Anda di halaman 1dari 64

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Asfiksia Neonatorum

a. Pengertian Asfiksia

Asfiksia nenonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat

bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat

setelahnya yang ditandai dengan keadaan P2O2 di dalam darah rendah

(hipokalsemia), P2CO2 meningkat (hiperkarbia) dan asidosis. (Anik

Maryuani dan Nurhayati, 2009)

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunaan CO2

dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat

mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat

mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Sarwono Prawirohardjo,

2009)

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru

lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera

setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak

dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. (Vivian, 2010)

Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi dimana bayi

tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir

(Betz dan Sowden, 2002).

14
15

Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,

hiperkapnea, sampai asidosis (Hidayat, 2008 dalam Respatiningrum,

2012).

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan

teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya

mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.

Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau

masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009

dalam Respatiningrum, 2012).

Asfiksia merupakan keadaan di mana pertukaran gas –

plasental atau pulmonal – terganggu atau berkurang secara bersamaan

sehingga menyebabkan kardiorespirasi. Curah jantung yang terganggu

menurunkan perfusi jaringan sehingga menyebabkan cedera hipoksik –

iskemik pada otak dan organ lainnya. ( Tom Lissauer & Afroy

Fanaroff, 2008 )

b. Penyebab Terjadinya Asfiksia

Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit- menit

pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur.

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari

ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini

dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah

lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan

kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa


16

kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk

keselamatan bayi (Hassan, 2007).

Penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi/

asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor berikut ini (Anik

Maryuani dan Nurhayati, 2009) :

1) Faktor Ibu

a) Hipoksia Ibu

Terjadi Karena hipoventilasi akibat pemberian obat

analgetika atau anesthesia dalam. Hal ini akan menimbulkan

hipoksia janin

b) Gangguan aliran darah uterus

Mengurangnya aliran darah pada uterus akan

menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan

ke janin. Hal ini sering ditemukan pada:

(1) Gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni,

atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.

(2) Hipotensi mendadak pada ibu Karena perdarahan.

(3) Hipertensi pada penyakit toksemia, eklampsia, dan lain -

lain.

(4) Primitua, diabetes mellitus, anemia, iso – imunisasi,

golongan darah, riwayat lahir mati, ketuban pecah dini,

infeksi, renjatan penyakit jantung.


17

2) Faktor Plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas

dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat

gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,

perdarahan plasenta, dan lain – lain.

3) Faktor Fetus

kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya

aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat

pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini

dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat

melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dan

lain – lain.

4) Faktor Neonatus

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir terjadi karena:

a) Pemakaian obat anasthesia / analgetika yang berlebihan pada

ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat

pernafasan janin.

b) Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan

intrakranial. Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia

diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hypoplasia

paru dan lain – lain.


18

Asfiksia antepartum atau intrapartum disebabkan

insifisuensi plasenta, sedanglan asfiksia postpartum biasanya

merupakan akibat sekunder dari insufisiensi paru, jantung dan

pembuluh darah serta neurologis.

c. Dampak Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernafas

secara spontan dan teratur. Asfiksia atau gagal nafas dapat

menyebabkan suplai oksigen ke tubuh menjadi terhambat, jika terlalu

lama membuat bayi menjadi koma, walaupun sadar dari koma bayi

akan mengalami cacat otak.

Kejadian asfiksia jika berlangsung terlalu lama dapat

menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak dan kemudian

keterlambatan tumbuh kembang. Asfiksia juga dapat menimbulkan

cacat seumur hidup seperti buta, tuli, cacat otak dan

kematian. (Safrina, 2011 dalam Yuliana 2012)

Apabila terdapat kerusakan otak pada bayi asfiksia maka

kualitas hidupnya akan sangat berpengaruh (Fadhli, 2010).

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat disebabkan oleh

adanya kerusakan otak pada asfiksia neonatorum (Maulidah, 2006).

Perkembangan merupakan interaksi antara kematangan susunan saraf

pusat dengan organ yang dipengaruhinya, maka pada bayi asfiksia

akan terjadi perubahan perkembangan (Depkes RI, 2006)


19

Telah diketahui bahwa di otak terdapat pusat pertumbuhan

(growth centre) yang diperkirakan terletak di hipotalamus yang

berfungsi sebagai pengatur dan pengendali pertumbuhan yang sesuai

dengan kurve pertumbuhan berdasar faktor genetik. Pusat

pertumbuhan hipotalamus itu berhubungan dengan lobus anterior

kelenjar pituitri yang dapat mengeluarkan hormon untuk ikut berperan

melakukan pengawasan terhadap tumbuh kembang. (Ikatan Dokter

Anak Indonesia, 2010). Hal ini merupakan salah satu faktor internal

dalam lingkup hormonal yang mempengaruhi tumbuh kembang setelah

bayi lahir yang disebabkan oleh hormon somatotropin dapat

menstimulasi terjadinya proliferasi sel, kartilago dan skeletal. (Anik

Maryuani, 2010).

Saat bayi mengalami hipoksia, maka tubuh lebih

mempertahankan aliran darah ke otak dan jantung dari pada ke organ

lainnya, kemudian tubuh akan mengalami perubahan hemodinamik di

otak serta oksigenasi sel otak menurun yang mengakibatkan kerusakan

sel otak. Salah satu gangguan akibat hipoksia otak pada masa perinatal

adalah Ensefalopati Hipoksik Iskemik (EIH). Manifestasi gambaran

klinik bervariasi tergantung pada lokasi bagian otak yang terkena

proses hipoksia dan iskemianya. (Depkes RI, 2008). Kerusakan sel

otak dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan

bayi selanjutnya. (Rizka Rahmaharyanti, 2014)


20

Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama

kehamilan/ persalinan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan

bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian jika resusitasi dengan

pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak dimulai segera. Kerusakan

dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat dan

lamanya asfiksia. (Rizka Rahmaharyanti, 2014)

d. Klasifikasi klinis terjadinya asfiksia

Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace,

Activity, Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu (Ghai,

2010):

1) Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

2) Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6

3) Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9

4) Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Tabel 2.1 Nilai APGAR (Ghai, 2010)

Nilai 0 1 2
Nafas Tidak Ada Tidak teratur Teratur
Denyut Jantung Tidak Ada <100 >100
Warna Kulit Biru atau Tubuh merah Merah jambu
pucat jambu & kaki
tangan biru
Gerakan / tonus Tidak Ada Sedikit fleksi Fleksi
otot
Reflex Tidak Ada Lemah / Kuat
(menangis) lambat
21

e. Tanda dan Gejala Asfiksia

Tanda – tanda klinis akibat dari hipoksia janin adalah :

1) DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur

2) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.

3) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan

organ lain.

4) Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen

5) Bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan

oksigen pada otot – otot jantung atau sel – sel otak.

6) Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot

jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang

kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.

7) Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorpsi cairan paru

– paru atau nafas tidak teratur / megap – megap.

8) Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam

darah

9) Penurunan terhadap spinkters.

10) Pucat

(Anik Maryuani dan Nurhayati, 2009)

f. Patofisiologis

Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi

ekstrauterin, menunjukkan perubahan sebagai berikut. Alveoli paru

janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi
22

mengambil napas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan

paru diabsorpsi oleh jaringan paru. Pada napas kedua dan berikutnya,

udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan cairan paru

diabsorpsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang

mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis.

Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak

ekspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru

dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, ke duanya, menyebabkan

penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru

setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai berarah yang

kemudian diikuti penutupan ductus arteriosus. Kegagalan penurunan

resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal presisten

pada BBL (Presisten Pulmonary Hypertension of the Neonate), dengan

aliran darah paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru

yang inadekuat menyebabkan gagal napas. (Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 2010)

Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia

berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai

menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-

angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi

akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus

menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan

terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai


23

bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder,

denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus

menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak

akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan

terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak

dimulai segera

(Sarwono Prawirohardjo, 2009).

g. Diagnosis

Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan

ditemukannya tanda – tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu

diperhatikan yaitu :

1) Denyut jantung janin

Normal denyut jantung janin adalah 120 – 160 kali per

menit di luar his. Saat his maka denyut jantung janin dapat turun.

Hal perlu di waspadai adalah jika frekuensi denyut jantung kurang

dari 100 kali per menit di luar his bahkan jika tidak teratur, maka

perlu dicurigai sebagai tanda bahaya pada janin.

2) Mekanisme dalam air ketuban

Adanya mekonium pada presentasi kepala menunjukkan

gangguan oksigenasi dan merupakan indikasi untuk mengakhiri

persalinan bila hal tersebut dapat dilakukan dengan mudah.


24

3) Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskopi lewat serviks, yakni

dengan membuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil

contoh darah janin. Kemudian dilakukan pemeriksaan pH untuk

menentukan apakah janin tersebut asidosis atau tidak. Dikatakan

sidosis apabila pH turun di bawah 7,2, maka hal ini dapat dianggap

sebagai tanda bahaya.

(Jenny J.S Sondakh, 2013)

h. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Penilaian pada bayi merupakan aspek utama dan sebagai dasar

dalam penentuan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Penting untuk

melakukan upaya resusitasi melalui rangkaian tindakan, yaitu

penilaian, pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Rangsangan

taktil yang dilakukan setelah bayi baru lahir dapat digunakan untuk

menilai pernafasan bayi agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.

Bila bayi menunjukkan tidak bernafas atau pernafasan tidak

adekuat, maka hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan

ventilasi tekanan positif (VTP). Akan tetapi bila pernafasan normal,

maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. 3 hal

yang penting untuk dinilai sebagai dasar melakukan resusitasi yakni :

1) Pernafasan

2) Denyut jantung

3) Warna Kulit
25

Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan penilaian

pernafasan, denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus

dilakukan segera. Keterlambatan intervensi yang disebabkan oleh

Karena menunggu penialaian Apgar hingga satu menit sangat

membahayakan terutama pada bayi yang mengalami depresi berat.

Dengan demikian, Nilai Apgar perlu dinilai pada 1 menit dan 5

menit. Apabila Nilai Apgar kurang dari 7 penilaian nilai tambahan

masih diperlukan yaitu tiap 5 menit sampai 20 menit atau sampai dua

kali penilaian menunjukkan nilai 8 dan lebih.

(Sarwono Prawirohardjo, 2009)

i. Penatalaksanaan awal asfiksia

Penatalaksanaan dilakukan dengan tindakan resusitasi bayi

baru lahir mengikuti tahapan yang disebut ABC yaitu (Sarwono, 2009)

1) Memfokuskan saluran nafas terbuka

Memposisikan kepala ekstensi, menghisap hidung dan mulut, bila

perlu masukan endotrakhea untuk memastikan pernapasan terbuka.

2) Memulai pernafasan

Dengan rangsangan taktil , atau memakai ventilasi tekanan positif

seperti sungkup dan balon atau pipa endotrakhea dan balon bila

belum ada respon

3) Mempertahankan sirkulasi darah


26

Dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-

obatan.

j. Prognosis

Prognosis bayi diprediksi melalui pemulihan motorik dan

kemampuan mengisap. Bila satu minggu sesudah kelahiran bayi masih

lemas atau spastik, tidak responsif dan tidak dapat mengisap, mungkin

mengalami cedera berat otak dan mempunyai prognosis buruk.

Prognosis tidak begitu buruk untuk bayi-bayi yang mengalami

pemulihan fungsi motorik dan mulai mengisap. Keadaan ini harus

dibahas dengan orangtua selama bayi di rumah sakit. (Samuel J.O dan

Rustini F, 2013)

k. Komplikasi

Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatorum antara lain

(Maryunani, 2009):

1) Otak: hipoksia iskemik ensefalopati, edema serebri, kecacatan

cerebral palsy (CP)

2) Jantung dan paru: hipertensi pulmonalis persisten pada neonatus,

perdarahan paru, edema paru

3) Gastrointestinal: enterokolitis nekrotikans

4) Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh

5) Hematologi: DIC
27

2. TUMBUH KEMBANG BAYI

a. Konsep dasar pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel di

seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. (Whalley

dan Wong, 2000 dalam Marmi dan Kukuh, 2014)

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah masalah

perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensipada tingkat sel, organ,

maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga data

diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m)

umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan

nitrogen dalam tubuh). (Marmi dan Kukuh, 2014)

Pertumbuhan mempunyai ciri – ciri khusus, serta munculnya

ciri – ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan

yang berbeda – beda disetiap kelompok umur dan masing – masing

dapat memenuhi fungsinya. (Marmi dan Kukuh, 2014)

Pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukran fisik,

keseluruhan atau sebagian yang dapat diukur (contoh : dalam grafik

pertumbuhan tinggi, berat badan dan diameter pada lingkaran kulit).

(Suriadi, dkk, 2006 dalam Anik Maryuani, 2010)

b. Ciri-ciri pertumbuhan

1) Perubahan ukuran

Perubahan terlihat jelas pada pertumbuhan fisik dengan

bertambahnya umur anak, terjadi pula penambahan berat badan,


28

tinggi badan, lingkaran kepala, dan lain-lain. Organ tubuh seperti

jantung, paru-paru atau usus akan bertambah besar, sesuai

dengan peningkatan kebutuhan tubuh (Narendra, 2002).

2) Perubahan proporsi

Proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda

dibandingkan tubuh anak atau orang dewasa. Pada bayi baru

lahir, kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar

dibanding dengan umur-umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi

baru lahir kurang lebih setinggi umbilicus, sedangkan pada orang

dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang lebih setinggi simpisis

pubis (Narendra, 2002).

3) Hilangnya ciri-ciri lama

Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang

terjadi perlahan-lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus,

lepasnya gigi susu, dan menghilangnya refleks-refleks primitif

(Narendra, 2002).

4) Timbulnya ciri-ciri baru

Timbulnya ciri-ciri baru adalah sebagai akibat

pematangan fungsi-fungsi organ. Perubahan fisik yang penting

selama pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap yang

menggantikan gigi susu yang telah lepas, dan munculnya tanda-

tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila,

tumbuhnya buah dada pada wanita (Narendra, 2002).


29

c. Pola pertumbuhan

1) Pola pertumbuhan umum

Yang khas pada pertumbuhan umum ialah tinggi badan.

Sampai usia 2 tahun, pertambahan tinggi badan berlangsung

cepat, setelah itu pertumbuhan berlangsung stabil di bawah

pengaruh hormon pertumbuhan sampai pubertas. Mulai masa

pubertas, hormon kelamin berpengaruh sehingga pertumbuhan

berlangsung dengan cepat sampai berhenti pada masa akhil

balig.

Umumnya pertumbuhan organ tubuh mengikuti pola

pertumbuhan ini (Narendra, 2002).

2) Pola pertumbuhan organ limfoid

Organ limfoid secara cepat mengalami pertumbuhan,

sehingga pada usia sekitar 12 tahun mencapai 200% dan

berangsur menurun lagi sampai usia dewasa menjadi

100%.Dengan keadaan ini, anak-anak pada masa pubertas

relatif lebih kuat daya tahan tubuhnya (Narendra, 2002).

3) Pola pertumbuhan otak dan kepala

Pertumbuhan otak dan kepala terjadi paling cepat

dibanding bagian tubuh lain sejak kehidupan intrauterin,

bahkan berlanjut sampai tahun-tahun pertama kehidupan,

sehingga pada usia 6 tahun pertumbuhannya telah mencapai

hamper 90% otak orang dewasa (Narendra, 2002).


30
31

4) Pola pertumbuhan organ reproduksi

Selama masa anak, pertumbuhan dan perkembangan

organ kelamin sangat lambat, baru pada masa pubertas terjadi

percepatan yang luar biasa mengejar ketinggalannya di masa

anak, sehingga dalam waktu singkat menjadi matang.

Pertumbuhan organ reproduksi ini sejalan pula dengan

perkembangan kemampuan seksual seseorang (Narendra, 2002).

d. Deteksi pertumbuhan

1) Ukuran antropometri

a) Berat badan

Kenaikan berat badan normal bayi pada triwulan I

adalah sekitar 750-1000 gram/bulan, pada triwulan II

sekitar 500-600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350-

450 gram/bulan, dan pada triwulan IV sekitar 250-350

gram/bulan. Selain dengan perkiraan tersebut, BB juga dapat

diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari

Behrman (1992), yaitu:

(1) Berat badan lahir rata-rata: 3,25 kg

(2) Berat badan usia 3-12 bulan,

Umur (bulan) + 9 = n + 9

2 2

(3) Berat badan usia 1-6 tahun,

(Umur(tahun) x 2) + 8 = 2n + 8
32

Keterangan: n adalah usia anak

Untuk menentukan usia anak dalam bulan, bila lebih

15 hari, dibulatkan ke atas, sementara bila kurang atau sama

dengan 15 hari dihilangkan (Nursalam, 2005).

b) Tinggi badan

Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering

disebut dengan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang

badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Menurut Behrman

(1992), menyebutkan bahwa seperti halnya berat badan,

tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus,

yaitu:

(1) Perkiraan panjang lahir: 50 cm

(2) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang

badan lahir

(3) Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (umur x 6) + 77

= 6n + 77

Keterangan: n adalah usia anak dalam tahun, bila

usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau

kurang, dihilangkan.

Tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk

pertumbuhan fisik yang sudah lewat dan untuk

perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai

berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam, 2005).


33
34

c) Lingkar kepala

Secara normal, ukuran lingkar kepala adalah 34-35 cm.

Kemudian akan bertambah sekitar 0,5 cm/bulan pada bulan

pertama atau menjadi + 44 cm dan pada tahun- tahun pertama

lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah

itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10

cm.

Pengukuran lingkar kepala dapat diukur dengan

menggunakan pita pengukuran yang disebut meteran

(Nursalam, 2005).

d) Lingkar lengan atas (Lila)

Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada

tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm.

Keuntungan dari pengukuran lila adalah murah, mudah,

alatnya bisa dibuat sendiri, dan siapa saja dapat

melakukannya. Namun kadang-kadang hasil pengukuran

kurang akurat karena sukar untuk mengukur lila tanpa

mengukur jaringan (Nursalam, 2005).

2) Keseluruhan fisik

Dengan pemeriksaan fisik, dapat diketahui apakah

seorang anak berada dalam keadaan sakit atau sehat. Di

lapangan, pemeriksaan fisik jarang dilakukan untuk

menentukan keadaan pertumbuhan anak, padahal perlu


35

diketahui kemungkinan terdapatnya gangguan pada fisik anak.

Hal-hal yang dapat diamati dari pemeriksaan fisik meliputi

keseluruhan fisik, jaringan otot, jaringan lemak, rambut, dan

gigi (Nursalam, 2005).

3) Pemeriksaan laboratorium dan radiologis

Pemeriksaan laboratorium dan radiologis baru dilakukan

di klinik apabila terdapat gejala atau tanda akan adanya suatu

gangguan / penyakit, misalnya anemia atau pertumbuhan fisik

yang tidak normal. Pemeriksaan radiologis dilakukan terutama

untuk menilai umur biologis, yaitu umur tulang (boneage).

Biasanya, hal tersebut dilakukan bila ada kecurigaan akan

adanya gangguan pertumbuhan (Nursalam, 2005).

Tabel 2.2 Berat badan dan tinggi badan rata-rata untuk anak

umur 0-12 bulan tanpa membedakan jenis kelamin

Berat (Gram) Tinggi (Cm)


Umur
Standar 80% standar Standar 80% standar
0-1 bulan 4.300 3.400 55.0 43.5
2 bulan 5.000 4.000 58.0 46.0
3 bulan 5.700 4.500 60.0 48.0
4 bulan 6.300 5.000 62.5 49.5
5 bulan 6.900 5.500 64.5 51.0
6 bulan 7.400 5.900 66.0 52.5
7 bulan 8.000 6.300 67.5 54.0
8 bulan 8.400 7.000 69.0 55.5
9 bulan 8.900 7.100 70.5 56.5
10 bulan 9.300 7.400 72.0 57.5
11 bulan 9.600 7.700 73.5 58.5
12 bulan 9.900 7.900 74.5 60.0
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI
36

4) Cara mengetahui pertumbuhan balita menurut Kartu Menuju Sehat

(KMS)

Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah alat untuk mencatat

dan mengamati pertumbuhan kesehatan anak yang mudah

dilakukan oleh para ibu. Menurut Narendra (2002),

pertumbuhan dikatakan normal apabila grafik berat badan anak

berada pada jalur berwarna hijau pada KMS atau sedikit di

atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti

kelengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Pertumbuhan anak

mengalami penyimpangan apabila grafik berada jauh di atas

warna hijau/berada di bawah jalur hijau khususnya pada jalur

merah (Rianti 2006, dalam Liza K.W., 2011).

a) Lima arah garis pertumbuhan dalam KMS

e) Berat badan dikatakan NAIK (N), jika:

N1 Tumbuh kejar atau Catch-up Growth

(Arah garis pertumbuhan melebihi arah

garis baku)

Berat badannya bertambah mengikuti salah

satu pita warna.


37

N2 Tumbuh normal (Arah garis

pertumbuhan sejajar atau berimpit

dengan arah garis baku)

Berat badannya bertambah ke pita warna

yang berwarna lebih tua (pita warna di

atasnya).

f) Berat badan dikatakan TIDAK NAIK (T), jika:

T1 Growth Faltering (Arah garis

pertumbuhan kurang dari arah garis baku

atau pertumbuhan kurang dari yang

diharapkan)

Tumbuh kurang sesuai

T2 Flat Growth (Arah garis pertumbuhan

datar atau berat badan tetap)

Berat badannya tetap

T3 Loss of Growth (Arah garis

pertumbuhan menurun dari arah garis

baku)

Berat badannya bertambah tetapi pindah ke

pita warna yang lebih muda (pita warna di

bawahnya).

e. Konsep dasar perkembangan


38

Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan

pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan

fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan

saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase

awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu

kognitif,motorik, emosi, sosial, dan bahasa. (Marmi dan Kukuh, 2014)

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,

bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Kementrian

Kesehatan RI, 2010 dalam Respatiningrum, 2012)

Perkembangan adalah suatu rangkaian peningkatan ketrampilan

dan kapasitas untuk berfungsi (contoh: perkembangan kognisi dan

sosioemosional). (Suriadi, dkk, 2006 dalam Anik Maryuani, 2010)

f. Ciri – ciri Perkembangan Anak

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri yang

saling berkaitan, ciri-ciri tersebut adalah (Narendra, 2002):

1) Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.

Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi, misalnya

perubahan intelegensia pada seorang anak akan menyertai

pertumbuhan otak dan serabut saraf.

2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya.
39

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap

perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya,

misalnya seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa

berdiri, seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan

kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak

terhambat. Karena itu perkembangan awal merupakan masa kritis

karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai

kecepatan yang berbeda-beda baik dalam pertumbuhan fisik

maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada

masing-masing anak.

4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan

pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar,

asosiasi dll.

Anak sehat bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya

serta bertambah kepandaiannya.

5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua

hukum yang tetap, yaitu :


40

a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,

kemudian menuju kearah kaudal / anggota tubuh (pola

sefalokaodal)

b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak

kasar) lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal)

6) Perkembangan mempunyai tahap yang berurutan

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang

teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi

terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat

lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu

berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

g. Prinsip perkembangan anak

Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip

yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut

(Departemen Kesehatan RI, 2006; Shahnaz, A, 2007):

1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan

sendirinya sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar

merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha,

melalui belajar anak memperoleh kemampuan menggunakan

sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.

2) Pola perkembangan dapat diramalkan


41

Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak,

sehingga seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan

berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik dan terjadi

berkesinambungan.

h. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak.

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan

perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor-

faktor tersebut antara lain (Departemen Kesehatan RI, 2006;

Ferdinand, 2008)

1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang

anak.

a) Ras / Etnik atau Bangsa.

Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka

ia tidak memiliki faktor herediter ras / bangsa Indonesia atau

sebaliknya.

b) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur

tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus akan menurunkan

anak yang sejenis.

c) Umur

Kecenderungan pertumbuhan yang pesat adalah pada

masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.


42
43

d) Jenis Kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang

lebih cepat dari pada laki-laki.

e) Genetik

Genetik (heredokonstiusional) adalah bawaan anak

yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada

beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan kembang anak seperti kerdil.

f) Kelainan Kromosom

Kelainan kromosom pada umumnya disertai dengan

kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma down’s dan

sindroma turner’s

2) Faktor luar (eksternal)

a) Faktor Prenatal

(1) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir

kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin

(2) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan

kelainan kongenetal seperti club foot


44

(3) Toksin / Zat Kimia

Beberapa obat-obatan seperti aminopterin,

thalidomin dapat menyebabkan kelainan kongenetal

seperti palatoskisis

(4) Endokrin

Diabetes militus dapat menyebabkan makrosomia,

kardiomegali, hyperplasia adrenal

(5) Radiasi

Paparan radium dan sinar rontgen dapat

mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefal,

spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota

gerak, kelainan kongenetal mata, kelainan jantung

(6) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh

TORCH (toksoplasma, Rubella, Sitomegali virus, Herpes

simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin yaitu :

katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan

kelainan jantung kongenetal.

(7) Kelainan Imonologi

Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan

golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu

membentuk anti bodi terhadap sel darah merah janin,

kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah


45

janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya

mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern icterus yang

akan menyebabkan kerusakan jaringan otak

(8) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan gangguan fungsi

plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu

(9) Psikologi ibu

kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah

/ kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain

b) Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma

kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

c) Faktor Pasca Persalinan

(1) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat

makanan yang adekuat

(2) Penyakit kronis / kelainan kongenetal

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan

mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani

(3) Lingkungan fisik dan kimia

Lingkungan adalah tempat anak hidup yang

berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak

(profider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik,


46

kurangnya sinar matahari, paparan sinar radio aktif, zat

kimia tertentu (pb, merkuri, rokok dll) mempunyai

dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak

(4) Psikologi

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang

anak yang tidak dikehendaki orang tuanya atau anak yang

selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan

didalam pertumbuhan dan perkembangannya.

(5) Endokrin

Gangguan hormon misalnya pada penyakit

hipotiroid akan menyebabkan anak akan mengalami

hambatan pertumbuhan

(6) Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan

makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan

ketidaktahuan akan menghambat pertumbuhan anak.

(7) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan interaksi ibu anak

sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak


47

(8) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan /

stimulasi khususnya dalam keluarga misalnya penyediaan

alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota

keluarga lain terhadap kegiatan anak

(9) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan

menghambat petumbuhan dan pemakaian obat

perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan

terhambatnya produksi hormone pertumbuhan

i. Aspek – aspek perkembangan yang dipantau.

1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh

yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan

sebagainya.

2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,

tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati

sesuatu, menjimpit, menulis dan lain sebagainya.

3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

bicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan lain sebagainya


48

4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan

mainan selesai bermain, berpisah dengan ibu, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya.

(Shahnaz A., 2007)

j. Periode perkembangan anak

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur saling

berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai

dewasa, tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode

(Departemen Kesehatan RI, 2003 dalam Rita Kartika Sari, 2008) :

1) Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam

kandungan)

Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :

a) Masa zigot / mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur

kehamilan 2 minggu

b) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12

minggu

c) Masa janin / fetus, sejak umur kehamilan 9 / 12 minggu sampai

akhir kehamilan, masa ini terdiri dari dua periode:

(1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu

sampai trimester kedua kehidupan intra uterin

(2) Masa fetus lanjut yaitu akhir trimester kehamilan


49

2) Masa bayi (infancy) umur 0 -11 bulan

a) Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan

terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi

organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi dua periode :

Masa neonatal dini, umur 0-7 hari Masa neonatal lanjut, umur

8-28 hari

b) Masa post (pasca neonatal), umur 29 hari sampai 11 bulan

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan

proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama

meningkatnya fungsi sistem saraf

3) Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan)

Pada masa ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan

terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan

gerak halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh

kembang anak adalah pada masa balita, pertumbuhan dasar yang

berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya.

c. Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan)

Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil. Terjadi

perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan

meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir, memasuki masa


50

prasekolah anak mulai menunjukkan keinginannya seiring dengan

pertumbuhan dan perkembangannya.

k. Tahapan perkembangan anak menurut umur.

1) Umur 0-3 bulan:

a) Mengangkat kepala setinggi 45 derajat.

b) Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.

c) Melihat dan menatap wajah.

d) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.

e) Suka tertawa keras.

f) Bereaksi terkejut terhadap suara keras.

g) Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.

h) Mengenal ibu dengan pengelihatan, penciuman, pendengaran

dan kontak.

2) Umur 3-6 bulan:

a) Berbalik telungkup ke telentang.

b) Mengangkat kepala setinggi 90 derajat.

c) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.

d) Menggenggam pensil.

e) Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.

f) Memegang tangannya sendiri.

g) Berusaha memperluas pandangan.

h) Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.

i) Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.


51

j) Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat

bermain sendiri.

(Stephen F. Duncan,et. al, 2009)

l. Gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan.

1) Gangguan berbicara dan bahasa

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh

perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa

sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem

lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor,

psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya

stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan

berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.

2) Cerebral Palsy

Merupakan suatu kelainan gerakan atau postur tubuh

yang tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu

kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf

pusat yang sedang tumbuh atau belum sesuai pertumbuhannya.

3) Sindrom Down

Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat

dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang

terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang

berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang

normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung congenital,


52

hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya

dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan

keterampilan untuk menolong diri sendiri.

4) Perawakan Pendek

Short Stature atau perawakan pendek merupakan suatu

terminology mengenai tinggi badan yang berada dibawah

persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku

pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi

normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik

atau karena kelainan endokrin.

5) Gangguan Autisme

Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak

yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif

berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan

tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara

mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada

autism mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan

perilaku.

6) Retardasi Mental

Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia

yang rendah (IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan

individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tututan

masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.


53

7) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan

untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan

hiperaktivitas.

(Kementrian Kesehatan RI, 2010)

m. Stimulasi tumbuh kembang anak

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar

anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara

optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini

mungkin dan terus-menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi

tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang

merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh

anak, anggota keluarga laindan kelompok masyarakat

dilingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan

sehari- hari.

Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan

tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.

Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi

terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus,

kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan

kemandirian.(Kementrian Kesehatan RI, 2010)


54

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada

beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu :

1) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih

sayang

2) Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena

anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat

dengannya.

3) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak

4) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain,

bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan

tidak ada hukuman.

5) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai

umur anak terhadap ke 4 aspek kemampuan dasr anak

6) Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan

ada disekitar anak

7) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan

perempuan

8) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas

keberhasilannya.
55

Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang

tetap dan berlangsung secara berurutan. Dengan demikian stimulasi

yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan

dan perkembangan anak dapat dibrikan oleh orang tua atau keluarga

sesuai dengan pembagian kelompok umur stimulasi anak berikut ini :

Tabel 2.3

Pembagian Kelompok Umur Stimulasi Anak

No Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi

1. Masa prenatal, janin dalam Masa Prenatal


kandungan
2. Masa Bayi 0 – 12 bulan Umur 0-3 bulan
Umur 3-6 bulan
Umur 6-9 bulan
Umur 9-12 bulan
3. Masa Anak balita 12-60 Umur 12-15 bulan
Bulan Umur 15-18 bulan
Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
Umur 36-48 bulan
Umur 48-60 bulan
4. Masa Prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan

Pembagian stimulasi anak dapat di kelompokkan

berdasarkan umur yaitu :

1) Stimulasi Pada Bayi Umur 0 – 3 bulan

a) Kemampuan Gerak Kasar

(1) Stimulasi perlu dilanjutkan

i. Kepala mengikuti benda bergerak

ii. Berguling

iii. Mengangkat kepala


56

(2) Mengembangkan control kepala

Hal ini dapat merangsang bayi untuk menarik

tangannya ke atas dan berusaha menggapainya. Atau

dengan memegang mainan berbunyi yang menarik di

sisi kanan atau kiri (bukan tepat di depan) bayi. Buat

bayi agar mau sedikit berusaha menggapai benda yang

diinginkannya.

Baringkan bayi dalam keadaan tengkurap dan

goyangkan mainan yang berbunyi di atas kepalanya,

juga di sisi kanan dan kirinya.

Rangsangan juga dapat diberikan dengan

mememanggil nama bayi dari arah depan atau

membelai kepala dan leher belakangnya. Bayi akan

mengangkat kepalanya dan ini sangat baik untuk

melatih otot lehernya agar semakin kuat.

Sebaiknya, jangan terlalu sering menggendong

bayi atau menaruhnya di ayunan, sebab bayi tidak akan

memiliki kesempatan untuk belajar tengkurap. Selain

merupakan terapi mencegah peyang pada kepala bayi,

tengkurap juga melatih dan menguatkan otot perut dan

leher bayi.
57

b) Kemampuan Gerak Halus

(1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan

i. Melihat, meraih dan menendang mainan gantung

ii. Memperhatikan benda bergerak

iii. Melihat benda-benda kecil

iv. Meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan

(2) Memegang benda dengan kuat

Letakkan sebuah mainan kecil yang berbunyi

atau berwarna cerah ditangan bayi. Setelah bayi

menggengam mainan tersebut, tarik pelan – pelan

untuk melatih bayi memegang benda dengan kuat.

(3) Memegang benda dengan kedua tangan

Letakkan sebuah benda atau mainan ditangan

bayi dan perhatikan apakah ia memindahkan benda

tersebut ketangan lainnya. Usahakan agar tangan bayi

kiri dan kanan, masing- masing memegang benda

pada waktu yang sama. Mula-mula bayi dibantu,

letakkan mainan disatu tangan dan kemudian usahakan

agar bayi mau mengambil mainan lainnya dengan

tangan yang paling sering digunakan.


58

Stimulasi lain untuk mengoptimalkan

perkembangan motorik bayi adalah dengan memegang

jari-jari tangannya dan lakukan gerakan lengan yang

menyilang di dadanya, lalu kembalikan ke samping

tubuhnya.

c) Kemampuan Bicara dan Bahasa

Ajari bayi agar memalingkan mukanya kearah

sumber suara.Mula- mula muka bayi dipegang dan

dipalingkan perlahan-lahan kearah sumber suara, atau bayi

dibawa mendekati sumber suara.

d) Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian

(1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan

i. Memberi rasa aman dan kasih sayang

ii. Mengajak bayi tersenyum

iii. Mengamati

iv. Mengayun

v. Menina-bobokkan

(2) Melihat dirinya dari kaca

Pada umur ini, bayi senang melihat dirinya

dari cermin. Bawalah bayi melihat dirinya dicermin

yang tidak mudah pecah.


59

(3) Berusaha meraih mainan

Letakkan sebuah mainan sedikit diluar

jangkauan bayi. Gerak- gerakkan mainan itu didepan

bayi sambil bicara kepadanya agar ia berusaha

untuk mendapatkan mainan itu.

(Aditya, 2014; Anonim, 2014)

2) Stimulasi Pada Bayi Umur 3 – 6 bulan

a) Kemampuan Gerak Kasar

(1) Stimulasi perlu dilanjutkan

i. Berguling-guling

ii. Menahan kepala tetap tegak

(2) Menyangga Berat

Angkat badan bayi melalui bawah ketiaknya

ke posisi berdiri.Perlahan-lahan turunkan badan bayi

hingga kedua kaki menyentuh meja, tempat tidur atau

pangkuan anda. Coba agar bayi mau mengayunkan

badannya dengan gerakan naik turun serta menyangga

sebagian berat badannya dengan kedua kaki bayi.

(3) Mengembangkan control terhadap kepala

Latih bicara agar otot-otot lehernya kuat.

Letakkan bayi pada posisi telentang. Pegang kedua

pergelangan tangan bayi, tarik bayi perlahan – lahan

kearah anda. Hingga badan bayi terangkat ke posisi


60

setengah duduk. Jika bayi belum dapat mengontrol

kepalanya (kepala bayi tidak ikut terangkat), jangan

lakukan latihan ini. Tunggu sampai otot – otot leher

bayi lebih kuat.

(4) Duduk

Bantu bayi agar bisa duduk sendiri. Mula-

mula bayi didudukkan dikursi dengan sandaran agar

tidak jatuh kebelakang. Ketika bayi dalam posisi

duduk, beri mainan kecil ditangannya. Jika bayi bias

duduk tegak, dudukkan bayi dilantai yang beralaskan

selimut, tanpa sandaran atau penyangga.

b) Kemampuan Gerak Halus

(1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan

i. Melihat, meraih dan menendang mainan gantung

ii. Memperhatikan benda bergerak

iii. Melihat benda-benda kecil

iv. Meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan

(2) Memegang benda dengan kuat

Letakkan sebuah mainan kecil yang berbunyi

atau berwarna cerah ditangan bayi. Setelah bayi

menggengam mainan tersebut, tarik pelan-pelan untuk

melatih bayi memegang benda dengan kuat.


61

(3) Memegang benda dengan kedua tangan

Letakkan sebuah benda atau mainan ditangan

bayi dan perhatikan apakah ia memindahkan benda

tersebut ketangan lainnya. Usahakan agar tangan bayi

kiri dan kanan, masing- masing memegang benda

pada waktu yang sama. Mula-mula bayi dibantu,

letakkan mainan disatu tangan dan kemudian usahakan

agar bayi mau mengambil mainan lainnya dengan

tangan yang paling sering digunakan.

(4) Makan sendiri

Beri kesempatan pada bayi untuk makan

sendiri, mula-mula berikan biskuitnya sehingga bayi

bisa belajar makan biskuit.

(5) Mengambil benda-benda kecil

Letakkan benda-benda kecil seperti potongan-

potongan biskuit dihadapan bayi.Ajari bayi mengambil

benda-benda tersebut.Jika bayi telah mampu

melakukan hal ini, jauhkan pil/obat dan benda kecil

lainnya dari jangkauan bayi.


62

c) Kemampuan Bicara dan Bahasa

Ajari bayi agar memalingkan mukanya kearah

sumber suara.Mula- mula muka bayi dipegang dan

dipalingkan perlahan-lahan kearah sumber suara, atau bayi

dibawa mendekati sumber suara.

(1) Menirukan kata-kata

Ketika berbicara dengan bayi, ulangi beberapa

kata berkali-kali dan usahakan agar bayi

menirukannya. Yang paling mudah ditirukan oleh bayi

adalah kata papa dan mama, walaupun ia belum

mengerti artinya.

d) Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian

(1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan

i. Memberi rasa aman dan kasih sayang

ii. Mengajak bayi tersenyum

iii. Mengamati

iv. Mengayun

v. Menina-bobokkan

(2) Bermain “Ciluk-ba”

Pegang saputangan/kain atau koran untuk

menutupi wajah anda dari pandangan bayi.Singkirkan

penutup tersebut dari hadapan bayi dan katakan

“ciluk-ba” ketika bayi dapat melihat wajah anda


63

kembali, lakukan hal ini berulang kali. Yang penting,

usahakan bayi tidak dapat melihat wajah anda untuk

beberapa saat dan tiba-tiba wajah anda muncul

kembali dengan gembira dan berseri-seri.

(3) Melihat dirinya dari kaca

Pada umur ini, bayi senang melihat dirinya

dari cermin. Bawalah bayi melihat dirinya dicermin

yang tidak mudah pecah.

(4) Berusaha meraih mainan

Letakkan sebuah mainan sedikit diluar

jangkauan bayi. Gerak- gerakkan mainan itu didepan

bayi sambil bicara kepadanya agar ia berusaha

untuk mendapatkan mainan itu.

(Kementrian Kesehatan RI , 2010)

n. Deteksi dini tumbuh kembang anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau

pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya

penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak

prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau

masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih

mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu”

dalam membuat rencana tindakan atau intervensi yang tepat,

terutama ketika harus melibatkan ibu atau keluarga.


64

Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka

intervensinya akan lebih suli dan hal ini akan berpengaruh pada

tumbuh kembang anak.

Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat

dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan

jaringannya, berupa :

1) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk

mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau buruk

dan mikro atau makro sefali.

2) Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk

mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan),

gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.

3) Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk

mengetahui adanya masalah mental emosional, dan

gangguanpemusatan perhatian dan hiperaktivitas.

Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat

berubah sewaktu-waktu jika pada :

1) Kasus rujukan

2) Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tubuh

3) Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang


65

a) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Anak

Fase pertumbuhan tercepat terjadi pada masa intrauterine.

Berat badan lahir bayi cukup bulan rata – rata 3,3 kg, sedangkan

panjang lahir rata – rata 50cm. pada beberapa hari pertama, berat

badan lahir akan turun 10 % disebabkan karena kehilangan cairan,

namun kembali meningkat dalam dua minggu setelah lahir.

Pada fase bayi pertambahan panjang badan adalah 25 cm

pada tahun pertama, 12 cm pada tahun kedua, dan 8 cm selama

tahun ketiga. Antara tahun kedua dan ketiga panjang badan anak

telah mencapai 50% tinggi badan akhir. Berat badan pada 3 bulan

pertama bertambah sebesar 1kg/bulan, pada usia 3-6 bulan sebesar

0,5kg / bulan, pada usia 6-9 bulan sebesar 0,33 kg/ bulan dan pada

usia 9-12 bulan sebesar 0,25kg/bulan. Saat usia 5 bulan berat badan

bayi bertambah dua kali lipat dari berat lahir, menjadi tiga kali lipat

pada usia 1 tahun, dan empat kali lipat pada usia 2 tahun. Pada fase

ini lingkar kepala mengalami penambahan yang paling cepat yaitu

bertambah rerata 12 cm selama tahun pertama kehidupan dan 5 cm

selama tahun kedua kehidupan sehingga pada akhir tahun kedua

ukuran lingkar kepala anak telah mencapai 80% ukuran lingkar

kepala orang dewasa.

(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010)


66

b) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Deteksi dini perkembangan anak dilakukan disemua

tingkat pelayanan. Adapun pelaksanaan dan alat yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4

Tingkat Pelayanan, Pelaksanaan, dan Alat yang digunakan

Tingkat Pelaksanaan Alat yang di


Keluarga, - Orang tua - Buku KIA
Pelayanan gunakan
Masyarakat - Kader

kesehatan

- BKB, TPA
- Petugas - KPSP

pusat - TDL

- PADU - TDD

terlatih

- Guru

Tk

terlatih
Puskesmas - Dokter - KPSP

- Bidan - TDL

- Perawat - TDD

Keterangan :

Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan


67

TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

BKB : Bina Keluarga Balita

TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PADU : Pusat Pendidikan Anak Dini Usia

TK :Taman Kanak-kanak

(1) Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

i. Tujuan srining atau pemeriksaan perkembangan anak

menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan

anak normal atau ada penyimpangan

ii. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP ruti adalah pada umur

3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60,66 dan 72

bulan. Jika anak belum belum mencapai umur skrining tersebut,

minta ibu dating kembali pada umur skrining yang terdekat

untuk pemeriksaan rutin.

iii. Skrining atau pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan,

guru TK dan petugas PADU terlatih.

iv. Alat atau instrument yang digunakan adalah :

(i) Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9

– 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan

yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-

72 bulan
68

(ii) Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola

sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi

2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,

potongana biskui kecil berukuran 0,5-1 cm.

v.Cara menggunakan KPSP yaitu :

(i) Pada waktu pemeriksaan atau skrining, anak harus

dibawa

(ii) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal,

bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16

hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3

bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur

bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.

Menurut draguscn (2015). Bila anak berusia

diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang

lebih kecil dari usia anak.

(iii) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang

sesuai dengan umur anak.

(iv) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu :

- Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh

anak, contoh

: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?”


69

- Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau

petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis

pada KPSP.

vi.Interpretasi hasil KPSP :

(i) Hitung berapa jumlah jawaban Ya.

- Jawaban Ya, bila ibu atau pengasuh anak

menjawab : anak bias atau pernah atau sering

atau kadang-kadang melakukannya.

- Jawaban tidak, bila ibu atau pengasuh anak

menjawab : anak belum pernah melakukan atau

tidak pernah atau ibu atau pengasuh anak tidak

tahu.

(ii) Jumlah jawaban “Ya” = 9 atau 10, perkembangan

anak sesuai dengan dengan tahap perkembangannya

(S)

(iii) Jumlah jawaban “Ya” = 7 atau 8, perkembangan

anak meragukan (M)

(iv) Jumlah jawaban “Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan

ada penyimpangan (P).

vii.Intervensi

(i) Bila perkembangan anak sesuai (S), lakukan tindakan

berikut :

- Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh


70

anaknya dengan baik.

- Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap

perkembangan anak.

- Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering

mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.

- Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan

pelayanan kesehatan diposyandu secara teratur sebulan

1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita

(BKB).

- Lakukan pemeriksaan atau skrining rutin

menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak berumur

kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak

umur 24 sampai 72 bulan.

(ii) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan

tindakan berikut :

- Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi

perkembanagan pada anak lebih sering lagi.

- Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi

perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan atau

mengejar ketinggalannya.

- Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari

kemungkinan adanya penyekit yang menyebabkan

penyimpangan perkembangannya.
71
72

- Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian

dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan

umur anak.

- Jika hasil KPSP ulang jawaban

“Ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada

penyimpangan (P).

(iii) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpanagn

(P), lakukan tindakan berikut : Rujukan ke Rumah

Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah

penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak

halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

(Kementrian Kesehatan RI, 2010)

viii.Evaluasi Intervensi Perkembangan

Setelah orang tua dan keluarga melakukan tindakan

intervensi perkembangan secara intensif dirumah selama 2

minggu, maka anak perlu dievaluasi apakah ada kemajuan

atau perkembangan atau tidak.

i. Apakah umur anak sesuai dengan jadwal umur skrining

(umur 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya), maka

lakukan evaluasi hasil intervensi dengan

menggunakan formulir KPSP sesuai dengan umur anak.


73

ii. Apabila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur

skrining (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya),

maka lakukan evaluasi hasil intervensi dengan

menggunakan formulir KPSP untuk umur yang lebih

muda, paling dekat dengan umur anak, seperti contoh

berikut ini :

Bayi umur 6 bulan lewat 3 minggu, gunakan KPSP

untuk umur 6 bulan

iii. Bila hasil evaluasi intervensi ada kemajuan artinya

jawaban “Ya” 9 atau 10, artinya perkembangan anak

sesuai dengan umur tersebut, lanjutkan dengan skrining

perkembangan sesuai dengan umurnya sekarang.

Misalnya : umur 6 bulan lewat 20 hari pilih KPSP umur

9 bulan.

iv. Bila hasil evaluasi intervensi “Ya” tetap 7 atau 8,

kerjakan langkah-langkah berikut :

Teliti kembali apakah ada masalah dengan :

- Intensitas intervensi perkembangan yang dilakukan

dirumah, apakah sudah dilakukan secara intensif ?

- Jenis kemampuan perkembangan anak yang

diintervensi, apakah sudah dilakukan secara tepat

dan benar ?

- Cara memberikan intervensi, apakah sudah sesuai


74

dengan petunjuk dan nasihat tenaga kesehatan ?

- Lakukan pemeriksaan fisik yang diteliti, apakah ada

masalah gizi ?penyakit pada anak ? kelainan organ-

organ terkait ?

v. Bila ditemukan salah satu atau lebih masalah diatas ;

- Bila ada masalah gizi atau anak sakit, tangani kasus

tersebut sesuai pedoman atau standar tatalaksana

kasus yang ada ditingkat pelayanan dasar seperti

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),

tatalaksana gizi buruk, dan sebagainya.

- Bila intervensi dilakukan tidak intensif, kurang tepat,

atau tidak sesuai dengan petunjuk atau nasihat tenaga

kesehatan, sekali lagi, ajari orang tua dan keluarga

cara melakukan intervensi perkembangan yang

intensif yang tepat dan benar. Bila perlu didampingi

orang tua atau keluarga ketika melakukan intervensi

pada anaknya.

vi. Kemudian lakukan evaluasi hasil intervensi yang ke-2

dengan cara yang sama, yaitu :

- Bila kemampuan perkembangan anak ada

kemajuan, berilah pujian kepada orang tua dan

anak. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk

terus melakukan intervensi dirumah dan control


75

kembali pada jadwal umur skrining berikutnya.

- Bila kemampuan perkembangan tidak ada

kemajuan berarti ada penyimpangan

perkembangan anak (P), dan anak perlu segera

dirujuk kerumah sakit yang memiliki tenaga

dokter spesialis anak, spesialis mata, spesialis

THT, kesehatan jiwa, rehabilitasi medik,

psikolog, dan ahli terapi.

(Kementrian Kesehatan RI, 2010)

o. Rujukan dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak

Rujukan diperlukan jika masalh atau penyimpangan

perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah

dilakukan tindakan intervensi dini. Rujukan penyimpangan

Tumbuh kembang anak dilakukan secara berjenjang, sebagai

berikut :

1) Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota

keluarga lainnya dan kader) dianjurkan untuk membawa

anaknya ketenaga kesehatan di Puskesmas atau jaringan

atau Rumah Sakit.

2) Tingkat Puskesmas dan jaringannya

a) Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu,

polindes, pustu termasuk puskeling, melakukan


76

tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh

kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat

pada buku pedoman.

b) Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata

memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan

rujukan ke tim medis di Puskesmas (dokter, bidan,

perawat, nutrisionis, dan tenaga kesehatan terlatih

lainnya).

3) Tingkat Rumah Sakit rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat

ditangani ditingkat puskesmas atau memerlukan tindakan

yang khusus maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit

Kabupaten (tingkat rujukan primer) yang mempunyai

fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan dokter

spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium atau

pemeriksaan penunjang diagnostik. Rumah Sakit Privinsi

sebagai tempat rujukan.


77

B. KERANGKA TEORI

Faktor yang
mempengaruhi tumbuh
kembang
a. Faktor - faktor
Eksternal:
Faktor Persalinan :
trauma kepala
Asfiksia Neonatorum Hipoksia & iskemi sel jaringan

Faktor Pascasalin :
Gizi Otak Growth Centre
Penyakit kronis /
kelainan kongenital
Lingkungan fisik dan Kerusakan sel otak
kimia
Hormon Somatotropin
Psikologi
Endokrin Susunan Saraf Pusat
Sosio-ekonomi
Lingkungan pengasuhan
Stimulasi Gangguan
Gangguan
b. Faktor – faktor Pertumbuhan
Perkembangan
Internal:
Ras/ etnik atau bangsa
Keluarga
Umur
Jenis Kelamin
Genetik Gangguan Tumbuh
Kelainan Kromosom Kembang
Obat - obatan

Sumber : Anik Maryuani, 2010; Departemen Kesehatan RI,


2006; Departemen Kesehatan RI, 2008; Ferdinand, 2008; Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2010; Kementrian Kesehatan, 2010.

Anda mungkin juga menyukai