Anda di halaman 1dari 5

 Konsep Hipe rtensi 

(Kamu di sini)
 Perawatan Pasien Hipertensi
 Konsep Keluarga
 Konsep Dukungan Keluarga
 Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN KASUS


1. KONSEP HIPERTENSI
A. Pengertian Hipertensi

Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal,
dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018),
hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam
pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala
tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-
debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan
mimisan..

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah


tekanan darah pada orang dewasa yang tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
tekanan diastolik ≥90 berdasarkan pada dua atau lebih hasil pengukuran.

B. Klasifikasi Hipertensi

1) Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016), klasifikasi


hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu :

No Katagori Sistolik Distaolik


1 Optimal <120 <180
2 Normal 120 - 129 80 - 84
3 Higt Normal 130 - 139 85 -89
4 Grade 1 ( ringan ) 140 -159 90 -99
5 Grade 2 ( sedang ) 160 -179 100 - 109
6 Grade 3 ( berat ) 180- 209 100 -119
Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016).

2) Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016)


klasifikasi hipertensi adalah :
 Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
 Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.
 Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95 mmHg.
C. Manifestasi Klinis Hipertensi Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., &
Kusuma H., 2016),
1. tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a.) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
b.) Gejala yang lazim
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.Beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu :
 Mengeluh sakit kepala, pusing
 Lemas, kelelahan
 Sesak nafas
 Gelisah
 Mual
 Muntah
 Epistaksis
 Kesadaran menurun

c).Faktor-Faktor Risiko Hipertensi


Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
1) Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor yang tidak dapat berubaha adalah :
a) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi
lebih berisiko untuk terkena hipertensi.
b) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya
usia Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun
sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
c) Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada
wanita.
d) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar
negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika
daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.

2) Faktor yang dapat diubah


Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi
antara lain yaitu :
a) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi
karena dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin
terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal
pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin
yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa
jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih
tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).
b) Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas
fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan
secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian
secara global (Iswahyuni, S., 2017).
c) Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon
monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah.Darah menjadi
lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar
darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba, B.,
Wongkar, D., 2013).
Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah.
d) Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner,
termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol
darah karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium,
dan kafein. Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan
tekanan darah adalah kafein. Kafein didalam tubuh manusia
bekerja dengan cara memicu produksi hormon adrenalin
yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari
konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan
bertahan hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y.,
2018).
e) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk
memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat
meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S.,
Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan
kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang
berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Natrium yangberlebih dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh
sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
f) Kebiasaan konsumsi makanan lemak Menurut Jauhari (dalam
Manawan A.A., Rattu A.J.M.,Punuh M.I, 2016), lemak didalam
makanan atau hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan
cholesterol darah, terutama lemak hewani yang mengandung lemak
jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan peningkatan
prevalensi penyakit hipertensi.

2.1.3 Etiologi Hipertensi


a. Hipertensi Essensial

Dalam populasi orang dewasa dengan hipertensi, antara 90% dan 95% memiliki
hipertensi essensial (primer), yang tidak memiliki penyebab medis yang dapat
diidentifikasi (Brunner, 2010). Ada dua faktor yang mempengaruhi

hipertensi essensial (primer). Pertama, faktor genetik yang mempengaruhi reaktivitas


pembuluh darah terhadap vasokontriksi, sensitifitas terhadap natrium, sensitifitas
terhadap stress, resistensi insulin, dan lain- lain. Kedua, faktor lingkungan antara lain
gaya hidup seperti diet, obesitas, stress emosi, kebiasaan merokok, dan lain- lain
(Nafrialdi, 2009).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder ditandai dengan peningkatan tekanan darah dengan penyebab


tertentu, seperti penyempitan arteri ginjal, penyakit parenkim ginjal,
hiperaldosteronisme (mineralokortikoid hipertensi), obat-obatan tertentu, kehamilan,
dan koarktasio aorta. Hipertensi juga dapat akut, tanda kondisi yang mendasarinya
yang menyebabkan perubahan resistensi perifer atau cardiac

output (Brunner, 2010).

2.1.4 Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan kronis tekanan darah yang dalam jangka panjang
dapat menyebabkan kerusakan organ dalam seperti jantung, otak, dan ginjal. Pada
hipertensi terjadi peningkatan curah jantung, peningkatan pembuluh darah sistemik,
atau keduanya. Kekuatan pembuluh darah mungkin meningkat karena terjadi
peningkatan stimulasi α-adrenoseptor atau peningkatan pelepasan peptida seperti
angiotensin atau endotelin. Peningkatan kalsium sitosol di otot polos pembuluh darah
menyebabkan vasokontriksi (Foex, 2004).

Kalsium sitosol merangsang pusat vasomotor yang dihantarkan dalam bentuk impuls
melalui saraf simpatis ke ganglion simpatis. Di neuron, ganglion

kemudian melepaskan asetilkolin yang akan merangsang untuk melepaskan


norpinefrin sehingga mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Peningkatan aktivitas
vasikontiksi juga terjadi akibat respon rangsangan emosi dan kelenjar adrenal,
sehingga mengakibatkan penurunan darah ke ginjal. Akibatnya dapat terjadi
pelepasan renin yang kemudian merangsang pembentukan angiotensi I dan diubah
menjadi angiotensin II. Saat terjadi vasokontriksi yang kuat akan merangsang sekresi
hormon aldosteron oleh korteks adrenal sehingga menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal yang dapat membuat peningkatan volume intravaskular dan
resistensi pembuluh darah sistemik (Brunner, 2010).

7 Komplikasi Hipertensi

e. Pregnancy Induced Hypertension (HIP)

Pregnancy Induced Hypertension (HIP) atau biasanya disebut dengan

hipertensi gestasional yaitu keadaan toksemia selama kehamilan yang ditandai


dengan peningkatan tekanan darah tinggi selama kehamilan yang dapat
menyebabkan kondisi serius yang disebut preeklamsi. Wanita yang beresiko
mengalami hipertensi gestasional yaitu, wanita yang memiliki hipertensi dan penyakit
sebelum hamil, kehamilan preeklamsi, kehamilan di usia <20 tahun dan >40 tahun,
serta mempunyai riwayat keturunan hipertensi (American Pregnancy

Association, 2015).

Anda mungkin juga menyukai