeda pandangan dengan opsi tersebut. Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma
Dalam hal ini, perlu adanya kesepakatan Prof . Shafa’atun Almirzanah, MA, PhD
antar pelaksana dalam menentukan siapa Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam,
eksekutornya. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
KESIMPULAN Prof Dr. Umar Anggara Jenie, Apt, MSc.
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
Pertimbangan etika dalam manajemen
surplus embrio di Indonesia terkait dengan
agama yang dianut masyarakatnya, yang
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018 85
Studi Pendahuluan tentang Perspektif Ilmuwan Islam dan Katolik dalam
Dilema Etika Surplus Embrio serta Opsi Pemecahan Masalahnya
REFERENSI
1. Human Fertilization and Embryology
Authority. Fertility Facts and Figures 2008.
Fertility Facts and Figures 2008. 2010.
2. Kemenkes. PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2015. 2015;
3. Kemenkes. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No 61 Tahun 2014. 2014.
p. 55.
4. Kerridge IH, Jordens CFC, Benson
R, Clifford R, Ankeny RA, Keown D, et al.
Religious perspectives on embryo donation and
research. Clin Ethics. 2010;5(1):35–45. https://
doi.org/10.1258/ce.2009.009046.
5. Fuscaldo G, Russell S, Gillam L. How
to facilitate decisions about surplus embryos:
Patients’ views. Hum Reprod. 2007;22(12):3129–
38. https://doi.org/10.1093/humrep/dem325.
6. Wånggren K, Alden J, Bergh T, Skoog
Svanberg A. Attitudes towards embryo donation
among infertile couples with frozen embryos.
Hum Reprod. 2013;28(9):2432–9. https://doi.
org/10.1093/humrep/det252.
7. Banker M, Brinsden P, Buster J, Fiadjoe
M, Horton M, Nygren K, et al. IFFS Surveillance
2013. Int Fed Fertil Soc. 2013;(October):1–148.
8. IFFS. IFFS Surveillance 2016. Vol. 0,
International Federation of Fertility Societies -
Global Reproductive Health. 2016.
9. Sivaraman MAF, Noor SNM. Human
Embryonic Stem Cell Research: Ethical Views
of Buddhist, Hindu and Catholic Leaders in
Malaysia. Sci Eng Ethics. 2016;22(2):467–85.
https://doi.org/10.1007/s11948-015-9666-9.
10. Walters R. Embryo Adoption as an
Ethical Option for Couples Faced With
Infertility. Liberty University; 2016.
11. Daar J, Amato P, Benward J, Collins
L, Davis J, Francis L, et al. Defining embryo
donation: an Ethics Committee opinion.
Fertil Steril. 2016;106(1):56–8. https://doi.
org/10.1016/j.fertnstert.2016.03.017.
86 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 2 Jun 2018