Anda di halaman 1dari 50

Kelompok 4

Anggota :

Annisa Apriana 210407552027


Aulia Rizki Tandipanna 210407552023
Muh. Syarif Hidayatullah. M 210407551029
Nur Alya Azzahra 210407550022
Rana Zahirah Akkas 210407552029
Wahyu Wirayudha Linopadang 210407551026

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyusun modul antropologi ini tanpa kurang suatu
apapun. Penulisan ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
mahasiswa.
Dalam penulisan modul kami berharap, modul ini dapat memberikan wawasan
bagi pembaca. Walaupun masih banyak kekurangan yang terdapat didalammya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Shasliani, S.Pd., M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar IPS di SD, yang telah memberi kami
tugas menyusun modul untuk memenuhi kriteria perkuliahan.
Kepada pembaca kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
penulisan makalah kami di masa yang akan datang.

Parepare, 10 Mei 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................. 3

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................................. 4

A. RAS DAN ETNIS ...................................................................................................................................... 5

1. Ras ............................................................................................................................................................. 5

2. Etnis .......................................................................................................................................................... 9

B. DIFUSI ....................................................................................................................................................... 15

1. PENGERTIAN DIFUSI ...................................................................................................................... 15

2. CONTOH DIFUSI ............................................................................................................................... 16

3. JENIS-JENIS DIFUSI .................................................................................................................... 17

4. MACAM MACAM DIFUSI KEBUDAYAAN ................................................................................... 18

C. TRADISI .................................................................................................................................................... 22

1. Pengertian Tradisi ............................................................................................................................... 22

2. Pengertian Tradisi Menurut Para Ahli ........................................................................................... 23

3. Tujuan Tradisi ...................................................................................................................................... 24

4. Fungsi Tradisi ....................................................................................................................................... 25

5. Macam-macam dan Contoh Tradisi.................................................................................................. 26

D. PERKAWINAN .......................................................................................................................................... 30

1. Tujuan Perkawinan Adat .................................................................................................................... 30

2. Adat Pelamaran dalam Hukum Perkawinan Adat ......................................................................... 30

3. Perkawinan menurut hukum adat ..................................................................................................... 31

E. MAGIS......................................................................................................................................................... 38

1. Pengertian Magis.................................................................................................................................. 38

2. MACAM-MACAM MAGIS ................................................................................................................. 42

3. HUBUNGAN MAGIS DENGAN ILMU-ILMU LAIN .................................................................. 44

4. PANDANGAN AGAMA TENTANG MAGIS ................................................................................. 46

5. FUNGSI dan TUJUAN MAGIC ....................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................ 49

4
A. RAS DAN ETNIS

1. Ras

Ras adalah hal yang memiliki kaitan dengan karakteristik fisik, seperti

tekstur rambut atau warna kulit dan mencakup pilihan yang relatif sempit.

Pakaian Kerajaan Tais Futus saat pawai budaya nusantara di Baubau, Sulawesi Tenggara

Indonesia terbangun dari masyarakat yang memiliki beragam latar

belakang suku, agama, dan ras antar golongan. Keberagaman inilah yang

membuat persatuan semakin kuat. Namun apabila tidak dijaga dan dikelola

dengan baik maka bisa menjadi bumerang yang memecah belah kesatuan.

Salah satu hal penting dalam asa persatuan adalah pemahaman adanya

beragam ras di Indonesia. Karena ras merupakan hal yang memiliki kaitan

dengan karakteristik fisik, seperti tekstur rambut atau warna kulit dan

mencakup pilihan yang relatif sempit. Ras adalah konsep yang berkaitan

dengan nenek moyang manusia.

Walaupun ras dapat diamati secara fisik biologis, namun ras adalah

hal yang tidak memiliki dasar biologis. Beberapa sosiolog percaya bahwa

5
pembagian ras adalah klasifikasi yang lebih didasarkan pada konsep

sosiologis daripada prinsip biologis.

Istilah ras mencuat pada abad ke-18. Istilah tersebut bertahan

hingga kini dan menjadi pengetahuan yang kini masih digunakan dalam

antropologi forensik (dalam menganalisis sisa tulang), penelitian biomedis

dan kedokteran berdasarkan asal usul.

Pada umumnya, manusia dikelompokkan menjadi tiga jenis ras, yaitu

Caucasoid, Negroid, dan Mongoloid. Perbedaan kerap terjadi pada

kelompok-kelompok dalam suatu ras. Hal tersebut menyebabkan kelompok

ini dipandang sebagai kelompok dengan ciri-ciri yang berbeda dari anggota

kelompok yang lebih besar dalam kelompok ras tersebut. Artinya, dalam

suatu ras, bisa jadi ada kelompok-kelompok yang lebih kecil yang pada

akhirnya dipandang sebagai etnis tersendiri.

1) Penjelasan Singkat Tentang Ras

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ras adalah

golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik. Ras juga didefinisikan sebagai

rumpun bangsa. Ras adalah kategori individu yang secara turun-temurun

terdapat ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang khas. Selain itu dilansir

dari Ensiklopedia Britannica, ras adalah gagasan bahwa spesies manusia

dibagi menjadi kelompok-kelompok berbeda atas dasar perbedaan fisik dan

perilaku yang diwariskan. Ras biasanya dikaitkan dengan biologi dan

dikaitkan dengan karakteristik fisik, seperti tekstur rambut atau warna

6
kulit dan mencakup pilihan yang relatif sempit. Dari dua penjelasan itu

dapat disimpulkan bahwa ras adalah kategori umat manusia yang memiliki

ciri fisik tertentu yang berbeda.

2) Penjelasan Ras Menurut Ahli

a. Hortun dan Hunt

Hortun dan Hunt menilai ras adalah suatu kelompok manusia yang

agak berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya dari segi ciri-ciri

fisik bawaan. Disamping itu banyak juga ditentukan oleh pengertian

yang digunakan oleh masyarakat.

b. Bruce J. Cohen

Menurut Bruce J. Cohen, ras adalah kategori individu yang secara

turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang

sama.

c. Alex Thio

Menurut Alex Thio, ras adalah sekelompok orang yang dianggap oleh

masyarakat memiliki ciri-ciri biologis yang berbeda.

d. Banton

Seorang ahli antropolog, Banton, bahwa ras adalah suatu ciri peran,

perbandingan fisik yang dijadikan kaidah untuk memutuskan peran

yang berbeda-beda. Ras dapat diartikan secara fisik dan sosial. Ras

secara fisik meliputi kondisi fisik yang tampak, sedangkan secara

sosial menyangkut peran dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan.

7
e. Stephen K.Sanderson

Stephen K.Sanderson memandang ras adalah entitas kelompok atau

kategori orang-orang yang mengidentifikasikan diri mereka sendiri,

dan diidentifikasikan oleh orang-orang lain, sebagai perbedaan sosial

yang dilandasi oleh ciri-ciri fisik atau biologis.

f. Giss dan Gilbert

Menurut Giss dan Gilbert, ras adalah kelompok orang yang dapat

dibedakan berdasarkan ciri-ciri fisik yang diperoleh melewati

prosedur reproduksi.

3) Keberadaan Ras Tanpa Dasar Biologis

Menurut Muliastuti dan Ariesta dalam Jurnal Pendidikan Bahasa

Universitas Negeri Jakarta yang berjudul Diskriminasi Ras dalam Film The

Help Karya Tate Taylor (Kajian Feminisme), bahwa ras tidak memiliki

sangkut paut dengan biogenetis. Para ilmuwan saat ini berpendapat bahwa

ras adalah intervensi budaya yang mencerminkan sikap dan keyakinan

tertentu yang diterapkan pada populasi yang berbeda oleh masyarakat

barat. Semua manusia termasuk dalam spesies yang sama. Tetapi variasi

genetik kecil memicu penampilan fisik yang bervariasi. Perbedaan inilah

yang memunculkan konsep ras.

Meskipun manusia sering dibagi menjadi beberapa ras, variasi

morfologis sebenarnya tidak menunjukkan perbedaan besar dalam DNA.

DNA dari dua manusia yang dipilih secara acak umumnya bervariasi kurang

8
dari 0,1 %. Karena perbedaan genetik ras tidak kuat, beberapa ilmuwan

menggambarkan semua manusia sebagai milik satu ras: ras manusia. Ide

tentang "ras" berasal dari para antropolog dan filsuf di abad ke-18, yang

menggunakan lokasi geografis dan ciri fenotip seperti warna kulit untuk

menempatkan orang ke dalam kelompok ras yang berbeda. Konsep ras tidak

hanya membentuk gagasan bahwa ada jenis ras yang terpisah tetapi juga

memicu gagasan bahwa perbedaan ini memiliki dasar biologis

2. Etnis

Etnis adalah suatu kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan

yang lain berdasarkan akar dan identitas kebudayaan. Berikut pengertian

serta perbedaan etnis dan ras.

Etnis adalah suatu kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari

kesatuan yang lain berdasarkan akar dan identitas kebudayaan. Indonesia

adalah negara dengan keanekaragaman budaya. Hal tersebut lahir dari

kekayaan etnik atau suku bangsa yang tersebar di berbagai wilayah di Tanah

Air. Seperti dikutip dari laman Indonesia.go.id, menurut sensus penduduk

9
Badan Pusat Statistik pada 2010, ada lebih dari 300 kelompok suku bangsa

di Indonesia, yang jika dirinci terdapat sekitar 1.340 suku bangsa di

Indonesia.

1) Pengertian Etnis

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etnis adalah

sesuatu yang bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau

kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena

keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Menurut Koentjaraningrat

(2007), etnis atau suku merupakan suatu kesatuan sosial yang dapat

dibedakan dari kesatuan yang lain berdasarkan akar dan identitas

kebudayaan, terutama bahasa. Dengan kata lain, etnis adalah kelompok

manusia yang terikat kesadaran dan identitas tadi seringnya dikuatkan oleh

kesatuan bahasa.

Sementara itu, menurut Wilbinson dalam Koentjaraningrat (2007),

etnis adalah sesuatu yang mencakup warna kulit sampai asal usul acuan

kepercayaan, status kelompok minoritas, kelas stratifikasi, keanggotaan

politik, bahkan program belajar. Mengutip International Encyclopedia of

Social Science, etnisitas adalah kelompok masyarakat yang memiliki

kesamaan sejarah, asal usul dan bahasa yang tercermin dalam simbol-simbol

khas, seperti agama, pakaian dan tradisi.

Sedangkan, berdasarkan Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, yang

10
dimaksud etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan,

nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma, bahasa, sejarah, geografis, dan

hubungan kekerabatan.

Mengutip jurnal "Bahasa, Etnisitas dan Potensinya terhadap Konflik

Etnis" oleh Berlin Sibarani, menurut Ratcliffe kelompok etnis punya

kesamaan asal usul dan nenek moyang, memiliki pengalaman atau

pengetahuan masa lalu yang sama, dan mempunyai identitas kelompok yang

sama. Kesaamaan tersebut tercermin melalui lima faktor, yaitu

kekerabatan, agama, bahasa, lokasi pemukiman kelompok, dan tampilan fisik.

1. Keberagaman Suku Bangsa di Indonesia

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab keberagaman suku bangsa dan

budaya di Indonesia, yaitu:

a. Beragam Kondisi Alam Indonesia merupakan negara yang luas, dan

memiliki beragam kondisi alam. Indonesia memiliki pantai, daerah

pegunungan, dataran rendah, hingga rawa-rawa. Hal tersebut secara

langsung maupun tidak langsung, menjadi salah satu faktor penyebab

keberagaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.

b. Indonesia Sebagai Negara Kepulauan Setidaknya ada lebih dari 15

ribu pulau di seluruh Indonesia, dan pulau yang berpenghuni tentu

memiliki suku bangsa dengan kebudayaannya masing-masing.

c. Sebagai Jalur Perdagangan Dalam peta perdagangan dunia, Indonesia

memiliki letak atau posisi yang cukup strategis, dan hal tersebut jadi

11
faktor penyebab keberagaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.

Mengapa demikian? Sebagai jalur perdagangan internasional, banyak

warga dunia yang datang dan bahkan menetap di Indonesia. Mereka

membawa kebudayaan yang kemudian memengaruhi suku bangsa di

Indonesia.

2. Nama Suku Bangsa di Indonesia

Berdasarkan sensus penduduk Badan Pusat Statistik 2010

menyatakan ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Meski terdapat

ribuan suku bangsa, tapi Indonesia bukanlah negara dengan jumlah suku

bangsa terbanyak di dunia, melainkan Papua Nugini.

Perbedaan Ras dan Etnis

Perbedaan Ras dan Etnis Ras dan etnis pada umumnya disalahpahami

sebagai konsep yang sama. Ras biasanya dilihat secara biologis, mengacu

pada ciri fisik seseorang, sedangkan etnisitas dipandang sebagai konstruksi

ilmu sosial yang menggambarkan identitas budaya seseorang. Etnisitas

dapat ditampilkan atau disembunyikan, tergantung pada preferensi

individu, sementara identitas rasial selalu ditampilkan, pada tingkat yang

lebih besar atau lebih kecil. Etnisitas dapat diadopsi, diabaikan, atau

diperluas, sedangkan karakteristik ras tidak bisa. Terkadang ras dan etnis

bisa tumpang tindih. Misalnya, orang Jepang-Amerika mungkin akan

menganggap dirinya anggota ras Jepang atau Asia, tetapi, jika dia tidak

12
terlibat dalam praktik atau adat istiadat nenek moyangnya, dia mungkin

tidak mengidentifikasi dengan etnis, sebaliknya menganggap dirinya orang

Amerika.

Nina Jablonski, seorang antropolog dan paleobiolog di The

Pennsylvania State University, yang dikenal dengan penelitiannya tentang

evolusi warna kulit manusia mengatakan bahwa ras dipahami oleh

kebanyakan orang sebagai campuran atribut fisik, perilaku dan budaya.

Etnis mengakui perbedaan antara orang-orang sebagian besar berdasarkan

bahasa dan budaya bersama.

Dengan kata lain sebagai kepercayaan umum perbedaan ras dan etnis,

yaitu, ras sering dianggap sebagai sesuatu yang melekat dalam biologi kita,

dan karena itu diwariskan dari generasi ke generasi. Etnisitas, di sisi lain,

biasanya dipahami sebagai sesuatu yang kita peroleh, atau menganggap diri

kita sendiri, berdasarkan faktor-faktor seperti tempat kita tinggal atau

budaya yang kita bagikan dengan orang lain seperti yang dilansir dari Live

Science.

Perbedaan ras dan etnis yang utama yaitu ras dianggap berasal dari

individu berdasarkan ciri-ciri fisik, etnis lebih sering dipilih oleh

individu. Dan, karena mencakup segala sesuatu mulai dari bahasa,

kebangsaan, budaya, dan agama, ia dapat memungkinkan orang untuk

mengambil beberapa identitas.

Seseorang mungkin memilih untuk mengidentifikasi diri mereka

sebagai orang Amerika-Asia, Somali Inggris atau seorang Yahudi

13
Ashkenazi, misalnya, dengan menggunakan aspek-aspek berbeda dari

identitas ras, budaya, leluhur, dan agama mereka.

Pada tahun 1994, penelitian monumental Luigi Cavalli-Sforza, ahli

genetika dari Stanford, membantah dengan tegas bahwa klasfikasi manusia

berdasarkan ras adalah kegiatan yang sia-sia, yang didorong kemanasukaan

budaya, bukan berdasarkan atribut biologis, spesifiknya bukan yang

menyebabkan perbedaan genetis, tulis Buku: Gen karya Siddhartha

Mukherjee.

1. Apa saja penyebab adanya keberagaman ras dan suku bangsa

Indonesia?

2. Mengapa bisa terjadi perbedaan ras di dunia?

3. Mengapa perbedaan etnik dan ras harus dibicarakan dan untuk apa?

4. Bagaimana ras manusia bisa terbentuk?

5. Apakah perbedaan antara etnik dan ras?

14
B. DIFUSI

1. PENGERTIAN DIFUSI

Difusi adalah suatu proses menyebarnya unsur-unsur ke budayaan

dari satu kelompok ke kelompok lainnya atau dari satu masyarakat ke

masyarakat lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), difusi

diartikan sebagai proses penyebaran atau perembesan suatu unsur

kebudayaan dari satu pihak kepada pihak lain.

W.A. Haviland menyatakan bahwa difusi adalah penyebaran

kebiasaan atau adat istiadat dari kebudayaan satu kepada kebudayaan lain.

Proses difusi berlangsung menggunakan teknik meniru atau imitasi. Meniru

lebih mudah daripada menciptakan sendiri, terutama tentang hal-hal yang

baru.

Menurut Koentjaraningrat, difusi adalah proses pembiakan dan gerak

penyebaran atau migrasi yang disertai dengan proses penyesuaian atau

adaptasi fisik dan sosial budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu

beratus-ratus ribu tahun lamanya sejak zaman purba.

15
Dengan kata lain, difusi adalah suatu proses penyebaran unsurunsur

kebudayaan ke seluruh penjuru dunia. Contoh terjadinya proses difusi

sebagai proses penyebaran kebudayaan pada masa prehistori yaitu ketika

kelompok manusia berburu berpindah ke daerah lain yang jauh sekali dan

membawa budaya berburu ke daerah tempat mereka berpindah. Penyebaran

unsur kebudayaan melalui pertemuan kelompok individu yang bertetangga.

2. CONTOH DIFUSI

Beberapa contoh proses terjadinya difusi kebudayaan, di antaranya

sebagai berikut.

a. Unsur-unsur budaya timur dan barat yang masuk ke Indonesia

dilakukan dengan teknik meniru. Misalnya, penyebaran agama Islam

melalui media perdagangan, berikut cara berdagang yang jujur, dan

model pakaian yang digunakan, lambat laun ditiru oleh masyarakat.

b. Cara berpakaian para pejabat kolonial Belanda ditiru oleh penguasa

pribumi.

c. Cara orang Minangkabau membuka warung nasi dan cara orang Jawa

membuka warung tegal.

d. Cara makan yang dilakukan orang Eropa dengan mengguna kan sendok

ditiru oleh orang Indonesia.

16
3. JENIS-JENIS DIFUSI

Ada dua jenis difusi yaitu difusi intramasyarakat dan difusi

antarmasyarakat. Difusi intramasyarakat, yaitu difusi yang terjadi pada

masyarakat itu sendiri. Adapun difusi antarmasyarakat, yaitu difusi yang

terjadi antarmasyarakat yang satu dan masyarakat lain.

1) Difusi Intramasyarakat

Difusi intramasyarakat adalah jenis difusi yang mana penyebaran

kebudayaan antarindividu atau kelompok dalam masyarakat yang

dipengaruhi beberapa factor. Difusi intramasyarakat dipengaruhi oleh

faktor-faktor sebagai berikut.

 Suatu pengakuan bahwa unsur baru tersebut mempunyai kegunaan.

 Ada tidaknya unsur-unsur yang memengaruhi diterima dan

ditolaknya unsur-unsur baru.

 Suatu unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama

kemungkinan besar tidak akan diterima.

 Pemerintah dapat membatasi difusi yang akan diterima.

2) DifusiAntarmasyarakat

Difusi antarmasyarakat ialah difusi unsur kebudayaan dari satu

masyarakat ke masyarakat yang lain atau sederhananya di luar dari

masyarakat tersebut. Difusi antarmasyarakat dipengaruhi oleh faktor-

faktor sebagai berikut.

 Adanya kontak dalam masyarakat tersebut.

 Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat baru tersebut.

17
 Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut.

 Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru di dunia ini.

 Paksaan dapat juga digunakan untuk menerima suatu penemuan

baru.

4. MACAM MACAM DIFUSI KEBUDAYAAN

Bentuk penyebaran yang mendapat perhatian dari para antropolog

dan berdasarkan prosesnya, difusi dapat digolongkan menjadi beberapa

bentuk. Bentuk-bentuk tersebut antara lain, hubungan

symbiotic,hubunganpenetrationpacifique, dan stimulus diffusion.

a. Hubungan Symbiotic

Symbiotic adalah hubungan yang terjadi hampir tidak mengubah

unsur kebudayaan yang dimiliki. Contoh hubungan barter yang terjadi

selama berabad-abad antara suku Afrika dengan kelompok Negrito. Suku

bangsa Afrika memberikan hasil pertanian, dan kelompok Negrito

memberikan hasil berburu dan hasil hutan. Selama hubungan itu kebudayaan

masing-masing suku tidak mengalami perubahan.

b. Hubungan Penetration Pacifique

Penetration pacifique adalah terjadinya pemasukan unsur-unsur

kebudayaan tanpa adanya paksaan. Contoh yang pernah terjadi adalah unsur

kebudayaan yang dibawa masuk oleh para pedagang dari India ke Indonesia.

Cerita Ramayana dan Mahabarata salah satunya diperoleh melalui aktivitas

perdagangan masyarakat India ke Indonesia. Masuknya unsur-unsur

18
kebudayaan tersebut terjadi tanpa sengaja ke dalam kebudayaan penduduk

setempat.

c. Stimulus Diffusion

Stimulus diffusion adalah bentuk difusi yang terjadi karena

penyebaran kebudayaan secara beruntun. Contoh suku bangsa A bertemu B

terjadi difusi, B bertemu C terjadi difusi, C bertemu D terjadi difusi,

demikian seterusnya. Misalnya, kewajiban melakukan seikirei pada masa

penjajahan Jepang di Asia.

19
dalam keadaan di mana terjadinya suatu kontak tidak perlu ada
secara langsung dan berkelanjutan. Misalnya difusi menggunakan tembakau
yang tersebar di dunia. Adapun akulturasi memerlukan hubungan dekat,
langsung, dan berkesinambungan. Proses difusi melancarkan perubahan karena
difusi tersebut memperkaya unsur-unsur budaya. Suatu difusi yang meliputi
jarak yang panjang biasanya terjadi melalui suatu rangkaian pertemuan suatu
deret suku-suku bangsa.

1. Dampak Difusi atau Pergeseran Budaya

Dampak dari difusi atau pergeseran nilai budaya lokal mulai membawa

pengaruh yang nyata. Nilai sakral suatu dogma telah bergeser, demikian

pula halnya dengan mitos dan kepercayaan. Suatu kejujuran telah berubah

menjadi manipulasi dan keserakahan. Kapitalisme mulai merambah hingga

pelosok negeri. Nilai humanisasi bergeser ke arah dehumanisasi. Seiring

dengan itu kecepatan perkembangan informasi luar biasa pesat bersama

dengan difusi budaya. Sementara itu banyak yang tidak menguasai

teknologi.

Difusi budaya yang ada di Indonesia di antaranya adalah penggunaan

telepon genggam yang telah menyebar hingga ke pelosok-pelosok, demikian

pula halnya dengan penjualan voucher. Difusi budaya yang membawa dampak

tidak baik juga terjadi manakala seks bebas telah dianggap lumrah. Kasus

narkoba, perselingkuhan, pergaulan bebas menjadi pemicu menyebarnya

penyakit HIV/AIDS. Difusi budaya yang negatif lain adalah bentuk

20
prostitusi yang pesat berkembang. Karena budaya permisif masyarakat

menjadikan prostitusi mendapat tempat sebagai hal yang wajar.

Filter terhadap fenomena yang ada saat ini harus kuat agar dapat

bertahan dari nilai negatif yang dapat menggoyahkan nilai bangsa.

Pergeseran budaya yang terjadi saat ini menyebabkan ilmuwan bangkit

untuk menggali nilai budaya lokal agar kekayaan budaya tetap lestari dan

dapat diwariskan kepada generasi berikutnya yang dapat mempertahankan

nilai kebangsaan dan persatuan yang baik

1. Mengapa difusi dapat mendorong adanya perubahan sosial dalam

kehidupan masyarakat?

2. Bagaimanakah konsekuensi terjadi difusi kebudayaan di dunia?

3. Bagaimana unsur unsur baru bisa masuk ke dalam masyarakat melalui

difusi?

4. Bagaimana terjadinya difusi kebudayaan dalam masyarakat?

5. Apa yang dapat menghambat proses difusi. Kondisi tersebut dapat

mengakibatkan?

21
C. TRADISI

1. Pengertian Tradisi

Tradisi merupakan

kebiasaan yang dilakukan sejak

lama dan secara terus menerus

yang telah menjadi bagian

kehidupan masyarakat sampai

saat ini. Tradisi biasanya

dilakukan oleh negara, agama,

waktu, kebudayaan, dan lain

sebagainya. Tradisi menjadi

semua sesuatu yang diwariskan dari dahulu ke masa sekarang. Dapat

diartikan juga bahwa tradisi adalah warisan sosial yang mampu bertahan

sampai masa kini. Dari aspek materialnya, tradisi diartikan sebagai benda

atau bentuk materil yang mengingatkan dan juga dapat menunjukkan adanya

hubungan khusus tertentu yang masih bertahan sampai sekarang. Misalnya

prasasti, candi, kereta kencana, puing-puing kuno, dan benda-benda

peninggalan sejarah lainnya.

Tradisi yang telah menjadi budaya akan menjadi suatu sumber dalam

berakhlak. Hal dasar dari pengertian tradisi adalah adanya suatu informasi

yang disampaikan dan diteruskan ke setiap generasi selanjutnya misalnya

dalam bentuk lisan atau tulisan. Karena tanpa adanya suatu komunikasi yang

baik, tradisi juga bisa saja menjadi hilang. Tradisi secara otomatis dapat

22
memberikan pengaruh terhadap aksi dan reaksi yang akan dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari.

Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berasal dari

masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum dihancurkan atau dirusak.

Tradisi dapat di artikan sebagai warisan yang benar atau warisan masa lalu.

Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang bukanlah dilakukan

secara kebetulan atau disengaja.

2. Pengertian Tradisi Menurut Para Ahli

a. WJS Poerwadaminto. Menurut WJS Poerwadaminto tradisi adalah

semua hal yang tentang kehidupan dalam masyarakat dilakukan

terus menerus misalnya budaya, adat, kebiasaan, dan kepercayaan.

b. Soerjono Soekamto. Menurut Soerjono Soekamto tradisi

merupakan kegiatan suatu kelompok masyarakat yang dilakukan

berulang-ulang dan langgeng.

c. Bastomi. Menurut Bastomi tradisi adalah kebudayaan dan dengan

adanya tradisi suatu sistem kebudayaan menjadi sangat kokoh.

Apabila tradisi dihilangkan maka kemungkinan kebudayaan juga

akan hilang.

d. Piotr Sztompka. Menurut Piotr Sztompka pengertian tradisi

adalah segala bentuk gagasan maupun material yang berasal dari

masa lampau namun masih ada sampai saat ini, tidak dihancurkan,

dirusak, maupun dilupakan.

23
e. Shils. Menurut Shils tradisi adalah sesuatu yang diwariskan dari

dahulu untuk masa sekarang.

f. Coomans M. Menurut Coomans M tradisi merupakan gambaran dari

sikap dan juga perilaku manusia yang mengalami proses lama dan

turun menurun dari nenek moyang.

3. Tujuan Tradisi

Adanya sebuah

tradisi di

masyarakat adalah

untuk supaya

manusia kaya

tentang nilai sejarah

dan budaya untuk

menciptakan kehidupan yang harmonis. Dimana semua hal tersebut dengan

mudah akan terwujud jika sesama manusia bisa saling menghargai,

menghormati, dan juga dapat menjalankan budaya tradisinya dengan baik

dan benar sesuai dengan nilai dan aturan yang ada.

24
4. Fungsi Tradisi

Adapun fungsi dari tradisi antara lain:

a. Penyedia fragmen warisan yang historis

Tradisi berfungsi sebagai penyedia fragmen warisan yang historis.

Tradisi merupakan gagasan dan juga bentuk material yang bisa digunakan

manusia dalam berbagai tindakan saat ini dan juga membangun masa yang

akan datang dengan pengalaman masa lalu sebagai dasarnya. Contohnya

tradisi kepahlawanan dan lain sebagainya.

b. Pemberi legitimasi dalam pandangan hidup

Tradisi berfungsi untuk memberikan legitimasi pada keyakinan dalam

pandangan hidup, atau peraturan dan pranata yang telah ada. Yang mana

semuanya memerlukan pembenaran agar bisa mengikat para anggotanya.

Contohnya wewenang raja yang telah sah dari tradisi seluruh dinasti yang

terdahulu.

c. Penyedia simbol dalam identitas kolektif

Tradisi dapat dijadikan sebuah simbol identitas kolektif yang sangat

meyakinkan, dapat memperkuat loyalitas pada bangsa atau komunitas.

Contohnya tradisi nasional untuk bendera, lagu, mitologi, emblem, ritual

umum, dan lain sebagainya.

d. Tempat pelarian

Tradisi juga berfungsi untuk tempat pelarian dari ketidakpuasan,

keluhan, atau kekecewaan terhadap kehidupan yang modern. Tradisi mampu

memberikan kesan masa lalu yang lebih baik dan bahagia.

25
5. Macam-macam dan Contoh Tradisi

Berikut adalah contoh dan macam-macam tradisi yang kita kenal

berasal dari berbagai daerah di Indonesia:

a. Ritual tiwah

Ritual tiwah adalah suatu tradisi dari Kalimantan Tengah khusus bagi

orang yang telah lama sudah meninggal dunia. Upacara tradisi ritual tiwah

dilakukan oleh Suku Dayak untuk mengantarkan tulang dari orang yang telah

meninggal dunia menuju rumah yang disebut sanding. Tujuan ritual ini adalah

untuk meluruskan perjalanan sanga arwah ke surga, sekaligus bertujuan

untuk melepaskan segala kesialan untuk keluarga yang ditinggalkan.

b. Balimau

Balimau dilakukan oleh masyarakat Sumatera Barat tepatnya untuk

menyambut datangnya Bulan Ramadhan. Balimau berasal dari bahasa

Minangkabau yang artinya mandi yang disertai dengan keramas. Tradisi

balimau dianggap sebagai upaya pembersihan atau penyucian diri sebelum

memasuki Bulan Suci Ramadhan. Balimau dilakukan beramai-ramai di sungai,

danau, atau kolam dan dapat diikuti oleh siapapun dari yang muda, tua, laki-

laki, dan perempuan.

26
c. Tabuik

Tabuik dalam bahasa Arab artinya mengarak. Tradisi tabuik

dilakukan oleh masyarakat Sumatera Barat di Pantai Barat. Tradisi ini

dilakukan setiap hari Asyura yaitu tanggal 10 Muharram. Tradisi tabuik

menggambarkan rasa duka yang sangat mendalam dan rasa hormat bagi cucu

Nabi Muhammad SAW di Pariaman.

d. Dugderan

Tradisi dugderan dilakukan oleh masyarakat Semarang di pasar

malam. Pedagang akan menjual beraneka ragam barang seperi mainan anak,

pakaian, dan hiburan seperti komedi putar. Dugderan berasal dari kata dug

artinya suara bedug dan der artinya suara meriam. Suara bedug dan meriam

pada saat dahulu digunakan untuk memberi tanda masuknya Bulan Suci

Ramadhan yang dilakukan seminggu sebelumnya dan berakhir pada satu hari

sebelum hari pertama Bulan Ramadhan.

e. Meugang

Tradisi meugang merupakan tradisi masyarakat Aceh untuk

menyembelih satu ekor kerbau yang nantinya dagingnya untuk dimakan saat

menjelang waktu puasa. Kerbau biasa dibeli dengan cara patungan. Selain

itu tradisi meugang juga biasa dilakukan di Hari Raya Idul Adha.

f. Makan Kue Apem

Tradisi makan kue apem dijadikan sebagai suatu pertanda akan

datangnya Bulan Puasa Ramadhan yang dilakukan oleh masyarakat di

Surabaya. Dalam tradisi ini, kue apem dipercaya sebagai kata yang berasal

27
dari bahasa Arab yaitu afwan yang artinya adalah maaf. Dengan memakan

kue apem, secara simbolis diartikan sebagai bentuk permohonan maaf pada

keluarga, saudara, teman-teman, dan lain sebagainya. Orang-orang akan

berkumpul dan bersalam-salaman untuk saling memaafkan dan meminta

maaf setelah makan kue apem. Kemudian disambung dengan acara pengajian

atau tahlilan.

2. Penyebab Terjadinya Perubahan Tradisi

Penyebab terjadinya perubahan tradisi adalah karena banyaknya

tradisi dan juga bentrokan antara satu tradisi dengan tradisi yang lainnya.

benturan tradisi yang terjadi diakibatkan antara tradisi masyarakat yang

berbeda dalam masyarakat tertentu.

Adanya perubahan tradisi dapat dengan mudah dilihat secara

kuantitatif yaitu dari jumlah pendukungnya. Masyarakat bisa saja ditarik

untuk dapat mengikuti suatu tradisi tertentu dan selanjutnya dapat

memberikan pengaruh pada semua masyarakat dalam satu negara atau

bahkan dalam skala besar seperti global.

Sedangkan tanda adanya perubahan tradisi dari segi kualitatif yaitu

adanya perubahan dalam kadar tradisi, simbol, gagasan, dan juga nilai-nilai

tertentu yang sengaja ditambahkan, dan yang lainnya disingkirkan atau

dibuang.

Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat, yakni

kebiasaan-kebiasaan yang bersifat magsi-religius dari kehidupan suatu

28
penduduk asli yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma,

hukum dan aturan-aturan yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi

suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala

konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan

sosial. Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai adat istiadat dan

kepercayaan yang secara turun temurun dapat dipelihara.

Lebih khusus lagi, tradisi dapat melahirkan kebudayaan dalam

masyarakat itu sendiri. Kebudayaan yang merupakan hasil dari tradisi

memiliki paling sedikit tiga wujud, yaitu:

a. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-

nilai, norma-norma, peraturan (ideas);

b. wujud kebudayaan sebagai sebagai kompleks aktivitas serta tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat (activities);

c. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (artifact)

1. Mengapa sebagian adat istiadat bertentangan dengan agama?

2. Bagaimana jika hukum positif bertentangan dengan hukum adat?

3. Bagaimana negara memandang masyarakat adat?

4. Kapan suatu adat dikatakan sebagai hukum adat?

5. Apa yang akan terjadi jika agama tidak sejalan dengan budaya?

29
D. PERKAWINAN

Terlepas dari suatu budaya dan peradatan yang mereka pegang dan

taati. Kehidupan sekelompok orang yang melakukan perkawinan harus

beralaskan dengan pranata (institusi). Perkawinan bukan saja menyangkut

kesiapan materi dari kedua pasangan, atau kesiapan iman untuk masuk biduk

rumah tangga, tetapi perkawinan juga menyangkut hubungan antara kedua

pihak mempelai seperti saudara-saudara mereka atau keluarga mereka

lainnya.

1. Tujuan Perkawinan Adat

Tujuan perkawinan bagi masyarakat adat yang bersifat kekerabatan,

adalah untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan, menurut garis

kebapakan atau keibuan, untuk kebahagiaan rumah tangga keluarga, untuk

memperoleh nilai-nilai adat budaya dan kedamaian, dan untuk memperoleh

kewarisan. Yang menjadi dasar terjadinya perkawinan pada kampung

Titawai-Nusalaut adalah faktor ekonomi, pendidikan, maka banyak orang

melakukan hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.

2. Adat Pelamaran dalam Hukum Perkawinan Adat

Merupakan suatu tata cara melakukan pelamaran sebelum

berlangsung acara perkawianan secara hukum adat. Dalam hukum adat

ditentukan bahwa sebelum melangsungkan ikatan perkawinan guna

30
membentuk sebuah rumah tangga bahagia, seseorang harus terlebih dahulu

melakukan pelamaran dari pihak yang satu ke pihak yang lain menurut tata

cara adat masing-masing masyarakat adat. Cara melamarnya, biasanya

dilakuakan terlebih dahulu oleh pihak yang akan melamar dengan mengirim

utusan atau perantara perempuan atau laki-laki.

Dalam acara adat pelamaran juga digunakan seperangkat simbol

tanda lamaran,yang biasanya terdiri dari “sirih pinang” (tapak sirih),

sejumlah uang (mas kawin, uang adat), bahan makanan, bahan pakian dan

perhiasan. Peralatan tanda lamaran ini disampaikan oleh juru bicara pihak

pelamar kepada pihak yang dilamar, dengan bahasa dan peribahasa adat

yang santun dan sopan serta penuh hormat dengan memperkenalkan para

anggota rombongan yang datang serta hubungan kekerabatannya satu

persatu dengan mempelai laki-laki. Begitu pun sebaliknya dengan pihak yang

dilamar. Setelah selesai kata-kata sambutan dari kedua belah pihak, maka

barang-barang tanda lamaran itu diteruskan kepada tua-tua adat keluarga.

3. Perkawinan menurut hukum adat

Menurut hukum adat pada umumnya di Indonesia perkawinan itu

bukan saja berarti “perikatan perdata”, tetapi juga merupakan “perikatan

adat” dan sekaligus merupakan “perikatan kekerabatan dan ketetanggaan”.

Oleh karenanya Dewi Wulansari mengutip kata-kanya Ter Haarantara lain

menyatakan, bahwa “perkawinan itu adalah urusan kerabat, urusan keluarga,

urusan masyarakat, urusan martabat dan urusan pribadi. Dan begitu pula ia

31
menyangkut urusan keagamaan. Jadi bagi orang Indonesia perkawinan ini

bukan soal mudah, perkawinan menyangkut banyak aspek, menyangkut nilai

hidup, harga diri, kehormatan.

Perkawinan bukan soal seni atau keindahan, apalagi jika dianggap

seperti permainan, sehingga orang boleh kawin tanpa nikah atau beranak

tanpa ayah yang sah. Oleh karena itu masyarakat bangsa Indoensia sejak

zaman leluhur, perkawinan sudah merupakan hal yang suci, soal yang bernilai

tinggi, yang akan menentukan kebahagiaan hidup selanjutnya. Sebagaimana

dikatakan oleh van vollenhoven antara lain bahwa “dalam hukum adat banyak

lembaga-lembaga hokum dan kaidah-kaidah hukum yang berhubungan

dengan tatanan dunia di luar dan di atas kemampuan manusia”. Dalam hal ini

perkawinan dalam arti “perikatan adat”, ialah perkawinan yang mempunyai

akibat hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat

bersangkutan. Akibat hukum ini telah ada sejak sebelum perkawinan

terjadi, yaitu misalnya dengan adanya hubungan pelamaran yang merupakan

“rasa sanak” (hubungan anak-anak, bujang gadis) dan rasa tuha (hubungan

antara orang tua keluarga dari para calon suami istri).

Setelah terjadi ikatan perkawinan, maka timbul hak-hak dan

kewajiban-kewajiban orang tua (termasuk anggota keluarga/kerabat)

menurut hukum adat setempat, yaitu dalam hal pelaksanaan upacara adat

dan selanjutnya dalam peran serta membina dan memelihara kerukunan,

keutuhan, dan kelanggengan dari kehidupan anak-anak mereka yang terikat

dalam perkawianan.

32
Dalam masyarakat hukum yang merupakan suatu kesatuan susunan

rakyat, dalam hal ini masyarakat dusun dan wilayah, perkawinan anggota-

anggotanya itu adalah suatu peristiwa penting dalam proses masuknya

seseorang menjadi inti social dari masyarakat itu. Surojo Wignjodipoeri

juga menjelaskan antara lain, bahwa dalam masyarakat adat, perkawinan

dilihat bukan hanya merupakan suatu peristiwa yang sangat berarti dan

sepenuhnya mendapat perhatian serta disaksikan oleh suatu yang

berhubungan dengan harapan kepada arwah-arwah leluhur dari kedua bela

pihak.

Perkawinan menurut beberapa antropolog khususnya Gough (1959)

adalah: suatu transaksi yang menghasilkan suatu kontrak di mana seseorang

(pria atau wanita, korporatif atau individu, secara pribadi atau melalui

wakil) memiliki hak secara terus-menerus untuk menikah. Perkawinan itu

bisa mengikat berbagai macam hak dan hubungan menjadi satu. Perkawinan

mengatur hubungan seksual, menentukan kedudukan sosial individu-individu

dan keanggotaan mereka dalam kolompok, menentukan hak-hak dan

kepentingan yang sah dan menghubungankan individu dengan kelompok

kekerabatan di luar kelompoknya sendiri.

Budaya perkawinanan dan aturannya yang berlaku pada suatu

masyarakat atau pada suatu bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya

dan lingkungan di mana masyarakat itu berada serta pergaulan

masyarakatnya. Seperti halnya aturan perkawinan bangsa Indonesia bukan

saja dipengaruhi adat budaya masyarakat setempat, tetapi juga

33
dipengaruhi ajaran agama yang dianut oleh masing-masing masyarakat.Maka

dari itu, hukum adat tentang perkawinan harus dipatuhi dan dijalankan oleh

semua masyarakat adat, karena kepatuhan kepada adat perkawinan

merupakan juga suatu kepatuhan kepada leluhur. Oleh sebab itu, dengan

adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh masyarkat adat

terhadap adat perkawinan dikenakan sanksi-sanksi adat yang berlaku pada

masyarakat dimana mereka berada.

1. Mas Kawin

Salah satu persyaratan perkawinan dalam banyak masyarakat ialah

harus adanya mas kawin atau bride price. Tiap masyarakat juga mempunyai

aturan-aturan tersendiri mengenai mas kawin. Di Indonesia, istilah bride

price disebut mas kawin, mungkin oleh karena di banyak adat istiadat suku-

suku bangsa terutama di daerah sumatra, untuk pelaksanaan perkawinan

pihak laki-laki harus membayar atau memberikan sejumlah benda berharga

berupa emas kepada pihak keluarga atau kerabat dari perempuan.

Mas kawin pada tiap masyarakat berbeda satu dengan lainnya. Tetapi

prinsip mas kawin atau imbalan harus diberikan laki-laki kepada pihak

permpuan. Imbalan tersebut dianggap sebagai pembayaran jasa-jasa dari

pihak Ibu si wanita dan kerabatnya dalam membesarkan anak

perempuannya. Jadi mas kawin dianggap sebagai suatu pengganti untuk

adanya keseimbangan.

34
Besar kecilnya mas kawin tentu tidak sama untuk semua kelompok

suku karena ada yang mahal sekali hingga mencapai juataan rupiah. Mas

kawin itu juga biasanya tidak dibayar oleh keluarga pihak laki-laki, tetapi

dikumpulkan oleh semua anggota kerabat laki-laki. Itu sebabnya perkawinan

itu bukanlah hanya merupakan urusan daripada mereka yang akan kawin

saja, tetapi adalah merupakan urusan kerabat dari kedua belah

pihak.Biasanya selain pihak laki-laki memberikan mas kawin, pihak

perempuan juga kemudian membalasnya dengan memberikan sejumlah

benda atau makanan sebagai imbalan.

35
2. Jenis-jenis Sistem Perkawinan Dikutip dari buku Pengantar

Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi oleh Gunsu

Nurmansyah dkk (2012:101), Ada beberapa sistem perkawinan

sebagai berikut :

a. Sistem Endogami Merupakan sistem perkawinan yang mewajibkan

dengan anggota kelompok. Sistem Endogami berarti perkawinan dari

suku dan ras yang sama. Menurut Van Vollenhoven, hanya ada satu

daerah yang secara praktis mengenal sistem endogami ini, yaitu

daerah Toraja.

b. Sistem Eksogami Merupakan sistem perkawinan yang melarang

dengan anggota kelompok. Sistem Eksogami berarti perkawinan dari

suku dan ras yang berbeda. Contohnya adalah larangan menikah

dengan kelompok atau klan yang sama. Eksogami memiliki dua

lingkupan sebagai berikut: Heterogami adalah perkawinan antar kelas

sosial yang berbeda, seperti pernikahan anak bangsawan dengan anak

petani. Homogami adalah perkawinan antara kelas golongan sosial

yang sama, seperti pernikahan anak saudagar dengan anak saudagar.

c. Sistem Eleutherogami Merupakan sistem pernikahan yang tidak

memiliki larangan atau keharusan dalam anggota kelompok tertentu.

Larangan dalam Sistem Eleutherogami yaitu berhubungan dengan

ikatan nasab (keturunan), seperti kawin dengan ibu, nenek, anak

kandung, dan saudara dari bapak atau ibu. Dilarang juga dalam Sistem

36
Eleutherogami, pernikahan dengan musyahrah (per-iparan), seperti

kawin dengan ibu tiri, mertua, menantu, anak tiri.

1. Apa yang dimaksud dengan perkawinan menurut antropologi ?


2. Mengapa kajian antropologi terhadap perkawinan sering kali
dihubungkan dengan persekutuan genealogis dalam sistem
kekerabatan antara patrilineal dan matrilineal ?
3. Apa jenis-jenis sistem perkawinan ?
4. Bagaimana sistem eksogami yang ada pada sistem perkawinan?
5. Bagaimana tata cara melakukan pelamaran dalam hukum perkawinan
adat sesuai sudut pandang antropologi ?

37
E. MAGIS

1. Pengertian Magis

Magis adalah suatu tindakan dengan

anggapan bahwa kekuatan gaib bisa

mempengaruhi duniawi secara nonkultus dan

nonteknis berdasarkan kenangan dan

pengalaman. Orang mempercayai bahwa

karenanya orang dapat mencapai suatu

tujuan yang diingininya dengan tak

memperlihatkan hubungan sebab akibat secara langsung antara perbuatan

dengan hasil yang di ingini.

Menurut Honig Jr kata Magi berasal dari bahasa Parsi “Maga” yang

berarti “Imam” atau pendeta untuk agama Zuruaster yang bertugas

mengembangkan dan memelihara kelestarian agama. Ia pun menegaskan

bahwa magi sama dengan sihir. Namun demikian, dalam kepercayaan

primmitif, magi lebih luas artinya daripada sihir sebagaian dikatakan magi

adalah suatu cara berfikir dan suatu cara hidup yang mempunyai arti lebih

tinggi daripada apa yang diperbuat oleh seseornag ahli sihir sebagai

perseorangan.

Sedangkan menurut Dhava Moni mendefinisikan magi sebagai

upacara dan rumusan ferbal yang memproyeksikan hasrat manusia ke dunia

luar atas dasar teori pengontrolan manusia untuk sesuatu tujuan.

38
Sedangkan orang yang percaya pada magi dan menjalankan magi pikirannya

didasarkan kepada dua kepercayaaan yaitu :

a. Bahwa dunia ini penuh dengan daya-daya ghaib seruppa dengan apa

yang dimaksud oleh orang-orang modern dengan daya-daya alam.

b. Bahwa daya-daya ghaib itu dapat dipergunakan, tetapi penggunaanya

tidak dengan akal pikiran tetapi dengan alat-alat diluar akal.

Kemudian magi, pada hal-hal tertentu berhubungan dengan mana.

Bagi orang Melanesia mana adalah misterius akan tetapi memiliki kekuatan

aktif yang memiliki suatu masyarakat tertentu dan pada umumnya memiliki

dan menguasai roh-roh dan semua jiwa yang mati. Semua tindakan

penciptaan kosmos hanya bisa terbentuk melaui mana dari dewa; kepala

suatu keluarga juga memiliki mana.

Konsep magis menurut seorang pendiri antropologi di Inggris E.B.

Taylor dalam Primitive Culture (1871) merupakan ilmu pseudo dan salah satu

khayalan paling merusak yang pernah menggerogoti umat manusia.

Kemudian, dari antropolog J.G. Frazer dalam karyanya Golden Bought

(1980), mengemukakan bahwa magis merupakan penerapan yang salah pada

dunia materiil dari hukum pikiran dengan maksud untuk mendukung sistem

palsu dari hukum alam.

Penegasan di atas tidak memberi penjelasan yang memadai, terutama

Taylor yang menyoroti dari sisi negatifnya karena ia hanya melihat dari sisi

efek yang ditimbulkannya. Namun demikian, Taylor pun mengemukakan

bahwa sebagai ilmu pseudo-suatu istilah yang pertama kali dipopulerkannya

39
dapat diringkas dalam dua prinsip dasar. Pertama, kemiripan menghasilkan

kemiripan. Kedua, segala sesuatu atau benda yang pernah dihubungkan akan

terus saling berhubungan dalam jarak tertentu. Dua prinsip ini

menghasilkan magis homeophatic atau imitative dan magis contagious. Dua

cabang magis itu pada akhirnya dapat dipahami dalam istilah magis

sympathetic karena keduanya mengasumsikan bahwa segala benda akan

saling berhubungan satu sama lain dalam jarak tertentu melalui suatu

simpati rahasia, impuls ditransmisikan dari satu pihak ke pihak lain lewat

sarana yang kita sebut sebagai zat tidak terlihat (Tylor, 1871; Fra 1932).

Magis tidak dapat bekerja tanpa ahli magis primitif karena seluruh

keterampilan magisnya yang licik, benar-benar salah. Sebab di dalam

realitasnya, dunia nyata tidaklah bekerja hanya semata-mata menurut pola

simpati dan persamaan yang secara salah diterapkan padanya oleh ahli

magis, Oleh karena itu, setelah waktu berjalan, pikiran yang dalam dan lebih

kritis dalam komunitas primitif mengambil kesimpulan yang masuk akal,

bahwa magis pada dasarnya adalah kebohongan. Seorang ahli magis dapat

mencoba mengesampingkan kegagalan atau bahkan menanggung sendiri

kesalahan itu, tetapi fakta dengan lantang mengungkap bahwa sistemlah

yang salah, bukan manusia. Bagi Frazer, pengakuan umum tentang kesalahan

itu merupakan perkembangan yang penting dalam sejarah pemikiran

manusia, karena peranan magis menurun dan agamalah yang menggantikan

tempatnya (Pals, 2001:61),

40
Kaum fungsionalis maupun Tylor dan Frazer, mengembangkan

anggapan bahwa magis dan agama-dua hal yang sering kali menjadi satu

dalam label magico-religious secara intrinsik merupakan khayalan, walaupun

banyak kepercayaan yang dapat dibuktikan memberi sumbangan yang

berarti terhadap masyarakat tertentu. Anggapan bahwa magis merupakan

sesuatu yang "di luar akal sehat", hal ini mendapat tantangan dari beberapa

antropolog. Mereka melihat itu sebagai penyakit imuwan atau arogansi yang

bersifat etnosentris dari kalangan akademisi Barat (Willis, 2000:601).

Untuk menjelaskan hubungan antara unsur-unsur kebatinan ini, kita

pertentangkan magic ini dengan masalah lain yang erat hubungannya:

a. Magic dan Takhayul

Orang percaya bahwa untuk membunuh seseorang dapat digunakan

bagian dari tubuh orang yang dimaksud. Misal membunuh orang dengan

membakar rambut atau kukunya. Tindakan membunuh dan membakar

rambut dan kuku agar seseorang mati adalah magic dan penggunaan rambut

dan kuku sebagai alat pembunuh adalah takhayul.

b. Magic dan Ilmu Ghaib

Jika kita pergunakan contoh di atas, mempercayai kemampuan

membunuh dengan menggunakan keampuhan rambut dan kuku melalui suatu

proses pengolahan tertentu secara irasional tergolong ilmu ghaib.

c. Magic dan Kultus

Jika dihubungkan dengan kultus, magic merupakan perbuatan yang

dianggap mempunyai kekuatan memaksakan kehendak kepada supernatural

41
(Tuhan). Kultus merupakan perbuatan yang tebatas oada mengharap dan

mempengaruhi supernatural (Tuhan).

2. MACAM-MACAM MAGIS

Dalam buku filsafat ilmu karya Ahmad Tafsir, dalam permasalahan

mistik, magic dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Mistik Magis Putih

Mistik magis putih dalam Islam contohnya adalah mukjizat, karomah,

ilmu hikmah. Mistik magis putih di anggap sebagai mistik magis yang berasal

dari agama langit (Yahudi, Nasrani, Islam) dan penggunaannya memakai

wirid, doa, wafaq-wafaq dan isim-isim. Selain itu, mistik magis putih selalu

dekat dan berhubungan dan bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Ilahi

sangat menentukan. Hal ini berjalan sejak zaman kenabian (mukjizat) dan

selainnya disebut karomah. Kekuatan supranatural para Nabi juga ada yang

ditunjukkan melalui benda seperti mukjizat nabi Musa, dimana dalam benda

seperti itu telah terdapat kekuatan ilahiah (Ibn Khaldun, Muqadimah,

1986:690).

Rasulullah SAW ketika bersama dengan Abu Bakar di gua Tsur

pernah membaca surat al-mu’awidzatain (surat al-Nas dan al-Falaq) untuk

mengobati Abu bakar yang disengat binatang dengan cara menyemburkan

pada luka Abu Bakar dan atas izin Allah luka itu sembuh seketika.

42
b. Mistik Magis Hitam

Mistik magis hitam contohnya adalah santet dan sejenisnya yang

menginduk ke sihir, bahkan boleh jadi mistik magis hitam itu dapat disebut

sihir saja. Mistik magis hitam berasal dari luar agama langit (Yahudi,

Nasrani, Islam) dan dalam prakteknya menggunakan mantra, jampi, rajah-

rajah dan jimat. Mistik magis hitam bersandar pada kekuatan setan dan roh

jahat.

Dalam buku antropologi agama karya Adeng Muchtar Ghazali magis

menurut Dhava Moni dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Magis tiruan (imiative magic)

Magis tiruan didasarkan pada prinsip kesamaan dalam bentuk atau

dalam proses; keserupaan menghasilkan keserupaan, yang disebut magi

initatif menurut Fraze. Misalnya kalau seseorang menusukan jarum kepada

boneka, orang yang disertakan dengan boneka itu akan terkena

pengaruhnya. Dimana magi ini sudah dikenal di Indonesa seperti halnya

seorang dukun tukan urut mengobati anggota badan seseorang yang sakit

karena terkilir atau patah tulang.

b. Magis sentuhan (contageius Magic)

Magis ini didasarkan pada hukum sentuhan fisik atau penularan

melalui kontak fisik. Misalnya ahli magi dapat mencelakakan orang lain kalau

ia memperoleh sehelai rambut, sepotong kuku, secarit kain atau benda

lainnya yang bernah bersentuhan dengan orang tersebut. Sedangkan magi

sentuhan di Indonesia misalnya, kepercayaan yang berhubungan dengan

43
upacara ari-ari yang telah dikuburkan, bila seorang sakit maka dilakukan

upacara pembersihan ari-ari.

3. HUBUNGAN MAGIS DENGAN ILMU-ILMU LAIN

a. Ilmu Sihir

Magis sering dikatakan erat hubungannya dengan sihir. Tetapi,

menurut Honig, kata tersebut semula berarti imam, sehingga aneh sekali

bila magis berhubungan dengan sihir sebab sihir termasuk perbuatan yang

sangat tidak baik. Namun magis justru berarti ilmu sihir. Sebenarnya

menurut kepercayaan masyarakat primitif pengertian magis lebih luas

daripada sihir, karena yang dikatakan magis menurut kepercayaan mereka

adalah suatu cara berfikir dan suatu cara hidup yang mempunyai arti lebih

tinggi daripada apa yang diperbuat oleh seorang ahli sihir. Orang yang

percaya dan menjalankan magis mendasarkan idenya pada dua hal, yaitu:

1) Bahwa dunia ini penuh dengan daya-daya gaib, yang disebut daya-daya

alam oleh orang modern.

2) Bahwa daya-daya gaib tersebut dapat digunakan, tetapi penggunaannya

tidak dengan akal pikiran melainkan dengan cara yang irrasional.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Evans-Pritchard mendekati

magis dan ilmu sihir dari sudut pandang intelektual dan mempertanyakan

mengapa masyarakat Azande tidak memahami “ketidak-bergunaan magis

mereka”. Dia mengemukakan beberapa alasan yang Pertama, Ilmu sihir dan

magis membentuk suatu system yang secara intelektual koheren.

44
Tujuan utama magis lebih untuk memerangi kekuatan magis lain

daripada merubah dunia obyektif; oleh karena itu aksinya melampaui

pengalaman, ia tidak bisa dengan mudah dipertentangkan dengan

pengalaman.Kedua, skeptisme itu diakui dan ditanamkan dan Azande sering

meneliti bahwa obat itu tidak berhasil dengan sukses. Tetapi skeptisisme

ini hanya mencakup obat-obat dan ahli magis tertentu, dan sebaliknya

system magis semakin dikukuhkan. Ketiga, kegagalan ritus dijelaskan

dengan banyaknya gagasan mistik; sihir, counter-magis, atau pelanggaran

terhadap tabu. Keempat, magis hanya digunakan untuk menghasilkan

peristiwa yang dimungkinkan terjadi dalam berbagai kesempatan, dan

jarang sekali diminta untuk menghasilkan suatu akibat hanya dengan

tindakan magis itu sendiri; magis selalu dibarengi dengan aksi empiris.

Seseorang membuat bir dengan metode yang telah terbukti, dan

menggunakan obat (magis) hanya untuk mempercepat proses pemasakan.

Dia tidak akan bermimpi membuat bir hanya dengan “obat” (magis).

Dalam masyarakat primitif, kedudukan magis sangat penting. Boleh

dikatakan semua upacara keagamaan, sikap hidup orang-orang primitif,

terutama sikap rohani mereka, adalah bersifat magis karena magis

merupakan segala perbuatan atau abstensi dari segala perbuatan mereka

untuk mencapai suatu maksud tertentu melalui kekuatan-kekuatan yang ada

di alam gaib, sebagaimana telah disebutkan.

45
4. PANDANGAN AGAMA TENTANG MAGIS

Dalam sosiologi agama, masalah bagaimana dan apa definisi agama

berperan besar dalam perkembangan disiplin ini secara keseluruhan. Secara

umum, perdebatan tentang definisi agama bisa dilihat dari berbagai sisi

dasar konseptual. Misalnya, ada perbedaan mendasar antara perspektif

reduksionis dengan non-reduksionis. Perspektif yang pertama cenderung

melihat agama sebagai epifenomena, sebuah refleksi atau ekspresi dari sisi

yang lebih dasariah dan permanen yang ada dalam perilaku individual dan

masyarakat manusia. Penulis-penulis semacam Pareto, Lenin, Freud dan

Engels memandang agama sebagai produk atau refleksi mental dari

kepentingan ekonomi, kepentingan biologis atau pengalaman ketertindasan

kelas.

Implikasi pandangan reduksionis ini adalah kesimpulan yang

mengatakan keyakinan-keyakinan religius sama sekali keliru, karena yang

diacu adalah kriteria-kriteria saintifik atau positifistik. Oleh karena itu

memegang keyakinan religius adalah tindakan irrasional, karena yang

dirujuk adalah kriteria logis pemikiran. Implikasi terakhir reduksionisme

kaum positifistik adalah bahwa agama dilihat sebagai aktifitas kognitif

nalar individual yang satu dan lain sebab telah salah kiprah memahami

hakikat kehidupan empiris dan sosial (Goode, 1951).

Sebagian dari definisi klasik agama yang muncul pada abad 19 adalah

“definisi minimum”-nya E.B. Tylor. Dia mengatakan agama sebagai

“kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat spiritual”. Agama lahir dari

46
upaya para “filosof primitive” untuk mengerti dan memahami pengalaman-

pengalaman mental mereka. Kita dapat lihat tipe definisi ini sangat

individualistik, kognitif dan rasionalis, karena tidak khusus diarahkan pada

praktek atau symbol-simbol religius dalam kaitannya dengan organisasi

sosial, dan definisi semacam ini menerima kriteria sains-sains Barat sebagai

kebenaran yang tak bisa diganggu gugat dan satu-satunya landasan

rasionalitas.

Sedangkan sejarah sosiologi agama bisa dipandang sebagai gerak

teoritis yang melepaskan diri dari reduksionisme positif menuju telaah yang

lebih apresiatif terhadap arti penting ritual religius dalam organisasi sosial

dan menuju pada satu kesadaran bahwa ternyata sains positifistik bukanlah

alat ukur yang tepat untuk menentukan rasionalitas agama. Dalam

antropologi, perubahan perspektif ini sering dikaitkan dengan pembuktian

yang mengatakan bahwa “masyarakat primitive pun” juga telah membedakan

dengan jelas mana yang magis dan mana yang teknologis; magis hanya

berperan dalam situasi ketidakpastian dan bahaya.

5. FUNGSI dan TUJUAN MAGIC

Dalam masyarakat primitif magic memiliki kedudukan yang sangat

enting sebab semua upacara keagamaan merupakan acara magic. Bahkan

sikap hidup dan tindakan-tindakan mereka penuh dengan unsur-unsur magic

serta selalu mengisi alat-alat pelengkapan hidup dan kehudpan mereka

dengan daya-daya ghaib. Misalnya keris, tombak, baja, dan alat-alat lainya

47
selalu diisi dengan daya-daya ghaib. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan

dan fungsi magic menurut Raymond Firth sesuai dengan klasifikasi magic

produktif, magic protektif, dan magic destruktif antara lain:

a. Magic produktif

Magic ini digunakan untuk berburu, menyuburkan tanah menanam, menuai

panen, pembuatan hujan, penangkapan ikan, pelayanan, perdagangan, dan

percintaan.

b. Magic protektif

Magic ini digunakan untuk menjaga milik, membantu mengumpulkan ikan,

menanggulangi kemalangan, pemeliharaan orang sakit, selamat dalam

perjalanan, dan sebagai lawan dari magic destruktif.

c. Magic destruktif

Magic ini digunakan untuk mendatangkan badai, merusak milik,

mendatangkan penyakit, dan mendatangkan kematian.

1. Apakah pengertian dari magis?

2. Mengapa hal yang berbau magis masih saja dipercayai oleh banyak

kalangan?

3. Apa perbedaan magis dan sakral?

4. Bagaimana hal magis dapat mempengaruhi sebuah kepercayaan?

5. Seperti apakah bentuk dari hal magis?

48
DAFTAR PUSTAKA

Ras dan etnik

https://katadata.co.id/intan/berita/61ee7576d1c4a/ras-adalah-konsep-

turunan-fisik-ini-penjelasannya

https://katadata.co.id/safrezi/berita/6202282ace61a/etnis-adalah-

kelompok-sosial-berikut-penjelasannya

https://www.merdeka.com/sumut/perbedaan-ras-dan-etnis-beserta-

contohnya-yang-perlu-diketahui-kln.html

difusi

https://katadata.co.id/safrezi/berita/61e65d31878c2/difusi-adalah-

bentuk-penyebaran-kebudayaan-ini-penjelasannya

https://dosensosiologi.com/difusi-kebudayaan/

http://www.guruips.com/2016/12/difusi-kebudayaan-pengertian-

contoh.html?m=1

tradisi

https://www.kozio.com/term/tradisi/

perkawinan

https://tirto.id/apa-itu-sistem-perkawinan-dan-jenis-jenisnya-menurut-

antropologi-gbwr

49
https://www.pta-bandung.go.id/artikelanda/20190616-dominasi-saksi-

pernikahan-dalam-tradisi-desa-terpencil.pdf

magis

https://olohokb1pahihdn.wordpress.com/2015/01/13/antropologi/

https://www.sosiologi79.com/2017/04/magis.html?m=1

http://arispriyanto12.blogspot.com/2015/04/kepercayaantentang-magic-

makalahini.html?m=1

50

Anda mungkin juga menyukai