Anda di halaman 1dari 91

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK RESTORAN,

PAJAK HOTEL, DAN PAJAK HIBURAN TERHADAP


PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN 2018-2019

SKRIPSI

ALIFAH ARIYANTI
11160000334

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
JAKARTA
2021
PENGARUH PENERIMAAN PAJAK RESTORAN,
PAJAK HOTEL, DAN PAJAK HIBURAN TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN 2018-2019

SKRIPSI

ALIFAH ARIYANTI
11160000334

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA EKONOMI

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
JAKARTA
2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK RESTORAN, PAJAK HOTEL, PAJAK


HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018-2019

Yang disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Akuntansi


(S.Ak) pada Program Studi Strata 1 Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia (STEI) Jakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan,
duplikasi ataupun plagiat dari karya ilmiah yang sudah dipublikasikan dan atau
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan STEI dan di
Perguruan Tinggi lainnya, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.Jika dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa terdapat
unsur tiruan, duplikasi ataupun plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jakarta,

ALIFAH ARIYANTI
11160000334

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK RESTORAN, PAJAK HOTEL,


PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018-2019

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Akuntansi (S.Ak)


di Program Studi Strata1 Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.
Skripsi ini ditulis dibawah bimbingan Rahmat Yuliansyah, SE, Ak, M.Ak, CA dan
diketahui oleh Kepala Program Studi Strata1 Akuntansi, serta dinyatakan
memenuhi syarat sebagai skripsi pada Program Studi Strata1 Akuntansi, Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.

Jakarta,

Pembimbing, Kepala Program Studi S-1 Akuntansi,

Rahmat Yuliansyah, SE, Ak, M.Ak, Siti Almurni, S.E.,M.Ak., CAP., CAAT
CA

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK RESTORAN, PAJAK HOTEL,


PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018-2019

Telah diuji dalam suatu sidang skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi
S-1 Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia pada tanggal dengan
nilai.

Panitia Ujian Skripsi

1..............................; Nama
(Kepala Program StudiS-1 Akuntansi)

2..............................; Nama
(Sekretaris Program StudiS-1 Akuntansi)

3..............................; Nama
(Pembimbing)

4..............................; Nama
(Anggota Penguji)

5..............................; Nama
(Anggota Penguji)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat karunia-
Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan sebagian,
persyaratan dalam memperolehgelar Sarjana Ekonomi, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia (STEI), Jakarta.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak, sehingga semua kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik.
Pada kesempatan ini disampaikan ungkapan terimakasih yang setulusnya kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini.

Jakarta,

ALIFAH ARIYANTI
11160000334

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
NPM :
ProgramStudi :
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-FreeRight) atas skripsi saya yang berjudul:
PENGARUH PENERIMAAN PAJAK RESTORAN, PAJAK HOTEL,
PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018-2019

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database) merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di :
Pada tanggal :

Yang menyatakan,

Alifah Ariyanti

vii
Alifah Ariyanti Dosen Pembimbing:
11160000334 Rahmat Yuliansyah, SE, Ak, M.Ak,
CA
Program Studi S-1 Akuntansi

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK RESTORAN,


PAJAK HOTEL, PAJAK HIBURAN TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pajak Restoran, Pajak Hotel,
Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten/Kota di Jawa
Timur. Jenis penelitian ini Kuantitatif, yang diukur menggunakan analisis regresi
linear data panel dengan menggunakan eviews V.10. Populasi pada penelitian ini
adalah Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2018 sampai dengan tahun 2019.
Sample ditentukan menggunakan sampling jenuh, jumlah sampel sebanyak 29
Kabupaten dan 9 Kota sehingga total observasi sebesar 76 observasi. Data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. dan teknik
pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang di dapatkan dari
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
dengan menggunakan Uji t, Uji F, dan Uji R2.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa (1) Pajak Restoran secara parsial
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten/Kota Jawa Timur.
(2) Pajak Hotel secara parsial tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah
di Kabupaten/Kota Jawa Timur. (3) Pajak Hiburan secara parsial tidak
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten/Kota Jawa Timur.
(4) Pajak Restoran, Pajak Hotel, Pajak Hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten/Kota Jawa Timur.

Kata Kunci : Pajak Restoran, Pajak HoteL, Pajak Hiburan, Pendapatan Asli Daerah

viii
Alifah Ariyanti Dosen Pembimbing:
11160000334 Rahmat Yuliansyah, SE, Ak, M.Ak,
CA
Program Studi S-1 Akuntansi

THE INFLUENCE OF HOTEL TAX, RESTAURANT


TAX, AND ENTERTAINMENT TAX, ON REGIONAL
ORIGINAL INCOME IN REGENCY/CITY IN EAST
JAVA

ABSTRACT

This study aims to examine the effect of Restaurant Tax, Hotel Tax,
Entertainment Tax on Regional Original Income in Regencies/Cities in East Java.
This type of research is quantitative, measured using linear regression analysis of
panel data using eviews V.10. The population in this study were districts/cities in
East Java from 2018 to 2019. The sample was determined using saturated
sampling, the number of samples was 29 districts and 9 cities so that the total
observations were 76 observations. The data used in this study used secondary
data. and data collection techniques using the documentation method obtained
from the Supreme Audit Agency (BPK). Hypothesis testing in this study using the
t test, F test, and R2 test.

The results of this study state that (1) Restaurant Tax partially affects the Regional
Original Income in the Regency/City of East Java. (2) Hotel tax partially has no
effect on Regional Original Income in the Regency/City of East Java. (3)
Entertainment Tax partially has no effect on Regional Original Income in the
Regency/City of East Java. (4) Restaurant Tax, Hotel Tax, Entertainment Tax
affect the Regional Original Income in the Regency/City of East Java.

Keywords: Restaurant Tax, Hotel Tax, Entertainment Tax, Revenue Regional Original

DAFTAR ISI

ix
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...........................................................................iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................v
KATA PENGANTAR......................................................................................................vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS........................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................................x
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................6
1.3 TUJUAN PENELITIAN....................................................................................7
1.4 MANFAAT PENELITIAN................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................9
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................9
2.1 REVIEW HASIL-HASIL PENELITIAN TERDAHULU..................................9
2.2 LANDASAN TEORI.......................................................................................14
2.2.1 Perpajakan Di Indonesia...........................................................................14
2.2.2 PAJAK DAERAH....................................................................................22
2.2.3 Pajak Restoran..........................................................................................25
2.2.4 Pajak Hotel...............................................................................................27
2.2.5 Pajak Hiburan...........................................................................................29
2.2.6 Pendapatan Asli Daerah (PAD)................................................................31
2.3 PENGARUH ANTARA VARIABEL PENELITIAN......................................34
2.3.1 Pengaruh Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah...................34
2.3.2 Pengaruh Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah.........................34
2.3.3 Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah....................35
2.4 KERANGKA KONSEPTUAL.........................................................................35
BAB III............................................................................................................................37
METODA PENELITIAN................................................................................................37
3.1 STRATEGI PENELITIAN...............................................................................37
3.2 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN.....................................................37
3.2.1 Populasi Penelitian...................................................................................37
3.2.2 Sampel Penelitian.....................................................................................38
3.3 DATA DAN METODE PENGUMPULAN DATA.........................................38

x
3.4 OPERASIONALISASI VARIABEL...............................................................39
3.4.1 Variabel Dependen (Y).............................................................................39
3.4.2 Variabel Independen (X)..........................................................................39
3.5 Metode Analisis Data.......................................................................................40
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif......................................................................40
3.5.2 Uji Asumsi Klasik....................................................................................42
3.5.3 Model Estimasi Data Panel.......................................................................44
3.5.4 Tahapan Menentukan Model Estimasi......................................................45
3.5.5 Analisis Regresi Data Panel dan Pengujian Hipotesis..............................45
BAB IV............................................................................................................................48
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................................48
4.1 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN................................................................48
4.2 DESKRIPSI DATA..........................................................................................49
4.3 HASIL PENELITIAN......................................................................................52
4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif......................................................................52
4.3.2 Uji Asumsi Klasik....................................................................................53
4.3.3 Hasil Pengujian Model Analisis...............................................................56
4.3.4 Analisis Regresi Linear Berganda............................................................58
4.3.5 Hasil Pengujian Hipotesis.........................................................................59
4.4 PEMBAHASAN HASIL ANALISIS..............................................................62
4.4.1 Pengaruh Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah...................62
4.4.2 Pengaruh Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah.........................63
4.4.3 Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah....................64
BAB V.............................................................................................................................66
SIMPULAN DAN SARAN.............................................................................................66
5.1 SIMPULAN.....................................................................................................66
5.2 SARAN............................................................................................................67
5.3 KETERBATASAN PENELITIAN..................................................................68
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................69
Lampiran 1. Hasil Uji EviewsV.10..................................................................................72
Lampiran 2. Permohonan Data Kepada BPK...................................................................75
Lampiran 3. Tabel T.........................................................................................................76
Lampiran 4, Tabel F.........................................................................................................77
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI.......................................................................78

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pajak adalah salah satu sumber penerimaan utama negara yangdigunakan


untuk membiayai pembangunan dan pengeluaran pemerintah. Untuk
menjalankan kegiatan pembangunan tersebutdiperlukan pembiayaanyang
tidak sedikit. Salah satu pemasukan Negara untuk
pembiayaantersebutadalah dari hasil penerimaan pajak (Sutanto
2013)Pajak mempunyai peranan penting dalam membiayai keperluan
Negara (Vina.dkk, 2010)

Pendapatan yang sedang menjadi primadona di Indonesia ialah dari sektor


pajak, pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang
berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran dan pajak juga sebagai alat untuk mengatur dan
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial ekonominya
(Kumala, 2019: 38).

Pajak juga bukan hanya berkontribusi pada penerimaan pendapatan negara


tetapi juga mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam pendapatan asli
daerah. Jika diamati berdasarkan table pendapatan asli daerah yang
tercantum pada data pusat statistik mulai dari tahun 2017 sampai dengan
tahun 2019 kita dapat melihat bahwa pajak tetap memiliki bagian yang
sangat besar secara total terhadap total pendapatan asli daerah.

1
2

Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Di Seluruh


Indonesia Menurut Jenis Penerimaan 2017-2019
3

Realisasi Penerimaan Pemerintah Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia (Ribu Rupiah)


Jenis Penerimaan 2019 2018 2017
PENDAPATAN DAERAH Rp 827,213,006,326 Rp 775,735,479,968 Rp 753,548,070,911
Pendapatan Asli Daerah Rp 127,105,341,015 Rp 114,344,840,325 Rp 125,170,736,237
Pajak Daerah Rp 65,233,647,042 Rp 58,005,909,061 Rp 54,380,243,870
Retribusi Daerah Rp 10,055,192,260 Rp 7,623,228,294 Rp 7,896,390,431
Hasil Perusahaan Milik Daerah & Pengelolaan Rp 4,634,709,766 Rp 4,188,981,471 Rp 4,263,865,897
Lain-lain PAD yang Sah Rp 47,181,791,947 Rp 44,526,721,499 Rp 58,630,236,039
Source:bps.go.id

Dalam menjalankan hak dan kewajibannya, pemerintah daerah


membutuhkan pendanaan yang dapat berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pendapatan daerah merupakan yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah
dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas desentralisasi (Sudaryo, dkk. 2017:104).

Tabel 1.2. Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Jawa Timur 2018


dan 2019
Tahun Target Realisasi (Rp) Realisasi (%)
2015 14.900.073.456.574,00 15.402.647.674.502,50 103,37
2016 14.624.118.008.516,00 15.817.795.024.796,90 108,16
2017 15.850.715.963.543,10 17.324.177.664.424,20 109,30
2018 16.575.987.295.655,40 18.531.062.021.823,30 111,79
2019 18.212.437.333.663,55 19.327.125.485.405,93 106,12

Sumber: BPKPD Provinsi Jawa Timur

Dari tabel dapat diketahui bahwa selama periode tahun 2015 sampai
dengan tahun 2019 Pendapatan Asli Daerah baik dari sisi target maupun
realisasi selalu mengalami peningkatan. Selama periode tahun 2015
sampai dengan tahun 2019 capaian realisasi selalu lebih tinggi dari target
yang telah ditetapkan. Secara presentase, capaian realisasi tertinggi
4

tertinggi tercatat pada tahun 2018 yaitu sebesar 111,79 % dan pada tahun
2019 turun sebesar 4,30 %

Gambar 1.1 Presentase Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur Tahun 2015
sampai dengan Tahun 2019

109,3
108,16

106,12

103,37

Sumber: BPKPD Provinsi Jawa Timur

Tabel 1.3. Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Jawa Timur 2018


dan 2019
Uraian Target Realisasi Realisasi
(%)
Pendapatan Pajak Daerah 14.892.800.000.000,00 15.522.201.423.333,00 104,23
Pendapatan Retribusi Daerah 139.792.025.500,00 146.815.818.226,84 105,02
Pendapatan Hasil Pengelolaan
412.154.574.643,00 402.298.606.128,28 97,61
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD Yang Sah 2.767.690.733.520,55 3.255.809.637.717,81 117,64

Sumber: BPKPD Provinsi Jawa Timur


5

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa komponen penyumbang PAD


terbesar bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah yang ditargetkan sebesar
Rp14.892.800.000.000,00 dan terealisasi sebesar
Rp15.522.201.423.333,00 atau 104,23 persen. Sedangkan konstribusi
terendah dalam komponen Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan
retribusi daerah yaitu sebesar Rp139.792.025.500,00, karena penetapan
target dilaksanakan berdasarkan potensi retribusi daerah.

Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur termasuk daerah yang


memiliki kemandirian keuangan yang tinggi. Kemandirian tersebut di
dapat dari peranan sektor pajak yang masih menjadi penyumbang utama
pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi Jawa Timur dibandingkan dengan
tiga komponen PAD lainnya. Dapat dilihat dari table yang tercantum pada
Laporan Keuangan Provinsi Jawa Timur tahun 2018 dan tahun 2019.
Target Pendapatan Asli Daerah TA 2019 dan 2018 adalah masing-masing
sebesar Rp18.212.437.333.663,55 dan Rp16.575.987.295.655,47, yang
terealisasi masing-masing sebesar Rp19.327.125.485.405,93 dan
Rp18.531.062.021.823,37, atau terealisasi 106,12 persen dari target 2019
dan 111,79 persen dari target 2018.

Tabel 1.4. Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Jawa Timur 2018


dan 2019
TA 2019 TA 2018
APBD setelah Realisasi Lebih Realisasi
Uraian %
Perubahan (Kurang)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Pajak Daerah 14.892.800.000.000,00 15.522.201.423.333,00 629.401.423.333,00 15.060.713.325.040,00 103,06
Retribusi Daerah 139.792.025.500,00 146.815.818.226,84 7.023.792.726,84 89.881.270.362,22 163,34
Hasil Pengelolaan kekayaan
412.154.574.643,00 402.298.606.128,28 (9.855.968.514,72) 384.285.224.116,80 104,69
Daerah yang dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli
2.767.690.733.520,55 3.255.809.637.717,81 488.118.094.197,26 2.996.182.202.304,35 108,67
Daerah yang Sah
Pendapatan Asli Daerah 18.212.437.333.663,55 19.327.125.485.405,93 1.114.688.151.742,38 18.531.062.021.823,37 106,12

Sumber: BPKPD Provinsi Jawa Timur


6

Pajak kabupaten / kota di Jawa Timur meliputi pajak hotel, pajak restoran,
pajak hiburan, pajak Reklame. Pajak hotel adalah pajak pelayanan yang
diberikan oleh hotel (UU No. 34 tahun 2000). Menurut Suartini dan Utama
(2011), pajak hotel berpengaruh besar terhadap pendapatan asli daerah.
Jika pajak hotel naik, pajak daerah akan meningkat, yang secara langsung
mempengaruhi pajak daerah. Pajak restoran adalah pajak pelayanan
restoran. Restoran adalah tempat di mana makanan dan / atau minuman
disediakan secara cuma-cuma, tidak termasuk makan atau jasa katering
(UU No. 34 Tahun 2000). Menurut Prayanti et al. (2014), keberadaan
rumah makan yang sudah mapan akan meningkatkan pendapatan daerah.
Jika pajak restoran naik, pajak daerah akan naik, yang secara langsung
mempengaruhi pajak daerah. Pajak hiburan adalah sejenis pajak
pengelolaan hiburan, termasuk semua jenis pertunjukan, permainan,
permainan pintar dan / atau orang dengan nama dan bentuk apapun, setiap
orang dapat menonton atau menikmati penggunaan berbayar, tetapi tidak
termasuk penggunaan fasilitas olahraga (No. 2000 UU No. 34).

Provinsi Jawa Timur memiliki potensi pariwisata yang besar. Dorongan


untuk menjadikan Provinsi Jawa Timur sebagai kabupaten/kota yang dapat
memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi untuk Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan UU No. 9 Tahun 2009, menyerahkan sebagaian urusan di
bidang penyelenggaraan pariwisata kepada pemerintah daerah.
Pernyerahan sebagaian urusan pariwisata kepada pemerintah daerah
tersebut diperluas dengan keberadaan UU No. 32 Tahun 2004 mengenai
Otonomi Daerah. Bergulirnya otonomi daerah, memungkinkan setiap
daerah untuk memilih sektor yang menjadi andalan sesuai dengan potensi
yang dimiliki dan kebutuhan masyarakat, jika pariwisata menjadi sektor
andalan dalam pembangunan suatu wilayah, maka wilayah tersebut harus
memiliki berbagai keunikan karakteristik untuk pengembangan
perekonomian, sekaligus mampu memberdayakan masyarakat luas, baik
pelaku maupun penikmat dari pengembangan pariwisata.
7

Faktor yang mungkin berhubungan dengan kenaikan pajak daerah adalah


pajak hotel. Keberadaan hotel yang berada di wilayah Kabupaten/kota Di
Provinsi Jawa Timur memberikan manfaat bagi pemerintah daerah, yaitu
melalui penerimaan pajak hotel. Ada peraturan daerah yang mengatur
Perpajakan pada pengguna jasa hotel, dapat memberikan kepentingan bagi
pemerintah daerah di Jawa Timur. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh
(Aliandi dan Handayani, 2013) Jika jumlah hotel bertambah dengan
sendirinya akan dapat meningkatkan penerimaan pajak daerah. Hasil
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk (2013)
membuktikan jika jumlah hotel berdampak positif terhadap penerimaan
pajak.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengetahui apakah Pajak Hotel,
Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan berpengaruh terhadap pendapatan asli
di daerah pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur.
Oleh karena itu penulis ingin menuliskan pengaruh Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Penulis memperoleh data atas Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli
Daerah yang diperoleh dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK RI).
Dari data tersebut penulis berharap dapat mengetahui apakah pajak hotel,
pajak restoran dan Pajak Hiburan, berpengaruh terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, maka karya
tulis ini diberi judul
“PENGARUH PENERIMAAN PAJAK RESTORAN, PAJAK
HOTEL, DAN PAJAK HIBURAN, TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA
TIMUR TAHUN 2018-2019

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pajak hotel berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah
8

pemerintah kabupaten / kota di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2018


hingga 2019?
2. Apakah pajak restoran berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah
pemerintah kabupaten / kota di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2018
hingga 2019?
3. Apakah pajak hiburan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah
pemerintah kabupaten / kota di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2018
hingga 2019?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui dampak pajak hotel terhadap pendapatan asli
pemerintah kabupaten / kota Provinsi Jawa Timur tahun 2018 hingga
2019
2. Untuk mengetahui dampak pajak restoran terhadap pendapatan asli
pemerintah kabupaten / kota Provinsi Jawa Timur tahun 2018 hingga
2019
3. Untuk mengetahui dampak pajak hiburan terhadap pendapatan asli
daerah kabupaten / kota Provinsi Jawa Timur tahun 2018 hingga 2019
4. Untuk mengetahui dampak Pajak Hotel, Pajak Restoran, Dan Pajak
Hiburan terhadap Pendapatan Asli Pemerintah Kabupaten / Kota
Provinsi Jawa Timur Tahun 2018 hingga 2019

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1. Untuk pemerintah
Sebagai upaya pemerintah daerah dan masukan kebijakan dalam
pemungutan pajak, khususnya pajak restoran, pajak hotel, dan pajak
hiburan, untuk meningkatkan pendapatan dari PAD yang dapat
digunakan untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.
2. Untuk penulis
Saya berharap penulis dapat lebih memahami tentang konsep dan
9

dampak pajak restoran, pajak hotel, dan pajak hiburan terhadap pajak
daerah.
3. Untuk pembaca atau peneliti selanjutnya
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi
peneliti yang selanjutnya mempelajari Pajak Restoran, Pajak Hotel,
dan Pajak Hiburan Pemerintah Kabupaten / Kota di Jawa Timur.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 REVIEW HASIL-HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Peneliti terdahulu sangat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai


perbandingan dan acuan untuk merangkum hasil penelitian sebelumnya
tentang pertumbuhan ekonomi. Diakui bahwa untuk melakukan penelitian
diperlukan suatu bentuk hasil penelitian sebelumnya sebagai bahan acuan
pembanding dalam penelitian, karena pada bagian ini akan dijelaskan
beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan rencana peneliti.

1. Penilitian Natya Mutiraharja, dkk (2018)


Penelitian yang dilakukan oleh Natya Mutiaraharja, Dini Wahjoe Hapsari,
Karunia (2018) dengan judul “Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah”.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pajak hotel, pajak
restoran, pajak hiburan dan pajak parkir terhadap pajak daerah selama
periode 2014-2016. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari empat
variabel bebas dan satu variabel terikat. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif deskriptif. Pengumpulan data pengambilan sampel
menggunakan metode judging sampling, dan diperoleh 36 sampel data,
mulai Januari hingga Desember 2014-2016. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis digunakan
sebagian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pajak
hotel tidak berpengaruh terhadap pajak daerah (PAD), dan ketika tarif
realisasi pajak hotel turun dengan asumsi faktor lain berada dalam kisaran
tertentu maka pendapatan penduduk setempat akan meningkat sebesar
0,038. Tidak berubah (tidak berubah).Oleh karena itu, realisasi pajak hotel
tidak sejalan dengan realisasi pendapatan asli daerah Kota Tasikmalaya
selama periode 2014-2016. Pajak restoran secara parsial akan
mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan asumsi faktor lain

10
11

tidak berubah, dengan kenaikan pendapatan pajak restoran, pendapatan


penduduk lokal juga akan meningkat sebesar 0,527. Dengan demikian,
realisasi pajak catering sejalan dengan realisasi pendapatan asli daerah.
Pajak hiburan tidak berpengaruh terhadap pendapatan daerah, realisasi
pajak hiburan tidak sesuai dengan realisasi pendapatan asli daerah, hal ini
karena ketika realisasi pajak hiburan dikurangi pendapatan daerah justru
meningkat sebesar 0,038.Pajak parkir sebagian mempengaruhi pendapatan
asli daerah, yang disebabkan oleh realisasi kenaikan pajak parkir yang
selanjutnya meningkatkan pendapatan penduduk setempat.
2. Penilitian Talangamin, et al. (2018)
Penelitian ini dilakuan oleh Talangamin, et al. (2018) dengan judul
“Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum Dan
Dana Alokasi Khusus Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota
Tomohon” Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas
dan satu variabel terikat. Untuk penelitiannya ini menggunakan
pendekatan penelitian kuantitatif. Sedangkan untuk teknik penelitiannya
yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah Regresi Linear Berganda.
Hasil dari penelitian tersebut adalah 1.Pendapatan asli daerah berpengaruh
positif akan tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 2.
Dana alokasi umum berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. 3. Dana alokasi khusus berpengaruh positif signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
3. Penelitian Wahyo Indro Widodo dan Bambang Guritno (2017)
Penelitian ini dilakuan oleh Wahyo Indro Widodo dan Bambang Guritno
(2017) dengan judul “PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK
RESTAURAN DAN PAJAK HIBURAN TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA YOGYAKARTA
” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak
Restoran dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Yogyakarta periode 2010 sampai dengan 2014. .Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Penelitian ini
12

menggunakan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan tabel hasil


penelitian yang diperoleh ternyata secara bersamaan yakni Pajak Hotel,
Pajak Restoran dan Pajak Hiburan mempunyai pengaruh secara positif
dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, dengan nilai
menunjukkan nilai f sebesar 9,095. Dari hasil pengujian dengan SPSS
diperoleh nilai t untuk variable X1, X2 dan X3 yaitu Pajak Hotel, Pajak
Restoran dan Pajak Hiburan dengan tingkat signifikansi 0,002. Dengan
menggunakan batas signifikansi 0,05 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (<
0,05) dapat dikatakan bahwa Ha diterima
4. Penelitian Zainul Fikri, dkk (2017)
Penelitian ini dilakukan oleh Zainul Fikri, dan Ronny Malavia Mardani
(2017) dengan judul “PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK
RESTORAN, DAN PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH KOTA BATU (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan
Kota Batu Tahun 2012 – 2016)”Penilitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah pengaruh pajak hotel, pajak restoran, dan pajak
hiburan terhadap pendapatan asli daerah kota Batu tahun 2012-2016.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas dan satu
variabel terikat. Teknik penelitiannya yang digunakan dalam penelitiannya
ini adalah statistik deskriptif.Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui
bahwa Pajak Hotel memiliki pengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Batu pada tahun 2012-2016, hal ini
dapat ditunjukkan dengan nilai signifikansi Pajak Hotel sebesar 0.000 <
0,05. Pajak Restoran memiliki pengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Batu pada tahun 2012-2016, hal ini
dapat ditunjukkan dengan nilai signifikansi Pajak Restoran sebesar 0.004 <
0,05. Pajak Hiburan memiliki pengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Batu pada tahun 2012-2016, hal ini
dapat ditunjukkan dengan nilai signifikansi Pajak Hiburan sebesar 0.000 <
0,05. Hasilnya adalah Bahwa pajak hotel, pajak restoran, dan pajak
hiburan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kota Batu.
5. Penelitian Sri Layla Wahyu Istanti (2016)
13

Penelitian ini dilakukan oleh Siti Layla Wahyu Istanti (2016) dengan judul
“PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK
HIBURAN, PAJAK REKLAME, PAJAK PENERANGAN JALAN,
PAJAK PARKIR, PAJAK GALIAN C DAN PAJAK SARANG
BURUNG TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI
KABUPATEN PATI” Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pengaruh pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan, pajak parkir, pajak galian c dan pajak sarang burung
terhadap pendapatan asli daerah di kabupaten Pati tahun 2013-2014.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari delapan variabel bebas dan satu
variabel terikat. Teknik pengumpulan datanya pada penelitian ini adalah
menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data pada penilitian
ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Parkir terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten Pati, sedangkan variabel Pajak Reklame, Pajak
Galian C dan Pajak Sarang Burung tidak terbukti berpengaruh positif
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pati. Besarnya
Adjusted R Square adalah 0,921 atau 92,1% berarti kemampuan variable
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Galian C dan Pajak Sarang Burung
variasi variabel Pendapatan Asli Daerah sebesar 92,1%, sedangkan sisanya
7,9% dijelaskan oleh faktor yang lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian.

6. Penilitian R. Haryo Wiratama Adi, dkk (2020)


Penilitian ini dilakukan oleh R. Haryo Wiratama Adi, dkk (2020) dengan
judul “EVALUASI EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK HOTEL,
PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN DAN KONTRIBUSI DI
PEMERINTAH KOTA MANADO” Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas penerimaan Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak
Hiburan dan kontribusinya terhadap total Pajak Daerah. Penelitian ini
14

menggunakan jenis Data Time Series atau data runtut waktu yang
dikumpulkan, dicatat atau di teliti sepanjang waktu secara berurutan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil dari
penelitian ini adalah (1) penerimaan pajak hotel, pajak hiburan dan pajak
reklame selama tahun 2014-2018 telah terealisasi melebihi target yang
ditetapkan, (2) tingkat kontribusi pajak hotel, pajak hiburan dan pajak
reklame terhadap total pendapatan pajak daerah. di Kota Manado Tahun
2014 -2018 masih kurang yaitu berkisar 1-2% untuk pajak reklame, 3-5%
untuk pajak hiburan dan 9-13% untuk pajak hotel dengan perhitungan
berdasarkan laporan BPK RI yang telah diaudit atas Laporan Keuangan.

7. Penelitian Reynaldi Romansyah, dkk (2019)


Penilitian ini dilakukan oleh Reynaldi Romansyah, dkk (2019) dengan
judul “THE EFFECT OF REGIONAL TAX AND REGIONAL
RETRIAN B U SI ON ORIGINAL INCOME IN EAST JAVA
PROVINCE (Case Study of the Regional Revenue Agency of East
Java Province )” The Effect of Local Taxes (X1) on Local Own Revenue
(Y) Based on the results of the "Multiple Linear Regression Analysis
Test", the value of t count X1 is 6,571, with a significance level of 0,000
(less than 0.05), which means that local taxes have an effect on local
revenue (Y). This result means that Local Taxes have a positive and
significant effect on Local Own Revenue in the Provincial Government of
East Java, where the higher the local tax, the higher the Regional Original
Income that will be received by the Government of East Java Province. In
East Java, the lower the local tax, the lower the Regional Original Income
that will be received by the East Java Provincial Government. The results
of this study are in line with research conducted by Setiyawan (2018)
which concluded that partially local taxes have a significant effect on local
revenue. Local taxes have a significant effect on local revenue, this is
because local taxes participate in financing regional development and to
finance regional expenses. This expenditure has an impact on improving
the welfare of the community, without the existence of regional taxes it
15

will be difficult to meet local needs for development because we know that
most of the income of each region comes from local taxes. Indirectly, local
taxes will also affect local revenue because one of the sources of regional
finance is local taxes. The results of this study also support the results of
research by Asteria (2015) and Sipakoly (2016) which found that there is a
positive and significant influence of Local Taxes on Local Own Income.
This result means that the increase in regional tax revenue will also result
in an increase in local revenue. Or in East Java, the lower the level of
regional tax revenue, the lower the level of local revenue. Regional tax is
an obligatory contribution made by an individual or entity to a region
without a balanced direct compensation, which can be enforced based on
the prevailing laws and regulations, which is used to finance regional
government administration and regional development. This confirms that
everyone, both individuals and entities, has an obligation to pay
contributions to local governments.

2.2 LANDASAN TEORI

2.2.1 Perpajakan Di Indonesia

2.2.1.1 Pengertian Pajak

Perpajakan merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang


bersumber dari masyarakat atau rakyat untuk membiayai segala kegiatan
dan kegiatan pemerintahan untuk kepentingan pembangunan.Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang
KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Ayat (1):
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badanyang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undangdengan tidak mendapatkan imbalansecara langsung dan digunakan
untukkeperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuranrakyat
Pengertian pajak menurut beberapa para ahli:
Menurut Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R
16

Pengertian Pajak adalah mengalihkan sumber dari pihak swasta kepada


pemerintah, bukan karena melanggar hukum, tetapi harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan, tanpa memperoleh
kompensasi langsung dan proporsional, sehingga pemerintah dapat
menjalankan tanggung jawabnya. untuk mengelola pemerintah.
Menurut Prof DR. M.J.H. Smeets
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-
norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi
yang dapat ditunjukkan secara individual; maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya
yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai public investment.
Menurut P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan menurut penulis


bahwa Pajak mengacu pada mereka yang diwajibkan untuk membayar
pajak nasional (yang dapat dipungut) sesuai dengan peraturan umum
(undang-undang), dan tidak ada pengembalian hasil prestasi langsung,
yang dapat digunakan untuk mendanai pengeluaran umum yang berkaitan
17

dengan negara, dan diatur oleh negara.

2.2.1.2 Teori Pemungutan Pajak

Dalam perpajakan, teori perpajakan juga terkenal. Teori-teori ini


merupakan hasil dari pemikiran para ahli dan bertujuan untuk memberikan
landasan hukum perpajakan, sehingga tidak dianggap sebagai sabotase. Di
Indonesia biasanya terdapat lima teori yang dijadikan dasar perpajakan,
yaituteori asuransi, teori gaya pikul, teori kepentingan, teori daya beli, dan
teori bakti.
1. Teori Asuransi Negara
Teori asuransi mendefinisikan pembayaran pajak sebagai pembayaran
premi di perusahaan asuransi. Dalam premi asuransi, dana yang
dibayarkan akan digunakan untuk menjamin nyawa tertanggung,
sehingga diharapkan dapat terlindungi jika terjadi kecelakaan di
kemudian hari. Menurut teori asuransi, konsep ini digunakan untuk
perpajakan. Singkatnya adalah Negara melindungi keselamatan jiwa,
harta benda, dan hak masyarakat, oleh karena itu masyarakat harus
membayar pajak yang setara dengan premi asuransi karena memiliki
perlindungan tersebut.
2. Teori Gaya Pikul
Teori gaya pikul mengartikan pajak yang dibayar masyarakat harus
sesuai dengan gaya pikul masing-masing masyarakat yaitu
keseimbangan antara pengeluaran dan penghasilan. Sesuai dengan
gaya pikul ini, maka pembayaran pajak akan menjadi wajib apabila
kebutuhan primer dari wajib pajak sudah dipenuhi dahulu. Jika
penghasilannya di bawah angka tertentu, maka mereka belum memiliki
gaya pikul yang artinya tergolong penghasilan tidak kena pajak.Pada
intinya teori tersebut mengatakan bahwa dasar adil pemungutan pajak
terletak pada pelayanan yang diberikan negara kepada warganya, yaitu
perlindungan jiwa dan harta bendanya. Untuk alasan ini, perlu untuk
menutupi biaya semua orang yang menikmati perlindungan dalam
18

bentuk pajak. Dasar teori ini adalah asas keadilan, yaitu setiap orang
pasti memiliki beban pajak yang sama.Pajak harus dibayar menurut
gaya pikul seseorang. Gaya pikul tersebut dapatdiukur dengan melihat
besarnya penghasilandan kekayaan atau melalui pengeluaran atau
pembelanjaan seseorang.
3. Teori Kepentingan
Tujuan teori kepentingan ibarat dua pihak yang saling membutuhkan
dan saling menguntungkan. Kedua belah pihak adalah negara dan
masyarakat. Negara harus dikelola, dan pengelolaannya membutuhkan
banyak dana. Oleh karena itu, masyarakatlah yang memberikan
bantuan finansial berupa perpajakan. Di antara dana yang dibayarkan,
negara akan mengatur masyarakat agar bisa hidup sejahtera.
Pembagian beban pajak kepada masyarakatjuga didasarkan
padakepentingan masyarakat itu sendiri (misalnya perlindungan)
masing-masing orang,semakin besar kepentingan seseorang terhadap
negara, makin tinggipajak yang harus dibayar.
4. Teori Daya Beli
Menurut teori daya beli ini, fungsi pemungutan pajak, ialah mengambil
daya beli dari rumah tangga masyarakatuntuk rumah tangga negara,
kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat dengan tujuan untuk
memelihara kehidupan masyarakat dan untuk membawa ke arah
tertentu, yaitu kesejahteraan bersama. Jadi,penyelenggaraan
kepentingan masyarakat inilah yang dianggap negara sebagai dasar
keadilan pemungutanpajak, bukan kepentingan individu, bukan pula
kepentingan negara, melainkan kepentingan-kepentingan masyarakat
yang meliputi negara dan masyarakat.
5. Teori Bakti
Teori tersebut didasarkan pada konsep organisasi negara, yaitu negara
adalah organisasi negara ini memiliki tanggung jawab untuk
mewujudkan kepentingan umum. Negara memiliki hak, pajak harus
dipungut secara mutlak, dan masyarakat harus membayar pajak
sebagai tanda dedikasinyanegara. Oleh karena itu, dasar hukum
19

perpajakan terletak pada hubungan antara masyarakat dengan negara.

2.2.1.3 Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak ialah:


1. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untukmembiayai
pengeluaran-pengeluaran negara.
2. Fungsi Mengatur (regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakankebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial danekonomi.
Contoh: Pengenaan tarif pajak nol persen atas ekspor untuk
mendorong peningkatan ekspor produkdalam negeri.

2.2.1.4 Asas-Asas Pemungutan Pajak

1. Efficiency
Pemungutan pajak harus mudah dan murah dalam penagihannya dan
pembayarannya, sehingga hasil pemungutan pajaklebih besar dari
biaya pemungutannya.
2. Equality
Pembebanan pajak di antara entitas pajak hendaknya seimbang dan
adil dengan kemampuannya, yang dimaksud seimbang dengan
penghasilan yang dinikmatinya dibawah perlindungan pemerintahan.
Dalam hal equality ini tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan
diskriminasi di antara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama
masyarakat harus diperlakukan sama dan dalam keadaan berbeda
masyarakat harus diperlakukan berbeda.Pajak yang dikenakan kepada
masyarakat harus sebanding dengan kemampuannya untuk membayar
pajak tersebut dan manfaat yang diterimanya.
3. Economic effects must be considered
Pajak yang dikumpulkan dapat memengaruhi kehidupan ekonomis
masyarakat. Hal ini harus dipertimbangkan saat merumuskan
20

kebijakan perpajakan. Pajak yang dikumpulkan jangan sampai


membuat seseorang kesusahan dan terbebani atau mengganggu
kelancaran produksi perusahaan.

2.2.1.5 Tata Cara Pemungutan Pajak

Stesel Pajak
1. Stelsel nyata (riel stelsel)
Menurut sistem yang sebenarnya, pemungutan pajak didasarkan pada
objek atau penghasilan yang sebenarnya diperoleh, sehingga baru
dapat dipungut pada akhir tahun pajak, yaitu setelah diketahui
penghasilan sebenarnya. Keuntungan dari sistem ini adalah bahwa
perpajakan lebih realistis, tetapi kerugiannya adalah bahwa meskipun
pemerintah membutuhkan penerimaan pajak untuk mendanai
pengeluaran selama periode tersebut, ia juga dapat memungut pajak
baru pada akhir periode (setelah pendapatan aktual diketahui) di
sepanjang tahun.
2. Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Menurut stelsel anggapan, pemungutan pajak didasarkan pada asumsi
yang ditetapkan undang-undang. Misalnya, penghasilan satu tahun
dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun
pajak dapat ditentukan jumlah pajak terutang untuk tahun pajak yang
berjalan. Kelebihan dari sistem ini adalah pajak dapat dibayar pada
tahun berjalan tanpa menunggu akhir tahun, sehingga penerimaan
pajak pemerintah dapat diperoleh sepanjang tahun, namun kerugiannya
adalah pajak yang dibayarkan tidak termasuk dalam jumlah aktual atau
kondisi yang tidak realistis.
3. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Di awal tahun, gunakan sistem yang diasumsikan untuk
menghitung pajak, kemudian di akhir tahun, lakukan penyesuaian
pajak berdasarkan sistem yang sebenarnya. Apabila pajak yang
21

dihitung berdasarkan sistem aktual lebih besar dari pajak yang dihitung
berdasarkan sistem yang diasumsikan, maka wajib pajak harus
menaikkan pajak tersebut. Sebaliknya, jumlah pajak berdasarkan
sistem aktual lebih kecil dari jumlah pajak berdasarkan sistem yang
diasumsikan, sehingga kelebihannya dapat dipulihkan
(dikompensasikan) atau dikompensasikan pada periode berikutnya.

2.2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem pemungutannya, yaitu


official assessment system, self assessment system, dan with holding
system.
1. Official Assessment System
Sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak menurut perundang-undangan perpajakan yang berlaku.Dalam
sistem ini, inisiatif dan aktivitas Perhitungan dan perpajakan
sepenuhnya ada di tangan pejabat pajak. Karena itu, berhasil atau
tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak tergantung pada para aparat
pajak.
2. Self Assessment System Sistem
Pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Wajib Pajak
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus Wajib Pajak bayar.Dalam sistem ini,
inisiatif dan kegiatan menghitung serta pemungutan pajak berada di
tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak,
mampu memahami peraturan perpajakan yang sedang berlaku, dan
mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti
pentingnya membayar pajak bagi kesejahteraan hidup.
3. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
22

ketiga (bukan otoritas pajak dan wajib pajak terkait) untuk menentukan
pajak terhutang oleh wajib pajak.Penunjukkan pihak ketiga ini bisa
didasarkan dengan Undang-Undang perpajakan, keputusan Presiden
dan peraturan perpajakan lainnya untuk memotong dan memungut
pajak, menyetor dan mempertanggung jawabkan melalui sarana
perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan
pemungutan pajak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

2.2.1.7 Pengelompokan Pajak

Pengelompokkan pajak menurut Mardiasmo (2013: 5) menyatakan ada 3


jenis pengelompokkan pajak yaitu:
1. Jenis Pajak Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung
Pajak yang pembebanannya tidak dilimpahkan kepada pihak lain,
tetapi harus ditanggung langsung oleh wajib pajak yang
bersangkutan. Pajak Penghasilan (PPh) ini karena pajak
dibebankan secara langsung kepada wajib pajak yang menerima
penghasilan tersebut.
b. Pajak tak langsung
Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain.
Misalnya pajak pertambahan nilai (PPN), karena wajib pajak pajak
pertambahan nilai (PPN) seharusnya menjadi penjual, tetapi
pemungutan pajak pertambahan nilai dapat dialihkan kepada
pembeli (pihak lain).
2. Jenis Pajak Menurut Sifatnya
a. Pajak subyektif
Pajak ditentukan berdasarkan kondisi subjek, dan persyaratan
obyektif akan dicari di dalamnya (dengan mempertimbangkan
kondisi wajib pajak). Misalnya Pajak Penghasilan (PPh), karena
pemungutan PPh memperhitungkan status Wajib Pajak yang
menerima penghasilan.
23

b. Pajak obyektif
Pajak berdasarkan obyeknya tanpa memperhatikan diri Wajib
Pajak. Misalnya pajak pertambahan nilai (PPN), karena pajak
pertambahan nilai adalah kenaikan nilai barang, bukan penjual
yang meningkatkan nilai barang.
3. Jenis Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat (Negara)
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk mendanai Negara. Pajak yang dikelola
pemerintah pusat antara lain Pajak Penghasilan (Pph), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB
Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan)
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
mendanai pengeluaran atau keperluan daerah. Pajak daerah dibagi
menjadi dua, antara lain Pajak Provinsi yaitu Pajak Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Diatas Air, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Diatas Air, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak Kabupaten/Kota yaitu
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C,
Pajak Parkir, Pajak Bumi dan Bangunan- Pedesaan dan Perkotaan
(PBB-P2).

2.2.2 PAJAK DAERAH

2.2.2.1 Pengertian Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Perpajakan, sebagai


pengganti dari Undang-Undang No. 18 Tahun1997 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 juga lebih
24

mempertegas pengertian pajak dalamtataran pemerintahan yang lebih


rendah (daerah), adalah: Pajak daerah adalahkontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifatmemaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat

2.2.2.2 Ciri-Ciri Pajak Daerah

Ciri-ciri pajak daerah yang dikemukakan menurut Zuraida (2014: 31)


adalah sebagai berikut:
1. Dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan aturan peraturan
perundang-undangan.
2. Pemungutan dilakukan dalam hal terdapat peristiwa yang menurut
peraturan perundang-undangan dapat dikenakan pajak daerah.
3. Dapat dipaksakan pemungutan pajaknya, apabila wajib pajak tidak
memenuhi kewajiban pembayaran pajak daerah dapat dikenakan sanksi
administrasi maupun pidana.
4. Tidak terdapat hubungan langsung atas pembayaran pajak daerah
dengan imbalan atau jasa secara langsung.
5. Hasil penerimaan pajak daerah disetor ke kas daerah.
6. Digunakan untuk keperluaan dan pendanaan daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

2.2.2.3 Fungsi Pajak Daerah

1. Fungsi Anggaran
Pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) digunakan untuk pembiayaan sehari-hari, seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, pembangunan, dan tabungan
pemerintah daerah.
2. Fungsi Mengatur
Pemerintah daerah mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan
perpajakan daerah. Melalui fungsi tersebut, dana dari pajak daerah
25

dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan ekonomi


pemerintah dan mengurangi permasalahan ekonomi. Misalnya, jika
ingin menarik investor, pemerintah bisa memberikan keringanan pajak
untuk sektor tertentu. Karena itu, saya berharap bisa menyerap
lapangan kerja.
3. Fungsi Stabilitas
Pajak daerah (yang dananya terus ada) membantu pemerintah
menstabilkan harga barang dan jasa, sehingga mengurangi inflasi.
Namun, untuk menjalankan fungsi ini, pemungutan dan penggunaan
pajak harus dilakukan secara efektif.
4. Fungsi Retribusi Pendapatan
Pajak daerah yang ada digunakan untuk menaikkan semua tunjangan
masyarakat, termasuk membuka lapangan kerja baru, sehingga
pendapatan merata, sehingga kesenjangan ekonomi antara kaya dan
miskin tidak terlihat jelas. Pajak daerah diharapkan dapat
meningkatkan keadilan setiap daerah, karena pemerataan pajak yang
baik akan meningkatkan kualitas pembangunan.

2.2.2.4 Jenis-Jenis Pajak Daerah Dan Tarifnya

Jenis pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


adalah sebagai berikut:
a. Jenis Pajak Provinsi terdiri atas:
a. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi 10%
b. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling
tinggi 20%
c. Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling
tinggi 10%
d. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi 10%
e. Tarif Pajak Rokok ditetapkan paling tinggi 10%
b. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi 10%
26

b. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10%


c. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi 35%
d. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi 25%
e. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi 10%
f. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling
tinggi 25%
g. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi 30%
h. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi 20%
i. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi 10%
j. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan paling tinggi 0,3%
k. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan
paling tinggi 5%.
.

2.2.3 Pajak Restoran

2.2.3.1 Pengertian Pajak Restoran

Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang di


sediakan dengan di pungut bayaran (Samudera, 2016:151). Menurut
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Restoran dijelaskan dalam
pasal 37 sampai 41. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau
minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan,
kafetaria, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering

2.2.3.2 Objek Pajak, Subjek Pajak, Dan Wajib Pajak Restoran

1. Objek Pajak Restoran


Objek pajak adalah layanan yang diberikan oleh pembayaran yang
dilakukan di dalam restoran. Ini termasuk rumah makan, warung
makan, bar kafe, penjual kaki lima atau pinggir jalan, kolam ikan dan
atau kolam pancing dan / atau bisnis serupa lainnya dengan fasilitas
27

makan atau tempat makan di tempat lain.


2. Subjek Pajak Restoran
Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran atas pelayanan penjualan makanan dan minuman di
restoran, dimana konsumen yang membeli makanan dan/atau minuman
dari restoran yang membayar (menanggung) pajak.
3. Wajib Pajak Restoran
Wajib pajak adalah pengusaha restoran termasuk didalamnya
pengusaha rumah makan, warung makan, bar kafe, penjual kaki lima
atau pinggir jalan, kolam ikan dan atau kolam pancing dan / atau bisnis
serupa lainnya dengan fasilitas makan atau tempat makan di tempat
lain. Pengusaha atau pemilik sebagai penanggung Pajak Restoran
bertanggung jawab sepenuhnya untuk menyetor pajak yang seharusnya
terutang.

2.2.3.3 Bukan Objek Pajak Restoran

Pajak restoran dikecualikan adalah pelayanan yang disediakan oleh


restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batas tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, misalnya ada Peraturan Daerah yang
mengatur sebagai berikut yaitu mereka mengecualikan: pelayanan jasa
boga atau catering, dan usaha yang peredarannya 1 tahun kurang atau tidak
melebihi dari Rp. 10.000.000

2.2.3.4 Dasar Pengenaan Pajak Restoran Dan Tarif Pajak Restoran

1. Dasar pengenaan pajak restoran


Adalah jumlah yang diterima atau dapat diterima oleh restoran.
Dengan kata lain, dasar pemungutan pajak adalah jumlah yang
dibayarkan ke restoran, termasuk rumah makan, warung makan, kafe,
pedagang kaki limaatau pinggir jalan, kolam ikan dan atau kolam
pancing dan / atau bisnis serupa lainnya, serta fasilitas makan atau
makan di tempat lain, dengan fasilitas makan di tempat maupun take
away.
28

2. Tarif Pajak Restoran


Tarif Pajak ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari dasar
pegenaan pajak. Tarif Pajak dikenakan atas pembayaran yang
dilakukan kepada restoran.Tariff pajak restoran di tetapkan dengan
peraturan daerah. Hal tersebut berupaya untuk memberikan
keleluasaan kepada pemerintahan kabupaten/kota untuk menetapkan
tarif pajak yang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah
kabupaten/kota.

2.2.4 Pajak Hotel

2.2.4.1 Pengertian Pajak Hotel

Hotel adalah suatu bentuk usaha yang menggunakan suatu bangunan atau
sebagian daripadanya yang khusus disediakan, dimana setiap orang dapat
menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas-fasilitas
lainnya dengan pembayaran. (Samudra, 2016: 167-168). Pajak hotel
adalah pajak layanan yang diberikan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas yang
digunakan untuk menyediakan layanan akomodasi / liburan, termasuk
layanan terkait lainnya dengan biaya tertentu, antara lain motel, losmen,
kabin wisata, hotel wisata, wisma, kamar penginapan, dll., Dan kamar kost
lebih dari 10 (sepuluh) kamar.

2.2.4.2 Objek Pajak Hotel, Subjek Pajak Hotel, Dan Wajib Pajak Hotel

1. Objek Pajak Hotel


Objek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran dihotel termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan
hotel sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk
fasilitas olahraga dan hiburan(Susyanti et al. 2016: 276)

Yang termasuk kedalam objek pajak yaitu:


29

a. Fasilitas penginapan atau berupa fasilitas tinggal jangka pendek


atau jangka panjang termasuk tempat kos, wisma, pondok
wisata dan gedung pertemuan (Samudra, 2015: 171).
b. Jasa penunjang diantaranya merupakan terdiri dari beberapa
fasilitas seperti telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi,
pelayanan cuci, transportasi, dan fasilitas lainnya yang
disediakan oleh pengelola hotel (Wisanggeni, 2015: 16).

Yang tidak temasukkedalam objek Pajak Hotel yaitu;


a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah
b. Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya
c. Jasa tempat tinggal di rumah sekitar, asrama perawat, panti
jompo, panti asuhan dan panti sosaial lainnya.
d. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan
keagamaan.
e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang
diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh
umum.

2. Subjek Pajak Hotel


Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan
hotel (Abuyamin. 2015: 470)

3. Wajib Pajak Hotel


Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang
mengusahakan hotel termasuk didalamnya Tempat Kos, Wisma,
Pondok Wisata, dan Gedung Pertemuan. Pengusaha Hotel termasuk
didalamnya pengusaha Tempat Kos, Wisma, Pondok Wisata, dan
Gedung Pertemuan bertanggung jawab sepenuhnya untuk menyetor
pajak yang seharusnya terutang (Samudra, 2015: 171).
30

2.2.4.3 Dasar Pengenaan Pajak Hotel Dan Tarif Pajak Hotel

Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada


hotel termasuk di dalamnya Tempat Kos, Wisma, Pondok Wisata, dan
Gedung Pertemuan(Wisanggeni 2015, 17).

Tarif pajak ditetapkan sebesar 10% dari dasar pengenaan. Tarif pajak
dikenakan atas pembayaran yang dilakukan dihotel termasuk didalamnya
Tempat Kos, Apartemen, Wisma, Pondok Wisata, dan Gedung Pertemuan
(Waluyo 2011: 240).

2.2.5 Pajak Hiburan

2.2.5.1 Pengertian Pajak Hiburan

Pajak Hiburan aslinya dalam bahasa Belanda yaitu verma


kelijheidsblasting, yang artinya pajak atas pemberian hiburan dan
kesenangan (Samudra, 2016:201). Selain itu, pajakhiburan juga dapat
diartikan sebagai pungutan daerah yang diterapkan pada pemberian
hiburan. Pajak hiburan tidak dikenakan di semua wilayah atau kota-kota di
Indonesia. Itu ada hubungannya dengan otoritas yang diberikan kepada
pemerintah kabupaten atau kota atau tidak terapkan pajak kabupaten /
kota.

2.2.5.2 Objek Pajak Hiburan, Subjek Pajak Hiburan, Dan Wajib


Pajak Hiburan

1. Objek Pajak Hiburan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 objek pajak
hiburan adalah setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut
bayaran. yang dimaksud hiburan antara lain berupa tontonan film,
kesenian. Dengan demikian, objek pajak hiburan meliputi:
31

a. Pertunjukan Film
b. Pertunjukan Tarian, Musik, Tari Dan Busana
c. Kontes kecantikan dan sejenisnya
d. Pertunjukan pergelaran atau pameran
e. Penyelenggaraan diskotik, karoke, klub malam, dan sejenisnya
f. Penyelenggara permainan bilyard, golf, dan bowling
g. Penyelenggaraan tempat-tempat wisata, tempat rekreasi,
seluncur (iceskate), kolam pemancingan, pasar malam, sirkus,
komedi putar yangdigerakkan dengan peralatan elektronik,
kereta pesiar dan sejenisnya.
h. Pertandingan Olahraga, Pacuaan kuda, dan sejenisnya
i. Panti pijat,refleksi, madi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness
center)

Yang bukan merupakan objek pajak hiburan:


Tidak semua pajak hiburan dikenai pajak hiburan pajak. Ada
beberapa pengecualian bebas pajak, yaitu hiburan gratis, seperti
hiburan mengadakan acara pernikahan, upacara adat dan acara
keagamaan.
2. Subjek Pajak Hiburan
Menurut Undang-Undang Nomor28 Tahun 2009, Subjek pajak hiburan
adalah setiap pribadi atau badan yang menonton dan menikmati
hiburan.

3. Objek Pajak Hiburan


Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, wajib pajak hiburan
adalah orang pribadi atau badan yang meyelenggarakan hiburan.

2.2.5.3 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan Dan Tarif Pajak Hiburan

1. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan


Pajak hiburan didasarkan pada pembayaran atau jumlah yang
dibayarkanuntuk menonton dan melihat hiburan. Artinya di bayar,
32

termasuk menawarkan diskon dan tiket gratis.


2. Tarif Pajak Hiburan
Tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi tarifmya sebesar 35% (tiga
puluh lima persen).Walaupun ditetapkan tarifnya setinggi-tingginya
35%, namun ada ketentuan khusus pada objek pajak tertentu
sebagaimana dibawah ini:
a. Hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotek,
karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan
mandi uap/spa, tarif pajak hiburan dapat ditetapkan paling
tinggi sebesar 75%.
b. Hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif pajak
hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
Tarif pajak hiburan ditetapkan dengan peraturan daerah.

2.2.6 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.2.6.1 Pengertian Pendapatan Ali Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang diperoleh


pemerintahan daerah atas pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pelayanan
kepada masyarakat serta pemafaatan sumber daya yang dimiliki
pemerintah daerah (Damas Dwi Anggoro, 2017:18).

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Pendapatan asli daerah


(PAD) adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih yang diperoleh dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Peengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan serta Lain-
lain Pendapatan Asli Daerah yang Sahyang bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah


yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah
33

dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu pajak daerah, retribusi


daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
milik daerah yang dipisahkan, lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
(Halim, 2011 :101)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan hasil dari setoran pajak
daerah, retribusi daerah hasil dari milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Sebagaimana disebutkan bahwa pendapatan asli daerah merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari berbagai sumber ekonomi asli daerah, maka diharapkan
setiap pemerintah daerah dapat membangun infrastruktur ekonomi baik di
daerahnya masing-masing guna meningkatkan pendapatannya (Mardiasmo,
2002 :146)

2.2.6.2 Sumber- Sumber Yang Bisa Dikembangkan Dalam Pendapatan Asli


Daerah

1. Pajak Daerah

Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 pajak daerah yaitu iuran wajib


yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan digunakan untuk menyediakan
dana bagi pengelolaan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 Penyerahan sumber
keuangan Daerah baik berupa pajak daerah dan retribusi daerah maupun
berupa dana perimbangan merupakan konsekuensi dari adanya penyerahan
Urusan Pemerintahan kepada Daerah yang diselenggarakan berdasarkan
Asas Otonomi. Untuk menjalankan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, Daerah harus mempunyai sumber keuangan agar Daerah
tersebut mampu memberikan pelayanan dan kesejahteraan kepada rakyat
di Daerahnya. Pemberian sumber keuangan kepada Daerah harus
seimbang dengan beban atau Urusan Pemerintahan yang diserahkan
kepada Daerah.
34

Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/ kota yaitu


a. Pajak hotel,
b. Pajak restoran,
c. Pajak hiburan,
d. Pajak reklame,
e. Pajak penerangan jalan,
f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C,
g. Pajak parkir.

2. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah adalah pungutan daerah yang dikenakan kepada
masyarakat sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan(Damas Dwi Anggoro,
2017:19).

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan


Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yaitu
pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan badan-badan usaha milik
daerah maupun lembaga-lembaga lainnya yang dimiliki pemerintah
(Damas Dwi Anggoro, 2017:19).

4. Lain-Lain Pendapatan PAD Yang Sah


Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-
lain milik pemerintah daerah (Halim 2007: 69).
Lain-lain pendapatan PAD Yang Sah diantaranya:
a. Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan,
b. Penerimaan jasa giro
c. Penerimaan bunga deposito
d. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian/ kehilangan kekayaan daerah
35

2.2.6.3 Dasar Hukum Pendapatan Asli Daerah

Dasar hukum pendapatan asli daerah terdapat pada Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang
PAD ( pendapatan asli daerah )adalah hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih yang diperoleh dari Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Peengelolaan.

2.3 PENGARUH ANTARA VARIABEL PENELITIAN

2.3.1 Pengaruh Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Dengan berkembangnya pusat-pusat bisnis, banyak orang memilih untuk


menjadi wirausaha, salah satunya dengan membuka usaha kuliner seperti
restoran, dan proyek pembangunan hotel dengan banyak restoran. Oleh
karena itu, Anda dapat mengatakan bahwa semakin banyak perusahaan
memasak atau restoran akan meningkatkan pajak daerah departemen pajak
restoran, sehingga meningkatkan pendapatan daerah.Hal ini dapat di
buktikan dari hasil penelitian Siti Asnaini pada Tahun 2018, melibatkan
penelitian Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Dearah. Berdasarkan
pengujian secara simultan diketahui pajak restoranmemiliki pengaruh
secara positif dan signifikan terhadap terhadap pendapatan asli daerah
kabupaten/kota di Jawa Timur, hal ini di tunjukan dengan nilai signifikasi
sebesar 0,000<0,05.
H1: Pajak Restoran berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

2.3.2 Pengaruh Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah


Pajak hotel adalah sumber pajak daerah. Apabila pembangunan hotel atau
penginapan di suatu wilayah meningkat maka pajak daerah yang
dikenakan pada industri perhotelan akan meningkat dan akan
meningkatkan pendapatan asli daerah. Hanya dengan cara inilah
pemerintah daerah dapat menjalankan pemerintahan daerah. Hal ini dapat
36

di buktikan dari hasil penelitian Siti Asnaini pada Tahun 2018, melibatkan
penelitian Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Dearah. Berdasarkan
pengujian secara simultan diketahui pajak hotel memiliki pengaruh secara
positif dan signifikan terhadap terhadap pendapatan asli daerah
kabupaten/kota di Jawa Timur, hal ini di tunjukan dengan nilai signifikasi
sebesar 0,000<0,05.
H2: Pajak Hotel berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

2.3.3 Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah


Semakin berkembangnya zaman, banyak orang yang menghabiskan waktu
sengganngnya untuk ke tempat-tempat hiburan. Oleh karena itu jika suatu
daerah terdapat banyak tempat hiburan yang bisa dinikmati oleh
masyarkata sehingga semakin banyak pendapatan asli daerah tersebut. Hal
ini dapat di buktikan dari hasil penelitian Zainul Fikri dan Ronny Malavia
pada tahun 2017, melibatkan penelitian pajak hibutan terhapad pendapatan
asli daerah. Berdasarkan pengujian Pajak Hiburan memiliki pengaruh
secara positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Batu
pada tahun 2012-2016, hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai signifikansi
Pajak Hiburan sebesar 0.000 < 0,05.
H3. Pajak Hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

2.4 KERANGKA KONSEPTUAL

Dalam penelitian ini, pengaruh variabel independen (yaitu pajak restoran,


pajak hotel, pajak hiburan, dan pajak reklame) akan dianalisis berdasarkan
variabel dependen yaitu pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, kerangka
konseptualnya dijelaskan sebagai berikut:
37

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


BAB III
METODA PENELITIAN

3.1 STRATEGI PENELITIAN

Strategi penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian


kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode pengujian teori tertentu
dengan meneliti hubungan antar variabel. Ukur variabel-variabel ini
(biasanya melalui alat penelitian) sehingga data yang terdiri dari angka-
angka dapat dianalisis sesuai dengan prosedur statistik (Juliansyah,
2011:38) Metode kuantitatif dipilih karena penelitian dilakukan dengan
menggunakan data (berupa angka) yang diperoleh dari Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) yang akan dianalisis untuk mendapatkan
jawaban atas tujuan penelitian.
Penelitian ini bersifat Asosiatif. Dimana Asosiatif adalah penelitian yang
dilakukan untuk menganalisis hubungan atau pengaruh antara dua atau
lebih variabel (Kris, 2017:16).Dalam penelitian ini akan menganalisa
pengaruh antar variabel yang disebut penelitian kausal. Dimana variabel
dalam penelitian ini adalah Pajak Restoran (X), Pajak Hotel (X2), Pajak
Hiburan (X3) sebagai variabel bebas atau independen dan Pendapatan Asli
Daerah (Y) sebagai variabel terikat atau dependen.

3.2 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah bidang umum yang tersusun atas objek / topik


dengan jumlah dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk diteliti kemudian ditarik kesimpulannya(Sandu
Siyoto et al. 2015: 63).Populasi dalam penelitian ini adalah Pajak
restoran, Pajak hotel, Pajak Hiburan, dan pendapatan asli daerah
seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur yang berjumlah 29 Kabupaten dan 9 Kota sejak tahun 2018

38
39

hingga 2019

3.2.2 Sampel Penelitian


Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik populasi,
atau sebagian kecil dari anggota populasi yang diperoleh menurut
prosedur tertentu, sehingga dapat mewakili populasi
tersebut(Sandu Siyoto, dkk 2015:64) Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pemungutan pajak daerah selama 2
tahun yaitu dari periode 2018 hingga 2019 di daerah kabupaten dan
kota Jawa Timur, Jumlah sampel dalam penelitian ini meliputi 38
Kabupaten dan Kota dengan periode penelitian 1 tahun ,maka
jumlah observasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah 38
Kabupaten dan Kota yang menjadi sampel pada penelitian ini.
Sedangkan metode penentuan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel
penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan
agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif.
(Sugiyono, 2010)

3.3 DATA DAN METODE PENGUMPULAN DATA

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sekunder. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen. Dalam penelitian pengumpulan data yang digunakan adalah
1. Filed Reseach (dokumentasi), yaitu metode dokumentasi merupakan
metode dengan cara mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan
penelitian.
2. Library Research (Studi Pustaka), yaitu dengan cara mengumpulkan
data dari berbagai sumber dan mempelajari literatur tentang pajak
hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklameyang berkaitan
40

dengan pajak daerah, membahas dasar-dasar yang dapat digunakan


untuk mendapatkan prioritas.

3.4 OPERASIONALISASI VARIABEL

3.4.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah


pendapatan asli daerah kabupaten dan kota di provinsi Jawa Timur.
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan daerah dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, pendapatan pengelolaan kekayaan
daerah tersendiri, dan pendapatan resmi daerah lainnya. (Sudaryo,
dkk. 2017:104)

3.4.2 Variabel Independen (X)


1. Pajak Restoran
Pajak layanan yang diberikan oleh restoran. Pajak restoran
dipungut berdasarkan jumlah pembayaran yang dikumpulkan
atau diterima oleh restoran. Tarif pajak restoran ditetapkan
sebesar 10% (sepuluh persen). Besarnya penerimaan pajak
restoran yang akan dikaji penelitian ini berasal dari LKPD
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur periode 2018 hingga
2019.
2. Pajak Hotel
Ini adalah pajak layanan yang diberikan oleh hotel. Pajak hotel
didasarkan pada jumlah yang dibayarkan atau harus dibayarkan
ke hotel. Tarif pajak hotel adalah 10% (sepuluh persen).
Penerimaan pajak hotel yang akan dikaji dalam penelitian ini
berasal dari LKPDKabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur
periode 2018 hingga 2019.
3. Pajak Hiburan
Ini adalah pajak layanan yang diberikan oleh penyelenggara
tempat hiburan. Pajak Hiburan ini didasarkan pada jumlah yang
41

dibayarkan atau yang harus dibayarkan ke tempat hiburan jika


kita menikmati dan menonton hiburan tersebut. Tarif pajak
hotel adalah 35% (tiga puluh lima persen). Penerimaan pajak
hotel yang akan dikaji dalam penelitian ini berasal dari LKPD
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur periode 2018 hingga
2019.

4. Pajak Reklame
Tarif pajak reklame adalah 25% (dua puluh lima persen).
Penerimaan pajak hotel yang akan dikaji dalam penelitian ini
berasal dari LKPD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur
periode 2018 hingga 2019.

3.5 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh penulis harus diolah terlebih dahulu, dan penulis
menggunakan Microsoft Excel untu mengolah datanya dan menampilkan
datanya dalam bentuk tabel. Dan alat statistik data yaitu Eviews v.10.
Melakukan analisis data untuk menjawab pertanyaan dan hipotesis yang
telah diajukan, kemudian menjelaskan hasil analisis data tersebut dan
menarik kesimpulan. Analisis data dilakukan setelah data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini terkumpul,dengan melakukan metode
analisis yang meliputi metode statistik deskriptif, analisis regresi data
panel, dan uji hipotesis

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah data statistik yang


menggambarkan fenomena atau data dalam bentuk tabel, grafik,
frekuensi, rata-rata atau bentuk lainnya. Statistik deskriptif
biasanya hanya memberikan gambaran (description) tentang
keadaan data yang sebenarnya, tanpa bermaksud untuk meringkas
data tersebut(Suryani, et al. 2015:210). Analisis ini digunakan
42

untuk mengetahui karakteristik variabel yang diteliti seperti untuk


memahami minimal, maksimal, rata-rata, median, dan standar
deviasi.

a. Mean (Rata-rata)
Mean atau rata-rata hitung adalah ukuran tendensi pusat yang
memberikan gambaran mengenai data dan merupakan nilai
yang dapat mewakili dari keputusan data.
Rumus rata-rata hitung populasi : µ= Ʃx
n

Keterangan:
µ = adalah rata-rata hitung populasi
Ʃ = adalah symbol operasi penjumlahan
x = nilai data semua populasi
N = Jumlah observasi
ƩN = total nilai x

Rumus rata-rata hitung sampel : x̅ = Ʃx


n
Keterangan:
x̅ = rata-rata hitung sampel
Ʃ = symbol operasi penjumlahan
x = nilai data keseluruhan sampel
n = jumlah observasi
Ʃn = total nilai x

b. Median (nilai tengah)


Median adalah nilai tengah dalam sekelompok data/observasi
setelah diurutkan. Langkah untuk mencari median adalah
dengan menentukan letak median, yaitu (n+1)/2, n adalah
43

jumlah observasi. Pada jumlah data ganjil, posisi median


berada di tengah data.

c. Standar Deviasi
Standar deviasi adalah ukuran penyebaran distribusi atau
variabilitas data dalam satu kelompok data. Standar deviasi
yang besar menunjukan adanya perbedaan yang besar antar
anggota kelompok data, atau dapat dinyatakan sebagai kuadrat
varians yang menunjukkan peyimpangan data dari nilai rata-
ratanya.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas
Hanya jika residual yang kita peroleh berdistribusi normal, kita
dapat menggunakan uji t untuk menguji signifikansi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah variabel dalam model regresi
panel berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Dalam software EViews normalitas data dapat diketahui dengan
membandingkan nilai Jarque-Bera (JB) dan nilai Chi Square tabel.
Jika hasil dari JB hitung < Chi Square tabel, maka data
berdistribusi normal. Begitupun sebaliknya, jika hasi JB hitung >
Chi Square tabel, maka data tidak berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas
Seperti dalam daftar tes Asumi klasik, multikolinearitas adalah
korelasi linier yang "sempurna" atau tepat antara variabel penjelas
yang dimasukkan dalam tabel. Tujuan pengujian ini adalah untuk
mengetahui apakah terdapat korelasi antara variabel independen
dalam regresi ini. Jika antar variabel independen terdapat korelasi
44

maka terjadi multikolinearitas. Untuk mengetahui adanya kolerasi


dapat dilihat dari hasil uji variance inflation factor (VIF), jika VIF
> dari 10, maka antar variabel independen terjadi multikolinearitas.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah multikolinieritas adalah
dengan menambah data atau menghilangkan salah satu variabel
bebas yang memiliki hubungan linier yang kuat.

3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan
dengan variabel gangguan lainnya. Jika ada korelasi disebut
autokorelasi. Banyak metode dapat digunakan untuk mendeteksi
masalah autokorelasi. Pada penelitian ini pengujian autokorelasi
menggunakan Uji Lagrange-Muliplier (LM) atau dengan nama lain
Uji Breusch-Godfrey (BG) yang akan diolah menggunakan Eviews
v.10. untuk melihat apakah terdapat masalah autokorelasi pada
model regresi, dapat dilihat dari hasil uji LM, jika nilai prob. Chi-
square > 0,05 maka tidak terdapat masalah autokorelasi. Begitupun
sebaliknya, jika nilai prob. Chi-square < 0,05 maka terdapat
masalah autokorelasi.

4. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji
Heterokedastistas bertujuan untuk mengetahui adanya
penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model
regreasi, dimana dalam model regresi harus dipenuhi syarat tidak
adanya heterokedastistas.
Uji Heterokedastisitas dilakukan dengan cara meregresikan nilai
absolute residual dengan variabel-variabel independen dalam
model. Untuk mengetahuiadanya heterokedastisitas dapat dilihat
jika p-value Obs*R-square < 0,05 maka tidak terdapat
heterokedastisitas.
45

3.5.3 Model Estimasi Data Panel

Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data


panel dapat melalui tiga pendekatan, antara lain:
a. Common Effect
Model ini merupakan teknik yang paling sederhana untuk
mengestimasi data panel dengan menggabungkan data time
series dan cross-sectional. Dalam metode ini, tidak fokus pada
satu dimensi atau waktu. Asumsikan bahwa data perilaku antar
individu sama dengan waktu.
b. Fixed Effect
Model ini merupakan model yang dapat menunjukkan
perbedaan yang konstan antar objek bahkan dengan koefisien
regresi yang sama. Asumsi dari metode ini adalah bahwa
penyadapan antar objek berbeda, tetapi penyadapan antar objek
adalah sama. Metode ini juga mengasumsikan bahwa
kemiringan antara lereng dan waktu adalah sama. Kemudian
generalisasi ditambahkan secara umum, biasanya dengan
memasukkan variabel dummy untuk memungkinkan perbedaan
nilai parameter, yang bervariasi dengan unit dan bagian.
c. Random Effect
Pada saat menggunakan teknik dummy variable untuk
mengestimasi data panel dengan menggunakan fixed effect
menunjukkan adanya ketidakpastian model yang kita gunakan,
inilah kelemahan dalam mengatasi ketidakpastian tersebut, kita
dapat menggunakan metode random effect. Dalam model ini,
kami akan memilih estimasi data panel, di mana residu dapat
berkorelasi satu sama lain dari waktu ke waktu dan antar
individu. Dalam metode ini, perbedaan antara intersep antara
objek dan waktu terjadinya akan dimasukkan secara tidak
benar, sehingga membuat model menjadi valid. Kesalahan juga
46

mencakup parameter yang berbeda antara objek dan waktu.

3.5.4 Tahapan Menentukan Model Estimasi.


Untuk menganalisis data panel diperlukan uji spesifikasi model
yang tepat untuk menggambarkan data. Uji tersebut antara lain

a. Uji Chow
Uji Chow dilakukan untuk memilih antara common effect dan
fixed effect.Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 = common effect
H1 = fixed effect
Keputusan diambil berdasarkan pemenuhan pada salah satu syarat
dibawah ini:
Menerima H0 jika Uji-F nilai probabilitasnya > 0,05
Menerima H1 jika Uji-F nilai probabilitasnya < 0,05
Apabila dari hasil pengujian menunjukan bahwa H1 diterima (fixed
effect model), maka model akan diujikan lagi dengan random
effect model.

b. Uji Hausman
Jika hasil tes pada Chow Test menerima H1 (yaitu, model efek
tetap, dan kemudian membandingkannya dengan model efek acak),
tes Hausman akan dilakukan. Dengan asumsi sebagai berikut:
H0 = Random Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Keputusn diambil berdasarkan pemenuhan pada salah satu
persyaratan dibawah ini:
Menerima H0 bila Uji Hausman nilai probabilitasnya > 0,05
Menerima H1 bila Uji Hausman nilai probabilitasnya < 0,05
47

3.5.5 Analisis Regresi Data Panel dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Regresi Data Panel


Data panel merupakan gabungan antara data cross sectional dan
data time series. Tujuan dari metode panel adalah untuk
mendapatkan hasil estimasi yang lebih baik dengan bertambahnya
jumlah observasi yang berarti terjadi peningkatan derajat
kebebasan (degree of freedom). Data panel dapat diolah jika
memiliki kriteria (t > 1) dan (n > 1), yaitu periode observasi lebih
dari satu dan jumlah objek observasi lebih dari satu.

Persamaan model regresi data panel yang digunakan dalam


penelitian ini adalah :
Y=a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana :
Y = Pendapatan Asli Daerah a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Pajak Restoran
X2 = Pajak hotel
X3 = Pajak Hiburan
e = Standar Estimasi Eror

2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji R2, uji F, dan Uji t.

3. Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu ukuran yang
menunjukan besar sumbangan dari variabek penjelas terhadap
variabel respon. Dengan kata lain, koefisien determinai
menunjukan ragam (variasi) naik turunnya Y yang diterangkanoleh
pengaruh linier X (berapa bagian keragaman dalam variabel)
merupakan suatu ukuran yang menunjukan besar sumbangan dari
48

variabek penjelas terhadap variabel respon. Dengan kata lain,


koefisien determinai menunjukan ragam (variasi) naik turunnya Y
yang diterangkanoleh pengaruh linier X (berapa bagian keragaman
dalam variabel Y yang dapat dijelaskan oleh beragamnya nilai-nilai
variabel X). nila koefisien determinasi yaitu diantara 0 dan 1 (0 <
R2 < 1), jika nilai R2 kecil mendekati 0 maka berarti kemampuan
variabel-variabel Independen (X) dalam menjelaskan variasi
variabel sangat terbatas.

4. Uji Signifikasi Simultan (Uji F)


Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
secara bersamaan. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah
0,05. Jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka semua
variabel independen akan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen pada saat yang bersamaan.
.
5. Uji Signfikasi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap
variabel dependen. Derajat signifikasi yang digunakan adalah 0,05.
Jika probabilitas t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan
menolak Ho, sedangkan jika lebih besar dari 0,05 maka Ho
diterima dan menolak Ha. Apabila nilai signifikasi lebih kecil dari
derajat kepercayaan maka suatu variabel independen secara parsial
mempengaruhi variabel dependen. Uji t pada dasarnya menunjukan
seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial
dalam meningkatkan Variabeel dependen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2


Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Timur Juncto Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Mengadakan Perubahan dalam
Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembentukan Provinsi Jawa
Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32).

Provinsi Jawa Timur secara geografis berada di bagian Timur pulau Jawa.
Dengan batasan-batasan wilayah:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Kalimantan tepatnya Provinsi
Kalimantan Selatan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Bali
- Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan terbuka, yaitu Samudera
Hindia
- Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi Jawa Timur

Secara administrasif Jawa Timur terdiri atas 38 Kabupaten/Kota (29


Kabupaten dan 9 Kota) yang mempunyai 666 Kecamatan dengan 777

49
50

Kelurahan dan 7.724 Desa. Sementara itu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur
yang memiliki jumlah kecamatan terbanyak, yaitu Kabupaten Malang dengan
33 kecamatan dan Kabupaten dengan desa/kelurahan terbanyak adalah
Kabupaten Lamongan sebanyak 474 desa/kelurahan. Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas wilayah terbesar adalah Kabupaten
Banyuwangi yakni seluas 5.782,40 Km2 atau 12,10 persen dari luas total
Provinsi Jawa Timur, sedangkan Kabupaten/Kota yang memiliki luas
administrasi terkecil adalah Kota Mojokerto yakni 16,47 Km2 setara 0,03
persen dari luas Provinsi Jawa Timur.
Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Timur menurut BPS pada tahun 2020 yaitu
20.291.592 Penduduk Laki-Laki dan 20.374.104 Penduduk Perempuan total
dari itu dari itu tercatat penduduk Jawa Timur sebanyak 40.665.696 jiwa.
Mayoritas penduduk di Jawa Timur adalah suku jawa.

4.2 DESKRIPSI DATA

Dalam penelitian ini jenis data yang akan digunakan adalah data sekunder.
data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan di
gunakan oleh masyarakat pengguna data. variabel dalam penelitian ini adalah
Pajak Restoran, Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2018 dan 2019. Data
penelitian ini di peroleh dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada table
berikut
Tabel 4.1 Data Realisasi Pajak Restoran, Pajak Hotel, Pajak Hiburan,
Dan Pendapatan Asli daerah Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2018 dan 2019
jutaan rupiah
N Tahu Pajak Restoran Pajak Hotel Pajak Hiburan PAD
Kabupatek/Kota
o n (X1) (X2) (X3) (Y)
1 Kab. Bannyuwangi 2018 16.386 8.607 2.599 450.067
2 Kab. Bannyuwangi 2019 22.787 13.094 3.616 495.691
3 kab. Bangkalan 2018 3.240 87 119 199.258
4 kab. Bangkalan 2019 3.681 87 160 262.258
5 kab. Blitar 2018 3.260 91 875 252.453
6 kab. Blitar 2019 3.991 101 1.105 285.743
7 Kab. Bondowoso 2018 2.578 952 47 203.239
51

8 Kab. Bondowoso 2019 3.301 1.085 101 218.538


9 kab. Bojonegoro 2018 6.838 3.757 584 425.168
10 kab. Bojonegoro 2019 9.181 6.001 834 561.251
11 Kab. Jember 2018 15.472 4.852 2.476 597.509
12 Kab. Jember 2019 22.473 5.903 3.689 667.598
13 Kab. Jombang 2018 5.897 823 196 438.197
14 Kab. Jombang 2019 7.527 1.120 190 476.663
15 Kab. Gresik 2018 18.135 2.967 1.346 957.256
16 Kab. Gresik 2019 23.450 5.595 3.511 980.776
17 Kab. Madiun 2018 1.980 65 54 219.041
18 Kab. Madiun 2019 2.655 75 33 229.206
19 Kab. Lamongan 2018 6.104 1.265 8.799 436.595
20 Kab. Lamongan 2019 9.014 1.687 7.431 472.003
21 Kab. Malang 2018 7.276 3.753 8.247 589.291
22 Kab. Malang 2019 8.592 4.422 8.839 623.809
23 Kab. Kediri 2018 5.414 637 567 476.905
24 Kab. Kediri 2019 7.383 786 612 457.763
25 Kab. Lumajang 2018 4.681 824 91 270.140
26 Kab. Lumajang 2019 4.932 893 129 296.467
27 Kab. Magetan 2018 2.938 699 65 196.826
28 Kab. Magetan 2019 3.396 840 90 237.378
29 Kab. Ngawi 2018 3.450 226 135 223.872
30 Kab. Ngawi 2019 4.343 191 298 255.080
31 Kab. Mojokerto 2018 5.335 3.542 1.513 546.289
32 Kab. Mojokerto 2019 7.269 4.090 1.985 554.999
33 Kab. Pamekasan 2018 1.863 678 252 222.411
34 Kab. Pamekasan 2019 2.319 826 589 219.671
35 Kab. Pacitan 2018 1.803 590 90 185.153
36 Kab. Pacitan 2019 2.763 572 72 199.044
37 Kab. Nganjuk 2018 2.460 139 100 361.587
38 Kab. Nganjuk 2019 2.953 234 101 368.272
39 Kab. Ponorogo 2018 5.112 1.278 1.752 289.018
40 Kab. Ponorogo 2019 6.369 1.342 1.835 290.815
41 Kab. Pasuruan 2018 20.801 8.650 12.509 614.302
42 Kab. Pasuruan 2019 24.342 9.612 13.469 650.889
43 Kab. Probolinggo 2018 4.886 503 71 234.484
44 Kab. Probolinggo 2019 6.688 741 83 245.432
45 Kab. Sumenep 2018 2.312 457 103 185.833
46 Kab. Sumenep 2019 2.426 559 144 246.422
47 Kab. Situbondo 2018 2.766 551 75 187.287
48 Kab. Situbondo 2019 3.028 711 75 204.728
49 Kab. Sampang 2018 2.242 369 19 155.989
50 Kab. Sampang 2019 2.270 484 14 171.497
51 Kab. Siduarjo 2018 74.285 14.934 10.608 1.685.559
52

52 Kab. Siduarjo 2019 89.375 19.161 8.744 1.689.953


53 Kab. Trenggalek 2018 2.995 396 144 233.809
54 Kab. Trenggalek 2019 3.766 518 158 285.134
55 Kab. Tuban 2018 5.381 1.924 321 442.532
56 Kab. Tuban 2019 6.663 2.001 555 518.003
57 Kota Blitar 2018 3.069 1.005 983 163.026
58 Kota Blitar 2019 4.544 1.083 2.120 166.140
59 Kab. Tulungagung 2018 9.052 3.091 2.769 453.153
60 Kab. Tulungagung 2019 10.920 3.736 3.048 486.358
61 Kota Batu 2018 15.777 27.635 26.329 162.575
62 Kota Batu 2019 18.290 33.308 32.117 183.717
63 Kota Madiun 2018 9.106 6.194 1.194 230.848
64 Kota Madiun 2019 12.987 6.626 2.332 252.049
65 Kota Kediri 2018 13.572 4.431 2.361 249.093
66 Kota Kediri 2019 24.485 4.841 2.798 266.745
67 Kota Malang 2018 64.715 46.888 11.032 556.888
68 Kota Malang 2019 84.625 51.775 14.376 588.066
69 Kota Mojokerto 2018 7.048 1.216 1.888 182.508
70 Kota Mojokerto 2019 9.435 1.613 1.911 192.695
71 Kota Probolinggo 2018 3.850 1.521 978 175.790
72 Kota Probolinggo 2019 4.194 1.365 1.403 175.775
73 Kota Surabaya 2018 451.620 266.963 78.468 4.758.967
74 Kota Surabaya 2019 538.861 296.192 89.337 4.973.031
75 Kota Pasuruan 2018 2.037 521 141 153.027
76 Kota Pasuruan 2019 2.981 820 168 161.712
Sumber : LKPD Kabupaten/Kota Jawa Timur
Dari data diatas dapat diketahui bahwa ketiga variabel interikat mengalami
peningkatan pada tahun 2018 sampai tahun 2019, dimana pajak restoran pada
tahun 2018 sebesar 815.487 dan tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
186.305 menjadi 1.001.792 maka diketahui bahwa pajak restoran tahun 2018
sampai 2019 terjadi peningkatan sebesar 22%. Pajak Hotel pada tahun 2018
sebesar 418.084 dan tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 66.832 menjadi
484.916 maka diketahui bahwa pajak hotel tahun 2018 sampai 2019 terjadi
peningkatan sebesar 16%. Pajak Hiburan pada tahun 2018 sebesar 179.901 dan
tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 27.453 menjadi 207.354 maka
diketahui bahwa pajak hiburan tahun 2018 sampai 2019 terjadi peningkatan
sebesar 15%. Sedangkan pada variable terikat yaitu Pendapatan Asli Daerah pada
tahun 2018 sebesar 18.559.380 dan tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
1.459.168 menjadi 20.018.548 maka diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah
53

tahun 2018 sampai 2019 terjadi peningkatan sebesar 8%.

4.3 HASIL PENELITIAN

4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif


Y X1 X2 X3
Mean 499701.50 23999.93 11936.46 5104.90
Median 268442.50 5397.50 1168.00 854.50
Maximum 4973031.00 538861.00 296192.00 89337.00
Minimum 153027.00 1803.00 65.00 14.00
Std. Dev. 775827.10 80166.13 45654.60 14208.32
Observation
s 76 76 76 76
Sumber : Hasil Pengelolahan Data Eviews 10 (Data Olahan)
Deskripsi variabel dalam statistik deskriptif yang digunakan pada
penelitian ini meliputi nilai minimum, maksimum, mean, dan standar
deviasi dari satu variabel terikat yaitu pendapatan asli daerah dan tiga
variabel interikat yaitu pajak restoran, pajak hotel dan pajak hiburan.
Berdasarkan pengolahan data statistik deskriptif menggunakan aplikasi
eviewsV.10 di dapat hasil seperti tabel 4.2 diatas, dari data diatas dapat
diketahui bahwa jumlah observasi atau jumlah data pada setiap variabel
yaitu 76 buah yang berasal dari jumlah kabupaten dan kota provinsi Jawa
Barat pada Tahun 2018 dan Tahun 2019 dibawah ini dijabarkan variabel-
variabelnya :
1. Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, menunjukan untuk rata-rata Pendapatan
Asli Daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2018
sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar 499.701. Pendapatan Asli
daerah tertinggi terdapat di Kota Surabaya pada tahun 2019 sebesar
4.973.301 Sedangkan Pendapatan Asli Derah terendah berasal dari
Kota Pasuruan pada tahun 2018 sebesar 153.057 Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Memiliki nilai tengah sebesar
368.442 serta memiliki standar deviasi sebesar 775.827 dari rata-rata.
2. Pajak Restoran
54

Bedasarkan tabel 4.2 diatas, menunjukan untuk rata-rata Pajak


Restoran pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2018
sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar 23.999. Pajak Restoran
tertinggi terdapat pada Kota Surabaya tahun 2019 sebesar 538.861
Sedangkan Pajak Restoran terendah berasal dari Kabupaten Pacitan
tahun 2018 sebesar 1.803 Pajak Restoran Kabupaten/Kota Di Jawa
Timur memiliki nilai tengah sebesar 5.397 serta mememiliki standar
deviasi sebesar 80.166 dari rata-rata
3. Pajak Hotel
Bedasarkan tabel 4.2 diatas, menunjukan untuk rata-rata Pajak Hotel
pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2018 sampai
dengan tahun 2019 adalah sebesar 11.936 Pajak Hotel tertinggi
terdapat pada Kota Surabaya tahun 2019 sebesar 296.192 sedangkan
Pajak Hotel terendah berasal dari Kabupaten Madiun tahun 2018
sebesar 65 Pajak Hotel Kabupaten/Kota Di Jawa Timur memiliki nilai
tengah sebesar 1.168 serta memiliki standar deviasi sebesar 45.654
dari rata-rata.
4. Pajak Hiburan
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, menunjukan untuk rata-rata Pajak
Hiburan pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2018
sampai dengan tahun 2019 adalah 5.105 Pajak Hiburan tertinggi
terdapat pada Kota Surabaya tahun 2019 sebesar 89.337 sedangkan
Pajak Hiburan terendaah berasal dari Kabupaten Sampang tahun 2019
sebesar 14 Pajak Hiburan Kabupten/Kota DiJawa Timur memiliki nilai
tengah sebesar 854 serta memiliki standar devesiasi sebesar 14.208
dari rata-rata.

4.3.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis terlebih dahulu


dilakukan uji analisis regresi yaitu pengujian hipotesis klasik, yang
mencakup: Uji Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokolerasi Dan
55

Uji Multikolinearitas.

4.3.2.1 Uji Normalitas

Berdasarkan Uji Normalitas dengan menggunakan Eviews v.10,


diperoleh hasil output sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik Uji Normalitas Data

Sumber : Hasil Output Regresi Data Panel Eviews 10


Dilihat dari histogram dan uji normalitas uji statistik Jarque-Bera (JB-
Test) berdasarkan Gambar 4.2 terlihat bahwa nilai probabilitasnya adalah
0,099652, maka dimana nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 yaitu
0,099652 > 0,05 , dan dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi
normal.

4.3.2.2 Uji Multikolinearitas

Berdasarkan uji multikolinearitas menggunakan pengolah data


Eviews v.10, diperoleh hasil output sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficient Uncentered Centered
Variable
Variance VIF VIF
X1 0.728304 9.386661 8.605127
X2 0.002599 8.570679 8.015461
56

X3 0.034408 5.681090 5.023913


Sumber : Hasil Pengelolahan Data Eviews 10 (Data Olahan)
Dari hasil uji multikolinearitas di atas dapat diketahui bahwa tidak
terdapat masalah multikolinearitas yang dapat dilihat dari nilai VIF
pada Centered VIF ketiga variabel bebas kurang dari 10. Nilai VIF
Pajak Restoran 8.605127 kurang dari 10, pajak hotel 8.015461
kurang dari 10, dan pajak hotel 5.023913 kurang dari 10.

4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varians pada


residual semua pengamatan dalam model regresi. Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan Uji Heteroskedastisitas Breusch Pagan
Godfrey. Breusch Pagan Godfrey. Berikut ini adalah hasil
pengujian menggunakan Eviews v.10.
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedisitas Heteroskedasticity Test:
Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 1.101067 Prob. F(3,72) 0.3544
Obs*R-squared 3.333766 Prob. Chi-Square(3) 0.343
Scaled explained SS 6.125939 Prob. Chi-Square(3) 0.1056
Sumber : Hasil Pengelolahan Data Eviews 10 (Data Olahan)
Seperti yang dapat dilihat dari hasil pengujian tabel 4.4 di atas,
nilai prob. Chi-Square(3) sebesar 0,343, dimana 0.343 > 0,05,
sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.

4.3.2.4 Uji Auto Kolerasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada atau


tidak penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi antar
sesame residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain
pada model regresi. Pada kesempatan kali ini penulis menguji
autokorelasi dengan menggunakan Uji Lagrange-multiplier (LM).
57

Berikut ini adalah hasil pengujian menggunakan Eviews v.10


Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial
Correlation LM Test:

F-statistic 1.031152 Prob. F(2,69) 0.362


Sumber : Hasil Pengelolahan
Obs*R-squared Data Eviews
2.17658 10 (Data Olahan) 0.3368
Prob. Chi-Square(2)
Seperti yang dapat dilihat dari hasil pengujian tabel 4.5 di atas,
nilai prob. ChiSquare(2) yang merupakan nilai p value uji Breusch-
Godfrey Serial Correlation LM sebesar 0,3368, dimana 0.3368 >
0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah
AutoKorelasi Serial.

4.3.3 Hasil Pengujian Model Analisis

Untuk memilih model analisis regresi linear yang paling tepat digunakan
dalam mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat
dilakukan, yakni: Chow Test (Common Effect vs Fixed Effect), Hausman
Test (Fixed Effect vs Random Effect), dan (Lagrange Multiplier Test
(Random Effect vs Common Effect). Berikut ini merupakan aplikasi
pemilihan model dalam penelitian ini:

4.3.3.1 Uji Chow

Uji Chow merupakan penentu untuk memilih model analisis linear


apakah Common Effect Model (CEM) ataukah Fixed Effect Model
(FEM) yang paling tepat digunakan untuk mengelola data panel.
Berikut merupakan hasil Uji Chow menggunakan Eviews v.10.
Tabel 4.6 Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic   d.f.  Prob. 

       
58

Cross-section F 32.789852 (26,24) 0.0000


Cross-section Chi-square 194.287903 26 0.0000
Sumber : Hasil Pengelolahan Data Eviews 10 (Data
Olahan)
Berdasarkan pengujian yang telah dihasilkan pada tabel 4.6 oleh
Uji Chow tersebut menunjukan bahwa nilai probability cross-
section chi-square sebesar 0.0000 yang nilainya 0.0000 < 0,05
maka H1 diterima dan H0 ditolak dengan hipotesis: Jika nilai
probabilitas (p-value) untuk chi-square< 0,05 (nilai signifikan)
maka H0 ditolak, Sehingga bisa disimpulkan bahwa model yang
cocok adalah fixed effect model lebih tepat dibandingkan dengan
common effect model.

4.3.3.2 Uji Hausman

Uji Hausman merupakan penentu untuk memilih model analisis


linear apakah Fixed Effect Model (FEM) ataukah Random Effect
Model (REM) yang paling tepat digunakan untuk mengelola data
panel. Berikut merupakan hasil Uji Hausman menggunakan
Eviews v.10.

Tabel 4.7 Hasil Uji Hausman


Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 

       
Cross-section random 13.653382 3 0.0034
Sumber : Hasil Pengelolahan Data Eviews 10 (Data Olahan)
Berdasarkan pengujian yang telah dihasilkan pada tabel 4.6 oleh
Uji Chow tersebut menunjukan bahwa nilai probability cross-
section random sebesar 0.0000 yang nilainya 0.0034 < 0,05 maka
H1 diterima dan H0 ditolak dengan hipotesis: Jika nilai probabilitas
59

(p-value) untuk chross-section random < 0,05 (nilai signifikan)


maka H0 ditolak, Sehingga bisa disimpulkan bahwa model yang
cocok adalah fixed effect model lebih tepat dibandingkan dengan
Random effect model.

4.3.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Berdasarkan uji yang telah dilakukan seperti Uji Chow dan Uji Hausman
menunjukan bahwa model regresi yang lebih tepat untuk digunakan dalam
penelitian ini adalah Fixed Effect Model (FEM). Hasil regresi data panel
disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Fixed Effect
Model (FEM)
Terikatt Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Sample: 2018 2019
Periods included: 2
Cross-sections included: 38
Total panel (balanced) observations: 76

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 295.3053 22.06260 13.38488 0.0000


X1 10.89209 2.834140 3.843173 0.0008
X2 -0.006713 0.027494 -0.244153 0.8092
X3 0.025299 0.036102 0.700759 0.4902
         
Sumber : Hasil Pengelolahan Data Eviews 10 (Data Olahan)
Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2+ b3X3 + e (4.1)
PAD = 295.3053 + 10.89209 PR + -0.006713PH + 0.025299 PHB + 0
(4.2) Berdasarkan hasil regresi diatas berarti bahwa :
1. Konstanta sebesar 295.3053 artinya jika variabel bebas X1 (pajak
restoran), X2 (pajak hotel), X3 (pajak hotel) nilainya 0, maka besarnya
Y (pendapatan asli daerah) nilainya sebesar 295.3053
60

2. Koefisien regresi variabel X1 (pajak restoran) sebesar 10.89209 artinya


setiap peningkatan pajak restoran sebesar 1 satuan, maka akan
meningkatkan Y (pendapatan asli daerah) sebesar 10.89209, dengan
asumsi variabel interikat lain nilainya tetap.

3. Koefisien regresi variabel X2 (pajak hotel) sebesar -0.006713 artinya


setiap peningkatan pajak hotel sebesar 1 satuan, maka akan
menurunkan Y (pendapatan asli daerah) sebesar -0.006713, dengan
asumsi variabel interikat lain nilainya tetap.

4. Koefisien regresi variabel X3 (pajak hiburan) sebesar 0.025299 artinya


setiap peningkatan pajak reklame 1 satuan, maka akan meningkatkan
Y (pendapatan asli daerah) sebesar 0.025299, dengan asumsi variabel
interikat lain nilainya tetap.

4.3.5 Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah terdiri dari
Uji adjusted R2, Uji F, dan Uji t dengan estimasi dengan regresi linear data
panel menggunakan Fixed Effect Model (FEM) sebagai berikut :

4.3.5.1 Uji Koefisien Determinasi ( Uji adjusted R2 )

Uji koefisien determinasi (R2 ) digunakan untuk mengukur


seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel terikat. Besarnya nilai R2 diantara 0 dan 1 (0 < R < 1). Jika
nilai R2 mendekati angka satu maka model tersebut dianggap baik.
Dibawah ini merupakan tabel hasil Uji Koefisien Determinasi ( Adjusted
R2).
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ( Adjusted R2)

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.991708

Adjusted R-squared 0.981689


Sumber : Hasil Pengelolahan Data Eviews 10 (Data Olahan)
61

Dari tabel 4.9 diatas didapati hasil uji koefesiensi determinasi


(adjusted R-square) adalah sebesar 0.981689 atau 98,17% yang
artinya variabel X1(Pajak Restoran), X2 (Pajak Hotel), X3 (Pajak
Hiburan) secara bersama- sama memberikan pengaruh terhadap Y
(Pendapatan Asli daerah) sebesar 98,17% dan sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diteliti.

4.3.5.2 Uji Signifikasi Simultan Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas


mempengaruhi variabel terikat secara bersamaan. Asumsi:
 Ho: X1, X2, dan X3 bersama-sama tidak berpengaruh pada Y
 Ha: X1, X2, dan X3 secara bersama-sama berdampak pada
kriteria Y
dalam pengambilan keputusan:
 Jika Fhitung ≤ Ftabel menerima Ho, berarti tidak ada pengaruh
antara variabel bebas dan variabel terikat.
 Jika Fhitung ≥ Ftabel, Ho ditolak, berarti ada pengaruh antara
variabel bebas dan variabel terikat

Dibawah ini merupakan tabel hasil Uji F menggunakan eviews v 10


Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Cross-section fixed (dummy variables)

F-statistic 98.97785

Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Pengelolahan Data Eviews 10 (Data Olahan)
Berdasarkan hasil pengujian di atas diperoleh Fhitung sebesar
98.97785, sedangkan nilai Ftabel dapat dilihat darti tanel F statistic
pada
df1 = k-1 (Jumlah seluruh variabel – 1)
df2 = n-k (Jumlah Observasi-Jumlah seluruh varabel)
62

df1 = 4 -1 =3 dan df2 = 76-4 =72 signifikansi 0,05, dan diperoleh


hasil 2,73. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pajak
restoran, pajak hotel, pajak hiburan secara bersama-sama
berdampak terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini dikarenakan
nilai Fhitung > Ftabel (98.97785 > 2,73) atau nilai signifikansi <
0,05 (0,00 < 0,05) artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat) 

4.3.5.3 Uji Signifikasi Parameter Individual Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas


mempengaruhi variabel terikat secara bersamaan. Asumsi:
 Ho: X1, X2, dan X3 Secara Individual berpengaruh pada Y
 Ha: X1, X2, dan X3 secara individual tidak berdampak pada
kriteria Y
Kriteria untuk mencapai kesimpulan:
 Ho Diterima : Jika t < 0,05 nilai signifikansi (ada pengaruh
antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y))
 Ho Ditolak : Jika nilai signifikansi t > 0,05 (variabel bebas
(X) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)),

Nilai t tabel pada penelitian kali ini df = n- 1 df = 76-4 = 72 a =


5% (0.05) maka nilai t tabelnya adalah 1.99346 Berikut dibawah
ini adalah tabel hasil Uji t dengan menggunakan eviews 10.
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 295.3053 22.06260 13.38488 0.0000


X1 10.89209 2.834140 3.843173 0.0008
X2 -0.006713 0.027494 -0.244153 0.8092
X3 0.025299 0.036102 0.700759 0.4902
         
Sumber : Hasil Pengelolahan Data Eviews 10 (Data Olahan)
Dari hasil pengujian tabel diatas memiliki kesimpulan :
63

a. Variabel X1 (Pajak Restoran) berpengaruh positif namun tidak


signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat dari
tabel bahwa thitung < ttabel yaitu 3.843173 > 1.99346 atau prob <
0,05 yaitu 0.0008 < 0 ,05 sehingga Ho Diterima yang artinya
jika Pajak Restoran naik 1% maka Pendapatan Asli Daerah
mengalami peningkatan sebesar 1%
b. Variabel X2 (Pajak Hotel) berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat dari
tabel bahwa thitung < ttabel yaitu -0.244153 < 1.99346 atau prob >
0,05 yaitu 0.8092 > 0 ,05 sehingga Ho Ditolak yang artinya jika
Pajak Hotel naik 1% maka Pendapatan Asli Daerah tidak
mengalami peningkatan sebesar 1% bisa dikatakan pajak hotel
secara parameter individual tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupate/Kota di
Provinsi Jawa Timur.
c. Variabel X3 (Pajak Hiburan) berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat dari
tabel bahwa thitung < ttabel yaitu 0.700759 < 1.99346 atau prob >
0,05 yaitu 0,4902 > 0 ,05 sehingga Ho Ditolak yang artinya jika
Pajak Hiburan naik 1% Pendapatan Asli Daerah tidak
mengalami peningkatan sebesar 1% bisa dikatakan pajak
hiburan secara parameter individual tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupate/Kota
di Provinsi Jawa Timur.

4.4 PEMBAHASAN HASIL ANALISIS

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis


regresi linear berganda yang sudah dilakukan, diketaui bahwa variabel bebas
yang dihunakan sebagai objek dalam penelitian yaitu Pajak Restoran, Pajak
Hotel, dan Pajak Hiburan memiliki hasil yang berbeda-beda terhadap variabel
terikat yaitu Pendapatan Asli Daerah selama tahun 2018 – tahun 2019.
64

4.4.1 Pengaruh Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Hipotesis pertama menyatakan bahwa variabel terikat X1 yaitu pajak


restoran berpengaruh signifikan terhadap pajak terikat yaitu pendapatan
asli daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan
pengujian secara parameter individual (Uji t) yang telah dilakukan
menggunakan eviews. 10 menunjukan hasil bawah variabel pajak restoran
memiliki nilai thitung> ttabel yaitu 0.843173 > 1.99346 jika dilihat dari nilai
signifikan hasil yang diperoleh pajak restoran adalahh yaitu 0.0008 < 0 ,05
sehingga H1 Diterima yang artinya secara parameter individual pajak
restoran berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, Hasil Uji Regresi Linear
Berganda Fixed Effect Model Koefisien regresi variabel X1 (pajak
restoran) sebesar 10.89209 artinya setiap peningkatan pajak restoran
sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan Y (pendapatan asli daerah)
sebesar 10.89209, dengan asumsi variabel interikat lain nilainya tetap.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyo Indro Widodo dan Bambang
Guritno (2017) dengan judul Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restauran Dan
Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Kota
Yogyakarta. Yang menunjukan bahwa Pajak Restoran berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta.

Pajak Restoran adalah pajak yang dikenakan atas jasa penyediaan


makanan/minuman, termasuk restoran, kafetaria, warung makan, bar, dll,
termasuk jasa katering. Oleh karena itu, pajak restoran akan berdampak
pada pendapatan daerah, karena Jawa Timur merupakan pusat kuliner,
sehingga banyak wisatawan yang datang untuk mencari makanan, yang
meningkatkan pajak restoran.
65

4.4.2 Pengaruh Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Hipotesis kedua menyatakan bahwa variabel terikat X2 yaitu pajak hotel


berpengaruh terhadap pajak terikat yaitu pendapatan asli daerah ((PAD)
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan pengujian secara
parameter individual (Uji t) yang telah dilakukan menggunakan eviews. 10
menunjukan hasil bawah variabel pajak restoran memiliki nilai thitung< ttabel
yaitu -0.244153 < 1.99346 atau prob > 0,05 yaitu 0.8092 > 0 ,05 sehingga
Ho Ditolak yang artinya bisa dikatakan pajak hotel secara parameter
individual tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan asli daerah Kabupate/Kota di Provinsi Jawa Timur Hasil Uji
Regresi Linear Berganda Fixed Effect Model Koefisien regresi variabel X2
(pajak hotel) sebesar -0.006713 artinya setiap peningkatan pajak hotel
sebesar 1 satuan, maka akan menurunkan Y (pendapatan asli daerah)
sebesar -0.006713, dengan asumsi variabel interikat lain nilainya tetap.
Hasil dari penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian terdahulu
yaitu Penelitian yang dilakukan oleh Wahyo Indro Widodo dan Bambang
Guritno (2017) dengan judul Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restauran Dan
Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota
Yogyakarta. Yang menunjukan bahwa Pajak hotel berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta.
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh pihak hotel,
fasilitas pelayanan yang disediakan di hotel berupa jasa penyedia
penginapan atau tempat peristirahatan, yang dimaksud dengan layanan
terkait dengan dipungut bayaran seperti wisma, motel, rumah penginapan,
dan sejenisnya, serta rumah kos yang jumlah kamarnya lebih dari sepuluh.
Dengan berkembangnya pusat pariwisata Jawa Barat, banyak wisatawan
yang datang untuk berlibur dan membutuhkan tempat untuk beristirahat
atau menginap, yang membuat pajak hotel meningkat, dan pengelolaan
pajak hotel yang profesional dapat meningkatkan pendapatan daerah.
Pajak hotel merupakan salah satu pendapatan asli daerah yang diterima
oleh pemerintah daerah yang selanjutnya akan digunakan untuk
66

membangun daerah dan memenuhi kebutuhan daerah untuk


mensejahterakan masyarakat.

4.4.3 Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa variabel terikat X3 yaitu pajak


hiburan berpengaruh terhadap pajak terikat yaitu pendapatan asli daerah
((PAD) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan pengujian
secara parameter individual (Uji t) yang telah dilakukan menggunakan
eviews. 10 menunjukan hasil bawah variabel pajak restoran memiliki nilai
thitung< ttabel yaitu0.700759< 1.99346 atau prob > 0,05 yaitu 0,4902 > 0 ,05
sehingga Ho Ditolak yang artinya bisa dikatakan pajak hiburan secara
parameter individual tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan asli daerah Kabupate/Kota di Provinsi Jawa Timur. Hasil Uji
Regresi Linear Berganda Fixed Effect Model Koefisien regresi variabel X3
(pajak hiburan) sebesar 0.025299 artinya setiap peningkatan pajak hiburan
1 satuan, maka akan meningkatkan Y (pendapatan asli daerah) sebesar
0.025299, dengan asumsi variabel interikat lain nilainya tetap. Hasil dari
penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian terdahulu yaitu
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Layla Wahyu Istanti (2016) dengan
judul Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Galian C Dan Pajak
Sarang Burung Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pati.
Yang menunjukan bahwa Pajak Hiburan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Pati.
Pajak hiburan adalah pajak atas penyediaan hiburan. Hiburan adalah
berbagai tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang
dapat dinikmati secara gratis. Pajak hiburan dipungut berdasarkan jumlah
yang diterima atau karena penyedia hiburan. Jumlah yang seharusnya
diterima sudah termasuk potongan harga dan tiket gratis yang diberikan
kepada penerima jasa hiburan.
Pokok pajak hiburan yang terutang dihitung dengan mengalikan tarif pajak
dengan dasar pengenaan pajaknya. Pajak hiburan yang terutang dipungut
67

di wilayah atau wilayah tempat kegiatan hiburan diadakan.


Jawa Timur memiliki warisan budaya yang sangat dalam dan budaya yang
beragam, banyak wisatawan yang datang untuk berlibur dan perlu
menggunakan tempat hiburan sebagai tujuan wisata di Jawa Timur. Pajak
hiburan merupakan salah satu pendapatan asli daerah yang diterima oleh
pemerintah daerah yang selanjutnya akan digunakan untuk membangun
daerah dan memenuhi kebutuhan daerah untuk mensejahterakan
masyarakat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pajak restoran
berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/kota di Jawa
Timur. Karena Jawa Timur merupakan salah satu sentra kuliner, bahkan
menjadi percontohan pengembangan wisata kuliner, sehingga banyak
wisatawan yang datang untuk mencari makan-makanan yang unik dan
berbeda dari daerahnya, sehingga menaikkan pajak restoran. Penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Wahyo Indro Widodo dan
Bambang Guritno (2017) dengan judul Pengaruh Pajak Hotel, Pajak
Restauran Dan Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di
Kota Yogyakarta. Yang menunjukan bahwa Pajak Restoran berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pajak hotel secara parsial
tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/kota di Jawa
Timur, hal ini dikarenakan perpajakan di daerah ini belum optimal
khususnya pajak hotel. Beberapa daerah di Jawa Timur menyediakan jasa
akomodasi penduduk atau biasanya penduduk menyewakan kamar atau
rumah untuk para wistawan, sehingga tidak ada peraturan daerah yang
mewajibkan perpajakan, dan mengakibatkan penerimaan pajak tidak
mencukupi. Penilitian ini di didukung oleh penelitian yang dilakukan Siti
Rochimah, Kharis Raharjo, dan Abrar Oemar (2015) Dengan judul
Pengaruh Pajak Hotel, Restoran, Retribusi Daerah, dan Pajak Daerah Pada
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah yang menyatakan bahwa Pajak
Hotel secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah di
Provinsi Jawa Tengah.
3. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa variabel pajak hiburan secara
parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/kota

68
69

di Jawa Timur. Hal ini disebabkan karena Wajib Pajak kurang mengetahui
penerapan peraturan perpajakan, penerapan self assessment system yang
kurang efektif, serta pengawasan dan pengendalian yang belum
sempurna. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu
Penelitian yang dilakukan oleh Triyono A (2018) dengan judul Pengaruh
Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli
Daerah pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Indragiri Hulu. Yang
menunjukan bahwa Pajak Hiburan tidak berpengaruh terhadap pendapatan
asli daerah Kabupaten Indragiri Hulu.
4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah
kabupaten dan kota di Jawa Timur yaitu sebesar 98,17%, dan sisanya
sebesar 1,83% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Jika pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan di peroleh
semaksimal mungkin maka akan meningkatkan pendapatan asli daerah.

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa saran


sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pemerintah kabupaten/kota
Jawa Timur dapat meningkatkan perpajakan daerah secara lebih efektif
sehingga dapat memaksimalkan pendapatan khususnya pada pajak hotel
dan pajak hiburan.
2. Bagi Instansi Terkait
Berdasarkan hasil penelitian ini instansi terkait diharapkan akan lebih ketat
lagi dalam memungut pajak kepada masyarakat, dan lebih giat lagi
melakukan edukasi dan kegiatan sosial terkait PAD khususnya pajak hotel
dan pajak hiburan. Dikarenakan masih minimnya kontribusi pajak hotel
dan pajak hiburan di Jawa Timur maka potensi penerimaannya masih
dapat ditingkatkan dengan cara: memperbaiki dan memperbanyak sarana
70

penunjang transportasi yaitu dengan pelebaran jalan dan membuka jalur


alternatif untuk mengatasi kemacetan, menambah fasilitas di area hotel,
seperti kolam renang, tempat parkir dan tempat olah raga, dan
memperbanyak promosi tentang melalui iklan baliho, TV dan internet
seperti Agoda, Traveloka dan lain-lain.
3. Bagi Pelaku Bisnis
Bagi para pelaku bisnis diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
perpajakan. Hasil dari komponen PAD juga akan digunakan masyarakat,
seperti pembangunan infrastruktur wilayah. Jadi dengan Kesadaran pajak
masyarakat yang lebih tinggi, berarti masyarakat telah berkontribusi dalam
pembangunan daerah dan berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan
memperpanjang waktu penelitian dan menambahkan variabel bebas yang
dapat mempengaruhi pendapatan asli daerah Kabupaten/Kota di Jawa
Timur. Sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik dan akurat, serta
dapat mengetahui penyebab perubahan PAD.

5.3 KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun masih memiliki keterbatasan dan dapat dijadikan acuan untuk
penelitian selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Berikut ini
adalah keterbatasan penelitian ini:
1. Penelitian ini hanya menggunakan data dari daerah/kota Jawa Timur,
untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel dari seluruh
provinsi di Indonesia.
2. Penelitian ini dilakukan hanya dalam dua periode yaitu 2018-2019.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat ditambahkan variabel lain,
masih banyak pajak daerah lain yang dapat mempengaruhi pendapatan asli
daerah yang belum diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, R. H., Tinangon, J. J., & Elim, I. (2020). Evaluasi Efektivitas Penerimaan
Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Hiburan Dan Kontribusi Di Pemerintah
Kota Manado. Issn 2303-1174 R.H.W. Adi., J.J. Tinangon., I. Elim , 261-
267.

Adriani, P. J. (2012). Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Bahmid, N. S., & Wahyudi, H. (2018). Pengaruh Pemungutan Pajak Hotel Dan
Pajak Hiburan Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota
Medan . Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis Vol. 18 No. 1,Maret 2018 Issn :
1693-7597 , 14-26.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 2018-2019. LHP atas LKPD Pemerintah


Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur
Fikri, Z., & Mardani, R. M. (2016). Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Dan
Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Batu . E – Jurnal
Riset Manajemen , 84-98.

H, K. T. (2017). Pengantar Metedologi Penelitian. Yogyakarta: Cv. Andi.

Halim, A., Bawono, I. R., & Dara, A. (2020). Perpajakan (Konsep, Aplikasi,
Contoh, Dan Studi Kasus). Jakarta: Salemba Empat.

Isnaini, S. (2019). Pengaruh Pajak Bumi Dan Bangunan, Pajak Hotel Dan Pajak
Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Timur Tahun 2014-2016 . 1-7.

Istanti, S. L. (2016). Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Galian C Dan Pajak
Sarang Burung Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pati . Jab
Vol. 2 No. 1, Juni 2016 Issn: 2502-3497 , 64-78.

Istanti, S. L. (2016). Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Galian C Dan Pajak

71
72

Sarang Burung Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pati . Jab


Vol. 2 No. 1, Juni 2016 Issn: 2502-3497 , 64-78.

Mardiasmo. (2016). Perpajakan Edisi Terbaru. Yogyakarta: Cv. Andi.

Nisa, H. (2016). Studi Tentang Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Dan


Bangunan Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda. Ejournal
Administrasi Negara Nomor 3 Volume (4) , 4225 - 4237.

Noor, J. (2011). Metode Penilitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pemerintah Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 yang


Mengatur Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah
Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 2004, No. 125. Tambahan Lembaran
Negara No. 4437. Sekertariat Negara. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 yang Mengatur
Tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 2014, No.
244. Sekertariat Negara. Jakarta.
Pemerintahan Indonesia. 2009. Undang-Undang No.28 Tahun 2009 yang
Mengatur Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sekertariat
Negara. Jakarta.
Rahayu, S. K. (2013). Perpajakan Indonesia Konsep & Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ramadhan, P. R. (2019). Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Terhadap


Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara . Issn 2443-
3071 Jurnal Akuntansi Dan Bisnis , 81-87.

Siyoto, S., & Muhammad. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:


Literasi Media Publishing.

Samudera, A. A. (2016). Perpajakan Di Indonesia : Keuangan, Pajak Daerah


Dan Retribusi Daerah. Jakarta: Pt Raja Grafindo Perkasa.

Siahaan, M. P. (2010). Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Jakarta: Pt Raja


Grafindo Perkasa.
73

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Cv Alfabeta.

Sukrisno, A. (2016). Akuntansi Perpajakan Edisi-3. Jakarta: Salemba Empat.

Triyono. (2018). Analisis Pegaruh Kontribusi Pajak Hotel Dan Pajak Hiburan.
Jurnal Manajemen Dan Bisnis , 7(3).

Vaniagustin, V., Suhandak, & Saifi, M. (2014). Pengaruh Pajak Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Administrasi Bisnis , 14(2).

Waluyo. (2014). Perpajakan Indoseia. Edisi 11. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Widajantie, R. R. (2019). The Effect Of Regional Tax And Regional Retrian


Busion Original Income In East Java Province. International Journal Of
Business And Management Studies Vol 11, No 1, 2019 Issn: 1309-8047 ,
1-15.

Widodo, W. I., & Guritno, B. (2017). Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restauran Dan
Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Kota
Yogyakarta. Jurnal Visi Manajemen Vol.2 No.2 2017 , 128-138.
74

Lampiran 1. Hasil Uji EviewsV.10


1. Satisttik Deskriptif
Y X1 X2 X3
Mean 499701.50 23999.93 11936.46 5104.90
Median 268442.50 5397.50 1168.00 854.50
Maximum 4973031.00 538861.00 296192.00 89337.00
Minimum 153027.00 1803.00 65.00 14.00
Std. Dev. 775827.10 80166.13 45654.60 14208.32
Observation
s 76 76 76 76

2. Uji Normalitas Data

3. Uji Multikolinearitas
Coefficient Uncentered Centered
Variable
Variance VIF VIF
X1 0.728304 9.386661 8.605127
X2 0.002599 8.570679 8.015461
X3 0.034408 5.681090 5.023913

4. Uji Heteroskedastisitas
F-statistic 1.101067 Prob. F(3,72) 0.3544
Obs*R-squared 3.333766 Prob. Chi-Square(3) 0.343
Scaled explained SS 6.125939 Prob. Chi-Square(3) 0.1056

5. Uji Auto Korelasi

F-statistic 1.031152 Prob. F(2,69) 0.362

Obs*R-squared 2.17658 Prob. Chi-Square(2) 0.3368

6. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
75

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic   d.f.  Prob. 

       
Cross-section F 32.789852 (26,24) 0.0000
Cross-section Chi-square 194.287903 26 0.0000

7. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 

       
Cross-section random 13.653382 3 0.0034

8. Uji Regresi Linear Berganda


Terikatt Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Sample: 2018 2019
Periods included: 2
Cross-sections included: 38
Total panel (balanced) observations: 76

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 295.3053 22.06260 13.38488 0.0000


X1 10.89209 2.834140 3.843173 0.0008
X2 -0.006713 0.027494 -0.244153 0.8092
X3 0.025299 0.036102 0.700759 0.4902
         

9. Uji Koefisien Determinasi ( Uji adjusted R2 )

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.991708

Adjusted R-squared 0.981689

10. Uji Signifikasi Simultan Uji F

Cross-section fixed (dummy variables)

F-statistic 98.97785

Prob(F-statistic) 0.000000
76

11. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 295.3053 22.06260 13.38488 0.0000


X1 10.89209 2.834140 3.843173 0.0008
X2 -0.006713 0.027494 -0.244153 0.8092
X3 0.025299 0.036102 0.700759 0.4902
         
77

Lampiran 2. Permohonan Data Kepada BPK


78

Lampiran 3. Tabel T
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
Df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127
42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595
43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089
44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607
45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148
46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710
47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291
48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891
49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508
50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141
51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789
52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451
53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127
54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815
55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515
56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226
57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948
58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680
59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421
60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171
61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930
62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696
63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471
64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253
65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041
66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837
67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639
68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446
69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260
70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079
71 0.67796 1.29359 1.66660 1.99394 2.38002 2.64686 3.20903
72 0.67791 1.29342 1.66629 1.99346 2.37926 2.64585 3.20733
73 0.67787 1.29326 1.66600 1.99300 2.37852 2.64487 3.20567
74 0.67782 1.29310 1.66571 1.99254 2.37780 2.64391 3.20406
75 0.67778 1.29294 1.66543 1.99210 2.37710 2.64298 3.20249
76 0.67773 1.29279 1.66515 1.99167 2.37642 2.64208 3.20096
77 0.67769 1.29264 1.66488 1.99125 2.37576 2.64120 3.19948
78 0.67765 1.29250 1.66462 1.99085 2.37511 2.64034 3.19804
79 0.67761 1.29236 1.66437 1.99045 2.37448 2.63950 3.19663
80 0.67757 1.29222 1.66412 1.99006 2.37387 2.63869 3.19526
79

Lampiran 4, Tabel F
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk pembilang (N1)


df untukpen
yebu
t (N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
46 4.05 3.20 2.81 2.57 2.42 2.30 2.22 2.15 2.09 2.04 2.00 1.97 1.94 1.91 1.89
47 4.05 3.20 2.80 2.57 2.41 2.30 2.21 2.14 2.09 2.04 2.00 1.96 1.93 1.91 1.88
48 4.04 3.19 2.80 2.57 2.41 2.29 2.21 2.14 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
49 4.04 3.19 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.07 2.03 1.99 1.95 1.92 1.89 1.87
51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13 2.07 2.02 1.98 1.95 1.92 1.89 1.87
52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.07 2.02 1.98 1.94 1.91 1.89 1.86
53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.06 2.01 1.97 1.93 1.90 1.88 1.85
56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.05 2.00 1.96 1.92 1.89 1.87 1.84
59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.04 2.00 1.96 1.92 1.89 1.86 1.84
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04 1.99 1.95 1.92 1.89 1.86 1.84
61 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.16 2.09 2.04 1.99 1.95 1.91 1.88 1.86 1.83
62 4.00 3.15 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.99 1.95 1.91 1.88 1.85 1.83
63 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
64 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.24 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
65 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.85 1.82
66 3.99 3.14 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.84 1.82
67 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.98 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
68 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
69 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.86 1.84 1.81
70 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07 2.02 1.97 1.93 1.89 1.86 1.84 1.81
71 3.98 3.13 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.97 1.93 1.89 1.86 1.83 1.81
72 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81
73 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81
74 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.22 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.85 1.83 1.80
75 3.97 3.12 2.73 2.49 2.34 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.83 1.80
76 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80
77 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80
78 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.80
79 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.79
80 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.21 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.84 1.82 1.79
81 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05 2.00 1.95 1.91 1.87 1.84 1.82 1.79
82 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05 2.00 1.95 1.91 1.87 1.84 1.81 1.79
83 3.96 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.95 1.91 1.87 1.84 1.81 1.79

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI


80

Data Pribadi

Nama : Alifah Ariyanti


NPM : 11160000334
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Desember 1997
Agama :Islam
Kewarganegaraan :Indonesia
Alamat :Jln Alfurqon Gang. Mangga RT09/03
Cakung Timur Cakung Jakarta Timur 13910
Telepon : 089652897328
Email : alifahar24@gmail.com

Pendidikan Formal

SDN 06 Jakarta Timur :Lulus Tahun 2009


SMPN 234 Jakarta Timur :Lulus Tahun 2012
SMKN 49 Jakarta Utara :Lulus Tahun2015
STIE Indonesia, Jakarta :Tahun 2016 sampai sekarang

Anda mungkin juga menyukai