Anda di halaman 1dari 186

LAPORAN AKTUALISASI

PESERTA PELATIHAN DASAR


CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN

Pembuatan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Sengketa dan Peradilan Pajak


untuk Mengoptimalkan Proses Kegiatan Belajar Mengajar di PS Akuntansi
Perpajakan

Disusun oleh :
Nama : Umarudin Kurniawan, S.E.,M.S.Ak
NIP : 199011032019031017
Jabatan : Dosen Asisten Ahli
Unit Kerja : Politeknik Negeri Lampung

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


BEKERJASAMA DENGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2020

ii
LEMBAR PENGESAHAN
RANCANGAN AKTUALISASI

Judul : Pembuatan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Sengketa


dan Peradilan Pajak untuk Mengoptimalkan Proses
Kegiatan Belajar Mengajar di PS Akuntansi Perpajakan
Nama : Umarudin Kurniawan, S.E.,M.S.Ak
NIP : 199011032019031017
Jabatan : Dosen Asisten Ahli
Unit Kerja : Politeknik Negeri Lampung

Laporan Aktualisasi ini Telah diseminarkan pada tanggal 27 November 2020.


Bertempat di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Geominerba,
Bandung

Peserta Diklat

Umarudin Kurniawan, S.E.,M.S.Ak.


NIP. 199011032019031017

Disetujui oleh:

Penguji Coach Mentor

M. Awaluddin Al Afgani,S.T., M.B.A Roni Rahmat Nugraha, S.T.,M.T. Nurmala, S.E., M.M.,Ak., CA
NIP. 198312272014021001 NIP. 197104212004111001 NIP. 197206102005012001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat mengikuti Latihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III Gelombang IV Angkatan 23
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Geominerba Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
tahun 2019 serta menyusun Laporan Pelaksanaan Aktualisasi dengan judul
“Pembuatan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Sengketa dan Peradilan Pajak
untuk Mengoptimalkan Proses Kegiatan Belajar Mengajar di PS Akuntansi
Perpajakan” sebagai syarat dan persiapan untuk menjalankan tugas sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
Laporan Pelaksanaan Aktualisasi ini disusun sebagai hasil aktualisasi
dan habituasi nilai-nilai budaya kerja ASN yang meliputi Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) di unit
kerja penulis. Kegiatan aktualisasi dan habituasi ini juga diharapkan dapat
menjadi semangat pembaruan dan perbaikan pada unit kerja serta
meningkatkan kualitas layanan publik.
Penulisan Laporan Pelaksanaan Aktualisasi ini tidak dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Politeknik Negeri Lampung yang telah memberikan
kesempatan kepada Penulis untuk mengikuti kegiatan Latsar
Gelombang 4 tahun 2020.
2. Nurmala, S.E., M.M selaku mentor atas motivasi dan bimbingannya,
3. Roni Rahmat Nugraha, S.T., M.T. selaku Coach atas arahan dan
bimbingannya,
4. M. Awalludin Al Afghani, S.T., M.B.A sebagai penguji yang telah
memberikan masukan yang membangun dalam penyempurnaan
Rancangan Akhir.
ii
5. Seluruh pemateri pada pelatihan dasar calon pegawai negri sipil
gelombang III, atas bimbingan dan ilmunya.
6. Bapak Budi Novriansyah dan Bapak Lilik sebagai Admin pada angkatan
7. Ayah, Ibu, Istri , anak, atas dukungannya.
8. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas bantuan
dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa rancangan aktualisasi ini masih jauh dari


kata sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan rancangan aktualisasi ini.
Semoga rancangan aktualisasi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 25 November 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel v

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Deskripsi Organisasi 2
C. Identifikasi Isu 9
D. Perumusan dan Penetapan Isu 10
BAB II Capaian Aktualisasi
A. Jadwal Rancangan dan Realisasi Kegiatan 15
B. Role Model 17
C Realisasi Pelaksanaan Aktualisasi 18
D Rencana Tindak Lanjut 39
BAB III Aktualisasi Nilai-Nilai Profesi PNS
A. Keterkaitan Kegiatan dengan Substansi Mata 41
Pelatihan (Nilai-nilai Dasar dan Kedudukan serta
Peran PNS)
B. Kontribusi Terhadap Visi dan Misi serta tujuan 46
Organisasi
C. Kontribusi terhadap Penguatan Nilai-nilai 46
Organisasi
D. Identifikasi Dampak Pemecahan Isu (Individu, Unit 47
Kerja, atau Organisasi)

E. Pengendalian oleh Coach dan Mentor (Form 49


Pengendalian)

BAB IV Penutup 50
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang undang no 5 tahun 2014, mengikuti latihan dasar


calon pegawai negri sipil menjadi syarat bagi Calon Pegawai Negeri SIpil
(CPNS) untuk diangkat menjadi Pegawai negeri sipil (PNS). Tujuan Latsar
tersebut adalah untuk mewujudkan ASN yang profesional berkarakter dalam
menghadapi tantangan yang ada, mampu bersikap dan bertindak profesional
dalam mengelola tantangan dan masalah keragaman sosial kultural dengan
menggunakan perspektif whole of government atau one government yang
didasari Nilai-nilai Dasar PNS berdasarkan kedudukan dan peran PNS dalam
NKRI padasetiap pelaksanaan tugas jabatannya sebagai pelayan masyarakat.

PP Nomor 11 tahun 2017 menjadi dasar dalam manajemen aparatur


sipil Negara yang bertujuan untuk membangun aparatur sipil Negara yang
memiliki integritas, professional dan netral serta bebas dari intervensi politik,
juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan
publik yang berkualitas bagi masyarakat.

Materi kegiatan pelatihan dasar calon pegawai negri sipil terdiri dari 4
tema yaitu: 1. sikap prilaku bela Negara , 2. nilai – nilai dasar pns, 3. kedudukan
dan peran pns dalam NKRI, dan 4. habituasi. Dalam sistem pembelajaran
Pelatihan Dasar Calon PNS, setiap peserta pelatihan dituntut untuk mampu
mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran yang telah dipelajari
melalui proses pembiasaan diri yang difasilitasi dalam pembelajaran agenda
Habituasi. Pembelajaran Agenda Habituasi memfasilitasi peserta melakukan
kegiatan pembelajaran aktualisasi mata- mata Pelatihan yang telah dipelajari.
Sehingga perlu merancang kegiatan – kegiatan yang bisa dilakukan selama
masa off campus.

Kegiatan yang dipilih dalam pengaktualisasian nilai – nilai dasar PNS


diperoleh dari isu yang sedang terjadi di unit kerja masing – masing peserta.
Setiap Instansi memiliki permasalahan yang dapat di kategorikan ke dalam 3
1
hal yaitu permasalah mengenai manajemen ASN, pelayanan publik dan Whole
of Government.

Dalam UU 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi disitu dijabarkan


salah satu tugas dosen adalah melakukan Tri Dharma Perguruan tinggi yaitu
Pendidikan dan Pengajaran, Penelitain, dan Pengabdian kepada masyarakat.
Kemudian dalam melaksanakan aktualisasi ini, saya akan melaksanakan
tugas dan fungsi pokok saya sebagai dosen.

B. Deksripsi Organisasi

1. Profil Organisasi
Politeknik Negeri Lampung (Polinela) pada awalnya dikenal dengan
nama Politeknik Pertanian Negeri Lampung dan resmi
menyelenggarakan pendidikan tinggi secara mandiri dan menjadi salah
satu bentuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Provinsi Lampung sejak
tanggal 7 April 2001, berdasarkan SK. Mendiknas RI No. 036/O/2001.

2. Visi
Menjadi politeknik yang bermutu, inovatif, dan unggul dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi terapan.

3. Misi
1) menyelenggarakan pendidikan tinggi vokasi yang berorientasi pada
akhlak mulia, terampil, disiplin, mandiri, dan kompetitif;
2) melaksanakan kajian keilmuan dan penelitian terapan untuk
menopang pendidikan dan pengajaran;
3) melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui transfer ilmu
pengetahuan dan teknologi terapan;
4) menguatkan budaya akademik, organisasi, dan kerja yang
berkarakter dan beretika;
5) menjalin kerjasama secara berkelanjutan dengan pihak lain.

4. Tujuan
1) menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, terampil, disiplin,
mandiri, dan memiliki keahlian di bidang iptek terapan;
2
2) mengembangkan pengetahuan terapan bidang teknologi terapan
yang memajukan penerapan teknologi di industri dan masyarakat;
3) meningkatkan budaya akademik, organisasi, dan kerja yang sehat
dan dinamis sebagai basis kerja sama dengan pemangku
kepentingan guna mengembangkan penerapan teknologi dan
memajukan kemandirian masyarakat;
4) menerapkan manajemen perguruan tinggi modern dalam
pengelolaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat;
5) mewujudkan kepakaran bidang teknologi dan bisnis yang bermanfaat
dan diakui secara nasional dan internasional.

5. Nilai Organisasi
Berdasarkan visi dan misi Politeknik Negeri Lampung yang telah
dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan nilai-nilai organisasi pada Politeknik
Negeri Lampung antara lain:
1) Kompetensi. Politeknik Negeri Lampung berupaya menghasilkan
lulusan yang memiliki kompetensi industri dan berjiwa enterpreunerserta
berakhlak mulia sehingga mampu bersaing baik ditingkat lokal maupun
regional dalam rangka menghadapi persaingan global.
2) Disiplin. Politeknik Negeri Lampung menjadikan disiplin sebagai budaya
kampus dalam menjalankan tugas dan kewajiban setiap warga kampus.
3) Inovasi. Politeknik Negeri Lampung berupaya menghasilkan karya-
karya teknologi tepat guna meningkatkan mutu pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat.
4) Bermanfaat. Politeknik Negeri Lampung menyelenggarakan pengabdian
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
5) Berdaya saing. Politeknik Negeri Lampung berupaya meningkatkan
kualitas kerjasama yang saling menguntungkan dengan stakeholder.
6) Komitmen mutu. Politeknik Negeri Lampung berupaya menjadi lembaga
pendidikan tinggi yang efektif, efisien, dan produktif.

3
7) Berjiwa kewirausahaan. Politeknik Negeri Lampung mendukung dan
menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan melalui kegiatan
perkuliahan, praktikum, dan ekstrakurikuler.

6. Struktur Organisasi
Untuk mencapai visi dan misi tersebut maka disusunlan struktur organisasi
baik ditingkat institusi maupun jurusan demi memudahkan tugas dan pokok
sesuai jabatan yang dimiliki.Struktur organisasi politeknik negeri lampung
dan Jurusan Ekonomi dan Bisnis dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar
2.

Unit Tempat
Bekerja

Gambar 1. Struktur Organisasi Politeknik Negeri Lampung

4
Mentor:
Nurmala, S.E.,M.M.

Peserta Latsar

Gambar 2. Struktur Organisasi Jurusan Ekonomi dan Bisnis

7. Unit kerja organisasi


Berdasarkan gambar bagan struktur organisasi di tingkat Politekni Negeri
Lampung hingga Jurusan Ekonom dan Bisnis maka dapat dilihat posisi
penulis dalam melakukan proses aktualisasi di unit kerja. Penempatan
penulis sebagai dosen di Program Studi D4 Akuntansi dan Pajak di Jurusan
Ekonomi dan Bisnis sesuai dengan Surat Tugas Nomor 3098/PL15/KP/2019
per tanggal 1 maret 2019 yang disahkan oleh Direktur Politeknik Negeri
Lampung.

5
1) Visi Unit Kerja Organisasi
Menjadi Program Studi Pendidikan Vokasi penghasil sumber daya
manusia profesional yang berintegritas dan berdaya saing kompetitif
di bidang Akuntansi dan Perpajakan
2) Misi Unit Kerja Organisasi
a) Menyelenggarakan program pendidikan akuntansi perpajakan
jenjang D4 dengan kurikulum yang mengacu pada SN-PT dan
dilandasi oleh nilai-nilai keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Menyelenggarakan penelitian terapan di bidang akuntansi
perpajakan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
c) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk
membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
menunjang pembangunan nasional
d) Menjalin kerjasama secara berkelanjutan dengan stakeholder.
3) Tujuan Unit Kerja Organisasi
a) Menghasilkan sarjana sains terapan dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang unggul dan kompetitif di bidang akuntansi dan
perpajakan
b) Menghasilkan sumber daya manusia yang berkarakter dan
berintegritas dalam menjalankan profesinya
c) Menghasilkan penelitian terapan dalam meningkatkan kompetensi
dosen dan mahasiswa
d) Meningkatkan kompetensi masyarakat melalui pengabdian
kepada masyarakat
e) Meningkatkan kualitas kerjasama yang saling menguntungkan
dengan stakeholder

8. Uraian Tugas Dosen


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi
dan Permenpan Nomor 17 Tahun 2013 tentang jabatan fungsional dosen
dan angka kreditnya menyebutkan bahwa dosen adalah pendidik
6
profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tugas
pokok dosen adalah menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat yang selanjutnya disebut dengan
tridharma perguruan tinggi.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 49 tahun
2014,dijabarkan mengenai kegiatan pokok dosen meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian proses pembelajaran, pelaksanaan
evaluasi hasil pembelajaran, pembimbingan dan pelatihan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Selain kegiatan pokok dosen juga
memiliki kegiatan tambahan dan kegiatan penunjang.
Rincian kegiatan jabatan akademik dosen dijelaskan dalam
Permenpan nomor 17 tahun 2013 tentang jabatan fungsional dosen, yaitu:
a. Pendidikan, meliputi:
1) pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar; dan
2) pendidikan dan pelatihan prajabatan.
b. Pelaksanaan pendidikan, meliputi:
1) melaksanakan perkuliahan/tutorial dan membimbing, menguji serta
menyelenggarakan pendidikan di laboratorium, praktik keguruan
bengkel/ studio/kebun percobaan/teknologi pengajaran dan praktik
lapangan;
2) membimbing seminar;
3) membimbing kuliah kerja nyata, praktek kerja nyata, praktek kerja
lapangan;
4) membimbing dan ikut membimbing dalam menghasilkan disertasi,
tesis, skripsi, dan laporan akhir studi;
5) melaksanakan tugas sebagai penguji pada ujian akhir:
6) membina kegiatan mahasiswa;
7) mengembangkan program kuliah;
8) mengembangkan bahan kuliah;
9) menyampaikan orasi ilmiah;
10) menduduki jabatan pimpinan perguruan tinggi;
7
11) membimbing akademik dosen di bawah jenjang jabatannya; dan
12) melaksanakan kegiatan detasering dan pencangkokan jabatan
akademik dosen; dan
13) melakukan kegiatan pengembangan diri untuk meningkatkan
kompetensi.

c. Pelaksanaan penelitian, meliputi:


1) menghasilkan karya ilmiah;
2) menerjemahkan/menyadur buku ilmiah;
3) mengedit/menyunting karya ilmiah;
4) membuat rencana dan karya teknologi yang dipatenkan; dan
5) membuat rancangan dan karya teknologi, rancangan dan karya seni
monumental/seni pertunjukan/karya sastra.

d. Pelaksanan pengabdian kepada masyarakat, meliputi:


1) menduduki jabatan pimpinan;
2) melaksanakan pengembangan hasil pendidikan dan penelitian;
3) memberi latihan/penyuluhan/penataran/ceramah pada masyarakat;
4) memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang
menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan;
dan
5) membuat/menulis karya pengabdian.

e. Penunjang tugas Dosen, meliputi:


1) menjadi anggota dalam suatu panitia / badan pada perguruan tinggi;
2) menjadi anggota panitia / badan pada lembaga pemerintah;
3) menjadi anggota organisasi profesi Dosen;
4) mewakili perguruan tinggi/lembaga pemerintah;
5) menjadi anggota delegasi nasional ke pertemuan internasional;
6) berperan serta aktif dalam pertemuan ilmiah;
7) mendapat penghargaan / tanda jasa;
8) menulis buku pelajaran SLTA ke bawah yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional;
9) mempunyai prestasi di bidang olahraga / humaniora; dan
8
10) keanggotaan dalam Tim Penilai jabatan Akademik Dosen

C. Identifikasi Isu
Dalam melakukan identifikasi isu, penulis menyesuiakan isu yang ada
dengan visi dan misi organisasi, dimana dengan adanya isu tersebut dapat
menghambat capaian visi misi organisasi. Selain itu, isu tersebut juga dapat
menyebabkan permasalahan yang yang berkaitan dengan tiga prinsisp ASN
yaitu 1) Manajemen ASN, 2) Pelayanan Publik, dan 3) Whole of Government.
Adapun identifikasi masalah yang terdapat di lingkungan Politeknik Negeri
Lampung dilakukan dengan berbagai teknik. Teknik yang dilakukan yaitu
observasi, wawancara dan konsultasi, dan USG method. Observasi yaitu
melakukan pengamatan secara mandiri terhadap isu-isu problematis yang
sedang dihadapi Politeknik Negeri Lampung sebagai dasar untuk melakukan
wawancara dan konsultasi dengan mentor dan stakeholder kunci. Beberapa isu
yang ditemukan di lingkungan Program Studi Akuntansi Perpajakan Jurusan
Ekonomi dan Bisnis Politeknik Negeri Lampung.adalah sebagai berikut:
1. Kurang optimalnya proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
secara luring dan daring
2. Minimnya publikasi penelitian dosen ditingkat nasional dan internasional
yang terakreditasi
3. Kurang berdampaknya pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen
4. Minimya kerjasama secara berkelanjutan dengan stakeholder.

Berdasarkan isu - isu yang didapatkan oleh penulis tersebut, maka dilakukan
analisis USG untuk menetapkan 1 isu yang paling penting untuk diselesaikan agar
visi misi organisasi dapat dicapai. Hasil analisis tersebut akan menjadi acuan
untuk penulis melakukan identifikasi, perumusan, dan pentapan permasalahan -
permasalahan yang menjadi penyebab munculnya isu utama dalam jurusan
Ekonomi dan Bisnis. Hasil analisis USG untuk penetapan isu utama disajikan pada
Tabel 1.

9
Tabel 1. Analisis USG untuk penetapan isu (masalah) utama
No Isu U S G Total Urutan
Prioritas
1 Kurang optimalnya proses belajar mengajar yang 5 5 5 15 I
dilakukan secara luring dan daring
2 Minimnya publikasi penelitian dosen ditingkat 3 4 3 10 II
nasional dan internasional yang terakreditasi
3 Kurang berdampaknya pengabdian masyarakat 3 3 3 8 IV
yang dilakukan oleh dosen
4 Minimya kerjasama secara berkelanjutan dengan 3 3 2 9 III
stakeholder.
Sumber: hasil olah pikir

Berdsarkan hasil dari Tabel 1. maka didapatkan isu yang paling utama dan
sesegara mungkin untuk diselesaikan mengenai " Kurang optimalnya proses
belajar mengajar yang dialkukan secara luring dan daring”.

D. Perumusan dan Penetapan Isu


Tahapan selanjutnya setelah didapatkan hasil dari analisis USG adalah
mebuat diagram fishbone untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-
penyebab yang mungkin timbul dari suatu isu dan memisahkan akar masalah
penyebabnya. Hal tersebut akan menjadi suatu kesatuan antara perumusan isu
dengan penetapan isu yang akan diangkat pada saat aktualisasi guna
mendapatkan solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Adapun perumusan dan penetapan isu - isu tersebut dapat dilihat di diagram Fish
Bone pada Gambar 3.

10
Gambar 3. . Diagram Fish Bone perumusan dan penetapan isu
permasalahan

Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui sumber atau rumusan


permasalahan sehingga terjadinya situasi Kurang optimalnya proses belajar
mengajar yang dilakukan secara luring dan daring permasalahan tersebut terbagi
menjadi 6 klasifikasi yang meliputi man, machine, money, material, measurement
dan environment. Kemudain berdasarkan klasifikasi tersebut, penulis ingin fokus
kepada material yaitu SAP Peradilan dan Sengketa Pajak belum dibuat. Hal
tersebut merupakan salah satu permasalah yang menyebabkan proeses kegiatan
belajar menjadi belum optimal.

11
Dalam menentukan gagasan isu pemecahan masalah penulis
menggunakan Analisis GAP. Analisis GAP adalah sautu metode untuk melihat
kesenjangan antara kondisi yang terjadi saat ini dengan kondisi yang
diharapkan. Sehingga dengan mengetahui kesenjangan yang terjadi kita
dapat menentukan gagasan pemecahan masalah yang dapat kita lakukan.
Adapun analisis GAP yang penulis buat bisa dilihat pada gambar 4 dibawah
ini.

Gambar 4 Analisis GAP

12
Berdasarkan Analisis GAP tersebut didapatkan beberapa usulan solusi
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan isu yang ada. Usulan solusi itu adalah
sebagai berikut:
1. Mengajukan dan mengikuti pelatihan dosen
2. Mengajukan formasi perekrutan dosen
3. Mengajukan penambahan reward untuk pembuatan perangkat ajar
4. Pembuatan SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
5. Pembutan bahan ajar Sengketa dan Peradilan Pajak untuk pembelajaran
daring
6. Penyesuaian Perangkat Ajar dengan SKKNI

Kemudian untuk menentukan solusi mana yang akan penulis lakukan


pada saat aktualisasi selama 30 hari, maka penulis menggunakan Analisis
SMART. SMART adalah kependekan dari 5 langkah dalam penetapan tujuan
yaitu Specific, Measurable (terukur), Achievable (dapat dicapai), Relevant, dan
Time-based (tenggat waktu). Hasil Analisis SMART yang penulis lakukan bisa
dilihat pada table 2 dibawah ini.

Tabel 2. Analisis SMART.


No Usulan Solusi S M A R T Kesimpulan
1 Mengajukan dan Solusi ini tidak dapat dilak
√ √ X √ X
sanakan saat aktualisasi k
mengikuti pelatihan
arena membutuhkan koor
dosen dinasi dan advokasi pimpin
an
2 Mengajukan tambahan Solusi ini tidak dapat dilaks
√ √ X √ X
anakan karenaa bukan ke
formasi kebutuhan
wenangan penulis dan me
dosen mbutuhkan koordinasi dan
advokasi pimpinan
3 Mengajukan Solusi ini tidak dapat dilaks
√ √ X √ X
anakan karenaa bukan ke
penambahan reward
wenangan penulis dan me
untuk pembuatan mbutuhkan koordinasi dan
advokasi pimpinan
perangkat ajar

13
4 Pembuatan SAP MK Solusi ini dapat dilaksanak
√ √ √ √ √
an pada saat aktualisasi ka
Sengketa dan Peradilan
rena memenuhi seluruh kri
Pajak teria SMART dan terutama
dapat dilakukan selama m
asa aktualisasi (30 hari)

5 Pembutan bahan ajar Solusi ini dapat dapat disel


√ √ √ √ X
esaikan jika pembuatan S
Sengketa dan Peradilan
AP telah selesai
Pajak untuk
pembelajaran daring
6 Penyesuaian Perangkat Solusi ini memerlukan wak
√ √ √ √ X
tu yang lama, selain lengka
Ajar dengan SKKNI
pnya perangkat ajar, kesia
pan instansi juga berpenga
ruh
Sumber: Hasil olah pikir

Berdsarkan tabel 2 tersebut penulis mendapatkan solusi terpilih yang akan


dilaksanakan pada saat aktualisasi yaitu Pembuatan Satuan Acara Perkuliahan
(SAP) Sengketa dan Peradilan Pajak. Kemudian pelaksanaan solusi yang lain
akan dijabarkan dengan timeline berikut ini.

Gambar 5. Timeline Penyelesain Isu

14
BAB II
CAPAIAN AKTUALISASI

A. Jadwal Rancangan dan Realisasi Kegiatan


Tahapan kegiatan pelaksanaan aktualisasi telah disusun pada Rancangan
Aktualisasi sesuai dengan isu dan upaya pemecahan masalah yang terpilih untuk
diselesaikan dalam pelaksanaan aktualisasi ini. Pada pelaksanaan aktualisasi
terdapat perubahan waktu penyelesaian di beberapa kegiatan dikarenakan
penulis terkendala sakit dan adanya penambahan tahapan kegiatan pada saat
proses pembuatan SAP. Adapun perbandingan tahapan kegiatan rencana dan
realisasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2-1. Perbandingan Rencana dan Realisasi Tahap-Tahap
Kegiatan Aktualisasi
RENCAN REALISAS
No A I Tahapan
Kegiatan Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan
(a) (b) (c) (a) (b)
1 Perencanaan 1. Koordinasi dengan Tidak ada Tidak ada
Pembuatan SAP mentor perubahan perubahan
Sengketa dan 2. Diskusi dengan Ka
Peradilan Pajak PS dan Tim Dosen
3. Menyusun Konsep
SAP sesuai SKKNI
4. Konfirmasi dengan
mentor

15
2 Pembuatan draft 1. Koordinasi dengan Tidak ada  Menambah
SAP Sengketa mentor Perubahan tahapan
dan Peradilan 2. Diskusi dengan Tim kegiatan
Pajak Dosen mengenai permintaan dari
materi Pj Mata Kuliah
3. Mencari bahan Sengketa dan
materi Peradilan Pajak
4. Membuat resume untuk membuat
materi Rencana
5. Membuat Draft SAP Pembelajaran
6. Konfirmasi dengan Semester
mentor (RPS) terlebih
dahulu
 Waktu tahapan
kegiatan
bertambah
karena penulis
terkendala sakit
3 FGD Pembahasan 1. Diskusi dengan Tidak  Adanya
Draft SAP mentor dan Tim ada penyesuain
Sengketa dan Dosen Terkait FGD perubaha waktu
Peradilan Pajak 2. Merancang FGD n pelaksanaan
dengan Praktisi dan karena
Tim Dosen mengikuti
3. Melaksanakan FGD penyelesaian
4. Mendapatkan pelaksanaan
Feedback Hasil FGD kegiatan II yang
5. Konfirmasi dengan berubah
mentor  Penambahan
tahapan
kegiatan
pembahasan
RPS
4 Sosialisasi dan 1. Diskusi dengan Tidak  Adanya
Evaluasi SAP mentor untuk ada penyesuain
Sengketa dan melakukan perubaha waktu
Peradilan Pajak sosialisasi dan n pelaksanaan
evaluasi perangkat karena
ajar mengikuti
2. Dengan tim dosen penyelesaian
merancang pelaksanaan
sosialisasi dan kegiatan III
evaluasi yang berubah
3. Membuat kuesioner  Penambahan
untuk evaluasi SAP tahapan
4. Melaksanakan kegaitan
sosialisasi dan evaluasi RPS
Evalusai SAP
5. Menerima saran
Evaluasi dan
Sosialisasi
6. Melaporkan hasil

16
5 Finalisasi SAP 1. Diskusi dengan Tidak Penambahan
Sengketa dan mentor ada Tahapan Kegiatan
Peradilan Pajak 2. Mengolah hasil perubaha Finalisasi RPS
pelaksanaan n
Evaluasi
3. Memperbaiki SAP
4. Melaporkan hasil
kepada mentor
Jadwal kegiatan aktualisasi telah disusun dalam Rancangan
Aktualisasi selama 30 hari kerja sesuai dengan kebutuhan waktu setiap
kegiatan, yang dimulai tanggal 13 Oktober 2020 sampai dengan 24 November
2020. Namun pada pelaksanaannya terdapat beberapa penyesuaian waktu
kegiatan. Hal ini dikarenakan penulis terkendala sakit dan harus beristirahat
dirumah. Perbandingan jadwal pelaksanaan rencana dengan realisasi dapat
dilihat pada tabel berikut dan Lampiran 1 Laporan Aktualisasi ini.

Tabel 2-2. Perbandingan Rencana dan Realisasi Jadwal Pelaksanaan


Aktualisasi

No Kegiata Jadwal Pelaksanaan


n Rencana Realisasi
(a) (b) (c) (d)
1 Perencanaan Pembuatan SAP 13 – 15 Oktober 13 – 15 Oktober
Sengketa dan Peradilan Pajak 2020 2020
2 Pembuatan draft SAP Sengketa 19 Oktober – 3 19 Oktober – 13
dan Peradilan Pajak November 2020 November 2020
3 FGD Pembahasan Draft SAP 4 – 12 16 – 18 November
Sengketa dan Peradilan Pajak November 2020
4 Sosialisasi dan Evaluasi SAP 2020
13 – 19 19 – 23
Sengketa dan Peradilan Pajak November 2020 November 2020
5 Finalisasi SAP Sengketa dan 20 – 23 20 – 23
Peradilan Pajak November November
2020 2020

B. Role Model

17
Role model merupakan tokoh panutan yang
dapat diteladani dalam menjalankan tugas dan
kewajiban di organisasi unit kerja. Dalam
kegiatan aktualisasi dan dalam pekerjaan
sehari-hari, penulis banyak berinteraksi dengan
atasan dan rekan kerja yang lebih senior di
Program Studi Akuntansi Perpajakan Jurusan
Ekonomi dan Bisnis Politeknik Negeri Lampung.
Dari interaksi yang sudah dilakukan, penulis
memilih Ibu Nurmala, S.E., M.M.,Ak., CA
sebagai role model. Bu Nurmala, S.E., M.M.,
Ak.,CA (NIP. 197206102005012001) saat ini
Gambar 2.1
Nurmala, S.E., M.M.,Ak., CA menjabat sebagai Jurusan Ekonomi dan Bisnis
Sekertaris Jurusan Ekonomi Politeknik Negeri Lampung. dan beliau juga
dan Bisnis
sebagai mentor penulis. Beliau merupakan
pimpinan yang profesional, kompeten dan berintegritas yang berkarakter ANEKA
serta berdedikasi tinggi dalam pekerjaannya. Nilai etos kerja disiplin, kejujuran,
ikhlas dan tanggung jawab juga beliau terapkan di dalam unit kerja. Sebagai
Sekertaris
Jurusan, Ibu Nurmala memberi asuhan dan pengayoman kepada rekan
kerja yang berada di bawah naungannya terlebih kepada dosen junior (CPNS)
yang masih memerlukan perhatian dan bimbingan dari dosen senior. Selain itu,
beliau juga selalu menjalin komunikasi dan hubungan baik kepada sesama rekan
kerja (baik yang tua maupun muda) serta mahasiswa sehingga tercipta suasana
yang kondusif dalam organisasi sesuai dengan tata tertib jurusan yang berlaku.
Dalam kepemimpinanya, telah banyak perubahan-perubahan yang
dilakukan oleh Ibu Nurmala pada organisasi PS. Akuntansi Perpajakan salah
satunya berkat kerja keras, loyalitas dan kemampuan mengorganisir anggota
organisasi dengan baik menghantarkan PS. Akuntansi Perpajakan Jurusan
Ekonomi dan Bisnis Politeknik Negeri Lampung, dimana PS ini merupakan PS
yang baru beridri pada akreditasi pertamanya memperoleh akreditasi B.
Pesan yang sering disampaikan kepada penulis adalah terapkan kerja
ikhlas, kerja keras dan kerja cerdas supaya menjadi pribadi yang unggul
18
hargai para senior dan terapkan nilai-nilai dasar PNS yang berkarakter ANEKA
tersebut. Karena dengan kerja ikhlas, maka akan terbuka jalan untuk kelancaran
dan mudahan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai Dosen PNS. Selain
itu, beliau juga sangat mendukung perubahan-perubahan yang coba penulis dan
rekan CPNS maupun rekan kerja yang lain rencanakan dan lakukan sehingga
PS. Akuntansi Perpajakan menjadi lebih baik dalam melaksanakan tri dharma
perguruan tinggi.

C. Realisasi Pelaksanaan Aktualisasi


Realisasi pelaksanaan kegiatan aktualisasi yang penulis lakukan selama
masa aktualisasi akan diuraikan pada tabel Realisasi Kegiatan sebagai berikut:

Tabel 2-3. Realisasi Kegiatan 1


Kegiatan 1 Perencanaan Pembuatan SAP Sengketa dan Peradilan Pajak

Waktu 13 – 16 Oktober 2020


Output 1. Notulensi koordinasi & diskusi
2. Konsep.SAP
3. Foto Kegiatan/Dokumentasi

Tingkat
Tercapai
Pencapaian

19
Uraian Kegiatan :

 Kegiatan dimulai dengan koordinasi dan diskusi bersama mentor tentang


rencana timeline kegiatan, target pelaksanaan dan menyampaikan tujuan
dilaksanakan pembuatan SAP. Mentor juga memberi saran agar kegiatan
dipersiapkan dengan maksimal dan selalu berkoordinasi guna dapat
mencapai hasil yang diharapkan.
 Kegiatan selanjutnya koordinasi dengan Ka PS Akuntansi Perpajakan
dan tim pengajar Mata Kuliah Sengketa dan Peradilan Pajak dalam rangka
menyampaikan agenda kegiatan aktualisasi dan memohon ijin
melaksanakan kegiatan aktualisasi “Pembuatan Satuan Acara Perkuliahan
(SAP) Sengketa dan Peradilan Pajak untuk Mengoptimalkan Proses
Kegiatan Belajar Mengajar di PS Akuntansi Perpajakan. Koordinasi dan
diskusi ini menghasilkan kesimpulan: Tim pengajar MK. Akuntansi
Perpajakan bersedia membantu dan mendukung penuh kegiatan
aktualisasi ini.
 Tahapan Kegiatan Aktualisasi meliputi:
 Perencanaan Pembuatan SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
 Pembuatan Dra ft SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
 FGD Pembahasan Draft SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
 Sosialisasi dan Evaluasi SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
 Finalisasi SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
 Untuk menyusun konsep SAP sesuai dengan SKKNI, PJ Mata Kuliah
Sengketa dan Peradilan Pajak memberikan saran untuk mengambil format
pada SAP mata kuliah yang sudah dibuat.

20
Dokumentasi:

Gambar 2-2. Koordinasi bersama Mentor

Gambar 2-3. Koordinasi bersama Pj MK. Sengketa dan Peradilan Pajak

21
Gambar II-4. Konsep SAP

22
Tabel 2-4. Realisasi Kegiatan 2
Kegiatan 2 Pembuatan Draft SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
Waktu 19 Oktober 2020 – 13 November 2020
Output 1. Notulen
2. Draft SAP
3. Draft RPS
4. Resume Materi
5. Foto Kegiatan

Tingkat
Tercapai
Pencapaian

23
Uraian Kegiatan :
• Kegiatan dimulai dengan koordinasi dan diskusi bersama mentor
tentang pemantapan pelaksanaan kegiatan pembuatan SAP Sengketa
dan Peradilan Pajak. Kemudian mentor juga menyarankan untuk
membuat materi SAP dengan baik. Setelah itu segera berkoordinasi
dengan PJ Mata Kuliah Sengketa dan Peradilan Pajak.
• Kegiatan selanjutnya, berkoordiansi dengan PJ Mata Kuliah Sengketa
dan Peradilan Pajak, yaitu Ibu Damayanti, beliau menyarankan untuk
mengambil materi dari sumber berikut ini:
 Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
 Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
 Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui
Pengadilan Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
 Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
 http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
 www.google.com
 Setelah itu ada permintaan dari Pj Mata Kuliah untuk mebuat Rencana
Pembelajaran Semester (RPS) Sengketa dan Peradilan Pajak juga
 Selanjutnya, mecari materi dan bahan dari sumber yang telah disarankan
dari PJ Mata kuliah dan membuat Resume materinya
 Setelah membuat resume, maka kegiatan selanjutnya yaitu membuat SAP
dan RPS dari materi yang sudah dikumpulkan dan diresume.
 Kegiatan terakhir adalah konfirmasi dengan mentor. Pada kegiatan ini,
penulis melaporkan bahwa kegiatan sosialiasi telah selesai dilakukan
dengan perubahan waktu kegiatan

24
Dokumentasi

Gambar 2-5. Koordinasi bersama Mentor untuk Pelaksanaan


Kegiatan 2

Gambar 2-6. Koordinasi bersama Tim Dosen untuk Pelaksanaan Kegiatan 2

25
Gambar 2-7. Resume materi

26
Tabel 2-5. Realisasi Kegiatan 3
Kegiatan 3 FGD Pembahasan Draft SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
Waktu 16 – 18 November 2020
Output 1. Notulen
2. Feedback FGD
3. Foto kegiatan
4. Dokumentasi Kegiatan
Tingkat
Tercapai
Pencapaian
Uraian Kegiatan :

• Kegiatan dimulai dengan koordinasi dan diskusi bersama mentor tentang


jadwal pelaksanaan kegiatan FGD pembahasan SAP Sengketa dan
Peradilan Pajak denga pratisi.
• Kegiatan selanjutnya, penulis kembali berkoordinasi dan diskusi dengan
PJ Sengketa dan Peradilan Pajak, beliau menyarankan untuk menghubungi
bapak Yususf Perangin-Angins selaku Humas Kanwil DJP Bengkulu dan
Lampung.
 FGD dilakukan dengan WA chat kepada bapak Yusuf untuk memberi
masukkan terkaait materi SAP sengketa dan peradilan pajak. Adapaun saran
dari bapak Yusuf adalah sebagai berikut:
1. Untuk proses keberatan mengacu pada PMK-9/PMK.03/2013 dan
diperbaharui dengan PMK-202/PMK.03/2015
2. Untuk pengadilan pajak mengacu pada UU no 14/2002
3. Tambahkan materi pengihan dengan surat paksa yang mengacu pada
UU No 19 tahun 2000
4. Kemudian untuk materi peradialan pajak silahkan mencari refrensi atau
meminta masukkan kepada Pegawai Pengadilan Pajak yang bertempat
di Jakarta
 Setelah mendapatkan feecback FGD, penulis melakukan konfirmasi ke
mentor dan Pj Mata kuliah Sengketa dan Peradilan Pajak

27
Dokumentasi

Gambar 2.8. Koordinasi dengan metor dan tim dosen untuk pelaksanaan
kegiatan 3

28
Gambar 2.9. Hasil FGD dengan Praktisi

29
Tabel 2-6. Realisasi Kegiatan 4
Kegiatan 4 Sosialisasi dan Evaluasi SAP Sengketa dan Peradilan Pajak

Waktu 21 - 23 November 2020


Output 1. Notulen
2. Daftar Hadir
3. Kuesioner
4. Foto Kegiatan
5. Laporan Evaluasi

Tingkat
Tercapai
Pencapaian

Uraian Kegiatan :

• Kegiatan dimulai dengan koordinasi dan diskusi bersama mentor


membahas rencana sosialisasi dan evaluasi SAP sengketa dan peradilan
pajak. Mentor juga menyarankan untuk berkoordinasi dengan tim pengajar
Mata Kuliah Sengketa dan Peradilan untuk pelaksanaan sosialisasi pada
mahasiswa mata kuliah tersebut.
• Kegiatan selanjutnya koordinasi dan diskusi dengan penanggungjawab MK.
Sengketa dan Peradilan Pajak tentang pelaksanaan kegiatan sosialisai dan
evaluasi SAP dan RPS sengketad dan Peradilan Pajak, untuk menyusun form
kuesioner evaluasi.
 Kegiatan selanjutnya, memberitahukan kepada Ketua anggkatan mahasiswa
Akuntansi Perpajakan semester VII, untuk mengajak semua mahasiswa
semester VII mengikuti Sosialisi dan Evaluasi SAP dan RPS Sengketa dan
Peradilan Pajak yang menggunakan media Google Classroom.
 Hasil dari sosialasi dan evaluasi bisa dilihat pada lampiran

30
Dokumentasi:

Gambar 2.10. Koordinasi dengan Mentor dan Tim Dosen untuk Pelaksanaan
Kegiatan 4

31
Gambar 2.11. Kouesioner Evaluasi RPS dan SAP

32
Gambar 2.12. Daftar Hadir Sosialisasi dan Evaluasi SAP dan RPS Sengketa dan
Peradilan Pajak

33
Gambar 2.13. Sosialisasi SAP dan RPS via Google Classroom

34
. Tabel II-7. Realisasi Kegiatan 5
Kegiatan 5 Finalisasi RPS dan SAP Sengketa dan Peradilan Pajak

Waktu 21 - 24 November 2020


Output 1. Notulen
2. Laporan Hasil Evaluasi
3. Draft final SAP
4. Draft final RPS
5. Dokumentasi

Tingkat
Tercapai
Pencapaian

Uraian Kegiatan :

• Kegiatan dimulai dengan koordinasi dan diskusi bersama mentor


membahas rencana Finalisasi SAP dan RPS Sengketa dan Peradilan Pajak
 Kegiatan selanjutnya koordinasi dan diskusi dengan penanggungjawab MK.
Sengketa dan Peradilan Pajak tentang pelaksanaan finalisasi SAP dan RPS
sengketa dan Peradilan Pajak
 Melakukan perbaikan RPS dan SAP Sengketa dan Peradilan Pajak dari
peserta sosialisasi dan evaluasi.

35
Dokumentasi:

Gambar 2.14. Koordinasi dengan mentor dan Tim Dosen untuk pelaksanaan
kegiatan 5

36
37
Gambar 2.15. Laporan Hasil Evaluasi

Gambar 2.16. Draft SAP Final

38
Gambar 2.17. Draft RPS Final

D. Rencana Tindak Lanjut Aktualisasi


Timeline penyelesaian Kegiatan aktualisasi Pembuatan Satuan Acara
Perkuliahan Mata Kuliah Sengketa dan Peradilan Pajak sebagaimana yang
telah direncanakan dalam Rancangan Aktualisasi telah dilaksanakan dengan
baik. Maka untuk tahap berikutnya, rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
yaitu tersaji pada gambar berikut:

39
Gambar 2-15 Rencana Tindak Lanjut Aktualisasi

Setelah melalui masa aktualisasi, selesai melaksanakan timeline


kegiatan tindak lanjut jangka pendek dengan baik. Maka rencana
penyelesaian isu yang lainnya (tindak lanjut jangka menengah dan jangka
panjang) akan dilaksanakan yaitu Pembuatan Bahan Ajar Sengketa dan
Pradilan Pajak untuk perkuliahan secara daring dan Pembuatan Perangkat
Ajar Sengketa dan Peradilan Pajak sesuai SKKNI.
Penulis akan berusaha untuk menyelesaikan gagasan-gagasan solusi
yang lainnya (tindak lanjut jangka menengah dan jangka Panjang). Dengan
tujuan untuk semakin mengoptimalkan proses pelaksanaan kegiatan belajara
mengajar Metode Luring dan Daring. Dimana pembelajaran secara daring ini
tidak hanya dilaksanakan dan bermanfaat ketika massa pendemi saja namun
juga bermanfaat dimasa yang akan datang.

40
A. Keterkaitan Kegiatan dengan Substansi Mata Pelatihan (Nilai-nilai
Dasar PNS dan Kedudukan serta Peran PNS dalam NKRI)
Aktualisasi dan habituasi adalah proses mempraktekan dan
membiasakan nilai-nilai dasar PNS yang telah diinternalisasikan melalui
materi on class Latsar CPNS. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi juga dalam
rangka pembiasaan kepada CPNS agar memahami kedudukan serta
perannya dalam NKRI sebelum menjadi PNS. Pelaksanaan gagasan isu
belum optimalnya pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar di PS
Akuntansi Perpajakan dengan pemecahan masalah Pembuatan SAP dan
RPS Sengketa dan Peradilan Pajak, sebagai upaya untuk mengoptimalkan
proses kegiatan belajar mengajar di PS Akuntansi Perpajakan Jurusan
Ekonomi Bisnis Politeknik Negeri Lampung khususnya Mata Kuliah
Sengketa dan Peradilan Pajak merupakan sebagai sarana memperdalam
pemahaman hasil Latsar CPNS dan mewujudkan tujuan aktualisasi dan
habituasi. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan aktualisasi harus didasari
oleh nilai-nilai dasar PNS dan kedudukan serta peran PNS dalam NKRI.
Adapun penjabaran nilai dan kedudukan serta peran tersebut pada setiap
kegiatan yang akan dilakukan pada masa aktualisasi adalah sebagai
berikut:
1. Perancanaan Pembuatan SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
Nilai-nilai dasar ASN yang diterapkan:
a) Akuntabilitas : Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan dan
tugas yang diemban dalam menyelesaikan masalah yang terdapat
di unit kerja.
b) Nasionalisme: Tercermin dari proses koordinasi dan diskusi yang
menghargai pendapat dari pimpinan dan tidak memaksakan
kehendak dari rancangan aktualisasi yang telah disusun.
c) Etika Publik : Menerapkan nilai-nilai etika kesopanan ketika
berkoordinasi dan berdiskusi dengan mentor dan rekan kerja (tim
pengajar) serta nilai kerjasama.

41
d) Komitmen Mutu: Menjalankan fungsi konsultasi dan kontrol
terhadap pelaksanaan kegiatan agar menjadi efektif-efisien
sehingga menumbuhkan inovasi yang berorientasi mutu.
e) Anti Korupsi : Kedisiplinan dan bertanggung jawab atas rencana
kegiatan yang disepakati pekerjaan dan melaksanakannya dengan
kerja keras serta transparan.
Peran dan Kedudukan ASN yang diterapkan:
a) WoG: Koordinasi, musyawarah dan kolaborasi dengan mentor,
coach, rekan kerja tim pengajar agar pelaksanaan kegiatan
aktualisasi berjalan dengan baik.
b) Nilai Manajemen ASN: Kedisiplinan waktu dan etika dalam agenda
yang telah direncanakan.

2. Pembuatan draft SAP Sengketa dan Peradilan Pajak


Nilai-nilai dasar ASN yang diterapkan:
a) Akuntabilitas : Tercermin dari rasa tanggung jawab terhadap tugas
dan fungsi ASN sebagai seorang dosen yaitu membuat SAP yang
sesuai dan mendukung system pembelajaran secara daring dan
luring serta bertanggung jawab dalam ketercapaian ketuntasan
belajar mahasiswa
b) Etika Publik : Tercermin dari materi SAP yang diberikan kepada
mahasiswa secara berdaya guna, inovatif serta menghargai yang
lebih tua.
e) Komitmen Mutu : Pelaksanaan kegiatan ini menjadi bagian dalam
meningkatkan mutu dosen memberi pelayanan pengajaran kepada
mahasiswa. Praktek pembuatan SAP merupakan bagian dari
peningkatan mutu dosen dalam pelaksanaan tugas bidang
pengajaran dan penciptaan inovasi yang dapat meningkatkan
pelayanan kepada mahasiswa.
f) Anti Korupsi : Tercermin dari pelaksanaan kegiatan ini yang sesuai
dengan target kegiatan dan kepedulian untuk pemecahan masalah
organisasi secara transparan.

42
Peran dan Kedudukan ASN yang diterapkan:
a) Whole of Government : Tercermin dari adanya koordinasi dan
kolaborasi antara penulis dengan mentor, Ka PS, dan PJ Mata
Kuliah dalam kegiatan pelaksanaan ini.
b) Pelayanan Publik : Pelaksanaan kegiatan ini akan membantu
meningkatkan kompetensi tenaga pengajar dalam membuat bahan
ajar interaktif yang akan mendukung pelaksanaan proses KBM serta
mendukung terwujudnya pelayanan prima dalam bidang pengajaran.

3. FGD Pembahasan Draft SAP dan RPS Sengketa dan


Peradilan Pajak
Pelaksanaan kegiatan ini berkaitan dengan penanaman nilai.
Nilai-nilai dasar ASN yang diterapkan:
a) Akuntabilitas : Melaksanakan kegiatan ini dengan penuh
tanggungjawab sesuai dengan rencana kegiatan dan dibuktikan
dengan dokumen bukti kegiatan.
b) Etika Publik : Tercermin dan dinilai dari layanan FGD yang diberikan
kepada tenaga pengajar (rekan kerja) dan Praktisi secara jujur,
berdaya guna, inovatif, serta santun.
c) Komitmen Mutu : Tercermin dari proses FGD yang diberikan dapat
meningkatan mutu dan keterampilan tenaga pengajar.
d) Anti Korupsi: Melaksanakan kegiatan FGD sesuai target yang telah
ditetapkan agar tercapai tujuannya.
e) Nasionalisme : Tercemin dari pelaksanaan FGD yang bersifat
akademis dan tidak melihat SARA.
Peran dan Kedudukan ASN yang diterapkan:
a) Pelayanan Publik: Tercermin dari proses FGD yang baik dan adil
sehingga dapat meningkatkan materi SAP yang diperoleh dari
Praktisi sebagai narasumber FGD.
b) WoG: Tercermin dari adanya koordinasi dan konfirmasi antara penulis
dengan praktisi dalam pematangan pelaksanaan kegiatan FGD.

43
4. Sosialisasi dan Evaluasi SAP dan RPS Sengketa dan Peradilan
Pajak
Nilai-nilai dasar ASN yang diterapkan:
a) Akuntabilitas : Tercermin dari rasa tanggungjawab tugas dan fungsi
Dosen dalam bidang pengajaran yang mana tidak hanya
mengajarkan materi kuliah namun juga proses pembuatan SAP yang
transaparan.
b) Nasionalisme : Mengedepankan kepentingan umum dan
pemerataan informasi bagi mahasiswa terkait sosialisasi dan
evaluasi SAP dan RPS Sengketa dan Peradilan Pajak.
c) Etika Publik : Tercermin dari layanan dan penyampaian materi
sosialisasi secara sopan, berdaya guna serta inovatif.
d) Komitmen Mutu : Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini menjadi bagian
peningkatkan mutu keterampilan mahasiswa dalam menggunakan
teknologi informasi yang mendukung system pembelajaran jarak
jauh.
e) Anti Korupsi : Tercermin dari kepedulian dan keterbukaan
informasi bagi mahasiswa dalam pemanfaatan platform PJJ.
Peran dan Kedudukan ASN yang diterapkan:
a) Pelayanan Publik : Berpartisipasi aktif memberikan pemahaman
dan peningkatan kompetensi pada mahasiswa dalam
memanfaatkan platform PJJ yang digunakan dosen.
b) WoG: Tercermin dari adanya koordinasi dan kolaborasi antara penulis
dengan mentor, staf jurusan dan mahasiswa dalam pelaksanaan
kegiatan ini.

44
5. Finalisasi SAP dan RPS Sengketa dan Peradilan Pajak
Nilai-nilai dasar ASN yang diterapkan:
a) Akuntabilitas : Tercermin dari rasa tanggungjawab tugas dan fungsi
Dosen dalam bidang pengajaran yang mana tidak hanya
mengajarkan materi kuliah namun juga proses pembuatan SAP yang
transaparan.
b) Nasionalisme : Mengedepankan kepentingan umum dan
pemerataan informasi bagi mahasiswa terkait sosialisasi dan
evaluasi SAP dan RPS Sengketa dan Peradilan Pajak.
c) Etika Publik : Tercermin dari layanan dan penyampaian materi
sosialisasi secara sopan, berdaya guna serta inovatif.
d) Komitmen Mutu : Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini menjadi bagian
peningkatkan mutu keterampilan mahasiswa dalam menggunakan
teknologi informasi yang mendukung system pembelajaran jarak
jauh.
e) Anti Korupsi : Tercermin dari kepedulian dan keterbukaan
informasi bagi mahasiswa dalam pemanfaatan platform PJJ.
Peran dan Kedudukan ASN yang diterapkan:
a) Pelayanan Publik : Berpartisipasi aktif memberikan pemahaman
dan peningkatan kompetensi pada mahasiswa dalam
memanfaatkan platform PJJ yang digunakan dosen.
b) WoG: Tercermin dari adanya koordinasi dan kolaborasi antara penulis
dengan mentor, staf jurusan dan mahasiswa dalam pelaksanaan
kegiatan ini.

45
B. Kontribusi Terhadap Visi dan Misi serta Tujuan Organisasi

Kontribusi kegiatan aktualisasi terhadap visi misi serta


tujuan organisasi sebagai berikut :
Kontribusi Terhadap Visi dan
No Kegiatan Misi
1 Perencanaan Pembuatan SAP Kegiatan ini serta Tujuanterhadap
berkontribusi
Sengketa dan Peradilan Pajak visi organisasi yaitu “Menjadi Program
Studi Pendidikan Vokasi penghasil
sumber daya manusia profesional
yang berintegritas dan berdaya saing
kompetitif di bidang Akuntansi dan
2 Pembuatan draft SAP Sengketa Perpajakan” melalui misi pertama
dan Peradilan Pajak
yaitu Menyelenggarakan program
3 FGD Pembahasan Draft SAP pendidikan akuntansi
dan RPS Sengketa dan Menyelenggarakan program
4 Peradilan
SosialisasiPajak
dan Evaluasi SAP pendidikan akuntansi perpajakan
dan RPS Sengketa dan jenjang D4 dengan kurikulum yang
Peradilan Pajak mengacu pada SN-PT dan dilandasi
oleh nilai-nilai keimanan kepada
5 Finalisasi SAP dan RPS Tuhan Yang Maha Esa
Sengketa dan Peradilan Pajak

C. Kontribusi terhadap Penguatan Nilai-Nilai Organisasi


Kontribusi kegiatan aktualisasi terhadap nilai-nilai organisasi
sebagai berikut :
Kontribusi Terhadap Niliai-Nilai
No Kegiatan Organisasi
1 Perencanaan Pembuatan SAP Melakukan Perencanaan Pembuatan
Sengketa dan Peradilan Pajak SAP Sengketa dan Peradilan Pajak
terkait dengan nilai organisasi:
Disiplin, bermanfaat
2 Pembuatan draft SAP Sengketa Melakukan rancangan Pembuatan
dan Peradilan Pajak draft SAP Sengketa dan Peradilan
Pajak berkaitan dengan nilai
organisasi : Kompetensi

46
3 FGD Pembahasan Draft SAP Melakukan FGD pembahsan SAP
dan RPS Sengketa dan brkaitan dengan nilai-nilai:
Peradilan Pajak Kompetensi, Berdaya Saing,
Komitmen Mutu

4 Sosialisasi dan Evaluasi SAP Melakukan Sosialisasi dan Evaluasi


dan RPS Sengketa dan SAP dan RPS Sengketa dan Peradilan
Peradilan Pajak Pajak ajar berkaitan dengan nilai
organisasi : Komitmen mutu, disiplin
5 Finalisasi SAP dan RPS Finalisasi SAP terkait dengan nilai
Sengketa dan Peradilan Pajak organisasi : Inovasi, bermanfaat, dan
Komitmen mutu

D. Identifikasi Dampak Pemecahan Isu (Individu, Unit Kerja, atau


Organisasi)
Dampak penyelesaian isu pada kegiatan aktualisasi ini hendaknya
dapat dirasakan baik dari sisi individu, unit kerja, hingga organisasi.
Dampak tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Dampak terhadap Individu
Dampak terhadap individu melalui kegiatan aktualisasi ini penulis rasakan
dengan meningkatnya kemampuan sebagai dosen dengan tupoksi yang
telah ditetapkan, kemampuan analisis masalah, kemampuan penyusunan
rencana kegiatan, dan juga dengan melakukan kegiatan Knowledge sharing
dengan rekan keja yang telah berpengalaman, penulis semakin paham
dengan tugas dan fungsi unit kerja sehingga dapat bekerja dengan
lebih baik kedepannya. Penulis juga menjadi terbiasa untuk mengambil
peran aktif dalam pelaksanaan tugas sehari-hari maupun dalam
menyelesaikan masalah yang muncul sewaktu-waktu.

2. Dampak terhadap Unit Kerja


Unit kerja secara langsung dapat merasakan dampak dari pemecahan isu
ini karena berkonstribusi dalam mencapai misi unit kerja yaitu
Menyelenggarakan program pendidikan akuntansi perpajakan jenjang D4
dengan kurikulum yang mengacu pada SN-PT dan dilandasi oleh nilai-nilai
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa Peningkatan kompetensi
47
tenaga pengajar atau dosen dalam melaksanakan tugas Tridarma
Perguruan Tinggi khususnya bidang pengajaran, juga secara keseluruhan
akan memberi kontribusi positif bagi unit kerja dalam mewujudkan
pelayanan prima dan mempertahankan mutunya.

3. Dampak Terhadap Organisasi


Pemecahan masalah ini akan Berkontribusi dalam mencapai visi instansi
yaitu menjadi politeknik bermutu, inovatif, dan unggul dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi terapan.

Akan tetapi jika kegiatan ini tidak dilaksanakan akan menimbulkan


beberapa dampak negatif yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Dampak Terhadap Individu
Apabila kegiatan tidak dilakukan maka penulis kurang dapat
menyiapkan proses pembelajaran karena belum adanya panduan
mengajar/SAP sehingga dapat menghambat dalam pelaksanaan tugas Tri
Dharma Perguruan Tinggi khususnya bidang pengajaran. Dengan tidak
dilaksanakannya kegiatan ini, penulis juga mengalami hambatan ketika
menyelesaikan masalah yang mungkin saja terjadi, karena Metode analisis
masalah yang dipraktekkan dalam aktualisasi ini diharapkan dapat
digunakan dalam setiap kegiatan dan dapat ditularkan kepada rekan kerja
dan peserta didik.

2. Dampak Terhadap Unit Kerja/Organisasi


Dengan tidak dilaksanakannya kegiatan ini, maka SAP yang
seharusnya dapat menjadi pedoman dan pendukung bagi peserta didik
dalam memahami materi pembelajaran dan mengarahkan aktifitasnya
dalam proses pembelajaran menjadi tidak optimal. Pembuatan SAP
merupakan langkah penting dalam mengoptimalkan proses pelaksanaan
pembelajaran. Sehingga akan berkontribusi besar dalam pencapaian Visi,
Misi, dan Tujuan Organisasi. Selain itu, dengan tidak dilaksanakannya
kegiatan aktualisasi ini dapat menghambat peningkatan sumber daya
manusia dalam organisasi.

48
E. Pengendalian Oleh Coach dan Mentor
Dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi, penulis diawasi dan
dibimbing oleh coach dan mentor yang secara rutin memantau tahapan
kegiatan, output atau bukti kegiatan, serta ketercapaian dari setiap
tahapan kegiatan. Pelaporan penulis lakukan secara bertahap setelah
masing-masing kegiatan selesai dilakukan. Pengendalian oleh coach dan
mentor juga sangat membantu dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan.
Selain itu, pengawasan yang dilakukan membantu memastikan semua
kegiatan terlaksana dengan baik dan target yang diinginkan dapat
tercapai. Form pengendalian coach dan mentor dapat dilihat pada Lampiran
2.

49
BAB IV
PENUTUP

Demikian laporan pelaksanaan aktualisasi ini penulis susun


sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan aktualisasi
di unit kerja. Semoga penulis dapat menerapkan nilai-nilai yang didapatkan
selama kegiatan di unit kerja serta dapat mengembangkan kompetensi
sekaligus beradaptasi dengan budaya kerja PNS dan jika memungkinkan
dapat memberikan perubahan lebih besar terhadap budaya kerja dan
kualitas pelayanan di unit tugas penulis.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada segenap pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan secara daring
oleh PPSDM KESDM mulai dari proses belajar, pelaksanaan habituasi,
hingga evaluasi akhir yaitu pengelola diklat PPSDMA, para Widyaiswara,
Coachdan Mentor, Pimpinan Program Studi Sosiologi, rekan kerja dosen,
serta teman-teman peserta Pelatihan Dasar CPNS Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan 2020.
Penulis menyadari penulisan Laporan Pelaksanaan Aktualisasi
belum bisa dikatakan sempurna utamanya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran
untuk perbaikan laporan serta tindak lanjut kegiatan aktualisasi
setelahnya. Akhirnya, penulis mengharapkan kegiatan aktualisasi ini dapat
memberikan manfaat lebih besar dan pelajarannya peroleh dapat membantu
pengembangan diri penulis sebagai ASN kedepannya.

50
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon


PNSWawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara. Jakarta:
LembagaAdministrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Modul Pelatihan Dasar Calon


PNSNasionalisme. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Modul Pelatihan Dasar Calon


PNSAnalisis Isu Kontemporer. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Modul Pelatihan Dasar Calon


PNSKesiapsiagaan Bela Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Modul Pelatihan Dasar Calon


PNSAkuntabilitas. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS


EtikaPublik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Modul Pelatihan Dasar Calon


PNSKomitmen Mutu. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS


AntiKorupsi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Daftar Peraturan Perundang-undangan

Peraturan LembagaAdministrasi Negara Republik Indonesia Nomor 12


Tahun 2018 TentangPelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 8 tahun 2012 tentang


Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44


Tahun 2015 tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi.

Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang


Pendidikan Tinggi.

51
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang


Aparatur Sipil Negara.

52
Lampiran Rancangan dan Realisasi Kegiatan
Lampiran Pengendalian
Mentor/Coach

Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Lampiran Bukti Kegaitan

Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Dokumentasi:
Dokumentasi
Gambar 2.8. Koordinasi dengan metor dan tim dosen untuk pelaksanaan
kegiatan 3
Gambar 2.11. Kouesioner Evaluasi RPS dan SAP
Dokumentasi:
Gambar 2.15. Laporan Hasil Evaluasi

Gambar 2.16. Draft SAP Final


Gambar 2.17. Draft RPS Final
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 1 dari 10

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER


(RPS)

PROGRAM STUDI : Akuntansi Perpajakan

MATA KULIAH SENGKETA DAN PERADILAN PAJAK


KODE PAT 1716
SEMESTER 1 (Satu)
SKS 3 (2-1)
DOSEN PENGAMPU Damayanti,S.E.,M.M.,Ak.,CA., Umarudin Kurniawan,S.E.,M.S.Ak
DESKRIPSI MATA Mata kuliah ini akan mempelajari tentang pembayaran dan ketetapan pajak, penagihan pajak, sanksi
KULIAH perpajakan, pengadilan pajak, hukum acara peradilan pajak, putusan dan pelaksanaan peradilan pajak,
serta mekanisme penyelesaian sengketa pajak dalam sistem peradilan di Indonesia, seperti upaya
keberatan, banding, gugatan, dan peninjaun kembali ke MA.
CAPAIAN Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pembayaran dan ketetapan pajak, penagihan pajak,
PEMBELAJARAN MK sanksi perpajakan, pengadilan pajak hingga putusan dan pelaksanaan peradilan pajak, serta
mekanisme penyelesaian sengketa pajak dalam sistem peradilan di Indonesia

CAPAIAN 1. Mahasiswa mampu memahami pembayaran dan ketetapan pajak


PEMBELAJARAN 2. Mahasiswa mampu memahami Penagihan Pajak
KHUSUS (PERTEMUAN) 3. Mahasiswa mampu memahami sanksi perpajakan
4. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa Pajak : upaya keberatan
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 2 dari 10

5. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa Pajak : upaya banding ke pengadilan pajak
6. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa Pajak : upaya gugatan ke pengadilan pajak
7. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa Pajak : upaya peninjauan kembali ke MA
8. Mahasiswa mampu memahami pengadilan pajak
9. Mahasiswa mampu memahami kompetensi pengadilan pajak
10. Mahasiswa mampu memahami hukum acara peradilan pajak
11. Mahasiswa mampu memahami putusan peradilan pajak
12. Mahasiswa mampu memecahkan kasus sengketa dan peradilan pajak
METODE PENILAIAN  Kuis (20%)
DAN PEMBOBOTAN  Tugas terstruktur (20%)
 Ujian Tengah Semester (30%)
 Ujian Akhir Semester (30%)
DAFTAR REFERENSI 1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi Wajib
Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan Pajak. Jakarta:
Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 3 dari 10

JADWAL PEMBELAJARAN

INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
1 Mahasiswa mampu 1. Dasar hukum pembayaran 1. Mampu menjelaskan Teori:100’ Ceramah,
memahami pembayaran dan pajak definisi pembayaran TM= 120’ diskusi,
ketetapan pajak 2. Kewajiban Pembayaran pajak TMandiri=60’ latihan soal
pajak 2. Mampu menjelaskan /penyelesaian
3. Definisi ketetapan pajak dasar hukum kasus dan
4. Jenis ketetapan pajak pembayaran pajak presentasi
3. Mampu menjelaskan
kewajiban
pembayaran pajak
4. Mampu menjelaskan
definisi dan ketetapan
pajak
2 Mahasiswa mampu 1. Definisi penagihan pajak 1. Mampu menjelaskan Teori:100’ Ceramah,
memahami penagihan pajak 2. Dasar penagihan pajak definisi penagihan TM= 120’ diskusi,
3. Hak dan kewajiban wajib pajak TMandiri=60’ latihan soal
pajak dalam pengihan 2. Mampu memahami /penyelesaian
4. Daluwarsa penagihan dasar penagihan pajak kasus dan
3. Mampu menjelaskan presentasi
hak dan kewajiban
wajib pajak dalam
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 4 dari 10

INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
pengihan
4. Mampu menjelaskan
daluarsa penagihan
3 Mahasiswa mampu memahami 1. Jenis-jenis sanksi 1. Mampu menjelaskan Teori:100’ Ceramah,
sanksi perpajakan perpajakan jenis sanksi TM= 120’ diskusi,
perpajakan TMandiri=60’ latihan soal
/penyelesaian
kasus dan
presentasi
4 Mahasiswa mampu 1. Ruang lingkup keberataan 1. Mampu menjelaskan Teori:100’ Ceramah,
memahami dan menganalisa 2. Syarat pengajuan keberatan ruang lingkup TM= 120’ diskusi,
3. Alur penyelesaian keberatan keberatan TMandiri=60’ latihan soal
sengketa Pajak : upaya 2. Mampu menjelaskan /penyelesaian
keberatan syarat pengajuan kasus dan
keberatan presentasi
3. Mampu menjelaskan
alur penyelesaian
keberatan
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 5 dari 10

INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
5 Mahasiswa mampu memahami 1. Definisi Banding 1. Mampu menjelaskan Teori: Ceramah,
dan menganalisa sengketa 2. Syarat Pengajuan Banding definisi banding TM= 100’ diskusi,
Pajak : upaya banding ke 3. Pemrosesan banding 2. Mampu menjelaskan TT = 120’ latihan soal
pengadilan pajak 4. Pencabutan Banding syarat pengajuan TMandiri= /penyelesaian
banding 120’ kasus dan
3. Mampu menjelaskan presentasi
pemrosesan banding
4. Mampu menjelaskan
pencabutan banding
6 Mahasiswa mampu memahami 1. Definisi Gugatan 1. Mampu menjelaskan Teori: Ceramah,
dan menganalisa sengketa 2. Syarat Pengajuan Gugatan definisi banding TM= 100’ diskusi,
Pajak : upaya gugatan ke 3. Pencabutan Gugatan 2. Mampu menjelaskan TT = 120’ latihan soal
pengadilan pajak syarat pengajuan TMandiri= /penyelesaian
banding 120’ kasus dan
3. Mampu menjelaskan presentasi
pencabutan gugatan
7 Mahasiswa mampu memahami 1. Syarat pengajuan 1. Mampu menjelaskan Teori: Ceramah,
dan menganalisa sengketa peninjauan kembali syarat pengajuan PK TM= 100’ diskusi,
Pajak : upaya peninjauan 2. Jangka waktu pengajuan 2. Mampu menjelaskan TT = 120’ latihan soal
kembali ke MA 3. Jangka waktu keputusan wakru pengajuan TMandiri= /penyelesaian
4. Pencabutan permohonan 3. Mampu menjelaskan 120’ kasus dan
waktu keputusan presentasi
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 6 dari 10

INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
4. Mampu menjelaskan
pencabuatan
permohonan
8 UTS

9 Mahasiswa mampu 1. Pengertian Pengadilan 1. Mampu menjelaskan Teori: Ceramah,


memahami Pengadilan Pajak Pajak Pengertian TM= 100’ diskusi,
2. Struktur Organisasi Pengadilan Pajak TT = 120’ latihan soal
Pengadilan Pajak 2. Mampu menjelaskan TMandiri= /penyelesaian
3. Kewenangan Pengadilan Struktur Organisasi 120’ kasus dan
presentasi
Pajak Pengadilan Pajak
4. Gugatan dalam 3. Mampu menjelaskan
Pengadilan Pajak Kewenangan
Pengadilan Pajak
4. Mampu menjelaskan
Gugatan dalam
Pengadilan Pajak
10 Mahasiswa mampu 1. Pengertian kompetensi 1. Mampu Teori: Ceramah,
memahami Kompetensi pengadilan pajak menjelaskan TM= 100’ diskusi,
Pengadilan Pajak 2. Tujuan Pembentukan pengertian TT = 120’ latihan soal
TMandiri= /penyelesaian
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 7 dari 10

INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
Pengadilan Pajak kompetensi 120’ kasus dan
3. Jenis kompetensi pengadilan pajak presentasi
pengadilan pajak 2. Mampu menjelaskan
tujuan Pembentukan
Pengadilan Pajak
3. Mampu menjelaskan
Jenis kompetensi
pengadilan pajak
11 Mahasiswa mampu 1. Persiapan Persidangan 1) Mampu memahami Teori: Ceramah,
memahami Hukum Acara 2. Pemeriksaan dengan Persiapan TM= 100’ diskusi,
Pengadilan Pajak acara biasa Persidangan TT = 120’ latihan soal
3. Pemeriksaan dengan 2) Mampu memahami TMandiri= /penyelesaian
acara cepat Pemeriksaan dengan 120’ kasus dan
presentasi
4. Pembuktiaan acara biasa
5. Putusan 3) Mampu memahami
Pemeriksaan dengan
acara cepat
4) Mampu memahami
pembuktian
5) Mampu memahami
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 8 dari 10

INDIKATOR METODE
MGGU ALOKASI BOBOT
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN KAJIAN PENILAIAN PEMBELA
KE WAKTU PENILAIAN
(FERFORMANCE) JARAN
Putusan
12 Mahasiswa mampu 1. Sifat Putusan 1. Mampu memahami Teori: Ceramah,
memahami putusan 2. Macam-macam putusan Sifat Putusan TM= 100’ diskusi,
Pengadilan Pajak 2. Mampu memahami TT = 120’ latihan soal
macam-macam TMandiri= /penyelesaian
putusan 120’ kasus dan
presentasi
13-15 Mahasiswa mampu Materi Minggu ke 1-12 1. Mampu Menjawab Teori: Diskusi,
memecahkan masalah Kasus kasus sengketa dan TM= 100’ latihan soal
Sengketa dan Peradilan Pajak pengadilan pajak TT = 120’ /penyelesaian
TMandiri= kasus dan
120’ presentasi

16 UAS
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 9 dari 10

CATATAN:

(1) Proses pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi mahasiswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan atas prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis mahasiswa, termasuk mahasiswa berkebutuhan khusus.
(2) Proses pembelajaran secara umum dilaksanakan dengan urutan:
a. Kegiatan pendahuluan, merupakan pemberian informasi yang
komprehensif tentang rencana pembelajaran beserta tahapan pelaksanaannya, serta informasi hasil asesmen dan umpan balik proses
pembelajaran sebelumnya;
b. Kegiatan inti, merupakan kegiatan belajar dengan penggunaan metode pembelajaran yang menjamin tercapainya kemampuan
tertentu yang telah dirancang sesuai dengan kurikulum;
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH UMUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 10 dari 10

c. Kegiatan penutup,merupakan kegiatan refleksi atas suasana dan


capaian pembelajaran yang telah dihasilkan, serta informasi tahapan pembelajaran berikutnya.
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 1 dari 91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2 x 50’


Praktikum = 1 x 120’

5. Pertemuan ke :1

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memahami pembayaran dan ketetapan
pajak

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


1. Mampu menjelaskan dasar hukum pembayaran pajak
2. Mampu menjelaskan kewajiban pembayaran pajak
3. Mampu menjelaskan definisi ketetapan pajak
4. Mampu menjelaskan jenis ketetapan pajak

8. Bahan Kajian :
1. Pembayaran pajak
2. Ketetapan pajak

9. Sub Bahan Kajian :


1. Dasar hukum pembayaran pajak
2. Kewajiban Pembayaran pajak
3. Definisi ketetapan pajak
4. Jenis ketetapan pajak

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab latihan dan tugas

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Menjelaskan lingkup Memperhatikan, LCD,
Pendahuluan mata kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
 Mengulas kembali catatan Diktat Ajar
materi mata kuliah yang
terkait dengan materi

1
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 2 dari 91

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
yang akan diajarkan
Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi  Berdiskusi dengan BPP
dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
Penyajian a. Pembayaran pajak
b. Ketetapan pajak
 Mengerjakan
Kegiatan Praktikum kasus/soal pada buku
Mahasiswa mengerjakan panduan praktikum
(menyelesaikan kasus/soal)
pada buku panduan
praktikum. Dosen
mengamati dan
membimbing
pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:

a) Dasar Hukum Pembayaran Pajak


Dalam melakukan pembayaran pajak, harus memperhitungkan dengan cermat bagaimana
penghasilan serta pungutan maupun kewajiban pembayaran pajak yang telah ditentukan
oleh pemerintah. Adapun peraturan yang mengatur soal pembayaran pajak ini
adalah Pasal 10 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah, yang paling terakhir
diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 (UU KUP) mengatur tentang
Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak. Ketentuan tersebut ditindaklanjuti dengan
diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 242/PMK.03/2014 Tentang Tata
Cara Pembayaran Dan Penyetoran Pajak.

2
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 3 dari 91

b) Ringkasan Peraturan Menteri Keuangan N0 242/PMK.03/2014 tentang tata cara


pembayaran pajak:

Pasal 2 1. PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan harus disetor
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir,
kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
2. PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus disetor
paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir, kecuali
ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
3. PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan yang dipotong/dipungut atau yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak,
harus disetor sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang
atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
4. PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal
10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
5. PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
6. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal
10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
7. PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor
paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
8. PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
9. PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh
Pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian
dokumen pemberitahuan pabean impor.
10. PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh Direktorat Jenderal

3
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 4 dari 91

Bea dan Cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1 hari kerja setelah dilakukan
pemungutan pajak.
11. PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh kuasa pengguna anggaran atau
pejabat penanda tangan Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPh Pasal 22,
harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pengusaha Kena Pajak rekanan pemerintah melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara.
12. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran, harus disetor paling lama
7 hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang
dibiayai dari belanja Negara atau belanja Daerah, dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendahara.
13. PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu
sebagai Pemungut Pajak harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
14. PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak harus disetor
paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat
Pemberitahuan Masa PPN disampaikan.
15. PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean harus disetor oleh orang pribadi atau badan
yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean, paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah saat terutangnya pajak.
16. PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus disetor oleh orang
pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri paling lama
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
17. PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPN, harus disetor pada
hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada Pengusaha Kena Pajak

4
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 5 dari 91

Rekanan Pemerintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.


18. PPN atau PPN dan PPnBM yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, harus disetor paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal pelaksanaan
pembayaran kepada Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara.
19. PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pemungut PPN
yang ditunjuk selain Bendahara Pemerintah, harus disetor paling lama tanggal 15
(lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
20. PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa
Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa, harus dibayar paling lama pada akhir
Masa Pajak terakhir.
21. Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (20) harus dibayar paling lama sesuai dengan batas
waktu untuk masing-masing jenis pajak.

Pasal 3 Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan disampaikan tetapi tidak melebihi batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Pasal 4 Bea Meterai harus dilunasi pada saat terutang Bea Meterai.

5
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 6 dari 91

Pasal 11 1. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan SSP atau
sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP.
2. Pembayaran dan penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pembayaran dan penyetoran PPh, PPN, PPnBM, Bea Meterai, dan PBB.
3. Sarana administrasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. BPN atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui sistem pembayaran pajak
secara elektronik atau dengan datang langsung ke Bank Persepsi
b. SSPCP atas pembayaran dan penyetoran PPh Pasal 22 impor, PPN impor, dan
PPnBM impor serta PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri;
c. Bukti Pbk atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui Pemindahbukuan; atau
d. bukti penerimaan pajak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. SSP atau sarana administrasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinyatakan sah, dalam hal telah divalidasi dengan NTPN.
5. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bukti Pbk
dinyatakan sah dalam hal telah ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang
untuk menerbitkan Bukti Pbk.
6. Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak diakui sebagai pelunasan
kewajiban sesuai dengan tanggal bayar yang tertera pada BPN atau tanggal bayar
berdasarkan validasi MPN pada SSP atau sarana administrasi lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).

c) Kewajiban Membayar Pajak


• Membayar sendiri pajak yang terutang
1. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (OP)
 Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 3 bulan setelah akhir Tahun
Pajak
 Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus
dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.

6
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 7 dari 91

2. Untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan


 Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 4 bulan setelah akhir Tahun
Pajak
 Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus
dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.

 Pembayaran angsuran PPh setiap bulan (PPh Pasal 25)


Pembayaran PPh Pasal 25 yaitu pembayaran Pajak Penghasilan secara angsuran. Hal ini
dimaksudkan untuk meringankan bebas Wajib Pajak dalam melunasi pajak yang
terutang dalam satu tahun pajak. Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak yang
akan terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran pajak tersebut setiap
bulan.

Dalam aturan ini Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu yang memiliki Usaha tertentu dan
wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha tertentu. Dan untuk Wajib Pajak Badan,
besarnya pembayaran Angsuran PPh 25 yang terutang diperoleh dari penghasilan kena
pajak dikalikan dengan tariff PPh yang diatur di Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang
Undang Pajak Penghasilan.

d) Penagihan Pajak
Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya, Direktorat Jenderal
Pajak akan melakukan penagihan pajak. Tindakan ini dilakukan apabila wajib pajak tidak
membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam surat
tagihan pajak (STP), atau surat ketetapan pajak (SKP), Surat keputusan pembetulan, surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, maka DJP dapat melakukan tindakan penagihan.
Proses penagihan dimulai dengan Surat teguran dan dilajutkan dengan Surat Paksa. Dalam
hal WP tetap tidak membayar tagihan pajaknya maka dapat dilakukan penyitaan dan
pelelangan atas harta WP yang disita tersebut untuk melunasi pajak yang tidak atau belum
dibayar.

7
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 8 dari 91

Adapun jangka waktu proses penagihan sebagai berikut :


• Surat Teguran diterbitkan apabila dalam jangka 7 hari dari jatuh tempo pembayaran
Wajib Pajak tidak membayar hutang pajaknya.
• Surat Paksa diterbitkan dalam jangka 21 hari setelah Surat Teguran apabila Wajib
Pajak tetap belum melunasi utang pajaknya.
• Sita dilakukan dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan.
• Lelang dilakukan paling singkat 14 hari setelah pengumuman lelang. Sedangkan
pengumuman lelang dilakukan paling singkat 14 hari setelah penyitaan.

e) Ketetapan Pajak
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menerbitkan berbagai dasar hukum yang mengatur tentang
ketetapan pajak. Dasar hukum tersebut nantinya harus dipahami oleh seluruh bagian Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), untuk
memahami atas adanya kewajiban maupun hak Wajib Pajak. Kewajiban atau hak yang
dimaksud disampaikan kepada Wajib Pajak dalam bentuk surat ketetapan pajak yang terdiri
dari enam jenis sebagai berikut:
1. Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan surat yang diterbitkan untuk melakukan
tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga maupun denda. Sesuai dalam
peraturan UU Nomor 16 Tahun 2000 KUP, STP diatur dan diterbitkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
• Jika Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
• Jika hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak
sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
• Jika Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.
• Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPN dan
perubahannya tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak (PKP).

8
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Kode : P Tanggal: Revisi: 0 Halaman : 9 dari 91

• Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi


membuat faktur pajak.
• Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tidak membuat
atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi faktur
pajak secara lengkap.
• Penerbitan STP ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
dalam satu bulan dengan ketentuan paling lama 24 bulan dihitung sejak waktu
terutangnya pajak, atau bagian Tahun atau Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya STP.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


SKPKB merupakan Surat Ketetapan Pajak (STP) yang diterbitkan untuk menetapkan
besaran nominal pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, besaran sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus
dibayarkan.
Dalam Pasal 13 UU KUP mengatur tentang SKPKB yang dapat diterbitkan dalam
jangka waktu sepuluh tahun setelah waktu terutangnya pajak, berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak dalam ketentuan-ketentuan yang
dipaparkan sebagai berikut:
• Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar.
• Surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan dan telah ditegur secara tertulis, tidak disampaikan juga seperti
ditentukan dalam surat teguran.
• Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atas PPN dan PPnBM ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan
tarif 0%.

9
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 10 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

• Jika Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban pembukuan dan tidak memenuhi
permintaan dalam pemeriksaan pajak, sehingga tidak dapat diketahui besarnya
pajak yang terutang.
• Biasanya penerbitan SKPKB akan diikuti dengan sanksi administrasi dalam
bentuk denda maupun kenaikan. Sanksi administrasi berupa denda sebesar 2%
dalam satu bulan akan dikenakan, jika berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui
bahwa Wajib Pajak tidak atau kurang membayar besarnya pajak yang terutang.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau disingkat SKPKBT merupakan
Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan dengan tujuan untuk menetapkan tambahan
atas besaran pajak yang akan ditetapkan. Dalam Pasal 13 UU KUP mengatur
SKPKBT yang diterbitkan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
• Jika SKPKBT yang ditetapkan ternyata lebih rendah dripada perhitungan yang
sebenarnya.
• Terjadinya proses pengembalian pajak yang telah ditetapkan dalam SKPLB yang
seharusnya tidak dilakukan.
• Terjadinya pajak terutang dalam surat ketetapan pajak nihil (SKPN) yang
ditetapkan ternyata lebih rendah.
• Penerbitan SKPKBT dilakukan jika ditemukan data baru (novum) atau data yang
semula belum terungkap, sehingga dapat menyebabkan penambahan pajak yang
terutang.

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


SKPLB merupakan STP yang diterbitkan dengan tujuan untuk menetapkan jumlah
kelebihan pembayaran pajak. Hal ini disebabkan karena jumlah kredit pajak lebih
besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. Dalam Pasal 17
Undang-Undang KUP mengatur tentang SKPLB yang diterbitkan dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:

10
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 11 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

• Pada Pajak Penghasilan (PPh) jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak
yang terutang, atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang.
• Pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN), jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah
pajak yang terutang atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang.
• Pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), jumlah pajak yang dibayar
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau sudah dilakukan pembayaran
pajak yang tidak seharusnya terutang.
Penerbitan SKPLB akan dilakukan apabila ada permohonan tertulis dari Wajib
Pajak

5. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) merupakan STP yang diterbitkan dengan tujuan
untuk menetapkan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak,
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Dalam Pasal 17A Undang-
Undang KUP mengatur tentang SKPN dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
• Dalam PPh, jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang, atau pajak
yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
• Dalam PPn, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
• Dalam PPnBM, jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang
terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.

6. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)


Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) merupakan surat yang diterbitkan oleh
DJP dengan tujuan memberitahukan jumlah pajak yang terutang kepada Wajib Pajak
terkait. Isi pemberitahuan dalam surat ini adalah berupa dokumen yang memuat
jumlah atau besaran utang atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang wajib dilunasi

11
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 12 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

oleh Wajib Pajak pada waktu yang ditetapkan. Dalam Pasal 10 Ayat 1 UU Nomor 12
Tahun 1994 mengatur tentang SPPT terkait Pajak Bumi dan Bangunan. Penerbitan
SPPT akan dilakukan berdasarkan pada Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
yang sudah disampaikan oleh Wajib Pajak, atau berdasarkan data objek pajak yang
sudah tersimpan di Kantor Pelayanan PBB.

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian:

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

12
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 13 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

18. Referensi :
a. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
b. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
c. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
d. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
e. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
f. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

13
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 14 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2x50’


Praktikum = 1x120’

5. Pertemuan ke :2

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memahami penagihan pajak

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


1. Mampu menjelaskan definisi penagihan pajak
2. Mampu memahami dasar penagihan pajak
3. Mampu menjelaskan hak dan kewajiban wajib pajak dalam
pengihan
4. Mampu menjelaskan daluarsa penagihan

8. Bahan Kajian :
1. Penagihan pajak

9. Sub Bahan Kajian :


1. Definisi penagihan pajak
2. Dasar penagihan pajak
3. Hak dan kewajiban wajib pajak dalam pengihan
4. Daluwarsa penagihan

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab latihan dan tugas

14
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 15 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Menjelaskan lingkup Memperhatikan, LCD,
mata kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
Pendahuluan
 Mengulas kembali catatan Diktat Ajar
materi mata kuliah yang
terkait dengan materi
yang akan diajarkan
Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi  Berdiskusi dengan BPP
Penyajian dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
 Penagihan Pajak

Kegiatan Praktikum
Mahasiswa mengerjakan  Mengerjakan
(menyelesaikan kasus/soal) kasus/soal pada buku
pada buku panduan panduan praktikum
praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing
pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:

Penagihan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan agar penanggung pajak


melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penanggung Pajak merupakan orang
atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak Anda.

Tindakan penagihan pajak ini dapat dijelaskan dalam alur sebagai berikut:

15
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 16 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Keterangan Gambar:

1. Proses penagihan dimulai dari adanya dasar penagihan yang terdiri dari Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan (SK Pembetulan), Surat
Keputusan Keberatan (SK Keberatan), Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan
Kembali tidak disengketakan oleh Anda.

2. Jatuh tempo dasar penagihan adalah 1 (satu) bulan sejak terbit. Apabila dalam jangka
waktu tersebut, Penanggung Pajak tidak mengajukan permohonan
angsuran/penundaan dan tidak melunasi hingga jatuh tempo, maka setelah lewat
waktu 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo akan dikeluarkan Surat Teguran.

16
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 17 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

3. Akan dikeluarkan Surat Paksa (SP) setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak
diterbitkannya Surat Teguran oleh Jurusita secara langsung apabila Penanggung
Pajak belum melunasi utang pajaknya.
a. Jurusita dapat melakukan melakukan pengumuman di media massa,
pemblokiran, pencegahan, dan penyanderaan terhadap penanggung pajak yang
belum melunasi utang pajak dan biaya penagihan tanpa menunggu jatuh tempo.
b. Apabila penanggung pajak mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya Rp 100
juta dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak, dapat dilakukan
pencegahan dan penyanderaan.
c. Jangka waktu penyanderaan 6 (enam) bulan dapat diperpanjang maksimal 6
(enam) bulan. Penyanderaan tidak menghapus utang pajak dan penagihan tetap
dilaksanakan.
4. Apabila sampai batas waktu Surat Paksa (SP) Penanggung Pajak belum melunasi
utang pajaknya, maka setelah lewat waktu 2 x 24 jam (dua kali dua puluh empat jam)
akan diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
a. Surat Pencabutan Sita diterbitkan oleh Jurusita apabila Penanggung Pajak telah
melunasi utang pajak dan biaya penagihan atau berdasarkan keputusan
pengadilan.

5. Pejabat lelang akan melakukan pengumuman lelang apabila setelah lewat waktu 14
(empat belas hari ) sejak tanggal penyitaan, Penanggung Pajak belum juga melunasi
utang pajak dan biaya penagihannya.

6. Pelaksanaan lelang dilaksanakan setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak
pengumuman lelang apabila penanggung pajak tidak membayar utang pajak dan
biaya penagihannya.

Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak

17
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 18 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

yang masih harus dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak. Apabila Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak
yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak juga
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah
pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah
pajak yang sebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenai
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari saat berakhirnya batas
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal dibayarnya
kekurangan pembayaran tersebut dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Hak Wajib Pajak dalam Penagihan


Wajib Pajak berhak:
1) Anda dapat mengajukan angsuran dan penundaan pembayaran utang pajak
2) Anda dapat mengajukan Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi
3) Untuk SKPKB/SKPKBT mulai Tahun Pajak 2008 sampai sekarang yang tidak
disetujui oleh Anda pada saat pembahasan akhir pemeriksaan, penagihan pajak
menjadi tertangguh

18
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 19 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

4) Anda dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang, Keputusan Pencegahan
dalam Rangka Penagihan Pajak ke Pengadilan Pajak
5) Anda dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan penyanderaan ke Pengadilan
Negeri
6) Anda dapat Mengajukan sanggahan atas objek sita

Kewajiban Wajib Pajak dalam Penagihan


Wajib Pajak berkewajiban:
1) Anda berkewajiban melakukan pembayaran utang pajak sebelum jatuh tempo
2) Anda berkewajiban memenuhi komitmen dalam angsuran/penundaan pembayaran
pajak
3) Anda berkewajiban untuk bersifat kooperatif dalam tindakan penagihan pajak
4) Anda dilarang melakukan hal-hal yang melanggar UU Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa dalam Penagihan Pajak yang berakibat pada tindakan pidana, seperti
memindahtangankan, menyembunyikan, menghilangkan, memindahkan hak atas
barang yang disita

Daluwarsa Penagihan
Jangka waktu DJP dapat melaksanakan penagihan pajak, termasuk bunga, kenaikan,
dan biaya penagihan pajak, terhadap Anda adalah 5 (lima) tahun sejak penerbitan
dasar penagihan pajak. Namun dapat tertangguh/melewati 5 (lima) tahun apabila:
1. Diterbitkan Surat Paksa
2. Ada pengakuan utang pajak dari Anda baik langsung maupun tidak langsung,
misalnya mengajukan permohonan pengangsuran/penundaan pembayaran
3. Diterbitkannya SKPKB atau SKPKBT karena Anda melakukan tindak pidana
perpajakan dan tindak pidana lain yang merugikan pendapatan Negara
4. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan

19
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 20 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian:


DJP mengeluarkan SKP tahun 2010 tertanggal 1 februari 2013, dengan jumlah ketetapan
100.000.000, namun wp hanya menyetujui sebesar 60.000.000, namun atas jumlah
ketetapan pajak yang telah disetujui wp tidak melaksanakan pembayaran. atas
permohonan keberatannya diputuskan tanggal 1 januari 2014, dengan keputusan
permohonautn keberatan ditolak semuainya, uraikan tindakan apa saja yang harus
dilakukan oleh seorang juru sita pajak negara, berapa yang harus ditagih dan berikut
tanggal tindaan penagihan sehuarusnya?

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
a. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
b. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
c. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
d. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
e. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
f. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

20
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 21 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2x50’


Praktikum = 1x120’

5. Pertemuan ke :3

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memahami sanksi perpajakan

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


a. Mampu menjelaskan jenis sanksi perpajakan

8. Bahan Kajian :
a. Sanksi Perpajakan

9. Sub Bahan Kajian :


a. Jenis-jenis sanksi perpajakan

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
latihan soal.

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Menjelaskan lingkup Memperhatikan, LCD,
mata kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
Pendahuluan
 Mengulas kembali catatan Diktat Ajar
materi mata kuliah yang
terkait dengan materi
yang akan diajarkan
Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,
Penyajian
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi  Berdiskusi dengan BPP

21
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 22 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator


a. Sanksi Perpajakan

Kegiatan Praktikum
Mahasiswa mengerjakan
(menyelesaikan kasus/soal)
pada buku panduan  Mengerjakan
praktikum. Dosen kasus/soal pada buku
mengamati dan panduan praktikum
membimbing
pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:

Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar
peraturan. Peraturan atau Undang-undang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak
dilakukan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau Undang-undang tidak dilanggar. Sanksi
pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
(norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan
merupakan alat pencegah agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Menurut Tjahjono (2005), sanksi pajak adalah suatu tindakan yang diberikan kepada Wajib
Pajak ataupun pejabat yang berhubungan dengan pajak yang melakukan pelanggaran baik
secara sengaja maupun karena alpa. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan akan dipatuhi. Dengan kata lain, sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.

Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah lndonesia
memilih menerapkan self assessment system dalam rangka pelaksanaan pemungutan pajak.
22
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 23 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Berdasarkan sistem ini, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung menyetor, dan
melaporkan pajaknya sendiri. Untuk dapat menjalankannya dengan baik, maka setiap Wajib
Pajak memerlukan pengetahuan pajak, baik dari segi peraturan maupun teknis
administrasinya. Agar pelaksanaannya dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan,
pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam UU Perpajakan yang berlaku.

Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika
kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi.
Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksisanksi perpajakan. Pada hakikatnya,
pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Itulah sebabnya, penting bagi Wajib pajak
memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang
dilakukan ataupun tidak dilakukan.

Untuk dapat memberikan gambaran mengenai hal-hal apa saja yang perlu dihindari agar tidak
dikenai sanksi perpajakan, di bawah ini akan diuraikan tentang jenis-jenis sanksi perpajakan
dan perihal pengenaannya.

Ada 2 macam Sanksi Perpajakan,

1. Sanksi Administrasi yang terdiri dari:


a. Sanksi Administrasi Berupa Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU perpajakan.
Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, persentase dari
jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu. Pada sejumlah
pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi pidana. Pelanggaran yang
juga dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa atau disengaja.

23
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 24 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Tabel Sanksi Administrasi Berupa Denda


No Peraturan Tentang Jenis Sanksi

1 UU KUP 2007 Pasal 7 ayat (1) SPT Tidak Disampaikan:

a. SPT Masa PPN Rp 500.000,00

b. SPT masa lainnya Rp 100.000,00

c. SPT Tahunan PPh WP Badan Rp 1.000.000,00

d. SPT Tahunan PPh WP OP Rp 100.000,00

2 UU KUP 2007 Pasal 8 ayat (3) Pengungkapan ketidakbenaran dan pelunasan 150% x jumlah pajak kurang
sebelum penyidikan bayar

3 UU KUP 2007 Pasal 14 ayat (4) a. PKP tidak membuat faktur pajak 2% dari pengenaan pajak

b. PKP tidak mengisi form pajak secara lengkap

c. PKP melaporkan faktur tidak sesuai masa terbit

4 UU KUP 2007 Pasal 14 ayat (5) PKP gagal produksi telah diberikan restitusi

5 UU KUP 2007 Pasal 25 ayat (9) Pengajuan keberatan ditolak/dikabulkan 50% x jumlah pajak berdasarkan
sebagian keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan

6 UU KUP 2007 Pasal 27 ayat (5d) Permohonan banding ditolak/dikabulkan 100% x jumlah pajak
sebagian berdasarkan Putusan Banding
dikurangi dengan pajak yang
telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan

b. Sanksi Aministrasi Berupa Bunga


Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang
pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu dari
suatu jumlah, mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat
diterima dibayarkan. Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang
biasa dengan bunga utang paiak. Penghitungan bunga utang pada umumnya

24
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 25 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

menerapkan bunga majemuk (bunga berbunga). Sementara, sanksi bunga dalam


ketentuan pajak tidak dihitung berdasarkan bunga majemuk. Besarnya bunga akan
dihitung secara tetap dari pokok pajak yang tidak atau kurang dibayar. Tetapi, dalam
hal Wajib Paiak hanya membayar sebagian atau tidak membayar sanksi bunga yang
terdapat dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan, maka sanksi bunga tersebut
dapat ditagih kembali dengan disertai bunga.

Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah sanksi bunga dalam
ketentuan perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu) bulan penuh. Dengan kata lain,
bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh atau tidak dihitung secara harian.

Tabel Sanksi Administrasi Berupa Bunga


No Peraturan Tentang Jenis Sanksi

1 UU KUP 2007 Pasal 8 Ayat (2) Pembetulan SPT tahunan dalam 2 tahun

2 UU KUP 2007 Pasal 8 Ayat (2a) Pembetulan SPT masa dalam 2 tahun 2% per bulan dari jumlah pajak yang
kurang dibayar, dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran s/d tanggal
pembayaran

3 UU KUP 2007 Pasal 9 Ayat (2a) Keterlambatan bayar/setor pajak masa

4 UU KUP 2007 Pasal 9 Ayat (2b) Keterlambatan bayar/setor pajak tahunan

5 UU KUP 2007 Pasal 8 Ayat (2a) SKPKB kurang bayar atau tidak dibayar dan 2% per bulan dari jumlah kurang
penerbitan NPWP dan pengukuhan PKP maksimal 24 bulan
secara jabatan

6 UU KUP 2007 Pasal 13 Ayat (5) Penerbitan SPT setelah 5 tahun 48% dari jumlah pajak yang
tidak/kurang dibayar

7 UU KUP 2007 Pasal 14 ayat (3) (a) PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2% per bulan dari jumlah pajak tidak/

(b) SPT kurang bayar kurang dibayar maksimal 24 bulan

8 UU KUP 2007 Pasal 14 Ayat (5) PKP gagal produksi 2% dari pajak yang ditagih

9 UU KUP 2007 Pasal 15 Ayat (4) SKPKBT diterbitkan setelah lewat 5 tahun 48% dari jumlah yang tidak/kurang
karena adanya tindak pidana dibayar

25
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 26 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

10 UU KUP 2007 Pasal 19 Ayat (1) SKPKB/T, Surat Keputusan Pembetulan, 2% per bulan dari jumlah pajak yang
Surat Keputusan Keberatan atau Putusan tidak/kurang dibayar, dihitung dari
Banding yang berakibat kurang tanggal jatuh tempo s/d tanggal
bayar/terlambat bayar pelunasan/diterbitkannya STP

11 UU KUP 2007 Pasal 19 Ayat (2) Pembayaran mengangsur atau menunda

12 UU KUP 2007 Pasal 19 Ayat (3) Kekurangan pajak karena penundaan SPT 2% per bulan dari kekurangan
pembayaran dihitung dari batas akhir
penyampaian SPT s/d tanggal
dibayarnya kekurangan tersebut.

c. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan


Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi
yang paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut,
jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan
pada dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak
kurang dibayar. Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan
karena Wajib Pajak tidak memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam
menghitung jumlah pajak terutang.

Tabel Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan


No Peraturan Tentang Jenis Sanksi

1 UU KUP 2007 Pasal 8ayat (5) Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT 50% dari pajak yang kurang dibayar
setelah lewat 2 tahun sebelum terbitnya SKP

a. SKPKB karena SPT tidak disampaikan 50% dari PPh yang tidak/kurang
dibayar dalam setahun

2 UU KUP 2007 Pasal 13 ayat (3) b. PPN/PPnBM tidak seharusnya dikompensasi 100% dari PPh yang tidak/kurang
atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% dipotong, tidak/kurang dipungut,
tidak/kurang disetor dan

c. Kewajiban pembukuan & pemeriksaan tidak dipotong/dipungut tetapi


dipenuhi sehingga tidak diketahui besaran tidak/kurang disetor atau 100% dari
pajak terutang PPN dan PPnBM yang tidak/kurang
dibayar

26
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 27 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

3 UU KUP 2007 Pasal 13A Tidak menyampaikan SPT/menyampaikan SPT 200% dari jumlah pajak yang kurang
tetapi isinya tidak benar/tidak lengkap atau dibayar yang diterapkan melalui
melampirkan keterangan yang isinya tidak penerbitan SKPKB
benar, yang dilakukan karena kealpaan dan
pertama kali

4 UU KUP 2007 Pasal 15 ayat (2) Kekurangan pajak pada SKPKBT

5 UU KUP 2007 Pasal 17C ayat (5) SKPKB yang terbit dilakukan pengembalian 100% dari jumlah kekurangan pajak
pendahuluan kelebihan pajak bagi WP dengan
kriteria tertentu

6 UU KUP 2007 Pasal 17D ayat (5) SKPKB yang terbit setelah dilakukan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
bagi wajib pajak dengan persyaratan

2. Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum. Dalam perpajakan pun
dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP menyatakan bahwa pada dasarnya, pengenaan
sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalam pemberlakuan sanksi pidana
dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38
UU KUB tidak dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi. Pelanggaran
Pasal 38 UU KUP adalah tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan.
Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak pelanggaran disebut dengan
kealpaan, yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban
pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan tindak
kejahatan adalah tindakan dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban pajak sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

27
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 28 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak pidana di bidang
perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terlampaui.Jangka
waktu ini dihitung sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya
bagian tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Penetapan jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun ini disesuaikan dengan daluarsa penyimpanan dokumen-
dokumen perpajakan yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terutang, yaitu
selama 10 (sepuluh) tahun. Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi
pidana pada intinya diatur dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak formal. Namun,
dalam UU Perpajakan lainnya, dapat juga diatur sanksi pidana. Sanksi pidana biasanya
disertai dengan sanksi administrasi berupa denda, walaupun tidak selalu ada.

Tabel Sanksi Pidana


No Peraturan Tentang Jenis Sanksi

1 UU KUP 2007 Pasal 38 ayat (1) Setiap orang yang karena kealpaannya: Pidana kurungan paling sedikit 3
bulan/paling lama 1 tahun atau
a. Tidak menyampaikan SPT denda paling sedikit 1 kali jumlah
pajak terutang yang tidak/kurang
b. Menyampaikan SPT tetapi isinya tidak dibayardan paling banyak 2 kali
benar atau tidak lengkap atau melampirkan jumlah pajak terutang yang tidak
keterangan yang isinya benar sehingga dapat atau kurang dibayar
menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dan perbuatan tersebut merupakan
perbuatan setelah perbuatan yang pertama
kali.

Setiap orang dengan sengaja:

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan


NPWP atau tidak mendaftarkan usaha untuk
dikukuhkan sebagai PKP

b. Menyalahgunakan/menggunakan tanpa
hak NPWP/PKP

c. Tidak menyampaikan SPT

d. Menyampaikan SPT dan/atau SPT tidak


lengkap

28
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 29 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

e. Menolak dilakukan pemeriksaan

2 UU KUP 2007 Pasal 39 ayat (1) f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, Penjara paling singkat 6 tahun dan
atau dokumen lain yang palsu/dipalsukan denda paling sedikit 2 kali jumlah
seolah-olah benar atau tidak pajak terutang yang tidak atau
menggambarkan keadaan yang sebenarnya kurang dibayar dan paling banyak 4
kali jumlah pajak terutang yang
tidak/kurang dibayar

g. Tidak menyelenggarakan
pembukuan/pencatatan di Indonesia, tidak
meminjamkan buku, catatan/dokumen lain

h. Tidak menyimpan buku, catatan/dokumen


yang menjadi dasar pembukuan/catatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik/diselenggarakan secara program
aplikasi online di Indonesia

i. Tidak menyetorkan pajak yang telah


dipotong/dipungut sehingga menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara

3 UU KUP 2007 Pasal 39 ayat (2) Seseorang melakukan lagi tindak pidana di Pidana penjara paling singkat 6
bidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun tahun dan denda paling sedikit 2
terhitung sejak selesainya menjalani pidana kali jumlah pajak terutang yang
yang dijatuhkan tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 kali jumlah pajak
terutang yang tidak/kurang dibayar
dan sanksi tersebut akan
ditambahkan 1 kali menjadi 2 kali
sanksi pidana

4 UU KUP 2007 Pasal 39 ayat (3) Sesuatu yang diketahui/diberitahukan Pidana kurungan paling singkat 6
kepadanya oleh WP Dalam rangka bulan/paling lama 2 tahun atau
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan denda paling sedikit 2 kali jumlah
ketentuan per UU Perpajakan restitusi yang dimohonkan
dan/keterangan yang isinya tidak dan/kompensasi atau pengkreditan
benar/tidak lengkap yang dilakukan dan paling banyak 4
kali jumlah restitusi yang
dimohonkan dan/kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan

Setiap orang dengan sengaja:

29
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 30 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

a. Menerbitkan, menggunakan faktur pajak, bukti Pidana penjara paling singkat 2


potong, bukti setoran pajak yang tidak tahun dan paling lama 6 tahun serta
berdasarkan yang sebenarnya denda paling sedikit 2 kali jumlah
5 UU KUP 2007 Pasal 39A
pajak dalam faktur pajak, bukti
b. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum pemungutan pajak, pemotongan
dikukuhkan sebagai PKP pajak dan/atau bukti setoran pajak
dan paling banyak 6 kali jumlah
pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, pemotongan
pajak dan/atau bukti setoran pajak

6 UU KUP 2007 Pasal 41 ayat (1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak Pidana kurungan paling lama 1
memenuhi kewajiban merahasiakan segala tahun dan denda paling banyak Rp
sesuatu yang diketahui/diberitahukan 25 Juta
kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan per UU perpajakan, atas
pengaduan orang yang kerahasiaannya
dilanggar
7 UU KUP 2007 Pasal 41 ayat (2) Pejabat yang dengan sengaja tidak Pidana kurungan paling lama 2
memenuhi kewajiban merahasiakan segala tahun dan denda paling banyak 50
sesuatu yang diketahui/diberitahukan Juta
kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan per UU perpajakan, atas
pengaduan orang yang kerahasiaannya
dilanggar
8 UU KUP 2007 Pasal 41A Setiap orang yang wajib memberikan Pidana kurungan paling lama 1
keterangan/bukti yang diminta oleh Direktur tahun dan denda paling banyak Rp
Jenderal Pajak pada saat melakukan 25 Juta
pemeriksaan pajak, penagihan
pajak/penyidikan tindak pidana dibidang
perpajakan tetapi dengan sengaja tidak
memberi keterangan/bukti yang tidak benar
9 UU KUP 2007 Pasal 41B Setiap orang yang dengan sengaja Pidana kurungan paling lama 3
menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban tahun atau denda paling banyak 75
pejabat dan pihak lain dalam merahaiakan juta
segala sesuatu yang diketahui/diberitahukan
kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan peraturan per UU perpajakan

30
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 31 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

10 UU KUP 2007 Pasal 41C ayat (1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak Pidana kurungan paling lama 1
memenuhi kewajiban merahasiakan segala tahun dan denda paling banyak 1
sesuatu yang diketahui/diberitahukan milyar
kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan peraturan per UU perpajakan
11 UU KUP 2007 Pasal 41C ayat (2) Setiap orang yang dengan sengaja tidak Pidana kurungan paling lama 10
terpenuhi kewajiban pejabat dan pihak lain bulan dan/atau denda paling
dalam merahasiakan segala sesuatu yang banyak 800 juta
diketahui/diberitahukan kepadanya oleh WP
dalam rangka jabatan/pekerjaannya untuk
menjalankan ketentuan per UU perpajakan

12 UU KUP 2007 Pasal 41C ayat (3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak
memberikan data dan informasi yang
diminta oleh Direktur Jenderal Pajak dalam
menghimpun data dan informasi untuk
kepentingan penerimaan negara
13 UU KUP 2007 Pasal 41C ayat (4) Setiap orang yang dengan sengaja Pidana kurungan paling lama 1
menyalahgunakan data dan informasi tahun dan/atau denda paling
perpajakan sehingga menimbulkan kerugian banyak 500 juta
bagi negara

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian:


PT BERSAMA JAYA TERUS (PT BJT) adalah perusahaan manufaktur food and beverages
yang berkedudukan di daerah Gunung Sahari, Jakarta. Pada tahun 2018, audit atas laporan
keuangan PT BJT tahun 2017 diperkirakan baru akan selesai pada tanggal 15 Mei 2018. Oleh
karena itu, pada pertengahan April 2018, PT BJT mengajukan perpanjangan penyampaian
SPT Tahunan PPh Badan tahun 2017 dan akan membayar kekurangan pajak pada bulan Juni
2018. Tren penjualan PT BJT sangat volatile selama beberapa tahun terakhir, yang akhirnya

31
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 32 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

mempengaruhi pelaporan perpajakannya. PT BJT diperiksa oleh KPP tempat PT BJT


berdomisili untuk tahun pajak 2016, dimana pemeriksaan dimulai pada bulan Juli 2018.
Setelah pemeriksaan selesai, Pemeriksa memberitahukan hasil pemeriksaannya dengan
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) sebesar Rp600 juta pada tanggal
15 Desember 2018. Ternyata, 6 bulan kemudian diketahui bahwa pada laporan keuangan
tahun 2016 yang diperiksa tersebut, terdapat biaya yang belum dirinci lebih detail sehingga
membuat beberapa akun biaya yang seharusnya tidak boleh dikurangkan, namun dikurangkan
oleh Pemeriksa pada saat pemeriksaan. Biaya-biaya yang belum terperinci yang ditemukan
oleh Pemeriksa tersebut sangatlah signifikan. Oleh karena itu, Pemeriksa menghitung
kembali dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) atas
tahun buku 2016 sebesar Rp700 juta.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa Lucky, konsultan pajak PT BJT, yang
menyuruh PT BJT untuk sengaja memperlihatkan pembukuan yang tidak menggambarkan
keadaan sebenarnya. Karena PT BJT tidak membayar utang pajak tersebut dan
membiarkannya untuk jangka waktu yang sangat lama, Pejabat pajak tempat PT BJT
berdomisili mengeluarkan Surat Teguran atas PT BJT dan setelah itu diterbitkanlah Surat
Paksa, tetapi belum dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus. Surat Paksa atas PT BJT
tidak direspons oleh PT BJT selama 1 minggu. Kasus PT BJT belum sampai hingga ke
pencegahan/penyanderaan atas Penanggung Pajak.
Sebagai informasi tambahan, dalam laporan keuangannya, PT BJT mempunyai aset-aset:
mobil, tanah dan bangunan, uang tunai, seragam karyawan, serta peralatan dan perlengkapan
kantor, seperti printer dan alat tulis (harga per item peralatan dan perlengkapan kantor adalah
kurang dari 1 juta, tetapi total seluruh peralatan dan perlengkapan kantor mencapai Rp50
juta).

Pertanyaan:
a. Dengan adanya pengajuan perpanjangan, bagaimana pengenaan sanksi kepada PT BJT
atas penyampaian SPT Tahunan PPh Badan tahun 2017? Jelaskan. (5%)

32
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 33 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

b. Apabila besarnya SKPKB hanya dibayar sebagian yaitu Rp400 juta pada tanggal 17
Desember 2018, dan baru dilunasi pada tanggal 19 Januari 2019, berapakah sanksi
bunga penagihan yang dikenakan terhadap PT BJT? (5%)
c. Apabila besarnya SKPKB dibayar seluruhnya pada tanggal 19 Januari 2019, berapakah
sanksi bunga penagihan yang dikenakan terhadapt PT BJT? (5%)
d. Berapakah besarnya sanksi atas SKPKBT tersebut? (5%)

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
a. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
b. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
c. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
d. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
e. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
f. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

33
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 34 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2x50’


Praktikum = 1x120’

5. Pertemuan ke :4

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa
Pajak : upaya keberatan

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


1. Mampu menjelaskan ruang lingkup keberatan
2. Mampu menjelaskan syarat pengajuan keberatan
3. Mampu menjelaskan alur penyelesaian keberatan

8. Bahan Kajian :
Sengketa Pajak: Upaya Keberatan

9. Sub Bahan Kajian :


1. Ruang lingkup keberataan
2. Syarat pengajuan keberatan
3. Alur penyelesaian keberatan

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
Latihan soal

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Menjelaskan lingkup mata Memperhatikan, LCD,
Pendahuluan kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
 Mengulas kembali materi catatan Diktat Ajar
mata kuliah yang terkait
dengan materi yang akan

34
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 35 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

diajarkan
Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan penjelasan bertanya Diktat Ajar,
dan berdiskusi dengan  Berdiskusi dengan BPP
Penyajian mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
1. Sengketa pajak: Upaya
Keberatan
 Mengerjakan
Kegiatan Praktikum kasus/soal pada buku
Mahasiswa mengerjakan panduan praktikum
(menyelesaikan kasus/soal)
pada buku panduan praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
Penutup singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
pertemuan ini dan memberikan bertanya. Diktat Ajar
gambaran materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:

RUANG LINGKUP KEBERATAN


Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktorat Jenderal Pajak atas
suatu:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB),
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN),
5. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Wajib Pajak hanya dapat mengajukan keberatan terhadap materi atau isi dari surat
ketetapan pajak, yang meliputi jumlah rugi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, jumlah besarnya pajak, atau terhadap materi atau isi dari

35
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 36 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

pemotongan atau pemungutan pajak. Dalam hal terdapat alasan keberatan selain
mengenai materi atau isi dari surat ketetapan pajak atau pemotongan atau pemungutan
pajak, alasan tersebut tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan.

SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN


a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai
alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan;
c. 1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, untuk 1
(satu) pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak;
d. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verikasi, sebelum Surat Keberatan
disampaikan;
e. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal: surat ketetapan pajak
dikirim; atau pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga; kecuali Wajib
Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak;
f. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal Surat Keberatan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, Surat Keberatan tersebut harus dilampiri
dengan surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3)
Undang-Undang KUP; dan
g. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 Undang-Undang KUP.

36
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 37 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Ketentuan khusus:
 Dalam hal Surat Keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, atau huruf f, Wajib Pajak dapat melakukan perbaikan atas
Surat Keberatan tersebut dan menyampaikan kembali sebelum jangka waktu 3
(tiga) bulan terlampaui.
 Tanggal penyampaian Surat Keberatan yang telah diperbaiki merupakan
tanggal Surat Keberatan diterima.
 Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
yang masih harus dibayar yang tidak disetujui dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verikasi sebagaimana tercantum
dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, dan belum dibayar pada saat pengajuan keberatan,
tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat
Keputusan Keberatan.

ALUR PENYELESAIAN KEBERATAN


a. Dalam proses penyelesaian keberatan, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk:
 meminjam buku, catatan, data, dan informasi dalam bentuk hardcopy dan/atau
softcopy kepada Wajib Pajak terkait dengan materi yang disengketakan melalui
penyampaian surat permintaan peminjaman buku, catatan, data dan informasi;
 meminta Wajib Pajak untuk memberikan keterangan terkait dengan materi yang
disengketakan melalui penyampaian surat permintaan keterangan;
 meminta keterangan atau bukti terkait dengan materi yang disengketakan
kepada pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak melalui
penyampaian surat permintaan data dan keterangan kepada pihak ketiga;
 meninjau tempat Wajib Pajak, termasuk tempat lain yang diperlukan;
 melakukan pembahasan dan klarikasi atas hal-hal yang diperlukan dengan

37
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 38 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

 memanggil Wajib Pajak melalui penyampaian surat panggilan;


 Surat panggilan dikirimkan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sebelum
tanggal pembahasan dan klarikasi atas sengketa perpajakan.
 Pembahasan dan klarikasi dituangkan dalam berita acara pembahasan dan
klarikasi sengketa perpajakan.
 melakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka keberatan untuk
mendapatkan data dan/atau informasi yang objektif yang dapat dijadikan dasar
dalam mempertimbangkan keputusan keberatan.

b. Wajib Pajak harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan paling lama 15 (lima
belas) hari kerja setelah tanggal surat permintaan peminjaman dan/atau surat
permintaan keterangan dikirim.

c. Apabila sampai dengan jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal surat
permintaan peminjaman dan/atau surat permintaan keterangan dikirim berakhir,
Wajib Pajak tidak meminjamkan sebagian atau seluruh buku, catatan, data dan
informasi dan/atau tidak memberikan keterangan yang diminta, Direktur Jenderal
Pajak menyampaikan:
- surat permintaan peminjaman yang kedua; dan/atau
- surat permintaan keterangan yang kedua.

d. Wajib Pajak harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan yang kedua paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal surat peminjaman dan/atau permintaan
yang kedua dikirim.

JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEBERATAN


a. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal Surat Keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang
diajukan. Jangka waktu tersebut dihitung sejak tanggal Surat Keberatan diterima
sampai dengan tanggal Surat Keputusan Keberatan diterbitkan.

38
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 39 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

b. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan gugatan ke Pengadilan Pajak atas surat dari
Direktur Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa keberatan Wajib Pajak tidak
dipertimbangkan, jangka waktu 12 (dua belas) bulan tertangguh, terhitung sejak
tanggal dikirim surat dari Direktur Jenderal Pajak tersebut kepada Wajib Pajak sampai
dengan Putusan Gugatan Pengadilan Pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.

c. Apabila jangka waktu di atas telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi keputusan atas keberatan, keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak
dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan
Keberatan sesuai dengan pengajuan keberatan Wajib Pajak dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan sejak jangka waktu 12 (dua belas) bulan tersebut berakhir.

PENCABUTAN PENGAJUAN KEBERATAN


a. Wajib Pajak dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada
Direktur Jenderal Pajak sebelum tanggal diterima surat pemberitahuan untuk hadir
(SPUH) oleh Wajib Pajak.
b. Pencabutan pengajuan keberatan dilakukan melalui penyampaian permohonan dengan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan dapat
mencantumkan alasan pencabutan;
- surat permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dalam hal surat
permohonan tersebut ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak, surat permohonan
tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus;
- surat permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pajak dan Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan atasan Kepala Kantor
Pelayanan Pajak.
c. Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan jawaban atas permohonan pencabutan
pengajuan keberatan berupa surat persetujuan atau surat penolakan.

39
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 40 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

d. Wajib Pajak yang mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada
Direktur Jenderal Pajak ini tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau
pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar.
e. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan, Wajib Pajak dianggap tidak
mengajukan keberatan.
f. Dalam hal Wajib Pajak dianggap tidak mengajukan keberatan, pajak yang masih
harus dibayar dalam SKPKB atau SKPKBT yang tidak disetujui dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verikasi menjadi utang pajak
sejak tanggal penerbitan SKP.

KETENTUAN TAMBAHAN
Wajib Pajak yang mengajukan keberatan tidak dapat mengajukan permohonan:
1. pengurangan, penghapusan, dan pembatalan sanksi administrasi berupa bunga, denda,
dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan;
2. pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar; atau
3. pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan atau verikasi yang
dilaksanakan tanpa:
- penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan atau surat pemberitahuan
hasil Verikasi; atau
- pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verikasi
dengan Wajib Pajak.

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

40
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 41 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

15. Materi Ujian:


Silahakan download kasus pada link berikut https://bit.ly/3fr33xm

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi
Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

41
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 42 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2x50’


Praktikum = 1x120’

5. Pertemuan ke :5

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa Pajak :
upaya banding ke pengadilan pajak

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


1. Mampu menjelaskan definisi banding
2. Mampu menjelaskan syarat pengajuan banding
3. Mampu menjelaskan pemrosesan banding
4. Mampu menjelaskan pencabutan banding

8. Bahan Kajian :
Sengketa Pajak : upaya banding ke pengadilan pajak

9. Sub Bahan Kajian :


1. Definisi Banding
2. Syarat Pengajuan Banding
3. Pemrosesan banding
4. Pencabutan Banding

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus latihan soal

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Menjelaskan lingkup mata Memperhatikan, LCD,
Pendahuluan
kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
 Mengulas kembali materi catatan Diktat Ajar
mata kuliah yang terkait

42
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 43 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

dengan materi yang akan


diajarkan
Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan penjelasan bertanya Diktat Ajar,
dan berdiskusi dengan  Berdiskusi dengan BPP
Penyajian mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
1. Sengketa Pajak: Upaya
Banding ke Pengadilan
Pajak  Mengerjakan
kasus/soal pada buku
Kegiatan Praktikum panduan praktikum
Mahasiswa mengerjakan
(menyelesaikan kasus/soal)
pada buku panduan praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
Penutup singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
pertemuan ini dan memberikan bertanya. Diktat Ajar
gambaran materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:

Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas
keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding ke
Badan Peradilan Pajak.

Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung
Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Putusan Banding adalah putusan badan
peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh
Wajib Pajak.

43
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 44 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

SYARAT PENGAJUAN BANDING


1. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan
pajak atas Surat Keputusan Keberatan.
2. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas
paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri
dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut.
3. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

PIHAK YANG MENGAJUKAN BANDING


1. Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli, warisnya, seorang pengurus, atau
kuasa hukumnya.
2. Apabila selama proses Banding, pemohon Banding meninggal dunia, Banding dapat
dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya
dalam hal pemohon Banding pailit.
3. Apabila selama proses Banding pemohon Banding melakukan penggabungan,
peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat
dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban karena penggabungan,
peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud

HAK-HAK PEMOHON BANDING?


1. Pemohon Banding dapat melengkapi Surat Bandingnya untuk memenuhi ketentuan
yang berlaku sepanjang masih dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterima
keputusan yang dibanding.
2. Pemohon Banding dapat memasukkan Surat Bantahan dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh hari) sejak tanggal terima salinan Surat Uraian Banding.
3. Dapat hadir dalam persidangan guna memberikan keterangan lisan atau bukti-bukti
yang diperlukan sepanjang memberitahukan kepada Ketua Pengadilan Pajak secara
tertulis
4. Dapat hadir dalam sidang Pembacaan Putusan.

44
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 45 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

5. Dapat didampingi atau diwakili oleh Kuasa Hukum yang telah terdaftar/mendapat ijin
Kuasa Hukum dari Ketua Pengadilan Pajak.
6. Dapat meminta kepada Majelis kehadiran saksi.

PENCABUTAN BANDING
Terhadap Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak.
Banding yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan:
- penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang
dilaksanakan;
- putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan
pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding.
Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan, tidak dapat diajukan
kembali.

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian:

Silahkan download soal kasus pada link berikut: https://bit.ly/35Vfajp

Pertanyaan:

1. Siapa pihak-pihak yang telibat dalam sengketa tersebut?

2. Bagaimana proses permasalahan sengketa tersebut?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa tersebut?

4. Berikan tanggapan anda mengenai sengketa tersebut? Apakah putusan telah sesuai
dengan UU perpajakan yang berlaku?

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

45
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 46 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi
Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

46
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 47 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2x50’


Praktikum = 1x120’

5. Pertemuan ke :6

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa Pajak :
upaya gugatan ke pengadilan pajak

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


a. Mampu menjelaskan definisi banding
b. Mampu menjelaskan syarat pengajuan banding
c. Mampu menjelaskan pencabutan gugatan

8. Bahan Kajian :
a. Sengketa Pajak : upaya gugatan ke pengadilan pajak

9. Sub Bahan Kajian :


a. Definisi Gugatan
b. Syarat Pengajuan Gugatan
c. Pencabutan Gugatan

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
Latihan soal

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Menjelaskan lingkup mata Memperhatikan, LCD,
Pendahuluan kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
 Mengulas kembali materi catatan Diktat Ajar
mata kuliah yang terkait
dengan materi yang akan

47
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 48 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

diajarkan
Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan penjelasan bertanya Diktat Ajar,
dan berdiskusi dengan  Berdiskusi dengan BPP
Penyajian mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
Sengketa Pajak : upaya
gugatan ke pengadilan
pajak
Kegiatan Praktikum  Mengerjakan
Mahasiswa mengerjakan kasus/soal pada buku
(menyelesaikan kasus/soal) panduan praktikum
pada buku panduan praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
Penutup singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
pertemuan ini dan memberikan bertanya. Diktat Ajar
gambaran materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:


Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung
Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat
diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal
yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan
gugatan.

SYARAT PENGAJUAN
1. Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
2. Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak
adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan. Jangka waktu ini
tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan
di luar kekuasaan penggugat. Perpanjangan jangka waktunya adalah 14 (empat belas)
hari terhitung sejak berakhirnya keadaan diluar kekuasaan penggugat.

48
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 49 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

3. Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan adalah
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima keputusan yang digugat. Jangka waktu ini
tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan
di luar kekuasaan penggugat. Perpanjangan jangka waktunya adalah 14 (empat belas)
hari terhitung sejak berakhirnya keadaan diluar kekuasaan penggugat.
4. Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu)
Surat Gugatan Gugatan.
5. Gugatan disertai dengan alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima,
pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen
yang digugat.

PIHAK YANG MENGAJUKAN


Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima,
pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen
yang digugat. Apabila selama proses Gugatan penggugat meninggal dunia. Gugatan
dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya atau pengampunya
dalam hal penggugat pailit. Apabila selama proses Gugatan, penggugat melakukan
penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan
dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban karena
penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud.

YANG DAPAT DIAJUKAN GUGATAN


a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman
Lelang;
b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang
ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26;

49
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 50 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

d. penerbitan Surat Keputusan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

PENCABUTAN GUGATAN
a. Terhadap Gugatan dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan
Pajak.
b. Gugatan yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan: penetapan Ketua dalam
hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang; putusan Majelis/Hakim
Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan setelah
sidang atas persetujuan tergugat.
c. Gugatan yang telah dicabut melalui penetapan ketua atau putusan Majelis/Hakim
Tunggal tidak dapat diajukan kembali.

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian:


Silahkan download kasus dari link berikut ini : https://bit.ly/393QHKJ
Pertanyaan:
1. Siapa saja yang terlibat dalam gugatan tersebut?
2. Kasus apa yang menjadi gugatan?
3. Bagaimana penyelesaian kasus tersebut?
4. Bagaimana tanggapan anda tentang putusan dari kasus diatas? Apakah sudah sesuai
dengan UU perpajakan yang berlaku?

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

50
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 51 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

51
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 52 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2x50’


Praktikum = 1x120’

5. Pertemuan ke :7

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa sengketa Pajak
: upaya peninjauan kembali ke MA

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


1. Mampu menjelaskan syarat pengajuan PK
2. Mampu menjelaskan wakru pengajuan
3. Mampu menjelaskan waktu keputusan
4. Mampu menjelaskan pencabuatan permohonan

8. Bahan Kajian :
Sengketa Pajak : upaya peninjauan kembali ke MA

9. Sub Bahan Kajian :


1. Syarat pengajuan peninjauan kembali
2. Jangka waktu pengajuan
3. Jangka waktu keputusan
4. Pencabutan permohonan

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
Latihan soal

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Menjelaskan lingkup mata Memperhatikan, LCD,
Pendahuluan kuliah bertanya, membuat Laptop/komputer,
 Mengulas kembali materi catatan Diktat Ajar

52
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 53 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

mata kuliah yang terkait


dengan materi yang akan
diajarkan
Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
materi, memberikan penjelasan bertanya Diktat Ajar,
dan berdiskusi dengan  Berdiskusi dengan BPP
Penyajian mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
Sengketa Pajak: Upaya
Peninjauan Kembali ke
MA
 Mengerjakan
Kegiatan Praktikum kasus/soal pada buku
Mahasiswa mengerjakan panduan praktikum
(menyelesaikan kasus/soal)
pada buku panduan praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
Penutup singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
pertemuan ini dan memberikan bertanya. Diktat Ajar
gambaran materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:


Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Putusan Banding, maka Wajib Pajak
masih memiliki hak mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung.

SYARAT PENGAJUAN
1. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada
Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.
2. Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan atau menghentikan
pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak.
3. Hukum Acara yang berlaku pada pemeriksaan peninjauan kembali adalah hukum
acara pemeriksaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam UU No. 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, kecuali yang diatur secara khusus dalam UU
Pengadilan Pajak.

53
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 54 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

JANGKA WAKTU PENGAJUAN


Jangka waktu pengajuan Peninjauan Kembali, dibedakan berdasarkan alasan diajukannya
Peninjauan Kembali.

Peninjauan Kembali hanya dapat Jangka Waktu untuk pengajuan


No
diajukan berdasarkan alasan: Peninjauan Kembali:
1. Bila putusan pengadilan pajak didasarkan diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan
pada kebohongan atau tipu muslihat pihak terhitung sejak diketahuinya
lawan yang diketahui setelah perkaranya kebohongan atau tipu muslihat atau
diputus atau didasarkan pada bukti-bukti sejak Putusan Hakim pengadilan
yang kemudian oleh hakim pidana pidana memperoleh kekuatan hukum
dinyatakan berlaku. tetap.
2. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan
penting dan bersifat menentukan, yang terhitung sejak ditemukan surat-surat
apabila diketahui pada tahap persidangan di bukti yang hari dan tanggal
pengadilan pajak akan menghasilkan ditemukannya harus dinyatakan
putusan yang berbeda. dibawah sumpah dan disahkan oleh
pejabat yang berwenang.
3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan
tidak dituntut atau lebih dari pada yang sejak
dituntut, kecuali yang diputus berdasarkan putusan dikirim.
Pasal 80 ayat (1) huruf b dan c. Isi dari
Pasal 80 ayat (1) huruf b dan c:
1. 1. Putusan Pengadilan Pajak dapat
berupa:
a. mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
b. menambah Pajak yang harus dibayar;

54
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 55 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

4 Apabila mengenai suatu bagian dari diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan
tuntutan belum diputus tanpa sejak putusan dikirim.
mempertimbangkan sebab-sebabnya.
5 Apabila terdapat suatu putusan yang diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan
nyatanyata tidak sesuai dengan ketentuan sejak putusan dikirim.
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

JANGKA WAKTU KEPUTUSAN


Mahkamah Agung memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali dengan
ketentuan:
- dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan peninjauan kembali
diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan, dalam hal Pengadilan
Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan acara biasa;
- dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan peninjauan kembali diterima
oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan, dalam hal Pengadilan Pajak
mengambil putusan melalui pemeriksaan acara cepat.
- Putusan atas permohonan peninjauan kembali harus diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum.

PENCABUTAN PERMOHONAN
Permohonan Peninjauan Kembali dapat dicabut sebelum diputus, dan jika sudah dicabut,
maka permohonan peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

55
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 56 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

15. Materi Ujian:

Silahkan download kasus pada link berikut: https://bit.ly/36SFee0

Pertanyaan:

1. Siapa saja yang terlibat dalam PK tersebut?

2. Putusan apa yang ditinjau dari PK tersebut?

3. Bagaimana penyelesaian kasus tersebut?

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi
Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

56
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 57 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2(2x50’)


Praktikum = 1x 120’

5. Pertemuan ke :9

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Memahami metode pengujian dalam pengauditan

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


Memahami prosedur audit terkait penilaian risiko dengan
menggunakan uji pengendalian

8. Bahan Kajian :
Penilaian risiko dengan menggunakan uji pengendalian

9. Sub Bahan Kajian :


a. Penilaian risiko pengendalian
b. Perancangan uji pengendalian
c. Pertimbangan tambahan dalam uji pengendalian

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus latihan soal

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Mengulas kembali Memperhatikan, LCD,
materi yang diberikan bertanya, membuat Laptop/komputer,
Pendahuluan pada pertemuan catatan Diktat Ajar
sebelumnya
menghubungkan dengan
materi yang akan
diajarkan

57
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 58 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,


Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
show, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi  Berdiskusi dengan BPP
dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
Penyajian 1. Penilaian risiko dengan
menggunakan uji
pengendalian
 Mengerjakan
Kegiatan Praktikum kasus/soal pada buku
Mahasiswa mengerjakan panduan praktikum
(menyelesaikan kasus/soal)
pada buku panduan
praktikum. Dosen
mengamati dan
membimbing
pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:

1) Pengertian Pengadilan Pajak

Pengadilan pajak adalah suatu badan atau lembaga peradilan yang menjalankan
kekuasaan kehakiman di Indonesia bagi masyarakat atau wajib pajak yang ingin
menyelesaikan sengketa perpajakan. Sengketa perpajakan sendiri dipahami sebagai
perselisihan yang timbul di bidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat
berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau
gugatan kepada pengadilan pajak.

Pembentukan pengadilan pajak memiliki sejarah yang cukup panjang. Mulai dari Majelis
Pertimbangan Pajak (MPP) yang kemudian beralih menjadi Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak (BPSP). Namun seiring dengan semakin banyaknya masalah berkenaan

58
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 59 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

dengan sengketa pajak dari tahun ke tahun, BPSP dinilai tak lagi memadai dalam
melakukan penyelesaian sengketa pajak. Sebab itu, lembaga peradilan di bidang
perpajakan yang lebih komprehensif sangatlah dibutuhkan. Atas dasar itu, pemerintah
kemudian membentuk pengadilan pajak untuk menjamin hak dan kewajiban wajib pajak
sesuai dengan perundang-undangan.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan


Pajak, pemerintah secara sah telah membentuk pengadilan pajak sebagai badan peradilan
yang berwenang memeriksa dan memutus sengketa pajak. Seiring dengan hal itu,
pemerintah mencabut pemberlakuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang
Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP).

Pengadilan pajak memiliki kedudukan resmi di DKI Jakarta sebagai ibu kota negara.
Meski begitu, ketua pengadilan pajak bisa menentukan lokasi lain sebagai tempat
pelaksanaan proses persidangan. Sejauh ini, Yogyakarta dan Surabaya adalah dua kota di
Pulau Jawa yang pernah menggelar persidangan perpajakan. Di Jakarta, alamat
pengadilan pajak terletak di Jalan Hayam Wuruk Nomor 7, Jakarta Pusat.

2) Struktur Organisasi Pengadilan Pajak


Secara struktur, pengadilan pajak berada dalam lingkup Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN). Otomatis, semua perangkat pengadilan dari mulai pembinaan, aset, anggaran,
serta pengawasan dikelola oleh Mahkamah Agung (MA). Meski demikian, Pengadilan
Pajak memiliki dua sisi. Di satu sisi, pembinaan teknis pengadilan pajak dilakukan oleh
MA yang membuatnya menjadi salah satu lembaga yudikatif di Indonesia, sementara di
sisi lain, pembinaan organisasi, administrasi dan keuangannya dilakukan oleh
Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Dua sisi ini menjadikan pengadilan pajak menjadi
pengadilan khusus. Susunan organisasinya terdiri dari pimpinan, hakim anggota, dan
sekretaris yang merangkap menjadi panitera.

59
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 60 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

3) Kewenangan pengadilan pajak


Pembentukan pengadilan pajak tentu memiliki tujuan. Adapun tujuannya secara garis
besar adalah memberikan fasilitas kepada masyarakat utamanya para wajib pajak dalam
mencari keadilan terkait dengan perselisihan atau sengketa perpajakan melalui prosedur
yang cepat, sederhana, dan berbiaya murah. Sebagai lembaga peradilan yang bertugas
memeriksa dan memutus perkara perpajakan, pengadilan pajak memiliki kewenangan
dan kekuasaan sebagaimana diatur dalam Pasal 31, 32, dan 33 Undang-Undang No. 14
Tahun 2002. Berikut kewenangan dan kekuasan dari pengadilan pajak.
 Tugas dan wewenang pengadilan pajak adalah memeriksa dan memutus sengketa
pajak.

 Dalam hal banding, pengadilan pajak hanya berwenang untuk memeriksa dan
memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

 Dalam hal gugatan, pengadilan pajak berwenang untuk memeriksa dan memutus
sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau
keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
telah beberapa kali diubah, di mana yang terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2000 dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

 Tugas dan kewenangan pengadilan pajak juga terkait dengan pengawasan terhadap
kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak yang
bersengketa dalam sidang-sidang pengadilan pajak, yang mana pengawasannya
diatur lebih lanjut dengan keputusan Ketua Pengadilan Pajak.

 Sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir, keputusan pengadilan pajak


bersifat final. Artinya, putusan pengadilan pajak atas sengketa pajak tidak dapat
diajukan gugatan ke peradilan umum.

60
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 61 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

 Pengadilan pajak memiliki kuasa untuk memanggil atau meminta data atau
keterangan yang berkaitan dengan sengketa pajak dari pihak ketiga guna keperluan
pemeriksaan sengketa pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

4) Gugatan dalam Pengadilan Pajak


Ada dua jenis gugatan yang bisa diajukan di pengadilan pajak. Pertama, negara boleh
melakukan tuntutan berupa penagihan pajak terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajibannya. Dalam hal ini, proses persidangan penagihan pajak hanya bisa dilakukan
setelah adanya upaya peneguran dan peringatan. Mengikuti tahap peradilan, pengadilan
berwenang untuk menyita dan melelang aset milik wajib pajak yang terbukti lalai dari
kewajibannya.

Kedua, wajib pajak pun memiliki hak untuk melayangkan gugatan terhadap proses
pajak yang dialaminya. Contoh kasusnya adalah penagihan pajak yang tidak sesuai atau
adanya penyitaan asset tanpa ada peringatan terlebih dahulu.

5) Cara Mengajukan Gugatan di Pengadilan Pajak


Wajib pajak yang ingin mengajukan gugatan atas proses perpajakan harus melayangkan
surat gugatan berbahasa Indonesia yang ditujukan kepada pengadilan pajak. Surat
gugatan harus disertai dengan salinan keputusan yang dikeluarkan oleh tergugat, data
dan bukti pendukung, serta surat kuasa bermaterai jika penggugat diwakili oleh kuasa
hukum. Surat Gugatan bisa diwariskan kepada ahli waris jika dalam proses gugatan,
penggugat meninggal dunia, pailit, atau perusahaan penggugat dilikuidasi.

Berikut ini tahapan dalam persidangan pengadilan pajak:


- Penyampaian surat gugatan, surat uraian gugatan, dan surat bantahan antara wajib
pajak dan yang digugat.
- Persidangan dan penggugat bisa menjelaskan secara lisan serta memaparkan bukti
yang terkait dengan sengketa pajak.

61
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 62 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

- Dalam persidangan, penggugat diperbolehkan untuk menghadirkan saksi yang


memenuhi kriteria. Penggugat juga berhak hadir dalam sidang pembacaan
putusan.

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian:


Dari Asersi dibawah ini, buatlah pengendalian yang diperlukan dan Pengujian
Pengendaliannya.

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi
Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

62
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 63 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2(2x50’)


Praktikum = 1x 120’

5. Pertemuan ke : 10

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memahami Kompetensi Pengadilan Pajak

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


1. Mampu menjelaskan pengertian kompetensi pengadilan pajak
2. Mampu menjelaskan tujuan Pembentukan Pengadilan Pajak
3. Mampu menjelaskan Jenis kompetensi pengadilan pajak

8. Bahan Kajian :
Kompetensi Pemgadilan Pajak

9. Sub Bahan Kajian :


1. Pengertian kompetensi pengadilan pajak
2. Tujuan Pembentukan Pengadilan Pajak
3. Jenis kompetensi pengadilan pajak

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
Latihan soal

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Mengulas kembali materi Memperhatikan, LCD,
yang diberikan pada bertanya, membuat Laptop/komputer,
Pendahuluan
pertemuan sebelumnya catatan Diktat Ajar
menghubungkan dengan
materi yang akan
diajarkan

63
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 64 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa

Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,


Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
show, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi  Berdiskusi dengan BPP
Penyajian dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
1. Kompetensi Pengadilan
Pajak

Kegiatan Praktikum  Mengerjakan


Mahasiswa mengerjakan kasus/soal pada buku
(menyelesaikan kasus) pada panduan praktikum
buku panduan praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:

Kompetensi Pengadilan Pajak


Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kewenangan (kekuasaan)
untuk menentukan (memutuskan sesuatu). Kompetensi dari suatu pengadilan untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara berkaitan dengan jenis dan tingkatan
pengadilan yang ada berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan jenis dan lingkungan pengadilan dibedakan
atas Pengadilan Umum, Pengadilan Militer, Pengadilan Agama, dan Pengadilan Tata
Usaha Negara (Pengadilan Administrasi). Sedangkan berdasarkan tingkatannya
pengadilan terdiri atas Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Tinggi (Banding), dan
Mahkamah Agung (Pengadilan Tingkat Kasasi).

64
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 65 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Kompetensi pengadilan pajak merupakan kompetensi dari suatu pengadilan untuk


memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara berkaitan dengan sengketa
perpajakan yang ada berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.

Pengadilan Pajak didirikan dengan suatu asumsi bahwa upaya peningkatan penerimaan
pajak pusat, pajak daerah, bea masuk dan cukai, dalam prakteknya, terkadang dilakukan
tanpa adanya peningkatan keadilan terhadap para Wajib Pajak itu sendiri. Selanjutnya,
kebutuhan adanya suatu lembaga Peradilan Pajak didasarkan pada dua hal sebagai
berikut:
1. Lembaga Peradilan Pajak dan Konsep Negara Hukum
Keberadaan lembaga peradilan pajak bila dikaitkan dengan konsep Negara Hukum
adalah untuk menegakkan konsep Negara hukum itu sendiri yang menghendaki
adanya penegakkan hukum . Hukum yang ditegakkan disini adalah hukum dalam
bidang perpajakan yang terkait dengan penegakan hak dan kewajiban negara dan
rakyat dalam rangka pemungutan pajak oleh negara terhadap rakyatnya atau
penduduk negara
2. Peradilan Pajak dan Perlindungan Hukum Bagi Rakyat
Lembaga Peradilan Pajak sebagai salah satu lembaga perlindungan hukum terutama
berfungsi di dalam memberikan perlindungan terhadap Wajib Pajak dan penanggung
pajak dari tindakan pemerintah di dalam memungut pajak terhadap rakyat.

Tujuan Pembentukan Pengadilan Pajak


Adapun tujuan pembentukan Pengadilan Pajak untuk mewujudkan tata kehidupan
Negara dan Bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tentram, dan tertib, serta menjamin
kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat. Disamping itu pemerintah
menyadari bahwa ditengah-tengah meningkatnya jumlah pembayar pajak dan
permohonan akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan perundang-

65
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 66 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

undangan perpajakan, tidak dapat dihindarkan timbulnya sengketa pajak yang


memerlukan penyelesaian secara hukum melalui Peradilan Pajak.

Tujuan selanjutnya adalah untuk mem-fasilitasi para pencari keadilan dalam


menyelesaikan sengketa perpajakannya secara adil, serta melalui prosedur yang cepat,
sederhana dan biaya murah. Para pencari keadilan terdiri dari Wajib Pajak maupun
pejabat yang berwenang yaitu Direktur Jenderal Pajak, Direktur Bea dan Cukai,
Gubernur Kepala Daerah Tk.I, Bupati atau Walikota Madya Kepala Daerah Tk.II

Jenis Kompetensi Pengadilan Pajak


Kompetensi pengadilan pajak terdiri dari:
1) Kompetensi Relatif
Sidang Pengadilan Pajak dilakukan di tempat kedudukannya dan apabila dipandang perlu
dapat dilakukan di tempat lain. Tempat sidang ditetapkan oleh Ketua. Pada hakikatnya
tempat sidang Pengadilan Pajak dilakukan di tempat kedudukannya. Namun, dengan
pertimbangan untuk memperlancar dan mempercepat penanganan Sengketa Pajak,
tempat sidang dapat dilakukan di tempat lain. Hal ini sesuai dengan prinsip penyelesaian
perkara yang dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.

2) Kompetensi Absolut

Pengadilan Pajak merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam memeriksa
dan memutus Sengketa Pajak. Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang
memeriksa dan memutus Sengketa Pajak. Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya
memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal 31 KUP menjelaskan sebagai
berikut.
- Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus
Sengketa Pajak.

66
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 67 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

- Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa
atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
- Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas
pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Selain yang tercantum dalam Pasal 31, Pengadilan Pajak juga mempunyai kewenangan
lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 32 yang berbunyi sebagai berikut:
- Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, Pengadilan
Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-
pihak yang bersengketa dalam sidangsidang Pengadilan Pajak.
- Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Ketua.

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian:

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

67
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 68 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

68
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 69 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2(2x50’)


Praktikum = 1x 120’

5. Pertemuan ke : 11

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memahami Hukum Acara Pengadilan Pajak

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


1) Mampu memahami Persiapan Persidangan
2) Mampu memahami Pemeriksaan dengan acara biasa
3) Mampu memahami Pemeriksaan dengan acara cepat
4) Mampu memahami pembuktian
5) Mampu memahami Putusan

8. Bahan Kajian :
1. Hukum Acara Peradilan Pajak

9. Sub Bahan Kajian :


1. Persiapan Persidangan
2. Pemeriksaan dengan acara biasa
3. Pemeriksaan dengan acara cepat
4. Pembuktiaan
5. Putusan

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan latihan
Soal

69
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 70 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Mengulas kembali materi Memperhatikan, LCD,
yang diberikan pada bertanya, membuat Laptop/komputer,
Pendahuluan
pertemuan sebelumnya catatan Diktat Ajar
menghubungkan dengan
materi yang akan
diajarkan
Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
show, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi  Berdiskusi dengan BPP
Penyajian dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
1. Hukum acara pengadilan
pajak

Kegiatan Praktikum  Mengerjakan


Mahasiswa mengerjakan kasus/soal pada buku
(menyelesaikan kasus) pada panduan praktikum
buku panduan praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:


Sesuai dengan Undang-undang no 14 tahun 2002 hukum acara pengadilan pajak terdiri
dari beberapa kegiatan yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Persiapan Persidangan
Pasal 44
(1) Pengadilan Pajak meminta Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan atas Surat
Banding atau Surat Gugatan kepada terbanding atau tergugat dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari sejak tanggal diterima Surat Banding atau Surat Gugatan.

70
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 71 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

(2) Dalam hal pemohon Banding mengirimkan surat atau dokumen susulan kepada
Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, jangka waktu 14 (empat belas)
hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung sejak tanggal diterima surat atau
dokumen susulan dimaksud.

Pasal 45
(1) Terbanding atau tergugat menyerahkan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dalam jangka waktu:
a. 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat Uraian Banding; atau
b. 1(satu) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat Tanggapan.
(2) Salinan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) oleh Pengadilan Pajak dikirim kepada pemohon Banding atau penggugat dalam
jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterima.
(3) Pemohon Banding atau penggugat dapat menyerahkan Surat Bantahan kepada
Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima salinan
Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
(4) Salinan Surat Bantahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dikirimkan kepada
terbanding atau tergugat, dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterima Surat Bantahan.
(5) Apabila terbanding atau tergugat, atau pemohon Banding atau penggugat tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (3), Pengadilan
Pajak tetap melanjutkan pemeriksaan Banding atau Gugatan.

Pasal 46
Pemohon Banding atau penggugat dapat memberitahukan kepada Ketua untuk hadir
dalam persidangan guna memberikan keterangan lisan.

71
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 72 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Pasal 47
(1) Ketua menunjuk Majelis yang terdiri dari 3 (tiga) orang Hakim atau Hakim Tunggal
untuk memeriksa dan memutus Sengketa Pajak.
(2) Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Majelis, Ketua menunjuk salah seorang
Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai Hakim Ketua yang memimpin
pemeriksaan Sengketa Pajak.
(3) Majelis atau Hakim Tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersidang pada
hari yang ditentukan dan memberitahukan hari sidang dimaksud kepada pihak yang
bersengketa.

Pasal 48
(1) Majelis/Hakim Tunggal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 sudah mulai
bersidang dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Banding.
(2) Dalam hal Gugatan, Majelis/Hakim Tunggal sudah memulai sidang dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Surat Gugatan.

Pemeriksaan dengan Acara Biasa


Pasal 49
Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan oleh Majelis.

Pasal 50
(1) Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua membuka sidang dan menyatakan
terbuka untuk umum.
(2) Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Majelis melakukan pemeriksaan
mengenai kelengkapan dan/atau kejelasan Banding atau Gugatan.
(3) Apabila Banding atau Gugatan tidak lengkap dan/atau tidak jelas sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) sepanjang bukan merupakan persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), dan Pasal 40 ayat (1)

72
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 73 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

dan/atau ayat (6), kelengkapan dan/atau kejelasan dimaksud dapat diberikan dalam
persidangan.

Pasal 51
(1) Hakim Ketua, Hakim Anggota, atau Panitera wajib mengundurkan diri dari suatu
persidangan apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat
ketiga, atau hubungan suami istri meskipun telah bercerai dengan salah seorang Hakim
atau Panitera pada Majelis yang sama.
(2) Hakim Ketua, Hakim Anggota, atau Panitera wajib mengundurkan diri dari suatu
persidangan apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat
ketiga, atau hubungan suami istri meskipun telah bercerai dengan pemohon Banding atau
penggugat atau kuasa hukum.
(3) Hakim Ketua, Hakim Anggota, atau Panitera sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) harus diganti, dan apabila tidak mengundurkan diri sedangkan sengketa
telah diputus, putusan dimaksud tidak sah dan Ketua memerintahkan sengketa dimaksud
segera disidangkan kembali dengan susunan Majelis dan/atau Panitera yang berbeda.
(4) Dalam hal hubungan keluarga sedarah, semenda, atau hubungan suami istri
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diketahui sebelum melewati jangka
waktu 1 (satu) tahun setelah sengketa diputus sebagaimana dimaksud dalam ayat (3),
sengketa dimaksud disidangkan kembali dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung
sejak diketahuinya hubungan dimaksud.

Pasal 52
(1) Hakim Ketua, Hakim Anggota, Panitera, Wakil Panitera, atau Panitera Pengganti
wajib mengundurkan diri dari suatu persidangan apabila berkepentingan langsung atau
tidak langsung atas satu sengketa yang ditanganinya.
(2) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan atas
permintaan salah satu atau pihak-pihak yang bersengketa.

73
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 74 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

(3) Ketua berwenang menetapkan pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) atau ayat (2) apabila ada keraguan atau perbedaan pendapat.
(4) Hakim Ketua, Hakim Anggota, Panitera, Wakil Panitera, atau Panitera Pengganti
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diganti dan apabila tidak diganti atau tidak
mengundurkan diri sedangkan sengketa telah diputus, putusan dimaksud tidak sah dan
Ketua memerintahkan sengketa dimaksud segera disidangkan kembali dengan susunan
Majelis dan Panitera, Wakil Panitera, atau Panitera Pengganti yang berbeda, kecuali
putusan dimaksud telah melampaui jangka waktu 1 (satu) tahun.
(5) Dalam hal kepentingan langsung atau tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diketahui sebelum melewati jangka waktu 1 (satu) tahun setelah sengketa
diputus sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), sengketa dimaksud disidangkan kembali
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kepentingan dimaksud.

Pasal 53
(1) Hakim Ketua memanggil terbanding atau tergugat dan dapat memanggil pemohon
Banding atau penggugat untuk memberikan keterangan lisan.
(2) Dalam hal pemohon Banding atau penggugat memberitahukan akan hadir dalam
persidangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Hakim Ketua memberitahukan
tanggal dan hari sidang kepada pemohon Banding atau penggugat.

Pasal 54
(1) Hakim Ketua menjelaskan masalah yang disengketakan kepada pihak-pihak yang
bersengketa.
(2) Majelis menanyakan kepada terbanding atau tergugat mengenai hal-hal yang
dikemukakan pemohon Banding atau penggugat dalam Surat Banding atau Surat
Gugatan dan dalam Surat Bantahan.
(3) Apabila Majelis memandang perlu dan dalam hal pemohon Banding atau penggugat
hadir dalam persidangan, Hakim Ketua dapat meminta pemohon Banding atau penggugat
untuk memberikan keterangan yang diperlukan dalam penyelesaian Sengketa Pajak.

74
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 75 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Pasal 55
(1) Atas permintaan salah satu pihak yang bersengketa, atau karena jabatan, Hakim
Ketua dapat memerintahkan saksi untuk hadir dan didengar keterangannya dalam
persidangan.
(2) Saksi yang diperintahkan oleh Hakim Ketua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib datang di persidangan dan tidak diwakilkan.
(3) Dalam hal saksi tidak datang meskipun telah dipanggil dengan patut dan Majelis
dapat mengambil putusan tanpa mendengar keterangan saksi, Hakim Ketua melanjutkan
persidangan.
(4) Apabila saksi tidak datang tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan meskipun
telah dipanggil dengan patut, dan Majelis mempunyai alasan yang cukup untuk
menyangka bahwa saksi sengaja tidak datang, serta Majelis tidak dapat mengambil
putusan tanpa keterangan dari saksi dimaksud, Hakim Ketua dapat meminta bantuan
polisi untuk membawa saksi ke persidangan.
(5) Biaya untuk mendatangkan saksi ke persidangan yang diminta oleh pihak yang
bersangkutan menjadi beban dari pihak yang meminta.

Pasal 56
(1) Saksi dipanggil ke persidangan seorang demi seorang.
(2) Hakim Ketua menanyakan kepada saksi nama lengkap, tempat lahir, umur atau
tanggal lahir, jenis kelamin, kewarganegaraan, tempat tinggal, agama, pekerjaan, derajat
hubungan keluarga, dan hubungan kerja dengan pemohon Banding/penggugat atau
dengan terbanding/tergugat.
(3) Sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut
agama atau kepercayaannya.

75
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 76 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Pasal 57
(1) Yang tidak boleh didengar keterangannya sebagai saksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 adalah:
a. Keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lurus ke atas atau ke bawah
sampai derajat ketiga dari salah satu pihak yang bersengketa;
b. Istri atau suami dari pemohon Banding atau penggugat meskipun sudah bercerai;
c. Anak yang belum berusia 17 (tujuh belas) tahun; atau
d. Orang sakit ingatan.

(2) Apabila dipandang perlu, Hakim Ketua dapat meminta pihak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c untuk didengar keterangannya.

Pasal 58
Pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) dapat menolak permintaan Hakim
Ketua untuk memberikan keterangan.

Pasal 59
Setiap orang yang karena pekerjaan atau jabatannya wajib merahasiakan segala sesuatu
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatannya, untuk keperluan persidangan kewajiban
merahasiakan dimaksud ditiadakan.

Pasal 60
(1) Pertanyaan yang diajukan kepada saksi oleh salah satu pihak disampaikan melalui
Hakim Ketua.
(2) Apabila pertanyaan dimaksud menurut pertimbangan Hakim Ketua tidak ada
kaitannya dengan sengketa, pertanyaan itu ditolak.

Pasal 61
(1) Apabila pemohon Banding atau penggugat atau saksi tidak paham Bahasa Indonesia,
Hakim Ketua menunjuk ahli alih bahasa.

76
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 77 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

(2) Sebelum melaksanakan tugas mengalihbahasakan yang dipahami oleh pemohon


Banding atau penggugat atau saksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ke dalam
Bahasa Indonesia dan sebaliknya, ahli alih bahasa dimaksud diambil sumpah atau janji
menurut agama atau kepercayaannya.
(3) Orang yang menjadi saksi dalam sengketa tidak boleh ditunjuk sebagai ahli alih
bahasa dalam sengketa dimaksud.

Pasal 62
(1) Dalam hal pemohon Banding atau penggugat atau saksi, ternyata bisu dan/atau tuli
serta tidak dapat menulis, Hakim Ketua menunjuk orang yang pandai bergaul dengan
pemohon Banding atau penggugat atau saksi, sebagai ahli alih bahasa.
(2) Sebelum melaksanakan tugasnya, ahli alih bahasa sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diambil sumpah atau janji menurut agama atau kepecayaannya.
(3) Dalam hal pemohon Banding atau penggugat atau saksi, ternyata bisu dan/atau tuli
tetapi dapat menulis, Hakim Ketua dapat memerintahkan Panitera menuliskan pertanyaan
atau teguran kepada pemohon Banding atau penggugat atau saksi, dan memerintahkan
menyampaikan tulisan itu kepada pemohon Banding atau penggugat atau saksi
dimaksud, agar ia menuliskan jawabannya, kemudian segala pertanyaan dan jawaban
harus dibacakan.

Pasal 63
(1) Saksi diambil sumpah atau janji dan didengar keterangannya dalam persidangan
dengan dihadiri oleh terbanding atau tergugat.
(2) Apabila terbanding atau tergugat telah dipanggil secara patut, tetapi tidak dapat
datang tanpa alas an yang dapat dipertanggungjawabkan, saksi diambil sumpah atau janji
dan didengar keterangannya tanpa dihadiri oleh terbanding atau tergugat.
(3) Dalam hal saksi yang akan didengar tidak dapat hadir di persidangan karena halangan
yang dapat dibenarkan oleh hukum, Majelis dapat datang ke tempat tinggal saksi untuk

77
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 78 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

mengambil sumpah atau janji dan mendengar keterangan saksi dimaksud tanpa dihadiri
oleh terbanding atau tergugat.

Pasal 64
(1) Apabila suatu sengketa tidak dapat diselesaikan pada 1 (satu) hari persidangan,
pemeriksaan dilanjutkan pada hari persidangan berikutnya yang ditetapkan.
(2) Hari persidangan berikutnya diberitahukan kepada terbanding atau tergugat dan dapat
diberitahukan kepada pemohon Banding atau penggugat.
(3) Dalam hal terbanding atau tergugat tidak hadir pada persidangan tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, sekalipun ia telah diberi tahu secara patut, persidangan
dapat dilanjutkan tanpa dihadiri oleh terbanding atau tergugat.

Pemeriksaan dengan Acara Cepat


Pasal 65
Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan oleh Majelis atau Hakim Tunggal.

Pasal 66
(1) Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan terhadap:
a. Sengketa Pajak tertentu;
b. Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
81 ayat (2);
c. tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (1)
atau kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung, dalam putusan Pengadilan Pajak;
d. sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang
Pengadilan Pajak.
(2) Sengketa Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah
Sengketa Pajak yang Banding atau Gugatannya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 37
ayat (1), Pasal 40 ayat (1) dan/atau ayat (6). Pasal 67 Pemeriksaan dengan acara cepat

78
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 79 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

terhadap Sengketa Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) dilakukan tanpa
Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan dan tanpa Surat Bantahan.

Pasal 68
Semua ketentuan mengenai pemeriksaan dengan acara biasa berlaku juga untuk
pemeriksaan dengan acara cepat.

Pembuktian
Pasal 69
(1) Alat bukti dapat berupa:
a. surat atau tulisan;
b. keterangan ahli;
c. keterangan para saksi;
d. pengakuan para pihak; dan/atau
e. pengetahuan Hakim
(2) Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan.

Putusan
Pasal 77
(1) Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum
tetap.
(2) Pengadilan Pajak dapat mengeluarkan putusan sela atas Gugatan berkenaan dengan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2).
(3) Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan
Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.

Pasal 78
Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan
berdasarkan peraturan perundangundangan perpajakan yang bersangkutan, serta
berdasarkan keyakinan Hakim.

79
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 80 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Pasal 79
(1) Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Majelis, putusan Pengadilan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 diambil berdasarkan musyawarah yang dipimpin
oleh Hakim Ketua dan apabila dalam musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan,
putusan diambil dengan suara terbanyak.
(2) Apabila Majelis di dalam mengambil putusan dengan cara musyawarah tidak dapat
dicapai kesepakatan sehingga putusan diambil dengan suara terbanyak, pendapat Hakim
Anggota yang tidak sepakat dengan putusan tersebut dinyatakan dalam putusan
Pengadilan Pajak.

Pasal 80
(1) Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa:
a. menolak;
b. mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
c. menambah Pajak yang harus dibayar;
d. tidak dapat diterima;
e. membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung; dan/atau
f. membatalkan.
(2) Terhadap putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat lagi diajukan
Gugatan, Banding, atau kasasi.

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

80
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 81 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi
Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

81
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 82 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2(2x50’)


Praktikum = 1x 120’

5. Pertemuan ke : 12
Mahasiswa mampu memahami putusan Pengadilan Pajak

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


Memahami penyampelan dalam pengauditan

8. Bahan Kajian :
Penyampelan Audit

9. Sub Bahan Kajian :


1. Konsep dasar penyampelan dalam pengauditan
2. Penyampelan audit terkait uji pengendalian
3. Penyampelan audit terkait uji substantif

10. Indikator Kinerja :


Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan latihan
soal

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Mengulas kembali Memperhatikan, LCD,
materi yang diberikan bertanya, membuat Laptop/komputer,
pada pertemuan catatan Diktat Ajar
Pendahuluan
sebelumnya
menghubungkan dengan
materi yang akan
diajarkan

Penyajian Penyampaian Materi  Mendengarkan LCD,

82
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 83 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
Dosen menampilkan slide penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
show, memberikan bertanya Diktat Ajar,
penjelasan dan berdiskusi  Berdiskusi dengan BPP
dengan mahasiswa tentang: dosen Kalkulator
1. Penyampelan dalam
pengauditan

Kegiatan Praktikum  Mengerjakan


Mahasiswa mengerjakan kasus/soal pada buku
(menyelesaikan kasus) pada panduan praktikum
buku panduan praktikum.
Dosen mengamati dan
membimbing
pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:

Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum
tetap. Pengadilan Pajak dapat mengeluarkan putusan sela atas Gugatan berkenaan dengan
permohonan penundaan penagihan pajak. Pihak-pihak yang bersengketa dapat
mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah
Agung.

Keputusan pengadilan pajak dapat:


• Menolak
• Mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
• Menambah Pajak yang harus dibayar;
• tidak dapat diterima;

83
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 84 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

• membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung; dan/atau


membatalkan
Putusan pemeriksaan dengan acara cepat terhadap Sengketa Pajak tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal66 ayat (2), dinyatakan tidak dapat diterima,
diambil dalam jangka waktu sebagai berikut :
• 30 (tiga puluh) hari sejak batas waktu pengajuan Banding atau Gugatan
dilampaui;
• 30 (tiga puluh) hari sejak Banding atau Gugatan diterima dalam hal diajukan
setelah batas waktu pengajuan dilampaui.

Putusan/penetapan dengan acara cepat terhadap kekeliruan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 66 ayat (1) huruf c berupa membetulkan kesalahan tulis dan/atau
kesalahan hitung, diambil dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak kekeliruan
dimaksud diketahui atau sejak permohonan salah satu pihak diterima,

Putusan dengan acara cepat terhadap sengketa yang didasarkan pertimbangan hukum
bukan merupakan wewenang Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
66 ayat (1) huruf d, berupa tidak dapat diterima, diambil dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak Surat Banding atau Surat Gugatan diterima

Dalam hal putusan Pengadilan Pajak diambil terhadap sengketa pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3), pemohon Banding atau penggugat dapat mengajukan
Gugatan kepada peradilan yang berwenang.

Putusan pemeriksaan dengan acara cepat terhadap Sengketa Pajak tertentu


sebagaimana dimaksud dalam Pasal66 ayat (2), dinyatakan tidak dapat diterima,
diambil dalam jangka waktu sebagai berikut :
• 30 (tiga puluh) hari sejak batas waktu pengajuan Banding atau Gugatan
dilampaui;

84
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 85 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

• 30 (tiga puluh) hari sejak Banding atau Gugatan diterima dalam hal diajukan
setelah batas waktu pengajuan dilampaui.

Putusan Pengadilan Pajak harus memuat :


• kepala putusan yang berbunyi "DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA";
• nama, tempat tinggal atau tempat kediaman, dan/atau identitas lainnya dari
pemohon Banding atau penggugat;
• nama jabatan dan alamat terbanding atau tergugat;hari, tanggal diterimanya
Banding atau Gugatan;
• ringkasan Banding atau Gugatan, dan ringkasan Surat Uraian Banding atau
Surat Tanggapan, atau Surat Bantahan, yang jelas;pertimbangan dan penilaian
setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam persidangan selama
sengketa itu diperiksa;
• pokok sengketa;
• alasan hukum yang menjadi dasar putusan;amar putusan tentang sengketa;
danhari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera, dan
keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian:

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :

85
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 86 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

86
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 87 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2(2x50’)


Praktikum = 1x 120’

5. Pertemuan ke : 13 - 15

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memecahkan masalah Kasus Sengketa dan
Peradilan Pajak

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:


Mampu Menjawab kasus sengketa dan pengadilan pajak

8. Bahan Kajian :
Materi Minggu ke 1-12

9. Sub Bahan Kajian :


Materi Minggu ke 1-12

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
memilih undang undang dan peraturan yang terkait

Kegiatan Pengajaran
Tahap Media dan Alat
Dosen Mahasiswa
 Mengulas kembali Memperhatikan, LCD,
materi yang diberikan bertanya, membuat Laptop/komputer,
pada pertemuan catatan Diktat Ajar
Pendahuluan
sebelumnya
menghubungkan dengan
materi yang akan
diajarkan

87
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 88 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Penyampaian  Mendengarkan LCD,


Dosen memberikan kasus penjelasan dosen dan Laptop/Komputer
dan berdiskusi dengan bertanya Diktat Ajar,
Penyajian mahasiswa tentang:  Berdiskusi dengan BPP
1. Materi Minggu ke 1-12 dosen Kalkulator

Kegiatan Praktikum
Mahasiswa mengerjakan
(menyelesaikan kasus) pada  Mengerjakan
buku panduan praktikum. kasus/soal pada buku
Dosen mengamati dan panduan praktikum
membimbing
pengerjaannya.
Memberikan kesimpulan Mendengarkan LCD,
singkat tentang materi penjelasan dosen dan Laptop/komputer,
Penutup
pertemuan ini dan bertanya. Diktat Ajar
memberikan gambaran
materi selanjutnya
selanjutnya.

11. Uraian Materi:

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian:

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

88
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 89 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/
.

89
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 90 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

Satuan Acara Perkuliahan


(SAP)

1. Mata Kuliah : Sengketa dan Peradilan Pajak

2. Kode Mata Kuliah : PAT 1716

3. SKS/Jam Per Minggu : 3 (2-1)/ 3 jam 40 menit

4. Waktu Pertemuan : Kuliah= 2(2x50’)


Praktikum = 1x 120’

5. Pertemuan ke : 16

6. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


UAS/UAP

7. Capaian Pembelajaran Pertemuan/Khusus:

8. Bahan Kajian :

9. Sub Bahan Kajian :

10. Indikator Kinerja : Mahasiswa mampu secara tepat menjawab kasus dan
Latihan soal

11. Uraian Materi:

12. Evaluasi : dilakukan secara tertulis

13. Metode Pembelajaran: Ceramah, simulasi dan demonstrasi

14. Media dan alat bantu yang digunakan: Kalkulator, LCD, Laptop/Komputer, Diktat Ajar,
BPP dan kalkulator.

15. Materi Ujian:

16. Kriteria penilaian: Nilai maksimal 100 jika mahasiswa mampu menjawab dengan benar.

17. Pedoman Bukti: Kertas Kerja Mahasiswa

18. Referensi :
90
SATUAN ACARA PENGAJARAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 91 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
91

1. Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
2. Undang-undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
3. Jan, Tjia Siauw. 2013. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan
Bagi Wajib Pajak. Bandung: PT Alumni
4. Djumaidi dan M. Sukri Subki. 2013. Menyelesaikan Sengketa Melalui Pengadilan
Pajak. Jakarta: Elex Media Computindo
5. Sutrisno, Deddy. 2016. Hakikat Sengketa Pajak. Prenada Media Grup
6. http://www.setpp.kemenkeu.go.id/

91
Scanned by CamScanner

Anda mungkin juga menyukai