Anda di halaman 1dari 3

TERBENTUKNYA DANAU KELIMUTU

Cerita Rakyat Ende

Bagian I

Pada zaman dahulu kala, di puncak Gunung Kelimutu yang disebut Bhua Ria, bermukim
Konde Ratu bersama rakyatnya. Di kalangan rakyat kala itu, tedapat dua tokoh yang sangat
disegani, yaitu Ata Polo si tukang sihir jahat dan kejam yang suka memangsa manusia, dan Ata
Bupu yang dihormati karena sifatnya yang berbelas kasih serta memiliki penangkal sihir Ata
Polo. Ata Bupu dikenal sebagai petani yang memiliki ladang kecil didekat Bhua Ria. Walaupun
memiliki kekuatan gaib yang tinggi dan disegani masyarakat, keduanya berteman baik serta
tunduk dan hormat kepada Konde Ratu.
Konde Ratu : “Hai pengawal! Tolong panggilkan Ata Bupu dan Ata Polo.“
Pengawal : “Siap Konde Ratu!”
Pengawal pun berjalan mencari Ata Polo dan Ata Bupu. Setelah beberapa saat berjalan,
tibalah ia di lading milik Ata Bupu.
Pengawal : “Hai Ata Bupu! Konde Ratu memanggilmu dan Ata Polo, jadi kau harus
ikut . denganku. Tapi sebelumnya kita harus cari Ata Polo.”
Ata Bupu : “Baiklah, ayo kita bergegas mencari Ata Polo.” (berjalan)
Pengawal : “Itu Ata Polo!” (berteriak)
Ata Bupu : “Ata Polo! Ata Polo! Tunggu!” (berteriak)
Ata Polo : “Ada apa!” (mendekat)
Pengawal : “Konde Ratu memanggilmu, jadi kau bersama Ata Bupu, harus menghadap
. Konde Ratu di kerajaan.”
Ata Polo : “Baiklah, ayo kita pergi!”
Mereka bertiga pun beranjak menuju kerajaan menemui Konde Ratu. Setelah beberapa
saat berjalan sampailah mereka di kerajaan.
Pengawal : “Lapor Konde Ratu! Aku sudah memanggil Ata Bupu dan Ata Polo.”
Konde Ratu : “Baik, terima kasih. Sekarang kembali ke tempatmu!”
Ata Bupu : “Ada apa Konde Ratu?” (ingin tahu)
Ata Polo : “Ya, kenapa Ratu memanggil kami? (heran)
Konde Ratu : “Begini, persediaan bahan makanan di kerajaan kita hampir habis, jadi Ata Polo,
. saya memintamu untuk mencari bahan makanan di ladang. Sedangkan kau
Ata . Polo tolong carikan kayu bakar!”
Ata Bupu & : “Siap Konde Ratu!”
Ata Polo
Bagian II
Kehidupan di Bhua Ria berlangsung tenang dan tentram, sampai kedatanan sepasang Ana
Kalo (anak yatim piatu) yang meminta bantuan pada Ata Bupu.
Ko’ofai : “Permisi…permisi!” (mengetuk pintu)
Nuwa Muri : “ Halo... apakah ada orang di dalam?
Ata Bupu : (membuka pintu) “Ya, ada apa? Ada yang bias saya bantu?”
Ko’ofai : “Apakah kami bisa tinggal disini? Orangtua kami sudah meninggal dunia,
jadi . kami sangat membutuhkan perlindunganmu.” (berharap)
Nuwa Muri : “ Ya betul, kami sangat membutuhkan perlindunganmu.” (memohon)
Ata Bupu : (berpikir) “Hmmm… Baiklah, kalian boleh tinggal bersamaku. Tapi ada
satu . syarat.”
Nuwa Muri : “Apa itu?” (penasaran)
Ata Bupu : “Syaratnya, kalian harus menuruti semua nasihatku
terutama tidak meninggalkan . area ladang agar tidak dijumpai dan dimangsa oleh
Ata Polo” Ko’ofai : “ Tentu saja, kami akan menuruti semua nasiatmuasalkan
kami dapat tinggal di . sini.”
Ata Bupu : “Baik. Ayo masuk!”
Nuwa Muri : “Terima kasih Ata Bupu.”
Setelah beberapa bulan kemudian, Ata Polo datang menjenguk Ata Bupu di ladang.
Setibanya di ladang Ata Bupu, Ata Polo mencium bau menusuk yaitu bau mangsa di dalam
pondok Ata Bupu.
Ata Polo : (mencium bau) “Sepertinya aku mencium bau mangsa. Hai Ata Bupu!
Apakah . kau menyembunyikan anak manusia di sini?”
Ata Bupu : (gugup) “Se… se… sebenarnya ada dua orang anak di pondokku.”
Ata Polo : (mendorong) “Minggir kau! Aku mau memangsa kedua anak tersebut!”
Ata Bupu : (menahan) Sabar dulu Ata Polo, sebaiknya kamu datang kembali setelah
anak- . anak itu sudah dewasa, karena saat ini mereka masih anak-anak. Lagipula
. dagingnya pasti tidak sedap untuk disantap.”
Ata Polo : “Baiklah aku menerima saranmu. Aku akan datang lagi setelah mereka dewasa.”
Ata Polo pun meninggalkan Ata Bupu. Namun Ata Bupu mulai kebingungan memikirkan
cara terbaik untuk menyelamatkan dua anak manusia tersebut.
Ata Bupu : (mendekati) “Hai kalian berdua! Sebenarnya tadi ada Ata Polo datang ke sini
untuk memangsa kalian. Tetapi dia akan datang lagi setelah kalian dewasa.
Ko’ofai : “Apa? Benarkah itu?” (terkejut)
Nuwa Muri : “Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?” (ketakutan)
Ata Bupu : “Itulah sebabnya kalian harus mencari cara untuk menyelamatkan diri.”
Ancaman Ata Polo tadi begitu menakutkan bagi kedua anak manusia tersebut, sehingga
ketika mereka mulai beranjak remaja, atau menjadi gadis muda dan pemuda, mereka memohon
izin pada Ata Bupu untuk mencari tempat persembunyian.
Ko’ofai : “Ata Bupu! Kami harus mencari tempat persembunyian, karena sebentar lagi
. kami akan dimangsa Ata Polo.”
Ata Bupu : “Baiklah, tapi kalian harus hati-hati!”
Nuwa Muri : “Baik Ata Bupu. Terima kasih banyak karena selama ini sudah menjaga kami.”
Ko’ofai : “Ya, sekarang kami pergi. Selamat tinggal!”
Bagian III
Akhirnya, mereka meninggalkan pondok Ata Bupu. Setelah beberapa saat berjalan,
mereka menemukan sebuah gua yang terlindung tumbuhan rotan dan akar beringin.
Ko’ofai : “Bagaimana Nuwa Muri? Apakah kita bisa bersembunyi di tempat ini?”
Nuwa Muri : “Ya, saya rasa ini tempat yang sangat aman untuk terlndung.”
Ketika tiba saatnya sesuai waktu yang telah disepakati, Ata Polo mendatangi pondok Ata
Bupu untuk menagih janji.
Ata Polo : “Hai Ata Bupu! Mana Kedua anak tersebut! Kau harus menepati janjimu!”
. (marah)
Ata Bupu : “Sabar..sabar… Kau harus…”
Ata Polo : (memotong pembicaraan) “Ahh… banyak omong kau! Minggir!” (marah)
Ata Polo pun mencari kedua anak tersebut. Karena dia tidak menemukan mereka, ia pun
kesal dan menyerang Ata Bupu. Mereka berdua pun saling menyerang. Ata Polo menyerang
dengan ilmunya yaitu ‘magi hitam’ dan Ata Bupu menangkalnya dengan ‘magi putih’
Ata Polo : Bersssssss…. (mengeluarkan ilmunya untuk menyerang).
Ata Bupu : Derssssssss…. (menangkal)
Pada awalnya, perkelahian keduanya berjalan seimbang karena keduanya memiliki ilmu
yang tinggi dan setingkat. Namun lama kelamaan, tenaga Ata Bupu yang sudah semakin tua kian
melemah. Sementara ilmu yang dikeluarkan Ata Polo semakin menjadi-jadi. Ata Bupu hanya
Bisa mengelak dengan gempa bumi.
Ata Polo : Sersssssss…. (menyerang)
Ata Bupu : Berssss….. (menangkal)
Ata Polo : Eeahhhh…..(semakin kuat menyerang)
Ata Bupu : (terjatuh)
Ata Polo : Derssssss… (menyerang lagi)
Ata Bupu : (mengelak)
Ketika merasa tak mampu lagi menandingi kekuatan Ata Polo, Ata Bupu memutuskan
untuk raib ke perut bumi. Akibatnya, Ata Polo pun semakin murka dan menggila. Ketika
mencium bau kedua anak tersebut Ata Polo pun semakin beringas. Namun takdir akhirnya
menentukan bahwa Ata Polo harus tewas ditelan bumi karena sepak terjangnya yang kelewatan.
Kedua remaja yang tengah bersembunyi juga turut menjadi korban. Gua tempat persembunyian
Ko’ofai dan Nuwa Muri runtuh akibat gempa dan menguburkan keduanya hidup-hidup.
Beberapa saat setelah kejadian itu, di tempat Ata Bupu raib ke perut bumi, timbul danau
berwarna biru. Di tempat Ata Polo tewas ditelan bumi, terbentuk danau yang warnanya merah
darah yang selalu bergolak. Sedangkan di tempat persembunyian Ko’ofai dan Nuwa Muri,
terbentuk danau berwarna hijau tenang.
Demikianlah Cerita Rakyat dari Ende yang berjudul “Terbantuknya Danau Kelimutu”

Anda mungkin juga menyukai