Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan bebas di tingkat internasional berarti efisiensi dan keharusan

adanya kepastian hukum. Perdagangan dalam partai besar yang ditujukan untuk

ekspor sangat dominan dilakukan melalui laut. Untuk keamanan, keselamatan dan

kelancaran pengangkutan barang, baik eksportir maupun importir banyak

menggunakan sistem container.

Negara Indonesia sebagai negara kepulauan dalam rangka mencapai tujuan

cita-citanya seperti yang ditetapkan dalam konsep wawasan nusantara

memerlukan sarana transportasi yang mantap. Salah satu sarana transportasi yang

memegang peranan penting adalah angkutan laut.

Keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan

kecil serta sebagian besar lautan memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui

negara dapat dijangkau. Adanya tiga jalur pengangkutan ini mendorong

penggunaan alat pengangkutan modern yang digerakkan secara mekanik.

Kemajuan bidang pengangkutan terutama yang digerakkan secara mekanik

akan menunjang pembangunan diberbagai sektor, salah satunya sektor

perdagangan, pengangkutan mempercepat penyebaran perdagangan, barang

kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pembangunan sampai keseluruh pelosok

tanah air.

1
1
Meningkatnya volume ekspor dan jenis komoditinya mengundang pelaku

bisnis dan ekonomi dan khususnya pengusaha kapal, perusahaan perkapalan juga

eksportir maupun importir untuk menata diri dan tanggap pada gejala

kemungkinan resiko yang timbul dari pengangkutan barang dengan sistem

container.

Plywood atau floor container adalah salah satu komponen petikemas  yang

berfungsi untuk menahan atau sebagai alas muatan pada saat digunakan untuk

pengiriman barang. Konstruksi dari lantai container sangat bermacam - macan ada

yang mengunakan kayu lapis, papan kayu atau besi. Pada umunya lantai container

mengunakan kayu lapis atau plywood dikarenakan sangat cocok untuk fungsi dan

kegunaanya dan mudah pada saat melakukan perbaikan petikemas jika terjadi

kerusakan. 

Dengan semakin mahal dan langkanya kayu untuk pembuatan container

flooring maka organisasi container internasional IICL  mengeluarkan desain

container floor terbaru dengan mengurangi 50% pengunaan kayu dan digantikan

dengan besi / steel . Adapun konstruksi dariplywood container adalah kombinasi

dengan omega plate dengan lebar kurang lebih 250 mm. Adapun kelemahan dari

plywood container kombinasi ini adalah cara perbaikan jika terjadi kerusakan

akan menjadi sulit. 

Berdasarkan uraian diatas,maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

demgan judul “Analisis Kekuatan dan Kekakuan Material Peti Kemas Dry 20

feet untuk tempat barang”.

2
1.2 Ruang Lingkup.

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah menganalisa kekuatan dan

kekakuan material peti kemas Dry 20 feet untuk tempat barang. Yang difokuskan

hasil pengelasan, buckling dan lendutan dan kekuatan untuk memuat barang.

1.3 Tujuan Penelitian.

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah ;

1. Untuk mengetahui kekuatan yang terjadi pada beberapa proses material

yang mengalami proses penyimpanan barang dan penumpukan peti kemas.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari sifat kekuatan pengelasan ,bucklingdan

lendutan sesuaiukuran material pada peti kemas .

3. Untuk mengetahui kekuatan container dry 20 feet guna keselamatan kerja.

1.4 Manfaat Penelitian.

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Secara Teknis

1. Mengetahui kekuatan material conteneir

2. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan refensi untuk

penelitian-penelitian lainnya.

b. Secara Ekonomis

1. Mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.

2. Melancarkan proses penyimpanan dan angkut barang dalam

Contenier.

3
1.5 Batasan Masalah

Kegiatan penelitian difokuskan hanya Analisa untuk kinerja antara lain ;

a) Hanya menganalisa kekuatan pengelasan

b) Hanya menghitung kekuatan buckling.

c) Hanya menghitung kekuatan lendutan .

1.6 Sistematika penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima BAB dengan rincian

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang penjelasan Latar Belakang, Ruang Lingkup

Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Rumusan masalah, Batasan

Masalah, Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori yang dipakai sebagai dasar untuk

melakukan rujukan dan pembahasan permasalahan yang diangkat

pada penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

4
Bab ini berisi tentang tahapan-tahapan penelitian seperti diantaranya :

Pengambilan data, Studi Literatur, Pengukuran dan Visual Check,

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang uraian dari analisa data-data yang dipeoleh dari

perhitungan dan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang uraian kesimpulan dari hasil peneltian

5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Container

Indonesia sebagai bagian dari Organisasi Kepabeanan Internasional ikut

meratifikasi konvensi tersebut. Pernyataan tersebut ditekankan dalam Keputusan

Presiden Nomor 45 tahun 1989 tentang Pengesahan Customs Convention on

Containers 1972.

Lebih lanjut The International Standard Organization (ISO) menetapkan pengertian

container sebagai alat transportasi yang:

a. Sifatnya cukup kuat untuk dipergunakan berulang kali.

b. Dirancang secara khusus sebagai fasilitas untuk membawa barang dengan moda

transportasi yang ada.

c. Dipasang alat-alat yang memungkinkan sewaktu-waktu digunakan untuk

menangani dari satu alat transportasi ke alat transportasi lainnya.

d. Dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diisi dan dikosongkan.

e. Mempunyai isi ruangan dalam sekurang-kurangnya 1 m3 = 35,3Cuft.

Container atau Peti kemas digunakan sebagai media pelindung dan sekaligus sebagai

media pengangkut barang-barang telah memberikan manfaat yang besar bagi dunia

perdagangan. Manfaat dari penggunaan Contenir atau peti kemas adalah:

a. Proses pembongkaran dan pemuatan barang dapat lebih cepat.

b. Dapat menurunkan resiko kerusakan terhadap muatan, oleh karena barang-barang

dapat ditata dengan baik dan cermat dalam ruangan peti kemas.

6
6
c. Dapat menurunkan resiko kehilangan dan pencurian. Struktur peti kemas yang

terkunci rapat akan mengurangi tingkat kehilangan barang selama perjalan

menuju tempat eksportir.

d. Memudahkan pengawasan saat pemuatan barang ke dalam peti kemas dan pada

saat pembongkaran barang dari peti kemas.

e. Menghindari resiko tertukarnya atau tercampurnya barang dengan barang-

barang milik eksportir lain.jenis kontainer yang digunakan dalam pengiriman

barang . Ukuran kontainer terdiri dari kontainer 20 feet, 40 feet, 40 feet HC

dan 45 feet. Secara umum jenis container dapat di bagi menjadi 3 jenis kering,

reefer, serta kontainer khusus.

2.1.1 Container dry 20 feet.

20 feet dengan kapasitas muat sampai 30 metrik kubik. Namun perlu diingat bahwa

standar yang diperbolehkan otoritas pelabuhan tidak sama di tiap-tiap negara. Bagi

Indonesia, rata-rata untuk pengiriman internasional hanya diperbolehkan sampai

maksimum 20 ton, demikian juga di sebagian besar wilayah Asia. Sementara di Chili,

dan negara-negara Amerika Tengah banyak yang maksimum18ton.

7
Gambar 2.1. Macam – Macam Container dry 20 feet

2.1.2 Komponen container dry 20 feet

Gambar 2.2 komponen CONTAINER dry 20 feet

Type Exterior Interior Weight Door

8
Opening

Gross Tare Net Heig


Length Width Height Length Width Height Width
Weight Weight Weight ht

52,910l
5,140lb 47,770lb
19′-4 7′-8 7′-9 b 7′-8 7′-5
20′-0” 8′-0” 8′-6”
13/16” 19/32” 57/64” 67,200l 1/8” 3/4”
20′ Steel 5,290lb 61,910lb
b
Dry Cargo
24,000k 2,330k 21,670k
Container
6.058 2.438 2.591 5.898 2.352 2.385 g g g 2.343 2.280

m m m m m m 30,480k 2,400k 28,080k m m

g g g

2.1.3 Spesifikasi container dry 20 feet

Tabel 2.1 spesifikasi CONTAINER dry 20 feet

Sumber : http. Nct - jkt. blogspot. co.id/2011/03/ukuran-dan-jenis-peti-kemas-

kontainer, html

Berikut ini adalah spesifikasi dari CONTAINER dry 20 feet yang di dalamnya

terdapat informasi-informasi mengenai kapasitas exterior, interior, weight dan Door

opening yang digunakan pada CONTAINER DRY 20 feet.

2.2 Material container dry 20 feet

9
Bahan-bahan berikut akan digunakan dalam pembuatan kontainer.

2.2.1 Spesifikasi komponen ISO 1496-1 - kontainer kargo Seri 1 - Spesifikasi

danpengujian ;

1) Panel pintu Baja anti-korosif. SPA-H atau yang setara

Panel atap Y.P .: 343 N / mm2

Panel samping T.S .: 481 N / mm2

Panel depan

2) Kepala pintu (atas & bawah) Baja struktural. SS41

Front top end rail Y.P .: 25kg / mm2

Tampak depan bawah rel T.S .: 41kg / mm2

Pelat bawah forklift saku

Kusen pintu horisontal

Rel pusat lantai

Pengikut pintu gasket

Rel sisi bawah (kanan)

Ujung atas rel inter

Gussets

3) Cross member Rolled high tensile steel. SM50A

Pos sudut belakang (luar & dalam) Y.P .: 33 kg / mm2

Pos sudut depan (luar & dalam) T.S .: 50 kg / mm2

Ambang pintu

Rel sisi bawah (kiri)

Pelat atas dari saku forklift

10
Rel sisi atas (kanan)

4) Rel sisi atas (kiri) pipa baja struktural persegi panjang .STKR41

Kusen pintu vertikal Y.P .: 25 kg / mm2

T.S .: 41 kg / mm25) Pintu pengunci bar. Pipa bulat baja struktural.

STK41

Y.P .: 24 kg / mm2

T.S .: 41 kg / mm2

6) Fitting sudut Dilas baja dilas. SCW49

Y.P .: 28 kg / mm2

T.S .: 49 kg / mm2

7) Mengunci gear cams dan penjaga Forged weldable steel. S20C

Y.P .: 25 kg / mm2

T.S .: 41 kg / mm2

8) Engsel pintu Struktural baja S25C

Y.P .: 27 kg / mm2

T.S .: 45 kg / mm2

9) Pin engsel pintu Stainless steel.

10) Gasket Pintu EPDM

Sumber : Andersson, P., Hugoson, P., Sökjer-Petersen, S., (2012 ), Mari

Term AB Load Distributed in container.

2.3. Proses pengelasan pada container dry 20 feet

11
Pengelasan adalah sambungan permanen yang diperoleh oleh perpaduan tepi dua

bagian yang akan disatukan bersama-sama, dengan atau tanpa penerapan tekanan dan

bahan pengisi. Panas yang dibutuhkan untuk fusi bahan dapat diperoleh dengan

membakar gas (dalam kasus gas pengelasan) atau dengan busur listrik (dalam hal

busur listrik pengelasan). Metode yang terakhir ini banyak digunakan karena

kecepatan pengelasan yang lebih besar. Pengelasan banyak digunakan dalam

fabrikasi sebagai metode alternatif untuk casting atau penempaan dan sebagai

penggantian untuk sambungan baut dan paku keling. Ini juga digunakan sebagai

media perbaikan mis. untuk menyatukan kembali logam di celah, untuk membangun

sebagian kecil yang telah putus seperti gigi atau untuk memperbaiki permukaan yang

aus seperti permukaan bantalan. Keuntungan dan Kerugian Sendi Dilas dari Sendi

Paku Keling Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari sambungan las

dibandingkan sambungan yang terpaku.

Keuntungan

1. Struktur yang dilas biasanya lebih ringan dari struktur yang terpaku. Ini

karena alasan, bahwa dalam pengelasan, gusset atau komponen penghubung

lainnya tidak digunakan.

2. Sambungan yang dilas memberikan efisiensi maksimum (mungkin 100%)

yang tidak memungkinkan kasus sendi terpaku.

3. Perubahan dan penambahan dapat dengan mudah dilakukan dalam struktur

yang ada.

4. Karena struktur yang dilas memiliki tampilan yang halus, oleh karena itu

terlihat menyenangkan.

12
5. Pada sambungan yang dilas, bagian tegangan tidak melemah seperti pada

sambungan yang terpaku.

6. Sambungan las memiliki kekuatan besar. Seringkali sambungan yang dilas

memiliki kekuatan induklogam itu sendiri.

7. Kadang-kadang, para anggota memiliki bentuk sedemikian rupa (mis. Pipa

baja bundar) yang mereka mampu kesulitan memukau. Tapi mereka bisa

dengan mudah dilas.

8. Pengelasan menyediakan sambungan yang sangat kaku. Ini sejalan dengan

tren modern dalam penyediaan bingkai yang kaku.

9. Dimungkinkan untuk mengelas bagian mana pun dari suatu struktur pada

titik mana pun. Tetapi memukau membutuhkan cukup izin.

10. Proses pengelasan membutuhkan waktu lebih sedikit dibandingkan

memukau.

Kekurangan

1. Karena ada pemanasan dan pendinginan yang tidak merata selama

pembuatan, oleh karena itu para anggota mungkin terdistorsi atau stres

tambahan dapat terjadi.

2. Dibutuhkan tenaga dan pengawasan yang sangat terampil.

3. Karena tidak ada ketentuan yang disimpan untuk ekspansi dan kontraksi

dalam bingkai, maka ada kemungkinan retakan berkembang di dalamnya.

4. Pemeriksaan pekerjaan pengelasan lebih sulit daripada pekerjaan memukau.

2.3.1 Proses Pengelasan

13
Proses pengelasan dapat diklasifikasikan secara luas ke dalam dua

kelompok berikut:

1. Proses pengelasan yang menggunakan panas sendiri mis. pengelasan fusi.

2. Proses pengelasan yang menggunakan a kombinasi panas dan tekanan

misalnya menempa pengelasan.

2.3.2. Pengelasan Fusion

Dalam hal pengelasan fusi, bagian untuk disatukan diadakan pada posisi

sementaralogam cair disuplai ke sambungan. Itu logam cair dapat berasal dari

bagian-bagiannya sendiri (mis. logam induk) atau logam pengisi yang biasanya

memiliki komposisilogam induk. Permukaan sendi menjadi plastik atau bahkan

cair karena panasdari logam pengisi cair atau sumber lainnya. Jadi, ketika

logam cair membeku atau melebur, sambunganterbentuk.

Pengelasan fusi, sesuai dengan metode panas yang dihasilkan, dapat

diklasifikasikan sebagai:

1. Pengelasan termal, 2. Pengelasan gas, dan 3. Pengelasan busur listrik.

2.3.3 Pengelasan Thermit

Dalam pengelasan thermit, campuran besi oksida dan aluminium yang

disebut termit dinyalakan dan besi oksida direduksi menjadi besi cair. Besi cair

dituangkan ke dalam cetakan yang dibuat di sekitar sendi dan sekering dengan

bagian yang akan dilas. Keuntungan utama dari pengelasan termal adalah

bahwa semua bagian dari pengelasan Bagian cair pada saat yang sama dan lasan

mendingin hampir seragam. Ini menghasilkan minimum masalah dengan

tegangan sisa. Ini pada dasarnya merupakan proses peleburan dan casting.

14
Pengelasan termal sering digunakan untuk menyatukan bagian besi dan

baja yang terlalu besar untuk diproduksi dalam satu bagian, seperti rel, rangka

truk, bingkai lokomotif, bagian besar lainnya yang digunakan pada uap dan

jalan rel, untuk rangka buritan, rangka kemudi dll. Di pabrik baja, digunakan

las listrik termal untuk mengganti gigi roda gigi yang rusak, untuk mengelas

leher baru pada gulungan dan pinion, dan untuk memperbaiki gunting yang

patah.

2.3.4 Pengelasan Gas

Pengelasan gas dibuat dengan menggunakan nyala api oxy-acetylene atau

gas hidrogen dari a obor las pada permukaan sambungan yang disiapkan. Panas

terik di kerucut putih nyala api memanaskan permukaan lokal ke titik fusi

sementara operator memanipulasi batang las untuk memasok logam untuk

lasan. Sebuah fluks sedang digunakan untuk melepas terak. Karena tingkat

pemanasan dalam pengelasan gas adalah lambat, oleh karena itu dapat

digunakan pada bahan yang lebih tipis.

2.3.5 Las Busur Listrik

Dalam pengelasan busur listrik, pekerjaan disiapkan dengan cara yang

sama seperti untuk pengelasan gas. Pada kasus ini logam pengisi disuplai oleh

elektroda las logam. Operator, dengan mata dan wajahnya

terlindungi,menyerang busur dengan menyentuh karya logam tidak mulia

dengan elektroda. Logam dasar di jalur aliran busur meleleh, membentuk

genangan logam cair, yang tampaknya dipaksa keluar dari kolam oleh ledakan

dari busur, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2-3 . Kecildepresi terbentuk

15
pada logam dasar danlogam cair disimpan di sekitar tepi inidepresi, yang

disebut arc crater. Terakdisikat setelah sambungan mendingin. Pengelasan

busur tidak membutuhkan logam untuk dipanaskan dan karena suhubusur

cukup tinggi, oleh karena itu fusi logamhampir seketika. Ada dua macam las

busur tergantung pada jenis elektroda.

1. Pengelasan busur tidak terlindung, dan

2. Pengelasan busur terlindung.

Ketika elektroda besar atau batang pengisi digunakan untuk pengelasan,

maka dikatakan pengelasan busur tidak terlindung. Dalam hal ini, logam las

yang disimpan saat sedang panas akan menyerap oksigen dan nitrogen dari

atmosfer. Ini mengurangi kekuatan logam las dan menurunkan keuletan dan

ketahanannya terhadap korosi.

Dalam las busur terlindung, batang las yang dilapisi dengan bahan padat

digunakan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar dibawah ini.

16
Gambar 2.3 Pengelasan terlindung

2.3.6. Proyeksi pelapisan

Proyeksi pelapisan yang dihasilkan memfokuskan aliran busur pekat,

yang melindungi gumpalanlogam dari udara dan mencegah penyerapan

sejumlah besar oksigen dan nitrogen berbahaya.

Gambar 2.4 Sendi fillet

2.3.7 Forge Welding

Dalam pengelasan tempa, bagian - bagian yang akan disambungkan

pertama kali dipanaskan pada suhu yang tepat dalam tungku atau menempa dan

kemudian dipalu. Metode pengelasan inijarang digunakan sekarang-a-hari.

Hambatan listrik pengelasan adalah contoh pengelasan forge.

Dalam hal ini, bagian yang akan disatukan ditekan bersama-sama dan

arus listrik dilewatkan dari satu bagian yang lain sampai logam dipanaskan ke

17
suhu fusi sendi. Prinsip dari menerapkan panas dan tekanan, baik secara

berurutan atau secara bersamaan, banyak digunakan dalam prosesdikenal

sebagai * spot, jahitan,proyeksi, kesal dan lampu kilat pengelasan.

2.3.8 Jenis Sambungan Dilas

Berikut dua jenis sambungan las tersebutpenting dari sudut pandang

subjek:

1. Sambungan lap atau sambungan fillet, dan 2. Sambungan pantat.

2.3.9 Lap Joint

Sambungan pangkuan atau sambungan fillet diperoleh dengan menumpuk

pelat dan kemudian mengelas ujung-ujungnya piring. Penampang fillet kira-kira

berbentuk segitiga. Sendi fillet mungkin 1. Fillet transversal tunggal, 2. Fillet

transversal ganda, dan 3. Sambungan fillet paralel. Sendi fillet ditunjukkan pada

Gambar 2.4. Sendi fillet melintang tunggal memiliki kelemahan itu ujung pelat

yang tidak dilas dapat tertekuk atau melengkung.

2.3.10. Butt Joint

Sambungan butt diperoleh dengan menempatkan ujung pelat ke tepi

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5. Dalam lasan butt,tepi-tepi pelat

tidak perlu bevelling jika ketebalan pelat kurang dari 5 mm. Di sisi lain, jika

ketebalan pelat 5 mm hingga 12,5 mm, ujung-ujungnya harus miring ke V atau

alur-U di kedua sisi

18
Gambar 2.5 . Butt joint

Sendi butt mungkin

1. Sambungan butt square, 2. Sambungan single butt-V 3. Sambungan butt-single U,

4. Sambungan V-butt ganda, dan 5. Sambungan U-butt ganda. Sambungan ini

ditunjukkan pada Gambar 2.6. Jenis lain dari sambungan las adalah sambungan sudut,

sambungan tepi dan sambungan-T

Gambar 2-6 Other types of welded joints.

Pertimbangan utama yang terlibat dalam pemilihan jenis las adalah:

1. Bentuk komponen yang dilas diperlukan,

2. Ketebalan pelat yang akan dilas, dan

3. Arah gaya yang diterapkan.

2.3.11 Simbol Las Dasar

Simbol las dasar menurut IS: 813 - 1961 (Ditegaskan kembali 1991) ditunjukkan

dalam

19
Tabel 2-2 Simbol las dasar.

20
21
Tabel 2-3 Representation of welding symbols.

2.3.12 Kekuatan Sambungan Butt

Sambungan butt dirancang untuk ketegangan atau kompresi. Pertimbangkan

sambungan V-butt tunggal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 (a).

Gambar 2.7 Butt joints. (a) dan (b) Dalam hal sambungan butt,

22
Dalam hal sambungan butt, panjang kaki atau ukuran lasan sama dengan

ketebalan tenggorokan sama dengan ketebalan pelat. ∴ Kekuatan tarik sambungan

butt (single-V atau square butt joint), P = t × l × t

di mana l = Panjang las. Secara umum sama dengan lebar pelat. dan kekuatan tarik

untuk sambungan butt-V ganda seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 (b)

diberikan oleh P = (t1 + t2) l × t dimana t1 = Ketebalan tenggorokan di bagian atas,

dan t2 = Ketebalan tenggorokan di bagian bawah. Dapat dicatat bahwa ukuran lasan

harus lebih besar dari ketebalan pelat, tetapi bisa juga kurang. Tabel berikut

menunjukkan ukuran minimum lasan yang disarankan.

Tabel 2.4. Ukuran minimum lasan yang disarankan.

2.3.13. Tekanan untuk Sambungan Las

Tegangan pada sambungan las sulit ditentukan karena variabel dan tidak dapat

diprediksiparameter seperti homogenitas logam las, tekanan termal pada lasan,

perubahan fisik properti karena tingkat pendinginan yang tinggi dll. Tekanan

diperoleh, dengan asumsi berikut:

1. Beban didistribusikan secara seragam di sepanjang panjang lasan, dan

2. Stres tersebar secara merata pada bagian yang efektif.

23
Tabel berikut menunjukkan tegangan untuk sambungan las untuk bergabung

dengan logam besi dengan logam ringan baja elektroda di bawah stabil dan kelelahan

atau beban terbalik.

Tabel 2.5. Faktor konsentrasi stres untuk sambungan las.

Catatan: Untuk pembebanan statis dan semua jenis sambungan, faktor konsentrasi

tegangan adalah 1.0.

2.3.14 Faktor Konsentrasi Stres untuk Sambungan Las

Penguatan yang disediakan untuk lasan menghasilkan konsentrasi tegangan pada

persimpangan las dan logam induk. Ketika bagian-bagian mengalami pemuatan

kelelahan, konsentrasi tegangan Faktor seperti yang diberikan dalam tabel berikut

harus diperhitungkan.

Tabel 2.6. Faktor konsentrasi stres untuk sambungan las.

24
Catatan: Untuk pembebanan statis dan semua jenis sambungan, faktor konsentrasi

tegangan adalah 1.0.

2.3.15 Menghitung Sistem Lasan

Kekuatan lasan antara balok bagian bawah dan pelat samping wadah Sisi

wadah biasanya dilas ke struktur dasar dengan ketebalan las a = 3 mm.

Gambar 2.8. Las fillet dimuat dalam tegangan oleh gaya F.

Gaya maksimum yang diizinkan Fmax untuk las fillet diberikan oleh:

A
FMAX= fyd ..............................................................................................(1)
C

(Sumber dari : Andersson, P., Hugoson, P., Petersen, S., 2012)

Dimana A adalah area efektif lasan, c adalah faktor jahitan dan fyd adalah

maksimum yang diizinkan menekankan. Nilai-nilai berikut telah digunakan:c = 1,2

yang untuk lasan fillet dalam ketegangan dan dengan kelas jahitan A: las kelas

25
biasafyd = 176 N / mm2 yang untuk S235 baja dengan kelas keselamatan normal.

Daerah efektif A adalah produk ketebalan las dikalikan dengan panjang I las.

2.3.16 Menghitung Momen Inersia

Momen inersia terhadap sumbu Y- Y dapat dihitung ;

ay
Y =∑
∑ a ..................................................................................................(2)
(Sumber dari : Andersson, P., Hugoson, P., Petersen, S., 2012)

Momen inersia terhadap sumbu x-x dapat dihitung ;

ax
X =∑
∑ a ..................................................................................................(3)
(Sumber dari : Andersson, P., Hugoson, P., Petersen, S., 2012)

2.3.17 Kekuatan Dinding samping

Sisi wadah biasanya pelat berombak dengan ketebalan minimum t = 1,6

mm. Itu stres di piring dimuat dalam ketegangan adalah gaya F dibagi dengan

luas penampang.

Gambar 2.9. Wadah dimuat dalam ketegangan.

F
σ= .........................................................................................................(4)
l−t

26
(Sumber dari : Andersson, P., Hugoson, P., Petersen, S., 2012)

Untuk tegangan maksimum yang diizinkan amax = 345 N / mm2 ini

memberikan beban maksimum per satuan panjang

σmax
F= ......................................................................................................(5)
l.t

(Sumber dari : Andersson, P., Hugoson, P., Petersen, S., 2012)

Berat kargo yang diizinkan per meter q dihitung dengan mempertimbangkan

kedua sisi wadah dan dengan mempertimbangkan variasi gaya dinamis dalam arah

vertikal:

F 2
q welding= x ......................................................................................(6)
l 1.8

(Sumber dari : Andersson, P., Hugoson, P., Petersen, S., 2012)

Dari sini adalah mungkin untuk menyimpulkan bahwa itu adalah lasan dari

pada pelat samping yang membatasi beban titik maksimum di sisi kontainer. Panjang

minimum beban terkonsentrasi karena kekuatan lokal dapat dihitung sebagai:

p
r= ............................................................................................................(7)
48

(Sumber dari : Andersson, P., Hugoson, P., Petersen, S., 2012)

Dimana:

r = Panjang minimum beban yang didistribusikan

P = Bobot muatan

27
2.3.18 Rumus menghitung pengelasan corner post atau fitting sudut

154

a = cos 45° Dimana =

A = ax1 a = Tebal Lasan

P = σxA I = Panjang Lasan


p
P = A A= Luas Las

σ = p P= Beban

p= Tekanan

28
2.4. Proses buckling coner - post pada container dry 20 feet

2.4.1 Beban Kritis

Setiap kali anggota dirancang, perlu memenuhi persyaratan kekuatan,

defleksi, dan stabilitas tertentu. Dalam bab-bab sebelumnya, kita telah membahas

beberapa metode yang digunakan untuk menentukan kekuatan dan defleksi anggota,

sambil mengasumsikan bahwa anggota selalu dalam kesetimbangan stabil. Namun,

beberapa anggota dapat mengalami pemuatan tekan, dan jika anggota ini panjang dan

ramping, pemuatn mungkin cukup besar untuk menyebabkan anggota membelokkan

ke samping atau ke samping. Untuk lebih spesifik, anggota ramping panjang yang

dikenai gaya tekan aksial disebut kolom, dan defleksi lateral yang terjadi disebut

tekuk. Cukup sering tekuk kolom dapat menyebabkan kegagalan mendadak dan

dramatis dari struktur atau mekanisme, dan sebagai hasilnya, perhatian khusus harus

diberikan pada desain kolom sehingga mereka dapat dengan aman mendukung

pemuatan yang diinginkan tanpa tekuk.

a b c

Gambar 2.10.a , b dan c buckling

29
Beban aksial maksimum yang dapat didukung kolom saat berada di ambang

tekuk disebut beban kritis, Pcr, Gambar 2.8-a. Setiap pemuatan tambahan akan

menyebabkan kolom melengkung dan karenanya membelok ke lateral seperti yang

ditunjukkan pada Gambar. 2.9 b. Untuk lebih memahami sifat ketidakstabilan ini,

pertimbangkan mekanisme dua batang yang terdiri dari batang tanpa bobot yang kaku

dan pin terhubung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8a. Ketika batang berada

di posisi vertikal, pegas, memiliki kekakuan k, tidak terentang, dan gaya vertikal kecil

P diterapkan di bagian atas salah satu batang. Kita dapat mengacaukan posisi

keseimbangan ini dengan menggeser pin pada Adengan jumlah kecil A, Gbr. 2.8b.

Seperti yang ditunjukkan pada diagram benda bebas dari pin ketika bar dipindahkan.

Gambar 2.9 c, pegas akan menghasilkan gaya pemulih F = k A, sedangkan

beban yang diterapkan P mengembangkan dua komponen horisontal, Px = P tan u,

yang cenderung mendorong pin (dan palang) keluar lebih jauh kamu Jika kekuatan

pemulihan lebih besar dari kekuatan yang mengganggu, yaitu, kuL 2 7 2Pu,

kemudian, memperhatikan bahwa kamu membatalkan, kita dapat menyelesaikan

untuk P, pemberian yang mana.

2.4.2 Keseimbangan Stabil

Ini adalah kondisi untuk keseimbangan stabil karena gaya yang dikembangkan

oleh pegas akan memadai untuk mengembalikan palang kembali ke vertical posisi.

Namun, jika kLu > 2 6 2Pu, atau P 7 kL4 keseimbangan tidak stabil maka

mekanismenya akan berada dalam ekuilibrium yang tidak stabil. Dengan kata lain,

jika beban P ini diterapkan, dan terjadi sedikit perpindahan di A, the mekanisme akan

cenderung untuk keluar dari keseimbangan dan tidak dikembalikan ke posisi aslinya.

30
Pcr=kL 4.....................................................................................................(8)

(Sumber dari : Andersson, P., Hugoson, P., Petersen, S., 2012)

Nilai menengah P, yang membutuhkan kLu > 2 = 2Pu, adalah beban kritis.

2.4.3 Kesetimbangan Netral

Pembebanan ini merupakan kasus mekanisme berada dalam kondisi

netralkeseimbangan. Karena Pcr tidak tergantung pada perpindahan (kecil) daribar,

gangguan ringan yang diberikan pada mekanisme tidak akan menyebabkannya

bergerak lebih jauh dari keseimbangan, juga tidak akan dikembalikan ke aslinya

posisi.

Alih-alih, bilah akan tetap pada posisi dibelokkan.Tiga keadaan keseimbangan

yang berbeda ini diwakili secara grafispada Gambar 2.9. Titik transisi di mana beban

sama dengan kritisnilai P = Pcr disebut titik bifurkasi.

2
π . EIx
P cr ( y )= 2
(K . L)

E = 200000 N/mm²

P = 3.14

K = 0,5 Karena kedua ujung di jepit

L = 2332

Gambar 2.11.Titik Transisi

31
Pada titik ini mekanismenya akan berada dalam kesetimbangan untuk setiap

nilai kecil yang diukur baik dengan kanan atau ke kiri vertikal. Secara fisik, Pcr

mewakili beban untuk yang mekanismenya berada di ambang tekuk. Cukup masuk

akal untuk menentukan nilai ini dengan mengasumsikan perpindahan kecil seperti

yang dilakukan di sini; Namun, harus dipahami bahwa Pcr mungkin bukan nilai

terbesar P bahwa mekanisme dapat mendukung. Memang, jika beban yang lebih

besar ditempatkanbar, maka mekanisme mungkin harus menjalani defleksi lebih

lanjutsebelum pegas dikompresi atau cukup panjang untuk menahanmekanisme

dalam kesetimbangan.

Seperti mekanisme dua batang yang baru saja dibahas, beban tekuk kritispada

kolom yang didukung dalam berbagai cara dapat diperoleh, dan metodeyang

digunakan untuk melakukan ini akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Meskipun

didesain teknik beban kritis dapat dianggap sebagai yang terbesar memuat kolom

dapat mendukung, menyadari itu, seperti mekanisme dua-bar diposisi dibelokkan atau

tertekuk, kolom sebenarnya dapat mendukungbeban lebih besar dari Pcr.

Sayangnya, pemuatan ini mungkin terjadimembutuhkan kolom untuk

mengalami defleksi besar, yang umumnya tidak ditoleransi dalam struktur teknik atau

mesin.

Misalnya, mungkin diperlukanhanya beberapa newton of force untuk

melengkung meterstick, tetapi tambahanmemuatnya mungkin mendukung dapat

diterapkan hanya setelah tongkat mengalami defleksi lateral yang relatif besar.

(Sumber : R.C Hibbeler, Mechanics of Materials Ninth Edition, New York)

32
Gambar 2.12. Struktur Sisi Khas Dry 20 Feet

Tinjau Tegangan Normal

 Tinjau tegangan normal akibat momen lentur maksimum dalam balok

diberikan oleh :

I
Mizin=T izinx ..........................................................................................(9)
Z

(Sumber dari : Andersson, P., Hugoson, P., Petersen, S., 2012)

Dimana : Mizin = Momen lentur yang di izinkan

T = Tegangan tarik yang di izinkan dari material

I = Momen Inersia

Z = Jarak terbesar dari pusat Grafitasi

33
Tinjau Inersia

 Rumus merson 3 benda (plate atas + dinding samping + plate bawah)

2 2 hwall . twall hwall


I= A 1.(h−hcg) + A 2.hcg + +hwal . twal( −hcg)……….(10)
12 2

(Sumber dari : Andersson, P., Hugoson, P., Petersen, S., 2012)

Dimana ;

A1 = Luas fles atas

A2 = Luas flen bawah

h = Jarak antara flen atas dan flen bawah ( antara pusat gravitasi )

h CG = Jarak pusat gravitasi dengan flens bawah

h wall = Tinggi dinding samping

t wall = Tebal dinding samping

2.5. Proses lendutan pada container dry 20 feet

Seringkali batas harus ditempatkan pada jumlah defleksi balok atau poros

dapat mengalami ketika mengalami beban, dan sebagainya bab ini kita akan

membahas berbagai metode untuk menentukan defleksi dan kemiringan pada titik-

titik tertentu pada balok dan poros. Itu metode analitis meliputi metode integrasi,

penggunaan fungsi diskontinuitas, dan metode superposisi. Juga sebuah teknik

semigrafis, yang disebut metode momen-area,akandisajikan. Pada penelitian ini, akan

menggunakan metode ini untuk menyelesaikan reaksi dukungan pada balok atau

poros yang secara statis tak tentu.

34
Lendutan balok atau poros harus sering dibatasi untuk memberikan integritas

dan stabilitas struktur atau mesin, dan mencegah retak dari semua bahan rapuh yang

melekat seperti beton atau kaca. Selanjutnya, pembatasan kode sering mengharuskan

anggota ini untuk tidak bergetar atau membelokkan sangat untuk mendukung

pemuatan yang dimaksud dengan aman.

Yang terpenting, meskipun demikian, defleksi pada titik-titik tertentu pada

balok atau poros harus ditentukan jika seseorang ingin menganalisis mereka yang

secara statis tak tentu. Sebelum kemiringan atau perpindahan pada titik pada balok

(atau poros) adalah ditentukan, sering kali membantu untuk membuat sketsa bentuk

balok yang dibelokkan ketika dimuat, untuk "memvisualisasikan" hasil yang dihitung

dan dengan demikian sebagian memeriksahasil ini. Kurva defleksi dari sumbu

longitudinal yang melewati pusat massa setiap penampang area balok disebut kurva

elastis.

Untuk sebagian besar balok, kurva elastis dapat dibuat sketsa tanpa banyak

kesulitan. Namun, ketika melakukannya, itu benar perlu untuk mengetahui bagaimana

kemiringan atau perpindahan dibatasi pada berbagai jenis dukungan. Secara umum,

penyangga yang menahan gaya, seperti pin, membatasi perpindahan, dan yang

menahan sesaat, seperti dinding tetap, membatasi rotasi atau kemiringan serta

perpindahan. Dengan mengingat hal ini, dua contoh khas dari kurva elastis untuk

balok yang dimuat (atau poros), sketsa ke skala berlebihan, ditunjukkan pada

Gambar. 2-11 Jika kurva elastis untuk balok tampaknya sulit untuk dibentuk,

disarankan bahwa diagram momen untuk balok ditarik terlebih dahulu. Menggunakan

balok menandatangani konvensi yang didirikan di Sec. 6.1, momen internal yang

35
positif cenderung untuk menekuk balok cekung ke atas, Gbr. 2 -11 a. Demikian juga

yang negative.

Gambar 2.13.a,b Kurva elastic

Saat cenderung menekuk balok cekung ke bawah, Gbr. 2-10 b.Oleh karena

itu, jika diagram momen diketahui, akan mudah dibangun kurva elastis. Sebagai

contoh, perhatikan balok pada Gambar 2–11 a dengan tanda diagram momen terkait

yang ditunjukkan pada Gambar.2- 11 b. Karena roller dan pin mendukung,

perpindahan di B dan D harus nol.

Dalam wilayah momen negatif, AC, Gambar 2-12 b, kurva elastis harus

cekung ke bawah, dan dalam wilayah momen positif, CD,Kurva elastis harus cekung

ke atas. Karenanya, harus ada infleksi titik di titik C, di mana kurva berubah dari

cekung ke cekung turun, karena ini adalah titik saat nol. Menggunakan fakta-fakta ini,

sorotan kurva elastis digambarkan pada Gambar. 12–3 c. Perlu dicatat juga bahwa

perpindahan! A dan! E sangat penting. Di titik E kemiringan kurva elastis adalah nol,

dan ada lendutan balok mungkin a maksimum.

36
Gambar 2.14. Kurva elastis a,b dan c

Apakah! E sebenarnya lebih besar dari! A tergantung pada besaran relatif P1

dan P2 dan lokasi roller di B. Mengikuti prinsip-prinsip yang sama ini, perhatikan

bagaimana kurva elastis pada Gambar 2- 11 Cdibangun. Di sini balok adalah

kantilever dari dukungan tetap di A. dan oleh karena itu kurva elastis harus memiliki

perpindahan nol dankemiringan nol pada titik ini. Juga, perpindahan terbesar akan

terjadi di D, dengan kemiringan nol, atau pada C.Kondisi Batas dan Kontinuitas. Saat

memecahkan Persamaan. 1, 2 dan 3.

2.5.1 Tinjau defleksi satu sisi

37
Gambar 2.15. Plat side panel

Dimana =
(W/2)L3
L = Panjang Defleksi = 48 E.I

W = Beban

E = Elastis

I = Inersia

1, 2, atau 3, konstanta integrasi ditentukan oleh mengevaluasi fungsi untuk geser,

momen, kemiringan, atau perpindahan pada a titik tertentu pada balok di mana nilai

fungsi diketahui.Nilai-nilai ini disebut kondisi batas. Beberapa kemungkinan batas

kondisi yang sering digunakan untuk mengatasi defleksi balok (atau poros) masalah

tercantum dalam Tabel 2-5 defleksi balok.

38
Misalnya, jika balok didukung dengan roller atau pin (1, 2, 3, 4), maka diperlukan

perpindahannol pada titik-titik ini. Selanjutnya, jika dukungan ini berada di ujung

balok (1, 2), momen internal dalam balok juga harusnol. Pada dukungan tetap (5),

kemiringan dan perpindahan keduanya nol,sedangkan balok ujung bebas (6) memiliki

momen nol dan geser nol.Terakhir, jika dua segmen balok dihubungkan oleh pin

"internal" atau engsel (7), momen harus nol pada koneksi ini.Jika kurva elastis tidak

dapat diekspresikan menggunakan koordinat tunggal, maka kondisi kontinuitas harus

digunakan untuk mengevaluasi beberapa integrase konstanta. Misalnya, perhatikan

balok pada Gambar 2–12 a.

39
Gambar 2.16. Balok

Di sini dua x koordinat dipilih dengan asal pada A. Masing-masing hanya

valid dalam wilayah 0 ... x1 ... a dan a ... x2 ... (a + b). Setelah fungsi untuk

kemiringan dan defleksi diperoleh, mereka harus memberikan nilai yang sama untuk

kemiringan dan defleksi pada titik B sehingga kurva elastis secara fisik terus

menerus. Dinyatakan secara matematis, ini mensyaratkan bahwa u1 (a) = u2 (a) dan

v1 (a) = v2 (a). Kondisi ini dapat digunakan untuk mengevaluasi dua konstanta

integrasi. Jika sebaliknya kurva elastis dinyatakan dalam bentuk koordinat 0 ... x1 ... a

dan 0 ... x2 ... b, ditunjukkan pada Gambar. 2–12 b, kemudian kontinuitas kemiringan

dan defleksi pada B membutuhkan u1 (a) = -u2 (b) dan v1 (a) = v2 (b). Dalam kasus

khusus ini, tanda negatif diperlukan untuk mencocokkankemiringan di B karena x1

memanjang positif ke kanan, sedangkan x2 memanjang positif ke kiri. Akibatnya, u1

adalah countercl positif.

(Sumber : R.C Hibbeler, Mechanics of Materials Ninth Edition, New York)

40
BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini penulis meneliti tentang kekuatan struktur conteneir dry 20

feet yang dibandingkan antara kekuatan yang ada pada spesifikasi dengan hasil

perhitungan. Pengelasa .Buckling dan Lendutan dengan tujuan untuk mengetahui

kekuatan struktur contenerir dry 20 feet apabila diberikan muatan .

Kebutuhan

Rumusan Masalah

Pengukuran dan Visual Check

Pengumpulan Data dan Validasi

41

41
Perhitungan

Hasil
AMAN atau TIDAK AMAN

Gambar 3.1. Flow Chart Metode Penelitian

3.1. Kebutuhan

Kebutuhan pada penelitian ini adalah kebutuhan untuk mengukur dimensi

kekuatan bahan sebagai dasar perhitungan, bahahan yang dibutuhkan

1. Bahan

2. Mesin las

3. Mesin Buckling

4. Alat Tulis

3.1.1 Bahan

Bahan digunakan untuk dasar kontruksi contaneair dry 20 feet

3.1.2 Mesin las

Mesin Las digunakan untuk mengelas kontruksi contanear dry 20 feet

3.1.3 Mesin Buckling

Mesin Buckling sebagai alat untuk penekukan bahan contanear dry 20

feet

42
3.1.4 Alat Tulis

Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil perhitungan dalam proses

pengelasan ,buckling dan Lendutan.

3.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan pada

penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Kekuatan dan Kekakuan

Material Peti Kemas Dry 20 Feet untuk tempat barang”, maka ada beberpa hal

yang menjadi rumusan masalah, antara lain :

1. Bagaimana rumusan menghitung kekuatan Pengelasan ?

2. Bagaimana rumusan menghitung Buckling ?

3. Bagaimana rumusan menghitung lendutan ?

3.3 Proses Pengerjaan Contanear Dry 20 Feet

Pengukuran disini dilakukan untuk pengambilan data aktual dimensi struktur

guna sebagai dasar untuk bahan perhitungan.

1. Pengukuran kekuatan pengelasan contenaer dry 20 feet

2. Pengukuran kekuatan Buckling contenaer.dry 20 feet

3. Pengukuran kekuatan lendutan contenaner dry 20 feet

3.4. Pengumpulan Data dan Validasi

Pengumpulan data yang dilakukan di peneltian ini ada beberapa macam cara

dan sumber.

1. Observasi langsung “Pengukuran dimensi contaenar secara aktual”

43
Data-data yang diperoleh pada pengukuran dimensi container secara aktual

adalah:

a) Kekuatan pengelasan

b) Kekuatan Buckling.

c) Kekuatan Lendutan .

3.5. Perhitungan

Perhitungan atau tes yang dilakukan adalah3 proses , cara

pengelasan ,buckling dan lendutanpada contanear,secara aktual.

3.6. Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan digunakan untuk menentukan Aman atau Tidak Amannya

contanear dry 20 feet , dimana parameternya adalah hasil perhitungan dan

perbandingan dengan kekuatan pengelasan ,buckling dan lendutan pada contanear.

Dry 20 feet.

44
BAB IV

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan

Untuk perhitungan kekuatan las di COMER - POST pada contanear dry 20

feet adalah :

Panjang : 6 meter

Lebar : 2.44 meter

Tinggi : 2.44 meter

Volume : 33.2 meter cubik

Berat kosong : 2200 kg

Maksimal (Play Load ) ; 21800 kg

45

45
159

Gambar 4.1. Penampang Comer -Spot

Gambar 4.2 Fitting sudut

Fitting sudut Dilas baja dilas. SCW49

Y.P : 28 kg / mm2

T.S : 49 kg / mm2

P = 22 x 103 kgf/4

l = 175 mm

b = 159 mm

e = 6000 mm

46
Pada Luas permukan total

= Luas plat + luas frame / flens

= 26451 mm² + ( 3180 ) x 4

= 39171 mm²

P total = 216 Ton = 216 x10 ³ kgf

216 x 10 ³
P total ¿ = 5.51428 kgf
39171

Corner Post
o
a=t x cos 45

= 6 x 0,707

= 4.242 mm²

P=σ xA

5.5 X10 ³ kgf = P .A

A= keliling x 4.242

2200 kgf /4
σ=P/A =
325 x 6 x 0,707

5500 2
= =3,989 kgf /mm
1378,65

P tekanan = 3,989 kgf /mm²

σ xP =28 kgf /mm² > P

Kontruksi ………………..AMAN

4.2. Menghitung Buckhing. Coner –Post pada kontainer dry 20 feet

Buckling merupakan teknik yang digunakan untuk menghitung beban buckling

beban kritis pada stuktur yang menjadikan kondisi tidak stabil – ragam buckling

47
(mode shape) - karakteristik bentuk yang berhubungan dengan respon struktur yang

mengalami buckling ( ANSYS R 9.0 ,2004 )

Y 50

54
1

2
159 54

64,33 50

175 5

4
74,33

Gambar 4.3. Penampang Sumbu y-x

48
Tabel 4.1 Mencari Inersia Penampang Sumbu y-y

b h A=b.h y A.y IG d I=IG+ad² Ix.x

1 6 54 324 181 58644 78732 116.6642 4488542

2 56 6 336 151 50736 1008 8666415 2524595

3 6 142 852 77 65604 1431644 12.66415 1568288

4 174 6 1044 3 3132 3132 61.33585 3930750

5 6 44 264 28 7392 42592 36.33585 391149,6

6 60 6 360 53 19080 1080 11.33585 47340,53

∑a 3180∑ ax y 204588Ix-x = 12950665 mm 4

Momen inersia terhadap sumbu Y- Y

a. y
Y =∑
∑a
204588
=
3180

Y =64.33585

49
Tabel 4.2. Mencari Inersia Penampang Sumbu x-x

b H A=b.h x A.x IG d I=IG+ad² Iy.y

1 54 6 324 53 17172 972 21,33585 148462.8

2 6 56 336 28 9408 87808 46.33585 809203.7

3 142 6 852 3 2556 2556 71.33585 4338216

4 6 174 1044 87 90828 2634012 12.66415 2801449

5 44 6 264 171 45144 792 96.66415 2467597

6 6 60 360 198 71280 108000 123.6642 5613416

∑ ¿ a=3180
∑ ¿ axy=236388
∑ ¿16178345 mm 4
Momen inersia terhadap sumbu x-x

a. x
X =∑
∑a
236388
=
3180

X =74.3358

JISG 3125

Grade SPA – H

Tenste Stength ( Rm =290 MPA )20 ℃

50
Yield Strength (Ys = 355 MPA ) 20 ℃

E = 200 GP2 = 200 x 10 9


N/M ²

P y

front

L= 2332

51
Gambar 4.4 Buckling

2
π .E.I
P cr= 2
(K.L)
2
π .E
σ cr=
( )
2
KL
r

P cr = π2. E . I
2
π . EIx
P cr ( y )= 2
(K . L)

E = 200000 N/mm²

P = 3.14

K = 0,5 Karena kedua ujung di jepit

L = 2332
2
π . EIx
P cr ( y )= 2
(K . L)
2
3.14 x 200.000 x 12.950 .665
= 2
0.5 x 2332

25537675326800
=
1.359556
2
P cr ( y )=18,783.310 N / mm

= 18.79 x 103 MPa


2
π .E I x
P cr ( x )= 2
(K . L)

E = 200000 N/mm²

52
P = 3.14

K = 0,5 Karena kedua ujung di jepit

L = 2332
2
π .E I x
P cr ( x )= 2
(K . L)

2
3.14 x 200.000 x 16178345
= 2
0.5 x 2332

9.8596 x 200.000 x 16178345


=
1.359556

= 23,465,310 N/mm²

P cr ( x ) = 23,465,310 N/mm ²

= 23.47 x 103 MPa

p = Tekanan

Beban perkolom

22,000
P =beban perkolom ¿ kgf
4

P=pxA

P 22,000 kgf
p= = =1.729
A 3180 x 4 mm
2

kgf
p=1.729 2
x 10 MPa=17.29 MPa
mm

Beban Maksimal

216000
P =beban maksimal ¿ kgf
4

P=pxA

53
P 216000 kgf
p= = =16.98
A 3180 x 4 mm2

kgf
p=16.98 2
x 10 MPa=169.8 MPa
mm

P cr = 18.79 MPa = 18.79 N/mm² = 1.879 kgf /mm²

Pcr = 1.879 kgf /mm²

Jadi ;

P < p cr → kolom elastis

1.729 kgf /mm² < 1.879 kgf /mm²

L 2332
¿ =

√ √
1
A
12950665 untuk yang kecil
3180

2332
¿ = 36.54
63.816

Karena  antara 10 - 90 maka

 k =335 -0,62 

= 335 -22,656 = 312,344 kgf/mm²

Jadi  k > p …………………………………………………AMAN

Luas side panel 5985 x 2 x 2 = 23940

Luas front panel = 2440 – (159 x 2 ) = ( 2122 ) x 2 x 2 mm = 8488 mm²

A luas total = Luas panel samping + Luas front + flens

Keliling plat kontaner 16532

t = 2 mm

A = 16532 x 2 = 33.064 mm²

54
= 362 + 682

= 1296 + 4624

= 77 x 8 = 616

+ 72 x 4 =288

+ 225 +74

= 11971

A total = Luas side panel + luas front + luas pleng

= 23940 + 8488 + ( 318x 4 ) = 45148

Ptotal = 216000 kgf /mm²


P 216.000
P tekan = = = 4.78 kgf / mm2
A 45.148
4.3 .Tinjau Tegangan Normal Akibat Momen Lentur
A1

A2

Gambar 4.5. Struktur sisi khas dry 20 feet.

Tinjau tegangan normal akibat momen lentur

55
= Rumus Momen ;

Dimana ;

I
M ijin =  ijin x
Z

M ijin = Momen lentur yang di ijinkan

 = Tegangan tarik yang diijinkan dari materai

I = Momen Inersia

Z = Jarak terbesar dari pusat gravitasi

= Rumus inersia 3 benda (palte atas + dinding samping + flans bawah)

+ h wall .t wall
I = A1 ( h- h cG ) ² + A2 . h cG² + h wall .t wall ¿
12

Dimana ;

A1 = Luas fles atas

A2 = Luas flen bawah

h = Jarak antara flen atas dan flen bawah ( antara pusat gravitasi )

h CG = Jarak pusat gravitasi dengan flens bawah

h wall = Tinggi dinding samping

t wall = Tebal dinding samping

Dari data Spesifikasi kontainer dry 20 feet

A1 = 600 mm² ( 50 x 12 )

A2 = 1582 mm²

h = 2466 mm²

h cG = 1054 mm²

56
h wal l = 2380 mm²

t = 2 mm²

Dari rumus 1 di atas didapat ;

I = 2,95109 mm4

Z max = h – h cG= 2466- 1054 = 1412 mm

Jadi ; ijin = 250 N/ mm2

I 250 x 2.95 .10 9


M ijin =  ijin = =104 TON m
Z mm 1418

M ijin = 5,2 x 109 N.mm ( untuk 1 sisi )

untuk 2 sisi = 1,04 x109 Nm

M ijin = 1.05 x 106 Nm

= 1,04 x 105kgf/ m

= 1.04 x 102 tonm

= 104 ton m

4.4 Tinjau Bending Momen Arah Memanjang

fdn . l
M mx¿ (T +2 W )
2!

Dimana ;

Fdy = faktor yang diambil dari variasi beban vertikal fdy =1.8

T = berat container = 2,25 ton

W = Beban = 22 ton

L = Panjang container

57
Diagram momen lentur

Gambar 4.6. Diagram momen lentur

Untuk container dry 20 feet

1,8 x 6
M max= ¿)
8

1,8 x 6
105 = ¿)
8

= 31.21875 ton = 104 – 31 = 73 : 2 = 36,5 = 37 ton

4.5.Kekuatan Las Arah Memanjang ( Longitudinal )

Gambar 4.7. Las fillet dalam tegangan oleh gaya F.


a
F max = c f dy

58
Tebal las a = 3 mm

C= diambil 1,2 untuk las sudut kelas A

Fdy =176 N/mm² untuk baja S 235 dengan kelas keamana normal

A= Σa.l

F = a . f yd = 3 x 176 N = 440 N = 44 ton / m


c 1.2 mm mm

Berat kargo permeter (q ) dihitung dengan mempertimbangkan kedua sisi container

dengan memperhitungkan gaya dinamis yang bervariasi dalam arah vertical .

f 2
q= . = 48 ton/m
l 1.8
q = 44 x 2= 48 ton/m
1.8

4.6 Kekuatan Dinding Samping

59
Gambar 4.8. Dinding samping

Tebal dinding samping

F
=
l.t

F =  max .t
l
 = tegangan normal maxsimum yang di ijinkan 345 N/mm²

t = 2 mm

F N
= 345 x 2 mm = 690 = 69 ton/m
l mm

F 2 N
q well = lx 1.8
= 766 mm
= 76 ton/m

4.7 Tinjau Defleksi Satu Sisi

60
Gambar 4.9. Plat side panel

W /2

1,4

11

61
6000

Gambar 4.10. Defleksi

Defleksi
37
W/2 = 2 = 18,5 ton

L = 6000 mm

I = 2,95x 109 mm

E = modulus elasitas untuk baja 20 x 1010 N/mm2

= 20 x 10 ³ kgf /mm²

( W / 2 ) L3
Defleksi =
48 E . I

18,5 x 10 3 . 63 x 109
=
48.20 x 103 .2,95 x 109

= 1.411 mm

Jadi defleksi perhitungan diatas adalah =1, 411 memenuhi syarat .

6000
Eurocude mengsyaratkan defleksi max span/ 250→ span 6000 ¿ =24 mm
250

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

62
1. Dari hasil perhitungan pengelasan di CORNER POST tekanan yang

didapat 3,989 kgf/mm sedangkan fitting sudut di las baja SCW 49

mempunyai kekuatan 28 kgf/mm2, maka dapat disimpulkan σ p < p = 28

kgf/mm > 3,989 kgf/mm2. Jadi untuk kekuatan pengelasan pada Analisis

Kekuatan dan Kekakuan Material Peti Kemas Dry 20 Feet pada CORNER

– POST Aman dan dapat menahan beban maksimal sebesar 216 Ton.

2. Hasil pengelasan arah melintang memanjang ( longitudinal ) dengan berat q

kargo permeternya dengan mempertimbangkan kedua sisi kontaner dan

memperhitungkan gaya dinamis yang bervariasi dalam arah vertical. Di

dapatkan q = 48 ton /m .dan fdy =176 N/mm² untuk baja S235 dengan

kelas keamanan normal.

3. Hasil perhitungan Buckling pada tiang P < p cr → kolam elastis 1.729 kgf

/mm² < 1.879 kgf /mm² dan Jadi  k > p dapat disimpulkan AMAN.

Ditinjau dari tegangan normal akibat momen lentur dan inersia hasilnya

adalah satu sisi adalah 5,2 x 109 Nmm dan ke dua sisi adalah 104 ton m .

F 2 N
4. Kekuatan dinding samping q well = x =613 =62,5 ton/ m dengan
l 1,8 mm

hasil perhitungan qwell dari pada pelat samping yang membatasi beban

titik maksimum di sisi container.

5. Hasil perhitungan defleksi 1.411 memenuhi syarat ,karena Eurocuode


62
mengisyaratkan defleksi max / 250 .span → 6000 diatas adalah →6000

6000
¿ =24 mm
250

63
5.2 Saran

1. Untuk merancang container yang diinginkan harus sesuai dengan

perhitungan yang lebih teliti dari stuktur bahan yang akan digunakan.

2. Jika menginginkan container yang lebih daya angkutnya besar tentu ada

beberapa yang harus diperhitungkan yaitu ; armada angkut dan kondisi

lingkungan yang betul-betul aman.

DAFTAR PUSTAKA

R.C Hibbeler, Mechanics of Materials Ninth Edition, New York San Francisco Upper

Saddle RiverAmsterdam Cape Town Dubai London Madrid Milan

64
Munich Paris Montréal Toronto Delhi Mexico City São Paulo Sydney

Hong Kong Seoul Singapore Taipei Tokyo

R.S Khurmi ,J.K Gupta . A textbook of Machine design .( S.I UNITS ) [ A

Textbook for the Students of B.E. / B.Tech.,U.P.S.C. (Engg. Services);

Section ‘B’ of A.M.I.E. (I)]

Andersson, P., Ronge L., (2002), Mari Term AB Cargo Care – Loading and

securing of cargo to increase delivery quality [1st.ed.] – Höganäs, ISBN

91-972346- 5-6

Andersson, P., Nordström, R., Sökjer-Petersen, S., (2004), Mari Term AB VERIFY –

Verification of level of basic parameters important for the dimensioning

of cargo securing arrangements, Stockholm/Höganäs, ISBN 91-887527-3-

9. National Safety Code Standard 10 Cargo Securement. [online].

Canadian C

Andersson, P., Hugoson, P., Sökjer-Petersen, S., (2011), Mari Term AB CombiSec

– Proposal of unified cargo securing principles for road and combined

transport trains, Höganäs.

Andersson, P., Hugoson, P., Sökjer-Petersen, S., (2012 ), Mari Term AB Load

Distributed in container .

LOAD RESTRAINT GUIDE – Guidelines and Performance Standards for the Safe

Carriage of Loads on Road Vehicles, National (Australian) Road

Transport Commission & Roads & Traffic Authority NSW, 2.vydanie,

2004, ISBN 0 7313 134 X

65
Marciniak, Z., et.al.,2002., Mechanics of Sheet Metal Formimg, Butterworth-

Heinemann, London.

Singer, F. L., dan Andrew pytel, 1995, IlmuKekuatanBahan (TeoriKokoh Strength of

Material), alihbahasa Darwin Sebayang, edisi II, Erlangga, Jakarta.

Timoshenko danGoodier, 1986, TeoriElastisitas, Edisike III, Erlangga, Jakarta.

www.materials.eng.com.

Agustinus Purna Irawan, 2009, Diktat Elemen Mesin, Jurusan Teknik Mesin,

Universitas Tarumanegara, Jakarta.

66

Anda mungkin juga menyukai