Anda di halaman 1dari 29

2.1.

4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur

Berdasarkan hasil data yang di dapat selama pelaksanaan magang, ketenagaan di


Puskesmas Wolaang, Kecamatan Langowan Timur, Kabupaten Minahasa dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1. Daftar Tenaga Kesehatan di Puskesmas Wolaang

No. Tenaga Jumlah Ket.


1. Dokter Umum 2 PNS
1 PTT
2. Perawat 11 PNS
2 Tenaga Kontrak/Sukarela
3. Bidan 8 PNS
1 PTT
1 Tenaga Kontrak/Sukarela
4. Farmasi 1 PNS
5. Kesehatan 3 PNS
Lingkungan
6. Tenaga Administrasi 1 PNS
7. Pekarya 1 PNS
Total Ketenagaan 32
Sumber : Profil Puskesmas Wolaang

2.1.5 Sarana dan Prasarana di Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan


Timur

Berdasarkan data sarana dan prasarana yang terdapat di Puskesmas Wolaang, terdapat
sarana dan prasarana yang diperuntukan bagi petugas kesehatan dan bagi pasien.
Sarana kesehatan sebagai tempat pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja
Puskesmas Wolaang, terdiri dari :
1. Puskesmas Rawat Inap : 1 unit

6
2. Posyandu : 10 unit
3. Praktik dokter : 4 unit
4. Klinik Pratama atau yang setara : 3 unit
5. Rumah Bersalin : 2 unit
6. Apotik : 1 unit

Ruangan-ruangan di Puskesmas Wolaang

1. Ruangan kepala puskesmas :1


2. Ruangan pendaftaran :1
3. Ruangan komputer :1
4. Ruangan kantor :1
5. Ruangan rapat :1
6. Ruangan UGD :1
7. Ruangan umum :1
8. Ruangan gigi :1
9. Apotik dan gudang obat :1
10. Laboratorium :1
11. Ruangan imunisasi :1
12. Ruang KIA/KB :1
13. Ruang jaga :1
14. Ruang bersalin/nivas :1
15. Ruang perawatan anak :1
16. Ruang perawatan wanita :1
17. Ruang perawatan pria :1
18. Dapur :1
19. Gudang peralatan :1
20. Toilet : 10

7
2.1.6 Pengenalan Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan
Timur

Tabel 2. Jumlah jaga di wilayah kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan


Timur
Nama Desa Jaga
Amongena I 5 Jaga
Amongena II 4 Jaga
Amongena III 5 Jaga
Karondoran 5 Jaga
Sumarayar 5 Jaga
Teep 6 Jaga
Waleure 6 Jaga
Wolaang 10 Jaga
Jumlah 46 Jaga
Sumber : Profil Puskesmas Wolaang

1. Data Wilayah Geografis


Puskesmas Wolaang memiliki luas wilayah kerja 11,07 km 2, terletak di Desa
Amongena II Kecamatan Langowan Timur. Adapun batas wilayah kerja
Puskesmas Wolaang sebagai berikut :

1) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kalawiran Kec. Kakas Barat


2) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lowian Kec. Langowan Barat
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Karumenga Kec. Langowan Utara
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Winebetan Kec. Langowan Selatan
2. Data Demografi
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan
Langowan Timur Tahun 2017
Nama Desa Jumlah Penduduk

8
Amongena I 1.365
Amongena II 1.401
Amongena III 1.077
Karondoran 1.622
Sumarayar 1.596
Teep 1.532
Waleure 2.494
Wolaang 2.319
Jumlah 13.406

Sumber : Profil Puskesmas Wolaang

Berdasarkan tabel 3. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak


adalah DesaWaleure dengan jumlah penduduk sebanyak 2.494 jiwa dan jumlah
penduduk yang paling sedikit adalah Desa Amongena III dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.077 jiwa.

2.2 Analisis Situasi Khusus


2.2.1 Bagian P-Care
Dalam melaksanakan magang di Puskesma Wolaang, penulis ditempatkan di bagian
P-Care dengan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
1. Membuat serta mencetak Rujukan.
2. Membuat serta mencetak SKS, SKBS dan surat-surat lainnya.
3. Membuat serta mencetak surat pengantar buku kronis.
4. Mencetak resep kronis dan kartu rawat jalan
5. Membuat laporan rujukan bulanan.
6. Bertanggung jawab atas data-data rekam medis hasil rujukan yang ada di
ruangan.
Dalam pelaksanaan kegiatan magang, penulis berhadapan dengan pasien dimana
membantu dalam memberikan penjelasan tentang jenis-jenis pelayanan yang ada.
Tetapi, ada beberapa pelayanan yang tidak diberikan oleh pihak puskesmas, karena

9
jumlah tenaga kesehatan yang ada di puskesmas kurang. Salah satunya adalah
pelayanan poli gigi. Padahal, ada pasien yang memerlukan pelayanan tersebut, tetapi
tidak tersedianya dokter gigi, sehingga menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi
terhambat. Untuk lebih mengoptimalkan pelayanan yang ada di puskesmas,
sebaiknya dari pihak puskesmas merencanakan serta mengadakan tenaga kesehatan
yang sesuai dengan metode yang ada, sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan
yang diberikan oleh pihak puskesmas.

10
BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Uraian Kegiatan
Kegiatan magang yang berlangsung dari tanggal 30 Januari – 23 Februari di
Puskesmas Wolaang, penulis ditempatkan ruang P-Care. Adapun kegiatan yang
dilakukan penulis selama magang sebagai berikut :
1. Pertemuan dengan Kepala Tata Usaha, maksud dari pertemuan ini adalah :
1) Mengutarakan maksud dari kegiatan magang
2) Membicarakan mengenai kegiatan magang yang akan dilakukan
3) Menentukan dosen pembimbing lapangan
4) Meminta data dan gambaran umum dari puskesmas Wolaang (Profil
Puskesmas)
2. Orientasi sekaligus penyesuaian dengan tempat magang, interaksi dengan semua
pegawai atau tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Wolaang.
3. Partisipasi di bagian rujukan untuk mengisi data BPJS.
4. Turun ke lapangan untuk mengikuti Program Indonesia Sehat Pendekatan
keluarga (PIS-PK).
5. Konsultasi dengan DPL mengenai penggunaan aplikasi P-Care untuk dijadikan
judul laporan magang.
6. Membuat laporan magang.

3.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil kerja magang dan pengamatan yang sudah dilaksanakan oleh
penulis selama berada di Puskesmas Wolaang dengan waktu kurang lebih 3 minggu,
maka penulis melihat bahwa sistem komputerisasi berbasis P-Care sudah berjalan
dengan baik dalam segi kelengkapan sarana dan prasarana walaupun begitu terbatas.
Yang menjadi masalah adalah kurangnya petugas Kesehatan Masyarakat yang
bekerja di wilayah kerja Puskesmas Wolaang sehingga banyak pegawai yang
mendapat tugas diluar profesi yang diminati. Dari hasil wawancara penulis dengan

11
penanggung jawab bagian rujukan didapati informasi bahwa hanya satu pegawai
yang mendapat pelatihan dibagian P-Care dikarenakan biaya untuk pelatihan begitu
besar, sehingga menjadi hambatan jika petugas yang bertanggung jawab dibagian P-
Care mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan di luar lingkungan kerja
Puskesmas.

3.3 Alternatif Pemecahan Masalah

Kurangnya ketersediaan tenaga kesehatan masyarakat terhadap penggunaan sistem


primary care di puskesmas wolaang ditentukan dengan menggunakan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Secara sederhana analisis SWOT dapat
diartikan sebagai suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu organisasi sedemikian
rupa sehingga diperoleh keterangan yang akurat tentang berbagai faktor kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh organisasi. (Anwar, 1996).
Proses ini melibatkan identifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung
dalam pencapaian tujuan.
1. Kekuatan / Strength
a) Adanya keinginan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Kelemahan / Weakness
a) Tidak tersedia ketenagakerjaan kesmas yang ditempatkan di bagian P-Care.
b) Banyak pegawai yang bekerja diluar profesi yang diminatinya.
c) Tidak ada buku panduan untuk digunakan sebagai acuan penggunaan P-Care
bagi pegawai puskesmas.
d) Kurangnya pelatihan tenaga kesehatan untuk penggunaan P-Care.
e) Dana yang terbatas.
3. Peluang / Opportunity
a) Komitmen Puskesmas Wolaang dalam peningkatan pelayanan kesehatan.
b) Dana dari pemerintah.
4. Ancaman / Threat
a) Banyaknya pegawai diluar lingkup kesmas yang dipekerjakan.

12
b) Kurangnya perhatian untuk mempekerjakan pegawai sesuai dengan profesi
yang diminati.
c) Minimnya ketertarikan dengan teknologi.

Dari hasil analisis SWOT tersebut dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah,
sebagai berikut :
1. Strategi S-O :
Meningkatkan komitmen Puskesmas Wolaang dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
2. Strategi W-O :
Mengoptimalkan dana kesehatan yang ada untuk memberikan pelatihan
penggunaan P-Care kepada tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Wolaang
dan mengadakan buku panduan penggunaan P-care yang diberikan kepada
seluruh pegawai yang ada di Puskesmas Wolaang.
3. Strategi S-T:
Mengadakan tenaga kesehatan masyarakat dan memanfaatkan seoptimal
mungkin serta meningkatkan ketertarikan terhadap teknologi bagi tenaga
kesehatan di Puskesmas Wolaang.
4. Strategi W-T :
Mengusulkan adanya pelatihan bagi tenaga kesehatan yang disesuaikan dengan
perkembangan situasi kesehatan terbaru dan sesuai dengan profesi kerja masing-
masing.

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Mengoptimalkan dana kesehatan yang


Meningkatkan komitmen
ada untuk memberikan pelatihan
Puskesmas Wolaang dalam
penggunaan P-Care kepada tenaga
Peluang memberikan pelayanan
kesehatan yang ada di Puskesmas
(O) kesehatan kepada
Wolaang dan mengadakan buku
masyarakat.
panduan penggunaan P-care yang
(Strategi S-O)
diberikan kepada seluruh pegawai yang

13
ada di Puskesmas Wolaang.
(Strategi W-O)

Mengadakan tenaga
kesehatan masyarakat dan Mengusulkan adanya pelatihan bagi
memanfaatkan seoptimal tenaga kesehatan yang disesuaikan
mungkin serta dengan perkembangan situasi
Ancaman
meningkatkan ketertarikan kesehatan terbaru dan sesuai dengan
(T)
terhadap teknologi bagi profesi kerja masing-masing.
tenaga kesehatan di (Strategi W-T)
Puskesmas Wolaang.
(Strategi S-T)
Tabel 4 : Analisis SWOT

3.4 Kontribusi Bagi Instansi dan Peserta Magang Sesuai dengan Tujuan dan
Manfaat Magang
3.4.1 Bagi Puskesmas Wolaang

Kegiatan magang yang telah dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan


masukan yang bermanfaat guna upaya meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
program-program yang merupakan tanggung jawab dari puskesmas. Selain itu juga,
dengan adanya pelaksanaan kegiatan magang ini dapat memberikan manfaat dan
bantuan tenaga dalam penyelesaian tugas-tugas yang ada sesuai dengan
kebutuhannya.

3.4.2 Bagi Peserta Magang

Diharapkan dari hasil kegiatan dan pengalaman yang didapat selama pelaksanaan
kegiatan magang, mampu menambah wawasan dan keterampilan kerja di lapangan
serta mahasiswa dapat belajar bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim.

14
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Primary Care

Primary Care atau biasa disingkat P-Care adalah Sistem informasi pelayanan pasien
yang ditujukan untuk pasien BPJS Kesehatan berbasis internet. P-Care dipublikasikan
untuk pelayanan primer untuk puskesmas dan mencakup pelayanan dasar seperti
entry data pasien dan pengolahan data, mencakup: pendaftaran pasien dan pelayanan
pasien: yang mencakup pemeriksaan pasien, penegakan diagnose, pemberian
terapi/obat, pemeriksaan laboratorium, sampai tahap pemberian rujukan.
Konsep yang mendasari adanya P-Care diharapkan semua data kesehatan,
khususnya yang berhubungan dengan pelayanan pasien bersifat real time, terintegrasi
dari setiap bagian disuatu intitusi pelayanan kesehatan sampai ke institusi Pelayanan
Kesehatan Rujukan. Adanya P-Care mempermudah BPJS Kesehatan dalam
melakukan pemantauan aktifitas pelayanan.
Bagi puskesmas yang belum memiliki Sistem Informasi berbasis computer,
adanya P-Care ini meningkatkan profesionalitas dalam pemberian pelayanan kepada
pasien. Namun bagi puskesmas yang telah memiliki sistem informasi berbasis
computer seperti SIMPUS, SI Rekam Medis, Aplikasi ini akan menimbulkan beban
kerja tambahan bagi petugas puskesmas. Double entry tak bisa dihindarkan.

4.2 Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media
prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang
penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan
pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang
tepat.
Pengertian sistem informasi menurut Henry Lucas, Sistem Informasi adalah
suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, bilamana dieksekusi

15
akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan
pengendalian di dalam.

4.2.1 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas merupakan sistem informasi kesehatan


integrasi tingkat puskesmas kecamatan atau kelurahan. Simpus dapat diartikan
sebagai sistem pengelolaan informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dalam
menyajikan informasi bagi manajemen untuk pengambilan keputusan baik di
puskesmas maupun bagi Dinas Kesehatan Kabubaten/kota.

4.2.2 Sistem Informasi Primary Care BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan merupakan suatu Badan Pengelola Jaminan Kesehatan yang


berbadan hukum publik (UU No. 24 Th 2011, Pasal 7, Ayat (1); berkoordinasi
langsung dibawah presiden (UU No. 24 tahun 2011, Pasal 7 ayat (2), serta mengelola
Jaminan Kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Jaminan Kesehatan Nasional secara resmi telah diberlakukan sejak tanggal
Januari 2014 . diharapkan sampai dengan tahun 2019 seluruh masyarakat Indonesia
secara bertahap telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Adapun yang
menjadi peserta Jaminan Kesehatan ini adalah peserta yang telah membayar iuran
atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
undang BPJS No. 24 tahum 2011.

4.3 Proses Masukan Data pada P-Care

Tidak semua petugas dapat mengoperasionalkan sistem komputerisasi rawat jalan.


Pendidikan dan keterampilan yang menunjang yang sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan tentunya amat sangat menunjang. Proses Masukan berbasis computer di
Puskesmas Wolaang hanya dilakukan di satu ruangan yang disebut Ruang P-Care.
Sebelum data rekam medic dimasukan ke ruangan P-Care, data akan melalui proses

16
awal di bagian pendaftaran dan selanjutnya akan diarahkan ke ruangan pemeriksaan
untuk dilakukan diagnose jika pasien membutuhkan rujukan, surat keterangan dokter
maka akan di arahkan menuju ke ruangan P-Care.
Proses entri data di P-Care dilakukan oleh satu orang yang berprofesi sebagai
perawat yang memegang peranan juga sebagai tenaga surveilans, jumlah computer
yang ada di Puskesmas Wolaang berjumlah satu unit. Setelah Masuk ke website P-
Care tenaga kesehatan akan memasukan username dan password sebagai id dari
Puskesmas Wolaang

Data / Hasil
Nomor Diagnosa Tinggi&Be Sistole&Di
Peserta (kode ICD rat Badan astole
BPJS 10)

Status
Pulang: Repiratory
Prin Out Tenaga
Rate&Hear
Hasil -Sembuh Medis
t Rate
-Dirujuk

Gambar 2. Proses entri data di P-Care

Pada form pelaporan P-Care, petugas puskesmas dapat melihat jumlah


rekapitulasi peserta BPJS setiap bulan,10 diagnosa penyakit yang tertinggi setiap
bulan, jumlah peserta yang terdaftar, pasien yang berkunjung sakit dan sehat setiap
bulannya dan pengrekapan lainnya. Peserta memilih pelayanan Puskesmas Wolaang
sebagai tempat pelayanan dasar. Selain itu petugas dapat mengetahui apakah terjadi
peningkatan dan penurunan jumlah peserta Report lainnya yang tersedia dalam sistem
P-Care.
Hal yang sering menjadi hambatan adalah kurangnya sarana dan prasarana
seperti computer, hal tersebut membuat hambatan jika ada pegawai yang
menggunakan computer untuk membuat laporan atau dipakai untuk kebutuhan tugas
oleh para pegawai puskesmas di jam kerja puskesmas maka akan membuat
terhambatnya proses pelayanan kepada pasien.

17
Berikut adalah beberapa hasil rekapan data yang dapat dilihat dalam sistem P-Care :
Rekapitulasi Peserta Terdaftar 6
BULAN TERAKHIR

BULAN JUMLAH

Februari 2019 12.780

Januari 2019 12.575

Desember 2018 12.742

November 2018 13.155

Oktober 2018 13.450

September 2018 7.758

Tabel 5 : rekapitulasi peserta terdaftar 6 bulan terakhir di Puskesmas Wolaang

10 Diagnosa Penyakit tertinggi bulan Januari 2019

Kode diagnose Nama diagnose Jumlah

I15 Secondary hypertension 147

R50.0 Fever with chills 102

J00 Acute nasopharyngitis (common cold) 87

R05 Cough 87

K30 Dyspepsia 84

R51 Headache 81

K29.7 Gastritis, unspecified 72

18
J11 Influenza, virus not identified 71

Z00.0 General medical examination 54

B34.9 Viral infection, unspecified 52

Tabel 6 : 10 Diagnosa Penyakit tertinggi bulan Januari 2019 di Puskesmas


Wolaang

4.4 Peran Teknologi Dalam Manajemen Kesehatan


1. Membantu dalam proses pengelolahan informasi
Peran teknologi sesuai dengan perkembangan jaman sangatlah membantu dalam
proses pekerjaan disemua sektor termasuk dalam pelayanan kesehatan khususnya
di dalam manajemen puskesmas. Dengan teknologi informasi untuk melakukan
proses mengolah data menjadi suatu informasi dapat dilakukan dengan hitungan
per hari, atau setelah pelayanan kesehatan pada pasien selesai langsung dapat
diketahui informasi yang ada, tanpa harus menunggu lama.
2. Sebagai pendorong inovasi
Seiring dengan makin pesatnya kemajuan teknologi informasi makin canggih
pula cara penyajian informasi. Contohnya kalau dulu ada pasien tidak membawa
kartu berobat, kita bisa mencari arsip kartu pasien yang tersimpan di lemari arsip
untuk mencari nomor rekam medis pasien, karena kita bisa langsung mencari
dalam data base computer, sesuai nomor BPJS, no KK atau nama dan alamat
pasien
3. Sebagai peniada (collapse) waktu dan ruang
Makin berkembangnya teknologi berakibat makin hilangnya batasan ruang dan
waktu. Jika dulu untuk untuk mendapatkan informasi medis pasien harus
meminta resume kepada yang memeriksa pasien tersebut, sekarang diharapkan
antar instansi kesehatan dapat sudah bisa saling memberikan informasi medis
pasien. Adanya fasilitas penyimpanan digital berakibat makin efektifnya media
penyimpanan. Jika dulu diperlukan puluhan rim kertas untuk menyimpan data

19
maka kita cukup dengan sekeping CD maka data yang sekian banyaknya dapat
tertampung di dalamnya.

4.4.1 Ancaman Terhadap Keamanan Informasi Kesehatan

Ancaman terhadap keamanan informasi kesehatan, baik secara manual maupun


berbasis computer, baik secara fisik maupun non fisik, semakin nyata dan kompleks.
Jenis-jenis ancaman ini meliputi :
1. Kesalahan pada aspek pengguna (human error), termasuk diantaranya yaitu
terhapus, kerusakan tak disengaja, pembuangan sampah yang tidak sepatutnya,
dsb.
2. Gangguan dari alam (nature) termasuk air, api, petir, gempa, dsb.
3. Gangguan teknis (tehnical) termasuk kegagalan back up, kegagalan sistem, virus
computer, kehilangan daya listrik, dsb.
4. Tindakan yang disengaja, misalnya mencari informasi diluar kewenangannya,
mengubah data diluar kewenangannya. (medical record institute, 2010,
Amatayakul, Margret, 2002).

Setiap bentuk ancaman bisa memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal
motif, sumber daya, jalur akses dan kemampuan teknis. Latar belakang karakteristik
yang berbeda-beda ini bisa menimbulkan tingkat resiko yang berbeda dan
membutuhkan cara pengendalian yang berbeda pula. (National academy of science,
1997).

4.4.2 Metode Untuk Meminimalkan Ancaman terhadap Keamanan Informasi


Kesehatan

Penjagaan informasi kesehatan ini juga termasuk pengawasan akses untuk


mendeteksi, mencatat, dan melawan/menahan ancaman-ancaman terhadap sistem.
Fitur keamanan dalam sistem ini dibutuhkan untuk menjaga integritas dan
konfidensialitas informasi kesehatan yang terkandung didalamnya. Selain itu juga

20
dibutuhkan untuk melindungi privasi pasien dan memenuhi tuntutan kebutuhan
perlindungan hukum bagi pasien, petugas kesehatan, serta institusi kesehatan.

Menurut National Academy of science (1997) fitur keamanan yang dimaksud


meliputi:

1. Autentikasi
Terkait dengan pengertian keaslian (authentic). Dalam kaitan ini, sebagai
penjamin/pemastian terhadap identitas suatu subjek atau objek. Misalnya,
pemastian bahwa seorang pengguna yang akan menggunakan sistem adalah
memang pengguna yang sah/terdaftar (autentikasi pengguna). Untuk
meminimalkan adanya pengguna yang tidak sah memanfaatkan sistem yang
sedang aktif yang ditinggalkan oleh pengguna lain yang sah, maka perlu
ditunjang dengan kemampuan automatic log off (ALO). ALO berfungsi bila
sistem ditinggalkan tanpa aktivitas dalam selang waktu tertentu atau bila
pengguna yang sah tersebut mengakses kembali ke dalam sistem melalui
terminal kerja yang lain.
2. Otorisasi
Mengandung pengertian berkaitan dengan pengesahan hak yang meliputi
pengesahan akses berdasarkan hak akses. Otorisasi mengatur lingkup hak dari
seseorang, meliputi hak akses terhadap fungsi sistem dan informasi yang
terkandung didalamnya.
3. Integritas
Informasi yang tersedia hanya diubah/diolah untuk kebutuhan tertentu dan oleh
pengguna tertentu yang berhak. Penerapan ini dapat diterapkan pada data,
program, sistem dan jaringan komputer. Integritas data berkaitan dengan akurasi,
konsistensi dan kelengkapan dari data. Hal ini terkait secara langsung pada
kualitas data yang bersangkutan dan dapat dipengaruh pada kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan.
4. Penelusuran jejak

21
Fitur ini berfungsi untuk memantau setiap operasi jejak. Penelusuran jejak harus
mampu mencatat secara kronologis setiap aktivitas terhadap sistem dan dapat
digunakan untuk mendeteksi dan melacak penyalahgunaan.

4.5 Peran dan Tanggung Jawab Administrasi Informasi Kesehatan Terhadap


Keamanan Informasi Kesehatan

Berkaitan dengan sistem informasi dan teknologi serta kaitannya dengan keamanan
informasi kesehatan, peran dan tanggung jawab administrator informasi kesehatan
yaitu :
1. Menghormati privasi dan konfidensial informasi kesehatan dan memastikan
bahwa hal tersebut terjaga dari pelepasan informasi yang tidak sah.
2. Menghormati integritas informasi yang berbeda dalam pengawasannya dan tidak
merusak integritas tersebut dengan cara apapun.
3. Menghormati dan mentaati peraturan hukum tentang perlindungan dan paten
program dan data.
4. Menghormati hak dan batasan akses terhadap berbagai sumber informasi yang
ditentukan.
5. Turut menjaga dan tidak berupaya melanggar segala bentuk mekanisme
penjagaan keamanan informasi yang diberlakukan.
6. Menaati prosedur respon dan pelaporan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pelanggaran keamanan atau berpotensi melanggar keamanan informasi
kesehatan.

4.6 Keuntungsn menggunakan P-Care BPJS Kesehatan


1. Proses pendaftaran pasien menjadi cepat dan akurat
Karena melalui aplikasi P-Care BPJS ini, petugas hanya memasukan nomor kartu
BPJS Kesehatan pasien, sehingga seluruh data seperti nama, tanggal lahir dan
alamat akan muncul dilayar monitor.
2. Proses memasukan ICD/diagnose penyakit lebih mudah

22
Karena pasien yang pernah berobat, kita dapat dengan mudah melihat riwayat
pasien dengan membuka histori pada sistem ini.
3. Jaringa yang luas
Aplikasi ini dapat dibuka diberbagai tempat yang tentu saja memiliki jaringan
internet, yang mana data yang ditampilkan akan selalu sama walaupun dibuka di
browser yang berbeda.
4. Sistem pendaftaran rujukan yang cepat
Dengan aplikasi ini kita selaku petugas dapat dengan mudah menentukan ke
faskes rujukan mana yang sesuai untuk pasien yang memerlukan perawatam
lebih lanjut.
5. Sistem pengaplikasian mudah
karena aplikasi ini menggunakan metode yang sangat mudah dipahami sehingga
tidak menyulitkan

4.7 Tenaga Kesehatan


4.7.1 Pengertian Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan (UU No. 36 tahun 2014)
Menurut suhadi (2015), tenaga kesehatan adalah setiap individu yang bekerja
atau mengabdi di bidang kesehatan, cukup pengetahuan dan keterampilan serta
pernah menempuh pendidikan di bidang kesehatan.

4.7.2 Jenis Tenaga Kesehatan

No Tenaga Kesehatan Jenis Tenaga

Dokter, dokter gigi,dokter spesialis dan dokter


1 Medis gigi spesialis

23
2 Psikologi klinis Psikologi klinis

3 Keperawatan Berbagai jenis perawat

4 Kebidanan Bidan

5 Kefarmasian Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian

Epidemiologi kesehatan, promosi kesehatan


dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan

6 Kesehatan masyarakat kerja, administrasi dan kebijakan kesehatan,


biostatistik dan kependudukan, serta
kesehatan reproduksi dan keluarga

Sanitasi lingkungan, entomology kesehatan


7 Kesehatan lingkungan dan mikrobiolog kesehatan

8 Gizi Nutrisionis dan dietisien

Fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara


9 Keterapian fisik dan akupuntur

Perekam medis dan informasi kesehatan,


teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan

10 Keteknisisan medis darah, refraksionis, optisien/optometris,


teknisi gigi, piñata anestesi, terapis gigi dan
mulut serta audiologist

Radiographer, eletrokmedis, ahli teknologi

11 Teknik biomedika laboraturium medic, fisikawan medic,


radioterapis dan ortotik prostetik

12 Kesehatan tradisional Ramuan dan keterampilan

Tabel 7 : Jenis Tenaga Kesehatan, Sumber : UU No. 36 tahun 2014

24
4.7.3 Prinsip – Prinsip dalam Penyediaan Tenaga Kesehatan
1. Adil dan merata serta demokratis
Pemenuhan ketersediaan sumber daya manusia kesehatan ke seluruh wilayah
Indonesia harus berdasarkan pemerataan dan keadilan sesuai dengan potensi dan
kebutuhan pembangunan kesehatan serta dilaksanakan secara demokratis, tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
budaya dan kemajemukan bangsa.
2. Kompeten dan berintegritas
Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan dilaksanakan sesuai
standar pelayanan dan standar kompetensi sehingga menghasilkan sumber daya
manusia kesehatan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
professional, beriman, bertaqwa, mandiri, bertanggung jawan, dan berdaya saing
tinggi.
3. Objektif dan transparan
Pembinaan dan pengawasan serta pendayagunaan termasuk pengembangan karir
sumber daya manusia kesehatan dilakukan secara objektif dan transparan
berdasarkan prestasi kerja dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan.
4. Hierarki dalam sumber daya manusia kesehatan
Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan dalam
mendukung prmbangunan kesehatan perlu memperhatikan adanya susunan
hierarki sumber daya manusia kesehatan yang ditetapkan berdasarkan jenis dan
tingkat tanggung jawab dan wewenang, kompetensi, serta keterampilan masing-
masing sumber daya manusia kesehatan (Perpres RI No. 72 tahun 2012).

4.7.4 Perencanaan Tenaga Kesehatan

Perencanaan sumber daya manusia merupakan langkah-langkah tertentu yang diambil


oleh manajemen guna lebih menjamin bahwa bagi organisasi tersedia tenaga tenaga
kerja yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan, dan pekerjaan yang

25
tepat pada waktu yang tepat, kesemuanya dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran yang telah dan akan ditetapkan. (Siagian, 2014).
Perencanaan tenaga kesehatan adalah proses dalam menetukan kebutuhan
tenaga kesehatan baik jenis, jumlah, dan mutu tenaga kesehatan pada saat ini dan
kebutuhan yang akan datang sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
(Perpres RI No. 72 tahun 2012).
Perencanaan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan milik
Pemerintah Daerah dilaksanakan melalui proses sebagai berikut :
1. Identifikasi kebutuhan jenis dan mutu tenaga kesehatan sesuai kebutuhan
masyarakat dengan memperhatikan kondisi geografis, pertumbuhan demografi,
perkembangan epidemiologi serta aspek lainnya yang akan mempengaruhi
kebutuhan tenaga kesehatan.
2. Melakukan analisis beban kerja untuk menetukan jumlah kebutuhan setiap jenis
tenaga kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Membuat proyeksi jumlah kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan
perkembangan (presentase rata-rata pertumbuhan) beban kerja setiap tenaga
kesehatan.
4. Membandingkan antara kebutuhan tenaga kesehatan dengan persediaan tenaga
kesehatan yang dimiliki oleh fasilitas pelayanan kesehatan, untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan setiap jenis tenaga kesehatan pada setiap fasilitas
pelayanan tenaga kesehatan milik Pemerintah Daerah (Peraturan Bersama No.
61 tahun 2014, No. 68 tahun 2014 dan No. 08/SKB/MENPAN-RB/10/2014).

4.7.5 Pengadaan tenaga kesehatan

Ketersediaan sumber daya manusia kesehatan sangat mempengaruhi keberhasilan


pembangunan kesehatan. Pengadaan sumber daya manusia kesehatan bertujuan untuk
menetapkan jumlah dan jenis tenaga yang sesuai dengan kebutuhan. Apabila
kebutuhan sumber daya manusia tidak direncanakan dengan baik maka akan terjadi

26
kekurangan tenaga yang mempengaruhi pelayanan serta kenyamanan pasien dan
mengakibatkan beban kerja meningkat.
Dalam penyusunan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan, pengadaannya
melalui usulan dari pihak puskesmas dikoordinasikan dengan dinas kesehatan dan
dinas kesehatan mengusulkannya ke badan kepegawaian Negara. Yang berperan
dalam hal pengadaan sumber daya manusia kesehatan ialah dinas kesehatan dan yang
terkait puskesmas dalam hal pengusulan dan koordinasi serta pembiayaan adalah
pemerintah daerah (Paruntu, 2014). Biasanya dalam melakukan pengadaan tenaga
kesehatan didasari oleh beberapa faktor seperti ada pegawai yang pindah,
diberhentikan, meninggal, pension, perluasan gedung bangunan yang menyebabkan
ketersediaan tenaga kesehatan berkurang.
Pengadaan sumber daya manusia kesehatan saat ini tidak berjalan dengan baik
karena tidak menggunakan metode yang jelas. Pemerintah dalam hal ini kementrian
kesehatan telah menetapkan berbagai macam metode atau alat ukur diantaranya:
Health Need Method, Health Services Demand Method, Health Services Targets
Method, Ratio Method, Authorized Staffing List, Workload Indicators of Staffing
Need, World Health Organization dan Manpower Needs for Disaster. Puskesmas
dalam menentukan kebutuhan jumlah dan jenis sumber daya manusia kesehatan tidak
menggunakan satu metode atau alat ukur tersebut, namun hanya berdasarkan
pemberian dari dinas kesehatan, perkiraan, membanding-bandingkan keadaan yang
ada di puskesmas. Ini menyebabkan, tidak ada kesamaan persepsi diantara pengambil
kebijakan.
Manajemen puskesmas dan manajemen dinas kesehatan kurang komunikasi dan
koordinasi. Dinas kesehatan tidak melibatkan puskesmas dalam menetukan jumlah
dan jenis sumber daya manusia, kurang kerjasama antara kepala puskesmas dan
kepala kepegawaian dinas kesehatan dalam meminta dan melaporkan kebutuhan
sumber daya manusia ke dinas kesehatan maupun dalam pengembangan kemampuan
perencanaan sumber daya manusia kesehatan. Ini merupakan salah satu penyebab
sumber daya manusia kesehatan di puskesmas tidak proposional (Paruntu, 2014).

27
Dari beberapa metode diatas, Ratio Method lebih mudah diterapkan dalam
perencanaan tenaga kesehatan di puskesmas. Untuk perencanaannya, pertama-tama
ditentukan atau diperkirakan rasio dari tenaga terhadap suatu nilai tertentu, misalnya
jumlah penduduk. Selanjutnya nilai tersebut diproyeksikan ke dalam sasaran.
Perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tertentu diperoleh dari
membagi nilai yang diproyeksikan termasuk dengan rasio yang ditentukan
(Permenkes No. 81 tahun 2004).

4.7.6 pendayagunaan tenaga kesehatan


1. Pemerintah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melakukan upaya
penempatan tenaga kesehatan yang ditujukan untuk mencapai pemerataan yang
berkeadilan dalam pembangunan kesehatan.
2. Dalam rangka penempatan tenaga kesehatan untuk kepentingan pelayanan publik
dan pemerataan, Pemerintah/Pemerintah Daerah melakukan berbagai pengaturan
untuk memberikan imbalan material atau non material kepada tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan di daerah yang tidak diminati, seperti :
daerah terpencil, daerah sangat terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan,
pulau-pulau terluar dan terdepan, serta daerah bencana dan rawan konflik.
3. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta melakukan rekrutmen dan
penempatan tenaga kesehatan dan tenaga pendukung kesehatan yang diperlukan
sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan dan/atau menjalankan tugas
serta fungsi intitusinya.
4. Pemerintah/Pemerintah Daerah bersama Unit Pelaksana Teknisnya (UPT) dan
masyarakat melakukan rekrutmen dan penempatan tenaga penunjang (tenaga
masyarakat) yang diperlukan untuk mendukung Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
5. Pemerintah, Pemerintah daerah, dan Swasta mengembangkan dan menerapkan
pola karir tenaga kesehatan yang dilakukan secara transparan, terbuka, dan lintas
institusi melalui jenjang jabatan struktural dan jabatan fungsional.

28
6. Pemerintah/Pemerintah Daerah, bersama organisasi profesi dan swasta
mengupayakan penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan dalam rangka
peningkatan karir dan profesionalisme tenaga kesehatan (Perpres RI No. 72
tahun 2012).

4.8 Pengaruh Kekurangan Tenaga Kesehatan Masyarakat

Pusat kesehatan masyarakat merupakan sarana preventif promotif dimana sasaran


utamanya ialah masyarakat. Tenaga Kesehatan Masyarakat disini sebenarnya
memegang peran yang besar untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Sehingga, akibat
tidak adanya tenaga kesehatan masyarakat di Puskesmas Wolaang, maka kegiatan
yang seharusnya ditangani oleh Tenaga Kesehatan Masyarakat seperti proses
Administrasi, Promosi Kesehatan, Gizi Kesehatan Masyarakat, Kesehatan
Lingkungan dsb berjalan kurang efektif Dimana pelaksanaannya ditangani
keseluruhan oleh tenaga perawat, bidan dan pegawai lainnya diluar lingkup
Kesehatan Masyarakat yang kurang mengetahui dengan jelas peran yang
sesungguhnya.

4.9 Pengaruh Kekurangan Tenaga Administrasi

Kegiatan tata kelola administrasi di Puskesmas Wolaang berjalan kurang efektif


akibat dari tidak adanya tenaga yang dimiliki khusus dalam keahlian bidang
administrasi. Buktinya, dalam pembuatan surat-menyurat, membuat rujukan, laporan
bulanan puskesmas dan kegiatan administrasi lainnya dilakukan oleh satu orang
tenaga kesehatan yang berprofesi sebagai perawat namun sudah ditugaskan khusus
sebagai penanggung jawab administrasi di Puskesmas Wolaang, yang menjadi
pelayanan ini kurang efektif juga karena pegawai ini sangat sibuk dengan kegiatan
dan tugas yang diberikan kepadanya sehingga harus sering melaksanakan tugas di
luar lingkungan puskesmas seperti melakukan fogging, menjalankan program PIS-
PK, membawa laporan ke dinas kesehatan dan sebagainya, maka proses administrasi

29
tidak ada yang mengelola kecuali ada yang menggantikan namun hanya beberapa
pegawai yang mengerti untuk mengoperasikan proses administrasi tersebut.

30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Sistem Komputerisasi di Puskesmas Wolaang saat ini terkendala baik dari segi
sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang ada walaupun sangat begitu
terbatas karena jumlah komputer yang dimiliki oleh Puskesmas Wolaang hanya
berjumlah satu unit sehingga menghalangi proses pelayanan ketika ada pegawai yang
menggunakan komputer untuk membuat keperluan tugas kerja.
Dari segi metode beberapa belum berjalan dengan baik, dimana belum terdapat
seperti buku pedoman penggunaan P-Care serta tidak ada pegawai khusus yang di
tempatkan dibagian Administrasi ini sesuai dengan latar belakang bidang yang
sesuai, dimana yang berwewenang dalam bagian Administrasi ini yaitu seorang yang
berlatar belakang perawat dan mengerti cara untuk mengoperasikan bagian
Administrasi sehingga ditugaskan dalam bagian itu.
Namum yang menjadi kendala yaitu petugas yang berwenang ini adalah
pemegang program Surveilans sehingga sering mendapat tugas diluar lingkungan
kerja Puskesmas seperti saat penulis turun ke Puskesmas Wolaang selama kurang
lebih 3 minggu, pegawai tersebut jarang berada di kantor dikarenakan sibuk
mengurus laporan yang harus diantar ke Tondano, mengurus program PIS-PK yang
harus turun ke rumah-rumah warga dan juga harus turun ke desa untuk melakukan
Fogging ke tempat yang sudah ada kejadian penyakit DBD.
Maka selama berada di Puskesmas Wolaang penulis melihat bahwa tidak begitu
banyak pegawai puskesmas yang mengetahui cara mengoperasikan sistem P-Care
karena tidak adanya pelatihan atau buku panduan penggunaan P-Care yang diberikan
kepada seluruh pegawai walaupun ada, tidak semua pegawai siap menggantikan
karena memiliki tugas & tanggung jawab serta keterbatasan masing-masing.
Puskesmas Wolaang memiliki banyak pegawai yang ditempatkan tidak sesuai
dengan profesi latar belakang masing-masing. Dibalik semua ini penulis melihat juga
bahwa Puskesmas Wolaang sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam

31
pelayanan kepada Masyarakat serta dalam proses untuk menaikkan Akreditasi
Puskesmas.

5.2 Saran
1. Agar dapat memaksimalkan pelayanan di Puskesmas Wolaang, maka dapat
melakukan pelatihan terhadap petugas yang terlibat dalam pelayanan rawat jalan.
2. Kepala Puskesmas melalui Dinas Kesehatan, mengajukan permohonan kepada
BPJS agar membagikan buku pedoman penyelenggaraan P-Care.
3. Menempatkan tenaga Kesehatan Masyarakat di puskesmas sehingga dapat
meningkatkan mutu layanan kesehatan yang seharusnya diperlukan dalam
berbagai bidang di puskesmas.
4. Menempatkan tenaga kesehatan sesuai dengan profesi untuk lebih
mengoptimalkan pelayanan di puskesmas.
5. Mengadakan lebih lagi alat komputer/laptop untuk menunjang kelancaran
pelayanan yang ada.
6. Merencanakan dan mengadakan tenaga kesehatan yang sesuai dengan keahlian
profesi untuk mendukung kegiatan pelayanan di puskesmas supaya masyarakat
merasa puas atas pelayanan yang diberikan.
7. Tidak memberikan berbagai fokus kerja yang bertolak belakang, seperti pegawai
yang semestinya sangat diperlukan didalam puskesmas maka sebaiknya tidak
diberikan tugas berlebih diluar lingkungan kerja puskesmas.
8. Alangkah baiknya jika kita bekerja sesuai dengan profesi yang telah kita minati.

32
DAFTAR PUSTAKA

Amatayakul, Margret K. 2002. Electronic Health Records: A Practical Guide for


Professionals and Organizations, American Health Information Management
Assosiation (AHIMA), Chicago Illinois, 2004.
Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.
Brooks, R. 2010. Implementattion Of Electronic Medical Records: How Healthcare
Providers Are Managing The Challenges Of Going Digital. Journal Of
Business & Economics Research, 73-80.
Depkes RI. 2004. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 81 Tahun
2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit : Depkes RI.
FKM Unsrat, 2019. Pedoman Magang. Manado : FKM Unsrat.
Mujiati., Yuniar,Y. 2016. Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional
di Delapan Kabupaten-Kota di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan.Vol (26),No. 4, Jakarta.
National Academy Of Science. 1997. For The Record Protecting Electronic Health
Information, National Academy Press : Washington, D.C.
Paruntu B, Rattu A, dan Tilaar C. 2015. Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya
Manusia di Puskesmas Kabupaten Minahasa. JIKMU Vol. (5), No 1,
Minahasa.
Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang No 24 Tahun 2011 Pasal 7 Ayat 1,2
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Nasional. Jakarta : Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Presiden RI No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional. Jakarta : Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Bersama No. 61 Tahun 2014, No. 68 Tahun
2014 dan No. 08/SKB/MENPAN.RB/10/2014 tentang Perencanaan dan
Pemerataan Tenaga kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik
Pemerintah Daerah. Jakarta : Sekretariat Negara.

33
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan.
Jakarta : Sekretariat Negara.
Siagian, S. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Suhadi. 2015. Administrasi Pembangunan Kesehatan. Jakarta : Trans Info Media.

34

Anda mungkin juga menyukai