Oleh :
KARTYA NUR SHOLIHATUL UMAH
NIM : 201402025
Oleh :
KARTYA NUR SHOLIHATUL UMAH
NIM : 201402025
ii
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmannirrohim…
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufiq,
Hidayat dan karunia-Nya yang begitu besar yang senantiasa memberikan
kemudahan, kelancaran dan kekuatan kepada saya. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.
Penulis juga mempersembahkan skripsi yang berjudul “Pengaruh Latihan
Jalan Tandem terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia di UPT PSTW Kab
Ponorogo” antara lain :
1. Untuk Bapak Tri Yunarianto dan Ibu Karni tersayang terimakasih sudah
menjadi orang tua yang sudah membimbingku tiada kata yang bisa
menggantikan segala sayang, usaha, perhatian, semangat yang telah diberikan
kepada anakmu ini yang telah menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa.
2. Untuk keluarga yang selalu memberikan dukungan dan bantuan selama masa
perkuliahan.
3. Untuk Ibu Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns., M.Kes, Ibu Dian Anisia, S.Kep., Ns.,
M.Kep, terimakasih telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
penyusunan skripsi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
4. Untuk sahabat perjuanganku (Adelia, Titis, Novela, Almh.Riska, Arum,
Dinta) Kedondong (Indra, Khanzul, Nanda, Aris) terima kasih atas bantuan
kalian semua yang mendukung, memberikan semangat sampai saat ini,
terimakasih canda tawa, tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan
terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Meskipun
suatu hari nanti kita berpisah semoga akan tetap menjadi sebuah teman bahkan
sebagai keluarga.
5. Serta sahabat saya Ayu Selfi S , Friska Widyawati M, Nanria Nirwana D
terimakasih selalu memberikan semangat, bantuan, serta doa.
v
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat kerja yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/tidak
dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Kartya Nur Sholihatul Umah
Tempat/tgl lahir : Magetan, 05 Oktober 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Duwet 02/01 kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
Email : kartyaumah@yahoo.co.id
No. Hp :-
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Latihan Jaan Tandem
2.1.1 Pengertian latihan jalan tandem ................................... 6
2.1.2 Tujuan jalan tandem .................................................... 6
2.1.3 Indikasi dan kontraindikasi jalan tandem ..................... 7
2.1.4 Mekanisme jalan tandem terhadap keseimbangan ....... 7
2.1.5 Teknik penatalaksanaan jalan tandem .......................... 9
2.2 Keseimbangan Tubuh
2.2.1 Pengertian keseimbangan tubuh ................................... 11
2.2.2 Fisiologi keseimbangan ................................................. 12
2.2.3 Pusat keseimbangan tubuh ............................................ 14
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan ........ 18
2.2.5 Gangguan keseimbangan ............................................... 21
2.2.6 Penyebab gangguan keseimbangan ............................... 22
2.2.7 Tes keseimbangan ....................................................... 22
2.3 Lanjut Usia
2.3.1 Pengertian lansia ........................................................... 23
2.3.2 Batas-batasan lanjut usia ............................................... 24
2.3.3 Proses menua ................................................................ 27
2.3.4 Teori-teori proses menua ............................................... 28
2.3.5 Perubahan-perubahan pada lansia ................................. 32
viii
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................ 42
3.2 Hipotesa Penelitian.................................................................... 43
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ....................................................................... 44
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi ......................................................................... 45
4.2.2 Sampel ........................................................................... 45
4.2.3 Kriteria Sampel ............................................................. 46
4.3 Teknik Sampling ....................................................................... 47
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................ 47
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Indentifikasi Variabel .................................................... 49
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ....................................... 49
4.6 Instrumen Penelitian.................................................................. 50
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 50
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 51
4.9 Teknik Analisa Data
4.9.1 Pengolahan Data ............................................................ 52
4.9.2 Analisa Data .................................................................. 54
4.10 Etika Penelitian ........................................................................... 56
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ................................. 57
5.2 Hasil Penelitian ........................................................................ 58
5.2.1 Karakteristik Responden .............................................. 58
5.2.2 Data Umum .................................................................. 58
5.2.3 Penyajian Data Khusus ................................................. 60
5.3 Pembahasan
5.3.1 Skor Keseimbangan Tubuh Lansia Sebelum Latihan
Jalan Tandem ................................................................ 62
5.3.2 Skor Keseimbangan Tubuh Lansia Setelah Latihan
Jalan Tandem ................................................................ 63
5.3.3 Pengaruh Latihan Jalan Tandem Terhadap
Keseimbangan Tubuh Lansia ....................................... 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .............................................................................. 67
6.2 Saran ......................................................................................... 67
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR ISTILAH
xiii
Stroke : kondisi yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah di otak
Somatosensorik : Sistem sensorik
Somatic mutatie theory : Teori Genetika dan mutasi
Syndrome Serebral : Gangguan Otak Besar
Tandem Stance : Jalan Tandem
TUGT : Time up and go test/ tes waktu berdiri dan pergi
Vestibular : Pusat Keseimbangan
Visual : Penglihatan
Very Old : Sangat Tua
Vertigo : Penyakit pusing berputar
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
latihan jalan tandem terhadap keseimbangan tubuh untuk mengurangi resiko jatuh
lansia di PSTW Kabupaten Ponorogo”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.
Peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan
penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada peneliti. Untuk itu, dalam kesempatan ini peneliti
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kepala Dinas Sosial Kab Ponorogo dan seluruh Staf Dinas Sosial Ponogo
yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian
2. Bapak Zaenal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi
Ilmu Kesehataan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan
4. Ibu Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi.
5. Ibu Dian Anisia W, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II yang dengan
kesabaran dan ketelitiannya dalam membimbing, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Kedua Orang tua dan keluarga serta teman-teman yang telah memberi
dorongan dan bantuan berupa apapun dalam penyusunan tugas skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan
yang telah mereka berikan selama ini pada peneliti.
xvi
ABSTRAK
Kata kunci: Jalan tandem, keseimbangan tubuh, resiko jatuh dan lansia
xvii
ABSTRACT
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
Masa tua merupakan masa yang pasti akan di lewati oleh semua orang
2008). Seorang lanjut usia akan membawa perubahan yang meyeluruh pada
pada fungsi fisiologi dalam sistem muskuloskeletal dan sistem neurologis (Padila,
saraf pusat atau neurologis, sistem sensori seperti sistem visual, vestibuler dan
stabilitas baik saat kondisi statis maupun dinamis atau ketika bergerak dari satu
posisi ke posisi yang lain seperti saat berdiri, duduk, transit dan berjalan (Howe et
bertambahnya usia. Risiko cedera jatuh yang terjadi pada lansia berusia lebih dari
65 tahun sebesar 30-50%, jatuh berulang sebanyak 50%, risiko cedera jatuh
menyerang lansia wanita sebanyak 80% dan lansia laki-laki sebanyak 20%
1
(Ginting, 2011 dalam Gusmitasari, 2014). Pravelensi cidera atau jatuh pada lansia
umur 55-64 sebesar 49,4% lansia umur 66-74 sebesar 67,1% dan lansia umur
kelemahan otot ekstremitas bawah, dan dari 63% lansia tersebut sekitar 57%
jaringan lunak yang serius seperti, memar dan kesleo otot merupakan komplikasi
akibat jatuh (Darmojo, 2011). Disamping itu akibat dari jatuh tidak hanya
Dampak jatuh yang terjadi pada lansia perlu dilakukan evaluasi terhadap
faktor yang dapat menyebabkan jatuh, antara lain yaitu penilaian terhadap
fisik yang dapat dilakukan salah satunya seperti latihan jalan tandem.
Jalan Tandem (Tandem Stance) merupakan suatu tes dan juga latihan yang
dilakukan dengan cara berjalan dalam satu garis lurus dalam posisi tumit kaki
menyentuh jari kaki yang lainnya sejauh 3-6 meter, latihan ini dapat
2
meningkatkan keseimbangan postural bagian lateral, yang berperan dalam
mengurangi resiko jatuh pada lansia dan merupakan salah satu dari jenis latihan
kestabilan tubuh (Batson, et al, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Nugrahani (2014) didapatkan hasil bahwa latihan jalan tandem lebih baik daripada
latihan swiss ball, terbukti dengan adanya hasil penurunan rata-rata kecepatan
15,64%. Selain itu dari penelitian oleh Irsha (2017) menyimpulkan bahwa latihan
Ponorogo pada bulan Desember 2017 dengan cara wawancara dengan petugas
kesehatan mendapatkan hasil bahwa hampir semua lansia yang ada di dinas sosial
mengalami resiko jatuh. Resiko jatuh yang dialami oleh lansia disebabkan karena
sering mengalami nyeri pada persendian, perubahan dari gaya berjalan pada lansia
dan lingkungan panti yang licin. Peneliti juga mencoba untuk melakukan tes
keseimbangan dengan menggunakan TUG (Time Up and Go) pada lansia dari 5
kali dalam 6 bulan terakhir. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan sekitar 70%
3
pertanyaan kepada lansia tentang cara untuk menghindari resiko jatuh yang terjadi
satu cara yaitu dengan berjalan pelan-pelan serta selalu berpegangan dengan
dinding saat berjalan. Resiko jatuh pada lansia dapat dikurangi dengan rutin
bagian lateral yang disebut dengan istilah jalan tandem (Batson et al., 2009).
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh latian
jalan tandem terhadap tingkat keseimbangan untuk mengurangi resiko jatuh pada
lansia?“
4
3. Menganalisis tingkat pengaruh latihan jalan tandem terhadap keseimbangan
1.4. Manfaat
Diharapkan setelah ada penelitian ini latian jalan tandem dapat dijadikan
kesehatan lansia.
lainnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Latihan Jalan Tandem merupakan suatu tes dan juga latihan yang
dilakukan dengan cara berjalan menentukan garis lurus dalam posisi tumit kaki
menyentuh jari kaki yang lainnya sejauh 3-6 meter (Batson et al., 2009).
mengontrol postur tubuh langkah demi langkah yang dilakukan dengan bantuan
kognisi dan koordinasi otot trunk, lumbal spine, pelvic, hip, otot-otot perut hingga
Jalan tandem merupakan salah satu latihan yang bertujuan melatih sikap
atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh.
Latihan jalan tandem digunakan pula untuk melatih parameter yang terkait dengan
Selain digunakan sebagai latihan, jalan tandem juga digunakan sebagai tes
dalam membantu diagnosa pada ataksia terutama ataksia trunkal yang disebabkan
gangguan ini memiliki pola jalan yang goyah dan memiliki basis yang lebar
6
Jalan tandem juga digunakan sebagai tes untuk menentukan kemampuan
koordinasi gerak motoriknya tidak akan lulus dalam tes ini (Batson et al., 2009).
yang sinergis, kekuatan otot, lingkup gerak sendi dan sistim adaptif. Latihan
postural dan bagian lateral dengan melibatkan proprioseptif. Latihan jalan tandem
melatih posisi tubuh, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Latihan jalan tandem ini
melatih secara visual dengan melihat ke depan serta memperluas arah pandangan
agar memperluas arah pandangan untuk dapat berjalan lurus. Latihan jalan tandem
mempertahankan posisi tubuh tetap tegak selama berjalan, serta melakukan pola
jalan yang benar. Jalan tandem dilihat dari gerakan kaki dan dimana letak tekanan
7
pada area telapak kaki dan cara bergerak maju. Dalam gangguan cerebellar atau
diterima.
gerak dan posisi sehingga nuclei subcortical dan basal ganglia untuk menganalisis
sensasi posisi dan mengirimkan umpan balik berupa kontraksi otot yang
baru.
lanjut dikarenakan menurunnya fungsi motorik pada sistem saraf pusat, sehingga
selama 2-4 minggu, namun proprioseptif yang adekuat dihasilkan dengan latihan
yang dilakukan selama 4-8 minggu, karena pada waktu tersebut telah terjadi
adaptasi neural dan adaptasi serabut otot. Keseimbangan yang adekuat dicapai
dalam stabilitas sendi dan kekuatan otot dengan dosis yang dianjurkan untuk
al., 2009).
8
2.1.5 Teknik Penatalaksanaan Latian Jalan Tandem
adalah :
dan berdiri tegak selama 10 detik atau semampunya. Selama 10 detik klien
Selanjutnya, teknik yang sama dilakukan namun dengan kondisi mata tertutup
Gambar 2.1
sebelah ibu jari kaki sebelahnya dan bertahan selama 10 detik atau
9
Gambar 2.2
ujung ibu jari kaki sebelahnya. Selama 10 detik klien dapat sambil
untuk berjalan maju pada jalur (satu garis lurus) dengan menempatkan kaki
kanan menyentuh tumit kaki kiri dan berjalan sejauh 3-6 meter. Lakukan
Gambar 2.3
10
Latihan Jalan Tandem dapat dilakukan dengan mata terbuka dan tertutup.
Latihan Jalan Tandem yang dilakukan dengan mata yang terbuka akan lebih
mudah untuk dilakukan karena adanya korelasi visual terhadap vestibular dan
dilakukan untuk menguji fungsi vestibular. Latihan dan tes ini akan berhasil
dilakukan jika input dari cerebelar dan proprioseptif normal. Dosis yang
baik statis maupun dinamis tubuh ketika di tempatkan pada berbagai posisi
posisi tegak.
mempertahankan kepala dan tubuh terhadap gravitasi dan kekuatan dari luar
bidang tumpu, dan menstabilkan bagian tubuh tertentu sementara bagian tubuh
11
Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi
bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Brown et al., 2011). Beberapa jenis reseptor
sensorik di seluruh kulit, otot, kapsul sendi, dan ligamen memberikan tubuh
keseimbangan. Konsep ini penting dalam pengaturan ortopedi klinis karena fakta
12
terletak di ligamen, kapsul sendi, tulang rawan, dan geometri tulang yang terlibat
jawab secara kuantitatif terhadap peristiwa hantaran mekanis yang terjadi dalam
jaringan menjadi impuls saraf (Riemann et al., 2012). Mereka yang bertanggung
kapsul sendi sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia dan kulit
berhubungan dengan sensasi sentuhan dan tekanan pada umumnya terletak di kulit
(Shier et al., 2014). Reseptor Ruffini dianggap sebagai reseptor statis dan dinamis
Melalui perubahan impuls tekanan terjadi perubahan tarik statis dan dinamis pada
kulit dan sangat sensitif terhadap peregangan (Rieman et al., 2012). Reseptor
Pacinian, agak cepat beradaptasi, namun reseptor dengan ambang batas rendah
yang dianggap reseptor lebih dinamis (Rieman et al., 2012). Sementara juga
perubahan percepatan dan perlambatan gerak (Shier et al., 2014). Golgi tendon
Organ dan muscle spindle mempunyai yang lebih besar untuk mengetahui posisi
dan bertanggung jawab untuk memantau kekuatan kontraksi otot untuk mencegah
otot dari kelebihan beban (Brown et al., 2011). Terhubung ke satu set serat otot
13
dan diinervasi oleh neuron sensorik, GTOs memiliki ambang batas yang tinggi
tubuh manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu system mengalami
1. Sistem Vestibuler
dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris
14
perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks
objek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII
yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-
15
2. Sistem Somatosensori
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi.
sinovial dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit
dan jaringan lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan
16
3. Sistem Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin
berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik
jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika
mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
2010).
17
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan
(2015), adalah :
Pusat gravitasi terdapat pada semua objek, pada benda, pusat gravitasi
terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada
tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh
selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada
manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat.
Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang
diantara depan dan belakang vertebra sakrum kedua. Derajat stabilitas tubuh
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi
dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan
pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat
tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya
area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.
18
Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri
dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka
stabilitas tubuh makin tinggi. Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat
kesimetrisannya dengan kaki selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan
mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi
yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan
seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh
(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak
19
4. Kecepatan Reaksi
5. Koordinasi Neuromuskular
kemampuan gerak .
6. Kekuatan otot
tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun
secara statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal.
Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan
baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat
berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain
sebagainya.
7. Usia
Letak titik berat tubuh berkaitan dengan pertambahan usia. Pada anak-
anak letaknya lebih tinggi karena ukuran kepala anak relatif lebih besar dari
kakinya yang lebih kecil. Keadaan ini akan berpengaruh pada keseimbangan
20
tubuh, dimana semakin rendah letak titik berat terhadap bidang tumpu akan
8. Jenis Kelamin
berdasarkan jenis kelamin antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya
perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya kira-kira 56% dari tinggi
badannya. Pada wanita letak titik beratnya rendah karena panggul dan paha
9. Aktivitas Fisik
keseimbangan tubuh.
dan seperti berpindah tempat, dan seakan akan dunia terasa berputar. Sebuah
organ telinga bagian dalam yaitu labyrinth merupakan organ yang berperan dalam
yaitu sistem vestibular. Sistem vestibular berinteraksi dengan sistem tubuh seperti
visual dan sceletal system, untuk menjaga keseimbangan posisi tubuh yang mana
21
sistem ini berhubungan dengan otak dan sistem saraf, dapat menjadi masalah
keseimbangan .
bakteri, kegemukan, trauma kepala (Head Injury), gangguan sirkulasi darah yang
mempengaruhi telinga bagian dalam atau otak, faktor usia, dan gangguan
vestibular pada bagian tepi yaitu gangguan pada lybrinth, gangguan vestibular
pada bagian tengah yaitu sebuah problem pada otak dan saraf yang
menghubungkannya.
TUGT (Time Up and Go Test) merupakan salah satu alat ukur pada
tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali menuju kursi dan kemudian duduk
kembali bersandar.
kembali terhitung 10 detik sampai 3 menit. Nilai Rerata pada TUGT dapat dilihat
22
Subjek tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih lebih dulu, stopwatch
mulai menghitung setelah pemberian aba-aba mulai dan berhenti menghitung saat
subyek kembali pada posisi awal atau duduk. Bila kurang dari 10 detik, maka
subjek dikatakan normal. Bila kurang dari 20 detik, maka dapat dikatakan baik.
Subjek dapat berjalan sendiri tanpa membutuhkan bantuan. Namun bila lebih dari
membutuhkan bantuan saat berjalan. Sedangkan pada subjek yang lebih lama dari
40 detik harus mendapat pengawasan yang optimal karena sangat beresiko untuk
jatuh (Shumway, 2000). Nilai normal pada usia lanjut sehatumur 75 tahun, rata-
rata waktu tempuh yang dibutuhkan adalah 8,5 detik (Podsiadlo et.al., 1991 dalam
Darmojo 2009).
lanjut usia pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia
usia (elderly) 60 – 74 tahun 3. Lanjut usia tua (old) 75 -90 tahun, 4. Usia sangat
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
23
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
berkisaran antara 60 – 65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia
2. Menurut Hurlock :
24
b. Advanced old age (usia > 70 tahun)
4. Menurut bee :
b. Usia dewasa penuh (midlle years) atau maturitas usia 25 – 60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun , terbagi atas :
25
d. Longevity old age ( usia > 90-120 tahun )
7. Menurut DEPKES RI :
berat
mengalami proses penuaan secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya
tahan fisik dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara
kelompok umur yang mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan
demikian, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berumur
lebih dari 50 tahun yang secara fisiologis mengalami kemunduran baik dari segi
biologis, ekonomi maupun sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada
kematian.
26
diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas , baik pria
maupun wanita .
Merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan bukan
merupakan suatu penyakit. Penuaan juga dapat didefenisikan sebagai suatu proses
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
jaringan tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kemunduran struktur dan fungsi organ. Kemunduran struktur dan fungsi organ
pada lansia dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia (Nugroho,
2008).
Menjadi tua merupakan proses alami yang berarti seseorang telah melalui
tahap – tahap kehidupannya yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja,
dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun
27
psikologis. Proses penuaan terdiri atas teori – teori tentang penuaan pada tingkat
sel, proses penuaan menurut sistem imun, dan aspek psikologis pada proses
Menurut Kholifah (2016) teori proses menua dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Teori-teori Biologi
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
yang diprogram oleh molekul-molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-
Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi.
tetap yang tersedia dan akan habis sesuai waktu yang diprogramkan. Teori
ini terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel
tubuh menjadi lelah (pemakaian). Hal ini berkaitan dengan kekuatan otot,
sendi dan tulang pada lansia, karena pertambahan usia, maka kekuatan otot
28
berkurang, sehingga lansia cenderung mengalami gangguan keseimbangan
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
2013).
e. Teori stres
terpakai.
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi. Normalnya radikal bebas akan dihancurkan oleh
29
enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
h. Teori program
tertawa, ambisi rendah, rutin setiap hari, percaya pada Tuhan, hubungan
memiliki tujuan, dan pandangan hidup yang positif (Carlo dalam Suhartin,
2010).
30
hubungan yang kompleks antara biologis, sosial, dan psikologis
k. Teori Medis
Metode penelitan yang lebih canggih telah digunakan dan banyak data
Suhartin, 2010).
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
31
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh
1) Kehilangan peran
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual
(Azizah dan Lilik M, 2011). Perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.
32
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit
c. Sistem Muskuloskeletal
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
33
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
g. Sistem perkemihan
34
h. Sistem saraf
i. Sistem reproduksi
angsur.
2. Perubahan Kognitif
b. IQ (Intellegent Quotient)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
3. Perubahan mental
b. Kesehatan umum
35
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
famili.
4. Perubahan spiritual
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
5. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama
pendengaran.
36
lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
d. Gangguan cemas
e. Parafrenia
f. Sindroma Diogenes
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-
main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak
37
teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang
kembali.
berbagai masalah . Adapun utama masalah pada lansia (Geriatric Giant) yaitu :
Adalah kumpulan gejala yang terjadi akibat dari perubahan aliran darah otak .
Pada lansia terjadi penurunan otak besar yang dalam batas tertentu dianggap
darah kurang dari itu akan menimbulkan gejala gejala gangguan otak besar.
2. Bingung (Konfius)
Bingung tersebut meliputi bingung waktu, tempat dan orang yang merupakan
istilah lain dari gagal otak akut. Gangguan memori dapat berupa gangguan
misalnya melihat sesuatu yang tidak ada (halusinasi) atau salah penglihatan.
Adanya enam ciri dari konfius antara lain derajat kesadaran yang menurun,
gangguan cipta (persepsi), terganggunya siklus bangun tidur yaitu sulit tidur
38
(insomnia). Aktivitas fisik bisa meningkat atau menurun, bingung, gangguan
3. Gangguan saraf mandiri pada lansia yang perlu diperhatikan adalah terjadinya
pengaturan suhu, gerak kandung kemih, saluran makanan di leher dan usus
besar .
4. Inkontentsia
adalah pengeluaran urin (atau feses) tanpa disadari, dalam jumlah dan
5. Mudah Jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Jatuh adalah
suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
lantai atau di tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
39
Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lanjut usia itu dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu :
5) Gangguan psikologis
Darmojo, 2009)
a. Perlukaan (injury)
Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robekan atau
tarikan jaringan otot, robeknya arteri dan vena. Selain itu dapat terjadi
40
b. Perawatan Rumah Sakit
c. Disabilitas
pembatasan gerak.
e. Mati
6. Dekubitus
41
BAB III
KERANGKA KOSEP DAN HIPOTESIS
Alat-alat bantu
Mempertahankan posisi
berjalan
tubuh tetap tegak
lingkungan yang
tidak mendukung
Obat-obatan yang
diminum Peningkatan
stabilitas sendi
Keterangan :
: Diteliti : Berhubungan
42
Gambar 3.1 menjelaskan tentang pengaruh latihan jalan tandem terhadap
tingkat keseimbangan tubuh pada lansia. Lansia adalah seseorang yang telah
mencapai umur 60 tahun ke atas. Setiap lansia akan mengalami proses penuaan.
Salah satu akibat dari proses penuaan adalah resiko jatuh pada lanjut usia.
Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi resiko jatuh pada lansia yaitu faktor
perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural. Sedangkan faktor
dan obat-obatan yang diminum oleh lansia. Keseimbangan tubuh termasuk salah
satu faktor dari resiko jatuh. Resiko jatuh dapat dicegah dengan meningkatkan
aktivitas fisik, salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah latian jalan
mempertahankan posisi tubuh tetap tegak. Dari tubuh yang tegak makan stabilitas
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
(Arikunto, 2001). Sedangkan jenis desain penelitian yang digunakan adalah one
group pra-post test yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
pengaruh latihan jalan tandem terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia di UPT
Tabel 4.1 Skema Design Penelitian pra eksperimental design dengan one group
pra-post test
Keterangan :
tandem
tandem
44
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia di UPT PSTW Kab
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi, dimana dalam sampel
terdapat kriteria sampel antara lain kriteria inklusi (subjek penelitian dapat
mewakili sampel penelitian karena memenuhi syarat) dan kriteria eksklusi (subjek
penelitian tidak dapat mewakili sampel penelitian karena tidak memenuhi syarat)
(Hidayat, 2009).
Rumus :
n=
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
n =
n =
n =
45
n =
n =
n = 19
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eklusi
46
4.3 Teknik Sampling
anggota sampel dan populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan pada anggota populasi
yang ingin diteliti atau diukur mealui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka
konsep ini dikembangkan atau diacukan kepada tujuan penelitian yang telah
dirumuskan serta didasari oleh kerangka teori yang telah disajikan dalam tinjauan
pustaka sebelumnya. Oleh karena itu kerangka konsep terdiri dari variabel-
variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain (Notoatmodjo,
2012).
47
Populasi :
Seluruh lansia di UPT PSTW Kab Ponorogo sejumlah 20 orang
Sampel
Sebagian lansia di UPT PSTW Kab Ponorogo yang mengalami gangguan
keseimbangan sejumlah 19 orang
Sampling :
Simpel random sampling
Desain Penelitian :
One group pre-post test
Variabel
Pengumpulan Data :
Tes keseimbangan tubuh menggunakan TUGT
Pengolahan data :
Editing, coding tabulating, dan cleaning
Analisis
Paired t-test
Pelaporan
Gambar 4.1 Kerangka kerja tentang latihan jalan tandem dengan keseimbangan
48
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
timbulnya variabel dependen (terikat), variabel ini juga dikenal dengan nama
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau
49
Variabel Definisi Skor
Parameter Alat ukur Skala
Penelitian Operasional Kriteria
Dependen Kemampuan 1.Duduk bersandar Time Up Interval Skor ≤10 detik :
Keseimbang untuk di kursi kemudia and Go mobilitas bebas
an tubuh mempertahank berdiri Test
an posisi tubuh 2.Berjalan sesuai (TUGT) Skor ≤20 detik :
dalam kondisi dengan mobilitas baik
berdiri ataupun kemampuan
berjalan menuju jarak Skor ≤30 detik :
3meter menuju mobilitas tidak
dinding stabil
3. Berjalan
berbalik tanpa Skor > 30 detik :
menyentuh resiko jatuh
dinding tinggi
4.Kembali ke kursi
dan kemudian
duduk bersandar
5.Dilakukan dalam
10kali
bolakbalik
Instrumen penelitian ini adalah lembar observasi Time Up and Go Test (TUGS)
berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali menuju kursi dan kembali
50
4.7.2 Waktu Penelitian
1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Ponorogo.
Kabupaten Ponorogo.
4. Menjelaskan maksud dan tujuan latihan jalan tandem, dan apabila lansia
inform consent.
51
9. Tahap pengumpulan data akhir (post test) menggunakan Time Up and Go
10. Pada tahap akhir melakukan pengolahan data analisa dan membuat laporan
hasil penelitian.
1. Editing
Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut
2. Coding
“coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat menjadi data angka atau
bilangan.
Pada penelitian ini hasil dari scoring diberikan kode antara lain yaitu :
a. Jenis kelamin
52
b. Pendidikan
- Sd : diberi kode 2
c. Pekerjaan
d. Usia
e. Aktivitas olahraga
53
3. Scoring
sehingga didapatkan skor total. Selanjutnya skor total yang diperoleh dari
4. Data Entry
Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam
program atau “sofware” komputer. Dalam proses ini dituntut ketelitian dari
orang yang melakukan “data entry”. Apabila tidak maka terjadi bias
5. Tabulating
1. Analisa Univariat
tandem dan data tingkat keseimbangan lansia setelah dilakukan latihan jalan
tandem.
54
2. Analisa Bivariat (Uji Hipotesis)
analisis statistik yang digunakan adalah uji paired T-Test. Uji ini merupakan
analisis dengan libatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap
suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Pada uji beda paired sample t-test,
dilakukan sebanyak dua kali. Dalam penelitian ini test yang diberikan disebut
dengan pretest (test belum mengadakan perlakuan) dan post test (setelah
yang sama atau homogeny dan berasal dari tabulasi yang telah berdistribusi
secara normal. Ada tidaknya perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi dapat diketahui melalui dua cara pertama harga t hitung
pengujian adalah bila harga t hitung lebih besar harga t tabel maka H0 ditolak.
95% (alpha 0,05). Apabila distribusi tidak normal menggunakan uji wilcoxon.
Uji wilcoxon yang dipilih dalam penelitian ini jika data tidak
berdistribusi normal adalah uji Wilcoxon Sign Rank test untuk pengambilan
keputusan menggunakan cara pertama yaitu jika Sig ≥ 0,05 maka H0 diterima,
artinya tidak ada perbedaan antar variabel jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak,
55
artinya ada perbedaan antar variabel. Perhitungan uji statistik menggunakan
3. Kerahasiaan (confidentitality)
peneliti hanya kelompok satu tertentu yang akan disahkan atau dilaporkan
melakukan coding.
56
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti menyajikan hasil dan pembahasan tentang pengaruh
latihan jalan tandem terhadap keseimbangan tubuh lansia .Hasil penelitian dan
pembahasan yang diuraikan secara one group pre-post test sesuai dengan tujuan
penelitian.
responden sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan. Jumlah responden
yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 19 responden. Penyajian data ini
yaitu data khusus dan data umum. Data khusus terdiri atas data berdasarkan
tingkat keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah dilakukan latihan jalan tandem
pada lansia di UPT PSTW Ponorogo. Sedangkan data umum terdiri dari jenis
tabel.
olahraga, pengajian, kesenian, bimbingan dan masih banyak lagi aktivitas lainya.
Interaksi antar lansia di panti cenderung cukup baik karena saling membantu satu
sama lain, mereka berbaur sudah seperti keluarga sendiri. Interaksi antara petugas
57
5.2 Hasil Penelitian
lansia di UPT PSTW Kab Ponorogo. Mulai dilaksanakan pada tanggal 29 April
2018 smpai tanggal 12 Mei 2018, dengan jumlah sampel sebesar 19 responden.
manfaat, dan resiko yang ada dalam penelitian yang akan dilakukan, apabila lansia
data, tabel yang meliputi karakteristik responden, analisa univariate dan hasil
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden UPT PSTW Kab
Ponorogo tahun 2018.
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1 Laki – laki 0 0
2 Perempuan 19 100
Jumlah 19 100
Sumber : Data Primer 2018
58
2. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Usia Responden UPT PSTW Kab Ponorogo
tahun 2018.
No Usia Frekuensi Presentase (%)
1 60-65 2 10.5
2 66-70 13 68.4
3 71-75 4 21.1
Jumlah 19 100
Sumber : Data Primer, 2018
59
5. Karakteristik Berdasarkan Aktifitas Olahraga
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi aktifitas olahraga Responden UPT PSTW Kab
Ponorogo tahun 2018.
No Olahraga Frekuensi Presentase (%)
1 Rutin 11 57.9
2 Tidak rutin 8 42.1
Jumlah 19 100
Sumber : Data Primer, 2018
responden yang rutin melakukan olahraga adalah 11 orang (57.9%) , dan yang
sehingga dalam menganalisis data menggunakan uji non parametrik yaitu dengan
Tabel 5.6 Deskriptif keseimbangan tubuh lansia sebelum diberi latihan jalan
tandem di UPT PSTW Kabupaten Ponorogo.
Tingkat Standart Min-
N Mean Median Modus CI-95%
keseimbangan Devisiasi Max
tubuh sebelum
19 21.53 19.00 18 6.363 14-33 18.46 – 24.59
jalan tandem
Sumber : Olahan Data Primer dengan SPSS 16.0.
Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa rata-rata skor keseimbangan tubuh
sebelum melakukan latihan jalan tandem paling banyak adalah 18, standart
60
tandem terendah adalah 14 dan tertinggi 33 dengan tingkat kepercayaan 95%
Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa rata-rata skor keseimbangan tubuh
sebelum melakukan latihan jalan tandem paling banyak adalah 14, dengan
statistik dengan bantuan SPSS diperoleh nilai p value = 0.001. Yang berarti p
value < α (0.001 < 0.005), artinya ditolak dan diterima. Maka dapat
61
diartikan ada pengaruh yang signifikan antara latihan jalan tandem terhadap
5.3 Pembahasan
jalan tandem adalah 21.53 detik, nilai median 19.00 detik, nilai keseimbangan
yang banyak 18 detik, nilai terendah 14 detik dan nilai tertinggi mencapai 33
detik. Pertama kali dilakukan TUGT ( Time up and go test) hasil tertinggi adalah
33 detik yang bisa dikatakan waktu berjalan lansia lama. Hal ini disebabkan
ketika memberikan instruksi langkah awal TUGT ( Time up and go test) lansia
tampak bingung karena baru pertama kali melakukan TUGT ( Time up and go
test), selain itu terdapat faktor lain yaitu pada lansia banyak yang mengalami
dalam melakukan TUGT( Time up and go test) lebih lama. Waktu berjalan lansia
yang lansia butuhkan maka semakin tidak baik hasil dari pengukuran
keseimbangan tubuh lansia. Hal ini sependapat dengan Irfan (2010) bahwa
baik keseimbangan tubuh maka semakin baik pula kecepatan tubuh lansia.
62
Hasil penelitian berdasarkan usia yang dijelaskan pada tabel 5.4 dapat
diketahui bahwa usia terbanyak adalah 66-70 tahun terdapat 13 lansia (68.4%),
(10.5%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dapat diketahui bahwa semakin
berkurang. Hal ini sejalan dengan (Darmojo, 2009) setiap lansia akan mengalami
langkah kaki yang pendek, kekuatan otot menurun. Penurunan fungsi dan
dilakukan jalan tandem terendah adalah 13 detik dan skor tertinggi 31 detik. Hal
ini menunjukan bahwa ada pengaruh latihan jalan tandem terhadap keseimbangan
tubuh lansia.
Salah satu aktivitas fisik adalah latihan jalan tandem. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29 April sampai 12 Mei 2018 didapatkan
63
hasil bahwa terdapat perubahan tingkat keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah
latihan jalan tandem. Peneliti menerapkan dengan cara melakukan latihan jalan
dalam satu garis lurus sejauh 3 meter dengan posisi tumit kaki menyentuh jari
kaki yang lainnya, hal ini dilakukan tiga kali dalam dua minggu. Lansia yang
sudah melakukan latihan jalan tandem secara teratur terdapat 15 lansia yang
perubahan yang dikarenakan oleh kurang konsisten dalam melakukan latihan jalan
karena lansia selalu menolak ketika diberi latihan jalan tandem. Hal ini
sependapat dengan teori dari Batson (2009) bahwa latihan jalan tandem juga
mempertahankan posisi tubuh tetap tegak selama berjalan, serta melakukan pola
jalan yang benar. Latihan proprioseptif yang hanya menghasilkan neural adaptasi
dapat dilatih selama 2-4 minggu dalam satu kali latihan dilakukan 10x jalan ,
selama 4-8 minggu, karena pada waktu tersebut telah terjadi adaptasi neural dan
tandem merupakan salah satu latihan yang dapat diberikan untuk meningkatkan
keseimbangan tubuh dan akan mengurangi resiko jatuh pada lansia. Sebagian
64
5.3.3 Pengaruh Latihan Jalan Tandem terhadap Keseimbangan Tubuh
Untuk Mengurangi Resiko Jatuh Pada Lansia di UPT PSTW Kab
Ponorogo
Dari hasil uji statistik mengunakan uji wilcoxon nilai (p) yang diperoleh
yaitu 0.001 kurang dari nilai α yaitu 0.05, maka dapat dikatakan hipotesa diterima.
Hal ini menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang siginifikan antara sebelum
dan sesudah pemberian latihan jalan tandem. Dilihat dari hasil penelitian yang
keseimbangan tubuh adalah 21.53 detik, dengan skor terendah yaitu 14 detik dan
skor tertinggi 33 detik. Sedangkan skor setelah dilakukan jalan tandem rata-rata
skor adalah 19.89 detik dengan nilai terendah 13 detik dan nilai tertinggi adalah
31 detik. Dari hasil tersebut peneliti berpendapat bahwa terdapat perubahaan pada
tingkat keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah dilakukan latihan jalan tandem.
(2014) didapatkan hasil bahwa latihan jalan tandem lebih baik daripada latihan
swiss ball, terbukti dengan adanya hasil penurunan rata-rata kecepatan berjalan
Latihan jalan tandem ini melatih secara visual dengan melihat ke depan serta
65
berjalan lurus. Latihan jalan tandem juga mengaktifkan somatosensoris dan
perpindahan gerak dan posisi sehingga nuclei subcortical dan basal ganglia untuk
menganalisis sensasi posisi dan mengirimkan umpan balik berupa kontraksi otot
Dan keseimbangan berpengaruh pada besar resiko jatuh pada lansia karena adanya
masa otot dan kekuatan otot, berkurangnya lingkup gerak sendi, berubahnya pusat
gravitasi pada lansia, respon postural yang melambat, yang merupakan komponen
tubuh untuk mengurangi resiko jatuh pada lansia di UPT PSTW Kabupaten
Ponorogo.
66
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
lansia adalah 21.53 ,dengan skor terendah yaitu 14 detik dan skor tertinggi
adalah 33 detik.
lansia adalah 19.89 dengan skor terendah 13 detik dan skor tertinggi adalah
31 detik.
0.05.
6.2 Saran
Diharapkan para lansia memliki jadwal yang rutin dalam melakukan aktivitas
fisik seperti olahraga ataupun senam. Selain itu pihak panti diharapkan
67
memberikan lingkungan yang baik seperti pencahayaan yang cukup, lantai
yang tidak licin serta dinding yang dipasang pegangan untuk berjalan para
lanjut usia.
Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan referensi yang ada dan dapat
Dapat dijadikan data dasar dan pembanding untuk peneliti selanjutnya dalam
68
DAFTAR PUSTAKA
Dellito,A. 2010. “ The Link Between Balance Confidence and Falling”. Physical
Therapy Research That Benefit You, American Phisical Theraphy
Association.
Gusmitasari. 2014. Pengaruh Terapi Do-In Shiatsu Masaage dan Gym Terhadap
Risiko Cedera : Jatuh Pada Lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
(Online). http://
opac.say.ac.id/236/1/ALFIKADESNA%2520GUSMITASARI_2010102010
1033_NASKAH%PUBLIKASI.pdf.com (Diakses pada tanggal 10 Januari
2018).
69
Howe, TE, Rochester, L., Jackson, A., Banks, PMH. 2008. Exercise for Improving
Balance in Older People. (Online)
http://reysatrio.wordpress.com/2016/02/09/pengantar-teori-generasi-strauss-
howe-2. (Diakses pada tanggal 10 Januari 2018).
Maryam, R.S., Sahar, J., & Nasution, Y. 2010. Pengaruh Latihan Keseimbangan
Fisik Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Wilayah Pemda DKI Jakarta. Jurnal Keperawatan. FIK Universitas
Indonesia. (Online) http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2110971_2085-
8930.pdf (Diakses pada 3 Januari 2018).
70
Miller, C.A. 2004. Nursing for Wellness in Older Adult. Theory and Practise.
(Online) http://www.livestrong.com/article/196479. (Diakses pada tanggal
3Januari 2018).
Nugraheni P.N. 2014. Latihan Jalan Tandem Lebih Baik Daripada Latihan Swiss
Ball Terhadap Peningkatan Keseimbangan Untuk Mengurangi Resiko Jatuh
Pada Lansia. Jurnal Fisioterapi. Fisioterapis YPAC Jakarta. (online).
http://ejurnal.esatunggal.ac.id/index.php/Fisio/artice/view/1111/1020.
(diakses tanggal 20 Desember 2017).
Riemann, B.L. & Lephart,S.M. 2012. The Sensorimotor Sytem, Part 1 : The
physiologic basis of functional joint stability. Journal of Athletic Training.
37(1); 71-79.
Ruben. 2006. “ Falls in order peopel: epidemiology, risk factors and strategies for
prevention”. Oxford Jurnal vol 35-41. (Online)
http://ageing.oxfordjournals.org/content/35/suppl_2/ii37.full.pdf+html
(Diakses pada 10 Januari 2018).
71
Shier, L. 2004. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6. Jakarta.
Suhartin,. P. 2010. Teori Penuaan Pada Sistem Tubuh dan Implikasinya pada
Lansia. (Online). https://prastiwisp.files.wordpress.com/2010/11/teori-
penuaan-dan-perubahan-fisiologis-lansia.pdf . (Diakses pada tanggal 10
Januari 2018).
Wallace, M, & Shelkey, M. 2008. How to Try This : Monitoring Function Status
in Hospitalized Older Adults. Ajn. 108 (4): 64-71.
Watson, W.A. Et al. 2008. Age-Related of Human Balance during Quiet Stance.
Physiological Research Institu of Physiology v.v.i., Academy of Science of
the Czech Republic. (Diakses pada tanggal 3 Januari 2018).
72
LAMPIRAN 1
73
Lampiran 2
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun
Nama : Kartya Nur S.U
Nim : 201402025
Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh latihan jalan
tandem terhadap keseimbangan tubuh untuk mengurangi resiko jatuh lansia di
PSTW Kabupaten Ponorogo”. Sehubung dengan ini, saya mohon kesediaan bapak
ibu untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan.
Kerahasiaan data pribadi bapak ibu akan sangat kami jaga dan informasi yang
kami dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan bapak ibu saya
mengucapkan terimakasih.
74
LAMPIRAN 3
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun
Nama : Kartya Nur S.U
Nim : 201402025
Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh latihan jalan
tandem terhadap keseimbangan tubuh untuk mengurangi resiko jatuh lansia di
PSTW Kabupaten Ponorogo”. Adapun dengan informasi yang bapak/ibu berikan
akan dijamin kerahasiannya dan saya bertanggung jawab apabila informasi yang
diberikan merugikan bapak ibu.
Sehubung dengan hal tersebut, apabila bapak/ibu setuju ikut serta dalam
penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.
Atas kesediaan dan kerjasamanya saya mengucapkan terimakasih.
75
LAMPIRAN 4
LEMBAR OBSERVASI
No.Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :
Aktivitas olahraga :
Waktu TUGT
No Nama Keterangan
Pre Jalan Tandem Post Jalan Tandem
1
2
3
4
5
Keterangan :
76
LAMPIRAN 5
Pelaksanaan :
1. Atur jarak kursi dengan lakban sejauh 3
meter
2. Pastikan kursi ditempat yang stabil, tidak
bergerak saat responden berdiri.
3. Posisikan responden duduk pada kursi yang
telah disiapkan
4. Mulai lakukan penilaian keseimbangan
5. Saat penguji memberi aba-aba “mulai”
responden berdiri dari kursi, berjalan 3 meter
mengikuti lakban penanda, kemudian
berbalik dan duduk kembali.
6. Penguji menghitung waktu mulai dari aba-
aba mulai sampai responden duduk kembali
seperti posisi awal
7. Hitung dan amati waktu yang diperlukan
responden dan nilai skornya
77
LAMPIRAN 6
Pelaksanaan :
1. Responden berdiri tanpa menggunakan alas
kaki
2. Kedua kaki bersampingan dengan cara
merapatkan kedua kakinya dan berdiri tegak
selama 10 detik atau semampunya klien dapat
sambil menggerak-gerakkan kepala ke kiri,
kanan, atas, dan bawah.
78
3. Meletakan tumit kaki di sebelah ibu jari kaki
sebelahnya dan bertahan selama 10 detik atau
semampunya
4. Letakkan tumit kaki di ujung ibu jari kaki
sebelahnya. Selama 10 detik klien dapat
sambil menggerak-gerakkan kepala ke kiri,
kanan, atas, dan bawah.
5. Klien kemudian berjalan lurus dipandu oleh
instruktur.
6. Subjek diminta untuk berjalan maju pada jalur
(satu garis lurus) dengan menempatkan kaki
kanan menyentuh tumit kaki kiri dan berjalan
sejauh 3-6 meter.
7. Lakukan sebanyak 10 kali kemudian istirahat.
79
LAMPIRAN 7
Penatalaksanaan
NO LANGKAH- LANGKAH
Dilakukan Tidak dilakukan
1 Responden berdiri tanpa
menggunakan alas kaki
80
LAMPIRAN 8
81
82
LAMPIRAN 9
Selisih
Aktivitas
No Jenis kelamin Coding Pendidikan Coding Pekerjaan Coding Usia Coding Coding Skor1 Skor2 skor
olahraga
pre-post
1 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 70 2 Tidak rutin 2 33 28 -4
2 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 70 2 Rutin 1 26 24 -2
3 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 68 2 Rutin 1 19 19 0
4 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 70 2 Tidak rutin 2 20 20 0
5 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 72 3 Tidak rutin 2 31 30 -1
6 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 70 2 Rutin 1 24 22 -2
7 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 71 3 Rutin 1 18 14 -4
8 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 68 2 Tidak rutin 2 33 31 -2
9 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 69 2 Rutin 1 15 13 -2
10 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 73 3 Tidak rutin 2 18 18 0
11 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 70 2 Rutin 1 17 16 -1
12 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 68 2 Rutin 1 19 18 -1
13 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 69 2 Tidak rutin 2 18 16 -2
14 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 65 2 Tidak rutin 2 31 32 -1
15 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 67 2 Tidak rutin 2 24 23 -1
16 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 72 3 Rutin 1 16 14 -2
17 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 71 3 Rutin 1 17 14 -3
18 Perempuan 2 SD 2 Tidak bekerja 1 70 2 Rutin 1 16 15 -1
19 Perempuan 2 TS 1 Tidak bekerja 1 66 2 Rutin 1 14 13 - 1
83
83
LAMPIRAN 10
84
LAMPIRAN 11
85
LAMPIRAN 12
Statistics
Skor_Pre
N Valid 19
Missing 0
Mean 21.53
Median 19.00
Mode 18
Std. Deviation 6.363
Skewness .831
Std. Error of Skewness .524
Kurtosis -.755
Std. Error of Kurtosis 1.014
Minimum 14
Maximum 33
Statistics
Skor_Post
N Valid 19
Missing 0
Mean 19.89
Median 18.00
Mode 14
Std. Deviation 6.172
Skewness .674
Std. Error of Skewness .524
Kurtosis -.901
Std. Error of Kurtosis 1.014
Minimum 13
Maximum 31
86
LAMPIRAN 13
Data Uji Normalitas
Descriptives
Statistic Std. Error
Skor_Pre Mean 21.53 1.460
95% Confidence Interval for Lower Bound 18.46
Mean
Upper Bound 24.59
5% Trimmed Mean 21.31
Median 19.00
Variance 40.485
Std. Deviation 6.363
Minimum 14
Maximum 33
Range 19
Interquartile Range 9
Skewness .831 .524
Kurtosis -.755 1.014
Skor_Post Mean 20.05 1.492
95% Confidence Interval for Lower Bound 16.92
Mean
Upper Bound 23.19
5% Trimmed Mean 19.67
Median 18.00
Variance 42.275
Std. Deviation 6.502
Minimum 13
Maximum 34
Range 21
Interquartile Range 10
Skewness .820 .524
Kurtosis -.449 1.014
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor_Pre .233 19 .008 .855 19 .008
Skor_Post .155 19 .200* .893 19 .036
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
87
LAMPIRAN 14
Ranks
Ties 3c
Total 19
c. Skor_Post = Skor_Pre
Test Statisticsb
Skor_Post -
Skor_Pre
Z -3.361a
88
LAMPIRAN 15
DOKUMENTASI
89
LAMPIRAN 16
Bulan
No Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Pengajuan dan konsul judul
2. Penyusunan proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian proposal
5. Revisi proposal
6. Pengambilan data (Penelitian)
7. Penyusunan dan bimbingan skipsi
8. Ujian skripsi
92
90
LAMPIRAN 18
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN
93
91
94
92