Anda di halaman 1dari 4

AKUNTANSI MANAJEMEN II

MAIN TOPIC OF ARTICLE “THE BALANCED SCORECARD—MEASURES THAT


DRIVE PERFORMANCE”

Oleh:

KELOMPOK 5
KELAS AM 5A MALAM

FEBBY ARDESTI 4112011002


DITA EKA NUR SAKINA 4112011004
IKA NURAENI 4112011011
MAHARANI SAFMA 4112011026

PROGRAM STUDI AKUNTANSI MANAJERIAL


JURUSAN MANAJEMEN BISNIS
POLITEKNIK NEGERI BATAM
2021/2022
Title: The Balanced Scorecard—Measures that Drive Performance
Author: Robert S. Kaplan dan David P. Norton (From the January-February 1992 issue)

Main Idea of the article:

 Langkah-langkah akuntansi keuangan tradisional seperti laba atas investasi (ROI) dan
laba per saham (earning share) dapat memberikan sinyal menyesatkan untuk peningkatan
dan inovasi berkelanjutan pada aktivitas perusahaan yang kompetitif karena umumnya
secara tradisional bisnis harus mendapatkan maksimalisasi profit, agar bisa dilihat layak
sebagai pertumbuhan modal untuk kepentingan pemegang saham sehingga terkadang sulit
untuk menghubungkan antara keberlanjutan dan bisnis sebagai tujuan akhir.

 Manajer menginginkan presentasi yang seimbang antara keuangan dan pengukuran


operasional, dan menyadari bahwa tidak ada ukuran tunggal yang dapat memberikan
target kinerja yang jelas. Untuk memperbaiki pengukuran kinerja, adanya "kartu skor
berimbang" yaitu seperangkat ukuran yang memberi manajer puncak pandangan bisnis
yang cepat namun komprehensif. Balanced scorecard mencakup ukuran keuangan yang
menceritakan hasil tindakan yang telah diambil dan ini melengkapi ukuran keuangan
dengan ukuran operasional pada kepuasan pelanggan, proses internal, dan aktivitas
inovasi dan peningkatan organisasi.

 Balanced scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dari empat perspektif
penting yaitu:
1. Customer Perspective (bagaimana pelanggan melihat kami?)
2. Internal Business Perspective (apa yang harus kita unggulkan?)
3. Innovation & Learning Perspective (bisakah kita terus meningkatkan dan
menciptakan nilai?)
4. Financial Perspective (bagaimana memandang pemegang saham?)

 Penggunaan balanced scorecard menunjukkan bahwa kartu skor berimbang memenuhi


beberapa kebutuhan manajerial.
Pertama, kartu skor menyatukan banyak elemen yang tampaknya berbeda dalam satu
laporan manajemen menjadi berorientasi pelanggan, mempersingkat waktu respons,
meningkatkan kualitas, menekankan kerja tim, mengurangi waktu peluncuran produk
baru, dan mengelola jangka panjang.
Kedua, kartu skor menjaga dari suboptimasi dengan cara memaksa manajer senior untuk
mempertimbangkan semua ukuran operasional yang penting secara bersama-sama.
Ketiga, perusahaan dapat mengurangi waktu pasar dengan meningkatkan manajemen
pengenalan produk baru atau dengan hanya merilis produk yang secara bertahap berbeda
dari produk yang telah ada.
Keempat, output produksi dan hasil first-pass dapat meningkat yang disebabkan oleh
pergeseran bauran produk ke produk yang lebih standar, mudah diproduksi tetapi dengan
margin yang lebih rendah.
 Untuk menerapkan balanced scorecard, perusahaan harus mengartikulasikan tujuan untuk
waktu, kualitas, dan kinerja dan layanan dan kemudian menerjemahkan tujuan ini ke
dalam ukuran tertentu.

Perspektif Inovasi dan Pembelajaran: Bisakah kita terus meningkatkan dan


menciptakan nilai?
Melalui perspektif ini dapat mengukur sejauh mana kinerja perusahaan pada inovasi dan
pembelajaran agar tercapainya sasaran perusahaan dan berhasil dalam kompetitif. Inovasi dan
pembelajaran dapat terus meningkatkan nilai perusahaan dengan adanya kemampuan untuk
mengembangkan, menciptakan produk, proses, atau sistem yang baru guna meningkatkan
efisiensi operasional sehingga menembus pasar baru dan meningkatkan pendapatan serta
melakukan perbaikan pada sistem yang bertujuan untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
Perspektif keuangan: Bagaimana kita melihat pemegang saham?
Perspektif ini menunjukkan perencanaan dan pelaksanaan strategi, implementasi dan eksekusi
terkait peningkatkan profitabilitas, pertumbuhan dan nilai pemegang saham dengan
melakukan pengukuran melalui kinerja keuangan seperti pada arus kas, pertumbuhan
penjualan, pendapatan operasional dan peningkatan pangsa pasar.
Saat ini banyak perusahaan yang memiliki misi yang berfokus pada pelanggannya yaitu
“Menjadi nomor satu dalam memberikan nilai kepada pelanggan”. Oleh karena itu,
bagaimana kinerja perusahaan yang dinilai dari prespektif pelanggannya telah menjadi
prioritas bagi manajemen puncak. Kekhawatiran pelanggan cenderung jatuh ke dalam 4
kategori seperti waktu, kualitas, kinerja dan layanan, dan biaya.
Lead time mengukur waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggannya. Kombinasi kinerja dan layanan mengukur bagaimana produk atau layanan
perusahaan berkontribusi untuk menciptakan nilai bagi pelanggannya. Maka dari itu, dengan
sistem informasi yang responsif melalui balanced scorecard bertujuan untuk pengukuran
kinerja/hasil kerja yang dituangkan ke dalam ukuran yang lebih spesifik sebagai bentuk
penerapan strategi manajemen yang lebih baik.
Perusahaan harus menentukan bagaimana peningkatan dalam kualitas, waktu siklus,
waktu tunggu yang dikutip, pengiriman, dan pengenalan produk baru akan menghasilkan
pangsa pasar yang lebih tinggi, margin operasi, dan perputaran aset atau mengurangi biaya
operasional. Perusahaan harus memperluas penjualan ke pelanggan yang sudah ada,
memasarkan produk yang ada ke pelanggan yang sama sekali baru (yang sekarang dapat
diakses karena peningkatan kualitas dan kinerja pengiriman), dan meningkatkan aliran
produk baru ke pasar.

Conclusion:
Konsep Balanced scorecard pada dasarnya adalah suatu konsep pengukuran kinerja
yang berusaha menerjemahkan strategi organisasi ke dalam serangkaian aktivitas yang
terencana yang dapat diukur secara kontinyu. Balanced scorecard meninjau peningkatan
kinerja sebuah organisasi dari empat perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif
customer, perspektif proses bisnis internal, serta perpektif. Keempat perspektif tersebut saling
mendukung satu sama lain dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Dalam prakteknya, penerapan konsep Balanced Scorecard ini tidaklah semudah yang
diperkirakan karena penerapan konsep ini membutuhkan suatu komitmen dari manajemen
pusat (leadership) maupun karyawan yang terlibat dalam organisasi perusahaan. Karena
perusahaan telah menerapkan balanced scorecard, perusahaan mulai menyadari bahwa
scorecard mewakili perubahan mendasar dalam asumsi yang mendasari tentang pengukuran
kinerja. Salah satu kunci keberhasilan penerapan Balanced Scorecard menurut O’Reilly
(Mattson, 1999:2) adalah adanya dukungan penuh dari setiap lapisan manajemen yang ada
dalam organisasi. Balanced Scorecard tidak hanya berfungsi sebagai laporan saja tetapi lebih
dari itu, Balanced Scorecard haruslah benar-benar merupakan refleksi dari sebuah strategi
perusahaan serta visi dari organisasi. Balanced Scorecard dapat dipandang sebagai sebuah
alat untuk mengomunikasikan strategi dan visi organisasi perusahaan secara berulang.

Anda mungkin juga menyukai