Anda di halaman 1dari 36

PRORPOSAL

PENGARUH PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR


AKADEMIK TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SD
DIKECAMATAN SUKAWENING DI KABUPATEN GARUT
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai dari Syarat Untuk Menyusun Skripsi Pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :
Jamjam Purnama
NIM. 17843005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN SOSIAL BAHASA DAN SASTRA
GARUT
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Pegaruh peran kepala sekolah sebagai supervisor akademik terhadap kompetensi


pedagogic guru sd sekecamatan sukawening di kabupaten garut

Oleh
Jamjam purnama
NIM. 17843005

DISETUJUI OLEH DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

Ketua Sekretaris

Dr. Lutfi Asy'ari, M.Pd. Ejen Jaenal Mutakin, M.Pd.


NIDN. 0023046501 NIDN. 0416078602

i
LEMBAR PENGESAHAN

Pegaruh peran kepala sekolah sebagai supervisor akademik terhadap kompetensi


pedagogic guru sd sekecamatan sukawening di kabupaten garut

Oleh
Jamjam purnama
NIM. 17843005

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Proposal Skripsi


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial Bahasa dan Sastra
Institut Pendidikan Indonesia

Pada : Hari...
Tanggal :
Tempat :

Mengesahkan,
Ketua Program Studi

Dr. H. Lutfi Asyari, M.Pd.


NIDN. 0023046501

Dewan Penguji

1. Eko Fajar Suryaningrat, M.Pd. Penguji I ................................


2. Muhammad Nurjamaludin, M.Pd. Penguji II ................................

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang memberikan


kenikmatan dan kesempatan untuk belajar serta berkarya melalui pembuatan
makalah yang terselesaikan. Ucapan terima kasih ditujukan kepada dosen
pembimbing Bapak Azam Nurjaman M.Pd dan teman-teman mahasiswa PGSD
IPI terkhusus kelas C atas bimbingan dan dukungan moral ataupun moril untuk
menyelesaikan tugas ini dengan segala keterbatasan.
Pembuatan proposal ini didasari sebagai kewajiban mahasiswa selama
menempuh mata kuliah Metodelogi Dan Statistik Penelitian. Pada kesempatan
ini tugas yang diberikan adalah membuat proposal penelitian dengan judul
‘’Pengaruh Peran Supervisor Akademik Kepala Sekolah terhadap Kompetensi
Pedagogik guru SD sekecamatan sukawening di Kabupaten Garut’’ menyadari
banyaknya kekurangan dalam proposal penelitian ini ini penulis mohon maaf,
namun kami akan terus berusaha memperbaikinya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati diharapkan saran dan kritik
membangun demi pembelajaran yang lebih baik. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang Metodelogi Penelitian dan Statistik.

Garut, 2 januari 2021

Jamjam purnama
3.

iii
DAFTAR ISI
Hal-------
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................IV
DAFTAR TABEL
 3.5.................................................................................................................2
 2.1...............................................................................................................25
 3.1...............................................................................................................26
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang penelitian ............................................................................1
B. Rumusan masalah penelitian.......................................................................3
C. Tujuan penelitian .........................................................................................4
D. Manfaat penelitian.......................................................................................4
E. Definisi Istilah..............................................................................................5
F. Anggapan Dasar Penelitian..........................................................................6
G. Hipotesis Penelitian......................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................8


A. Kajian teori ...................................................................................................8
B. Kompetensi Pedagogik Guru.......................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................18
A. Metode penelitian........................................................................................18
B. Partisipan ....................................................................................................18
C. Populasi dan sampel ...................................................................................18
D. Definisi operasional dan operasional...........................................................19
E. Instrumen penelitian ...................................................................................20
F. Teknik pengumpulan data ..........................................................................21
G. Prosedur Penelitian......................................................................................22
H. Analisis Data...............................................................................................24
I. Lokasi dan jadwal penelitian ......................................................................26
IV. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................28

iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang penelitian
Keberhasilan prestasi belajar siswa disekolah juga didukung oleh faktor
eksternal dan faktor internal. Salah satu dari kedua faktor tersebut adalah kepala sekolah
dan guru . dari kedua faktor tersebut sangat menentukan kualitas belajar siswa. Begitu
penting peran manjemen akademik kepala sekolah dalam menggerakan semua warga
sekolah untuk bersama sama bersinergi dalam mencapai visi dan misi yang telah
direncanakan. Sebagaimana Mulyasa (2013) mengemukakan bahwa kepala sekolah
harus bisa mengatur strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan
melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan
dalam berbagai kegiatan dalam menunjang prorgram sekolah’’.
Salah satu aspek penting dari peran kepala sekolah adalah memberdayakan guru-
guru dan memberikan wewenang yang sangat luas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran (Musfah,2015). Kompetensi guru yang berhubungan dengan pengelolaan
pembelajaran peserta didik adalah kompetensi pedagogik (pasal 10 ayat (1) UU No.14
tahun 2005 tentang guru dan dosen) lebih lanjut pada Bab penjelasan Pasal 28 ayat 3 PP
19 tahun 2005 tentang SNP yang dimaksud dengan kompetensi Pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi : 1) Menguasai
karakteristik dari aspek fisik, spirirtual, sosial, kultural, emosionaldan intelektual 2)
Menguasi pembelajaran dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 3)
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu 4)
Menyelenggarakan Pembelajaran yang mendidik 5) Memanfaatkan teknologi dan
informasi dan komunikasi untuk mendidik (6) Memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. (7)
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. (8)
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. (9) Memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. (10) Melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Setiap guru yang memilki kompetensi pedagogik tentu akan memiliki ciri-ciri
seperti yang diatas. Untuk mengetahahui ada tidaknya permasalahan mengenai

1
Kompetensi pedagogik guru di SD Sekecamatan Sukawening Kabupaten Garut maka
peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknikssimple random sempling .
Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut ini
Tabel 1.1.
Permasalahan Rendahnya Kompetensi Pedagogik Guru
SD Sekecamatan Sukawening di Kabupaten Garut
No
Indikator Kompetensi Pedagogik Jumlah Guru Presentase
.
1 Kurang Menguasai karakteristik 30 43,47
dari aspek fisik, spirirtual, sosial,
kultural, emosional dan
intelektual
2 Kurang Menguasi pembelajaran 20 28,90
dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik
3 Kurang memanfaatkan teknologi 19 27,53
dan informasi dan komunikasi
untuk mendidik
Jumlah Guru 69 100,00
Sumber : Kepala Sekolah SD Sekecamatan Sukawening di Kabupaten Garut Tahun
2021
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 69 guru. menunjukkan adanya
penyimpangan antara harapan dengan kondisi yang terjadi seperti tiga puluh guru
(43,47% ) kurang Menguasai karakteristik dari aspek fisik, spirirtual, sosial, kultural,
emosional dan intelektual, dua puluh guru (28,90%), Kurang Menguasi pembelajaran
dan prinsip-prinsip pembelajaran, sembilan belas guru (27,53%) Kurang memanfaatkan
teknologi dan informasi dan komunikasi untuk mendidik. hal ini menunjukan bahwa
masih kurang optimalnya kompetensi pedagogik guru.
Apabila kompetensi pedagogik guru tidak segera diatasi, tentu akan
berakibat negatif seperti memunculkan sikap dan perilaku yang tidak
profesional, dan rendahnya kemampuan guru. Implikasi negatif dari rendahnya

2
kompetensi pedagogik guru tentu akan berdampak terhadap out put sekolah pada
umumnya. Setelah dianalisis, diketahui

3
bahwa salah satu penyebab masalahnya itu adalah fungsi kepala sekolah
sebagai supervisor akademik di SD Sekecamatan Sukawening Kabupaten Garut
belum terlaksana secara optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatasi
dan mengantisifasi masalah tersebut yaitu cengan cara menerapkan model
supervisi akademik berbasis evaluasi diri melalui MGMP (Prihono, 2014),
pengembangan model supervisi akademik dengan mentoring (Pallawangan, et
al.2017) penerapan lesson studi berbasis MGMP.
Kepala sekolah sebagai supervisor akademik. Karena Kedudukan kepala
sekolah (Samana, 1994) sebagai administrator, manajer, dan supervisor di
sekolah mempunyai peranan untuk mengatur, mengorganisasi, serta
mendayagunakan segala sumber daya yang dimiliki oleh sekolah guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian manajemen kepala sekolah
dalam hal ini manjemen akademik sangat dibutuhkan dalam mengelola
pendidikan disekolah. Perubahan kemajuan zaman yang semakin cepat
mengakibatkan persaingan dalam menghasilkan lulusan yang mampu
beradaptasi dengan zaman dan disini kepala sekolah sangat berperan agar dapat
mengimbangi perubahan tersebut.
Supervisi akademik adalah untuk meningkatkan profesional guru dan
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang baik Depdikbud
1999 (dalam Faturohman dan Suryana).
Bahkan penelitian terdahulu atau sebelumnya pernah dilakukan oleh (Wahyudi,
2016) yang berjudul Pengaruh Supervisi Akademik Dan Motivasi Kerja Kepala Sekolah
Terhadap Kompetensi Guru SD Negeri pada penelitian tersebut Terdapat pengaruh yang
signifikan Supervisi akademik dengan Kompetensi guru. Hal tersebut dapat dilihat pada
kontribusi yang diberikan Supervisi akademik dengan Kompetensi pedagogik Guru SD
Kecamatan Sintang mencapai 0,196 tergolong pada tingkat pengaruh sangat rendah
yang berarti masih ada pengaruh yang positif antara Supervisi akademik dengan
Kompetensi pedagogik Guru. ini menunjukan bahwa masih perlu peningkatan supervisi
akademik kepala sekolah kepada kompetensi pedagogik guru.
Dalam penelitian kualitatif yang dilakukan oleh (Nizamudin, 2019) yang
berjudul “ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik guru’’

4
pada penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat beberapa cara dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru, yaitu peningkatan kemampuan guru, optimalisasi
pemanfaatan teknologi, pelaksaaan supervisi rutin dan penerapan disiplin yang ketat.
Berdasarkan beberapa teori terkait variabel X dan Y serta hasil penelitian
terdahulu, tentunya menarik peneliti untuk melakukan penelian lanjut dengan
variabel yang sama, tetapi subjek dan waktu yang berbeda. Melalui penelitian
ini, peneliti akan melakukan penelitian lanjut antara peran kepala sekolah
sebagai supervisor akademik dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru
dengan menganbil populasi dan sampel sebagai subjek penelitian yaitu pada staf
guru atau pengajar pada guru SD sekecamatan sukawening yang ada di
Kabupaten Garut Sehubungan hal tersebut, peneliti berkehendak untuk
melakukan penelitian dengan menjadikan kepala sekolah sebagai variabel bebas
dan Kompetensi guru sebagai variabel terikat. Populasi yang akan dijadikan
subjek penelitiannya adalah Random Guru SD sekecamatan Sukawening yang
ada di Kabupaten Garut melalui judul penelitian : ”Pengaruh Peran Kepala
Sekolah Sebagai Supervisor Akademik terhadap Kompetensi Pedagogik guru
SD sekecamatan Sukawening di Kabupaten Garut ” Melalui penelitian ini,
diharapkan hasilnya dapat bermanfaat untuk pengambil kebijakan, praktisi, serta
penelitian lanjut guna pengembangan keilmuan manajemen khususnya
manajemen akademik kepala sekolah.

B. Rumusan masalah penelitian


Permasalahan yang mendasar dari subjek penelitian berupa masih rendahnya
kompentensi pedagogik guru seperti: Kurang memahami karakteristik peserta didik,
kurang mampu mengembangkan potensi peserta didik.
Mengacu pada pokok permasalahan rendahnya kompetensi pedagogik guru,
serta teori supervisor kepala sekolah sebagai salah satu teori yang digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut, maka peneliliti menyusun rumusan masalah
penelitiannya yaitu : “ Apakah supervisor akademik kepala sekolah memiliki hubungan
yang positif dan signifikan dengan kompetensi pedagogik guru ? “.

5
Untuk memudahkan proses pemecahan masalah, permasalahan tersebut dapat dirinci
menjadi tiga pertanyaan, yaitu :
1. Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai suvervisor akademik ?
2. Bagaimanakah kompetensi pedagogk guru SD se-kecamatan sukawening ?
3. Adakah pengaruh peran kepala sekolah sebagai suvervisor akedemik dalam
kemampuan pedagogic siswa ?

C. Tujuan Penelitian
1.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat atau signifikansi
untuk pihak-pihak terkait seperti :
1. Manfaat teoritis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan hasanah keilmuan berkaitan
dengan Peran kepala sekolah sebagai supervisor akademik dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru

2. Manfaat Praktis :
- Kepala sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi kepala sekolah sebagai
supervisor akademik untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SD
Kabupaten Garut
- Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk lebih meningkatkan
kompetensi pedagogik guru SD Sekecamatan Sukaweningdi Kabupaten Garut
- Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi guru untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik guru melalui peran kepala sekolah sebagai supervisor
akademik pada guru SD Sekecamatan Sukaweningdi Kabupaten Garut.

E. Definisi istilah

6
1. Definisi Peran Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”
mempunyai arti pemain, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang
yang berkedudukan pada peserta didik.1 Menurut Soekanto, Peran adalah aspek
dinamis dari kedudukan (status).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi peran adalah seperangkat
perilaku, sikap dan nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat.
2. Definisi Kepala Sekolah Sekolah adalah sebuah lembaga atau tempat
dimana memberi dan menerima pelajaran berlangsung. Menurut Sudarwan
Danim, kepala sekolah adalah guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai
kepala sekolah.6 Menurut Trimo menyatakan bahwa kepala sekolah adalah
seorang pemimpin dalam sebuah lembaga pendidikan dalam beberapa waktu
tertentu.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah
adalah guru yang mendapatkan tugas tambahan dan pemimpin pada suatu
lembaga pendidikan yang dituntut dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
tugas serta menjalankan visi dan misi yang telah ditetapkan.
F. Anggapan Dasar Penelitian
Menurut Ari kunto (2014) Anggapan Dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya
oleh peniliti yang akabn berfungsi sebagai hal-hal yang di pakai untuk tempat berpijak bagi
peneliti di dalam penelitiannya. Selanjutnya anggapan dasar nantinya di gunakan sebagai
landasan teori dalam penyusunan laporan hasil penelitian. Di dalam halamam Arikunto (2014 :
63) mengatakan bahwa anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti
yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang akan di pakai untuk tempat berpijak bagi peneliti
dalam melaksankan penelitiannya.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atasa jadi anggapan dasar adalah sesuatu yang di
yakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal yang di gunakan untuk
tempat berpijak bagi peniliti di dalam melaksanakan penelitiannya.
Ada beberapa asumsi yang telah menjadi titik tolak penulis dalam melakukan penulisan
proposal ini. Setiap penelkitian yang dilakukan harus berpijak pada suatu pendapat atau
anggapan dasar yang sesungguhnya tidak perlu di ragukan lagi. Anggapan dasar ini pada
penelitian sangat penting menjadi pedoman atau landasan bagi proses pemecahan masalab yang
di teliti, maka dari itu, penulis dalam penelitian ini beranggapan dasar sebagai berikut :

7
1. Dengan kinerja kepala sekolah sebagai supervisor yang mengontro kinerja guru
maka dalam proses belajar mengajar Guru akan lebih memahami kemampuan
pedagogic
2. Kemampuan pemahaman Guru terkait potensi peserta didi akan tercapai ketika
kepala sekolah bekerja sebagai supervisor.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis dianggap paling mungkin dan tinggi tingkat kebenarannya (Darmawan, 2017,
hlm. 7). Berdasarkan kajian teori terkait serta permasalahan penelitian, maka peneliti
menyusun hipotesis penelitian : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
Peran Supervisor akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik
guru.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori.
1. Supervisi Akademik
a. Pengertian Supervisi
Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris “Supervision” yang artinya
pengawasan, pemeriksaan. Sedangkan orang yang melakukan supervisi dinamakan
supervisor. Dalam pendidikan dinamakan supervisor pendidikan.1 Istilah supervisi
menurut bentuk perkataannya terdiri dari patah kata “super” + ”visi”: super = atas,
lebih; visi = tilik, awasi”. Seorang “Supervisor” memang mempunyai posisi di atas atau
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada orang yang disupervisinya. Tugasnya
adalah melihat, menilik, atau mengawasi orang-orang yang disupervisinya itu.
Menurut Jones dalam Mulyasa (2013), supervisi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk
mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-
tugas utama pendidikan.
Pendapat lain mengatakan bahwa supervisi adalah suatu usaha bimbingan
professional atau bantuan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru-guru baik
perorangan maupun kelompok.
b. Pengertian Supervisi Akademik Kepala Sekolah
a. Dalam Depdiknas merumuskan supervisi sebagai berikut : pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agarmereka dapat meningkatkan
kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar yang lebih baik. Dengan
demikian supervisi ditunjukan kepada pensiptaan atau pemngembangan agar
situasi belajar menjadi lebih baik utnyuk itu ada dua aspek yang perlu
diperhstikan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar karena aspek utama adalah
guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus diarahkan kepada upaya
mempernbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar
Purwanto (1998:28) menyatakan bahwa sebagai aktivitas yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya, kegiatan atau usaha-usaha yang
dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan supervisi adalah sebagai berikut:
a. membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-
macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses
belajar mengajar yang baik.
c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan
metode-metode baru dalam proses belajar mengajar yang lebih baik’
d. Membina kerjasama yang baik dan harmonis antara guru, murid, dan pegawai
sekolah lainnya Berbagai pandangan dari para pakar diatas mengkristalisasikan
substansi dari supervisi, yaitu upaya membantu dan melayani guru, melalui
penciptaan lingkungan yang konduktif bagi peningkatan kualitas pengetahuan,
ketrampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan dan berusaha
untuk selalu meningkatkan diri dalam rangka meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar sehingga mencapai keberhasilan pendidikan. Halhal yang
menunjang kegiatan belajar mengajar
c. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Menurut Glickman dan Sergiovani supervisi akademik memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Membantu guru mengembangkan kompetensinya,
2. Mengembangkan kurikulum,
3. Mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan
kelas (PTK).
Pelaksanaan supervisi akademik yang terpusat pada guru merupakan sasaran
pokok yang terdapat dalam kegiatan supervise akademik. Menurut Arikunto, “kegiatan
pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada personil sekolah pada umumnya
dan khususnya guru, agar kualitas pembelajaran dapat meningkat”. Sebagai dampak
dalam meningkatnya kualitas pengajaran dan pembelajaran, diharapkan dapat pula
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan meningkatnya kualitas belajar siswa

9
berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah. Untuk meningkatkan kualitas
pengajaran guru maka kepala sekolah perlu melaksanakan pembinaan yang menerapkan
prinsip sebagai supervisor. Prinsip Supervisi Akademik Seorang pemimpin pendidikan
yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu
pada prinsip supervisi.

d. Prinsip Supervisi Akademik


Menurut Sahertian prinsip-prinsip dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Prinsip ilmiah yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1) Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu.
2) Objektif artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata,
bukan tafsiran pribadi.
3) Menggunakan alat/ instrument seperti angket, observasi, dan
percakapan pribadi yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik
untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
b. Prinsip demokratis Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan
hubungan kemanusiaan yang akrab. Demokratis mengandung makna menjunjung
tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi
berdasarkan rasa kejawatan.
c. Prinsip kerjasama Seluruh staff sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha
bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Sharing of
idea, sharing of experience, memberi support (mendorong), menstimulasi guru,
sehingga mereka merasa tumbuh bersama.

e. Fungsi Supervisi Akademik


Fungsi supervisi akademik ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas
pengajaran. Fungsi utama supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki factor-faktor
yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Sedangkan Briggs
mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi
untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi

10
guru. Fungsi utama supervisi klinis adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada
guru atau calon guru, antara lain
1) mengamati dan memahami proses pengajaran,
2) menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan
dalam bentuk datadan informasi yang jelas dan tepat
3) dalam mengembangkan dan pencobaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, dan
evaluasi kurikulum
4) mengajar menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan materi pelajaran.

f. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

Wyn  dalam Sahertian dan Mataheru dalam zain (2013) menyebutkan teknik
supervisi terdiri dari individual deviation (bersifat individual) dan group devices
(bersifat kelompok). Teknik supervisi yang bersifat individual antara lain; kunjungan
kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan menilai diri
sendiri. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok diantara adalah;  panel of forum
discussion,curriculum laboratry, directed reading, demonstration teaching, 
professional libraries, supervisory bulletin, teacher meeting, professional
oraganization, workshop of group work.

Evan dan Neagly dalam Zain (2013) menyebutkan teknik supervisi


terdiri dari; individual techniques (teknik perorangan) dan group techniques
(teknik kelompok). Individual techniques terdiri atas; assignment of teachers ,
classroom visitation and observation, classroom experimentation, colleges
course, conference (individual), demonstration teaching, evaluation,
proffesional reading, professional writing, supervisory bulletins, informal
contacts. Sedangkan yang termasuk teknik kelompok (group techniques)
diantaranya adalah; orientation of new teacher, development of professional
libraries, visiting other teachers, coordinating of student teacing.

Sedangkan teknik-teknik supervisi pendidikan dapat dibedakan dalam dua


macam :

11
a. Teknik yang bersifat individual, seperti : perkunjungan kelas, observasi kelas,
Percakapan pribadi,  penyeleksian berbagai sumber materi untuk mengajar dan
menilai diri sendiri.
b. Mengadakan kunjungan kelas (Classroom visitation) Yang dimaksud adalah
kunjungan yang dilakukan untuk melihat guru yang sedang mengajar atau ketika
kelas sedang kosong.
c. Mengadakan observasi kelas (Classroom Observation) Kunjungan ke sebuah
kelas untuk mencermati situasi/peristiwa yang sedang berlangsung di dalam
kelas.
d. Mengadakan wawancara :  dilakukan apabila supervisor menghendaki jawaban
dari individu tertentu.

3. Teknik yang bersifat kelompok, seperti : pertemuan orientasi bagi guru baru, panitia
penyelenggara, dan rapat guru.

a. Mengadakan pertemuan/rapat (meeting) Dalam kegiatan ini Supervisor dapat


memberikan pengarahan ( directing ), pengkoordinasian ( coordinating ) dan
mengkomunikasikan ( comunicating ) segala informasi kepada guru/staf .
b. Mengadakan diskusi kelompok ( group discusion )
c. Mengadakan penataran (in serMengadakan penataran (in service training)
d. Seminar vice training)

g. Mekanisme Pelaksanaan Supervisi


a. Tahap penyusunan program supervisi.Program tersebut meliputi program
tahunan dan program semester ( terlampir )
b. Tahap persiapan, yang perlu dipersiapkan:
1) Format/instrumen supervisi.
2) Materi pembinaan/supervisi.
3) Buku catatan
4) data supervisi/pembinaan sebelumnya.
c. Tahap pelaksanaan : diarahkan pada sasaran yang  telah ditetakan.

12
d. Tahap tindak lanjut.Merupakan pembinaan dan perbaikan dari hasil temuan
pada saat supervisi.

B. Kompetensi Pedagogik Guru


1. Pengertian Kompetensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, Departemen Pendidikan
Nasional, 2012: 719), kompetensi diartikan sebagai kewenangan (kekuasaan) untuk
menentukan (memutuskan sesuatu), diartikan juga sebagai kemampuan menguasai
gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah. Sedangkan dalam keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Sementara
itu, Syaiful Sagala mendefinisikan kompetensi adalah perpaduan dari penguasaan,
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya (2009: 29). Kompetensi juga
diartikan sebagai keterampilan, pengetahuan, sikap dasar serta nilai yang dicerminkan
ke dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang sifatnya berkembang, dinamis,
kontinyu (terus-menerus) serta dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berpikir serta
bertindak dengan konstan, konsisten serta dilakukan terus menerus akan membuat
seseorang menjadi kompeten. Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip Mulyasa
(2007: 38), bahwa ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep
kompetensi, yaitu; 1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan
bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya, 2) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif
yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi
peserta didik, 3) Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya kemampuan
guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan

13
belajar kepada peserta didik, 4) Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah
diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar
perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain),
5) Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang, tak senang, suka, tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, reaksi terhadap krisis ekonomi,
perasaan terhadap kenaikan gaji, dan lain-lain, 6) Minat (interest), adalah
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, misalnya minat untuk
melakukan sesuatu atau untuk mempelajari sesuatu (E.Mulyasa, 2007: 38). Kompetensi
Pedagogik Guru dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat (1)
disebutkan bahwa terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu;
a. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian :
Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlaq mulia.
c. Kompetensi Profesional
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara meluas dan mendalam
yang memungkinkan membimbing peserta didik melalui Standar Kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
d. Kompetensi Sosial
Kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/
Wali peserta didik  dan masyarakat luar.
Penjabaran kompetensi pedagogik yang dimaksud adalah kompetensi yang
berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran yaitu kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik. Untuk itu, kompetensi ini menggambarkan bagaimana
kemampuan guru dalam mengajar. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
menyusun rencana pembelajaran, kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar,

14
dan kemampuan melakukan evaluasi. Maka, guru harus menguasai ketiga kemampuan
tersebut dalam kompetensi pedagogik.

2. Kompetensi Pedagogik Guru


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat (4) bahwa
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi; 1) Pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan, 2) Pemahaman terhadap peserta didik, sedikitnya terdapat empat hal yang
harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu; (1) tingkat kecerdasan, (2) kreativitas,
(3) kondisi fisik, dan (4) pertumbuhan dan perkembangan kognitif (E.Mulyasa, 2011:
95). Kemudian hal yang penting berkaitan dengan ini adalah pengembangan kurikulum
dan silabus. Pembuatan keputusan dalam pembinaan kurikulum bukan saja menjadi
tangung jawab para perencana kurikulum, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab para
guru disekolah. Guru harus mampu membuat aneka macam keputusan dalam
pembinaan kurikulum. Pada dasarnya betapa pun baiknya suatu kurikulum, berhasil atau
tidaknya akan sangat bergantung kepada tindakan-tindakan guru di sekolah dalam
melaksanakan kurikulum itu. Dalam hubungan ini, banyak ahli telah menyarankan
tentang cara sistematik. Adapun beberapa prinsip umum yang dijadikan dasar dalam
pengembangan kurikulum antara lain; 1) prinsip relevansi, 2) prinsip fleksibilitas, 3)
kontinuitas, 4) praktis, dan 5) efektivitas. (Oemar Hamalik, 2008: 20).
Menurut Sukmadinata (2010: 150), kurikulum pada dasarnya berintikan empat
dasar utama yaitu: tujuan pendidikan, isi, pengalaman belajar dan penilaian. Interelasi
antara keempat aspek tersebut serta antara aspek-aspek tersebut dengan kebijaksanaan
pendidikan perlu selalu mendapat perhatian dalam pengembangan kurikulum. Guru
yang baik antara lain harus mampu membina program belajar mengajar yang baik serta
menilai dan melakukan pengayaan terhadap materi kurikulum yang telah digariskan.
dikatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang mampu menciptakan pengajaran
yang baik. Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang berhasil melalui proses
pengajaran yang efektif, maka setiap guru harus mempu melaksanakan pengayaan
terhadap materi kurikulum sesuai dengan masyarakat setempat dan kebutuhan belajar
siswa dalam kelas bersangkutan (Oemar Hamalik, 2008: 23-24).

15
Guru berperan penting dalam proses pembelajaran terutama dalam membantu
peserta didik untuk belajar, membangun kemandirian berpikir, membangkitkan rasa
ingin tahu, dan menciptakan kondisi belajar yang nyaman. Kinerja dan kompetensi guru
memikul tanggung jawab utama dalam tranformasi orientasi siswa. Guru senantiasa
membantu siswa menyerap dan menyusuaikan diri dengan informasi baru melalui
proses menggali, bernalar, bertanya, mencipta, dan mengembangkan cara-cara tertentu
dalam memecahkan permasalahan kehidupan.
Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru
dalam mengajar. Dengan kata lain, kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
Maka, guru yang berkompeten dan profesional adalah guru yang piawai dalam
melaksanakan profesinya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat difahami garis besarnya bahwa kompetensi
pedagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu atau sebelumnya pernah dilakukan oleh (Wahyudi, 2016)
yang berjudul Pengaruh Supervisi Akademik Dan Motivasi Kerja Kepala Sekolah
Terhadap Kompetensi Guru SD Negeri pada penelitian tersebut Terdapat pengaruh yang
signifikan Supervisi akademik dengan Kompetensi guru. Hal tersebut dapat dilihat pada
kontribusi yang diberikan Supervisi akademik dengan Kompetensi pedagogik Guru SD
Kecamatan Sintang mencapai 0,196 tergolong pada tingkat pengaruh sangat rendah
yang berarti masih ada pengaruh yang positif antara Supervisi akademik dengan
Kompetensi pedagogik Guru. ini menunjukan bahwa masih perlu peningkatan supervisi
akademik kepala sekolah kepada kompetensi pedagogik guru.
Dalam penelitian kualitatif yang dilakukan oleh (Nizamudin, 2019) yang
berjudul “ Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik guru’’
pada penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat beberapa cara dalam meningkatkan

16
kompetensi pedagogik guru, yaitu peningkatan kemampuan guru, optimalisasi
pemanfaatan teknologi, pelaksaaan supervisi rutin dan penerapan disiplin yang ketat.

17
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode penelitian
survey yang menurut Sugiyono (2016, hlm. 24) adalah metode penelitian
kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa
lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku,
hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis tentang variabel
sosiologis dan psikologis dari sampel yang diambil dari populasi tertentu, teknik
pengumpulan data dengan pengamatan, wawancara atau kuesioner dan hasil
penelitian cenderung untuk digeneralisasikan.

B. Partisipan
Dalam penelitian ini terdapat beberapa pihak yang dijadikan partisipan
yang berfungsi sebagai sumber data primer, yaitu : ketua MGMP, kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah sekolah
SD , sejumlah 125 orang masih pada SD di Kabupaten Garut. Pertimbangan
pengambilan partisipan adalah karena penelitian ini menggunakan desain survey
yaitu metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data
yang terjadi pada masa lampau atau saat ini serta adanya pengujian hipotesis
penelitian.

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Menurut Santoso (2016, hlm. 4) yang disebut populasi adalah : “ Populasi
adalah sebagai sekumpulan data yang mengidentifikasi suatu fenomena”. Selanjutnya
Santoso (2016, hlm. 5) menjelaskan tentang prinsip penentuan populasi sebagai berikut
:”...definisi populasi lebih tergantung pada kegunaan dan relevansi data yang
dikumpulkan”.
Dan data populasi yang di ambil oleh penulis adalah sebanyak 30 orang dari
total polusai 396 Guru SD daro 11 sekolah yang ada di kecamatan sukawenign.

2. Teknik sampling
Sampel adalah bagian dari populasi atau populasi bisa dibagi dalam beberapa
jenis sampel (Santoso, 2016, hlm. 5). Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik
penarikan sampel atau teknik sampling probability sampling yaitu penarikan sampel
dengan menggunakan beberapa sempel dari populasi yang ada untuk dipilih menjadi
anggota sampel (Sugiyono, 2007, hlm. 92). Adapun sebaran anggota populasi atau
sampelnya menggunakan teknik proportionate stratifiedrandom sampling mengingat
populasinya bersifat heterogen.
Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi, digunakan teknik Slovin
(Siregar, 2014, hlm. 34) dengan rumus :

N
n=
1+N 2
e

Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Tingkat kesalahan yang ditoleransi, yaitu (10%)

D. Definisi operasional dan operasionalisasi penelitian


Untuk setiap konsep variabel yang digunakan dalam penelitian ini
diberikan definisi secara jelas supaya tidak menimbulkan berbagai pengertian
yang pada akhirnya akan mengundang masalah dan/atau multi tafsir. Definisi
dari variabel dimaksud adalah definisi operasional yaitu suatu definisi yang
dinyatakan dalam bentuk yang lebih khusus dan merupakan kriteria yang bisa
diuji secara empiris. Hal ini sesuai dengan tulisan Sugiyono (2007, hlm. 120)
yang menyatakan bahwa titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel
penelitian. Dari variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya dan

19
selanjutnya ditentukan indikator yang dapat diukur”. Demikian juga Sinambela
menulis (2013, hlm. 30) bahwa : “...setiap variabel penelitian diberikan definisi
operasional yang dinyatakan dalam bentuk yang khusus dan merupakan kriteria
yang dapat diuji secara empiris”. Dari definisi operasional dilanjutkan dengan
penetapan indikator dari variabel penelitian. Adapun langkah-langkah
pembuatan definisi operasional dan indikator adalah sebagai berikut :
1) Mempelajari definisi konseptual dari variabel yang akan diteliti.
2) Membuat definisi operasional dan indikator yang bersumber dari definisi
konseptual serta dikaitkan dengan karekteristik subjek penelitian.
3) Melakukan konsultasi dengan seorang ahli, dalam hal ini pembimbing skripsi.
Variabel yang akan diteliti sebanyak dua variabel yaitu variabel
independen berupa budaya organisasi dan variabel dependen berupa kepuasan
kerja. Definisi operasional ini definisi dalam bentuk khusus sesuai subjek
penelitian yang merupakan kriteria yang dapat diuji secara empirik. Definisi
operasional variabel dimaksud merupakan hasil konsultasi, saran dan/atau
pendapat ahli dalam hal ini pembimbing. Selanjutnya yang dimaksud dengan
definisi budaya organisasi dan kepuassan kerja secara operasional dalam
penelitian iniadalah sebagai berikut.
1. Variabel supervisi akademik kepala sekolah (X)
Supervisi akademik kepala sekolah adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan
kepala sekolah dalam mengawasi, menilai, mengevaluasi dan membimbing guru
dalam melakukan proses belajar mengajar disekolah.
2. Variabel Kompetensis Pedagogik guru (Y)
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan menguasai pengetahuan, keterampilan
sikap dasar serta nilai yang dicerminkan ke dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak yang sifatnya berkembang, dinamis, kontinyu (terus-menerus) serta
dapat diraih setiap waktu yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Adapun operasionalisasi variabel penelitiannya sebagaimana tersaji pada
tabel di bawah ini.

20
E. Instrument Penelitian
Instrurmen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam melakukan kegiatan untuk mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut sistematis dan dipermudah olehnya Arikunto (2010, hlm. 31).
Instrurment juga dapat didefinisikan sebagai suatu alat yang memenuhi
persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk
mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.
Instrurmen yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yaitu
menggunakan kuisioner dengan skala Likert terhadap suatu permaslahan yang
di tanyakan. Variabel tersebut kemudian dijabarkan menjadi indikator hingga
pada akhirnya indikator - indikator dijadikan titik tolak untuk menyusun item-
item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Dalam penelitian
ini peneliti mengumpulkan data atau informasi melalui instrumen non tes yaitu
dengan menggunakan wawancara, observasi dan angket.

1. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang diketahui Arikunto (2011, hlm. 200). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma (dalam Sugiyono,
2011:165) terkait dengan prirnsip penulisan angket dengan prinsip penulisan
angket, prirnsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip penulisan angket
menyangkut beberapa faktor antara lain :
a) Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika pertanyaan dianjurkan untuk mengukur
maka harus ada skala yang jelas.
b) Bahasa yang dugunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.
c) Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau tertutup.

F. Teknik pengumpulan data

21
Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari wawancara
terstruktur terbuka pada waktu penelitian pendahuluan, wawancara terstruktur
terbuka pada waktu pengumpulan data penelitian berlangsung, penyebaran
angket terstruktur/tertutup, dan pengamatan terstruktur tidak berperan serta
dengan langkah-langkah teknis sebagai berikut :
Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara terstruktur terbuka sebagai
berikut :
1) Peneliti menyiapkan garis-garis besar pertanyaanberkaitan dengan data yang
dibutuhkan menyangkut variabel yang akan diteliti.
2) Menghubungi pejabat berwenang pada objek penelitian untuk
diwawancarai guna memproleh data/informasi yang dibutuhkan penelitian.
3) Mencatat semua hasil wawancara.
Teknik pengumpulan data angket terstruktur tertutup sebagai berikut :
1) Menetapkan variabel penelitian
2) Melakukan kajian teoritik dari variabel yang akan diteliti
3) Merumuskan definisi operasional dari variabel yang akan diteliti
4) Menetapkan dimensi/sub variabel yang akan diteliti
5) Menetapkan indikator dari masing-masing dimensi/sub variabel
6) Menyusun butir instrumen untuk setiap indikator
7) Mengkonsultasikan dengan ahli dalam hal ini Pembimbing Utama Skripsi
8) Melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
instrumen kepada 30 orang yang menjadi sampel dalam penelitian
9) Melakukan validasi dan reliabilitasi instrumen penelitian
10) Instrumen siap digunakan/disebarkan kepada responden yang menjadi
sampel penelitian.

Teknik pengamatan terstruktur tidak berperan serta dilakukan sebagai berikut :


1) Menyiapkan kisi-kisi objek yang akan diamati
2) Menyiapkan kisi-kisi perilaku responden yang akan diamati
3) Melakukan pengamatan tidak berperan serta terhadap responden pada objek
penelitian

22
4) Mencatat dan menyimpulkan semua hasil pengamatan

G. Prosedur penelitian
Secara umum penelitian ini terbagi dalam tiga tahap yang harus dilakukan, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir seperti diuraikan di bawah ini.
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan terdapat beberapa langkah, berikut diuraikan langkah-
langkah tersebut :
1. Penyusunan latar belakang penelitian dan rumusan masalah penelitian.
2. Menentukan tujuan penelitian
3. Merumuskan hipotesis penelitian
4. Menyusun manfaat/signifikansi penelitian
5. Menyusun sistimatika penulisan
6. Mengumpulkan, mempelajari dan mengambil kajian pustaka sebagai landasan
teori
7. Menentukan metode penelitian (desain, partisipan, populasi dan sampel,definisi
operasional dan operasionalisasi variabel penelitian,teknik pengumpulan data,
jenis dan sumber data, uji validitas dan reliabilitas intrumen penelitian, prosedur
penelitian, analis data, penentuan lokasi dan jadwal penelitian).
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, dilakukan langkah-langkah :
a) Menyebarkan kuesioner untuk uji validitas dan reliabilitas intrumen
penelitian
b) Melakukan pengolahan dan penghitungan uji validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian
c) Menyebarkan kuesioner untuk memperoleh jawaban respoden terkadap
variabel penelitian
d) Pengolahan dan analisis data mulai dari pengumpulan data hasil
kuisioner/wawancara; pengolahan data mulai dari editing data, codeting data
sampai tabulasi data; analisis data mulai dari penyajian data, uji statistik
sampai kepada interpretasi data.

23
3. Tahap akhir
Pada tahap akhir dilakukan langkah-langkah :
a) Melakukan dan menyusun narasi pembahasan dari temuan penelitian
b) Membuat narasi simpulan, implikasi dan rekomendasi hasil penelitian
c) Membuat laporan hasil penelitian (Tesis).

H. Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diarahkan untuk
menguji hipotesis penelitian. Teknik analisis data pada pengujian hipotesis dalam
penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Satistik yang digunakan didasarkan pada
macam data dan bentuk hipotesis. Macam data dan bentuk hipotesis menentukan
penggunaan teknik korelasi sebagaimana tulisan Sugiyono (2007 : 175-176) “...apabila
macam datanya ordinal, bentuk hipotesisnya asosiatif (hubungan), maka pengujian
hipotesinya menggunakan statistik spearman rank correlation”. Siegel (1997 : 250 )
juga menulis bahwa: “Untuk hipotesis asosiatif dan datanya skala ordinal, korelasi rank
spearman cocok dipakai”. Demikian juga dalam penelitian ini, karena macam datanya
ordinal dan bentuk hipotesisnya asosiatif, maka pengujian hipotesisnya menggunakan
teknik korelasi rank spearman.
Adapun prosedur uji statistik yang akan dilakukan mengacu kepada tulisan
Siregar (2014, hlm. 381-382) sebagai berikut :
1) Membuat hipotesis dalam uraian kalimat :
Ho : tidak ada hubungan antara model pembelajaran konstektual dengan
kemampuan membaca
Ha : ada hubungan antara model pembelajaran konstektual dengan kemampuan
membaca.
2) Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik
Ho : rs = 0
Ha : rs ≠ 0
3) Menentukan risiko kesalahan

24
Peluang membuat kesalahan dalam mengambil keputusan menolak hipotesis
yang benar yang dilambangkan dengan α atau taraf signifikan. Dalam hal ini taraf
signifikannya sebesar 5 % atau 0,05.
4) Kaidah pengujian
Pengujian dua arah
Jika rshitung> rs tabel, maka Ho ditolak.
Pengujian satu arah (kiri)
Jika rs hitung> - rstabel, maka Ho ditolak
Pengujian satu arah (kanan)
Jika rshitung> rs tabel, maka Ho ditolak
5) Menghitung rhitung
Untuk menghitung rhitung :menggunakan rumus sebagaimana ditulis oleh
Siegel (1997, hlm. 259-263) :

N
6 ∑ di 2
t =1
r s =1−
N 3− N

Dimana :
r = Koefisien korelasi rankspearman
di = Selisih rank “ X ” dan rank “ Y “
N = Jumlah sampel/responden
6) Menghitung r tabel
Nilai rtabeldapat dicari dengan menggunakan tabel rho(Spearman).
Pedoman interpretasi koefisien korelasi yang digunakan sebagaimana
ditulis oleh Sugiyono ( 2007, hlm.214) sebagai berikut :
Tabel 2.1
Pedoman interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00-0,199 Sangat rendah

25
0,20-0,399
0,40-0,599 Rendah
0,60-0,799 Sedang
0,80-1,000 Kuat
Sangat kuat
7) Membandingkan antara r hitung dengan r tabel dengan tujuan untuk
mengetahui hipotesis mana yang akan diterima berdasarkan kaidah
pengujian.
8) Membuat keputusan
Menerima atau menolah Ho.
Seperti halnya uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, Untuk uji
hipotesis pun peneliti menggunakan fasilitas software SPSS versi 2.0 dengan alat
bantu Komputer. Hal ini sesuai dengan prinsip pengolahan data sebagaimana
ditulis oleh Santoso (2016, hlm. 9) :”... dengan bantuan komputer, pengolahan
data statistik hingga dihasilkan informasi yang relevan menjadi lebih cepat dan
lebih akurat”.

I. Lokasi dan jadwal penelitian


a. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan pada populasi atau subjek penelitian pada SD di Kabupaten
Garut
b. Jadwal penelitian
Tabel 3.1
Jadwal penelitian
Waktu
No. Kegiatan Janua Febr
ri uari
1 TAHAP PERSIAPAN :

a) Penyusunan latar belakang


penelitian dan rumusan masalah

26
penelitian.
b) Menentukan tujuan penelitian
c) Merumuskan hipotesis penelitian
d) Menyusun manfaat/signifikansi
penelitian
e) Menyusun sistimatika penulisan
f) Mengumpulkan, mempelajari dan
mengambil kajian pustaka sebagai
landasan teori
2 TAHAP PELAKSANAAN :

a) Menyebarkan kuesioner untuk uji


validitas dan reliabilitas intrumen
penelitian
b) Melakukan pengolahan dan
penghitungan uji validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian
c) Menyebarkan kuesioner untuk
memperoleh jawaban respoden
terkadap variabel penelitian
d) Pengolahan dan analisis data mulai
dari pengumpulan data hasil
kuisioner/wawancara; pengolahan
data mulai dari editing data, codeting
data sampai tabulasi data; analisis
data mulai dari penyajian data, uji
statistik sampai kepada interpretasi
data.
3 TAHAP AKHIR ;

a) Melakukan dan menyusun narasi


pembahasan dari temuan penelitian

27
b) Membuat narasi simpulan, implikasi
dan rekomendasi hasil penelitian
c) Membuat laporan hasil penelitian
(tesis).

28
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.

Jakarta : PT Rineka Cipta.

epositori.uinalauddin.ac.id/11937/1/Kompetensi%20Guru%20dalam%20Kajian

%20Pendidikan%20Agama%20Islam%20%

Fataruhman Suryana (2013)

Mulyasa, E. 2013. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosdakarya.

Musfah, Jejen. 2015. Manajemen Pendidikan (Teori, Kebijakan, dan Praktik). Jakarta:

Prenamedia Group.

Prihono, (2014) pengembangan supervise akademik dengan mentoring

Purwanto (1998:28)

Sinambela, L.P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

(http://www.pengertianmenurutparaahli.net, posting tgl. 22. bln. Januari 2021 pukul.

08.35).

http://repository.radenfatah.ac.id/5884/3/BAB%202.pdf

Wahyudi,(2016). Pengaruh suvervisi akademik dengan kopetensi guru

Anda mungkin juga menyukai