Anda di halaman 1dari 10

TUGAS OBAT HIGH ALERT YANG ADA DI DEPO

INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)


RUMAH SAKIT DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

NAMA KELOMPOK :
Rahmaniah PA21217
Tommy Winahayu Puri PA21220
Yulia Fitrianor PA21219

Angkatan IV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI

BANJARBARU
A. High alert medication
High alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) oleh karena itu
rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan obat untuk meningkatkan
keamanan, khususnya high-alert medications. Macam-macam obat high alert
antaralain Elektrolit konsentrat tinggi, Look Alike Sound Alike (LASA) dan
Sitostatik / Obat kanker. (PMK No 72, 2017).
Instalasi Farmasi rumah sakit adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian meliputi
Pengelolaan Alat Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai (BHP), dan
pengelolaan obat secara keseluruhan (Kemenkes, 2014) Pengelolaan Obat
adalah rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pemilihan obat,
pengadaan, distribusi, penyimpanan, penggunaan dan pengawasan. Salah satu
bagian terpenting dari pengelolaan obat adalah penyimpanan, tahap
penyimpanan merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara mutu
obat-obatan, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan
pengawasan, memberikan informasi kebutuhan obat yang akan datang, serta
mengurangi resiko kerusakan, kehilangan dan kesalahan pemberian obat
(Medication Error) (Kemenkes, 2014).
Metode penyimpanan menurut Dirjen Bina kefarmasian dan Alat
Kesehatan 2010 dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk
sediaan dan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO dan FEFO serta
disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan obat high alert yang masih belum
sesuai dapat menimbulkan risiko kesalahan distribusi obat ke pasien,
kekeliruan dalam pengambilan obat high alert sehingga dapat membahayakan
keselamatan pasien. Kesalahan dalam pemberian obat umumnya disebabkan
prosedur penyimpanan obat yang kurang tepat khususnya untuk obat Look
Alike Sound Alike (LASA) yaitu obat-obatan yang bentuk atau rupanya dan
pengucapannya atau namanya mirip. Konsekuensi dari kesalahan pemberian
obat-obat ini dapat mengakibatkan cedera pasien yang signifikan dan tindakan
pencegahan khusus harus diterapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penyimpanan obat-obat high alert
ini antara lain:
1. Perlunya penandaan obat high alert berupa stiker “HIGH ALERT
ELEKTROLIT KONSENTRASI TINGGI”. ” untuk elektrolit konsentrasi
tinggi, jenis injeksi atau infus tertentu seperti heparin dan insulin.
2. Penandaan stiker “HIGH ALERT LASA” untuk obat yang termasuk
kelompok LASA; baik itu pada tempat penyimpanannya maupun obat
dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien.
3. Memiliki daftar obat high alert pada setiap depo farmasi, ruang rawat, dan
poliklinik.
4. Setiap tenaga kesehatan mengetahui cara penanganan khusus untuk obat
high alert.
5. Penyimpanan obat high alert diletakkan pada tempat yang terpisah dengan
akses yang terbatas.
6. Perlunya dilakukan pengecekan obat dengan 2 orang petugas yang berbeda.
7. Jangan pernah menyimpan obat dengan kategori kewaspadaan tinggi di
meja dekat pasien tanpa pengawasan.
Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan kelas terapi,bentuk
sediaan,jenis sediaan farmasi ,alat kesehatan,dan bahan medis habis pakai di
susun alfabetis dengan sistem first expired first out (FEFO) dan First In First
Out (FIFO) . Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan secara khusus untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat. Penandaan obat yang
tergolong LASA yaitu dengan menempelkan label bertuliskan “LASA” dan
menggunakan penebalan, atau warna huruf berdeda pada pelabelan nama obat,
untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan pemberian obat.
Tall Man Lattering adalah penulisan bagian dari nama obat dalam huruf
besar untuk membantu membedakan obat mirip satu sama lain untuk
menghindari kesalahan pemberian obat . Tall Man Lettering menggunakan
penekanan huruf yang berbeda dalam dua nama untuk membantu membedakan
antara kedua tersebut . The Institute for Safe Medication Practice (ISMP), Food
and Drug Administration (FDA), The Joint Commission dan organisasi-
organisasi lainnya telah mempromosikan penggunaan Tall Man Lettering
sebagai salah satu cara mengurangi kesalahan antara nama obat yang sama.
Pemberian penandaan khusus pada obat obat high alert sangatlah penting untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat dan di beri label “HIGH
ALERT” dengan penulisan kapital dan berwarna merah pada acrylic
penyimpanan serta obatnya.
Cara yang paling efektif untuk menangani permasalahan kesalahan
pemberian obat yaitu dengan cara memperbaiki sistem penyimpanannya,
dengan cara mengurangi atau mengeliminsi kejadian tersebut dan
meningkatkan proses penyimpanan obat- obat high alert dengan cara
memisahkan obat-obat high alert tersebut dengan obat lain agar tidak terjadi
kesalahan saat pengambilan obat. Pemberian penandaan khusus sangat penting
untuk obat-obat yang high alert untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan obat (Departemen Kesehatan, 2016).
B. Daftar Obat-obat High Alert yang ada di Depo Instalasi Bedah Sentral (IBS)
1. Regivel injeksi (Anastesik)
Regivel injeksi (Anastesik)digunakan untuk mengatasi nyeri atau
sebagai anestesi (obat bius) selama operasi, seperti pembedahan dan
prosedur melahirkan, pembedahan abdomen bawah, bedah urologi, dan
bedah kaki bawah termasuk pinggang. Regivell mengandung zat aktif
Bupivacaine Hydrochloride 5 mg, dekstrosa monohidrat 80 mg.
Obat regivel ini memiliki efek samping yang toksik terhadap sistem
saraf dan jantung sehingga perlu perlu di waspadai (High Alert Medication)
karena dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah
medication erorrs
2. Amiodaron
Amiodaron digunakan untuk mengatasi gangguan irama jantung
atau aritmia. Obat ini termasuk dalam golongan obat antiaritmia. Obat
amiodarone bekerja dengan cara memblokir sinyal listrik tertentu di jantung
yang dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur. Proses tersebut akan
memulihkan irama jantung menjadi normal dan mempertahankan detak
jantung yang teratur dan stabil. 
Obat amiodaron memiliki kontraindikasi dan resiko efek samping
yang fatal sehingga obat amiodaron perlu di waspadai (High Alert
Medication) karena dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan
dan mencegah medication erorrs
3. Naropin
Naropin digunakan untuk anestesi bedah (blok epidural untuk operasi
termasuk operasi caesar, blok saraf perifer & anestesi infiltrasi).
Penatalaksanaan nyeri akut (infus epidural kontinu atau pemberian bolus
intermiten misalnya: Nyeri pasca operasi atau persalinan; blok saraf tepi &
anestesi infiltrasi).
Obat ini termasuk dalam golongan obat keras yang pemakaiannya
perlu pengawasan dan obat ini memiliki efek samping yang cukup fatal
sehingga perlu di waspadai (High Alert Medication) karena dapat
menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah medication
erorrs
4. Fresepol/propofol (Anastesik)
Propofol obat bius umum yang digunakan untuk memulai dan
mempertahankan anestesi selama prosedur operasi.
Pemberian obat propofol harus dilakukan pengawasan selama
pemberian dan setelah pemberian karena obat propofol memiliki efek yang
sangat fatal dan mengancam jiwa terutama pada pasien yang memiliki
riwayat penyakit dan lanjut usia sehingga obat propofol perlu perlu di
waspadai (High Alert Medication) karena dapat menyebabkan reaksi obat
yang tidak diinginkan dan mencegah medication erorrs
5. Norepinefrin
Norepinephrine digunakan untuk mengobati kondisi tekanan darah
rendah (hypotension) yang fatal yang dapat terjadi dengan kondisi kesehatan
tertentu atau prosedur operasi. Obat ini sering digunakan pada saat CPR
(cardio-pulmonary resuscitation).
Norepinefrin termasuk dalam obat Look Alike Sound Alike (LASA)
karena nama dan penyebutannya mirip dengan obat epinefrin sehingga obat
norepinefrin dan epinefrin perlu dipisahkan agar tidak terjadi kesalahan
dalam pengambilan dan perlu di waspadai (High Alert Medication) karena
dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah
medication erorrs
6. Vopicain 0,5%
Vopicain merupakan obat yang mengandung Levobupivacaine.
Levobupivacaine berfungsi sebagai anestesi (obat bius) yang diindikasikan
pada pasien yang akan menjalani operasi dan penghilang rasa nyeri dan
penghilang kesadaran pada pasien yang akan dioperasi atau pasca operasi
7. Inviclot (Heparin)
Inviclot obat ini digunakn untuk mengatasi atau mencegah
penggumpalan darah akibat kondisi kesehatan atau prosedur tertentu.
Inviclot juga dipakai sebelum melakukan operasi guna menurunkan
risiko penggumpalan darah sesaat dan setelah prosedur.
Obat ini termasuk golongan anti trombotic agent yang
penggunaannya harus dengan pengawasan karena jika penggunaanya
tidak sesuai maka akan mengakibatkan efek yang fatal sehingga obat
ini perlu di waspadai (High Alert Medication) karena dapat menyebabkan
reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah medication erorrs
8. Atracurium
Atracurium obat yang dapat digunakan untuk merelaksasi otot.
Atracurium Besylate digunakan sebagai obat tambahan pada tindakan
anestesi dan digunakan pada tindakan intubasi.
Obat ini memiliki efek samping yang cukup fatal apa lagi untuk
pasien yg lanjut usia karena obat ini hanya 5% saja yg dibuang melalui air
kencing, sehingga obat ini perlu di waspadai (High Alert Medication)
karena dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah
medication erorrs
9. Epinefrin
Epinefrin adalah obat untuk mengendalikan reaksi alergi yang sangat
serius (anafilaksis) akibat gigitan serangga, konsumsi makanan atau obat-
obatan, atau paparan zat lain.
Epinefrin termasuk dalam obat Look Alike Sound Alike (LASA)
karena nama dan penyebutannya mirip dengan obat Norepinefrin sehingga
obat Epinefrin dan norepinefrin perlu dipisahkan agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengambilan dan perlu di waspadai (High Alert
Medication) karena dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan
dan mencegah medication erorrs
10. Oksitosin
Preparat hormon oksitosin yang digunakan untuk melancarkan proses
persalinan. Obat oksitosin harus digunakan dengan pengawasan karena obat
ini memiliki interaksi obat yang cukup banyak dan dapat menyebabkan
komplikasi sehingga menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan,
perlu di waspadai (High Alert Medication) karena dapat menyebabkan
reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah medication erorrs
11. Rukoronium
Rocuronium dapat digunakan sebagai tambahan pada anestesi umum untuk
memfasilitasi rapid sequence dan intubasi trakea rutin serta memberikan efek relaksasi
pada otot rangka selama pembedahan atau ventilasi mekanik.
Obat ini merupakan golongan obat keras yang penggunaanya di perlukan
pengawasan karena jika tidak digunakan dengan tepat bisa terjadi efek yang fatal
12. Cefazoline
Cefazoline termasuk dalam obat Look Alike Sound Alike (LASA)
karena nama dan penyebutannya mirip dengan obat Ceftriaxone sehingga
obat Cefazoline dan ceftriaxon perlu dipisahkan agar tidak terjadi kesalahan
dalam pengambilan dan perlu di waspadai (High Alert Medication) karena
dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah
medication erorrs
13. Ceftriaxon
Ceftriaxon termasuk dalam obat Look Alike Sound Alike (LASA)
karena nama dan penyebutannya mirip dengan obat cefazoline sehingga
obat ceftriaxone dan cefazoline perlu dipisahkan agar tidak terjadi kesalahan
dalam pengambilan dan perlu di waspadai (High Alert Medication) karena
dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah
medication erorrs
14. Ketorolak 30 mg
Ketorolax termasuk dalam obat Look Alike Sound Alike (LASA)
karena Penampilan atau warnanya mirip dengan obat Ranithidin sehingga
obat ketorolak perlu di waspadai (High Alert Medication) karena dapat
menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah medication
erorrs
15. Ranithidin
Ranithidin termasuk dalam obat Look Alike Sound Alike (LASA)
karena Penampilan atau warnanya mirip dengan obat Ketorolax sehingga
obat ketorolak perlu di waspadai (High Alert Medication) karena dapat
menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah medication
erorrs
16. Tramadol
Tramadol adalah obat golongan OOT yang penggunaannya harus dengan
pengawasan dokter karena dapat mengakibatkan efek fatal jika digunakan tidak sesuai
sehingga obat propofol perlu perlu di waspadai (High Alert Medication)
karena dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah
medication erorrs
17. Lidocain dan Pehacain
Kedua obat ini termasuk dalam daftar obat Look Alike Sound Alike (LASA)
karena ucapan kedua obat ini mirip yaitu lidocain dan pehacain sehingga
kedua obat ini diberkan jarak agar tidak terjadi kesalahan saat pengamnilan
dan perlu di waspadai (High Alert Medication) karena dapat menyebabkan
reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah medication erorrs
18. Fentanyl
Obat fentanyl merupakan obat golongan narkotik yang apabila digunakan
dengan salah atau penegelolaannya kurang tepat dapat menyebabkan efek yang fatal
sehingga obat fentanyl perlu di waspadai (High Alert Medication) karena dapat
menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah medication
erorrs
19. Midazolam
Obat midazolam merupakan obat golongan benzodiazepin yang apabila
digunakan dengan salah atau penegelolaannya kurang tepat dapat menyebabkan efek
yang fatal sehingga obat midazolam perlu di waspadai (High Alert Medication)
karena dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mencegah
medication erorrs
C. Alur Pelayanan Resep
Selektif ( Terencana)
Penerimaan Resep Dari Kamar Operasi
CITO ( Segera/
Darurat)

Skrining Resep

Dispensing

Peneri,aan Ulang Resep Yang Telah


disiapkan

Paket Bedah Paket Anestesi

Diambil Perawat Untuk Bedah Dengan Diambil Perawat Untuk Anestesi Dengan
Lembar Formulir Berwarna Putih Lembar Formulir Berwarna Putih

Retur Formulir + Obat Dan BMHP Yang


Tidak Digunakan Pasien

Administrasi, Pengentryan Kedalam Sistem


E-RM

Anda mungkin juga menyukai