Disusun oleh :
Nama : Umarudin Kurniawan, S.E.,M.S.Ak
NIP : 199011032019031017
Jabatan : Dosen Asisten Ahli
Unit Kerja : Politeknik Negeri Lampung
ii
LEMBAR PENGESAHAN
RANCANGAN AKTUALISASI
Peserta Diklat
Disetujui oleh:
M. Awaluddin Al Afgani,S.T., M.B.A Roni Rahmat Nugraha, S.T.,M.T. Nurmala, S.E., M.M.,Ak., CA
NIP. 198312272014021001 NIP. 197104212004111001 NIP. 197206102005012001
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat mengikuti Latihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III Gelombang IV Angkatan 23
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Geominerba Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
tahun 2019 serta menyusun Laporan Pelaksanaan Aktualisasi dengan judul
“Pembuatan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Sengketa dan Peradilan Pajak
untuk Mengoptimalkan Proses Kegiatan Belajar Mengajar di PS Akuntansi
Perpajakan” sebagai syarat dan persiapan untuk menjalankan tugas sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
Laporan Pelaksanaan Aktualisasi ini disusun sebagai hasil aktualisasi
dan habituasi nilai-nilai budaya kerja ASN yang meliputi Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) di unit
kerja penulis. Kegiatan aktualisasi dan habituasi ini juga diharapkan dapat
menjadi semangat pembaruan dan perbaikan pada unit kerja serta
meningkatkan kualitas layanan publik.
Penulisan Laporan Pelaksanaan Aktualisasi ini tidak dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Politeknik Negeri Lampung yang telah memberikan
kesempatan kepada Penulis untuk mengikuti kegiatan Latsar
Gelombang 4 tahun 2020.
2. Nurmala, S.E., M.M selaku mentor atas motivasi dan bimbingannya,
3. Roni Rahmat Nugraha, S.T., M.T. selaku Coach atas arahan dan
bimbingannya,
4. M. Awalludin Al Afghani, S.T., M.B.A sebagai penguji yang telah
memberikan masukan yang membangun dalam penyempurnaan
Rancangan Akhir.
ii
5. Seluruh pemateri pada pelatihan dasar calon pegawai negri sipil
gelombang III, atas bimbingan dan ilmunya.
6. Bapak Budi Novriansyah dan Bapak Lilik sebagai Admin pada angkatan
7. Ayah, Ibu, Istri , anak, atas dukungannya.
8. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas bantuan
dan dukungannya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel v
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Deskripsi Organisasi 2
C. Identifikasi Isu 9
D. Perumusan dan Penetapan Isu 10
BAB II Capaian Aktualisasi
A. Jadwal Rancangan dan Realisasi Kegiatan 15
B. Role Model 17
C Realisasi Pelaksanaan Aktualisasi 18
D Rencana Tindak Lanjut 39
BAB III Aktualisasi Nilai-Nilai Profesi PNS
A. Keterkaitan Kegiatan dengan Substansi Mata 41
Pelatihan (Nilai-nilai Dasar dan Kedudukan serta
Peran PNS)
B. Kontribusi Terhadap Visi dan Misi serta tujuan 46
Organisasi
C. Kontribusi terhadap Penguatan Nilai-nilai 46
Organisasi
D. Identifikasi Dampak Pemecahan Isu (Individu, Unit 47
Kerja, atau Organisasi)
BAB IV Penutup 50
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Materi kegiatan pelatihan dasar calon pegawai negri sipil terdiri dari 4
tema yaitu: 1. sikap prilaku bela Negara , 2. nilai – nilai dasar pns, 3. kedudukan
dan peran pns dalam NKRI, dan 4. habituasi. Dalam sistem pembelajaran
Pelatihan Dasar Calon PNS, setiap peserta pelatihan dituntut untuk mampu
mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran yang telah dipelajari
melalui proses pembiasaan diri yang difasilitasi dalam pembelajaran agenda
Habituasi. Pembelajaran Agenda Habituasi memfasilitasi peserta melakukan
kegiatan pembelajaran aktualisasi mata- mata Pelatihan yang telah dipelajari.
Sehingga perlu merancang kegiatan – kegiatan yang bisa dilakukan selama
masa off campus.
B. Deksripsi Organisasi
1. Profil Organisasi
Politeknik Negeri Lampung (Polinela) pada awalnya dikenal dengan
nama Politeknik Pertanian Negeri Lampung dan resmi
menyelenggarakan pendidikan tinggi secara mandiri dan menjadi salah
satu bentuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Provinsi Lampung sejak
tanggal 7 April 2001, berdasarkan SK. Mendiknas RI No. 036/O/2001.
2. Visi
Menjadi politeknik yang bermutu, inovatif, dan unggul dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi terapan.
3. Misi
1) menyelenggarakan pendidikan tinggi vokasi yang berorientasi pada
akhlak mulia, terampil, disiplin, mandiri, dan kompetitif;
2) melaksanakan kajian keilmuan dan penelitian terapan untuk
menopang pendidikan dan pengajaran;
3) melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui transfer ilmu
pengetahuan dan teknologi terapan;
4) menguatkan budaya akademik, organisasi, dan kerja yang
berkarakter dan beretika;
5) menjalin kerjasama secara berkelanjutan dengan pihak lain.
4. Tujuan
1) menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, terampil, disiplin,
mandiri, dan memiliki keahlian di bidang iptek terapan;
2
2) mengembangkan pengetahuan terapan bidang teknologi terapan
yang memajukan penerapan teknologi di industri dan masyarakat;
3) meningkatkan budaya akademik, organisasi, dan kerja yang sehat
dan dinamis sebagai basis kerja sama dengan pemangku
kepentingan guna mengembangkan penerapan teknologi dan
memajukan kemandirian masyarakat;
4) menerapkan manajemen perguruan tinggi modern dalam
pengelolaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat;
5) mewujudkan kepakaran bidang teknologi dan bisnis yang bermanfaat
dan diakui secara nasional dan internasional.
5. Nilai Organisasi
Berdasarkan visi dan misi Politeknik Negeri Lampung yang telah
dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan nilai-nilai organisasi pada Politeknik
Negeri Lampung antara lain:
1) Kompetensi. Politeknik Negeri Lampung berupaya menghasilkan
lulusan yang memiliki kompetensi industri dan berjiwa enterpreunerserta
berakhlak mulia sehingga mampu bersaing baik ditingkat lokal maupun
regional dalam rangka menghadapi persaingan global.
2) Disiplin. Politeknik Negeri Lampung menjadikan disiplin sebagai budaya
kampus dalam menjalankan tugas dan kewajiban setiap warga kampus.
3) Inovasi. Politeknik Negeri Lampung berupaya menghasilkan karya-
karya teknologi tepat guna meningkatkan mutu pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat.
4) Bermanfaat. Politeknik Negeri Lampung menyelenggarakan pengabdian
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
5) Berdaya saing. Politeknik Negeri Lampung berupaya meningkatkan
kualitas kerjasama yang saling menguntungkan dengan stakeholder.
6) Komitmen mutu. Politeknik Negeri Lampung berupaya menjadi lembaga
pendidikan tinggi yang efektif, efisien, dan produktif.
3
7) Berjiwa kewirausahaan. Politeknik Negeri Lampung mendukung dan
menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan melalui kegiatan
perkuliahan, praktikum, dan ekstrakurikuler.
6. Struktur Organisasi
Untuk mencapai visi dan misi tersebut maka disusunlan struktur organisasi
baik ditingkat institusi maupun jurusan demi memudahkan tugas dan pokok
sesuai jabatan yang dimiliki.Struktur organisasi politeknik negeri lampung
dan Jurusan Ekonomi dan Bisnis dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar
2.
Unit Tempat
Bekerja
4
Mentor:
Nurmala, S.E.,M.M.
Peserta Latsar
5
1) Visi Unit Kerja Organisasi
Menjadi Program Studi Pendidikan Vokasi penghasil sumber daya
manusia profesional yang berintegritas dan berdaya saing kompetitif
di bidang Akuntansi dan Perpajakan
2) Misi Unit Kerja Organisasi
a) Menyelenggarakan program pendidikan akuntansi perpajakan
jenjang D4 dengan kurikulum yang mengacu pada SN-PT dan
dilandasi oleh nilai-nilai keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Menyelenggarakan penelitian terapan di bidang akuntansi
perpajakan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
c) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk
membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
menunjang pembangunan nasional
d) Menjalin kerjasama secara berkelanjutan dengan stakeholder.
3) Tujuan Unit Kerja Organisasi
a) Menghasilkan sarjana sains terapan dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang unggul dan kompetitif di bidang akuntansi dan
perpajakan
b) Menghasilkan sumber daya manusia yang berkarakter dan
berintegritas dalam menjalankan profesinya
c) Menghasilkan penelitian terapan dalam meningkatkan kompetensi
dosen dan mahasiswa
d) Meningkatkan kompetensi masyarakat melalui pengabdian
kepada masyarakat
e) Meningkatkan kualitas kerjasama yang saling menguntungkan
dengan stakeholder
C. Identifikasi Isu
Dalam melakukan identifikasi isu, penulis menyesuiakan isu yang ada
dengan visi dan misi organisasi, dimana dengan adanya isu tersebut dapat
menghambat capaian visi misi organisasi. Selain itu, isu tersebut juga dapat
menyebabkan permasalahan yang yang berkaitan dengan tiga prinsisp ASN
yaitu 1) Manajemen ASN, 2) Pelayanan Publik, dan 3) Whole of Government.
Adapun identifikasi masalah yang terdapat di lingkungan Politeknik Negeri
Lampung dilakukan dengan berbagai teknik. Teknik yang dilakukan yaitu
observasi, wawancara dan konsultasi, dan USG method. Observasi yaitu
melakukan pengamatan secara mandiri terhadap isu-isu problematis yang
sedang dihadapi Politeknik Negeri Lampung sebagai dasar untuk melakukan
wawancara dan konsultasi dengan mentor dan stakeholder kunci. Beberapa isu
yang ditemukan di lingkungan Program Studi Akuntansi Perpajakan Jurusan
Ekonomi dan Bisnis Politeknik Negeri Lampung.adalah sebagai berikut:
1. Kurang optimalnya proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
secara luring dan daring
2. Minimnya publikasi penelitian dosen ditingkat nasional dan internasional
yang terakreditasi
3. Kurang berdampaknya pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen
4. Minimya kerjasama secara berkelanjutan dengan stakeholder.
Berdasarkan isu - isu yang didapatkan oleh penulis tersebut, maka dilakukan
analisis USG untuk menetapkan 1 isu yang paling penting untuk diselesaikan agar
visi misi organisasi dapat dicapai. Hasil analisis tersebut akan menjadi acuan
untuk penulis melakukan identifikasi, perumusan, dan pentapan permasalahan -
permasalahan yang menjadi penyebab munculnya isu utama dalam jurusan
Ekonomi dan Bisnis. Hasil analisis USG untuk penetapan isu utama disajikan pada
Tabel 1.
9
Tabel 1. Analisis USG untuk penetapan isu (masalah) utama
No Isu U S G Total Urutan
Prioritas
1 Kurang optimalnya proses belajar mengajar yang 5 5 5 15 I
dilakukan secara luring dan daring
2 Minimnya publikasi penelitian dosen ditingkat 3 4 3 10 II
nasional dan internasional yang terakreditasi
3 Kurang berdampaknya pengabdian masyarakat 3 3 3 8 IV
yang dilakukan oleh dosen
4 Minimya kerjasama secara berkelanjutan dengan 3 3 2 9 III
stakeholder.
Sumber: hasil olah pikir
Berdsarkan hasil dari Tabel 1. maka didapatkan isu yang paling utama dan
sesegara mungkin untuk diselesaikan mengenai " Kurang optimalnya proses
belajar mengajar yang dialkukan secara luring dan daring”.
10
Gambar 3. . Diagram Fish Bone perumusan dan penetapan isu
permasalahan
11
Dalam menentukan gagasan isu pemecahan masalah penulis
menggunakan Analisis GAP. Analisis GAP adalah sautu metode untuk melihat
kesenjangan antara kondisi yang terjadi saat ini dengan kondisi yang
diharapkan. Sehingga dengan mengetahui kesenjangan yang terjadi kita
dapat menentukan gagasan pemecahan masalah yang dapat kita lakukan.
Adapun analisis GAP yang penulis buat bisa dilihat pada gambar 4 dibawah
ini.
12
Berdasarkan Analisis GAP tersebut didapatkan beberapa usulan solusi
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan isu yang ada. Usulan solusi itu adalah
sebagai berikut:
1. Mengajukan dan mengikuti pelatihan dosen
2. Mengajukan formasi perekrutan dosen
3. Mengajukan penambahan reward untuk pembuatan perangkat ajar
4. Pembuatan SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
5. Pembutan bahan ajar Sengketa dan Peradilan Pajak untuk pembelajaran
daring
6. Penyesuaian Perangkat Ajar dengan SKKNI
13
4 Pembuatan SAP MK Solusi ini dapat dilaksanak
√ √ √ √ √
an pada saat aktualisasi ka
Sengketa dan Peradilan
rena memenuhi seluruh kri
Pajak teria SMART dan terutama
dapat dilakukan selama m
asa aktualisasi (30 hari)
14
BAB II
CAPAIAN AKTUALISASI
15
2 Pembuatan draft 1. Koordinasi dengan Tidak ada Menambah
SAP Sengketa mentor Perubahan tahapan
dan Peradilan 2. Diskusi dengan Tim kegiatan
Pajak Dosen mengenai permintaan dari
materi Pj Mata Kuliah
3. Mencari bahan Sengketa dan
materi Peradilan Pajak
4. Membuat resume untuk membuat
materi Rencana
5. Membuat Draft SAP Pembelajaran
6. Konfirmasi dengan Semester
mentor (RPS) terlebih
dahulu
Waktu tahapan
kegiatan
bertambah
karena penulis
terkendala sakit
3 FGD Pembahasan 1. Diskusi dengan Tidak Adanya
Draft SAP mentor dan Tim ada penyesuain
Sengketa dan Dosen Terkait FGD perubaha waktu
Peradilan Pajak 2. Merancang FGD n pelaksanaan
dengan Praktisi dan karena
Tim Dosen mengikuti
3. Melaksanakan FGD penyelesaian
4. Mendapatkan pelaksanaan
Feedback Hasil FGD kegiatan II yang
5. Konfirmasi dengan berubah
mentor Penambahan
tahapan
kegiatan
pembahasan
RPS
4 Sosialisasi dan 1. Diskusi dengan Tidak Adanya
Evaluasi SAP mentor untuk ada penyesuain
Sengketa dan melakukan perubaha waktu
Peradilan Pajak sosialisasi dan n pelaksanaan
evaluasi perangkat karena
ajar mengikuti
2. Dengan tim dosen penyelesaian
merancang pelaksanaan
sosialisasi dan kegiatan III
evaluasi yang berubah
3. Membuat kuesioner Penambahan
untuk evaluasi SAP tahapan
4. Melaksanakan kegaitan
sosialisasi dan evaluasi RPS
Evalusai SAP
5. Menerima saran
Evaluasi dan
Sosialisasi
6. Melaporkan hasil
16
5 Finalisasi SAP 1. Diskusi dengan Tidak Penambahan
Sengketa dan mentor ada Tahapan Kegiatan
Peradilan Pajak 2. Mengolah hasil perubaha Finalisasi RPS
pelaksanaan n
Evaluasi
3. Memperbaiki SAP
4. Melaporkan hasil
kepada mentor
Jadwal kegiatan aktualisasi telah disusun dalam Rancangan
Aktualisasi selama 30 hari kerja sesuai dengan kebutuhan waktu setiap
kegiatan, yang dimulai tanggal 13 Oktober 2020 sampai dengan 24 November
2020. Namun pada pelaksanaannya terdapat beberapa penyesuaian waktu
kegiatan. Hal ini dikarenakan penulis terkendala sakit dan harus beristirahat
dirumah. Perbandingan jadwal pelaksanaan rencana dengan realisasi dapat
dilihat pada tabel berikut dan Lampiran 1 Laporan Aktualisasi ini.
B. Role Model
17
Role model merupakan tokoh panutan yang
dapat diteladani dalam menjalankan tugas dan
kewajiban di organisasi unit kerja. Dalam
kegiatan aktualisasi dan dalam pekerjaan
sehari-hari, penulis banyak berinteraksi dengan
atasan dan rekan kerja yang lebih senior di
Program Studi Akuntansi Perpajakan Jurusan
Ekonomi dan Bisnis Politeknik Negeri Lampung.
Dari interaksi yang sudah dilakukan, penulis
memilih Ibu Nurmala, S.E., M.M.,Ak., CA
sebagai role model. Bu Nurmala, S.E., M.M.,
Ak.,CA (NIP. 197206102005012001) saat ini
Gambar 2.1
Nurmala, S.E., M.M.,Ak., CA menjabat sebagai Jurusan Ekonomi dan Bisnis
Sekertaris Jurusan Ekonomi Politeknik Negeri Lampung. dan beliau juga
dan Bisnis
sebagai mentor penulis. Beliau merupakan
pimpinan yang profesional, kompeten dan berintegritas yang berkarakter ANEKA
serta berdedikasi tinggi dalam pekerjaannya. Nilai etos kerja disiplin, kejujuran,
ikhlas dan tanggung jawab juga beliau terapkan di dalam unit kerja. Sebagai
Sekertaris
Jurusan, Ibu Nurmala memberi asuhan dan pengayoman kepada rekan
kerja yang berada di bawah naungannya terlebih kepada dosen junior (CPNS)
yang masih memerlukan perhatian dan bimbingan dari dosen senior. Selain itu,
beliau juga selalu menjalin komunikasi dan hubungan baik kepada sesama rekan
kerja (baik yang tua maupun muda) serta mahasiswa sehingga tercipta suasana
yang kondusif dalam organisasi sesuai dengan tata tertib jurusan yang berlaku.
Dalam kepemimpinanya, telah banyak perubahan-perubahan yang
dilakukan oleh Ibu Nurmala pada organisasi PS. Akuntansi Perpajakan salah
satunya berkat kerja keras, loyalitas dan kemampuan mengorganisir anggota
organisasi dengan baik menghantarkan PS. Akuntansi Perpajakan Jurusan
Ekonomi dan Bisnis Politeknik Negeri Lampung, dimana PS ini merupakan PS
yang baru beridri pada akreditasi pertamanya memperoleh akreditasi B.
Pesan yang sering disampaikan kepada penulis adalah terapkan kerja
ikhlas, kerja keras dan kerja cerdas supaya menjadi pribadi yang unggul
18
hargai para senior dan terapkan nilai-nilai dasar PNS yang berkarakter ANEKA
tersebut. Karena dengan kerja ikhlas, maka akan terbuka jalan untuk kelancaran
dan mudahan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai Dosen PNS. Selain
itu, beliau juga sangat mendukung perubahan-perubahan yang coba penulis dan
rekan CPNS maupun rekan kerja yang lain rencanakan dan lakukan sehingga
PS. Akuntansi Perpajakan menjadi lebih baik dalam melaksanakan tri dharma
perguruan tinggi.
Tingkat
Tercapai
Pencapaian
19
Uraian Kegiatan :
20
Dokumentasi:
21
Gambar II-4. Konsep SAP
22
Tabel 2-4. Realisasi Kegiatan 2
Kegiatan 2 Pembuatan Draft SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
Waktu 19 Oktober 2020 – 13 November 2020
Output 1. Notulen
2. Draft SAP
3. Draft RPS
4. Resume Materi
5. Foto Kegiatan
Tingkat
Tercapai
Pencapaian
23
Uraian Kegiatan :
• Kegiatan dimulai dengan koordinasi dan diskusi bersama mentor
tentang pemantapan pelaksanaan kegiatan pembuatan SAP Sengketa
dan Peradilan Pajak. Kemudian mentor juga menyarankan untuk
membuat materi SAP dengan baik. Setelah itu segera berkoordinasi
dengan PJ Mata Kuliah Sengketa dan Peradilan Pajak.
• Kegiatan selanjutnya, berkoordiansi dengan PJ Mata Kuliah Sengketa
dan Peradilan Pajak, yaitu Ibu Damayanti, beliau menyarankan untuk
mengambil materi dari sumber berikut ini:
Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui
Pengadilan Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
www.google.com
Setelah itu ada permintaan dari Pj Mata Kuliah untuk mebuat Rencana
Pembelajaran Semester (RPS) Sengketa dan Peradilan Pajak juga
Selanjutnya, mecari materi dan bahan dari sumber yang telah disarankan
dari PJ Mata kuliah dan membuat Resume materinya
Setelah membuat resume, maka kegiatan selanjutnya yaitu membuat SAP
dan RPS dari materi yang sudah dikumpulkan dan diresume.
Kegiatan terakhir adalah konfirmasi dengan mentor. Pada kegiatan ini,
penulis melaporkan bahwa kegiatan sosialiasi telah selesai dilakukan
dengan perubahan waktu kegiatan
24
Dokumentasi
25
Gambar 2-7. Resume materi
26
Tabel 2-5. Realisasi Kegiatan 3
Kegiatan 3 FGD Pembahasan Draft SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
Waktu 16 – 18 November 2020
Output 1. Notulen
2. Feedback FGD
3. Foto kegiatan
4. Dokumentasi Kegiatan
Tingkat
Tercapai
Pencapaian
Uraian Kegiatan :
27
Dokumentasi
Gambar 2.8. Koordinasi dengan metor dan tim dosen untuk pelaksanaan
kegiatan 3
28
Gambar 2.9. Hasil FGD dengan Praktisi
29
Tabel 2-6. Realisasi Kegiatan 4
Kegiatan 4 Sosialisasi dan Evaluasi SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
Tingkat
Tercapai
Pencapaian
Uraian Kegiatan :
30
Dokumentasi:
Gambar 2.10. Koordinasi dengan Mentor dan Tim Dosen untuk Pelaksanaan
Kegiatan 4
31
Gambar 2.11. Kouesioner Evaluasi RPS dan SAP
32
Gambar 2.12. Daftar Hadir Sosialisasi dan Evaluasi SAP dan RPS Sengketa dan
Peradilan Pajak
33
Gambar 2.13. Sosialisasi SAP dan RPS via Google Classroom
34
. Tabel II-7. Realisasi Kegiatan 5
Kegiatan 5 Finalisasi RPS dan SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
Tingkat
Tercapai
Pencapaian
Uraian Kegiatan :
35
Dokumentasi:
Gambar 2.14. Koordinasi dengan mentor dan Tim Dosen untuk pelaksanaan
kegiatan 5
36
37
Gambar 2.15. Laporan Hasil Evaluasi
38
Gambar 2.17. Draft RPS Final
39
Gambar 2-15 Rencana Tindak Lanjut Aktualisasi
40
A. Keterkaitan Kegiatan dengan Substansi Mata Pelatihan (Nilai-nilai
Dasar PNS dan Kedudukan serta Peran PNS dalam NKRI)
Aktualisasi dan habituasi adalah proses mempraktekan dan
membiasakan nilai-nilai dasar PNS yang telah diinternalisasikan melalui
materi on class Latsar CPNS. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi juga dalam
rangka pembiasaan kepada CPNS agar memahami kedudukan serta
perannya dalam NKRI sebelum menjadi PNS. Pelaksanaan gagasan isu
belum optimalnya pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar di PS
Akuntansi Perpajakan dengan pemecahan masalah Pembuatan SAP dan
RPS Sengketa dan Peradilan Pajak, sebagai upaya untuk mengoptimalkan
proses kegiatan belajar mengajar di PS Akuntansi Perpajakan Jurusan
Ekonomi Bisnis Politeknik Negeri Lampung khususnya Mata Kuliah
Sengketa dan Peradilan Pajak merupakan sebagai sarana memperdalam
pemahaman hasil Latsar CPNS dan mewujudkan tujuan aktualisasi dan
habituasi. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan aktualisasi harus didasari
oleh nilai-nilai dasar PNS dan kedudukan serta peran PNS dalam NKRI.
Adapun penjabaran nilai dan kedudukan serta peran tersebut pada setiap
kegiatan yang akan dilakukan pada masa aktualisasi adalah sebagai
berikut:
1. Perancanaan Pembuatan SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
Nilai-nilai dasar ASN yang diterapkan:
a) Akuntabilitas : Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan dan
tugas yang diemban dalam menyelesaikan masalah yang terdapat
di unit kerja.
b) Nasionalisme: Tercermin dari proses koordinasi dan diskusi yang
menghargai pendapat dari pimpinan dan tidak memaksakan
kehendak dari rancangan aktualisasi yang telah disusun.
c) Etika Publik : Menerapkan nilai-nilai etika kesopanan ketika
berkoordinasi dan berdiskusi dengan mentor dan rekan kerja (tim
pengajar) serta nilai kerjasama.
41
d) Komitmen Mutu: Menjalankan fungsi konsultasi dan kontrol
terhadap pelaksanaan kegiatan agar menjadi efektif-efisien
sehingga menumbuhkan inovasi yang berorientasi mutu.
e) Anti Korupsi : Kedisiplinan dan bertanggung jawab atas rencana
kegiatan yang disepakati pekerjaan dan melaksanakannya dengan
kerja keras serta transparan.
Peran dan Kedudukan ASN yang diterapkan:
a) WoG: Koordinasi, musyawarah dan kolaborasi dengan mentor,
coach, rekan kerja tim pengajar agar pelaksanaan kegiatan
aktualisasi berjalan dengan baik.
b) Nilai Manajemen ASN: Kedisiplinan waktu dan etika dalam agenda
yang telah direncanakan.
42
Peran dan Kedudukan ASN yang diterapkan:
a) Whole of Government : Tercermin dari adanya koordinasi dan
kolaborasi antara penulis dengan mentor, Ka PS, dan PJ Mata
Kuliah dalam kegiatan pelaksanaan ini.
b) Pelayanan Publik : Pelaksanaan kegiatan ini akan membantu
meningkatkan kompetensi tenaga pengajar dalam membuat bahan
ajar interaktif yang akan mendukung pelaksanaan proses KBM serta
mendukung terwujudnya pelayanan prima dalam bidang pengajaran.
43
4. Sosialisasi dan Evaluasi SAP dan RPS Sengketa dan Peradilan
Pajak
Nilai-nilai dasar ASN yang diterapkan:
a) Akuntabilitas : Tercermin dari rasa tanggungjawab tugas dan fungsi
Dosen dalam bidang pengajaran yang mana tidak hanya
mengajarkan materi kuliah namun juga proses pembuatan SAP yang
transaparan.
b) Nasionalisme : Mengedepankan kepentingan umum dan
pemerataan informasi bagi mahasiswa terkait sosialisasi dan
evaluasi SAP dan RPS Sengketa dan Peradilan Pajak.
c) Etika Publik : Tercermin dari layanan dan penyampaian materi
sosialisasi secara sopan, berdaya guna serta inovatif.
d) Komitmen Mutu : Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini menjadi bagian
peningkatkan mutu keterampilan mahasiswa dalam menggunakan
teknologi informasi yang mendukung system pembelajaran jarak
jauh.
e) Anti Korupsi : Tercermin dari kepedulian dan keterbukaan
informasi bagi mahasiswa dalam pemanfaatan platform PJJ.
Peran dan Kedudukan ASN yang diterapkan:
a) Pelayanan Publik : Berpartisipasi aktif memberikan pemahaman
dan peningkatan kompetensi pada mahasiswa dalam
memanfaatkan platform PJJ yang digunakan dosen.
b) WoG: Tercermin dari adanya koordinasi dan kolaborasi antara penulis
dengan mentor, staf jurusan dan mahasiswa dalam pelaksanaan
kegiatan ini.
44
5. Finalisasi SAP dan RPS Sengketa dan Peradilan Pajak
Nilai-nilai dasar ASN yang diterapkan:
a) Akuntabilitas : Tercermin dari rasa tanggungjawab tugas dan fungsi
Dosen dalam bidang pengajaran yang mana tidak hanya
mengajarkan materi kuliah namun juga proses pembuatan SAP yang
transaparan.
b) Nasionalisme : Mengedepankan kepentingan umum dan
pemerataan informasi bagi mahasiswa terkait sosialisasi dan
evaluasi SAP dan RPS Sengketa dan Peradilan Pajak.
c) Etika Publik : Tercermin dari layanan dan penyampaian materi
sosialisasi secara sopan, berdaya guna serta inovatif.
d) Komitmen Mutu : Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini menjadi bagian
peningkatkan mutu keterampilan mahasiswa dalam menggunakan
teknologi informasi yang mendukung system pembelajaran jarak
jauh.
e) Anti Korupsi : Tercermin dari kepedulian dan keterbukaan
informasi bagi mahasiswa dalam pemanfaatan platform PJJ.
Peran dan Kedudukan ASN yang diterapkan:
a) Pelayanan Publik : Berpartisipasi aktif memberikan pemahaman
dan peningkatan kompetensi pada mahasiswa dalam
memanfaatkan platform PJJ yang digunakan dosen.
b) WoG: Tercermin dari adanya koordinasi dan kolaborasi antara penulis
dengan mentor, staf jurusan dan mahasiswa dalam pelaksanaan
kegiatan ini.
45
B. Kontribusi Terhadap Visi dan Misi serta Tujuan Organisasi
46
3 FGD Pembahasan Draft SAP Melakukan FGD pembahsan SAP
dan RPS Sengketa dan brkaitan dengan nilai-nilai:
Peradilan Pajak Kompetensi, Berdaya Saing,
Komitmen Mutu
48
E. Pengendalian Oleh Coach dan Mentor
Dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi, penulis diawasi dan
dibimbing oleh coach dan mentor yang secara rutin memantau tahapan
kegiatan, output atau bukti kegiatan, serta ketercapaian dari setiap
tahapan kegiatan. Pelaporan penulis lakukan secara bertahap setelah
masing-masing kegiatan selesai dilakukan. Pengendalian oleh coach dan
mentor juga sangat membantu dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan.
Selain itu, pengawasan yang dilakukan membantu memastikan semua
kegiatan terlaksana dengan baik dan target yang diinginkan dapat
tercapai. Form pengendalian coach dan mentor dapat dilihat pada Lampiran
2.
49
BAB IV
PENUTUP
50
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Buku
51
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen.
52
Lampiran Rancangan dan Realisasi Kegiatan
Lampiran Pengendalian
Mentor/Coach
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Lampiran Bukti Kegaitan
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Dokumentasi:
Dokumentasi
Gambar 2.8. Koordinasi dengan metor dan tim dosen untuk pelaksanaan
kegiatan 3
Gambar 2.11. Kouesioner Evaluasi RPS dan SAP
Dokumentasi:
Gambar 2.15. Laporan Hasil Evaluasi
5. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa Pajak : upaya banding ke pengadilan pajak
6. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa Pajak : upaya gugatan ke pengadilan pajak
7. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa Pajak : upaya peninjauan kembali ke MA
8. Mahasiswa mampu memahami pengadilan pajak
9. Mahasiswa mampu memahami kompetensi pengadilan pajak
10. Mahasiswa mampu memahami hukum acara peradilan pajak
11. Mahasiswa mampu memahami putusan peradilan pajak
12. Mahasiswa mampu memecahkan kasus sengketa dan peradilan pajak
METODE PENILAIAN Kuis (20%)
DAN PEMBOBOTAN Tugas terstruktur (20%)
Ujian Tengah Semester (30%)
Ujian Akhir Semester (30%)
DAFTAR REFERENSI 1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi Wajib
Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan Pajak. Jakarta:
Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
JADWAL PEMBELAJARAN
INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
1 Mahasiswa mampu 1. Dasar hukum pembayaran 1. Mampu menjelaskan Teori:100’ Ceramah,
memahami pembayaran dan pajak definisi pembayaran TM= 120’ diskusi,
ketetapan pajak 2. Kewajiban Pembayaran pajak TMandiri=60’ latihan soal
pajak 2. Mampu menjelaskan /penyelesaian
3. Definisi ketetapan pajak dasar hukum kasus dan
4. Jenis ketetapan pajak pembayaran pajak presentasi
3. Mampu menjelaskan
kewajiban
pembayaran pajak
4. Mampu menjelaskan
definisi dan ketetapan
pajak
2 Mahasiswa mampu 1. Definisi penagihan pajak 1. Mampu menjelaskan Teori:100’ Ceramah,
memahami penagihan pajak 2. Dasar penagihan pajak definisi penagihan TM= 120’ diskusi,
3. Hak dan kewajiban wajib pajak TMandiri=60’ latihan soal
pajak dalam pengihan 2. Mampu memahami /penyelesaian
4. Daluwarsa penagihan dasar penagihan pajak kasus dan
3. Mampu menjelaskan presentasi
hak dan kewajiban
wajib pajak dalam
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
pengihan
4. Mampu menjelaskan
daluarsa penagihan
3 Mahasiswa mampu memahami 1. Jenis-jenis sanksi 1. Mampu menjelaskan Teori:100’ Ceramah,
sanksi perpajakan perpajakan jenis sanksi TM= 120’ diskusi,
perpajakan TMandiri=60’ latihan soal
/penyelesaian
kasus dan
presentasi
4 Mahasiswa mampu 1. Ruang lingkup keberataan 1. Mampu menjelaskan Teori:100’ Ceramah,
memahami dan menganalisa 2. Syarat pengajuan keberatan ruang lingkup TM= 120’ diskusi,
3. Alur penyelesaian keberatan keberatan TMandiri=60’ latihan soal
sengketa Pajak : upaya 2. Mampu menjelaskan /penyelesaian
keberatan syarat pengajuan kasus dan
keberatan presentasi
3. Mampu menjelaskan
alur penyelesaian
keberatan
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
5 Mahasiswa mampu memahami 1. Definisi Banding 1. Mampu menjelaskan Teori: Ceramah,
dan menganalisa sengketa 2. Syarat Pengajuan Banding definisi banding TM= 100’ diskusi,
Pajak : upaya banding ke 3. Pemrosesan banding 2. Mampu menjelaskan TT = 120’ latihan soal
pengadilan pajak 4. Pencabutan Banding syarat pengajuan TMandiri= /penyelesaian
banding 120’ kasus dan
3. Mampu menjelaskan presentasi
pemrosesan banding
4. Mampu menjelaskan
pencabutan banding
6 Mahasiswa mampu memahami 1. Definisi Gugatan 1. Mampu menjelaskan Teori: Ceramah,
dan menganalisa sengketa 2. Syarat Pengajuan Gugatan definisi banding TM= 100’ diskusi,
Pajak : upaya gugatan ke 3. Pencabutan Gugatan 2. Mampu menjelaskan TT = 120’ latihan soal
pengadilan pajak syarat pengajuan TMandiri= /penyelesaian
banding 120’ kasus dan
3. Mampu menjelaskan presentasi
pencabutan gugatan
7 Mahasiswa mampu memahami 1. Syarat pengajuan 1. Mampu menjelaskan Teori: Ceramah,
dan menganalisa sengketa peninjauan kembali syarat pengajuan PK TM= 100’ diskusi,
Pajak : upaya peninjauan 2. Jangka waktu pengajuan 2. Mampu menjelaskan TT = 120’ latihan soal
kembali ke MA 3. Jangka waktu keputusan wakru pengajuan TMandiri= /penyelesaian
4. Pencabutan permohonan 3. Mampu menjelaskan 120’ kasus dan
waktu keputusan presentasi
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
4. Mampu menjelaskan
pencabuatan
permohonan
8 UTS
INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
Pengadilan Pajak kompetensi 120’ kasus dan
3. Jenis kompetensi pengadilan pajak presentasi
pengadilan pajak 2. Mampu menjelaskan
tujuan Pembentukan
Pengadilan Pajak
3. Mampu menjelaskan
Jenis kompetensi
pengadilan pajak
11 Mahasiswa mampu 1. Persiapan Persidangan 1) Mampu memahami Teori: Ceramah,
memahami Hukum Acara 2. Pemeriksaan dengan Persiapan TM= 100’ diskusi,
Pengadilan Pajak acara biasa Persidangan TT = 120’ latihan soal
3. Pemeriksaan dengan 2) Mampu memahami TMandiri= /penyelesaian
acara cepat Pemeriksaan dengan 120’ kasus dan
presentasi
4. Pembuktiaan acara biasa
5. Putusan 3) Mampu memahami
Pemeriksaan dengan
acara cepat
4) Mampu memahami
pembuktian
5) Mampu memahami
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
Putusan
12 Mahasiswa mampu 1. Sifat Putusan 1. Mampu memahami Teori: Ceramah,
memahami putusan 2. Macam-macam putusan Sifat Putusan TM= 100’ diskusi,
Pengadilan Pajak 2. Mampu memahami TT = 120’ latihan soal
macam-macam TMandiri= /penyelesaian
putusan 120’ kasus dan
presentasi
13-15 Mahasiswa mampu Materi Minggu ke 1-12 1. Mampu Menjawab Teori: Diskusi,
memecahkan masalah Kasus kasus sengketa dan TM= 100’ latihan soal
Sengketa dan Peradilan Pajak pengadilan pajak TT = 120’ /penyelesaian
TMandiri= kasus dan
120’ presentasi
16 UAS
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
CATATAN:
(1) Proses pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi mahasiswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan atas prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis mahasiswa, termasuk mahasiswa berkebutuhan khusus.
(2) Proses pembelajaran secara umum dilaksanakan dengan urutan:
a. Kegiatan pendahuluan, merupakan pemberian informasi yang
komprehensif tentang rencana pembelajaran beserta tahapan pelaksanaannya, serta informasi hasil asesmen dan umpan balik proses
pembelajaran sebelumnya;
b. Kegiatan inti, merupakan kegiatan belajar dengan penggunaan metode pembelajaran yang menjamin tercapainya kemampuan
tertentu yang telah dirancang sesuai dengan kurikulum;
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
5. Pertemuan ke :1
8. Bahan Kajian :
1. Pembayaran pajak
2. Ketetapan pajak
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab latihan dan tugas
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Menjelaskan lingkup Memperhatikan, LCD,
Pendahuluan mata kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
Mengulas kembali catatan Diktat Ajar
materi mata kuliah yang
terkait dengan materi
1
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
yang akan diajarkan
Penyampaian Materi Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi Berdiskusi dengan BPP
dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
Penyajian a. Pembayaran pajak
b. Ketetapan pajak
Mengerjakan
Kegiatan Praktikum kasus/soal pada buku
Mahasiswa mengerjakan panduan praktikum
(menyelesaikan kasus/soal)
pada buku panduan
praktikum. Dosen
mengamati dan
membimbing
pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.
2
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Pasal 2 1. PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan harus disetor
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir,
kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
2. PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus disetor
paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir, kecuali
ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
3. PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan yang dipotong/dipungut atau yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak,
harus disetor sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang
atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
4. PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal
10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
5. PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
6. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal
10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
7. PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor
paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
8. PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
9. PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh
Pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian
dokumen pemberitahuan pabean impor.
10. PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh Direktorat Jenderal
3
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Bea dan Cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1 hari kerja setelah dilakukan
pemungutan pajak.
11. PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh kuasa pengguna anggaran atau
pejabat penanda tangan Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPh Pasal 22,
harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pengusaha Kena Pajak rekanan pemerintah melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara.
12. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran, harus disetor paling lama
7 hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang
dibiayai dari belanja Negara atau belanja Daerah, dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendahara.
13. PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu
sebagai Pemungut Pajak harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
14. PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak harus disetor
paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat
Pemberitahuan Masa PPN disampaikan.
15. PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean harus disetor oleh orang pribadi atau badan
yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean, paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah saat terutangnya pajak.
16. PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus disetor oleh orang
pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri paling lama
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
17. PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPN, harus disetor pada
hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada Pengusaha Kena Pajak
4
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Pasal 3 Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan disampaikan tetapi tidak melebihi batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Pasal 4 Bea Meterai harus dilunasi pada saat terutang Bea Meterai.
5
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Pasal 11 1. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan SSP atau
sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP.
2. Pembayaran dan penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pembayaran dan penyetoran PPh, PPN, PPnBM, Bea Meterai, dan PBB.
3. Sarana administrasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. BPN atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui sistem pembayaran pajak
secara elektronik atau dengan datang langsung ke Bank Persepsi
b. SSPCP atas pembayaran dan penyetoran PPh Pasal 22 impor, PPN impor, dan
PPnBM impor serta PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri;
c. Bukti Pbk atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui Pemindahbukuan; atau
d. bukti penerimaan pajak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. SSP atau sarana administrasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinyatakan sah, dalam hal telah divalidasi dengan NTPN.
5. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bukti Pbk
dinyatakan sah dalam hal telah ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang
untuk menerbitkan Bukti Pbk.
6. Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak diakui sebagai pelunasan
kewajiban sesuai dengan tanggal bayar yang tertera pada BPN atau tanggal bayar
berdasarkan validasi MPN pada SSP atau sarana administrasi lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).
6
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Dalam aturan ini Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu yang memiliki Usaha tertentu dan
wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha tertentu. Dan untuk Wajib Pajak Badan,
besarnya pembayaran Angsuran PPh 25 yang terutang diperoleh dari penghasilan kena
pajak dikalikan dengan tariff PPh yang diatur di Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang
Undang Pajak Penghasilan.
d) Penagihan Pajak
Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya, Direktorat Jenderal
Pajak akan melakukan penagihan pajak. Tindakan ini dilakukan apabila wajib pajak tidak
membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam surat
tagihan pajak (STP), atau surat ketetapan pajak (SKP), Surat keputusan pembetulan, surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, maka DJP dapat melakukan tindakan penagihan.
Proses penagihan dimulai dengan Surat teguran dan dilajutkan dengan Surat Paksa. Dalam
hal WP tetap tidak membayar tagihan pajaknya maka dapat dilakukan penyitaan dan
pelelangan atas harta WP yang disita tersebut untuk melunasi pajak yang tidak atau belum
dibayar.
7
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
e) Ketetapan Pajak
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menerbitkan berbagai dasar hukum yang mengatur tentang
ketetapan pajak. Dasar hukum tersebut nantinya harus dipahami oleh seluruh bagian Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), untuk
memahami atas adanya kewajiban maupun hak Wajib Pajak. Kewajiban atau hak yang
dimaksud disampaikan kepada Wajib Pajak dalam bentuk surat ketetapan pajak yang terdiri
dari enam jenis sebagai berikut:
1. Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan surat yang diterbitkan untuk melakukan
tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga maupun denda. Sesuai dalam
peraturan UU Nomor 16 Tahun 2000 KUP, STP diatur dan diterbitkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
• Jika Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
• Jika hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak
sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
• Jika Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.
• Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPN dan
perubahannya tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak (PKP).
8
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
9
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 10 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
• Jika Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban pembukuan dan tidak memenuhi
permintaan dalam pemeriksaan pajak, sehingga tidak dapat diketahui besarnya
pajak yang terutang.
• Biasanya penerbitan SKPKB akan diikuti dengan sanksi administrasi dalam
bentuk denda maupun kenaikan. Sanksi administrasi berupa denda sebesar 2%
dalam satu bulan akan dikenakan, jika berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui
bahwa Wajib Pajak tidak atau kurang membayar besarnya pajak yang terutang.
10
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 11 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
• Pada Pajak Penghasilan (PPh) jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak
yang terutang, atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang.
• Pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN), jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah
pajak yang terutang atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang.
• Pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), jumlah pajak yang dibayar
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau sudah dilakukan pembayaran
pajak yang tidak seharusnya terutang.
Penerbitan SKPLB akan dilakukan apabila ada permohonan tertulis dari Wajib
Pajak
11
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 12 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
oleh Wajib Pajak pada waktu yang ditetapkan. Dalam Pasal 10 Ayat 1 UU Nomor 12
Tahun 1994 mengatur tentang SPPT terkait Pajak Bumi dan Bangunan. Penerbitan
SPPT akan dilakukan berdasarkan pada Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
yang sudah disampaikan oleh Wajib Pajak, atau berdasarkan data objek pajak yang
sudah tersimpan di Kantor Pelayanan PBB.
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
12
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 13 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
18. Referensi :
a. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
b. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
c. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
d. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
e. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
f. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
13
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 14 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke :2
8. Bahan Kajian :
1. Penagihan pajak
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab latihan dan tugas
14
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 15 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Menjelaskan lingkup Memperhatikan, LCD,
mata kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
Pendahuluan
Mengulas kembali catatan Diktat Ajar
materi mata kuliah yang
terkait dengan materi
yang akan diajarkan
Penyampaian Materi Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi Berdiskusi dengan BPP
Penyajian dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
Penagihan Pajak
Kegiatan Praktikum
Mahasiswa mengerjakan Mengerjakan
(menyelesaikan kasus/soal) kasus/soal pada buku
pada buku panduan panduan praktikum
praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing
pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.
Tindakan penagihan pajak ini dapat dijelaskan dalam alur sebagai berikut:
15
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 16 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Keterangan Gambar:
1. Proses penagihan dimulai dari adanya dasar penagihan yang terdiri dari Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan (SK Pembetulan), Surat
Keputusan Keberatan (SK Keberatan), Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan
Kembali tidak disengketakan oleh Anda.
2. Jatuh tempo dasar penagihan adalah 1 (satu) bulan sejak terbit. Apabila dalam jangka
waktu tersebut, Penanggung Pajak tidak mengajukan permohonan
angsuran/penundaan dan tidak melunasi hingga jatuh tempo, maka setelah lewat
waktu 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo akan dikeluarkan Surat Teguran.
16
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 17 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
3. Akan dikeluarkan Surat Paksa (SP) setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak
diterbitkannya Surat Teguran oleh Jurusita secara langsung apabila Penanggung
Pajak belum melunasi utang pajaknya.
a. Jurusita dapat melakukan melakukan pengumuman di media massa,
pemblokiran, pencegahan, dan penyanderaan terhadap penanggung pajak yang
belum melunasi utang pajak dan biaya penagihan tanpa menunggu jatuh tempo.
b. Apabila penanggung pajak mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya Rp 100
juta dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak, dapat dilakukan
pencegahan dan penyanderaan.
c. Jangka waktu penyanderaan 6 (enam) bulan dapat diperpanjang maksimal 6
(enam) bulan. Penyanderaan tidak menghapus utang pajak dan penagihan tetap
dilaksanakan.
4. Apabila sampai batas waktu Surat Paksa (SP) Penanggung Pajak belum melunasi
utang pajaknya, maka setelah lewat waktu 2 x 24 jam (dua kali dua puluh empat jam)
akan diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
a. Surat Pencabutan Sita diterbitkan oleh Jurusita apabila Penanggung Pajak telah
melunasi utang pajak dan biaya penagihan atau berdasarkan keputusan
pengadilan.
5. Pejabat lelang akan melakukan pengumuman lelang apabila setelah lewat waktu 14
(empat belas hari ) sejak tanggal penyitaan, Penanggung Pajak belum juga melunasi
utang pajak dan biaya penagihannya.
6. Pelaksanaan lelang dilaksanakan setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak
pengumuman lelang apabila penanggung pajak tidak membayar utang pajak dan
biaya penagihannya.
Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak
17
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 18 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
yang masih harus dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak. Apabila Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak
yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak juga
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah
pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah
pajak yang sebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenai
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari saat berakhirnya batas
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal dibayarnya
kekurangan pembayaran tersebut dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
18
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 19 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
4) Anda dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang, Keputusan Pencegahan
dalam Rangka Penagihan Pajak ke Pengadilan Pajak
5) Anda dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan penyanderaan ke Pengadilan
Negeri
6) Anda dapat Mengajukan sanggahan atas objek sita
Daluwarsa Penagihan
Jangka waktu DJP dapat melaksanakan penagihan pajak, termasuk bunga, kenaikan,
dan biaya penagihan pajak, terhadap Anda adalah 5 (lima) tahun sejak penerbitan
dasar penagihan pajak. Namun dapat tertangguh/melewati 5 (lima) tahun apabila:
1. Diterbitkan Surat Paksa
2. Ada pengakuan utang pajak dari Anda baik langsung maupun tidak langsung,
misalnya mengajukan permohonan pengangsuran/penundaan pembayaran
3. Diterbitkannya SKPKB atau SKPKBT karena Anda melakukan tindak pidana
perpajakan dan tindak pidana lain yang merugikan pendapatan Negara
4. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
19
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 20 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
18. Referensi :
a. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
b. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
c. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
d. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
e. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
f. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
20
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 21 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke :3
8. Bahan Kajian :
a. Sanksi Perpajakan
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
latihan soal.
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Menjelaskan lingkup Memperhatikan, LCD,
mata kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
Pendahuluan
Mengulas kembali catatan Diktat Ajar
materi mata kuliah yang
terkait dengan materi
yang akan diajarkan
Penyampaian Materi Mendengarkan LCD,
Penyajian
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi Berdiskusi dengan BPP
21
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 22 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Kegiatan Praktikum
Mahasiswa mengerjakan
(menyelesaikan kasus/soal)
pada buku panduan Mengerjakan
praktikum. Dosen kasus/soal pada buku
mengamati dan panduan praktikum
membimbing
pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar
peraturan. Peraturan atau Undang-undang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak
dilakukan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau Undang-undang tidak dilanggar. Sanksi
pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
(norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan
merupakan alat pencegah agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Menurut Tjahjono (2005), sanksi pajak adalah suatu tindakan yang diberikan kepada Wajib
Pajak ataupun pejabat yang berhubungan dengan pajak yang melakukan pelanggaran baik
secara sengaja maupun karena alpa. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan akan dipatuhi. Dengan kata lain, sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah lndonesia
memilih menerapkan self assessment system dalam rangka pelaksanaan pemungutan pajak.
22
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 23 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Berdasarkan sistem ini, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung menyetor, dan
melaporkan pajaknya sendiri. Untuk dapat menjalankannya dengan baik, maka setiap Wajib
Pajak memerlukan pengetahuan pajak, baik dari segi peraturan maupun teknis
administrasinya. Agar pelaksanaannya dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan,
pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam UU Perpajakan yang berlaku.
Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika
kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi.
Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksisanksi perpajakan. Pada hakikatnya,
pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Itulah sebabnya, penting bagi Wajib pajak
memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang
dilakukan ataupun tidak dilakukan.
Untuk dapat memberikan gambaran mengenai hal-hal apa saja yang perlu dihindari agar tidak
dikenai sanksi perpajakan, di bawah ini akan diuraikan tentang jenis-jenis sanksi perpajakan
dan perihal pengenaannya.
23
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 24 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
2 UU KUP 2007 Pasal 8 ayat (3) Pengungkapan ketidakbenaran dan pelunasan 150% x jumlah pajak kurang
sebelum penyidikan bayar
3 UU KUP 2007 Pasal 14 ayat (4) a. PKP tidak membuat faktur pajak 2% dari pengenaan pajak
4 UU KUP 2007 Pasal 14 ayat (5) PKP gagal produksi telah diberikan restitusi
5 UU KUP 2007 Pasal 25 ayat (9) Pengajuan keberatan ditolak/dikabulkan 50% x jumlah pajak berdasarkan
sebagian keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan
6 UU KUP 2007 Pasal 27 ayat (5d) Permohonan banding ditolak/dikabulkan 100% x jumlah pajak
sebagian berdasarkan Putusan Banding
dikurangi dengan pajak yang
telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan
24
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 25 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah sanksi bunga dalam
ketentuan perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu) bulan penuh. Dengan kata lain,
bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh atau tidak dihitung secara harian.
1 UU KUP 2007 Pasal 8 Ayat (2) Pembetulan SPT tahunan dalam 2 tahun
2 UU KUP 2007 Pasal 8 Ayat (2a) Pembetulan SPT masa dalam 2 tahun 2% per bulan dari jumlah pajak yang
kurang dibayar, dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran s/d tanggal
pembayaran
5 UU KUP 2007 Pasal 8 Ayat (2a) SKPKB kurang bayar atau tidak dibayar dan 2% per bulan dari jumlah kurang
penerbitan NPWP dan pengukuhan PKP maksimal 24 bulan
secara jabatan
6 UU KUP 2007 Pasal 13 Ayat (5) Penerbitan SPT setelah 5 tahun 48% dari jumlah pajak yang
tidak/kurang dibayar
7 UU KUP 2007 Pasal 14 ayat (3) (a) PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2% per bulan dari jumlah pajak tidak/
8 UU KUP 2007 Pasal 14 Ayat (5) PKP gagal produksi 2% dari pajak yang ditagih
9 UU KUP 2007 Pasal 15 Ayat (4) SKPKBT diterbitkan setelah lewat 5 tahun 48% dari jumlah yang tidak/kurang
karena adanya tindak pidana dibayar
25
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 26 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
10 UU KUP 2007 Pasal 19 Ayat (1) SKPKB/T, Surat Keputusan Pembetulan, 2% per bulan dari jumlah pajak yang
Surat Keputusan Keberatan atau Putusan tidak/kurang dibayar, dihitung dari
Banding yang berakibat kurang tanggal jatuh tempo s/d tanggal
bayar/terlambat bayar pelunasan/diterbitkannya STP
12 UU KUP 2007 Pasal 19 Ayat (3) Kekurangan pajak karena penundaan SPT 2% per bulan dari kekurangan
pembayaran dihitung dari batas akhir
penyampaian SPT s/d tanggal
dibayarnya kekurangan tersebut.
1 UU KUP 2007 Pasal 8ayat (5) Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT 50% dari pajak yang kurang dibayar
setelah lewat 2 tahun sebelum terbitnya SKP
a. SKPKB karena SPT tidak disampaikan 50% dari PPh yang tidak/kurang
dibayar dalam setahun
2 UU KUP 2007 Pasal 13 ayat (3) b. PPN/PPnBM tidak seharusnya dikompensasi 100% dari PPh yang tidak/kurang
atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% dipotong, tidak/kurang dipungut,
tidak/kurang disetor dan
26
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 27 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
3 UU KUP 2007 Pasal 13A Tidak menyampaikan SPT/menyampaikan SPT 200% dari jumlah pajak yang kurang
tetapi isinya tidak benar/tidak lengkap atau dibayar yang diterapkan melalui
melampirkan keterangan yang isinya tidak penerbitan SKPKB
benar, yang dilakukan karena kealpaan dan
pertama kali
5 UU KUP 2007 Pasal 17C ayat (5) SKPKB yang terbit dilakukan pengembalian 100% dari jumlah kekurangan pajak
pendahuluan kelebihan pajak bagi WP dengan
kriteria tertentu
6 UU KUP 2007 Pasal 17D ayat (5) SKPKB yang terbit setelah dilakukan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
bagi wajib pajak dengan persyaratan
2. Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum. Dalam perpajakan pun
dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP menyatakan bahwa pada dasarnya, pengenaan
sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalam pemberlakuan sanksi pidana
dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38
UU KUB tidak dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi. Pelanggaran
Pasal 38 UU KUP adalah tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan.
Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak pelanggaran disebut dengan
kealpaan, yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban
pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan tindak
kejahatan adalah tindakan dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban pajak sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
27
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 28 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak pidana di bidang
perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terlampaui.Jangka
waktu ini dihitung sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya
bagian tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Penetapan jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun ini disesuaikan dengan daluarsa penyimpanan dokumen-
dokumen perpajakan yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terutang, yaitu
selama 10 (sepuluh) tahun. Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi
pidana pada intinya diatur dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak formal. Namun,
dalam UU Perpajakan lainnya, dapat juga diatur sanksi pidana. Sanksi pidana biasanya
disertai dengan sanksi administrasi berupa denda, walaupun tidak selalu ada.
1 UU KUP 2007 Pasal 38 ayat (1) Setiap orang yang karena kealpaannya: Pidana kurungan paling sedikit 3
bulan/paling lama 1 tahun atau
a. Tidak menyampaikan SPT denda paling sedikit 1 kali jumlah
pajak terutang yang tidak/kurang
b. Menyampaikan SPT tetapi isinya tidak dibayardan paling banyak 2 kali
benar atau tidak lengkap atau melampirkan jumlah pajak terutang yang tidak
keterangan yang isinya benar sehingga dapat atau kurang dibayar
menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dan perbuatan tersebut merupakan
perbuatan setelah perbuatan yang pertama
kali.
b. Menyalahgunakan/menggunakan tanpa
hak NPWP/PKP
28
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 29 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
2 UU KUP 2007 Pasal 39 ayat (1) f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, Penjara paling singkat 6 tahun dan
atau dokumen lain yang palsu/dipalsukan denda paling sedikit 2 kali jumlah
seolah-olah benar atau tidak pajak terutang yang tidak atau
menggambarkan keadaan yang sebenarnya kurang dibayar dan paling banyak 4
kali jumlah pajak terutang yang
tidak/kurang dibayar
g. Tidak menyelenggarakan
pembukuan/pencatatan di Indonesia, tidak
meminjamkan buku, catatan/dokumen lain
3 UU KUP 2007 Pasal 39 ayat (2) Seseorang melakukan lagi tindak pidana di Pidana penjara paling singkat 6
bidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun tahun dan denda paling sedikit 2
terhitung sejak selesainya menjalani pidana kali jumlah pajak terutang yang
yang dijatuhkan tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 kali jumlah pajak
terutang yang tidak/kurang dibayar
dan sanksi tersebut akan
ditambahkan 1 kali menjadi 2 kali
sanksi pidana
4 UU KUP 2007 Pasal 39 ayat (3) Sesuatu yang diketahui/diberitahukan Pidana kurungan paling singkat 6
kepadanya oleh WP Dalam rangka bulan/paling lama 2 tahun atau
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan denda paling sedikit 2 kali jumlah
ketentuan per UU Perpajakan restitusi yang dimohonkan
dan/keterangan yang isinya tidak dan/kompensasi atau pengkreditan
benar/tidak lengkap yang dilakukan dan paling banyak 4
kali jumlah restitusi yang
dimohonkan dan/kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan
29
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 30 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
6 UU KUP 2007 Pasal 41 ayat (1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak Pidana kurungan paling lama 1
memenuhi kewajiban merahasiakan segala tahun dan denda paling banyak Rp
sesuatu yang diketahui/diberitahukan 25 Juta
kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan per UU perpajakan, atas
pengaduan orang yang kerahasiaannya
dilanggar
7 UU KUP 2007 Pasal 41 ayat (2) Pejabat yang dengan sengaja tidak Pidana kurungan paling lama 2
memenuhi kewajiban merahasiakan segala tahun dan denda paling banyak 50
sesuatu yang diketahui/diberitahukan Juta
kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan per UU perpajakan, atas
pengaduan orang yang kerahasiaannya
dilanggar
8 UU KUP 2007 Pasal 41A Setiap orang yang wajib memberikan Pidana kurungan paling lama 1
keterangan/bukti yang diminta oleh Direktur tahun dan denda paling banyak Rp
Jenderal Pajak pada saat melakukan 25 Juta
pemeriksaan pajak, penagihan
pajak/penyidikan tindak pidana dibidang
perpajakan tetapi dengan sengaja tidak
memberi keterangan/bukti yang tidak benar
9 UU KUP 2007 Pasal 41B Setiap orang yang dengan sengaja Pidana kurungan paling lama 3
menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban tahun atau denda paling banyak 75
pejabat dan pihak lain dalam merahaiakan juta
segala sesuatu yang diketahui/diberitahukan
kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan peraturan per UU perpajakan
30
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 31 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
10 UU KUP 2007 Pasal 41C ayat (1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak Pidana kurungan paling lama 1
memenuhi kewajiban merahasiakan segala tahun dan denda paling banyak 1
sesuatu yang diketahui/diberitahukan milyar
kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan peraturan per UU perpajakan
11 UU KUP 2007 Pasal 41C ayat (2) Setiap orang yang dengan sengaja tidak Pidana kurungan paling lama 10
terpenuhi kewajiban pejabat dan pihak lain bulan dan/atau denda paling
dalam merahasiakan segala sesuatu yang banyak 800 juta
diketahui/diberitahukan kepadanya oleh WP
dalam rangka jabatan/pekerjaannya untuk
menjalankan ketentuan per UU perpajakan
12 UU KUP 2007 Pasal 41C ayat (3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak
memberikan data dan informasi yang
diminta oleh Direktur Jenderal Pajak dalam
menghimpun data dan informasi untuk
kepentingan penerimaan negara
13 UU KUP 2007 Pasal 41C ayat (4) Setiap orang yang dengan sengaja Pidana kurungan paling lama 1
menyalahgunakan data dan informasi tahun dan/atau denda paling
perpajakan sehingga menimbulkan kerugian banyak 500 juta
bagi negara
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
31
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 32 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Pertanyaan:
a. Dengan adanya pengajuan perpanjangan, bagaimana pengenaan sanksi kepada PT BJT
atas penyampaian SPT Tahunan PPh Badan tahun 2017? Jelaskan. (5%)
32
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 33 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
b. Apabila besarnya SKPKB hanya dibayar sebagian yaitu Rp400 juta pada tanggal 17
Desember 2018, dan baru dilunasi pada tanggal 19 Januari 2019, berapakah sanksi
bunga penagihan yang dikenakan terhadap PT BJT? (5%)
c. Apabila besarnya SKPKB dibayar seluruhnya pada tanggal 19 Januari 2019, berapakah
sanksi bunga penagihan yang dikenakan terhadapt PT BJT? (5%)
d. Berapakah besarnya sanksi atas SKPKBT tersebut? (5%)
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
18. Referensi :
a. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
b. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
c. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
d. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
e. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
f. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
33
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 34 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke :4
8. Bahan Kajian :
Sengketa Pajak: Upaya Keberatan
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
Latihan soal
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Menjelaskan lingkup mata Memperhatikan, LCD,
Pendahuluan kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
Mengulas kembali materi catatan Diktat Ajar
mata kuliah yang terkait
dengan materi yang akan
34
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 35 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
diajarkan
Penyampaian Materi Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan penjelasan bertanya Diktat Ajar,
dan berdiskusi dengan Berdiskusi dengan BPP
Penyajian mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
1. Sengketa pajak: Upaya
Keberatan
Mengerjakan
Kegiatan Praktikum kasus/soal pada buku
Mahasiswa mengerjakan panduan praktikum
(menyelesaikan kasus/soal)
pada buku panduan praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
Penutup singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
pertemuan ini dan memberikan bertanya. Diktat Ajar
gambaran materi selanjutnya
selanjutnya.
Wajib Pajak hanya dapat mengajukan keberatan terhadap materi atau isi dari surat
ketetapan pajak, yang meliputi jumlah rugi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, jumlah besarnya pajak, atau terhadap materi atau isi dari
35
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 36 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
pemotongan atau pemungutan pajak. Dalam hal terdapat alasan keberatan selain
mengenai materi atau isi dari surat ketetapan pajak atau pemotongan atau pemungutan
pajak, alasan tersebut tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan.
36
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 37 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Ketentuan khusus:
Dalam hal Surat Keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, atau huruf f, Wajib Pajak dapat melakukan perbaikan atas
Surat Keberatan tersebut dan menyampaikan kembali sebelum jangka waktu 3
(tiga) bulan terlampaui.
Tanggal penyampaian Surat Keberatan yang telah diperbaiki merupakan
tanggal Surat Keberatan diterima.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
yang masih harus dibayar yang tidak disetujui dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verikasi sebagaimana tercantum
dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, dan belum dibayar pada saat pengajuan keberatan,
tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat
Keputusan Keberatan.
37
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 38 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
b. Wajib Pajak harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan paling lama 15 (lima
belas) hari kerja setelah tanggal surat permintaan peminjaman dan/atau surat
permintaan keterangan dikirim.
c. Apabila sampai dengan jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal surat
permintaan peminjaman dan/atau surat permintaan keterangan dikirim berakhir,
Wajib Pajak tidak meminjamkan sebagian atau seluruh buku, catatan, data dan
informasi dan/atau tidak memberikan keterangan yang diminta, Direktur Jenderal
Pajak menyampaikan:
- surat permintaan peminjaman yang kedua; dan/atau
- surat permintaan keterangan yang kedua.
d. Wajib Pajak harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan yang kedua paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal surat peminjaman dan/atau permintaan
yang kedua dikirim.
38
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 39 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
b. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan gugatan ke Pengadilan Pajak atas surat dari
Direktur Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa keberatan Wajib Pajak tidak
dipertimbangkan, jangka waktu 12 (dua belas) bulan tertangguh, terhitung sejak
tanggal dikirim surat dari Direktur Jenderal Pajak tersebut kepada Wajib Pajak sampai
dengan Putusan Gugatan Pengadilan Pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
c. Apabila jangka waktu di atas telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi keputusan atas keberatan, keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak
dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan
Keberatan sesuai dengan pengajuan keberatan Wajib Pajak dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan sejak jangka waktu 12 (dua belas) bulan tersebut berakhir.
39
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 40 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
d. Wajib Pajak yang mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada
Direktur Jenderal Pajak ini tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau
pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar.
e. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan, Wajib Pajak dianggap tidak
mengajukan keberatan.
f. Dalam hal Wajib Pajak dianggap tidak mengajukan keberatan, pajak yang masih
harus dibayar dalam SKPKB atau SKPKBT yang tidak disetujui dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verikasi menjadi utang pajak
sejak tanggal penerbitan SKP.
KETENTUAN TAMBAHAN
Wajib Pajak yang mengajukan keberatan tidak dapat mengajukan permohonan:
1. pengurangan, penghapusan, dan pembatalan sanksi administrasi berupa bunga, denda,
dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan;
2. pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar; atau
3. pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan atau verikasi yang
dilaksanakan tanpa:
- penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan atau surat pemberitahuan
hasil Verikasi; atau
- pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verikasi
dengan Wajib Pajak.
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
40
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 41 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi
Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
41
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 42 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke :5
8. Bahan Kajian :
Sengketa Pajak : upaya banding ke pengadilan pajak
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus latihan soal
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Menjelaskan lingkup mata Memperhatikan, LCD,
Pendahuluan
kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
Mengulas kembali materi catatan Diktat Ajar
mata kuliah yang terkait
42
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 43 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas
keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding ke
Badan Peradilan Pajak.
Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung
Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Putusan Banding adalah putusan badan
peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh
Wajib Pajak.
43
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 44 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
44
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 45 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Dapat didampingi atau diwakili oleh Kuasa Hukum yang telah terdaftar/mendapat ijin
Kuasa Hukum dari Ketua Pengadilan Pajak.
6. Dapat meminta kepada Majelis kehadiran saksi.
PENCABUTAN BANDING
Terhadap Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak.
Banding yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan:
- penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang
dilaksanakan;
- putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan
pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding.
Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan, tidak dapat diajukan
kembali.
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
Pertanyaan:
4. Berikan tanggapan anda mengenai sengketa tersebut? Apakah putusan telah sesuai
dengan UU perpajakan yang berlaku?
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
45
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 46 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi
Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
46
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 47 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke :6
8. Bahan Kajian :
a. Sengketa Pajak : upaya gugatan ke pengadilan pajak
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
Latihan soal
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Menjelaskan lingkup mata Memperhatikan, LCD,
Pendahuluan kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
Mengulas kembali materi catatan Diktat Ajar
mata kuliah yang terkait
dengan materi yang akan
47
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 48 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
diajarkan
Penyampaian Materi Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan penjelasan bertanya Diktat Ajar,
dan berdiskusi dengan Berdiskusi dengan BPP
Penyajian mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
Sengketa Pajak : upaya
gugatan ke pengadilan
pajak
Kegiatan Praktikum Mengerjakan
Mahasiswa mengerjakan kasus/soal pada buku
(menyelesaikan kasus/soal) panduan praktikum
pada buku panduan praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
Penutup singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
pertemuan ini dan memberikan bertanya. Diktat Ajar
gambaran materi selanjutnya
selanjutnya.
SYARAT PENGAJUAN
1. Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
2. Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak
adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan. Jangka waktu ini
tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan
di luar kekuasaan penggugat. Perpanjangan jangka waktunya adalah 14 (empat belas)
hari terhitung sejak berakhirnya keadaan diluar kekuasaan penggugat.
48
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 49 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
3. Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan adalah
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima keputusan yang digugat. Jangka waktu ini
tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan
di luar kekuasaan penggugat. Perpanjangan jangka waktunya adalah 14 (empat belas)
hari terhitung sejak berakhirnya keadaan diluar kekuasaan penggugat.
4. Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu)
Surat Gugatan Gugatan.
5. Gugatan disertai dengan alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima,
pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen
yang digugat.
49
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 50 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
d. penerbitan Surat Keputusan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
PENCABUTAN GUGATAN
a. Terhadap Gugatan dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan
Pajak.
b. Gugatan yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan: penetapan Ketua dalam
hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang; putusan Majelis/Hakim
Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan setelah
sidang atas persetujuan tergugat.
c. Gugatan yang telah dicabut melalui penetapan ketua atau putusan Majelis/Hakim
Tunggal tidak dapat diajukan kembali.
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
50
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 51 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
51
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 52 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke :7
8. Bahan Kajian :
Sengketa Pajak : upaya peninjauan kembali ke MA
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
Latihan soal
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Menjelaskan lingkup mata Memperhatikan, LCD,
Pendahuluan kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
Mengulas kembali materi catatan Diktat Ajar
52
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 53 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
SYARAT PENGAJUAN
1. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada
Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.
2. Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan atau menghentikan
pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak.
3. Hukum Acara yang berlaku pada pemeriksaan peninjauan kembali adalah hukum
acara pemeriksaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam UU No. 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, kecuali yang diatur secara khusus dalam UU
Pengadilan Pajak.
53
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 54 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
54
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 55 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
4 Apabila mengenai suatu bagian dari diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan
tuntutan belum diputus tanpa sejak putusan dikirim.
mempertimbangkan sebab-sebabnya.
5 Apabila terdapat suatu putusan yang diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan
nyatanyata tidak sesuai dengan ketentuan sejak putusan dikirim.
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
PENCABUTAN PERMOHONAN
Permohonan Peninjauan Kembali dapat dicabut sebelum diputus, dan jika sudah dicabut,
maka permohonan peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
55
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 56 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Pertanyaan:
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi
Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
56
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 57 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke :9
8. Bahan Kajian :
Penilaian risiko dengan menggunakan uji pengendalian
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus latihan soal
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Mengulas kembali Memperhatikan, LCD,
materi yang diberikan bertanya, membuat Laptop/komputer,
Pendahuluan pada pertemuan catatan Diktat Ajar
sebelumnya
menghubungkan dengan
materi yang akan
diajarkan
57
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 58 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Pengadilan pajak adalah suatu badan atau lembaga peradilan yang menjalankan
kekuasaan kehakiman di Indonesia bagi masyarakat atau wajib pajak yang ingin
menyelesaikan sengketa perpajakan. Sengketa perpajakan sendiri dipahami sebagai
perselisihan yang timbul di bidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat
berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau
gugatan kepada pengadilan pajak.
Pembentukan pengadilan pajak memiliki sejarah yang cukup panjang. Mulai dari Majelis
Pertimbangan Pajak (MPP) yang kemudian beralih menjadi Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak (BPSP). Namun seiring dengan semakin banyaknya masalah berkenaan
58
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 59 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
dengan sengketa pajak dari tahun ke tahun, BPSP dinilai tak lagi memadai dalam
melakukan penyelesaian sengketa pajak. Sebab itu, lembaga peradilan di bidang
perpajakan yang lebih komprehensif sangatlah dibutuhkan. Atas dasar itu, pemerintah
kemudian membentuk pengadilan pajak untuk menjamin hak dan kewajiban wajib pajak
sesuai dengan perundang-undangan.
Pengadilan pajak memiliki kedudukan resmi di DKI Jakarta sebagai ibu kota negara.
Meski begitu, ketua pengadilan pajak bisa menentukan lokasi lain sebagai tempat
pelaksanaan proses persidangan. Sejauh ini, Yogyakarta dan Surabaya adalah dua kota di
Pulau Jawa yang pernah menggelar persidangan perpajakan. Di Jakarta, alamat
pengadilan pajak terletak di Jalan Hayam Wuruk Nomor 7, Jakarta Pusat.
59
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 60 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Dalam hal banding, pengadilan pajak hanya berwenang untuk memeriksa dan
memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal gugatan, pengadilan pajak berwenang untuk memeriksa dan memutus
sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau
keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
telah beberapa kali diubah, di mana yang terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2000 dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Tugas dan kewenangan pengadilan pajak juga terkait dengan pengawasan terhadap
kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak yang
bersengketa dalam sidang-sidang pengadilan pajak, yang mana pengawasannya
diatur lebih lanjut dengan keputusan Ketua Pengadilan Pajak.
60
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 61 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Pengadilan pajak memiliki kuasa untuk memanggil atau meminta data atau
keterangan yang berkaitan dengan sengketa pajak dari pihak ketiga guna keperluan
pemeriksaan sengketa pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Kedua, wajib pajak pun memiliki hak untuk melayangkan gugatan terhadap proses
pajak yang dialaminya. Contoh kasusnya adalah penagihan pajak yang tidak sesuai atau
adanya penyitaan asset tanpa ada peringatan terlebih dahulu.
61
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 62 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi
Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
62
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 63 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke : 10
8. Bahan Kajian :
Kompetensi Pemgadilan Pajak
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
Latihan soal
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Mengulas kembali materi Memperhatikan, LCD,
yang diberikan pada bertanya, membuat Laptop/komputer,
Pendahuluan
pertemuan sebelumnya catatan Diktat Ajar
menghubungkan dengan
materi yang akan
diajarkan
63
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 64 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
64
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 65 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Pengadilan Pajak didirikan dengan suatu asumsi bahwa upaya peningkatan penerimaan
pajak pusat, pajak daerah, bea masuk dan cukai, dalam prakteknya, terkadang dilakukan
tanpa adanya peningkatan keadilan terhadap para Wajib Pajak itu sendiri. Selanjutnya,
kebutuhan adanya suatu lembaga Peradilan Pajak didasarkan pada dua hal sebagai
berikut:
1. Lembaga Peradilan Pajak dan Konsep Negara Hukum
Keberadaan lembaga peradilan pajak bila dikaitkan dengan konsep Negara Hukum
adalah untuk menegakkan konsep Negara hukum itu sendiri yang menghendaki
adanya penegakkan hukum . Hukum yang ditegakkan disini adalah hukum dalam
bidang perpajakan yang terkait dengan penegakan hak dan kewajiban negara dan
rakyat dalam rangka pemungutan pajak oleh negara terhadap rakyatnya atau
penduduk negara
2. Peradilan Pajak dan Perlindungan Hukum Bagi Rakyat
Lembaga Peradilan Pajak sebagai salah satu lembaga perlindungan hukum terutama
berfungsi di dalam memberikan perlindungan terhadap Wajib Pajak dan penanggung
pajak dari tindakan pemerintah di dalam memungut pajak terhadap rakyat.
65
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 66 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
2) Kompetensi Absolut
Pengadilan Pajak merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam memeriksa
dan memutus Sengketa Pajak. Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang
memeriksa dan memutus Sengketa Pajak. Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya
memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal 31 KUP menjelaskan sebagai
berikut.
- Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus
Sengketa Pajak.
66
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 67 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
- Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa
atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
- Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas
pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Selain yang tercantum dalam Pasal 31, Pengadilan Pajak juga mempunyai kewenangan
lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 32 yang berbunyi sebagai berikut:
- Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, Pengadilan
Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-
pihak yang bersengketa dalam sidangsidang Pengadilan Pajak.
- Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Ketua.
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
67
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 68 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
68
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 69 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke : 11
8. Bahan Kajian :
1. Hukum Acara Peradilan Pajak
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan latihan
Soal
69
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 70 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Mengulas kembali materi Memperhatikan, LCD,
yang diberikan pada bertanya, membuat Laptop/komputer,
Pendahuluan
pertemuan sebelumnya catatan Diktat Ajar
menghubungkan dengan
materi yang akan
diajarkan
Penyampaian Materi Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
show, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi Berdiskusi dengan BPP
Penyajian dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
1. Hukum acara pengadilan
pajak
Persiapan Persidangan
Pasal 44
(1) Pengadilan Pajak meminta Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan atas Surat
Banding atau Surat Gugatan kepada terbanding atau tergugat dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari sejak tanggal diterima Surat Banding atau Surat Gugatan.
70
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 71 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
(2) Dalam hal pemohon Banding mengirimkan surat atau dokumen susulan kepada
Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, jangka waktu 14 (empat belas)
hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung sejak tanggal diterima surat atau
dokumen susulan dimaksud.
Pasal 45
(1) Terbanding atau tergugat menyerahkan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dalam jangka waktu:
a. 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat Uraian Banding; atau
b. 1(satu) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat Tanggapan.
(2) Salinan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) oleh Pengadilan Pajak dikirim kepada pemohon Banding atau penggugat dalam
jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterima.
(3) Pemohon Banding atau penggugat dapat menyerahkan Surat Bantahan kepada
Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima salinan
Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
(4) Salinan Surat Bantahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dikirimkan kepada
terbanding atau tergugat, dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterima Surat Bantahan.
(5) Apabila terbanding atau tergugat, atau pemohon Banding atau penggugat tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (3), Pengadilan
Pajak tetap melanjutkan pemeriksaan Banding atau Gugatan.
Pasal 46
Pemohon Banding atau penggugat dapat memberitahukan kepada Ketua untuk hadir
dalam persidangan guna memberikan keterangan lisan.
71
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 72 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Pasal 47
(1) Ketua menunjuk Majelis yang terdiri dari 3 (tiga) orang Hakim atau Hakim Tunggal
untuk memeriksa dan memutus Sengketa Pajak.
(2) Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Majelis, Ketua menunjuk salah seorang
Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai Hakim Ketua yang memimpin
pemeriksaan Sengketa Pajak.
(3) Majelis atau Hakim Tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersidang pada
hari yang ditentukan dan memberitahukan hari sidang dimaksud kepada pihak yang
bersengketa.
Pasal 48
(1) Majelis/Hakim Tunggal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 sudah mulai
bersidang dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Banding.
(2) Dalam hal Gugatan, Majelis/Hakim Tunggal sudah memulai sidang dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Surat Gugatan.
Pasal 50
(1) Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua membuka sidang dan menyatakan
terbuka untuk umum.
(2) Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Majelis melakukan pemeriksaan
mengenai kelengkapan dan/atau kejelasan Banding atau Gugatan.
(3) Apabila Banding atau Gugatan tidak lengkap dan/atau tidak jelas sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) sepanjang bukan merupakan persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), dan Pasal 40 ayat (1)
72
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 73 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
dan/atau ayat (6), kelengkapan dan/atau kejelasan dimaksud dapat diberikan dalam
persidangan.
Pasal 51
(1) Hakim Ketua, Hakim Anggota, atau Panitera wajib mengundurkan diri dari suatu
persidangan apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat
ketiga, atau hubungan suami istri meskipun telah bercerai dengan salah seorang Hakim
atau Panitera pada Majelis yang sama.
(2) Hakim Ketua, Hakim Anggota, atau Panitera wajib mengundurkan diri dari suatu
persidangan apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat
ketiga, atau hubungan suami istri meskipun telah bercerai dengan pemohon Banding atau
penggugat atau kuasa hukum.
(3) Hakim Ketua, Hakim Anggota, atau Panitera sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) harus diganti, dan apabila tidak mengundurkan diri sedangkan sengketa
telah diputus, putusan dimaksud tidak sah dan Ketua memerintahkan sengketa dimaksud
segera disidangkan kembali dengan susunan Majelis dan/atau Panitera yang berbeda.
(4) Dalam hal hubungan keluarga sedarah, semenda, atau hubungan suami istri
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diketahui sebelum melewati jangka
waktu 1 (satu) tahun setelah sengketa diputus sebagaimana dimaksud dalam ayat (3),
sengketa dimaksud disidangkan kembali dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung
sejak diketahuinya hubungan dimaksud.
Pasal 52
(1) Hakim Ketua, Hakim Anggota, Panitera, Wakil Panitera, atau Panitera Pengganti
wajib mengundurkan diri dari suatu persidangan apabila berkepentingan langsung atau
tidak langsung atas satu sengketa yang ditanganinya.
(2) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan atas
permintaan salah satu atau pihak-pihak yang bersengketa.
73
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 74 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
(3) Ketua berwenang menetapkan pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) atau ayat (2) apabila ada keraguan atau perbedaan pendapat.
(4) Hakim Ketua, Hakim Anggota, Panitera, Wakil Panitera, atau Panitera Pengganti
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diganti dan apabila tidak diganti atau tidak
mengundurkan diri sedangkan sengketa telah diputus, putusan dimaksud tidak sah dan
Ketua memerintahkan sengketa dimaksud segera disidangkan kembali dengan susunan
Majelis dan Panitera, Wakil Panitera, atau Panitera Pengganti yang berbeda, kecuali
putusan dimaksud telah melampaui jangka waktu 1 (satu) tahun.
(5) Dalam hal kepentingan langsung atau tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diketahui sebelum melewati jangka waktu 1 (satu) tahun setelah sengketa
diputus sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), sengketa dimaksud disidangkan kembali
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kepentingan dimaksud.
Pasal 53
(1) Hakim Ketua memanggil terbanding atau tergugat dan dapat memanggil pemohon
Banding atau penggugat untuk memberikan keterangan lisan.
(2) Dalam hal pemohon Banding atau penggugat memberitahukan akan hadir dalam
persidangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Hakim Ketua memberitahukan
tanggal dan hari sidang kepada pemohon Banding atau penggugat.
Pasal 54
(1) Hakim Ketua menjelaskan masalah yang disengketakan kepada pihak-pihak yang
bersengketa.
(2) Majelis menanyakan kepada terbanding atau tergugat mengenai hal-hal yang
dikemukakan pemohon Banding atau penggugat dalam Surat Banding atau Surat
Gugatan dan dalam Surat Bantahan.
(3) Apabila Majelis memandang perlu dan dalam hal pemohon Banding atau penggugat
hadir dalam persidangan, Hakim Ketua dapat meminta pemohon Banding atau penggugat
untuk memberikan keterangan yang diperlukan dalam penyelesaian Sengketa Pajak.
74
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 75 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Pasal 55
(1) Atas permintaan salah satu pihak yang bersengketa, atau karena jabatan, Hakim
Ketua dapat memerintahkan saksi untuk hadir dan didengar keterangannya dalam
persidangan.
(2) Saksi yang diperintahkan oleh Hakim Ketua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib datang di persidangan dan tidak diwakilkan.
(3) Dalam hal saksi tidak datang meskipun telah dipanggil dengan patut dan Majelis
dapat mengambil putusan tanpa mendengar keterangan saksi, Hakim Ketua melanjutkan
persidangan.
(4) Apabila saksi tidak datang tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan meskipun
telah dipanggil dengan patut, dan Majelis mempunyai alasan yang cukup untuk
menyangka bahwa saksi sengaja tidak datang, serta Majelis tidak dapat mengambil
putusan tanpa keterangan dari saksi dimaksud, Hakim Ketua dapat meminta bantuan
polisi untuk membawa saksi ke persidangan.
(5) Biaya untuk mendatangkan saksi ke persidangan yang diminta oleh pihak yang
bersangkutan menjadi beban dari pihak yang meminta.
Pasal 56
(1) Saksi dipanggil ke persidangan seorang demi seorang.
(2) Hakim Ketua menanyakan kepada saksi nama lengkap, tempat lahir, umur atau
tanggal lahir, jenis kelamin, kewarganegaraan, tempat tinggal, agama, pekerjaan, derajat
hubungan keluarga, dan hubungan kerja dengan pemohon Banding/penggugat atau
dengan terbanding/tergugat.
(3) Sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut
agama atau kepercayaannya.
75
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 76 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Pasal 57
(1) Yang tidak boleh didengar keterangannya sebagai saksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 adalah:
a. Keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lurus ke atas atau ke bawah
sampai derajat ketiga dari salah satu pihak yang bersengketa;
b. Istri atau suami dari pemohon Banding atau penggugat meskipun sudah bercerai;
c. Anak yang belum berusia 17 (tujuh belas) tahun; atau
d. Orang sakit ingatan.
(2) Apabila dipandang perlu, Hakim Ketua dapat meminta pihak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c untuk didengar keterangannya.
Pasal 58
Pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) dapat menolak permintaan Hakim
Ketua untuk memberikan keterangan.
Pasal 59
Setiap orang yang karena pekerjaan atau jabatannya wajib merahasiakan segala sesuatu
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatannya, untuk keperluan persidangan kewajiban
merahasiakan dimaksud ditiadakan.
Pasal 60
(1) Pertanyaan yang diajukan kepada saksi oleh salah satu pihak disampaikan melalui
Hakim Ketua.
(2) Apabila pertanyaan dimaksud menurut pertimbangan Hakim Ketua tidak ada
kaitannya dengan sengketa, pertanyaan itu ditolak.
Pasal 61
(1) Apabila pemohon Banding atau penggugat atau saksi tidak paham Bahasa Indonesia,
Hakim Ketua menunjuk ahli alih bahasa.
76
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 77 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Pasal 62
(1) Dalam hal pemohon Banding atau penggugat atau saksi, ternyata bisu dan/atau tuli
serta tidak dapat menulis, Hakim Ketua menunjuk orang yang pandai bergaul dengan
pemohon Banding atau penggugat atau saksi, sebagai ahli alih bahasa.
(2) Sebelum melaksanakan tugasnya, ahli alih bahasa sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diambil sumpah atau janji menurut agama atau kepecayaannya.
(3) Dalam hal pemohon Banding atau penggugat atau saksi, ternyata bisu dan/atau tuli
tetapi dapat menulis, Hakim Ketua dapat memerintahkan Panitera menuliskan pertanyaan
atau teguran kepada pemohon Banding atau penggugat atau saksi, dan memerintahkan
menyampaikan tulisan itu kepada pemohon Banding atau penggugat atau saksi
dimaksud, agar ia menuliskan jawabannya, kemudian segala pertanyaan dan jawaban
harus dibacakan.
Pasal 63
(1) Saksi diambil sumpah atau janji dan didengar keterangannya dalam persidangan
dengan dihadiri oleh terbanding atau tergugat.
(2) Apabila terbanding atau tergugat telah dipanggil secara patut, tetapi tidak dapat
datang tanpa alas an yang dapat dipertanggungjawabkan, saksi diambil sumpah atau janji
dan didengar keterangannya tanpa dihadiri oleh terbanding atau tergugat.
(3) Dalam hal saksi yang akan didengar tidak dapat hadir di persidangan karena halangan
yang dapat dibenarkan oleh hukum, Majelis dapat datang ke tempat tinggal saksi untuk
77
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 78 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
mengambil sumpah atau janji dan mendengar keterangan saksi dimaksud tanpa dihadiri
oleh terbanding atau tergugat.
Pasal 64
(1) Apabila suatu sengketa tidak dapat diselesaikan pada 1 (satu) hari persidangan,
pemeriksaan dilanjutkan pada hari persidangan berikutnya yang ditetapkan.
(2) Hari persidangan berikutnya diberitahukan kepada terbanding atau tergugat dan dapat
diberitahukan kepada pemohon Banding atau penggugat.
(3) Dalam hal terbanding atau tergugat tidak hadir pada persidangan tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, sekalipun ia telah diberi tahu secara patut, persidangan
dapat dilanjutkan tanpa dihadiri oleh terbanding atau tergugat.
Pasal 66
(1) Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan terhadap:
a. Sengketa Pajak tertentu;
b. Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
81 ayat (2);
c. tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (1)
atau kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung, dalam putusan Pengadilan Pajak;
d. sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang
Pengadilan Pajak.
(2) Sengketa Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah
Sengketa Pajak yang Banding atau Gugatannya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 37
ayat (1), Pasal 40 ayat (1) dan/atau ayat (6). Pasal 67 Pemeriksaan dengan acara cepat
78
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 79 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
terhadap Sengketa Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) dilakukan tanpa
Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan dan tanpa Surat Bantahan.
Pasal 68
Semua ketentuan mengenai pemeriksaan dengan acara biasa berlaku juga untuk
pemeriksaan dengan acara cepat.
Pembuktian
Pasal 69
(1) Alat bukti dapat berupa:
a. surat atau tulisan;
b. keterangan ahli;
c. keterangan para saksi;
d. pengakuan para pihak; dan/atau
e. pengetahuan Hakim
(2) Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan.
Putusan
Pasal 77
(1) Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum
tetap.
(2) Pengadilan Pajak dapat mengeluarkan putusan sela atas Gugatan berkenaan dengan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2).
(3) Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan
Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.
Pasal 78
Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan
berdasarkan peraturan perundangundangan perpajakan yang bersangkutan, serta
berdasarkan keyakinan Hakim.
79
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 80 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Pasal 79
(1) Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Majelis, putusan Pengadilan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 diambil berdasarkan musyawarah yang dipimpin
oleh Hakim Ketua dan apabila dalam musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan,
putusan diambil dengan suara terbanyak.
(2) Apabila Majelis di dalam mengambil putusan dengan cara musyawarah tidak dapat
dicapai kesepakatan sehingga putusan diambil dengan suara terbanyak, pendapat Hakim
Anggota yang tidak sepakat dengan putusan tersebut dinyatakan dalam putusan
Pengadilan Pajak.
Pasal 80
(1) Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa:
a. menolak;
b. mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
c. menambah Pajak yang harus dibayar;
d. tidak dapat diterima;
e. membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung; dan/atau
f. membatalkan.
(2) Terhadap putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat lagi diajukan
Gugatan, Banding, atau kasasi.
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
80
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 81 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi
Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
81
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 82 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke : 12
Mahasiswa mampu memahami putusan Pengadilan Pajak
8. Bahan Kajian :
Penyampelan Audit
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Mengulas kembali Memperhatikan, LCD,
materi yang diberikan bertanya, membuat Laptop/komputer,
pada pertemuan catatan Diktat Ajar
Pendahuluan
sebelumnya
menghubungkan dengan
materi yang akan
diajarkan
82
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 83 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
show, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi Berdiskusi dengan BPP
dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
1. Penyampelan dalam
pengauditan
Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum
tetap. Pengadilan Pajak dapat mengeluarkan putusan sela atas Gugatan berkenaan dengan
permohonan penundaan penagihan pajak. Pihak-pihak yang bersengketa dapat
mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah
Agung.
83
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 84 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Putusan dengan acara cepat terhadap sengketa yang didasarkan pertimbangan hukum
bukan merupakan wewenang Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
66 ayat (1) huruf d, berupa tidak dapat diterima, diambil dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak Surat Banding atau Surat Gugatan diterima
Dalam hal putusan Pengadilan Pajak diambil terhadap sengketa pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3), pemohon Banding atau penggugat dapat mengajukan
Gugatan kepada peradilan yang berwenang.
84
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 85 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
• 30 (tiga puluh) hari sejak Banding atau Gugatan diterima dalam hal diajukan
setelah batas waktu pengajuan dilampaui.
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
18. Referensi :
85
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 86 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
86
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 87 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke : 13 - 15
8. Bahan Kajian :
Materi Minggu ke 1-12
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
memilih undang undang dan peraturan yang terkait
Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Mengulas kembali Memperhatikan, LCD,
materi yang diberikan bertanya, membuat Laptop/komputer,
pada pertemuan catatan Diktat Ajar
Pendahuluan
sebelumnya
menghubungkan dengan
materi yang akan
diajarkan
87
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 88 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
Kegiatan Praktikum
Mahasiswa mengerjakan
(menyelesaikan kasus) pada Mengerjakan
buku panduan praktikum. kasus/soal pada buku
Dosen mengamati dan panduan praktikum
membimbing
pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
88
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 89 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
.
89
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 90 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
5. Pertemuan ke : 16
8. Bahan Kajian :
10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
Latihan soal
14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.
16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.
18. Referensi :
90
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Halaman : 91 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
91
Scanned by CamScanner