PERLENGKAPAN KAPAL
Oleh :
NAMA : MUHAMAD SHIRATHAL
NIM : 2019 69 007
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkah dan petunjukNya
saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang pengelasan.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan referensi dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Pengelasan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Daftar isi
Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
Daftar isi......................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
B I PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
1. Sistem Labuh dan Tambat...................................................................................................................4
3. Alat Keselamatan...............................................................................................................................21
BAB III........................................................................................................................................................33
PENUTU.....................................................................................................................................................33
A. Kesimpulan........................................................................................................................................33
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
B I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapal merupakan alat transportasi perhubungan manusia dan pengiriman barang dari
suatu wilayah ke wilayah lain. Kapal dapat dikelompokkan dalam bermacam - macam jenis,
dalam penggolongannya kapal di bedakan berdasarkan bahan pembuat kapal, alat
penggeraknya, fungsi dan kegunaan kapal. Kapal kapal yang di gunakan dalam kegiatan
sehari hari bukan untuk perang, namun kapal digunakan untuk mengangkut barang atau
penumpang. Pada dasarnya kapal yang digunakan untuk semua kegiatan baik untuk
mengangkut barang atau penumpang maupun kegiatan lain dalam pembuatannya memerlukan
sistem keamanan yang baik pada saat kapal tersebut beroprasi. Untuk menunjang tingkat
keamanan yang di perlukan pada kapal tersebut, maka dalam pembuatannya kapal tersebut
harus dilengkapi dengan sistem perlengkapan keamanan sesuai standar biro klasifikasi yang
berlaku.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Memahami dan mengetahui tentang kesalamatan pada kapal.
Memahami cara penggunaan alata keselamatan pada kapal
Memahami sistem labuh dan tambat.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Sistem Labuh dan Tambat
1.1 Pengertian
Penjangkaran dan penambatan pada kapal adalah salah satu kriteria dalam desain kapal yang
diisyaratkan oleh suatu Biro Klasifikasi Kapal. Penjangkaran dan penambatan kapal mempunyai
fungsi utama ,yaitu:
a. Untuk membuat kapal stabil di saat berhenti.
b. Untuk melawan gaya external pada kapal dan untuk menahan kapal pada posisi tetap.
Berlabuh : keadaan di mana kapal menambatkan jangkar di laut [pada air dangkal].
Bersandar : keadaan di mana kapal menambatkan tali ke dermaga[ daratan].
Perlengkapan jangkar dan alat-alat tambat terdiri dari:
a. Jangkar [Anchor]
b. Rantai Jangkar [Anchor Chain]
c. Bak Rantai [Chain Locker]
d. Tabung Jangkar [Hawse Pipe]
e. Pipa Rantai [Chain Pipe]
f. Tali Temali [Mooring Ropes/Rigging]
g. Bollard dan Fairlead
h. Windlass,Warping Winch dan Capstan
1.1.1 Jangkar
Jangkar adalah salah satu komponen kapal yang berguna untuk membatasi olah gerak kapal
agar tetap pada posisinya walaupun mendapat tekanan angin, arus dan gelombang pada waktu
berlabuh.
a. Jangkar Tongkat(Stock Anchor)
b. Jangkar Tanpa Tongkat (Stockless Anchor)
c. Mushroom Anchor
•Susunan mata rantai dalam 15 fathom terdiri dari : segel penghubung , mata rantai ujung ,
mata rantai besar , ordinary linkdan seterusnya sampai kembali kemata rantai besar, mata
rantai ujung dan terakhir segel penghubung. Besarnya diameter mata rantai biasa juga
ditentukan berdasarkan angka penunjuk . Dimensi mata rantai yang lain tergantung pada
diameter mata rantai biasa.
• Berat rantai jangkar
Berat rantai jangkar dapat dihitung dengan rumus :
W = 2,08 d2
di mana : d = diameter rantai yang tergantung grade [K1, K2, K3]
SWIVEL SHACKLE
Chain Locker
Bak rantai mempunyai 2 bentuk ,yaitu :
1. Berbentuk silinder
2. Berbentuk segi empat
Namun banyak dipakai bentuk bak rantai segi empat.
Volume bak rantai : S = 1.d.L/100.000
di mana :
S = volume chain locker (m2)
d = diameter chain (mm)
L = total length of chain (m)
1.3 Capstan
Capstan adalah peralatan yang digunakan untuk memutar kepala penggulung tali (hawser)
dimana kedudukan penggulung tali vertikal dan motor penggeraknya ada yang diletakkan di
atas geladak dan di bawah geladak (motor diatas geladak harus kedap air/cuaca). Pada geladak
akil (forecastle deck) kepala penggulung tali sudah menempel jadi satu kesatuan dengan mesin
jangkar. Mesin penggerak capstand dapat digunakan dengan motor listrik atau motor hidrolis.
Hand Winch
1.5 Bitt/Bolder/Bollard
Berfungsi sebagai pengikat tali tambat dan dipasang pada geladak akil, geladak cuaca (sekitar
lubang palkah) dan geladak timbul.
Bitt
Jenis-jenis bollard dan boulder
Tipe bollard :
a. Bollard yang berdiri vertikal.
b. Bollard yang berdiri miring
1.6 Chock
Dipasang pada geladak atau kubu-kubu berbentuk oval dan berfungsi sebagai memperlancar
gerakan dan mengarahkan tali. Ada dua tipe chock yaitu fix chock dan rollerchock berbentuk
open atau close.
Chock
Perlengkapan berupa tali tambat dimana diameter dan panjang tali dapat ditentukan
berdasarkan pada angka penunjuk (Z).
Macam-macam tali tambat tergantung pada bahan yang digunakan dan fungsinya,
sehingga kita kenal tali baja, nilon, cotton dan serat serabut. Tali kawat baja lebih
diandalkan dari pada rantai tetapi kurang fleksibel. Untuk meningkatkan fleksibilitasi tali
tersebut diberi inti dari bahan serat yang mengandung minyak.
Tali kawat baja dibuat dari pintalan kawat dan pintalan ini disebut strand.Strand-strand
ini ada yang berinti dan tidak berinti. kemudian beberapa strand dipintal menjadi tali,
dan tali ini dapat berinti atau tidak. Tali kawat baja pada kapal umumnya digalvanis agar
tidak korosi, dan digunakan untuk tali bongkar muat dan tali tambat. Tali kawat baja
tidak digunakan pada kapal tanker.
Macam-macam tipe konstruksi tali baja:
(a). 6 x 7 dengan inti tali
(b). 6 x 12 dengan inti tali dan inti strand
(c). 6 x 19 dengan inti tali
(d). 6 x 24 dengan inti tali dan inti strand
(e). 6 x 30 dengan inti tali dan inti strand
(f). 6 x 37 dengan inti tali. Angka 6 menunjukkan jumlah strand pada tali. Angka 7, 12, 19, 24,
30, dan 37 adalah jumlah kawat baja untuk masing-masing strand.
•Kekuatan tali berdasarkan kerja aman (SWL), dimana SWL maksimum tali adalah kekuatan
putus minimum dibagi dengan faktor keamanan. Untuk tali ikat baja faktor keamanan diambil 5
- 6 dan untuk tali serat 7 - 10.
• Ada beberapa nama tali tambat untuk kapal yang sedang sandar pada posisi
secara lambung yaitu tali haluan, tali spring, tali breast dan tali buritan. Pada
penambatan didermaga tidak semua tali digunakan tergantung pada besar
kecilnya kapal dan kondisi perairan dipelabuhan berarus atau tidak.
POLYOLEFIN ROPE
tongkang
Chain
Shackle
Towing hook : alat pengait tali tarik yang dipasang pada tug boat
hook
3. Alat Keselamatan
3.1 Pengertian
Kapal ini harus dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang diperlukan untuk memenuhi
peraturan keselamatan jiwa di laut. Alat keselamatan ini harus dilengkapi dengan sertifikat yang
berlaku.
Perlengkapan keselamatan jiwa dapat dikelompokan dalam beberapa macam , antara lain:
a. Sekoci Penolong
Sekoci penolong adalah sekoci yang terbuka dengan lambung tetap dan di dalamnya terdapat
daya apung cadangan (kotak udara).Sekoci penolong digunakan untuk menyelamatkan jiwa
orang yang dalam keadaan bahaya sewaktu orang tersebut meninggalkan kapal. Bentuk muka
belakang sekoci penolong pada umumnya lancip yang disebut “whaleboat“ dan dasarnya
rata (flat bottom) sehingga mudah meluncur maju maupun mundur mempunyai cukup
keseimbangan dan lambung timbul yang cukup besar. Sekoci penolong berbentuk perahu kecil
yang biasanya terbuat dari fiberglass.
Sekoci terbuka
b. Rakit Penolong
Sumber : Internet
. http://oceanograph.co.i
d. 2014.
Gambar jaket Penolong
d. Pelampung Penolong
)
f. Signalling apparatus
Terdiri dari Signal dan Radio. Tipe signal meliputi Life buoy light,Life buoy smoke signal,
Parachute signal, Signal rocket, Red flare, Floatable smoke signal, Water electric torch,
Signalling mirror dan Search light. Sedangkan tipe Radio yaitu Motor boat radio, Portable radio
dan Automatic rescue signal transmitter.
g. Pemadam Kebakaran
Alat-alat pemadam kebakaran merupakan alat yang berfungsi untuk memadamkan kebakaran.
Secara umum sistim pemadam kebakaran harus dilengkapi sebagai berikut: pada:
1.Ruang muat
Sistim pemadam dengan CO2. sistim pemadam dengan air laut dan sistim deteksi asap.
2.Ruang mesin
Sistim pemadam dengan air laut. pemadam kebakaran jinjing dan sistem deteksi asap.
3. Ruang akomodasi dan gudang
Sistim pemadam dengan air laut. pemadam kebakaran jinjing dan sistim deteksi asap untuk
koridor. anak tangga dan loronglorong.
Di atas sistem pemadam kebakaran harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan lain sesuai
persyaratan pemadam kebakaran antara lain:
a.Fire Hose Box
Fire hose box adalah tempat untuk menaruh fire hose dan selang kebakaran agar dapat dengan
mudah dilayani dan selain itu agar tidak mengganggu kerja dikapal.
e.Fire Extinguisher
Fire extinguisher adalah alat pemadam kebakaran yang kecil atau yang berbentuk tabung yang
dapat dibawa. Jenis dari pada fire extingusher ini berbeda-beda sesuai dengan bahan yang di isi
dalan tabung tersebut.
f.Hydrant
Hydrant adalah alat pemadam kebakaran yang terhubung dari beberapa saluran air yang
mencukupi. Tiap hydrant memiliki satu atau lebih penghubung selang kebakaran. Biasanya
diletakkan di main deck,forecastle deck dan bridge deck
Gambar Hydrant
g.Foam Extinguisher
Bahan pemadam busa ini efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B (minyak. solar dan
cairnya). untuk memadamkan kebakaran benda padat (Kelas A) kurang baik seperti diketahui
bahwa pemadam kebakaran dengan bahan busa adalah dengan cara isolasi yaitu mencegah
masuknya udara dalam proses kebakaran (api). dengan menutup/menyelimuti permukaan
benda yang terbakar sehingga api tidak mengalir.
b. Luffing Davit atau Swing Out Type atau Dewi-Dewi tipe mekanik
Sering disebut Mechanical Davit terdiri dari dua macam yaitu crescent dan pivot type, dan
straight boom type davit.Davit mampu meluncurkan sekoci dalam waktu 4 menit dan kapal
pada kondisi list baik list star board atau list port side 150. Mechanical davit dituang secara
manual dengan cranks, kerja ulir, gear satau peralatan mekanik lain; meskipun satu type dari
pivot davit hanya memerlukan pengangkatan handle rem winch, untuk meletakan davit dalam
operasi setelah gripes atau pegangan dilepas. Crecsent dan pivot type davit yang mana life boat
dituang pada lengan berbentuk lengkung dan penyimpanannya relatif tinggi, yang mana
memberikan penambahan perlindungan life boat terhadap kerusakan dari pukulan air laut bila
dibandingkan dengan type davit mekanik lain. Winch dan tangga embarkasi menggunakan
crescent davit yang umumnya diletakan pada geladak diluar ujung sekoci, sedangkan pivot
davit, pemakaian suatu torque tube atau pipa putar untuk memutar winch drums secara terus
menerus (simultaneously) pada masing-masing davit frames, juga mempunyai tangga
embarkasi-debarkasi diletakan tepat depan sesudah davit. Straight-boom type davit diletakan
diluarujung life boat sehingga boat dapat mengayun diantara davit. Sekoci atau boat disimpan
dalam chock pada geladak dan diletakan untuk meluncur dengan kerja suatu sheath screw yang
melekat pada tiap-tiap davit.
Crescent davits
c. Gravity Davit
Tipe ini banyak digunakan pada kapal besar karena mudah beroperasi dan mampu bekerja pada
kondisi kapal list star board atau port side 20o, dan penempatannya tidak perlu dekat dengan
tepi geladak utama sehingga lebih ekonomis penggunaan space. Davit umumnya terdiri dari
arms rolling pada track ways atau arms dengan satu atau lebih pivoting links, dan dapat dipakai
meskipun berat sekoci dan perlengkapan melampui 5000 lb, dan digunakan pada kapal tanker
pelayaran intemasional. Davit dipasang sekitar panjang sekoci, dan winch dihubungkan
memakai tali baja dengan davit, yang diletakan dibawah salah satu track way. Juga dilengkapi
tangga naik-turun(embarkation-debarkation) yang diletakan tepat depan sesudah davit.
Gravity Davit.
1. Pain ternya masih terikat dengan benar di sekoci dari railing kapal, dan tidak kencang atau
tegang tertambat di railing agar penurunan sekoci nantinya tidak tertahan
2. Lepaskan pengunci Hand Brake pada Boat Winch dengan cara mencabut Toggle Pinnya
3. Semua awak kapal naik dan masuk ke dalam sekoci kecuali orang yang memiliki tugas untuk
menurunkan sekoci
4. Berdiri dengan benar pada Stage untuk melepaskan Cradle Stopper Handle dari penahannya
dengan cara mencabut Toggle Pin
5. Lepaskan Trigger Line dan Lashing Line dari Release Hook terhadap badan sekoci agar tidak
tersangkut
6. Orang yang bertugas menurunkan sekoci selanjutnya naik dan masuk kedalam sekoci,
kemudian menutup semua pintu sekoci
7. Tarik tali Remote Control Wire dari dalam sekoci untuk memutar keluar dan menurunkan
sekoci. Dalam penarikan tali Remote Control Wire harus dilakukan dengan hati-hati dengan
menariknya secara perlahan karena hal ini akan menyebabkan terjadi oleng pada sekoci.
Akibatnya dapat membahayakan orang yang berada dalam sekoci tersebut.
8. Ketika sekoci hampir mencapai permukaan laut, orang yang bertugas menarik tali Remote
Control Wire harus mengurangi kecepatan penurunan dengan cara sedikit mengendurkan
tarikan terhadap tali Remote Control Wire hingga sekoci bersentuhan langsung dengan
permukaan laut secara perlahan
9. Setelah sekoci sudah berada di atas permukaan laut segera lepaskan tali Remote Control
Wire dari dalam sekoci
10. Lepaskan sekoci dari kedua Boat Hooknya dan lepaskan juga sekoci dari Painternya
g.Syarat penggunaan dewi-dewi
Pemakaian dewi-dewi di kapal pada prinsipnya dapat dikategorikan sebagai berikut :
* Untuk 2¼ tons (2300 kg) dipergunakan luffing atau grafity davits dalam kondisi menggantung
keluar tanpa penumpang (turning out condition).
* Untuk sekoci penolong yang beratnya diatas 2¼ tons (2300 kg) dipergunakan gravity davits
pada kondisi –kondisi menggantung keluar tanpa penumpang (turning out condition).
h. Diameter dewi-dewi
Diameter batang dewi-dewi dapat dihitung sbb:
D= 3 LxBxD(h+4a) : C
di mana:
d = diameter dewi-dewi (inch)
L = panjang sekoci (feet)
B = lebar sekoci (feet)
D = tinggi sekoci (feet)
H = tinggi dewi-dewi di atas tumpuan B (feet)
a=jarakbentangdewi-dewi(feet)
C= konstanta, dimana :
C = 144 untuk dewi-dewi yang terbuat dari besitempa (wrought iron)denganjumlah
penumpang yang cukup di dalam sekoci pada saat diluncurkan
C = 174 untuk dewi-dewi yang terbuat dari baja tempa (wrought ingot steel) dengan
elongation strength (dayamulur) 27-32 ton/m2 atau 4300-5000kg/cm2
C = 86 untuk dewi-dewi yang terbuat dari besi tempa dengan jumlah penumpang maximum
pada saat diluncurkan
C = 104 untuk dewi-dewi yang terbuat dari baja tempa dengan daya mulur 27-32 ton/inch2
atau 4300-5000 kg/cm2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyaknya alat pelengkap kapal tergantung pada besar dan jenis kapal itu sendiri, berikut
adalah beberapa alat untuk sistem labuh dan tambat kapal :
a. Jangkar [Anchor]
b. Rantai Jangkar [Anchor Chain]
c. Bak Rantai [Chain Locker]
d. Tabung Jangkar [Hawse Pipe]
e. Pipa Rantai [Chain Pipe]
f. Tali Temali [Mooring Ropes/Rigging]
g. Bollard dan Fairlead
h. Windlass,Warping Winch dan Capstan
selain sistem labuh dan tambat, alat keselamtan pada sebuah kapal juga sangat penting. Pada
umumnya alat keselamat kapal semunya sama, namun kembali disesuaikan dengan kebutuhan
kapal itu sendiri. Berikut bebrapa alat keselamatan yang terdapat pada kapal :
a. sekoci penolong
b. rakit penolong (inflatable liferaft)
c. jaket penolong (life jacket)
d. pelampung penolong
e. pelempar tali penolong 9line throwing apparatus)
f. signalling apparatus
g. alat pemadam kebakaran, seperti fire extinguisher, hydrant, dll.
Daftar Pustaka
1. Materi kuliah Sistem Labuh dan Tambat
2. Materi kuliah Alat Keselamatan Kapal