Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Pujisyukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, sertahidayah-Nyakepadakitasemua, sehingga program
kerjaKuliahKerjaNyata (KKN) Angkatan ke-67 UIN Alauddin Makassar di Desa Tappale
Kecamatan Libureng Kabupaten Bone dapat terlaksana dan dapat terselesaikan dengan baik.

Buku laporan KKN ini di susun sebagai bentuk pertanggung jawaban tertulis kami
sebagai mahasiswa KKN Angkatan ke-62 di Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten
Sinjai, dari tangal 11 November 2021 sampai 24 Oktober 2021.

Kami menyadari bahwa keberhasilan dan terlaksananya program-program kerja yang


telah kami laksanakan dapat terlaksana dan terselesaikan dengan baik semata-mata karena
adanya dukungan dari pihak-pihak lain. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Drs. HamdnJuhannis, MA., Ph.D, Rektor UIN Alauddin Makassar yang
telahmemberikankesempatankepada kami untukmengikuyiKuliahKerjaNyata
(KKN) Angkatan Ke-67
2. Prof Dr. H. Muhammad Ramli, M. Si , selaku ketua Lembaga Pengabdian
Kepada Masyarakat (LP2M) yang telah memberikan pembekalan dan telah
membuka KKN periodes ini.
3. Drs. Suarga, M.M., Dosen Pembimbing Lapangan Kecamatan Libureng
Kabupaten Bone yang telah membimbing kami selama menjalani KKN.
4. Selaku camat Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, atas kesediannya
menerima dan menyambut kami dengan baik.
5. Wawiruddin S.Sos ,selaku kepala Desa Tappale yang siap menerima dan
mendukung program-program kerja yang telah kami tawarkan kepada
masyarakat.
6. Kepala Dusun I Tappale, Kepala Dusun II Tappale, Kepala Dusun III Matung,
Kepala Dusun IV Labocing dan Kepala Dusun V Tarumbae beserta
keluarganya atas segala bantuan dan arahannya serta kesediaanya menerima
dan memenuhi kebutuhan kami didusunya masing-masing selama 45 hari.
7. Para tokoh masyrakat, pemuda-pemudi, adik-adik, seluruh masyarakat Desa
Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone yang telah bersedia dan
membantu kami selama pelaksanaan program kerja kami.
8. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan moral dan material yang tak
tergantikan.
9. Semu apihak yang telah mendukung dan membantu pelaksanaan KKN di Desa
Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone selama 45 hari yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada kami baik secara lisan maupun
perbuatan menjadi pahala yang berlipat ganda, yang kelak akan diperoleh hasilnya di akhirat.
Kami memohon maaf kepada semua pihak apabila ada kesalahan dan kekurangan kami dalam
melaksanakan program-program kerja kami selama melakanakan KKN. Semoga selama 45
hari di tempat KKN ini dapat berguna bagi masyarakat Desa Tappale Kecamatan Libureng
Kabupaten Bone.

Makassar, 25 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
MUQADDIMAH

Tri Dharma perguruan Tinggi yang terdiri atas Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian
pengembangan serta pengabdian secara utuh menggambarkan fase-fase menuju pembelajaran
sejati juga mendeskripsikan bagaimana proses belajar yang baik bagi seorang mahasiswa
secara keseluruhan.
Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar Angkatan 67 di Desa Tappale, Kecamatan
Libureng, Kabupaten Bone. Beranggotakan 7 Orang dari 5 Fakultas yang berbeda. Lima Fakultas
tersebut adalah Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas
Ushuluddin filsafat dan politik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dan Fakultas Sains dan
Teknologi. Kegiatan KKN berlangsung selama kurang lebih 45 hari. Sejak pemberangkatan 11
Oktober 2021- 24 November 2021.

KKN kami istilahkan sebagai sebuah pembelajaran di alam nyata, setelah kurang lebih 7
semester belajar di Bangku kuliah. KKN adalah belajar dari ruang-ruang kelas menuju ruang-ruang
masyarakat. Mahasiswa dituntut untuk mampu menghadapi di Lokasi KKN. Bagi kami mahasiswa
yang hebat adalah mahasiswa yang mampu menaklukkan alam, mahasiswa yang mampu memoles dan
mewarnai kehidupan masyarakat menjadi lebih indah.
JURNAL
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran
Kuliah Kerja Nyata atau biasa disingkat dengan kata KKN merupakan suatu
bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa semester
akhir. Pengabdian merupakan suatu wujud penerapan dan integralisasi dari ilmu-ilmu
yang telah didapatkan di bangku perkuliahan yang akan diterapkan secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sehingga ilmu yang diperoleh ini nantinya
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dalam kehidupan masyarakat luas.
KKN dilaksanakan secara melembaga dan terstruktur sebagai bagian dari
pelaksanaan kurikulum Perguruan Tinggi yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa
dengan status intrakurikuler wajib. Melalui KKN mahasiswa diharapkan dapat
mengenal persoalan masyarakat serta belajar memecahkan masalah dengan
pendekatan ilmu. Mahasiswa memikul beban moral yang amat besar sebagai bagian
dari subjek perubahan sosial masyarakat yang berfungsi dalam melakukan berbagai
aktivitas sosial kemasyarakatan yang pada akhirnya diharapkan mampu melakukan
berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat ke arah yang lebih baik. Mahasiswa
perlu menelaah dan merumuskan masalah yang dihadapi masyarakat serta
memberikan alternatif pemecahannya, kemudian membantu memecahkan dan
mengulangi masalah tersebut.
Bagi masyarakat dan pemerintah, program KKN adalah bagian dari kreatif
mahasiswa dalam memberikan bantuan pemikiran dan tenaga dalam pemecahan
masalah. KKN kemudian menjadi solusi dengan koordinasi yang bersifat individual
dan kelompok yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Adapun
program kerja juga dilaksanakan dengan dua sistem yakni individual dan kelompok.
Adapun program kerja yang dilakukan juga berbeda-beda tergantung dari kondisi
setiap desa. Kegiatan yang dilakukan pun bersifat umum dan khusus dengan terlebih
dahulu dilakukan seminar program kerja sebagai bentuk penyampaian program
kepada masyarakat yang akan dilakukan selama proses Kuliah Kerja Nyata (KKN)
berlangsung.
Melihat banyaknya manfaat Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Alauddin Makassar
turut andil mengambil bagian di masyarakat untuk mengabdikan mahasiswanya.
Kegiatan pengabdian tersebut dilakukan salah satunya di Desa Tappale, Kecamatan
Libureng, Kabupaten Bone.
B. Gambaran Umum Desa Lokasi KKN
Kabupaten Bone terletak di Provinsi Sulawesi selatan dengan luas wilayahnya
yakni 4.559 km2. Kabupaten Bone terdiri dari 27 kecamatan yakni Ajangale, Amali,
Awangpone, Barebbo, Bengo, Bontocani, Cenrana, Cina, Dua Bocooe, Kahu,
Kajuara, Lamuru, Lappariaja, Libureng, Mare, Palakka, Patimpeng, Ponre,
Salomekko, Sibulue, Tanete Riattang, Tanete Riattang Barat, Tanete Riattang Timur,
Tellu Limpoe, Tellu Siattinge, Tonra, Ulaweng.
Luas Kecamatan Libureng adalah 344,25 km2 terdiri dari 18 Desa dan 2
Kelurahan. Salah satunya yaitu desa Tappale. Desa Tappale memiliki jarak
membentang kurang lebih 90 km dari Ibukota Kabupaten Bone yang memakan waktu
sekitar 2,5 jam menggunakan kendaraan umum dan berjarak sekitar 12 km dari
ibukota kecamatan yang memakan waktu sekitar 20 menit menggunakan kendaraan
umum. Desa Tappale mempunyai luas wilayah 344,25 Km2 Berada di ketinggian
sekitar 153 MDPL (Meter Diatas Permukaan Laut) yang terdiri dari 5 dusun
diantaranya Dusun I Tappale, Dusun II Tappale, Dusun III Matung, Dusun IV
Labocing, Dusun V Tarumbae.
penduduk di Desa Tappale pada tahun 2021 berjumlah 1.832 jiwa atau 577 KK.
911 orang berjenis kelamin laki-laki dan 921 orang yang berjenis kelamin perempuan.
Adapun menurut umur penduduk yakni 0-5 tahun : 34 orang, 6-13 tahun : 165 orang,
14-19 tahun : 206 orang, 20-23 tahun : 158 orang, 24-40 tahun : 444 orang, 41-65
tahun : 576 orang, dan >66 : 159 orang.
1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Tappale
Desa Tappale di nahkodai oleh seorang Kepala Desa yang bernama A.
Wawiruddin S. Sos yang telah menjabat selama 3 periode di desa tersebut.
Berikut ini struktur organisasi pemerintahan Desa Tappale Periode 2018-
2023:
Kepala Desa : A. Wawiruddin S. Sos
Sekretaris Desa :

2. Visi Misi Desa Tappale


Desa Tappale memiliki visi dan misi yang telah diluangkan sebagai berikut:
 Visi
“Menuju Desa Tappale sebagai desa yang mandiri berbasis
pertanian, untuk mencapai masyarakat yang sejahtera”
Apabila dikaji visi tersebut, maka dapat diketahui ada dua frase,
mandiri, dan sejahtera dengan penjabaran masing-masing frase
sebagai berikut:
 Mandiri
Kemudian dalam hal ini menjadi dua sisi yaitu pemerintah Desa
dan Masyarakat. Oleh karena ini tercapai kemadirian dapat
dilihat dari adanya peningkatan kemampuan pemerintah desa dan
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan Desa
 Sejahtera
Masyarakat yang sejahtera merupakan kondisi masyarakat yang
berkecukupan secara lahir dan batin. Secara awam sejahtera
berkaitan dengan urusan kenyang, dan agama atau dalam
pengembangan adalah ekonomi, kesehatan pendidikan
lingkunngan dan agama.
 Misi
Dari uraian visi diatas berdasarkan dua frase, adapun misi Desa
Tappale adalah “Meningkatkan pemerintah Desa yang cepat tanggap
terhadap keadaan dan aspirasi masyarakat dengan terjun langsung
melihat kondisi masyarakat di seluruh Desa Tappale.
Selanjutnya diajabarkan dalam misi Kepala Desa Tappale adalah
sebagai berikut:
 Menciptakan suasana aman dan tertib dalam kehidupan
masyarakat
 Mengoptimalkan kinerja perangkat desa secara maksimal sesuai
tugas dan fungsi
 Mengoptimalkan urusan pemerintah Desa secara transparan
serta bertanggung jawab sesuai aturan perundangan.
 Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam memenuhi hak-
hak asasi masyarakat yang berkeadilan
 Mengedepankan musyawarah dan mufakat dengan melibatkan
lembaga-lembaga yang adil, baik secara formal maupun non
formal
 Melaksanakan pemerataan pembangunan
C. Permasalahan
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan selama 5 hari dengan mengunjungi rumah
kepala dusun serta tokoh masyarakat yang bertujuan mengidentifikasikan masalah
yang dihadapi oleh masyarakat Desa Tappale, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone,
maka ditemukan beberapa masalah yang memungkinkan untuk diselesaikan selama
masa Kuliah Kerja Nyata, diantaranya:
1. Bidang pendidikan
a. Tenaga Profesional guru di bidang Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
belum ada.
b. Letak sekolah yang jauh dari rumah siswa
2. Bidang Keagamaan
Kurangnya kesadaran orang tua santri untuk mendorong para santri agar rutin
melakukan kegiatan keagamaan di TKA/TPA.
3. Bidang Kesehatan
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai tanaman herbal yang ditanam.
b. Minimnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan masker di tempat umum
D. Fokus dan Tujuan Program Pengabdian

Fokus Permasalahan Prioritas dan program Tujuan Program Kerja


kerja

Bidang Sosial dan Pembuatan papan nama Sebagai penanda disetiap


pembangunan kepala dusun dan tokoh rumah dusun dan tokoh
masyarakat masyarakat

Gotong royong Membersihkam dan merawat


sarana dan prasarana umum
di Desa Tappale sekaligus
membangun silaturahmi
masyarakat Desa Tappale
dengan mahasiswa KKN.
Memberikan pengetahuan
Bidang Keagamaan Mengajar mengaji disetiap tentang adab, doa-doa harian
serta ilmu tajwid dan makharijul
TKA/TPA huruf Al-Qur’an.

Festival anak sholeh Melihat minat dan bakat


para santri TKA/TPA di
setiap dusun

Bidang Pendidikan Mengajar di SD Inpres Memberikan pembelajaran


12/79 Tappale yang menstimulasi
perkembangan anak dengsn
pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan

Mengajar di SD Negeri Memberikan pembelajaran


186 Tappale yang menstimulasi
perkembangan anak dengsn
pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan

E. PendekatanPelaksanaan Program Kerja


Dalam melaksanakan program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tappale
Kecamatan Libureng Kabupaten Bone menggunakan pendekatan ABCD (Asset-Based
Community Development). Pendampingan Asset Based Community Development (ABCD)
mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang ada disekitar dan dimiliki oleh masyarakat
untuk digunakan sebagai bahan yang memberdayakan masyarakat itu sendiri. Masyarakat
merupakan aset yang berharga bagi sebuah desa. Upaya pengembangan masyarakat harus
dilaksanakan sejak dari awal menempatkan manusia untuk mengetahui apa yang menjadi
kekuatan yang dimiliki, serta segenap potensi dan aset yang dipunyai yang potensial untuk
dimanfaatkan. Hanya dengan mengetahui kekuatan dan aset, diharapkan manusia mengetahui
dan bersemangat untuk terlibat sebagai aktor dan oleh karenanya memiliki inisiatif dalam
segala upaya perbaikan.
Dalam Metode ABCD (Asset-Based Community Development) memiliki lima langkah
kunci untuk melakukan proses riset diantaranya:

1. Discovery (Menemukan)
Proses menemukan masalah yang dialami oleh masyarakat Desa Tappale ialah
dilakukan lewat proses percakapan atau wawancara. Mahasiswa melakukan wawancara
kepada masyarakat tentang kondisi masyarakat Desa Tappale. Wawancara tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui aset dan potensi yang ada. Wawancara ini bersifat cerita
antara masyarakat dengan mahasiswa KKN sehingga yang banyak berbicara nantinya
adalah masyarakat itu sendiri.
2. Dream (Impian)
Pada tahap ini, setiap orang mengeksplorasi harapan dan impian mereka baik untuk
diri mereka sendiri maupun untuk organisasi. Setelah melakukan wawancara impian atau
keinginan masyarakat Desa Tappale sudah mulai diketahui. Setelah mengetahui
keinginan atau impian maka langkah selanjutnya yaitu merancang sebuah kegiatan untuk
memenuhi impian masyarakat.
3. Design (Merancang)
Pada tahap ini seluruh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) terlibat dalam proses
belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki oleh Desa Tappale agar bisa mulai
memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif, dan kolaboratif untuk mencapai
aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri. Proses merencanakan ini
merupakan proses cara mengetahui aset-aset yang ada pada masyarakat Desa Tappale.
Aset yang terlihat di wilayah Desa Tasikmadu adalah Pertanian dan Tempat Wisata.
Salah satu tempat wisata yang sangat terkenal dari desa tersebut ialah wisata Kebun Raya
Masserempulu yang terletak di Dusun Bottto Dengeng Desa Tappale Kecamatan Maiwa
Kabupaten Enrekang.
4. Define (Menentukan)
Pada tahap ini mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) menentukan tujuan dari proses
observasi yang dilakukan. Proses observasi dengan masyarakat terlibat dalam Focus
Group Discussion (FGD). Pada Proses Focus Group Discussion (FGD) mahasiswa
Kuliah Kerja Ntaya (KKN) dan masyarakat menetukan fokus pembahasan. Fokus
pembahasan yang akan dibahas berupa masalah dan potensi yang dimiliki oleh Desa
Tappale. Poses Focus Group Discussion (FGD) berjalan dengan lancar karena sudah
disepakati pembahasan yang akan dibahas dalam diskusi antara mahasiswa Kuliah Kerja
Nyata (KKN) dan masyarakat Desa Tappale.
5. Destiny (Lakukan)
Hal ini merupakan fase akhir yang secara khusus fokus pada cara-cara yang akan ditempuh
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah yang ditempuh adalah melaksanakan
kegiatan yang sudah disepakati untuk memenuhi harapan atau keinginan masyarakat Desa
Tappale.
BAB II

METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM

A. Metode Intervensi Sosial dan Ikatan Emosional


Intervensi social adalah metode yang digunakan dalam praktik di laporan pada
bidang pekerjaan sosial dapat dikatakan sebagai perubahan rencana agar upaya
bantuan yang diberikan dapat di evaluasi dan diukur keberhasilannya, dimana upaya
yang dilakukan dalam metode ini untuk memperbaiki fungsi sisoal dan kelompok.
Intervensi sosial adalah upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok,
maupun komunitas. Intervensi sosial dapat pula diartikan sebagai suatu upaya untuk
memperbaiki keberfungsian sosial dari kelompok sasaran perubahan, dalam hal ini,
individu, keluarga, dan kelompok. Intervensi sosioal merupakan metode yang
digunakan dalam praktik lapangan pada bidang pekerjaan sosial dan kesejahtraan
sosial. Keberfungsian sosial menunjukkan pada kondisi dimana seseorang dapat
berperan sebagaimana seharusnya sesuai dengan harapan lingkungan dan peran yang
dimilikinya. Pekerjaan sosial dan kesejahtraan sosial dan kesejahtraan sosial adalah
dua bidang yang bertujuan meningkatkan kesejahtraan seseorang melalui upaya
memfungsikan kembali fungsi sosial.
Adapun konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan
hasil pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Dengan kata lain, indentifikasi
masalah adalah salah satu proses penelitian yang boleh dikatakan paling penting
diantara proses lain. Sebelum melakukan KKN dilakukan penentuan strategi untuk
menentukan berbagai program baik bersifat pembangunan ataupun pemberdayaan
masyarakat. Ada tiga aspek dalam melakukan intervensi social dan mengidentifikasi
masalah atau kebutuhan dalam melakukan perubahan social, yaitu : masalah, populasi
dan arena.
1. Masalah, yaitu melakukan identifikasi maslah dengan mempelajari literatur dan
teori yang relevan. Wawancara merupakan strategi yang tepat untuk melakukan
identifikasi masalah.
2. Populasi,yaitu mempelajari literatur untuk mengetahui sebanyak mungkin populasi
yang terkena masalah. Melalui waawancara dengan tokoh masyarakat akan
memberikan pandangan tersendiri menganai permasalahan yang ada di Desa
Tappale baik dari pemuka agama, cendikiawan, dan aparat pemerintahan.
3. Arena, yaitu mempelajari literatur untuk mempelajari aspek-aspek demografis dan
data lainnya mengenai masyarakat.
KKN di Desa Tappale menggunakan metode pendekatan terhadap warga
sebagai metode intervensi social untuk mengatasi masalah kesejahteraan social di
Desa Tappale. Langkah awal yang dilakukan yaitu dengan meminta data tentang
kondisi geografis, ekonomi, keagamaan, Pendidikan, serta social dari masyarakat
desa, dari data tersebut kemudian dapat diketahui kemampuan yang dimiliki dan
mengembangkannya sesuai apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Dari pelaksanaan program-program itulah pendekatan terhadap masyarakat
desa dilakukan dan diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan kemampuan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Tappale.
Melalui adanya metode intervensi social tersebut, diharapkan bahwa hambatan
social yang akan dihadapi oleh para sasaran perubahan dapat segara teratasi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa intervensi social, sekali laagi mampu untuk memperkecil
jarak antara harapan lingkungan dengan kondisi kenyataan masyarakat.
Tujuan Intervensi Sosial :
1. Tujuan Intervensi Sosial
Tujuan utama dari intervensi sosial adalah memperbaiki fungsi sosial orang
(individu, kelompok, masyarakat) yang merupakan sasaran perubahan ketika
fungsi sosial seseorang berfungsi baik, diasumsikan bahwa kondisi sejahteraan
akan, semakin mudah dicapai. Kondisi sejahtera dapat terwujud manakala jarak
antara harapan dan kenyataan tidak terlalu lebar. Melalui intervensi sasaran
perubahan akan diatasi. Dengan kata lain, intervensi sosial berupa memperkecil
jarak anatara harapan lingkungan dengan kondisi rill klien.
2. Fungsi Intervensi Sosial
Fungsi intervensi dilakukan dalam pekerjaan sosial, diantarannya:
a. Mencari penyelesaian dari masalah secara langsung yang tentunya dengan
metode pekerjaan sosial.
b. Mencari penyelesaian dari masalah secara langsung yang tentunya dengan
metode pekerjaan sosial.
c. Membantu kelayan menghadapi masalah
d. Menggali potensi dari dalam diri kelayan sehingga busa membantunya untuk
menyelesaikan masalahnya.
3. Tahap Dalam Intervensi

Menurut pincus dan minahan, intervensial sosial meliputi tahapan sebagai berikut::

a. Penggalian masalah, merupakan tahap dimana pekerja sosial mendalami situasi


dan masalah klien atau sasaran perubahan. Tujuan dari tahap penggalian
masalah adalah membantu pekerja sosial dalam memahami, mengindetifikasi,
dan menganalisis faktor-faktor relevan terkait situasi dan masalah apa yang akan
ia selesaikan, tujuan dari upaya perubahan, dan cara mencapai tujuan. Panggilan
masalah apa yang akan ia selesaikan, tujuan dari upaya perubahan, dan cara
mencapai tujuan. Panggilan masalah terdiri dari beberapa konten, di anataranya.
1) Indentifikasi dan Penentuan masalah
2) Analisis dinamika situasi sosial
3) Menentukan tugas dan strategi
4) Stabilitasi upaya perubahan
b. Pengumpulan data, merupakan tahap dimana pekerjaan sosial mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan terkait masalah yang akan diselesaikan. Dalam
melakukan pemgumoulan data, terhadap tiga cara yang dapat dilakukan yaitu:
Pertanyaan, Observasi, penggunaan data tertulis.
c. Melakukan kontak awal
d. Negosiasi kontak, merupakan tahap di mana pekerja sosial menyempurnakan
tujuan melalui kontak pelibatan klien atau sasaran perubahan dalam upaya
perubahan.
e. Membentuk sistem aksi, merupakan tahap di mana dimana pekerja sosial
menentukan sistem aksi apa saja yang akan terlibat dalam upaya perubahan.
f. Memberikan pengaruh
g. Terminasi

4. Jenis-jenis Pelayanan yang Diberikan adalah:


a. Pelayanan Social
Pelayanan sosial diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan hubungan
sosial dan penyusalan sosial secara serasi dan harmonis diatara lansia, lansia dan
keluarga, lansia dan petugas serta masyarakat sekitar.
b. Pelayanan Fisik
Pelayanan fisik diberikan kepada klien dalam rangka memperkuat daya tahan
fisik pelayanan ini di berikan dalam bentuk pelayanan kesehatan fisioterapi,
penyelidikan menu makanan tambahan klinik lansia, kebugaran sarana dan
prasarana hidup sehari-hari dan sebagainya.

B. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat


Metode Pendekatan utama dalam konsep pemberdayan adalah bahwa
masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi
merupakan subjek dari upaya pembangunan sendiri. Pemberdayaan adalah upaya
pemberian daya atau peningkatkan keberdayaan, sedangkan permberdayaan
Masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat agar
mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan.
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang
tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Secara lebih luas, pemberdayaan masyarakat adalah upaya mengajak masyarakat
untuk belajar dan berbuat Bersama mencermati persoalan-persoalan kehidupan dan
penghidupannya dalam rangka proses pencerdasan masyarakat serta menumbuhkan
kembangkan kemampuan masyarakat untuk memahami dan memecahkan berbagai
persoalan kehidupannya secara kreatif.
Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki
dua, antara lain: Pertama, Kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses yang
memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan
(power) kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Beberapa pandangan
tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai berikut
1. Struktural pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi structural
secara fundamental, dan eliminasi structural atau system yang oppressive.
2. Puralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya seseorang atau
sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok.
3. Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengharui elit, membentuk aliniasi
dengan elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap praktek-
praktek dan struktur yang elitis.
4. Post-Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta
menghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas social.
Konsep pemberdayaan masyarakat ini muncul karena adanya kegagalan
sekaligus harapan.Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model-model
pembangunan ekonomi dalam menangulangi masalah kemiskinan dan lingkungan
yang berkelanjutan.
Pemilihan pendekatan ini berangkat dari suatu keyakinan bahwa komunitas
suatu masyarakat mampu menyelesaikan masalah-masalah mereka. Dengan
pendekatan ini, masyarakat dilibatkan dalam setiap proses dalam aksi pengembangan
masyarakat.
memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: pertama,
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,
tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan
sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah -langkah lebih positif, selain
dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-
langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta
pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang
sangat substansial adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan,
serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal,
teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan
ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan,
listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang
dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan
lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana
terkonsentrasi pada penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu,
perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena
program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan
masyarakat ini.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota
masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya
modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban
adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan
institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta
peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri
dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya
dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi. Friedman (1992)
menyatakan “The empowerment approach, which is fundamental to an alternative
development, places the emphasis an autonomy in the decision marking of
territorially organized communities, local self-reliance (but not autarchy), direct
(participatory) democracy, and experiential social learning”.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
kekurang-berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan
pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep
pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari
interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang
lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung
pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan
dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan
masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke
arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
BAB III
KONDISI DESA LOKASI BER-KKN
A. SejarahSingkatDesa
B. KondisiGeografis
a. Luas Wilayah
b. Iklim
c. PerekonomianDesa
d. DeskripsiPertanian
Luaslahanpertanian di DesaTappaleseluas 4.625 hektardanluaslahan yang
sementaratidakdiusahakanyaituseluas 419
hektar.LuaslahankebunDesaTappaleseluas 55,84%.
Luaslahansawahuntukpanenpadi di DesaTappaleyaitu 240.695
hektardanhasilproduksipanenpadinyayaitu 1.393.147 ton,
sedangkanluaslahanuntukpanenjagungyaitu 71.991
hektardanhasilproduksipanenjagungnyayaitu 402.396 ton.
Lahansawahdanlahanpertanian yang berpetak-
petakdandibatasiolehsalurankondisitanamanpangan.
e. DeskripsiBidangOrientasi Pembangunan Desa

C. Batas Desa
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENGABDIAN
A. KegiatanPendampinganMasyarakat
B. KegiatanPelayananMasyarakat
C. KegiatanPemberdayaanMasyarakat
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
B. Rekomendasi
KESAN DAN PESAN
A. KesanMasyarakattAtasKegiatan KKN
B. NarasiInspiratifdanEdukatifAtasKegiatan KKN
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI KEGIATAN KKN

Anda mungkin juga menyukai