Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MATERI 2
PENGANTAR LANJUTAN KEWARGANEGARAAN

Dalam konteks Negara sebagai organisasi masyarakat resmi kesepakatan ini diistilahkan sebagai
aturan hukum (dibahas dalam materi selanjutnya). Aturan hukum dalam sebuah Negara didasarkan
pada aturan dasarnya yang disebut dasar hukum, di Indonesia sekaligus dasar Negara yaitu
PANCASILA. Jadi dalam rangka membahas pertanyaan mendasar diatas, kemungkinan banyaknya
ATHG dari dalam karena tidak adanya pemahaman mengenai hukum dasar yang namanya PANCASILA.
Berdasarkan hal tersebut, yang diperlukan adalah pembahasan mendalam mengenai pemahaman
Pancasila, dikelas ini hal pertama yang akan dibahas adalah pemahaman mendasar mengenai
pancasila dari sila ke-1 sampai dengan sila ke-5.

Pendekatan Pembahasan

Dalam membahas mengenai pemahaman Pancasila akan dibahas pemahaman mendasar setiap sila
pancasila. Pancasila adalah sebuah sistematika, sehingga urutan pemahamannya pun secara
sistematis dimulai sesuai dengan urutan Pancasila dimulai dengan pemahaman sila 1 Pancasila. Sila 1
yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan sila yang sensitif sehingga dalam konteks resmi
pembahasan mata pelajaran/kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan pembahasanannya tidak
dilakukan secara mendalam sampai pada nilai filosofisnya, bahkan secara social masyarakat pun
pembahasan mengenai aspek ke-Tuhan-an ini jarang dibicarakan secara umum sampai dengan
tingkatan hakikatnya. Ini merupakan hambatan pertama dalam pemahaman Pancasila secara
keseluruhan, sila ke-2 dan selanjutnya tidak dapat dipahami jika sila 1 tidak dipahami terlebih dahulu.

Pendekatan pembahasan sila 1 Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah
pendekatan yang dilakukan bukan untuk membahas esensi Tuhan dari sudut pandang Tuhan, namun
Membahas aspek Tuhan dari sudut pandang manusia. Sebagai manusia tentunya mustahil bisa
memandang seluruh aspek dari sudut pandang Tuhan, namun manusia tentunya dapat melihat dari
sudut pandang manusia termasuk sudut pandang manusia terhadap Tuhan.

Pemahaman terminologi bahasa

Dimulai dengan makna istilah “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu Kalimat pada sila pertama ini tidak
lain menggunakan istilah dalam bahasa Sansekerta ataupun bahasa Pali. Banyak diantara kita yang
salah paham mengartikan makna dari sila pertama ini. Baik dari sekolah dasar sampai sekolah
menengah umum kita diajarkan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Satu,
atau Tuhan yang jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam bahasa Sansekerta ataupun Pali,
Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah Tuhan yang bermakna satu.

Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran –an.
Penggunaan awalan ke- dan akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna dari kata itu dan
membentuk makna baru. Penambahan awalan ke- dan akhiran –an dapat memberi makna perubahan
menjadi antara lain: mengalami hal….sifat-sifat…

Kata ketuhanan yang beasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an bermakna sifat-sifat
Tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat Tuhan atau sifat-sifat yang berhubungan dengan
Tuhan.

Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang bisa berarti mulia atau besar( bukan dalam
pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti sangat. Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sansekerta
atau Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad”
yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this-
Inggris). Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sansekerta atau bahasa Pali
adalah kata “eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata
yang seharusnya digunakan adalah “eka” bukan kata “esa”.

Dari penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha
Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut
Tuhan Yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa

berarti Sifat-sifat Luhur atau Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila
pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia, bukan Tuhannya. Dari pemahaman
terjemahan bahasa ini bahwa penekanan ada pada sifat-sifat Tuhan yang menjadi landasan/pondasi
bagi nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.

Pembahasan Makna

Pembahasan makna dari sila 1 Pancasila pada akhirnya secara sosial masyarakat membahas mengenai
Agama, karena Agama adalah yang paling dekat dengan pembahasan mengenai aspek Ketuhanan.
Pemahaman mengenai agama dalam Pancasila ini seringkali menjadi bahan perdebatan dari
masyarakat indonesia yang pada akhirnya tidak sedikit dari masyarakat Indonesia yang beranggapan
bahwa Pancasila tidak konsisten. Terlepas dari pandangan bahwa pancasila mengatur mengenai
agama yang ada di Indonesia, jika kita pahami bahwa ternyata sila 1 Pancasila tidak mengatur terlalu
jauh mengenai kehidupan warga negara Indonesia dalam menjalankan agama-nya, yang diatur dan
diwajibkan dalam Pancasila bahwa warga negara Indonesia harus ber-Tuhan, karena ini adalah modal
dasar dari eksistensi manusia, dalam hal ini Pancasila berfungsi sebagai Falsafah dasar dari Bangsa
Indonesia. Selanjutnya negara tidak “berani” mengatur lebih jauh mengenai tata cara beragama di
Indonesia. Pertanyaannya adalah mengapa pancasila tidak “berani” mengatur tata cara beragama di
Indonesia, karena disadari oleh para pembentuk pancasila bahwa agama adalah sesuatu yang sensitif
dan menjadi bagian yang sangat individual bagi setiap manusia. Hubungan antara manusia dengan
Tuhannya adalah sangat individual, masing-masing manusia tidak mengetahui mengenai hubungan
manusia lainnya dengan Tuhannya sekalipun mereka satu agama, misalnya sesama muslim (umat
islam) tidak mengetahui hubungan masing-masing dengan Tuhannya, agama dapat dipahami sebagai
ajaran mengenai kebenaran umum tentang Tuhan yang berisi mengenai nilai kebaikan yang berlaku
secara umum juga, secara khusus masing-masing manusia hanya mengetahui hubungannya sendiri
dengan Tuhan dan tidak dapat dibandingkan. Pancasila mengakomodir agama yang ada di Indonesia
untuk menjalankan fungsi Pancasila sebagai hukum dasar yang berlaku di Indonesia, sehingga seluruh
aturan hukum yang berlaku di Indonesia bersumber dari Pancasila, jadi agama yang diakomodir oleh
pancasila semata-mata untuk menegaskan bahwa ajaran agama tersebut adalah ajaran agama yang
pengikut/umat nya dikategorikan relatif banyak di Indonesia, yang tindaklanjutnya ada pada
penetapan aturan hukum mengenai hari libur nasional, dan aturan hukum lainnya yang hanya terkait
dengan penyelenggaraan peribadatan agama saja. Hanya agama yang diakomodir oleh Pancasila yang
hari besarnya adalah hari libur nasional, sedangkan untuk ajaran agama lainnya seperti aliran
kepercayaan tidak diakomodir oleh ketentuan hukum dimana hari besarnya bukanlah hari libur
nasional. Dengan ini dapat kita sadari bahwa pihak yang menganggap bahwa pancasila sebagai
penghianat seluruh agama karena mengakomodir banyak agama adalah penilaian yang terlalu
berlebihan, karena pancasila hanya sekedar memberikan dasar hukum bagi ketentuan hukum terkait
dengan penyelenggaraan peribadatan agama.

Sebagai dasar falsafah bangsa yang mewajibkan seluruh warga Negara Indonesia harus ber-Tuhan
mengharapkan seluruh manusia Indonesia ini sangat mengerti dan paham seluruh aspek dalam ajaran
agama yang dianutnya, sehingga memunculkan akhlak yang sesuai dengan ajaran agama yang
diinginkan oleh Tuhan, yang korelasinya dapat memunculkan kehidupan warga Negara yang harmonis.
Warga negara harmonis dalam kaitannya dengan sila 1 pancasila adalah terwujudnya kerukunan antar
umat beragama, kesadaran umat beragama yang tidak saling memusuhi seharusnya menjadi output
dari pemahaman ajaran Tuhan yang diturunkan melalui ajaran agama. Untuk mencapai kesadaran ini
dibutuhkan pehaman yang kuat mengenai ajaran agama.

Pemahaman mengenai ajaran agama di masyarakat Indonesia seringkali mengalami banyak hambatan
yang outputnya adalah sikap saling memusuhi. Jika diidentifikasi hambatan yang paling mendasar
adalah masyarakat Indonesia menganggap agama adalah sebuah dogma (sesuatu yang hanya perlu
diyakini tanpa alasan). Dalam kaitannya dengan Pancasila tidak akan dibahas dari sudut agama
apapun, namun akan dibahas mengenai esensi dasar sebagai manusia, sehingga materi yang
selanjutnya akan dibahas adalah konsep manusia, dalam pembahasan mengenai konsep manusia
sekaligus pemahaman mengenai sila 2 Pancasila akan dibahas, pendekatan ini yang disebutkan diatas
bahwa memahami aspek Ke-Tuhan-an dalam sila 1 Pancasila akan dibahas dari sudut pandang
manusia. Keterbukaan pemikiran dibutuhkan dalam pembahasan materi ini.

Anda mungkin juga menyukai