Anda di halaman 1dari 6

Nama : Valencia Agatha

Kelas : X AP

Seni Budaya

KALIMANTAN BARAT

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia, yang berada di pulau Kalimantan, dengan ibu
kota atau pusat pemerintahan berada di kota Pontianak. Luas wilayah provinsi Kalimantan Barat adalah
147.307,00 km².

Luas: 147.307 km²

Ibu kota: Pontianak

Gubernur: Sutarmidji

Populasi: 5,069 juta (2019)

Jumlah satuan pemerintahan :

•Kecamatan: 6

•Kelurahan: 29

Pemerintahan :

•Wali Kota

Ir. H. Edi Rusdi Kamtono, M.M., M.T

•Wakil Wali Kota

Bahasan, SH

Agama :
•Islam 75,40%

•Buddha 12,03%

•Kristen 11,07%

•Katolik 6,09%

•Protestan 4,98%

•Konghucu 1,31%

•Hindu 0,07%

Zona waktu : UTC+07:00 (WIB)

Kode area telepon : +62 561

Pelat kendaraan : KB xxxx A*/Q*/S*/W*

Suku :

Daerah Kalimantan Barat dihuni oleh penduduk asli Dayak dan aneka ragam suku bangsa. Suku bangsa
dominan besar yaitu Dayak, Melayu dan Tionghoa, yang melebihi 90% penduduk Kalimantan Barat.

Suku Dayak adalah suku bangsa atau kelompok etnik yang mendiami pedalaman pulau Kalimantan. Kata
"daya" serumpun dengan misalnya kata "raya" dalam nama "Toraya" yang berarti "orang atas, orang
hulu"

Rumah Adat :
Rumah Radakng merupakan rumah panjang yang menjadi rumah adat bagi Suku Dayak yang berada di
Provinsi Kalimantan Barat. Ini merupakan rumah adat terbesar yang ada di Indonesia dan menjadi
sebuah landmark bagi kota Pontianak setelah Tugu Khatulistiwa.

Beberapa ciri khas dari rumah adat ini ialah memiliki kolong atau pondasi rumah yang tinggi untuk
perlindungan binatang buas dan musuh, bentuk arsitektur unik khas Kalimantan pada atap dan
bangunannya.

Rumah Radakng memiliki ukuran panjang 138 meter dengan tinggi 7 meter. Lokasinya berada di Jalan
Sutan Syahrir Kota Baru Pontianak.

Bagi masyarakat Suku Dayak, Rumah Radakng tak hanya ditinggali namun juga digunakan sebagai pusat
kebudayaan. Lantaran banyaknya kepala keluarga yang tinggal di rumah adat Kalimantan Barat ini,
tentunya tersebut menjadi media atau sarana interaksi bermasyarakat yang apik. Selain itu, Rumah
Radakng juga dipakai untuk rapat atau pertemuan hingga musyawarah adat dalam menentukan sanksi,
nilai, dan norma adat.

Pakaian Adat :

Pakaian adat Kalimantan Barat terdiri atas pakaian adat untuk pria dan wanita. Biasanya dipakai dalam
acara-acara resmi adat seperti pernikahan, syukuran, termasuk ritual keagamaan. Untuk pria dari suku
Dayak adalah King Baba, sedangkan untuk wanita yakni King Bibinge. Untuk suku Melayu disebut Teluk
Belanga bagi pria dan Buang Kuureng atau baju kurung baik untuk pria maupun wanita.

Jenis Pakaian adat Kalimantan Barat


(Pakaian Adat Kalimantan Barat Suku Dayak)

1. King Baba

King Baba adalah pakaian adat Kalimantan Barat untuk pria dari suku Dayak. King dalam bahasa Dayak
artinya pakaian. Sedangkan Baba artinya laki-laki.

King Baba adalah pakaian adat Kalimantan Barat dari suku Dayak untuk pria. Terbuat dari serat kayu
ampuro yang merupakan pohon asli di Pulau Kalimantan. Serat kayu tersebut dijemur hingga lentur dan
dilukis dengan motif khas suku Dayak yaitu burung enggang.

King Baba memiliki aksesoris pelengkap yakni ikat kepala dari bulu burung enggang dan mandau yang
merupakan senjata khas suku Dayak.

2. King Bibinge

King Bibinge adalah pakaian adat Kalimantan Barat untuk wanita dari suku Dayak.

Terbuat dari bahan dan motif serta corak yang sama dengan King Baba. Bedanya, King Bibinge
ukurannya lebih panjang untuk menutup tubuh.

King Bibinge memiliki aksesoris ikat kepala berbentuk segitiga yang dihias bulu burung enggang. Wanita
suku Dayak juga melengkapi King Bibinge dengan gelang dan kalung yang terbuat dari akar-akaran
pohon serta tulang hewan.
(Pakaian Adat Kalimantan Barat Suku Melayu)

3. Buang Kuureng

Buang Kuureng adalah pakaian adat Kalimantan Barat dari suku Melayu. Sering juga disebut baju kurung.
Buang Kuureng sekilas mirip dengan baju kurung Malaysia dan Brunei Darussalam. Namun ada corak
yang membedakan. Terbuat dari kain satin dengan benang warna keemasan.

4. Teluk Belanga

Teluk Belanga adalah pakaian adat Kalimantan Barat untuk pria dari suku Melayu. Pakaian ini dipakai
bersama dengan celana panjang dan sarung yang dililit di pingga hingga lutut serta songkok atau peci
hitam.

SEJARAH PEMERINTAHAN KOTA

Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie (lahir 1742 H) yang membuka pertama Kota
Pontianak, pada hari Rabu tanggal 23 Oktober 1771 bertepatan dengan tanggal 14 Radjab 1185, untuk
kemudian pada Hijriah sanah 1192 delapan hari bulan Sja’ban hari Isnen, SYARIF ABDURRAHMAN
ALKADRIE dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Pontianak.

Selanjutnya 2 tahun kemudian setelah Sultan Kerajaan Pontianak dinobatkan, maka pada Hijrah sanah
1194 bersamaan tahun 1778, masuk dominasi kolonialis Belanda dari Batavia (Betawi) utusannya Petor
(Asistent Resident) dari Rembang bernama WILLEM ARDINPOLA, dan mulai pada masa itu bangsa
Belanda berada di Pontianak, oleh Sultan Pontianak. Bangsa Belanda itu ditempatkan di seberang
Keraton Pontianak yang terkenal dengan nama TANAH SERIBU (Verkendepaal).

Dan baru pada tanggal 5 Juli 1779, 0.1. Compagnie Belanda membuat perjanjian (Politiek Contract)
dengan Sultan Pontianak tentang penduduk Tanah Seribu (Verkendepaal) untuk dijadikan tempat
kegiatan bangsa Belanda, dan seterusnya menjadi tempat/kedudukan Pemerintah Resident het Hoofd
Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo lstana Kadariah Barat), dan Asistent
Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asistent Resident Kepala Daerah Kabupaten Pontianak)
dan selanjutnya Controleur het Hoofd Onderaffleeling van Pontianak/ Hoofd Plaatselijk Bestur van
Pontianak (bersamaan dengan Kepatihan) membawahi Demang het Hoofd der Distrik Van Pontianak
(Wedana) Asistent Demang het Hoofd der Onderdistrik van Siantan (Ass. Wedana/ Camat) Asistent
Demang het Hoofd der Onderdistrik van Sungai Kakap (Ass. Wedana/Camat). Kr

Anda mungkin juga menyukai