Pada dasarnya pengertian manajemen usahatani sama dengan pengertian yang telah
dijelaskan dalam manajemen secara umum, hanya secara spesifik semua fungsi dasar dari
manajemen tersebut inilah yang diterapkan pada bidang pertanian dalam arti luas. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, pengertian pertanian dalam arti luas yang dimaksud ialah
pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perkebunan dan perikanan.
Manajemen Usahatani merupakan suatu ilmu yang mempelajari penggunaan secara
efisien sumber sumber yang terdapat dalam keadaan terbatas, yaitu : tanah, tenaga kerja, dan
modal. Tujuan akhir dari pengembangan manajeman usahatani ini adalah tercapainya taraf
hidup yang lebih tinggi bagi para petani beserta keluarganya. F.A.O (1988), menyatakan
bahwa manajemen usahatani adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana mengelola
sumberdaya yang terbatas, baik berupa tanah/lahan, air, tenaga kerja, dan modal, mampu
menghasilkan produksi pertanian dengan baik (produktivitas, kualitas) secara terus menerus
guna memenuhi kebutuhan hidup petani dan keluarganya yang semakin baik.
Dalam pengambilan keputusan ini petani perlu memperhitungkan resiko yang harus
dihadapi. Secara umum kemampuan menerima resiko akan berbeda antara seorang petani
dengan petani yang lain. Hal ini terutama dipengaruhi oleh: (a) Jumlah modal yang tersedia,
(b) status petani dalam keluarganya, (c) lingkungan sosial dimana petani berada (d) umur
petani, dan (e) pengalaman petani dalam berusahatani.
Keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh bagaimana manajemen yang
dijalankan dalam usahatani tersebut. Bagaimana pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, serta modal yang dimiliki menjadi efektif dan efisien. Akhirnya dapat dinyatakan,
bahwa inti dari pertanian adalah usahatani karena usahatani menyangkut sekumpulan kegiatan
yang dilakukan dalam budidaya pertanian. Berhasil atau tidaknya kegiatan budidaya tersebut,
sangat tergantung dari baik atau tidaknya pengelolaan atau manajemen dalam usahataninya.
Sifat adaptif diartikan sebagai suatu kemampuan seorang manajer dalam batas-batas
tertentu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang selalu berubah-rubah, yang mungkin
akan menimbulkan kerugian ataupun keuntungan kepadanya.
Sifat fleksibel diartikan sebagai kemampuan dari seorang manajer dalam menghadapi
tantangan-tantangan dari luar, sehingga tidak bertumbukan dengan masalah yang lain.
Inovatif dapat dinyatakan sebagai sifat dari seorang manajer yang selalu bertujuan untuk
memperbaharui usaha-usahanya, dalam arti mencari hal-hal baru atau jenis-jenis usaha baru
dengan tujuan yang sama, yaitu memperoleh hasil yang setinggi-tingginya, dengan biaya
pokok produksi yang serendah-rendahnya, tanpa merugikan kepentingan pihak/petani lain.
Sifat produktif diartikan sebagai suatu sifat dari setiap manajer usahatani yang harus
mampu menciptakan kegiatan untuk menghasilkan produk yang dapat memberikan tambahan
penghasilan bagi perusahaan maupun bagi keluarga.
Merupakan suatu sikap seorang petani/manajer yang tidak menunggu tetapi menjemput
bola dengan penuh perhitungan serta risiko terendah. Keenam sifat tersebut harus terdapat
pada setiap pengusaha/manajer usahatani agar apa yang diinginkan untuk dicapai dapat
terlaksanan dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Secara umum terdapat lima fungsi manajemen usahatani yang harus dilakukan oleh para
petani, yaitu:
(1) Membuat Perencanaan
Perencanaan dalam arti luas adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis
kegiatan-kegian yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam jangka
waktu tertentu. Dalam setiap perencanaan harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Kegiatan apa yang diperlukan dan berapa jumlah tenaga kerja yang di butuhkan untuk
setiap kegiatan tersebut,
b) Kapan berbagai sumberdaya akan digunakan dan berapa jumlahnya dalam setiap
pemakainnya,
c) Kesulitan-kesulitan apa yang mungkin akan dialami dalam setiap kegiatan.
Dalam rencana usahatani, hal-hal tersebut akan dipengaruhui oleh jenis komoditi yang
diusahakan dan pola tanam yang dilaksanakan untuk setiap lahan yang dikuasai petani.
Melaksanakan kegiatan usaha tidak lain adalah melaksanakan kegiatan produksi yang
sebenarnya, yaitu menjalankan, menggerakkan organisasi yang telah disusun, sesuai
dengan kegiatan yang telah direncanakan.
(4) Mengawasi Jalannya Organisasi
Mengawasi jalannya organisasi usahatani tidak lain dari mengamati dengan cermat, agar
segala sesuatunya bias berjalan sesuai dengan rencana. Dalam kegiatan usahatani fungsi
pengawasan ini agak sulit untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena organisasi
usahatani tersebut bukan merupakan organisasi yang berdiri sendiri dan terpisah dari
organisasi rumahtangga petani, sehingga bila terjadi penympangan terhadap rencana yang
telah dibuat sulit untuk diawasi.
Tugas membuat penilaian terhadap hasil usaha dapat berjalan bersama-sama dengan tugas
mengawasi jalannya kegiatan usaha. Pertumbuhan usahatani dapat dilihat dari segi
teknis, ekonomis dan sosial.
a) Dari segi teknis penggunaan faktor produksi harus makin efektif dan efisien, hal ini
dapat ditunjukkan oleh meningkatnya produktivitas per satuan pemakain faktor
produksi yang terus meningkat, atau dari hasil per satuan luas tertentu.
b) Dari segi ekonomi, usahatani tersebut harus bertambah kegiatan cabang usahanya,
meskipun modal untuk memperluas usaha itu berasal dari pinjaman atau kredit.
c) Dari segi sosial yang dapat menunjang kemajuan usahatani, adanya kepercayaan dari
para konsumen atau pemberi kredit misalnya bank dll, sebab dengan adanya
kepercayaan yang baik tersebut akan memudahkan memperoleh fasilitas-fasilitas
ekonomi yang diperlukan dalam menunjang usaha pada masa-masa berikutnya.
3. Rangkuman