Anda di halaman 1dari 8

Analisis Isu & Gagasan Kreatif Smart Governance di STAIN Majene

Pendahuluan
Era Teknologi Informasi saat ini memberikan kemudahan dalam melakukan segala
hal. Banyak manfaat yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya
perkembangan pesat bidang komunikasi. Saat ini, perilaku manusia dalam berkomunikasi
menjadi semakin kompleks. Dahulu, manusia berkomunikasi dengan cara bertemu, namun
kini dengan adanya teknologi, tersedia media baru dalam berkomunikasi, yaitu melalui
jejaring sosial. Jejaring sosial ini membuat manusia terhubung satu sama lain tanpa harus
bertatap muka. Dengan media baru ini, informasi juga dapat disebarluaskan dengan cepat.
Komunikasi yang bersifat serba digital menjadikan literasi digital sebagai salah satu
kebutuhan wajib di era serba teknologi seperti sekarang. Pertumbuhan ekonomi digital
Indonesia diprediksi akan naik mencapai US$ 133 miliar pada 2030 (eConomy SEA 2019).
Namun, Indonesia, berdasarkan World Digital Competitiveness Ranking, berada pada urutan
56 dari 62 negara di dunia. Dengan kondisi ini, Indonesia terancam hanya menjadi pasar dan
dapat kehilangan kesempatan memetik dampak baik dari trend perkembangan teknologi yang
ada. Daya saing digital yang rendah, yang disebabkan diantaranya rendahnya literasi digital,
juga membuat Indonesia menghadapi sejumlah ancaman; mulai dari penyebaran konten
negatif, konten berbau hoaks, ujaran kebencian atau hate speech, perundungan, ragam praktik
penipuan, hingga radikalisme.
Berbagai tantangan di ruang digital harus diimbangi dengan literasi digital yang
mumpuni. Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi misi
Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Penilaiannya dapat
ditinjau dari etis dalam mengakses media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital
(digital culture), menggunakan media digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan
menggunakan media digital (digital skills).
STAIN Majene sebagai Lembaga Pendidikan perlu mengambil peran dalam
penguatan literasi digital. Literasi digital dan media mendorong agar isi pendidikan
(membaca, menulis, dan berdiskusi), cara kerja, proses dan strategi belajar, dibawa ke ruang
digital dengan tetap mempertahankan bahkan meningkatkan cara berpikir kritis (critical
thinking) dan kecakapan etis (ethical thinking). Dengan demikian, pendidikan tinggi perlu
meningkatkan dan memperkuat kapasitas semua civitas akademika (dosen, tenaga
kependidikan, pustakawan, dan mahasiswa) untuk berpartisipasi aktif, bukan hanya sebagai
konsumen tapi juga sebagai produsen konten di ruang-ruang digital. Harapannya, civitas
akademika aktif berkontribusi dalam produksi konten terkait isu yang menjadi diskursus di
masyarakat, dengan isi konten yang positif, mencerdaskan dan kreatif.
Dalam upaya meningkatkan literasi digital di STAIN Majene maka penulis membuat
analisis dan gagasan kreatif dalam penerapan Smart Governance dengan mengangkat tiga isu
untuk dianalisis agar dapat menjadi gagasan kongkrit yang dapat diterapkan di STAIN
Majene dalam upaya peningkatan literasi digital. Adapun isu yang penulis angkat yaitu
1. Media Informasi Kampus
Informasi adalah hal yang sangat penting di segala aspek kehidupan. Informasi mudah
sekali didapatkan kapan saja dan dimana saja baik melalui media cetak, radio, televisi dan
yang sekarang menjadi primadona adalah media online. Sebagai pembanding media cetak,
radio, televisi juga memiliki media online sebagai penunjang agar informasi lebih mudah
diakses oleh masyarakat dibandingkan media lainnya karena dapat diakses melalui personal
computer, laptop, dan telepon genggam yang selalu melekat dengan para penggunanya untuk
dapat memuaskan kebutuhan akan informasi.
Media sosial merupakan konten online yang dibuat menggunakan teknologi
penerbitan yang sangat mudah diakses dan terukur. Menurut Andreas Kaplan dan Michael
Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sekumpulan aplikasi berbasis internet yang
dibangun pada fondasi ideologis dan teknologi Web 2.0 yang memungkinkan penciptaan dan
pertukaran konten. Atau jika ingin diringkas, Media sosial merupakan media untuk interaksi
sosial, sebagai seperangkat cara memperkaya komunikasi sosial dengan menggunakan teknik
komunikasi yang mudah diakses dan luas.
Dalam konteks STAIN Majene, Media infromasi kampus kurang maksimal, dapat
dilihat pada keaktifan konten di media infromasi STAIN Majene di yotube, Instagram dan
facebook. Banyak kegiatan-kegitan kampus yang tidak dapat diakses masrakat secara utuh
melalui streaming kegiatan. Memang media informasi telah menguplaod dokumentasi pasca
kegiatan, namun dokumentasi video streming tidak ditemukan.
2. Kemampuan arabic reading text mahasiswa Jurusan Syariah, Ekonomi dan Bisnis
Islam.
Kemampuan arabic reading text adalah kemampuan membaca kitab berbahasa arab
atau teks berbahasa arab. Kemampuan ini sangat dibutuhkan mahasiwa khususnya yang
berada di Perguruan Tinggi Islam terlebih lagi mahasiswa jurusan syariah, ekonomi dan
bisnis Islam. Sebagaimana diketahui, bahwa rujukan-rujukan dasar pada jurusan tersebut
berbahasa Arab, maka rendahnya kemampuan arabic reading text akan menjadi penghambat
bagi mahasiswa dalam menguasai bidangnya sehingga akan berdampak pada perjalanan
akademiknya yang ujungnya berdampak pada akreditasi prodi atau instansi.
Pada dasarnya di STAIN Majene, khususnya Jurusan Syariah, Ekonomi dan Bisnis
Islam sudah ada mata kuliah yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu Qiraatul Kutub
(Membaca Kitab). Namun, tentu hal ini belum cukup, mata kuliah tersebut hanya terdiri dari
2 sks, dan setelah itu tidak ada lagi.
Berdasarkan pengamatan penulis yang juga bertugas sebagai dosen, tingkat
kemampuan mahasiswa Jurusan Syariah, Ekonomi dan Bisnis Islam STAIN Majene dalam
arabic reading text masih sangat rendah. Hanya terdapat sebagian kecil mahasiswa yang
mahir.
Karena hal ini berkaitan dengan skill maka diperlukan waktu yang rutin serta adanya
keberlangsungan sehingga kemampuan tersebut semakin terasah dan mahir. Selain itu perlu
mengedepankan metode praktis dibandingkan teoretis, menggunakan metode learning by
doing.
3. Kecakapan Digital (Digital skill)
Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam membaca,
menguraikan,membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan
melalui pemanfaatan TIK.
Berdasarkan data survei indeks literasi digital nasional 2020 di 34 provinsi di
Indonesia, akses terhadap internet ditemukan kian cepat, terjangkau, dan tersebar hingga ke
pelosok (Kominfo, 2020). Dalam survei tersebut, terungkap pula bahwa literasi digital
masyarakat Indonesia masih berada pada level sedang (Katadata Insight Center & Kominfo,
2020). Adapun, indeks literasi digital yang diukur dibagi ke dalam 4 subindeks, yaitu
subindeks 1 terkait informasi dan literasi data, subindeks 2 terkait komunikasi dan kolaborasi,
subindeks 3 tentang keamanan, dan subindeks 4 mengenai kemampuan teknologi, dengan
skor terbaik bernilai 5 dan terburuk bernilai 1. Dari keempatnya, subindeks dengan skor
tertinggi adalah subindeks informasi dan literasi data serta kemampuan teknologi (3,66),
diikuti dengan subindeks komunikasi dan kolaborasi (3,38), serta informasi dan literasi data
(3,17) (Kominfo, 2020).
Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat
keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari yaitu; 1)
Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC) 2) Pengetahuan dasar
tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan data, memasukkan kata
kunci dan memilah berita benar. 3) Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan
media sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Setting. 4)
Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-commerce untuk memantau
keuangan dan bertransaksi secara digital.
Kecakapan Digital (Digital skill) dilingkup STAIN Majene masih ditemukan
banyaknya Mahasiswa yang belum memiliki kecakapan digital diantaranya masih terdapat
mahasiswa yang belum bisa membuat akun gmail. Masih ditemukan pula beberapa
mahasiswa tidak mampu mengoperasikan aplikasi standar seperti exel, word, dan power
point.
Dari ketiga isu di atas, dilakukan penapisan isu menggunakan metode APKL dan
metode USG untuk menemukan core issue yang akan dijadikan prioritas untuk ditemukan
solusinya.
Metode APKL merupakan alat bantu untuk menganalisis ketepatan dan kualitas isu
dengan memberikan scoring pada tingkat aktual, problematik, kekhalayakan dan layak dari
isu-isu. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat tabel berikut:
No Indikator Keterangan
Isu atau pokok persoalan sedang terjadi atau akan
1 Aktual (A) terjadi dan sedang menjadi pembicaraan orang
banyak.
Isu yang menyimpang dari kondisi yang
seharusnya, standar ketentuan yang menimbulkan
2 Problematik (P)
kegelisahan yang perlu dicari
penyebab dan pemecahannya.
Isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup
3 Kekhalayakan (K)
orang banyak.
Isu bersifat logis dan patut dibaha sesuai dengan
4 Layak (L)
tugas dan tanggung jawab.
Tabel 1 Keterangan APKL
Analisa metode APKL menggunakan rentang nilai berupa matriks skor yaitu 1 – 5,
yang menandakan bahwa semakin tinggi skor berarti isu tersebut bersifat mendesak untuk
segera dicari penyelesaiannya. Berdasarkan hal tersebut, berikut analisis tapisan isu
menggunakan metode APKL terhadap isu-isu permasalahan yang ditemukan di STAIN
Majene.
Kriteria
No Isu Total Skor Prioritas
A P K L
Konten Streaming Media Informasi
1 Kampus 5 5 5 5 20 1

Kemampuan arabic reading text


mahasiswa Jurusan Syariah, Ekonomi dan
2 5 4 4 5 18 3
Bisnis Islam.

3 Kecakapan Digital (Digital skill) 5 5 5 4 19 2


Tabel 2 Analisis isu metode APKL
Setelah menganalisa dengan metode APKL, selanjutnya digunakan analisis USG
sebagai alat untuk megetahui isu mana yang menjadi paling prioritas. Hal ini dilakukan untuk
lebih memastikan isu yang terpilih memang paling penting, serius dan harus segara ditangani,
sesuai dengan fungsi dari metode USG (Urgency, Serious, Growth).
Adapun yang dimaksud USG adalah Urgency, seriousness, growth, untuk lebih
jelasnya, sebagai berikut:
1. Urgency, yaitu seberapa mendesaknya suatu isu harus dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti.
2. Seriousness, yaitu seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan.
3. Growth, yaitu seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani sebagaimana mestinya.
Berdasarkan kriteria USG berikut hasil analisis terhadap isu-isu yang ditemukan:
Pemilihan Isu Metode USG Total Rank
No Isu
Urgency Seriousness Growth
Media Informasi Kampus
1 5 5 5 15 1

Kemampuan arabic
reading text mahasiswa
2 Jurusan Syariah, Ekonomi 4 5 3 13 3
dan Bisnis Islam.

Kecakapan Digital
3 (Digital skill) 5 5 4 14 2

Tabel 3 Analisis isu metode USG


Berdasarkan metode analisis isu APKL dan USG, maka ditemukan core issue
“Konten Streaming Media Informasi Kampus”.
Berdasarkan diagram Fishbone di atas, setelah menganalisis isu yang dianggap penting yakni
Media Informasi Kampus maka ditemukan penyebab mengapa media informasi kampus
belum maksimal yaitu;
a) Kurangnya SDM yang dapat mengoperasikan Media Informasi Kampus
b) Ketersedian alat dalam mengembangkan media informasi kampus masih minim
c) Belum ada katentuan standar kinerja media informasi untuk mengukur keberhasilan
kinerja
d) Belum dikembangkan suatu media baru dalam meningkatan kualitas publikasi
informasi
Argumentasi Konten Media Informasi Kampus
Sebuah pendidikan yang didukung oleh media sosial adalah perkembangan teknologi
pembelajaran online, yang merupakan metode pelengkap pembelajaran pendidikan
tradisional. Untuk sampai pada suatu kesimpulan yang layak dan berkelanjutan, penelitian ini
menggambarkan, hampir semua mahasiswa sering menggunakan media sosial untuk interaksi
mereka. Tetapi hanya beberapa mahasiswa saja yang menggunakannya untuk mendukung
pembelajaran mereka. Sisanya adalah menggunakannya untuk tujuan non-akademis dalam
kehidupan pribadi mereka. Mahasiswa sering menggunakan atau mengakses konten dan e-
mail sebagai media sosial utama untuk berkomunikasi dengan dosennya. Namun, mereka
menggunakan media sosial yang berbeda untuk menghubungi rekan-rekan, berdiskusi,
berkolaborasi atau bekerja sama dengan mahasiswa lainnya.
Publikasi konten informasi kampus dalam bentuk streaming, poster, video pendek
sangat urgen dalam upaya menyebarkan konten positif. Tujuannya adalah untuk mengisi
ruang media sosial dengan infomasi kampus. Sekaligus sebagai bahan ajar ilmu pengetahun
bagi mahasiswa saat menyaksikan secara online kegitan yang dipublikasikan melalui live
streming.
Malaqbiq Channel Sebagai Gagasan Kreatif Media Informasi STAIN
Malaqbiq Channel akan diproyeksikan sebagai media siaran berbasis perguruan
tinggi. Malaqbiq Channel berperan dalam memberikan alternatif siaran yang akan menjadi
kanal media sosial dalam menyiarkan kegiatan STAIN Mejene melalui kegiatan streaming,
video dokumentasi, video pesan pendek, dan video podcast yang bersifat edukatif bagi
mahasiswa dan masyarakat sekitar. Malaqbiq dapat menjadi tempat belajar berbasis digital.
Penggunaan Malaqbiq merupakan salah satu kata yang memiliki kekuatan besar pada
jiwa masyarakat Sulawesi Barat. Bahkan, kalimat ini juga menjadi penyokong semangat dari
Paku hingga Suremana, dari Ulu Pitunna Salu hingga Pitu Baqbna Binanga, yang mampu
melepaskan diri dari pemerintahan Sulawesi Selatan menjadi sebuah rumah baru. Secara
sederhana, malaqbiq terpahami sebagai suatu yang mulia adalah filosofi kehidupan yang ideal
dalam historisitas-kebudayaan Sulbar. Malaqbiq menjadi sebuah karakter kehidupan yang
segenap masyarakat Sulbar.
Kata Malaqbiq juga sejalan dengan visi STAIN Mejene yaitu sebagai pusat kajian dan
pengembangan ilmu-ilmu keislaman dan kebudayaan yang unggul dan malaqbiq di kawasan
Timur Indonesia tahun 2040.

Anda mungkin juga menyukai