Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL 1

Judul Penentuan Parameter Fisis Hilal Sebagai Usulan Kriteria


Visibilitas di Wilayah Tropis
Jenis Jurnal Fisika
Volume dan halaman Vol. 3, No. 2 dan hal 122-127
Tahun terbit 2013
Penulis Judhistira Aria Utama, Hilmansyah
Reviewer Fira Yurdanianti
Fauziah Prihartini Kahar
Cindi Regita Cahyani
Muh. Adrian Salman
Nurfadlia
Titin Khadijah
Muhammad Thafdil
Fadel
Tanggal reviewer 16 April 2022

Latar Belakang Dalam naskah ini dibahas tentang penentuan ketinggian


optimal hilal yang dapat diamati dengan mata telanjang
maupun bantuan alat optik semisal binokuler ataupun teleskop
untuk memberikan landasan teori bagi salah satu kriteria yang
dianut Kementerian Agama RI selama ini. Parameter fisis
hilal yang diturunkan di atas bersifat dinamis, artinya masih
dapat berubah disesuaikan dengan jumlah data pengamatan
yang tersedia dan valid secara keilmuan. Bila optika berkaitan
dengan proses perambatan cahaya dari sumber di luar
atmosfer hingga tiba di detektor di permukaan Bumi,
meteorologi berperan dalam menyediakan informasi dinamika
atmosfer lokal yang direpresentasikan ke dalam parameter
temperatur, kelembaban, dan tekanan udara serta kandungan
aerosol yang berkenaan dengan kadar transparansi atmosfer
setempat.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh besaran-besaran
fisis hilal yang dapat diamati pascakonjungsi untuk wilayah
tropis dengan beragam modus pengamatan (mata telanjang
dan berbantuan binokuler/teleskop)
Metode Penelitian Metode data yang dipergunakan dalam penelitian ini
bersumber dari laporan keberhasilan mengamati hilal di
seluruh wilayah Indonesia dalam kurun waktu 1962 - 2011
yang dikompilasi oleh Kementerian Agama (KEMENAG) RI,
basis data Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) selama periode
2007 - 2009 yang dibatasi hanya untuk kasus dengan lag time
≤ 60 menit, dan data global yang dikompilasi Odeh (2006)
yang telah mengalami penyeleksian terbatas untuk wilayah
tropis (lintang geografis ± 23,50). Dalam model Kastner,
kontras maksimum ditandai dengan puncak kurva visibilitas
hilal untuk masing-masing modus pengamatan. Bila dalam
suatu kasus pengamatan hilal digunakan dua atau tiga modus
berbeda yang semuanya memberikan laporan positif atas
kenampakan hilal, pengujian kontras hanya dilakukan untuk
modus yang paling sederhana dengan panduan berikut ini:
pengamatan mata telanjang lebih sederhana dibandingkan
pengamatan berbantuan binokuler maupun teleskop dan
pengamatan menggunakan binokuler lebih sederhana
dibandingkan pengamatan dengan teleskop.
Hasil penenlitian Hasil dan pembahasan Setelah melalui seleksi kontras,
diperoleh 46 buah data dengan rincian 35 data untuk modus
mata telanjang (4 data KEMENAG, 15 data RHI, dan 16 data
Odeh), 8 data dengan modus pengamatan berbantuan
binokuler (6 data Odeh dan 2 data RHI), serta 3 buah data
untuk pengamatan yang menggunakan alat bantu teleskop
yang seluruhnya berasal dari data Odeh. Nilai rata-rata
ketujuh buah parameter fisis hilal berdasarkan data terseleksi
pada saat fungsi visibilitas mencapai maksimum untuk
masing-masing kasus hilal dengan beragam modus
pengamatan ditampilkan dalam Tabel 1. Berdasarkan tabel 1,
parameter fisis hilal untuk modus pengamatan mata telanjang
secara konsisten bernilai lebih besar daripada nilai-nilai untuk
pengamatan dengan bantuan binokuler maupun teleskop
kecuali untuk parameter ketinggian hilal dari horison. Dengan
demikian, untuk nilai-nilai yang kurang dari nilai optimal
tersebut memungkinkan diperlukannya alat bantu untuk tetap
dapat mengesani sosok hilal. Untuk hilal yang berada di
ketinggian tertentu dari horison, pengamatan yang dilakukan
dengan mata telanjang tidak akan berhasil mengesaninya
selama kecerahan langit senja masih lebih dominan daripada
iluminansi hilal. Karena pengamatan menggunakan alat bantu
dapat mereduksi kecerahan langit senja dengan signifikan,
maka terdapat kesempatan untuk dapat mengesani hilal
bersangkutan di ketinggian tersebut ketika iluminansinya
telah menjadi lebih dominan atas kecerahan langit senja.
Kelebihan Telah diperoleh rata-rata nilai parameter fisis hilal pada saat
kontras maksimum dicapai dalam modus pengamatan mata
telanjang dan berbantuan alat guna diusulkan sebagai batas
bawah kriteria visibilitas hilal yang berlaku di wilayah tropis.
Hasil yang diperoleh telah pula dibandingkan dengan hasil-
hasil penelitian lainnya, yang menunjukkan adanya
konsistensi maupun ketidaksamaan.
Kekurangan Keterbatasan data yang digunakan, hasil ini merupakan
usulan sementara yang bersifat dinamis, dalam arti dapat terus
diperbaiki dengan semakin bertambahnya jumlah data
pengamatan yang tersedia.
REVIEW JURNAL 2

Judul Pengamatan Hilal Siang Menggunakan Metode Olahan Filter


Warna Pada Software IRIS
Jenis Jurnal Kajian Pendidikan Sains
Volume dan halaman Vol 7, no 1 dan hal 49-56
Tahun terbit 2021
Penulis Hariyadi Putraga
Abu Yazid Raisal
Muhammad Hidayat
Arwin Juli Rakhkmadi
Reviewer Fira Yurdanianti
Fauziah Prihartini Kahar
Cindi Regita Cahyani
Muh. Adrian Salman
Nurfadlia
Titin Khadijah
Muhammad Thafdil
Fadel
Tanggal reviewer 27 April 2022

Latar Belakang Pada penelitian ini dilakukan percobaan pengamatan hilal


atau bulan sabit pada siang hari (matahari masih diatas ufuk)
menggunakan teleskop dengan bantuan software IRIS. Hilal
atau yang lebih dikenal dengan nama bulan sabit merupakan
salah satu bentuk dari fase Bulan yang terlihat dari Bumi.
Bulan selalu bertukar kedudukan dipandang dari arah bumi
yang menyebabkan bentuk Bulan yang terlihat dari
permukaan Bumi berubah setiap hari. Peristiwa ini dikenal
dengan fase Bulan. Adanya ilmuan yang berhasil
mengabadikan bulan sabit di siang hari merupakan buah dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
sudah selayaknya terjadi. Hal ini dikarenakan pada siang hari
kondisi langit masih biru dan variasi awan tidak terlalu
banyak.
Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan citra hilal yang lebih jelas dengan
menggunakan filter warna IRIS. Filter warna yang digunakan
adalah filter UV, temperature, dan inverted.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Desain
penelitian adalah studi kasus, dengan unit analisis olahan citra
dari perangkat lunak IRIS.
Hasil penenlitian Penelitian ini akan merancang model pengamatan hilal siang
hari yang dapat mengevaluasi perhitungan astronomis dan
pengamatan di lapangan dengan gambaran besarnya dapat
menjadi alat pemersatu kalender islam global. Ketepatan
penggunaan nilai ini juga mempengaruhi pada tingkat
visibilitas bulan sabit yang menggunakan alat optik dengan
kamera astronomi untuk menghasilkam gambar dengan
kualitas maksimal. Berikutnya gambar diproses pada IRIS
dengan melakukan stacking, pergantian threshold, filter
warna, dan proses lainnya untuk mendapatkan analisis lebih
lanjut dai gambar yang didapatkan. Dengan menggunakan
fitur stacking, gambaran bulan yang awalnya masih kurang
jelas akan dapat ditingkatkan tingkat tekstur permukaan dan
ketajaman gambar, tergantung dengan jumlah file yang akan
di stacking, semakin banyak file gambar maka akan semakin
bagus gambar yang dihasilkan.
Sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
melakukan olahan gambar hilal, maka keberadaan hilal
tersebut dapat diverifikasi dan dipertanggung jawabkan
bahwan objek yang terlihat dan teramati adalah benar hilal
sehingga saat pengamatan yang dilakukan secara bersama-
sama memberikan kepastian bahwa benar telah memasuki
fase bulan baru dan penanggalan bulan hijriyah yang baru.
Kelebihan Kelebihan dari metode ini adalah dapat memberikan
perbedaan secara mutlak antara langit, awan dan hilal pada
gambar sehingga dapat digunakan sebagai media verifikasi
keterlihatan hilal dalam penelitian.
Kekurangan Kekurangan dari metode ini adalah dibutuhkan gambar yang
diperkirakan memang gambar hilal yang didapatkan dalam
pengambilan gambar yang banyak dan diduga terdapat hilal
namun saat diolah tidak menunjukkan keberadaan hilal, dan
saat kontras hilal sangat rendah karena tertutup awan akan
menyulitkan pemunculan perbedaan warna.

Anda mungkin juga menyukai