Anda di halaman 1dari 5

NOTULEN PARENTING

“Mempersiapkan Mental Orang Tua dan Anak di Era Pandemi dan


Teknologi”

Elly Risman.Psi

Hari / Tanggal : Sabtu / 04 Desember 2021

Jam : 08.30 – 11.30

Peserta : Keluarga Besar Firdaus, Alumni

Bahasan : “Mempersiapkan Mental Orang Tua dan Anak di Era

Pandemi dan Teknologi”

Kecanduan Internet adalah “Adiksi Internet”. Kecanduan Internet ditandai dengan


penggunaan internet berlebihan akibat kurangnya kemampuan dalam pengendalian diri,
dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, misalnya bolos kelas, penurunan pretasi
sekolah dan berkurangnya jam tidur.

Kecanduan internet terbesar dialami oleh ramaja sebanyak 31,4%, karena remaja
memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar an bagian otak yang berfungsi untuk
mengendalikan perilaku masih dalam proses perkembangan.

Mengapa kecanduan internet/gadget terjadi ?

Saat anak-anak ketagihan bermain game online, mengakses media sosial, hingga
menonton video di youtube, otak mengluarkan hormone Dopamin (menghasilkan rasa
puas). Sehingga membuat anak terus menerus ingin mengulanginya kembali.

Kesalahan orangtua dalam pola asuh & kesalahan berkomunikasi dengan anak bisa
menimbulkan munculnya emosi2 negatif pada anak. Apalagi dgn adanya kemajuan
Teknologi dan diperparah dgn kondisi pandemi saat ini, kemana anak akan melarikan
emosinya? Adakah kemungkinan anak2 kecanduan internet? Adakah kemungkinan anak2
kecanduan gadget & games? Adakah kemungkinan anak2 kecanduan pornografi?

Jawabannya : Sangat mungkin.

Sebab-sebab kesalahan pola asuh & kesalahan komunikasi yang harus dihindari oleh
orangtua/Ibu terhadap anak :

1. Orangtua terutama ibu (Ibu yg paling intens berinteraksi dengan anak) seringkali
mengasuh & berkomunikasi dengan anak dalam kondisi emosi yg sedang tdk stabil (
marah, kesal, stress dst ). Kondisi Emosi juga diperparah dgn pandemik yg sedang
terjadi saat ini.
2. Orangtua seringkali melakukan 12 Gaya Populer kepada anak : Memerintah,
Menyalahkan, Meremehkan, Membandingkan, Mencap/Label, Mengancam,
Menasihati, Membohongi, Menghibur, Mengkritik, Menyindir, Menganalisa.
3. Ibu bicara terburu-buru, Tidak membaca Bahasa tubuh, Tidak Menebak dan
Mendengar Perasaan, Tidak punya waktu untuk mendengar aktif.
4. Perasaan itu perlu 3D ( Dikenali,Diterima, Dihargai), seringkali orangtua tidak
melakukan hal tersebut, sehingga iklim emosi dalam keluarga menjadi tidak
kondusif.
5. Ibu tidak/jarang menanyakan perasaan anak2nya, terutama di masa pandemi ini.
6. Melakukan kesalahan pola asuh yang sama dengan orang tua kita dulu.
7. Disaat mengasuh anak “Inner child” dalam diri kita seringkali muncul, sehingga
terjadilah A M A (Anak kecil Mengasuh Anak kecil)
8. Memberikan gadget/Akses internet terlalu dini kepada anak (dibawah 13 thn)
9. Ayah & Ibu sibuk bekerja, sehingga pengasuhan anak diserahkan kepada ART yg
berganti-ganti, hal tersebut membuat jiwa anak terkoyak.
10. Hilangnya peran Ayah sebagai Tokoh Identifikasi seorang anak laki-laki. Sehingga
anak laki-laki mengidentifikasi dirinya kepada ibu.
Akibat dari kesalahan pola asuh & kesalahan komunikasi oleh orangtua/ibu terhadap anak
:

1. Saat orangtua/ibu mengasuh & berkomunikasi dengan anak dalam kondisi emosi yg
sedang tdk stabil ( marah, kesal, stress dst ) anak juga akan merasa marah , kesal,
merasa tidak dimengerti dst. Hal tersebut memicu anak mencari pelarian.
2. 12 gaya popular yang biasa orangtua lakukan pada anak akan menyebabkan anak
menjadi kurang percaya diri, merasa tidak dianggap, sedih, kecewa, marah, emosi
dst. Dalam jangka panjang anak akan tumbuh menjadi sosok yang tidak percaya diri,
tidak mendengarkan kata2 orang tua, lebih suka curhat dengan teman, susah
mengambil keputusan, takut salah, minder, pemarah dst.
3. Apabila Emosi tidak Dikenali, Diterima, Dihargai (3D) maka emosi dalam keluarga
menjadi tidak sehat, anak akan Bad Mood, tidak nurut dst.
4. Disaat terjadi A M A ( Anak kecil Mengasuh Anak kecil ) maka terjadilah Mal Praktek
/ Salah Asuhan pada anak.
5. Kondisi A M A tersebut akan mempengaruhi emosi & kondisi keluarga secara jangka
panjang, dan apabila tidak diperbaiki akan berakibat kepada gangguan mental.
6. Disaat terjadi A M A pd orang tua, artinya kedua anak kecil (Ayah,Ibu) memberikan
akses internet dan gadget pada anaknya, maka terjadilah seperti yg dirasakan
sekarang anak “Kecanduan Gedget”
7. Kecanduan gadget, games, internet, pornografi termasuk kedalam gangguan mental
dan akan berakhir di Rumah Sakit Jiwa
8. Kecanduan pornografi sama efeknya dengan kecanduan narkoba yaitu
menyebabkan kerusakan otak depan yang akan menyusut higga 3%. Yang paling
rusak adalah rem pengendalian dirinya menjadi blong.
9. Ayah & Ibu yang sibuk bekerja sehingga kasih sayang, perhatian, cinta anak dapatkan
dari gadget/internet sehingga saat gedet/akses internet diambil, anak seolah-olah
kehilangan perhatian, kasih saying yg seharusnya didapatkan dr orangtuanya.
10. Dengan hilangnya peran ayah sebagai Tokoh Identifikasi seorang anak laki-laki,
membuat otak anak laki-laki dari kecil sudah ke-kanan-kananan, jiwanya sudah ke-
kanan-kananan. Sehingga ketertarikan terhadap sejenis sangat tinggi.
SOLUSI :

1. Hindari mengasuh & berkomunikasi dengan anak disaat emosi sedang tidak stabil.
Sebelum menghadapi anak maka selesaikan terlebih dahulu emosi diri kita
sendiri.Tarik nafas, lakukan senam nafas singkat sehingga mengadapi anak dengan
senyum.
2. Hindari/kondisikan 12 Gaya popular. Kondisikan saat memberi nasihat, nasihat itu
baik tapi seringkali orang tua memberikan nasihat disaat yg tdk tepat. Berilah nasihat
ketika emosi sudah berubah 2-3 jam kedepan atau keesokan harinya.

“Janganlah menasihati anak apabila emosi anak tersebut sedang bermasalah”

3. Mulailah membaca bahasa tubuh, menebak & mendengar perasaan, dan punya
waktu utk mendengar aktif sehingga anak akan merasa lebih nyaman, merasa
dihargai, merasa ada empati dari orang tua.
4. Peliharalah kondisi emosi keluarga, dengan begitu iklim emosi di rumah akan selalu
cerah.
5. Sering-seringlah menanyakan perasan anak terutma di masa pandemi ini.
6. Kesalahan pola asuh yang berulang sering kali terjadi karena “Inner Child Within
You” sehingga munculah A M A. Hal tersebut dipengaruh peristiwa di masa lalu kita
saat anak-anak. Oleh karena itu kita harus berkomitmen utk berubah dan
meng”CUT” kesalahan pola asuh yang berulang.
7. Melakukan “Forgiveness Therapy” dengan cara melakukan sholat, berdzikir,
bersholawat dengan cara didengungkan dan memaafkan diri sendiri, memohon
ampunan kpd Allah SWT, dan bersungguh-sungguh utk berubah dan menjadi pribadi
yg lebih baik utk anak2 kita, pasangan & keluarga.
8. Mengembalikan peran Ayah & Ibu kedalam rumah secara seutuhnya. Ayah & ibu hrs
hadir memberikan cinta, perhatian, kasih sayang kepada anak sehingga anak tidak
mencari kenyamanan dari luar, dengan kemajuan Teknologi saat ini sangat mungkin
anak mendapatkan kenyamanan dr gadget/Internet.
9. Optimalisasi peran dan fungsi Ayah kembali ke dalam rumah. Agar ayah pun
mengenali dan menyelesaikan “Inner Childnya”
10. Selesaikan isu2 perkawinan kita, lalu kemudian bahas dan selesaikan masalah anak-
anak.

“It’s not a matters of Technology or pandemy, but it’s a matter of you!”

Bagaimana cara dirimu mendidik anak dengan baik tidak akan terpengaruh bagaimanapun
Pandemi & Teknologinya.

Anda mungkin juga menyukai