Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Angka kematian bayi merupakan salah
satu indikator untuk mengukur keberhasilan program kesehatan ibu dan anak. Kematian
neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan,
kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu tahun yang
disebabkan factor pengaruh lingkungan luar (Nurseha, 2018).
Penilaian lain untuk derajat kesehatan bayi selain kematian adalah morbiditas.
Morbiditas (kesakitan) merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera,
atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas dapat diturunkan dengan melakukan
pemijatan bayi yang bermanfaat untuk meningkatkan berat badan bayi, meningkatkan
pertumbuhan, meningkatkan daya tuhan tubuh, meningkatkan produksi ASI,
memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan dan mengurangi kembung serta kolik yang
diakibatkan karena mengkonsumsi susu formula (Nurseha, 2018. Roesli, 2010).
Bayi yang sehat akan tumbuh menjadi anak yang sehat. Itu tergantung cara
merawat dan memperhatikan perkembangan baik secara fisik dan emosional serta
perkembangan otaknya. Yaitu dengan cara berinteraksi langsung seperti memijat,
membelai, dan mengajak bercanda (Subekti, 2011).
Pijat bayi adalah perawatan kesehatan pada bayi dengan terapi sentuhan dengan
teknik tertentu. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pemijatan pada bayi memberikan
manfaat sangat besar pada perkembangan bayi, baik secara fisik maupun secara
emosional. Pijat bayi dapat digunakan untuk menurunkan angka kematian pada bayi dan
mengoptimalkan tumbuh kembang bayi (Enidya, 2012; Maharani, 2011; Roesli, 2011).
Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan lebih mendekati usapan-usapan halus atau
rangsangan raba (taktil) yang dilakukan dipermukaan kulit, manipulasi terhadap jaringan
atau organ tubuh bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf otot, dan sistem
pernafasan serta memperlancar sirkulasi darah. (Maharani, 2011; Roesli, 2010). Pijat
pada dasarnya akan menciptakan bonding attachment dan selain itu pijat bayi dapat
meningkatkan berat badan bayi (Enidya, 2012; Maharani, 2011; Roesli, 2010). Sentuhan
lembut pada pemijatan bayi memberikan rasa tenang dan mendorong potensi
penyembuhan dari diri sendiri pada bayi (Turner dan Nanayakkara, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian pemijatan yang dilakukan selama 15 menit, 2 x
seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaikan berat badan yang lebih dari bayi tidak
dipijat. Bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengubah gelombang
otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi
pencernaan dan pembuangan, meningkatkan hubungan batin antara orangtua dan
bayinya, dan meningkatkan volume air susu ibu (Roesli, 2010).
Bayi baru lahir pada umumnya mengalami masalah pencernaan dikarenakan
saluran pencernaannya masih belum matang. Karena bayi baru mulai beradaptasi dengan
saluran pencernaannya sendiri untuk mencerna dan menyerap nutrisi (Padila et al, 2018).
Berdasarkan teori yang ada salah satu manfaat pijat bayi dapat mengatasi kembung.
Kembung (meteorism tympanites) ialah suatu sistom/gejala yang menunjukkan
adaya udara atau gas dalam rongga abdomen atau usus. Distensi abdomen adalah kesan
secara inspeksi adanya abdomen lebih besar dari ukuran biasa pada anak. Distensi
abdomen mungkin disebabkan oleh adanya masa abdomen atau oleh karena
penumpukkan cairan atau gas. Distensi abdomen pada bayi dan anak biasanya merupakan
manifetasi suatu penyakit (Padila et al., 2019).
Akumulasi gas yang berlebihan dalam lumen usus akan menimbulkan berbagai
gejala; eructation, kembung, borborygmi, flatus, nyeri perut. Gejala-gejala ini dapat
berupa keluhan tunggal atau berhubungan degan keluhan tambahan yang berasal dari
dalam atau luar usus.
Berdasarkan literature yang ada peneliti tertarik mengambil kasus tentang
“Efektivitas pijat bayi untuk penatalaksanaan perut kembung (meteorismus) pada
bayi usia 7 hari di PMB Fony Feftiyanti Z, S.ST Kota Cilegon tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas pijat bayi efektif untuk penatalaksanaan bayi
dengan perut kembung (meteorismus) “Bagaimana efektivitas pijat bayi dalam
penatalaksanaan perut kembung pada bayi usia 7 hari di PMB Fony Feftiyanti Zaldad,
S.ST. tahun 2021”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan perut kembung
(meteorismus) menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengumpulkan data dasar pada bayi dengan perut kembung
(meteorismus) di PMB Fony Feftiyanti Z, S.ST Kota Cilegon.
b. Mampu menginterpretasi data dasar pada bayi dengan perut kembung
(meteorismus) di PMB Fony Feftiyanti Zaldad, S.ST Kota Cilegon.
c. Mampu mengantisipasi masalah atau diagnosa potensial pada bayi dengan perut
kembung (meteorismus) di PMB Fony Feftiyanti Z, S.ST Kota Cilegon.
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera/kolaborasi pada bayi dengan perut
kembung (meteorismus) di PMB Fony Feftiyanti Z, S.ST Kota Cilegon.
e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pijat bayi pada bayi sebagai
penatalaksanaan perut kembung (meteorismus) di PMB Fony Feftiyanti Z, S.ST
Kota Cilegon.
f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pijat bayi pada bayi sebagai
penatalaksanaan perut kembung (meteorismus) di PMB Fony Feftiyanti Z, S.ST
Kota Cilegon.
g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada efektivitas pijat bayi dalam
penatalaksanaan perut kembung (meteorismus) pada bayi Ny. M di PMB Fony
Feftiyanti Zaldad, S.ST Kota Cilegon.
h. Mampu melakukan pendokumentasian SOAP pada bayi baru lahir dengan perut
kembung (meteorismus).

D. Ruang Lingkup Studi Kasus


Studi kasus ini tentang efektivitas pijat bayi dalam penatalaksanaan perut kembung pada
bayi di PMB Fony Feftiyanti Z, S.ST Kota Cilegon tahun 2021. Adapun subjek penelitian
ini adalah bayi usia 7 hari . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2021.
Peneliti tertarik mengambil kasus ini karena dapat menurunkan angka kesakitan atau
mordibitas pada bayi. Penelitian ini dilakukan dengan cara memijat bayi sampai perut
kembung (meteorismus) teratasi dan bayi merasa nyaman, dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan.

E. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi Teoritis
Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu kesehatan terutama dalam bidang
ilmu kebidanan juga sebagai dasar untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
kejadian pijat bayi dengan baby oil terhadap penanganan perut kembung pada bayi
baru lahir tahun 2021.
2. Bagi Aplikatif
Untuk menambah pengetahuan ibu terhadap pijat bayi dalam penatalaksanaan perut
kembung dan untuk bahan pembelajaran dan penangan bagi pihak lahan atau PMB
jika ditemukan masalah yang serupa.

F. Keaslian Studi Kasus


Tabel 1.1 Keaslian Studi Kasus
No Judul Peneliti Hasil penelitian
1. Hubungan Nurseha, Dewi Hasil penelitian didapatkan
karakteristik ibu Komalasari menyimpulkan bahwa
yang memiliki bayi sebagian besar ibu yang
usia 0-24 bulan memiliki bayi usia 0-24
dengan bulan mempunyai
pengetahuan pengetahuan kurang dan
tentang pijat bayi terdapat hubungan yang
signifikan antara umur,
paritas, pendidikan dan
pekerjaan dengan
pengetahuan ibu tentang
pijat bayi
2. Pemberian minyak Gina Saat melakukan pengkajian
telon dalam upaya Permatasari, bayi memiliki masa gestasi
mencegah perut Nining Hening sesuai dengan kriteria
kembung pada bayi Pramesti, Sri inklusi dan melakukan
baru lahir Mulyani intervensi pemberian
Nurhayati minyak telon dengan
mengunakan minyak telon
pada perut bayi dengan
gerakan seperti menulis
ILU (I Love You) agar
mendorong gas yang
berlebih keluar dari
pembuangan gas, atau
mengoleskan minyak telon
pada perut bayi searah
jarum jam yang dilakukan
pagi dan sore selain
bertujuan untuk mencegah
kembung juga bertujuan
untuk menghangatkan
tubuh karena kandungan
yang terdapat dalam minyak
telon memiliki 3 kandungan
minyak, yaitu terdiri dari
minyak kelapa, kayu putih,
dan minyak adas.
3. Perbandingan Riani Hasil penelitian diperoleh
efektivitas daun bahwa lebih efektif daun
jarak+minyak kayu jarak+minyak kayu putih
putih dengan daun dibandingkan dengan daun
jarak tanpa minyak jarak tanpa minyak kayu
kayu putih terhadap putih terhadap kesembuhan
kesembuhan perut perut kembung pada bayi 0-
kembung pada bayi 2 tahun
0-2 tahun di
wilayah kerja
puskesmas
Bangkinang kota
4. Pengaruh pijat bayi Lilik Mardiana Hasil penelitian didapati
terhadap kuantitas dalam penelitian ini bahwa
tidur bayi usia 0-3 ada pengaruh signifikan
bulan di Desa pijat bayi terhadap kuantitas
Munungrejo tidur bayi. Penelitian ini
Kecamatan memberikan saran yaitu
Ngimbang perlunya peran tenaga
Kabupaten kesehatan untuk
Lamongan mengembangkan promosi
serta edukasi mengenai pijat
bayi kepada masyarakat
5. Pengaruh pijat bayi Meisa Daniati, Dari hasil penelitian
terhadap Riri diperoleh bahwa terdapat
peningkatan berat Novayelinda peningkatan berat badan
badan neonatus yang signifikan pada
kelompok eksperimen,
dengan p=0,003, atau
dengan kata lain Ho ditolak.
Jadi, penelitian ini
memperlihatkan bahwa pijat
bayi mempengaruhi berat
badan neonatus.
Berdasarkan penelitian ini,
diharapkan tenaga
kesehatan, khususnya
perawat dapat
mengaplikasikan terapi ini
kepada bayi dengan
mengajarkan orang tua bayi
untuk melakukannya di
rumah.
6. Pengaruh pijat bayi Ayu Permata Berdasarkan hasil penelitian
terhadap dapat disimpulkan bahwa
peningkatan lama pemberian pijat bayi
tidur malam pada memberikan efek terhadap
bayi 3-6 bulan peningkatan lama tidur
malam hari pada bayi usia
3-6 bulan sesudah
pemijatan.
7. Pengaruh pijat bayi Budiarso Berdasarkan hasil penelitian
terhadap dapat disimpulkan bahwa
penanganan pijat bayi dapat mengatasi
meteorismus meteorismus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Baru Lahir (BBL)


1. Definisi Bayi baru lahir (BBL)
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturase, adaptasi menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrauterain dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk,
2015).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan
genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang
melewati vagina tanpa memakai alat (Tando, Naomy Marie, 2016).
Dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Bayi
baru lahir adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan
sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.
2. Ciri-ciri bayi normal adalah, sebagai berikut;
a) Berat badan 2500-4000 gram
b) Panjang badan 48-52 cm
c) Lingkar dada 30-38 cm
d) Lingkar kepala 33-35 cm
e) Frekuensi jantung 120-160x/menit
f) Pernafasan ±40-60x/m
g) Kulit kemerah-merahan
h) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i) Kuku agak panjang dan lemas
j) Genetalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, pada
laki-laki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada
k) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l) Reflek moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik
m) Reflek graps atau menggenggam sudah baik
n) Eliminasi baik, meconium keluar dalam 24 jam pertama, meconium berwarna
hitam kecoklatan (Tando, 2016)
3. Perubahan Fisiologi Pada Bayi Baru Lahir
a) Perubahan pada sistem pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah
kelahiran. Pernafasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf
pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Frekuensi
pernafasan bayi baru lahir berkisar 30-60x/m.
b) Perubahan sistem kardiovaskular
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan
tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbo dioksida akan mengalami
penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh
darah dari arteri pulmonalis mengalir keparu-paru dan ductus arteriosus
tertutup.
c) Perubahan termoregulasi dan metabolic
Sesaat sesudah lahir, bila bayi dilahirkan dalam suhu ruangan 25℃, maka bayi
akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi.
Suhu lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan bayi menderita hipotermi
dan trauma dingin (cold injury).
d) Perubahan sistem neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomic atau fisiologis belum berkembang
sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,
pangaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan
tremor pada ekstremitas.
e) Perubahan gastrointestinal
Kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 mL akan menurun menjadi 50 mg/100
ml dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energy tambahan yang diperlukan
neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolism
asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120 mg/100 ml.
f) Perubahan ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam setelah lahir dan 2-6 kali sehari
pada 1-2 hari pertama, setelah itu bayi berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.
g) Perubahan hati
Dan selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang essensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan
dengan pemecahan sel-sel darah merah.
h) Perubahan imun
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu masuk.
Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko
infeksi pada periode bayi baru lahir.

B. Perut Kembung (Meteorismus)


1. Definisi Kembung (Meteorismus)
Kembung (meteorismus tympanites) ialah suatu sistom/gejala yang
menunjukkan adaya udara atau gas dalam rongga abdomen atau usus. Distensi
abdomen adalah kesan secara inspeksi adanya abdomen lebih besar dari ukuran
biasa pada anak. Distensi abdomen mungkin disebabkan oleh adanya masa
abdomen atau oleh karena penumpukkan cairan atau gas. Distensi abdomen pada
bayi dan anak biasanya merupakan manifetasi suatu penyakit. Kembung
(meteoristimus) adalah pembesaran abdomen terjadi karena usus terisi udara,
abdomen akan timpanik (kembung), tidak teraba masa dan tidak ada gelombang
cairan. Adanya akumulasi gas/udara yang berlebihan sering menjadi keluhan
pasien prevalensi keluhan yang berhubungan dengan akumulasi gas dalam usus
pada anak tidak diketahui, sedang pada populasi dewasa secara umum dilaporkan
sebanyak 10%-30%.
2. Gejala-gejala perut kembung (meteorismus)
a) Eructation
b) Kentut
c) Bloating
d) Distendi abdomen
e) Refleks gastrolik
3. Penatalaksanaan perut kembung (meteorismus) pada bayi baru lahir
a) Posisi bayi tengkurap
Terapi fisik untuk mengatasi perut kebung pada bayi adalah membuat bayi
tengkurap. Memposisikan bayi tengkurap menjadi salah satu terapi fisik
ketika bayi mengalami perut kembung. Dengan posisi tengkurap, perut bayi
akan mendapat tekanan lembut sehingga membantu mendorong keluar udara
yang menyebabkan perut kembung. Posisi tengkurap pada bayi juga
membantu untuk mengembangkan kekuatan badan, lengan, dan leher
bayi.
American Academy of Pediatrics juga menyarankan posisi ini untuk
mengeluarkan gas dari bayi. Posisi tengkurap atau tummy time ini tidak
hanya dapat membantu menjaga kepalanya agar tidak rata sambil
memperkuat tubuh bagian atasnya, tetapi dapat memberikan banyak
tekanan pada gas yang berada dalam perut agar bergerak ke jalan
keluar.
b) Menggendong bayi dalam posisi tegak
Untuk membantu bayi untuk mengeluarkan udara berlebih,
menggendong bayi dengan posisi tegak. Dengan begitu, membantu
udara turun ke bawah.
c) Memijat bayi
Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan lebih mendekati usapan-
usapan halus atau rangsangan raba (taktil) yang dilakukan dipermukaan kulit,
manipulasi terhadap jaringan atau organ tubuh bertujuan untuk menghasilkan
efek terhadap syaraf otot, dan sistem pernafasan serta memperlancar sirkulasi
darah. (Maharani, 2011; Roesli, 2010). Pijat pada dasarnya akan
menciptakan bonding attachment dan selain itu pijat bayi dapat
meningkatkan berat badan bayi (Enidya, 2012; Maharani, 2011; Roesli,
2010). Sentuhan lembut pada pemijatan bayi memberikan rasa tenang dan
mendorong potensi penyembuhan dari diri sendiri pada bayi (Turner dan
Nanayakkara, 2010).

C. Pijat Bayi
1. Definisi Pijat Bayi
Pijat bayi biasa disebut stimulus touch. Pijat adalah terapi sentuh tertua yang
dikenal manusia dan yang paling popular. Pijat adalah seni perawatan kesehatan
dan pengobatan yang di praktikkan sejak berabad-abad silam lamanya. Bahkan
diperikan ilmu ini telah dikenal sejak awal manusia diciptakan di dunia, mungkin
karena pijat berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan proses kelahiran
(Lee, 2010).
Pijat bayi adalah seni perawatan kesehatan pada bayi dengan terapi sentuh
dengan teknik-teknik tertentu sehingga manfaat pengobatan dan kesehatan
tercapai. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pemijatan pada bayi
memberikan manfaat sangat besar pada perkembangan bayi, baik secara fisik
maupun emosional. Pijat bayi akan merangsang peningkatan aktivitas nervus
vagus yang akan menyebabkan penyerapan lebih baik pada sistem pencernaan
sehingga bayi akan lebih cepat lapar ASI akan lebih banyak di produksi (Luize A,
2010).
Pengaruh positif sentuhan pada proses tumbuh kembang anak telah dikenal
manusia. Namun, penelitian ilmiah tentang hal ini masih belum banyak
dilakukan. Kulit merupakan organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai reseptor
terluas yang dimiliki manusia. Oleh karena itu, sejak dalam kandungan, janin
telah dapat merasakan belaian hangat cairan ketuban.
Pengalaman pijat yang pertama yang dialami manusia ialah pada waktu
dilahirkan, yaitu pada waktu jalan lahir si ibu. Proses kelahiran adalah suatu
pengalaman traumatic bagi bayi karena bayi yang lahir harus meninggalkan
rahim yang hangat, aman, dan nyaman, dan dengan keterbatasan ruang gerak
menuju kesuatu dunia dengan kebebasan gerak tanpa batas, yang menakutkan,
tanpa sentuhan-sentuhan yang nyaman dan aman disekelilingnya, seperti halnya
ketika berada di dalam rahim (Surinih, 2010).
2. Fisiologis Pijat Bayi
Menurut Rosalina (2010) mengurai secara rinci efek pijat bayi terhadap fungsi
fisiologi tubuh melalui beberapa sistem syaraf sebagai berikut;
a) Sistem Peredaran Darah
Pijatan dengan tekanan yang agak dalam (± 1-2 mm) akan menambah
aliran darah sampai 85% dan meningkatkan aliran cairan limfa. Pijatan
memberi efek pelebaran pada vena dan kapiler serta memacu efek saraf
vasomotor sehingga membantu darah bergerak melalui vena. Efek ini akan
memberikan rasa segar karena akan mendapat oksigen lebih banyak dan
berbagai macam nutrient, hormone serta yang lainnya. Disamping itu juga
akan terjadi pembersihan tempat yang akan dipijat dari zat racun sehingga
efek jangka panjang pada sistem peredaran darah adalah meningkatkan tonus
dan regangan pembuluh darah itu sendiri.
b) Sistem Limfatik
Pijat sangat berperan untuk aliran limfatik. Racun dan sampah tubuh
dialirkan ke pembuluh darah untuk dinetralisir, bengkak/oedem, akan
berkurang. Dengan dipijat pembentukan limfosit akan meningkat, aliran limfe
menjadi lancar. Jumlah limfosit yang meningkat akan meningkatkan sistem
kekebalan yang dapat membantu mencegah infeksi dan penyakit.
c) Kulit
Kulit bagian dermis terdapat banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan
ujung-ujung dari saraf, yang akan berpengaruh pada saat pemijatan.
Rangsangan pada reseptor akan menyebabkan perubahan reaksi reflek seperti
pelebaran pembuluh darah, relaksasi otot dan pori-pori akan terbuka.
Membukanya pori-pori akan mengeluarkan keringat sehingga dapat
membuang racun dan sampah tubuh, selain itu juga sangat membantu untuk
kulit yang kering.
d) Sistem Otot
Selama pijat posisi otot ditarik kearah samping dan memanjang. Keadaan
ini akan meningkatkan mikrosirkulasi yang dapat menyembuhkan ketegangan
otot dan menguraikan perlengketan jaringan sehingga akan mencegah
jaringan perut. Selain itu dengan pijat dapat mengeluarkan racun seperti asam
laktat yang menyebabkan kelesuan. Dengan maningkatkan fleksibilitas dan
integritas dari jaringan, pijat dapat menyembuhkan kram serta dapat
menguraikan ketegangan postur.
e) Sistem saraf
Pijat mempengaruhi sistem saraf dari tepi sampai pusat. Tekanan pada
reseptor saraf dikulit akan menyebabkan pelebaran vena, arteri dan kapiler
sehingga akan menghambat penyempitan, melemaskan ketegangan otot,
melambatkan detak jantung dan meningkatkan gerakan usus di saluran cerna.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, pijat juga memberi dampak pemacuan
saraf nervus vagus (saraf otak ke-10) yang berhubungan dengan sistem perut
besar dan merangsang pengeluaran hormone penyerapan gastrin dan insulin,
dimana kedua hormone tersebut akan meningkatkan absorbsi makanan
menjadi lebih baik, sehingga bayi akan merasa cepat lapar dan akan menyusui
lebih aktif serta sering. Hal ini akan merangsang peningkatan sekresi
hormone prolactin dan oksitosin ibu yang bearkibat ASI akan semakin
banyak diproduksi.
Pemijatan memberikan rangsangan pada saraf vasodilator, sehingga
ketegangan otot akan sembuh dengan adanya respon relaksasi. Pada bayi
sehat yang mendapat pemijatan menunjukkan peningkatan jam tidur sehingga
dapat meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal ini
disebabkan pijatan dapat mengubah gelombang otak dengan cara menurunkan
gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat
dibuktikkan dengan penggunaan EEG (Electro Enchephalogram).
3. Manfaat Pijat Bayi
a) Meningkatkan berat badan
Bayi yang dipijat mengalami peningkatan kadar enzim penyerapan dan
insulin sehingga penyerapan terhadap sari makanan menjadi lebih baik. Bayi
menjadi cepat lapar dan karena itu lebih sering menyusu sehingga
meningkatkan produksi ASI.
b) Meningkatkan efektivitas istirahat (tidur) dan konsentrasi bayi
Menurut Field (2010) bayi yang dipijat, dibandingkan dengan kelompok
kontrol, mencapai penyesuaian siklus aktivitas istirahat mereka lebih
menyenangkan pada usia 8 minggu dan produksi melatonin noktural yang
lebih tinggi pada usia 12 minggu. Dari penelitian ini disimpilkan bahwa
terapi pijat yang diberikan secara rutin waktu tidur bayi dapat menjadi sinyal
social yang kuat yang dapat mempengaruhi perkembangan dari siklus tidur
terjaga. Sehingga bayi yang terpenuhi kebutuhan tidurnya, saat bangun akan
menjadi bugar. Kebugaran ini juga menjadi factor mendukung konsentrasi
dan kerja otak bayi.
c) Meningkatkan produksi ASI dan gerak peristaltic untuk pencernaan
Pijat bayi dapat menyebabkan bayi lebih rileks dan dapat beristirahat
dengan efektif, hal ini berdampak positif ketika bayi bangun dan membawa
energy yang cukup untuk beraktivitas. Dengan aktivitas yang optimal, bayi
akan cepat lapar sehingga nafsu makannya meningkat. Peningkatan nafsu
makan ini juga ditambah dengan peningkatan aktivitas nervus vagus dalam
menggerakkan sel peristaltic untuk mendorong makanan ke saluran
pencernaan. Dengan semakin banyak dihisap, ASI pun terstimulasi untuk
berproduksi.
d) Meningkatkan daya tahan tubuh
Pemijatan memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan sel
pembunuh alami (natural killet cells). Hal ini dibuktikkan pada penderita
HIV yang dipijat selama 5x dalam seminggu selama satu bulan mampu
meningkatkan jumlah dan toksisitas sel pembunuh alami (natural killet cells).
Dengan demikian, kemungkinan penderita terkena infeksi sekunder
berkurang.
e) Memacu perkembangan otak dan sistem saraf
Rangsangan yang diberikan pada kulit bayi akan memacu proses
myelinisasi (penyempurnaan otak dan sistem saraf) sehingga dapat
meningkatkan komunikasi ke tubuh bayi dan keaktifan sel neuron.
Myelinisasi yang berlangsung lebih cepat memungkinkan otak bayi semakin
terpacu untuk berfungsi sempurna dalam mengkoordinasikan tubuh. Bayi
lebih sigap dan lincah dalam menanggapi apa yang dihadapinya.
f) Meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel
Pemijatan dapat memperlancar proses pengangkutan oksigen ke sel-sel
yang akan dituju. Pengangkutan oksigen ini penting agar sel-sel dapat
menjalankan fungsinya dengan normal. Aliran oksigen ke sel-sel saraf yang
tidak lancar dapat menyebabkan rasa sakit, menurunkan konsentrasi dan
kesiagaan. Stimulasi pemijatan juga memperlancar mengalirnya nutrisi ke
seluruh sel. Nutrisi ini penting agar sel-sel dapat tumbuh dan menjalankan
fungsinya.
Dengan pemijatan akan memperlancar peredaran darah yang mengalir
keseluruh tubuh, termasuk ke otaknya. Salah satu zat penting yang dibawa
oleh darah adalah oksigen. Ketika suplei oksigen untuk otak bayi tidak lancar
maka fungsi otak untuk berpikir dan konsentrasi akan terganggu. Semakin
baik aliran darah ke otak, semakin berkecukupan kebutuhan oksigen otak
yang terpenuhi. Terpenuhinya oksigen di otak secara cukup membuat
konsentrasi dan kesiagaan bayi semakin baik (Subakti, 2010).
4. Pelaksanaan Pijat Bayi
Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan. Dengan lebih cepat
mengawali pemijatan, bayi akan mendapat keuntungan yang lebih besar. Apalagi
jika pemijatan dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai bayi berusia 6-7
bulan. Pemijatan dapat dilakukan pada pagi hari dan sore hari sebelum mandi.
Sebelum melakukan pemijatan perhatikanlah hal-hal berikut, antara lain:
tangan harus bersih dan hangat, hindari agar kuku dan perhiasan tidak
mengakibatkan goresan pada kulit, ruang untuk memijat diupayakan hangat dan
tidak pengap, bayi tidak selesai makan atau sedang lapar. Pemijat duduk dalam
kondisi nyaman dan tenang, baringkan bayi diatas permukaan kain yang lembut,
rata, dan bersih, siapkan handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby oil),
serta mintalah izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara
membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara.
Sedangkan selama melakukan pemijatan, dianjurkan untuk selalu melakukan
hal-hal berikut ini: memandang mata bayi, disertai pancaran kasih sayang selama
pemijatan berlangsung; bernyanyi atau putarkan lagu-lagu yang tenang/lembut,
guna membantu menciptakan suasana tenang selama pemijatan berlangsung.
Awali pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan kemudian secara bertahap
tambahkan tekanan pada sentuhan yang dilakukan, khususnya apabila sudah
merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pijatan yang sedang dilakukan.
Sebelum melakukan pemijatan, tuangkan pada tangan pemijat baby oil yang
lembut sesering mungkin.
Jika bayi menangis, cobalah untuk menenangkan sebelum melakukan
pemijatan. Jika bayi menangis lebih keras, hentikan pemijatan karena mungkin
bayi mengharapkan untuk digendong disusui, atau sudah mengantuk dan sangat
ingin tidur. Mandikan bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa
segar dan bersih setelah dipijat menggunakan baby oil.
Dalam pemijatan pada bayi tidak dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut:
memijat bayi langsung setelah selesai menyusu seharusnya diberi jarak kira-kira
2 jam setelah selesai menyusu. Saat bayi dalam keadaan tidak sehat, memijat bayi
pada saat bayi tidak mau dipijat (biasanya dengan tanda bayi rewel, menangis,
dan memberontak), dan memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi.
5. Daftar Tilik Pijat Bayi
a) Kaki
1) Perahan India
Peganglah kaki bayi pada pangkal paha dengan kedua telapak tangan
seperti memegang pemukul softball. kemudain gerakan tangan ke
pergelangan kaki seperti memerah susu, atau dengan arah yang sama,
gunakan kedua tangan secara bersamaan, mulai dari pangkal paha dengan
gerakan memeras, memijat, memutar kedua kaki bayi secara lembut.

Gambar 1.1
(Roesli, 2008)
2) Perahan cara swedia
Peganglah kaki bayi pada pergelangan kaki, gerakan tangan secara
bergantian dari pergelangan kaki ke pangkal paha

Gambar 1.2
(Roesli, 2008)
3) Telapak kaki bayi
Urutlah telapak kaki bayi dengan kedua ibu jari secara bergantian,
dimulai dari tumit kaki menuju ke jari kaki. Atau buatlah lingkaran-
lingkaran kecil dengan kedua ibu jari secara bersamaan pada seluruh
telapak kaki dimulai dari tumit

Gambar 1.3
(Roesli, 2008)
4) Jari
Pijatlah jari-jari satu persatu dengan gerakan memutar menjauhi telapak
kaki, diakhiri dengan tarikan kasih lembut pada tiap ujung jari

Gambar 1.4
(Roesli, 2008)
5) Punggung kaki
Dengan kedua ibu jari, buatlah lingkaran di sekitar kedua mata kaki
sebelah dalam dan luar. Kemudian urutlah seluruh punggung kaki dengan
kedua ibu jari secara bergantian dari pergelangan kaki ke arah jari. Atau
buatlah gerakan yang mebentuk lingkaran-lingkaran kecil dengan kedua
jari secara bersamaan, dari daerah mata kaki ke jari

Gambar 1.5
(Roesli, 2008)
6) Gerakan menggulung
Pegang pangkal paha dengan kedua tangan anda, kemudian gerakkan
menggulung dari pangkal paha menuju pergelangan kaki
Gambar 1.6
(Roesli, 2008)
7) Gerakan akhir
Rapatkan kedua kaki bayi, lalu letakkan edua tangan anda secara
bersamaan pada pangkal paha, kemudaian usap dengan halus kedua kaki
bayi dari atas ke bawah

Gambar 1.7
(Roesli, 2008)
b) Gerakan perut
1) Mengayuh pedal sepeda
Lakukan gerakan pada perut bayi seperti mengayuh pedal sepeda, dari
atas ke bawah perut, bergantian tangan dengan kanan dan kiri

Gambar 1.8
(Roesli, 2008)
2) Menekan perut
Tekan kedua lutut kaki bersamaan dengan lembut ke permukaan perut
bayi. Dapat dilakukan secara bergantian dimulai dengan lutut kanan dan
dilanjutkan dengan lutut kiri
Gambar 1.9
(Roesli, 2008)
3) Bulan matahari
Buat lingkaran degan ujung-ujung jari tangan kanan mulai dari perut
sebelah kanan bawah (daerah usus buntu) sesuai arah jarum jam,
kemudian kembali ke kedaerah kanan bawah (seperti bentuk bulan),
diikiti oleh tangan kiri yang membuat bulatan penuh (seperti bentuk
matahari)

Gambar 2.1
(Roesli, 2008)
4) Gerakan I Love You
“I” : Pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke bawah
dengan menggunakan jari-jari tangan kanan seolah membentuk huruf
“I”
“LOVE” : Bentuklah Huruf “L” terbalik, dengan melakukan
pemijatan dari kanan atas perut ke kiri atas kemudian dari kiri atas ke
kiri bawah
“YOU” : Bentuklah huruf “U” terbalik, dimulai dari kanan bawah
(daerah usus buntu) ke atas kemudian ke kiri, ke bawah dan berakhir di
perut kiri bawah
Gambar 2.2
(Roesli, 2008)
5) Gelembung
Letakan ujung-ujung jari pada perut bayi di bagian kanan bawah dan
buatlah gerakan dengan tekanan sesuai arah jarum jam dari kanan ke kiri
bawah guna memindahkan gelembung-gelembung udara. Dengan kedua
telapak tangan buatlah gerakan dari tengah dada ke samping luar seolah
sedang meratakan kertas buku tua

Gambar 2.3
(Roesli, 2008)
c) Gerakan dada
1) Jantung besar
Buatlah gerakan yang membentuk gambar jantung dengan meletakkan
ujung-ujung jari kedua tangan anada di ulu hati. Setelah itu buatlah
gerakan ke atats sampai kebawah leher, kemudian ke samping atas
tulang selangka, lalu ke bawah ke ulu hati seolah membuat gambar
jantung

Gambar 2.4
(Roesli, 2008)
2) Kupu-kupu
Gerakan dilanjutkan dengan membuat gambar kupu-kupu. Dimulai
dengan tangan kanan yang memijat menyilang dari ulu hati ke arah bahu
kanan, dan kemudian ke ulu hati, kemudian dengan tangan kiri ke bahu
kiri dan kembali ke ulu hati

Gambar 2.5
(Roesli, 2008)
3) Jantung kecil
Buatlah gerakan seperti gambar jantung kecil di sekitar puting susu

Gambar 2.6
(Roesli, 2008)
d) Gerakan tangan
1) Perahan cara India
Perahan cara india bermanfaat untuk relaksasi otot dan arahnya
menjauhi tubuh. Peganglah lengan bayi dengan kedua telapak tangan
mulai dari pundak seperti memegang softball. Gerakkan tangan kanan
dan kiri ke bawah secara bergantian dan berulang-ulang seolah memerah
susu sapi. Atau dengan kedua tangan lakukan gerakan memeras,
memijat, memutar secara lembut pada lengan bayi mulai dari pundak ke
pergelangan tangan
Gambar 2.7
(Roesli, 2008)
2) Perahan cara Swedia
Pijatan di mulai dari pergelangan tangan ke arah badan untuk
mengalirkan darah ke jantung dan ke paru-paru. Gerakakkan tangan
kanan dan kiri secara bergantian, mulai dari pergelangan ke arah
pundak.

Gambar 2.8
(Roesli, 2008)
3) Telapak tangan
Dengan ke dua ibu jari, pijatlah telapak tangan seolah membuat
lingkaran-lingkaran kecil dari pergelangan tangan ke jari-jari.
Sedangkan keempat jari lain memijat punggung tangan.

Gambar 2.9
(Roesli, 2008)
4) Jari
Pijatlah jari-jari tangan bayi satu persatu dengan gerakan memutar
menuju ujung jari dan di akhiri dengan tarikan lembut pada setiap ujung
jari

Gambar 3.1
(Roesli, 2008)
5) Gerakan menggulung
Peganglah lengan bayi bagian atas/bahu dengan kedua tangan anda,
bentuklah gerakkan menggulung dari pangkal lengan menuju
pergelangan tangan/jari-jari

Gambar 3.2
(Roesli, 2008)
e) Gerakan muka
1) Dahi : menyetrika dahi
Letakkan jari-jari kedua tangan anda pada pertengahan dahi. Tekankan
jari-jari anda dengan lembut mulai dari tengah dahi bayi ke arah
samping kanan dan kiri seolah menyetrika dahi. Setelah itu gerakkan ke
bawah ke daerah pelipis dan buatlah lingkaran-lingkaran kecil di pelipis
kemudian gerakkan ke arah dalam melalui daerah bawah pipi di bawah
mata
Gambar 3.3
(Roesli, 2008)
2) Alis : menyetrika alis
Letakkan kedua ibu jari anda diantara kedua alis. Lalu pijat bagian atas
mata/alis dari tengah ke samping seperti menyetrika alis

Gambar 3.4
(Roesli, 2008)
3) Hidung : senyum pertama
Letakkan kedua ibu jari anda di antara kedua alis. Tekankanlah ibu jari
anda dari pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung ke arah pipi
kemudian gerakkan ke samping dan ke atas seolah membuat bayi
tersenyum

Gambar 3.5
(Roesli, 2008)
4) Rahang atas : senyum kedua
Letakkan kedua ibu jari anda pada pertengahan rahang atas atau di atas
mulut di bawah sekat hidung. Gerakkan kedua ibu jari anda dari tengah
ke samping dan ke atas ke daerah pipi seolah membuat bayi tersenyum

Gambar 3.6
(Roesli, 2008)
5) Dagu/rahang atas : senyum ketiga
Letakkan kedua ibu jari anda di tengah dagu. Tekankan dua ibu jari pada
dagu, lalu gerakkan dari tengah ke samping kemudian ke atas seolah
membuat bayi tersenyum

Gambar 3.7
(Roesli, 2008)

6) Belakang telinga
Dengan tekanan lembut gerakkan jari-jari kedua tangan anda dari
belakang telinga kanan dan kiri ke tengah dagu. Atau dengan tekanan
lembut gerakkan kedua tangan anda dari belakang telinga membentuk
lingkaran-lingkaran ke seluruh kepala.
Gambar 3.8
(Roesli, 2008)
f) Gerakan punggung
1) Gerakan maju mundur : kuda goyang
Tengkurapkan bayi melintang di depan anda dengan kepala di sebelah
kiri dan kaki di sebalah kanan anda. Pijatlah dengan gerakkan maju
mundur menggunakan kedua telapak tangan sepanjang punggung bayi,
dari bawah leher sampai ke pantat.

Gambar 3.9
(Roesli, 2008)
2) Gerakan menyetrika
Lakukan usapan dengan telapak tangan kanan anda, menyerupai gerakan
menyetrika dimulai dari pundak ke bawah sampai ke pantat.

Gambar 4.1
(Roesli, 2008)

D. Standar Asuhan Kebidanan


Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut varney sebagai berikut:
1. Langkah-langkah manajemen kebidanan 7 langkah varney sebagai berikut :
a. Langkah 1 : Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah berikutnya,
menumpulkan informasi tentang klien meliputi : data subjektif, objektif, dan
pemeriksaan penunjang
1) Data subjektif meliputi :
a) Biodata yang mencakup identitas bayi, nama ibu dan nama ayah bayi
(Ambarwati dan Wulandari,2010)
1) Nama bayi
Nama ibu bayi yang jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam melakukan penanganan.
2) Umur bayi
3) Tanggal/Jam lahir
Dicatat, ini penting untuk pengisian data pada bayi baru lahir.
4) Jenis kelamin
5) No. status registrasi
6) Berat badan
7) Panjang badan lahir
8) Nama ibu dan ayah
Nama ibu dan ayah yang jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam melakukan
penanganan.
9) Umur ibu dan ayah
10) Suku/Bangsa ibu dan ayah
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
11) Agama
Untuk mengetahui keyakinan ibu dan ayah bayi baru lahir tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan ibu dan ayah dalam berdoa.
12) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
13) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
14) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah.
b) Anamnesa
1) Riwayat kehamilan
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup,
persalinan yang aterm, persalinan yang premature, keguguran atau
kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan forceps,
atau dengan SC) (Rukiyah dkk, 2013).
Pemeriksaan ANC
Untuk mengetahui apakah ibu teratur melakukan pemeriksaan
ANC.
Penyakit ibu selama kehamilan
Untuk mengetahui apakah ibu memiliki penyakit selama
kehamilan.
2) Riwayat persalinan
Untuk mengetahui jenis persalinan, ibu partus dirumah ataukah
PMB, ditolong oleh bidan ataukah oleh dukun, lama persalinan
ibu, ketuban pecah spontan ataukah amniotomi, ada tidaknya
komplikasi persalinan, dan keadaan bayi baru lahir.
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan (Rukiyah dkk,
2013) meliputi :
a) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah baik, cukup atau
kurang. Pada meteorismus keadaan umum bayi cukup (Fauziyah,
2012).
2) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan pasien kemungkinan demam yang
merupakan gejala adanya meteorismus diukur menggunakan skala
derajat celcius. Batas normal 36,5⁰C.
3) Pernafasan
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1
menit, respirasi normal pada bayi yaitu 30-60x/m (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
4) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang di hitung dalam 1
menit, deyut nadi normal pada bayi yaitu 120-160x/m.
5) Berat badan sekarang
Untuk mengetahui kenaikan berat badan atau penurunan berat
badan.
b) Pemeriksaan fisik secara sistematis
1) Kepala
Untuk mengetahui apakah rambut lebat atau tidak, menilai
warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut (Rukiyah dkk,
2013). Ada tidaknya lesi, caput dan cephal.
2) Ubun-ubun
Untuk mengetahui apakah UUB/UUK sudah menutup atau tidak
3) Muka
Untuk mengetahui muka oedem atau tidak (Jannah, 2011).
4) Mata
Untuk mengetahui conjungtiva pucat atau merah muda warna
sclera putih atau kuning (Rukiyah dkk, 2013). Ada tidaknya pus
pada mata.
5) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga simetris atau tidak, ada
serumen atau tidak (Sulistyawati, 2013).
6) Kulit
Untuk mengetahui warna kemerahan atau pucat, ada tidaknya ruam
kulit, lanugo positif atau negative.
7) Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut adakah labiognatoschizis atau
palatoschizis, keadaan bibir kering atau tidak.
8) Hidung
Untuk mengetahui pernafasan bayi cuping hidung atau tidak.
9) Leher
Untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid atau
pembesaran vena jugolaris
10) Dada
Untuk mengetahui adanya retraksi dinding dada atau tidak, putting
susu simetris atau tidak.
11) Paru
Untuk mengetahui bunyi wheezing atau ronchi pada paru.
12) Jantung
Untuk mengetahui bunyi mur mur pada jantung.
13) Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada perut bayi. Pada
masalah meteorismus pada perkusi terdengar bunyi gas (kembung).
Pada abdomen teraba keras, pemeriksaan palpasi kencang.
14) Umbilicus
Untuk mengetahui adanya perdarahan atau tidak. Untuk
mengetahui adanya tali pusat atau sudah lepas.
15) Punggung
Untuk mengetahui adanya spina bifida atau tidak dan adanya
pembengkakan atau tidak.
16) Ekstremitas atau/bawah
Untuk mengetahui simetris atau tidak.
17) Genetalia
Untuk mengetahui apakah testis sudah berada dalam skrotum dan
penis berlubang pada ujungnya (laki-laki), dan untuk mengetahui
terdapat uretra dan vagina, labia mayora menutupi labia minora
(perempuan).
18) Anus
Untuk mengetahui apakah anus berlubang atau tidak, untuk
mengetahui kelainan pada BBL.
Refleks
1) Refleks moro
Untuk mengetahui adanya refleks kejut atau tidak pada bayi baru
lahir.
2) Refleks rooting
Untuk mengetahui adanya refleks mencari putting susu ibu saat
dilakukan IMD pada bayi baru lahir atau tidak.
3) Refleks walking
Untuk mengetetahui adanya reflek berjalan pada bayi baru lahir
atau tidak.
4) Refleks graphs/plantar
Untuk mengetahui adanya refleks menggenggam pada bayi baru
lahir atau tidak.
5) Refleks sucking
Untuk mengetahui adanya refleks menghisap pada bayi baru lahir
atau tidak.
6) Reflek tonic neek
Refleks ini dilakukan pada bayi berusia 3 bulan. Untuk
mengetahui adanya refleks menengadah pada bayi baru lahir atau
tidak.
Antropometri
1) Lingkar kepala (DMO, DFO, SOB)
Untuk mengetahui ukuran lingkar kepala bayi apakah dibatas
normal, kurang dari batas normal atau lebih dari batas normal.
Untuk mengetahui adanya kecacatan pada bayi baru lahir sehingga
segera dilakukan tindakan.
2) Lingkar dada
Untuk mengetahui ukuran lingkar dada bayi apakah dibatas
normal, kurang dari batas normal atau lebih dari batas normal.
Untuk mengetahui adanya kecacatan pada bayi baru lahir sehingga
segera dilakukan tindakan.
3) Lingkar lengan atas
Untuk mengetahui ukuran lingkar lengan atas bayi apakah dibatas
normal, kurang dari batas normal atau lebih dari batas normal.
Untuk mengetahui adanya kecacatan pada bayi baru lahir sehingga
segera dilakukan tindakan.
Eliminasi
1) Miksi
Untuk mengetahui apakah bayi sudah kencing atau belum.
2) Meconium
Untuk mengetahui apakah bayi sudah BAB atau belum.

b. Langkah II (Interpretasi data dasar) : Data dasar yang sudah dikumpulkan


di interpretasi sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik,
ditegakkan oleh profesi dalam lingkup kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur.
Hasil dai pemeriksaan Langkah II didapatkan diagnose kebidanan
1) Diagnose Kebidanan
Neonatus cukup/lebih/kurang bulan sesuai/besar/kecil usia kehamilan
usia….. jam …….. hari/minggu keadaan sehat/sakit
Data dasar :

Bayi kembung meliputi data subjektif yaitu ; Ibu Ibu mengatakan bayinya
rewel, Ibu mengatakan bayinya susah BAB, Ibu mengatakan bayinya tidak
mau menyusu (Budiarso, 2017). Sementara itu, data objektif berupa Perut
tampak keras saat dilakukan palpasi tampak pembesaran pada perut
(Budiarso, 2017).

2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang sedang dialami oleh bayi baru lahir yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengumpulan data dasar, sebagai
contoh pada masalah Meteorismus adalah gangguan rasa nyaman, susah
BAB, dan bayi tidak mau menyusu (Budiarso, 2017).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnose atau masalah yang didapat dengan
melakukan analisis data, sebagai contoh pada masalah Meteorismus
dilakukan pijat bayi (Budiarso, 2017).
c. Langkah III (Antisipasi masalah dan diagnose potensial) mengidentifikasi
masalah-masalah potensial yang kemungkinan muncul sehingga kita siap
siaga dalam menghadapi berbagai kemungkinan.
Masalah potensial pada Meteorismus adalah konstipasi pada bayi. Adapun
antisipasi masalah yang dilakukan adalah pijat bayi (Budiarso, 2017).
d. Langkah IV (Identifikasi tindakan segera atau kolaborasi) antisipasi
tindakan segera dibuat berdasarkan hasil identifikasi dari diagnose potensial.
Pada langkah keempat ini tidak dilakukan tindakan segera atau kolaborasi
karena kasus Meteorismus ini tidak dibutuhkan tindakan segera atau
kolaborasi. Tetapi Meteorismus termasuk kedalam masalah pada bayi baru
lahir.
e. Langkah V (Rencana menyeluruh asuhan kebidanan) menyusun rencana
asuhan ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya pada langah ini rencana
asuhan harus sama-sama disetujui oleh bidan maupun pasien agar efektif, oleh
karena itu pada langkah ini diperlukan diskusi antara tenaga kesehatan dengan
pasien mengenai semu rencana tindakan termasuk penegasan dan persetujuan.
Menurut Budiarso 2017 hasil dari pemeriksaan langkah V maka : Posisikan
bayi tengkurap, Gendong bayi dalam posisi tegak, Pijat bayi.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Implementasi) dari rencana asuhan seperti yang
telah diuraikan pada langkah V dan harus dilaksanakan secara efisien dan
benar.
Menurut Budirso 2017 hasil dari pemeriksaan langkah VI maka
Memposisikan bayi tengkurap, Menggendong bayi dalam posisi tegak,
Memijat bayi
g. Langkah VII (Evaluasi) : Langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah di
identifikasi di dalam masalah masalah dan diagnose.
Hasil dari pemeriksaan langkah VII bahwa telah mendapatkan penanganan
perut kembung dengan pijat bayi, bayi merasa nyaman dan Meteorismus
teratasi.
2. Metode Pendokumentasian SOAP
SOAP merupakan catatan yang bersifat sedehana, jelas, logis, dan tertulis. Metode
SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses penatalaksanaan kebidanan
dalam tujuannya penyediaan dan pendokumenasian asuhan, dan dengan SOAP
dapat membantu bidan dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang
menyeluruh. Langkah-langkah metode SOAP adalah sebagai berikut;
a. S : SUBJEKTIF
Data subjekif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang pasien atau
segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien bisu maka
dibagian data belakang “S” diberi kode “O” atau “X”
b. O : OBEKTIF
Data objektif merupakan data yng diperoleh dari hasil pemeriksaan atau
observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk kedalam data
objektif meliputi : pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium,
ataupun pemeriksaan diagnostic lainnya.
c. A : ASSESMENT
Assessment merupakan pendokumentasian dari hasil analisa data subjektif dan
objektif. Analisa yang cepat dan akurat sangat diperlukan guna pengambilan
keputusan atau tindakan yang tepat.
d. P : PLANNING
Planning atau perencanaan adaah rencana yang dibuat berdasarkan hasil
analisa.

E. Kewenangan Bidan
Bidan adalah salah satu jenis tenaga kesehatan yang diakui Negara. Hal ini
tercantum dalam pasal 11 Undang-Undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan dimana profesi bidan dicantumkan salah satu dari 12 jenis tenaga kesehatan
yang diuraikan dalam undang-undang.
Pasal 21 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 25 tahun 2014 tentang
upaya kesehatan anak menguraikan berbagai upaya kesehatan yang dilakukan kepada
bayi, anak balita, dan prasekolah. Yang berisi; Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6
bulan, pemberian ASI hingga 2 (dua) tahun, pemberian Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP ASI) mulai usia 6 (enam) bulan, pemberian imunisasi dasar lengkap
bagi bayi, pemberian imunisasi lanjutan DPT/HB/Hib pada anak usia 18 bulan dan
imunisasi campak pada anak usia 24 bulan, pemberian Vitamin A, upaya pola
mengasuh anak, pemantauan pertumbuhan, pemantauan perkembangan, pemantauan
gangguan tumbuh kembang, MTBS dan, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
Pasal 70 peraturan Pemerintah nomor 103 tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional, mengemukakan bahwa salah satu keterampilan pelayanan
kesehatan tradisional diberikan dengan teknik pijat. Pasal 48 ayat (1) tentang
Kesehatan disebutkan bahwa salah satu upaya kesehatan diselenggarakan melalui
kegiatan pelayanan kesehatan tradisional. Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012
tentang sistem kesehatan nasional kemudian mencantumkan pelayanan kesehatan
tradisional menjadi bagian dari sistem kesehatan nasional.
Dasar hokum pelayanan pengobatan komplementer-alternatif UU RI No. 36 tahun
2009, Permenkes RI No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional,
Permenkes RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan
komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan, Permenkes RI No.
120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan hiperbarik, Keputusan Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria
penataan metode pengobatan komplementer-alternatif yang dapat di integrasikan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
F. Kerangka Pikir/Kerangka Pemecahan Masalah
Bagan 1.1 Kerangka Pikir
Bayi baru lahir

Masalah yang lazim terjadi pada Penyebab


bayi baru lahir
 Pengetahuan ibu yang minim
 Muntah  Lingkungan (adat istiadat)
 Kapasitas lambung menampung
 Gumoh (regurgitasi)
susu cenderung masih kecil
 Orul trush  Sistem kekebalan tubuh bayi
 Diaper trush belum berkembang sempurna,
sehingga ketahanan tubuhnya
 Bisulan
melawan infeksi masih rendah
 Miliaris  Infeksi bakteri
 Sebore  Penyakit kulit, seperti dermatitis
seboroik atau dermatitis atopic
 Obstipasi (kembung)

Obstipasi dapat mengakibatkan kembung


(meteorismus).

Kembung (meteorismus) dapat diatasi dengan


pijat bayi

Berdasarkan Permenkes 2014 komplementer-alternatif bahwa pijat bayi


berfungsi dalam penatalaksanaan perut kembung (meteorismus)

Sumber Budiarso (2017)


BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Jenis studi kasus


Studi kasus menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan jenis metode
penelitian studi penelaahan kasus dengan cara peneliti, factor-factor yang
mempengaruhi kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus,
maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Praktik Mandiri Bidan Fony Feftiyanti Zaldad, S.ST
Cilegon dan waktu penelitian dilakukan dari bulan Mei-Juni 2021.
C. Subyek studi kasus
Subyek yang di ambil adalah bayi baru lahir dengan perut kembung
(meteorismus)
D. Instrumen studi kasus
Pengambilan data dalam studi kasus ini menggunakan format asuhan kebidanan
dan daftar tilik pijat bayi.
E. Teknik pengumpulan data
Teknik atau cara pengumpulan data pada studi kasus yaitu dengan pengambilan
data secara primer. Data primer dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara,
dan pemeriksaan fisik.
F. Alat dan bahan
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan pemeriksaan
fisik: stetoskop.
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara: format asuhan
kebidanan.
3. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi: format
asuhan kebidanan.
G. Etika studi kasus
1. Institusi
a) Mengajukan permohonan pembuatan izin studi pendahuluan, izin
penelitian dan terbit surat izin dengan No. 174/UF/FIKes/04/LTA/IV/2021
b) Menyerahkan surat izin ke lahan atau PMB
2. Praktik Mandiri Bidan (PMB)
a) Memberikan surat kepada bidan pemilik, mendapatkan balasan surat dari
PMB
b) Melakukan studi pendahuluan dan penelitian
3. Pasien atau kilen
a) Mengunjungi pasien
b) Melakukan informed consent
c) Ibu setuju untuk dilakukan pemijatan pada bayinya yang mengalami
kembung (meteorismus) sampai kembung (meteorismus) teratasi.

Anda mungkin juga menyukai