Anda di halaman 1dari 12

Kembali ke Era Jurasik

oleh: Rhodhiathi Fadzillah

Namaku Allyfny Field Barrack, kalian bisa memanggilku Ally. Aku tinggal di Jalan

GrassLand Street, No. 36, Ottawa, Kanada. Saat ini aku berada di sebuah museum penelitian

Historyech, yang terletak di kota Ontario, museum ini milik Profesor Paul Barrack. Dan

seperti yang kalian ketahui, dia adalah pamanku, saudara dari ayah kandungku, Mike

Barrack. Dari tiga puluh menit yang lalu, aku tengah memperhatikan paman yang sibuk

meneliti sebuah DNA Ankylosaurus, bentuknya seperti darah hewan lain pada umumnya,

tetapi teksturnya lebih padat dan kental, serta banyak mengandung antitoksin, yaitu suatu zat

yang dapat menetralkan racun.

“Paman, Ally lapar. Apakah ada sesuatu yang bisa dimakan disini?”, aku bersahut.

Jujur saja, perutku mulai keroncongan, karena telur mata sapi setengah matang kesukaanku,

yang telah aku makan tadi pagi, sudah terolah menjadi sumber tenagaku yang hampir mulai

terkuras.

“Ya, ada. Ambil di kulkas, disana ada roti, susu, sayuran dan makanan kecil lainya. Jika kau

ingin membuat coklat panas, kau bisa memanaskan air menggunakan alat pemanas di dekat

lemari disamping kulkas”, jawab paman. Sepertinya, paman mengerti dengan keadaanku.

Aku berjalan menuju dapur yang terdapat di ujung museum, di dinding dapur tersebut

terpampang sebuah poster tentang sejumlah deretan makanan yang banyak mengandung

protein, diposisi teratas terdapat daging sapi , sebesar 26 gram kandungan protein. Aku mulai

teringat sesuatu, aku kembali ke tempat paman dan bertanya,


“Paman, apa ada daging sapi? Aku ingin memasak daging”, setetah melihat poster tadi aku

mulai berubah pikiran untuk memasak daging. Aku merindukan aromanya yang khas dan

mengundang selera.

“Ally, kami disini tidak boleh membawa atau menyediakan daging”, jawab paman sembari

tetap fokus dengan mikroskopnya.

“Kenapa, Paman? Apa disini ada hewan buas dan semacamnya?”, tanyaku penasaran.

“Bukan, bukan masalah itu, tetapi pihak museum melarang sesuatu yang berbau amis dan

menyengat, seperti daging, kau mengertikan maksud Paman?”, paman memberi penjelasanya,

dan aku hanya mengangguk paham seraya tersenyum kecut. Menurutku tidak masalah kalau

tidak makan daging, itu hanya keinginanku saja.

Aku kembali ke dapur membuat sandwich dan coklat panas, tidak lupa aku melebihkanya

untuk paman. Setelah selesai makan, aku membawa sandwich dan coklat panas yang aku buat

beberapa menit yang lalu ke tempat paman.

“Ini untuk Paman”, lalu aku menyodorkanya di meja tempat paman bekerja.

“Terima kasih, Ally”, ucap paman.

“Sama-sama”, jawabku.

Aku berjalan-jalan disekitar paman yang masih sibuk dengan penelitianya, aku

memperhatikan beberapa hasil tes DNA yang sudah terverifikasi dalam zat cair dan beberapa

serangga kecil yang diawetkan di dalam toples kaca tebal berlapis silikon, supaya udara tidak

masuk kedalamnya. Jika udara masuk, tentu saja keawetanya tidak terjaga, atau serangga

tersebut akan membusuk di dalamnya.


Aku mengambil salah satu toples kaca dan memperhatikan isi didalamnya. Bentuknya sangat

menarik, seperti kupu-kupu. Dia memiliki sayap yang panjang dan antena di kepalanya

menggulung sempurna. Warna tubuhnya mendominasi antara biru toska dan pink lembut,

sangat indah, tetapi jelas asing bagiku, aku belum pernah melihat serangga seperti ini

sebelumnya.

“Paman ini serangga apa? Aku belum pernah melihat yang seperti ini”, aku penasaran dan

menanyakan langsung ke paman.

“Itu Morpho rhetenor helena. Hidup sekitar 66 juta tahun yang lalu”

“Itu sangat lama sekali. Bagaimana cara Paman menemukanya?”

“Entahlah, Paman hanya berjalan-jalan di sekitar hutan di dekat lokasi penelitian, dan

menemukan serangga ini, Paman menelitinya, kemudian mengawetkanya”, paman terlihat

gugup saat menceritakanya. Aku menjadi penasaran dengan penemuan paman atas serangga

langka ini.

“Itu berarti kau membunuhnya, benar?”.

“Tidak, Ally. Kau salah paham, serangga itu mati dan paman menyelamatkan bangkainya

dengan cara mengawetkanya”.

“Oh, begitu. Bukan berarti, ini satu-satunya serangga unik disini, kan? Aku ingin mencari

yang lain.”, kataku seraya berkeliling di sekitar museum.

“Ya, boleh. Silahkan saja”, paman melanjutkan penelitianya.


Aku berjalan ke koridor menuju tempat lain, aku ingin menemukan hewan unik lainya, aku

terus berjalan dan menemukan sebuah ruangan yang terletak di paling ujung, pintunya

berwarna abu-abu didominasi hijau tua dan dilapisi pagar besi yang tebal dan tinggi, diatas

pintunya terpampang jelas tulisan Jurasic Park.

Taman Jurasik, gumamku.

Aku mencoba membuka ruangan berpintu double tersebut, tetapi terkunci. Aku yakin paman

pasti memiliki kuncinya. Dan aku putuskan kembali ke tempat paman.

Sesampainya di koridor, aku menuju ruangan paman, dan hanya berdiri di depan pintu

menampakan sebagian badanku.

“Paman, aku ingin melihat fosil hewan-hewan purba di taman Jurasik, dan pintu ruangannya

terkunci. Apa paman memiliki kuncinya? ”, tanyaku.

“Apa kau yakin akan pergi kesana sendirian?”, paman balik melontarkan pertanyaanya

“Ya, aku yakin”

“Ini, tangkap”, paman melempar kuncinya dan aku menangkapnya,

“Terima kasih, Paman”, aku berlari menuju ruangan tersebut dan sesampainya di depan pintu,

sayup-sayup aku mendengar suara aneh. Ketika aku dekatkan telingaku ke pintu dan suara itu

terdengar lagi, seperti suara makhluk yang hidup pada zaman itu, zaman jurasik.

Aku baru saja ingin membuka knop pintu, tetapi ku urungkan niatku dan memutuskan untuk

kembali ke tempat paman. Aku kembali dengan sedikit berlari tanpa memperhatikan

langkahku dan tiba-tiba, dubrak. Aku menabrak sesuatu yang empuk dan ternyata itu adalah

paman. Untung paman menahan bobot badanku, kalau tidak pasti aku terjatuh.
“Ada apa, Ally. Kenapa kau terlihat begitu ketakutan? Ada sesuatu yang mengejarmu?”,

paman begitu khawatir denganku.

“Tidak, tidak apa-apa, Paman. Aku merasa ada sesuatu yang tidak mengenakan di sebelah

sana”, jawabku gugup.

“Kau sudah melihat ruanganya dan menguncinya?”

“Sudah”, well aku sudah berbohong.

“Sebaiknya, kau jangan kesana sendirian. Kemungkinan, akan membahayakan

keselamatanmu”

“Oke”, jawabku hambar.

“Baiklah, ini sudah sore. Saatnya kita kembali ke rumah”, jelas paman.

*****

Aku merebahkan tubuhku di kasur, dan memeluk boneka teddy bear pemberian dari kakak

kelasku, William Hudson. Sebagai hadiah ulang tahunku yang ke-17. Sebenarnya kak Will,

adalah teman dari kakak kandungku, Stephen Barrack. Aku dekat dengannya, semenjak kak

Steph mengajak kak Will bermain X-box game ke rumahku dan untuk sekedar berkunjung

kerumah atau saat keluargaku sebuah perayaan atau ada acara keluarga, kak Will pasti

diundang.

Mengingat kejadian tadi sore, aku masih penasaran dengan suara aneh dari ruangan serba

tertutup tersebut. Paman dan pihak museum terlihat begitu sangat memprivasi keaadaan

tempat tersebut dan tidak membolehkan siapapun masuk, mungkin hanya dikhususkan bagi

orang tertentu saja.


Tok tok tok

Suara pintu membuyarkan pikiranku terhadap tempat tersebut,

“Masuk !”, kataku

“Kau belum tidur, Sweathearth ?”, tanya wanita paruh baya yang datang menghampiriku dan

realitanya dia adalah mommy.

“Belum”, jawabku

“Coba ceritakan pada Mommy, hal-hal yang kau lakukan bersama Profesor Paul”,

“Kami hanya meneliti beberapa sampel DNA hewan purba dan kegiatan lainnya, seperti

melihat-lihat, dan begitulah seterusnya”, jawabku

“Kalau begitu tidurlah, ini sudah larut”

“Oke, Mom”

“Selamat tidur”, mommy meninggalkan kamar, sebelum pergi ia mengecup puncak kepalaku.

Kutunggu mommy keluar kamar, jujur aku belum mengantuk sama sekali. Rasa penasaranku

terhadap tempat itu kian memuncak. Aku pergi ke kamar kak Steph yang berada di sebelah

kamarku.

“Kak, buka pintunya. Kak Steph”, aku mengetok pintunya pelan agar tidak kedengaran

sampai ke kamar mommy dan daddy. Sekian detik menunggu, akhirnya kak Steph

menampakan batang hidungnya, dengan sepasang earphone yang setia menggantung di

telinganya. Mendengarkan musik sebelum tidur sudah menjadi kebiasaan kak Steph.

“Ada apa, Dek. Malam-malam begini mengganggu, pergi tidur sana”, dan fix kak Steph

mengusirku. Dia segera menutup pintu kamarnya, tetapi aku menahannya cepat.
“ Tunggu, kak. Ada yang, pengen Ally bicarakan. Penting, banget”,

“Bicara apa, ayo cepat!”, tegas kak Steph

“Tadi, Ally kan ke museum tempat paman, saat tiba di pintu ruangan bertuliskan Jurasic

Park, Ally kayak dengar suara aneh gitu, kayak suara harimau, tetapi lebih keras dan agak

menyeramkan gitu”, kataku kira-kira menerangkan dengan detail.

“Di museum mana ada hewan itu yang hidup lagi, jangan, ngarang kamu, deh”, cengir kak

Steph seperti mencemoohku. Dan emang jelas dia sedang mencemoohku.

“Ally, nggak bohong kak, kalau kak Steph tidak percaya, kak Steph boleh buktiin sendiri

kesana”, tegasku

“Ngapain juga, ke tempat seperti itu. Buang waktu gue aja”, tambah kak Steph

“Ally penasaran, pokoknya Kak Steph harus temanin Ally kesana, please”

“ Iya deh, gue bosan jika berdua ama lo aja. Gue mau ajak Will”

“ Boleh kak, boleh. Kalo rame kan, tambah seru”, kataku antusias

“Iya-iya. Cusss,, tidur sana”, Kak Steph melambaikan tanganya ke arah wajahku, tandanya

dia ingin aku kembali ke kamar.

“Thanks, Kak “, ucapku seraya memeluk kakak semata wayangku itu.

*****

Keesokan paginya, sesuai janjinya, kak Steph menemaniku ke museum tempat paman

bekerja, dia juga mengajak kak Will dan pacar kak Steph, namanya kak Mia.
Saat kami akan menaiki mobil BMW milik kak Steph, yang diberi Daddy sebagai hadiah atas

kelulusanya dari Harvard University.

“Hei, tunggu”, sahut seseorang dengan berlari. Nafasnya ngos-ngosan saat tiba di tempat

kami.

Ini Zacky Aldrin Barbara, biasa dipanggil Zack atau Zacky, temanku yang bisa dibilang kutu

buku di sekolah. Hari-harinya dihabiskan dengan membaca buku yang menurutnya menarik

dan bisa menambah pengetahuan. Terutama buku sejarah, dia paling suka genre yang seperti

itu. Ia senang mempelajari sesuatu yang berbau dengan sejarah. Sudah tidak diragukan lagi,

ia pasti tertarik dengan kunjungan ini. Dengan tas ransel super besar yang dibawanya, pasti

didalam sana terdapat berbagai alat meneliti atau apapun yang dirasa perlu.

“Zacky”, sapa kak Will.

“Lo ngajak teman lo, Dek?”, tanya kak Steph kepadaku.

“Iya, kan aku bilang lebihnasik rame-rame”

“Lo ngapain bawa-bawa ini segala. Emangnya lo mau pergi camping, hah?”, cetus kak Will

seperti kelihatan mengejak Zacky. Tapi Zack hanya tersenyum cengir-cengiran.

“Gue, nggak mau ya. Lo nyusahin kita dengan membawa semua barang-barang lo”, tambah

kak Will.

“Nggak kok kak, tenang aja”, jawab Zacky antusias.

“Dari pada buang-buang waktu. Yuk berangkat,”, ucap kak Mia semangat

“YUK”, jawab kami semua


Kak Steph memajukan mobil atap terbukanya dan semua menikmati perjalanan menuju

museum penelitian Historyech di kota Ontario.

Sesampainya disana, aku bertemu professor Paul, dan memeluknya,

“Paman,”, sapaku

“Hai, Ally”

“Stephen, kau juga disini?”

“Seperti yang paman lihat”

“Bagaimana kabar Mike, apa dia keluar kota lagi?”

“Ya, Daddy hanya kembali sekali dua minggu. Dia mengurus perusahaan cabang di New

York”

“Oh, begitu. Aku ingat, setelah lima belas tahun terakhir ke tempat ini, saat itu kau berusia

tujuh tahun, apa gerangan yang membuatmu kembali lagi kesini, Stephen?”

“Aku ingin menemani Ally dan seperti yang kau ketahui dia sangat senang berkunjung kesini,

sekalian aku mengajak mereka untuk berkeliling”

“Halo, Profesor. Aku Zacky, aku sangat suka membaca karya-karya anda. Karya yang paling

sering aku baca dari ratusan sekian karya-karyamu berjudul Tracking Those Incredible

Human. Subjudulnya sangat menarik, aku paling suka subjudul nomor 9 di halaman 306”,

sapa Zacky sambil menjabat tangan paman Paul dan bercerita sedikit mengenai karya-

karyanya yang fenomenal.

“ Aaa, bagian itu, aku masih mengingatnya. Kalau tidak salah itu bagian asal usul nenek

moyang manusia yang berasal dari kera. Aku benarkan?”


“Ya,professor kau sudah tentu pasti mengetahuinya”

“Jadi, kau suka bagian itu karena nenek moyangmu yang berwujud kera itu?” ejek Kak Will.

“Nenek moyang kita semua, maksud kak William”, tegas Zacky.

“Ya, nenek moyang lo lah, masa kita. Ya, kan guys”, aku rasa kak Will terlalu berlebihan.

“Hahahahha”, tetapi semuanya malah tertawa kearah Zack termasuk aku. Tetapi dia hanya

menganggap ini hanyalah candaan semata.

“Tidak, aku berpikir menyukai isi dari babnya saja. Karena aku beranggapan bahwa manusia

itu mengalami penyempurnaan bentuk seiring dengan perkembangan zaman. Aku

benarkan?”, jawab Zacky seperti seorang yang professional.

“Ya, manusia akan selalu mengalami perkembangan mulai dari genetik sampai perubahan

bentuk hormon pada setiap satu inci sel didalam tubuhnya. Hal ini berpengaruh jika manusia

mampu menerapkan pola nutrisi yang baik dan menjagan kesehatan mereka”, jelas paman

Paul.

“Professor, kami ingin melihat harim-” kak Will baru saja ingin bicara tetapi ditahan dengan

cepat oleh kak Steph.

“Maksudmu, harimau”?, tanya paman Paul.

“Bukan, mungkin maksud Will. Dia ingin ke tempat yang terdapat kerangka dan fosil hewan

purba. Apa disini ada, Paman?”, jelas kak Steph.

“Ya, kemarin Ally kesana, kau tahu kan tempatnya?”, tanya paman.

“Ya, of course I know”, jawabku.

“Ini kuncinya”, paman menyerahkannya ke kak Steph.


“Museum akan tutup jam enam sore, kalian harus keluar dari sana sebelum itu. Atau kalian

akan terkurung disini”, jelas paman.

“Oke, baik. Terima kasih, Paman”, jawab kak Steph. Kemudian semuanya pergi menuju

tempat tersebut.

Setelah perbincangan dan temu kangen dengan paman Paul, kak Steph, aku dan yang lainya

menuju di depan pintu tersebut

“Ini pintunya, dek?” tanya kak Steph kepadaku

“Iya benar, ini pintunya tidak salah lagi.” Jawabku

“Buruan buka.” Kata kak Will.

“Iya-iya,sabaran dikit kek.” Cetus kak Steph.

Saat kak Steph membuka gembok kunci tersebut, semua mata memandang takjub yang ada di

dalam sana.

“Waaahhh, aku nggak nyangka tempatnya akan sebesar ini.” aku terpukau dengan keunikan

taman ini. Aku kira tempatnya hanya sebuah ruangan yang ukuranya sama dengan ruang

penelitian paman Paul, tetapi dugaanku salah. Tempatnya seperti Coluseum di Italy.

Di Taman Jurasik ini terdapat semua jenis fosil hewan purba, salah satunya fosil dinosaurus.

Ada terdapat ratusan bahkan ribuan jumlahnya. Mulai dari fosil Tricetiratops, Stegosaurus,

Megalosaurus, Brachiosaurus, Spinosaurus, dan masih banyak lagi Yang paling menarik

perhatianku sejak dari tadi adalah fosil Tyrannosaurus Rex atau lebih dikenal dengan sebutan

T-Rex, yang panjang tubuhnya mencapai 12 meter/40 kaki dengan barat badan 7 ton.
“Kak, lihat deh. Yang ini Ally takut banget, serem.” Aku menunjuk ke arah dinosaurus

dengan nama T-Rex tersebut. Melihat kerangka dan membayangkan gigi taringnya saja aku

sudah takut, apalagi bertemu dengan T-Rex hidup, pasti aku akan langsung dikoyakannya.

Anda mungkin juga menyukai