Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan Tentang Strategi
Didalam bukunya yang berjudul strategi dan model pembelajaran Ngalimun
berpendapat bahwa:
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi, untuk
memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan
menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari
kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia
akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat
peperanganyang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu
yang tepat untuk malakukan sesuatu serangan. Dengan demikian penyusunan
strategi perlu memperhatikan berbagai factor, baik dari dalam maupun dari luar.1
Dengan demikian dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa strategi
awalmulanya dipakai dalam dunia militer untuk menyusun rencana atau siasat
agar dapat memenangkan suatu pertempuran atau peperangan. Dengan adanya
strategi yang direncanakan atau yang di rancang diharapkan mampu membuat
ketahan militer semakin kuat dan dapat memenangkan suatu pertempuran. Seiring
dengan berjalanya waktu strategi tidak hanya digunakan dalam dunia militer saja
tetaipi juga mulai di pakai dalam dunia pendidikan.
Seperti yang di jelaskan Sanjaya wina yang dicatat oleh Ngalimun dalam
bukunya yang berjudul strategi dan model pembelajaran bahwa:……….
Menurut sanjaya wina istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainya,
dipakai dalam banyak konteks dengan makya yang tidak selali sama. Di dalam
konteks belajar mengajar,termasuk juga strategi pembinaan, kedisiplinan siswa
mendirikan sholat berjamaah, strategi berarti pola umum perbuatan guru terhadap
peserta didik didalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sifat pola umum
tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak
dipergunakan dan dipercayakan guru terhadap peserta didik didalam bermacam-
1
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja pressindo,2014), hal. 4
macam peristiwa belajar. Dengan demikian maka konsep strategi dalam hal ini
menunjukkan pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru peserta didik
didalam peristiwa belajar mengajar. Implisit dibalik karakteristik abstrak itu
adalah rasional yang membedakan strategi yang satu dari strategi yang lain secara
fundamental.2
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi banyak
digunakan di berbagai konteks, yang memiliki makna tidak selalu sama. jika di
gunakan dalam konteks pendidikan itu sendiri strategi berarti pola umum dalam
kegiatan belajar-mengajar yang menyangkut antara pendidik dan peserta didik itu
sendiri.
Dalam jurnal Muhammad Asrori di jelaskan pengertian strategi menurut Abu
Ahmad bahwa, Secara umum strategi memiliki pengertian sebagai suatu garis
besar haluan dalam bertindak dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Kemudian jika dihubungkan dengan kegian belajr mengajar, maka startegi dalam
artian khusus dapat diartikan sebagai pola umum yang dilakukan seorang guru
dengan murid dalam suatu perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk
mencavatujuan yang telah digariskan.3
2. Tinjauan Tentang Guru
a. Pengertian Guru
Guru adalah orang yang memberikan ilmu Pengetahuan kePada anak
didik. Gru dalam Pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
Pendidikan ditemPat-tempat tertentu tidak mesti di lembaga pendidikan formal
tetapi bias juga di lembaga non formal seperti masjid, mushola, rumah dan lain
sebagainya.4
Menurut Departemen Pendidikan dan kebudayaan guru adalah orang
yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengajar dan mendidik,
memberi pengetahuan dan keterampilan sekaligus menanamkan nilai-nilai dan
sikap atau dengan kata lain seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu
pengetahuan kepada muridmuridnya, akan tetapi, dari seorang tenga

2
Ibid. hal. 4.
3
Muhammad Asrori, Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran, (Malang: 2013),
hal. 165
4
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),
hal. 31
profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan,
menganalisis, dan menyimpulkan masalah yang dihadapi.5
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi yang ada, guru
tidak lagi sekedar bertindak sebagai penyaji informasi, guru juga harus mampu
bertindak sebaagai fasilitator, motifator, dan pembimbing yang lebih banyak
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah
sendiri informasi.6 Dengan demikian guru harus mampu menyesuaikan
perubahan yang ada, mau tidak mau guru harus sering-sering mencari infor
masi yang lebih baru agar pembelajaran yang diberikan tidak ketinggalan
dengan perkembangan zaman.
b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Manusia dikatakan bertanggung jawab apabila mampu membuat
keputusan atas dasar nilai-nilai dan norma-norma tertentu, baik yang
bersumber dari dalam dirinya maupun yang bersumber dari lingkungan sosial.7
Dengan demikian, manusia dikantakan dapat bertanggung jawab apabila
mampu bertidak sesuai dengan norma yang berlaku.
Sikap tanggung tanggu jawab itu sendiri sangat penting untuk dimiliki
oleh seorang pengajar atau seorang guru. Guru dikatakan berhasil dalam
mendidik jika mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik yaitu mampu
dalam mendidik siswa-siswinya untuk mendapatkan pembelajaran yang sesui
dengan norma yang berlaku.
Secara umum guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan yaitu dengan mengajak orang lain berbuat baik. Tugas berbuat
kebaikan tersebut identik dengan dakwah yang mengajak umat islam untuk
berbuat baik. Seperti firman Allah SWT. Dalam QS. Ali Imran/3:104; yang
berbunyi:
َ ‫ُون ِإلَى ْال َخي ِْر َو َيْأ ُمر‬
‫ُون ِب ْال َمعْ رُوفِ َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬ َ ‫َۚ و ْل َت ُكنْ ِم ْن ُك ْم ُأم ٌَّة َي ْدع‬
َ ‫ك ُه ُم ْال ُم ْفلِح‬
‫ُون‬ َ ‫َوُأو ٰلَِئ‬

5
Asrof Syafi’I, E8Q Dan Kompetensi Guru PAI, (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2008), hal.
21-22.
6
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi Dan Reformasi Pendidikan di Indonesia,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 16-17
7
Oemar Hambali, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hal. 39
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.8
Dari ayat diatas dapat kita simpulkan dengan cara mengajak seseorang
untuk berbuat baik dan selalu mengingatkat seseorang ketika melakukan
kesalahan adalah orang yang beruntung. Secara tidak langsung sosok seorang
pendidik atau guru lah salah satu yang dapat di jadikan contoh, karena seorang
guru selain untuk mengajar dan mendidik seorang murid guru juga
mengingatkan dan mengajak siswanya untuk selalu berbuat kebaikan.
Moh. Roqib dan Nurfuadi berpendapat dalam bukunya yang berjudul
Kepribadian Guru tentang tanggung jawab seotang guru, bahwa:
Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Mereka ini, tatkala
menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian
tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.9
Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa tanggung jawab yang di
miliki sorang guru sangatlah besar karena sebagian tanggung jawab yang
dimiliki orang tua dilimpahkan kepada seorang guru tatkala orang tua tersebut
menyerahkan anaknya kesekolah. Tanggung jawab yang harus dilakukan yaitu
mendidik, mengajarkan, dan membimbing peserta didik agar tidak salah dalam
menuntut ilmu.
Selain tanggung jawab, guru juga memiliki tugas yang harus dilakukan.
Moh. Roqib dan Nurfuadi menjelaskan tugas seorang guru dalam bukunya
yang dikutip dari Ag. Soejono sebagai berikut:
1) Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan
berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan
sebagainya.
2) Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan
menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.

8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media), hal. 63.
9
Moh. Roqib & Nurfuadi, Kepribadian Guru, (Yogyakarta: CV. Cinta Buku, 2020), hal. 60
3) Memperlihatkan kepada aanak didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai bidang keahlian, ketrampilan, agar anak didik
memilihnya dengan tepat.
4) Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
5) Memberikan bimbingan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam
mengembangkan potensinya.10

3. Tinjauan tentang pendidikan agama islam


Pendidikan adalah kegiatan membudayakan manusia muda atau membuat
orang muda ini hidup berbudaya sesuai standar yang di terima oleh masyarakat. 11
Pendidikan juga dapat di artikan sebagai usaha untuk membina dan mengarakan
potensi akal, jiwa, dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, ahlak, dan
keterampilan, yang semua ini data digunakan untuk mendukung tugas pengabdian
dan kekhalifahannya.12 Pendidikan sangatlah penting bagi manusia, dengan
demikian di bawah ini akan di bahas tentang berbagai aspek yang berkaitan
dengan pendidikan agama islam.
a. Pengertian pendidikan agama islam menurut bahasa
Jika kita melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita
hendaknya melihat dari segi bahsa arab. Dalam bahasa arab, istilah pendidikan
yang sering digunakan antara lain; at-ta’lim, at-tarbiyah, dan at-ta’dib. Namun
dengan demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna sendiri-sendiri.
1) Kata at-ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti
pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan.13
2) Kata at-tarbiyah merupakan masdar dari dari kata robba yang berarti
mengasuh, mendidik, dam memelihara.14
3) Kata at-ta’dib merupakan masdar dari addaba yang berarti proses
mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan ahlak

10
Ibid, hal. 108
11
Amos Neolaka & Grace Amialia A. Neolaka, Landasan Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), hal. 2
12
Nino Indrianto, Pendidikan Agama Islam Interdisipliner, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2020), hal. 2
13
Remiswal & Arham Junaedi firman, Konsep Fitrah Pendidikan, (Yogyakarta: Percetakan Diandra,
2018), hal. 11
14
Ibid, hal. 12
atau budi pekerti peserta didik. Orientasi kata at-ta’dib lebih terfokus
pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berahlak mulia.15
b. Pengertian pendidikan Agama Islam menurut istilah
Adapun pendidikan menurut istilah ”proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan”. Dengan demikian pendidikan itu jelas
adanya usaha atau kesengajaan yang bersifat memberikan bantuan dan
pertolongan kepada seseorang dalam perkembanganya kearah dewasa jasmani
dan rohani.16
Sedangkan pendidikan islam adalah bimbingan jasmani rohani
berdasarkan hokum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. Yang dimaksud
“kepribadian utama” di sini ialah kepribadian yang diwarnai oleh ajaran islam,
dimana dalam segala tingkah lakunya selalu berdasarkan kaidah-kaidah dan
norma-norma agama islam, bertanggung jawab atas dasar nilai-nilai islam,
pendidikan berarti usaha-usaha secara sistematis dan progmatis dalam
membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai ajaran agama islam.17
Dengan demikian bias kita simpulkan bahwa pendidikan agama islam
merupakan suatu usaha dalam memberikan pengajaran kepada seseorang
melalu jasmani dan rohanis berdasarkan dengan huku-hukum dan norma-
norma yang telah ada agar dapan membentuk manusia yang memiliki
kepribadian yang baik terutaama dalam pribadia keislamannya.
c. Dasar-dasar pendidikan agama islam
Dasar merupakan suatu landasan tempat pijaknya atau tegaknya sesuatu
agar sesuatu itu tegak kokoh berdiri. Dasar suatu bangunan adalah pondasi
yang menjadi bangunan itu. Adapun dasar dalam pendidikan agama islam
sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah SWT dan As-sunnah. Dari buku yang
berjudul ilmu pendidikan islam Nik Haryanti menyebutkan tentang dasar
pendidikan agama islam.

15
Ibid, hal. 13
16
Imam Mohtar, Problematika Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada Masyarakat, (Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia, 2017), hal; 12
17
Ibid, hal. 13
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT berupa wahyu yang
disampaikan oleh Jibri kevada Nabi Muhammad SAW. Okok yang dapat
dikembangan untuk keperluan seluruh asvek kehidupan melalui Ijtihad.
Ajaran yang terkan dung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip
besar, yaitu berhubunhan dengan masalah keimanan yang di sebut
Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syariah.
2) As-Sunnah
Dasar kedua dalam pendidikan islam yaitu As-Sunnah menurut bahasa
sunnah adalah tradisi yang bias dilakukan atau jalan yang dilalui baik
yang terpuji maupun yang tercela. Al-Sunnah adalah sesuatu yang
dinukilkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa perkatan, perbuatan,
taqrir atau ketetapanya dan yang lain itu.
3) Kata-kata sahabat, sikap, dan perbuatan para sahabat.
Sahabat adalah orang yang pernah berjumpa dengan Nabi Muhammad
SAW, dalam keadaan beriman dan mati dalam keadaan beriman pula.
4) Maslahah al-mursalah (kemaslahataan umat/sosial)
Maslahah al-mursalah adalah menetapkan undang-undang peraturan dan
hukum tentang pendidikan dalam hal-hal yang sama sekali tidak
disebuatkan dalam nash dengan pertimbangan kemaslahatan hidup
bersama dengan bersendikan asas menarik kemaslahatan dan menolak
kemadhorotan.
5) Tradisi aau adat kebiasan masyarakat (‘urf)
Tradisi merupakan kebiasaan masyarakat baik perkataan maupun
perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan seakan-akan merupakan
hokum tersndiri. Sehingga jiwa mersasa tenang dalam melakukanynya
karena sejalan dengan akal dan diterima oleh tabi’at yang sejahtera.
6) Hasil pemikiran para ahli dalam islam (ijtihad)
Ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan ulama’ islam
didalam memahami nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang
berhubungan dengan penjelasan dan dalil tentang dasar pendidikan
islam, system dan arah pendidikan agama islam.18
d. Tujuan pendidikan Agama islam
18
Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang: Gunung Samudra, 2014), hal. 18-25
Tujuan pendidikan agama islam ialah sesuatu yang sangat diharapkan
ketika pembelajaran atau kegiatan yang dilakukan itu telah selesai. Karena
pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berposes dan memiliki tahapan-
tahapan dan tingkatan didalamnya. Dengan demikian hasil yang diharapkan
ketika melakukan pembelajaran itu bias tercapai diantaranya yaitu dari tujuan
itu sendiri.
Tujuan pendidikan agama islam yaitu membina manusia beragama, berarti
manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama islam dengan baik
dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh
dengan kehidupanya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia
dan akhirat. Yang dapat dibina melalu pengajaran agama yang intensif dan
efektif.19
Dijelaskan dalam buku yang berjudul ilmu pendidikan islam yang di tulis
oleh Nanik haryanti, menurut Abuddin Nata bahwa tujuan pendidikan islam
memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
1) Menggerakkan manusia gaar menjadi khalifah tuhan dimuka bumi dengan
sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan
mengolah bumi sesuai dengan kehendak tuhan.
2) Menggerakkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya
dimuka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah
sehingga tugas tersebut terasaringan dilaksanakan.
3) Mengarahkan manusia agar berahlak mulia, sehingga ia tidak menyalah
gunakan fungsi kekhalifahannya.
4) Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga
ia memiliki ilmu, ahlak dan ketrampilan yang semua ini dapat digunakan
guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
5) Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat.20

4. Tinjauan tentang sikap religius

19
Neni, Model Pendidikan Agama Islam Berbasis Lingkungan, (Indragiri Hilir: PT. Indra Giri, 2021), hal.
136
20
Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang: Gunung Samudra, 2014), hal. 30-31
Sikap religius merupakan sebuah hubungan yang berkaitan dengan
agamanya. Jadi sikap religius ini segala tindakan atau perilaku yang diterapkan
berdasarkaan agamanya. Sikap religius sendiri sangan baik jika diterapkan di
setiap kegiatan yang ingin kita lakukan agar kegiatan yang kita lakukan tersebut
tidak sia-sia atau percuma.
Nur Rachmat menjelaskan dalam bukunya bahwa religiusitas merupakan
kekuatan hubungan atau keyakinan individu terhadap agamaanaya. Religiusitas
merupakan integrasi secara komplek antar pengetahuan agama, perasaan serta
tindakan keagamaan dalam diri seseorang. Salah satu karakteristik individu yang
religius adalah bahwa mereka menganut kepercayaan agama yang menawarkan
interpretasi tentang dunia empiris dan peran hak individu didalamnya.
Religiusitas berhubungan positif dengan kepuaan hidu, hal ini karena orang
percaya bahwa dengan melaksanakan ajaran agama maka tingkat kebahagiaan
menjadi lebih tinggi dari pada orang yang tik melaksanakan ajaran agamanya
dengan baik.21

B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian seseorang atau peneliti yang telah
diteliti sebelum kita melakukan penelitian. Penelitian terdahulu dicantumkan gunanya
untuk membandingkan dan mencari perbedaan dengan penelitian yang kita teliti agar
kita bisa mencari kekurangan dan kelebihan yang di temukan dalam penelitian
terdahulu untuk kita kembangkan atau kita perbarui agar penelitian yang kita lakukan
lebih baik. Penelitihan terdahulu jaga dapat kita jadikan referensi agar penelitian kita
bisa mengembangkan penelitian yang pernah di teliti sebelumnya atau juga dapat
menjai masukan untuk kita agar kita dapat meneliti dengan lebih baik lagi. Berikut
yang masih memikiki keterkaitan dengan menumbuhkan sikap religius, antara lain
sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dhihin Srinanda Agustin pada tahun 2020 dengan
judul “ Implementasi Strategi Kepala Sekolah dalam Membangun Budaya
Religius Peserta didik di SMPN 1 Gandusari Trenggalek”.

21
Nur Rachmat, Optimasi Performa Kualitas Hidup Pada Pasien Post Amputasi Transfemoral,
(Ponorogo: Gracias Logis Kreatif, 2021), hal. 52
Fokus masalah yang di bahas meliputi: 1. Bagaimana implementasi strategi
kepala sekolah dalam membangun budaya religius peserta didik di SMPN 1
Gandusari Trenggalek? 2. Apa hambatan implementasi strategi kepala sekolah
dalam membangun budaya religius peserta didik di SMPN 1 Gandusari
Trenggalek? 3. Bagaimana dampak implementasi strategi kepala sekolah dalam
membangun budaya religius peserta didik di SMPN 1 Gandusari Trenggalek?
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa: 1) dalam mebangun
budaya religius peserta didik antaranya yaitu meliputi budaya berjabat tangan,
budaya seragam berbusana muslim, budaya tartil al Qur’an, budaya adzan
sebelum shalat dhuhur, budaya shalat dhuhur, serta budaya qultum dan infaq. 2)
berdasarkan hasil penelitian dalam membangun budaya religius peserta didik yaitu
peserta didik memiliki sikap sopan dan rasa hormat, menutup aurat, cinta terhadap
al Qur’an, mau menampilkan adzan dengan suara paling baik, rajin shalat wajib,
senang mendengarkan materi agama dan berinfaq.22
2. Penelitian yang dilakukan Diah Rosita Sari pada tahun 2020 dengab judul
“Implementasi Pendidikan Karakter Religius Melalui Kegiatan Keagamaan di MI
Hidayatuth Tholibin Kalidawir Tulungagung”.
Fokus masakah yang dibahas meliputi: 1) bagaimana penerapan pendidikan
karakter religius melalui kegiatan keagamaan tahfidz di MI Hidayatuth Tholibin
Kalidawir Tulungagung? 2) bagaimana penerapan pendidikan karakter religius
melalui kegiatan keagamaan sholat dhuha di MI Hidayatuth Tholibin Kalidawir
Tulungagung? 3) bagaimana penerapan pendidikan karakter religius melalui
kegiatan keagamaan membaca surat yasin di MI Hidayatuth Tholibin Kalidawir
Tulungagung?
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa: 1) penerapan
pendidikan karakter religius melalui kegiatan tahfidz sudah sesuai dengan tujuan
dari MI Hidayatuth Tholibin. 2) dalam penerapan pendidikan karakter religius
melului kegiatan tahfidz, sholat dhuha, dam membaca surat yasin sudah
diterapkan dengan baik dan berjalan dengan lancer.23

22
Dhihin Srinanda Agustin, Implementasi Strategi Kepala Sekolah dalam Membangun Budaya Religius
Peserta didik di SMPN 1 Gandusari Trenggalek, (Tulungagung: Skripsi Tidak diterbitkan, 2020)
23
Diah Rosita Sari, Implementasi Pendidikan Karakter Religius Melalui Kegiatan Keagamaan di MI
Hidayatuth Tholibin Kalidawir Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak diterbitkan, 2020)
3. Penelitian yang dilakukan oleh Andra Fajar Setya pada tahun 2020 dengan judul
“Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Karakter Religius
Peserta Didik di SMP Islam Gandusari Kabupaten Trenggalek”.
Fokus masalah yang di bahas meliputi: 1. Bagaimana perencanaan strategi
guru PAI dalam meningkatkan karakter religius peserta didik di SMP Islam
Gandusari Kabupaten Trenggalek? 2. apa hambatan strategi guru PAI untuk
meningkatkan karakter religius peserta didik di SMP Islam Gandusari Kabupaten
Trenggalek? 3. Bagaimana dampak strategi guru PAI dalam meningkatkan
karakter religius peserta didik di SMP Islam Gandusari Kabupaten Trenggalek?
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa: 1) dalam perencanaan
meningkatkan karakter religius peserta didik melalui pembuatan program jum’at
mengaji, program dhuhur & dhuha bersama, 3S setiap pagi, Ekstrakulikuler
sekolah serta Peringatan hari besar Islam dapat meningkatkan karakter religius
peserta didik dengan baik. 2) dalam peningkatan karakter religius peserta didik
dapat membuat peserta didik menjadi lebih baik dan mampu membentuk sikap
tanggung jawab di dalam diri peserta didik.24
4. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Koiriyah pada tahun 2020 dengan judul
“Peran Guru Fikih dalam Mengembangkan Budaya Religius Siswa di MTs
Aswaja Tunggangri Tulungagung”.
Fokus masalah yang di bahas meliputi: 1. Bagaimana peran guru fikih sebagai
motivator dalam mengembangkan budaya religius siswa di MTs Aswaja
Tunggangri Tulungagung? 2) bagaimana Peran guru fikih sebagai director dalam
mengembangkan budaya religius siswa di MTs Aswaja Tunggangri Tulungagung?
(3) bagaimana Peran guru fikih sebagai inisiator dalam mengembangkan budaya
religius siswa di MTs Aswaja Tunggangri Tulungagung ?
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa: 1) dalam
mengembangkan motifator budaya religius guru sanagat berperan sebagai dasar
penggerak yang mendorong aktifitas belajar siswa dalam pelajaran fikih,
mengedepankan pujian daripada hukuman kepada siswanya, memupuk optimisme
dalam pelajaran fikih dan melahirkan prestasi dalam pelajaran fikih dengan tujuan
agar siswa lebih berkembang dalam budaya religiusnya. 2) dalam
mengembangkan motifator budaya religius di sekolah guru memiliki peran yang

24
Andra Fajar Setya, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Karakter Religius
Peserta Didik di SMP Islam Gandusari Kabupaten Trenggalek, (Tulungagung: Skripsi Tidak diterbitkan, 2020)
snagat penting, dengan adanya seorang guru dapat memberikan kesempatan yang
memadai untuk peserta didik agar setiap siswa dapat belajar fikih sesuai dengan
karakteristik pribadinya.25
5. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nahrudin pada tahun 2019 dengan
judul “Strategi Guru Dalam Membentuk Karakter Religius Melalui Pembelajaran
Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs Negeri 7 Tulungagung”.
Fokus masalah yang di bahas meliputi: 1) bagaimana Strategi perencanaan guru
dalam membentuk karakter religius melalui pembelajaran aqidah akhlak kelas
VIII di MTs Negeri 7 Tulungagung? 2) bagaimana Pelaksanaan strategi guru
dalam membentuk karakter religius melalui pembelajan aqidah akhlak kelas VIII
di MTs Negeri 7 Tulungagung? 3) bagaimana Dampak strategi guru dalam
membentuk karakter religius melalui pembelajaran aqidah akhlak kelas VIII MTs
Negeri 7 Tulungagung?
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa: 1) dalam membentuk
karakter religius melalui pembelajaran aqidah akhlak guru menggunakan beberapa
langkah untuk perencanan dalam pembelajaran. Untuk mencapai kualitas
pemeblajaran aqidah akhlak ada 4 indikator yaitu: a. Lingkungan fisik di kelas
VIII dikelola dengan baik untuk mendukung kegiatan pemebelajaran. b. Guru
aqidah akhlak dapat menguasai situasi belajar siswa dan mampu menguasai
dinamika kelas yang dihuni oleh berbagai sifat dan watak siswa. c. Guru aqidah
akhlak menyampaikan materi secara sistematis. d. Pemebelajaran aqidah akhlak
pada kelas VIII menggunakan strategi pembelajaran pembiasaan bertingkah laku
baik dan sesuai dengan tuntunan yang ada dalam agama islam itu sendiri. 2) dalam
pelaksanaan membengtuk karakter religius guru memiliki beberapa cara
diantaranya yaitu sebagai berikut: a. Lingkungan fisik kelas VIII dikelola dengan
baik untuk mendukung pembelajaran. b. Suasana pembelajaran aqidah akhlak
sangat kondusif. c. Guru aqidah akhlak mampu menyampaikan materi
pembelajaran dengan jelas dan sistematis. d. Pemebelajaran aqidah akhlak
berlangsung dengan proses yang dapat diterima secara rasional. antara lain:
Dampak positif siswa saling berlomba-lomba dalam kebaikan, Komunikasi yang
sangat baik, Kelas menjadi kondusif. Adapun dampak negatif yaitu: tidak semua

25
Ana Koiriyah, Peran Guru Fikih dalam Mengembangkan Budaya Religius Siswa di MTs Aswaja
Tunggangri Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak diterbitkan, 2020)
siswa menyerap pembelajaran aqidah akhlak dengan baik, siswa kurang
memperhatikan pada saat pembelajaran aqidah akhlak.26
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat beberapa perbedaan antara penelitian terdahulu dengan peneliti yang
dilakukan saat ini. Beberapa hal yang membedakan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian saat ini terletak di bagian lokasi penelitian, subjek penelitian,
dan focus penelitian.
Perbedaan lokasi penelitian terdahulu degan penelitian saat ini yaitu jika
penelitian saat ini terletak di SMAN 1 Boyolangu Tulungagung sedangkan
penelitian terdahulu terletak di SMPN 1 Gandusari Trenggalek, MI Hidayatuth
Tholibin Kalidawir Tulungagung, SMP Islam Gandusari Trenggalek, MTs Aswaja
Tunggangsri Tulungagung, dan MTs N 7 Tulungagung. Penelitian ini berfokus
pada Strategi guru dalam menumbuhkan sikap religius siswa yang ada di lokasi
penelitian, yaitu: kegiatan berdo’a sebelum pembelajaran yang dimulai dengan
satu arahan dari satu pengeras suara yang ada di lokasi tersebut.
Melalui pemaparan yang telah di sampaikan diatas dapat diketahui bahwa
penelitian strategi guru pendidikan agama islam dalam menumbuhkan sikap
religius siswa di SMAN 1 Boyolangu bebeda dengan penelitian yang sudah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
C. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan sejumlah proposisi yang menjelaskan bagaimana dunia
dihayati, mengandung pandangan mengenai dunia, suatuca untuk memecah-mecah
kompleksitas dunia nyata, menjelaskan apa yang penting, apa yang memiliki
logitimasi, dan apa yang masuk di akal. Paradigma juaga dapat berarti cara pandang
mengenai suatu hal dengan dasar tertentu.27
Jadi dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan suatu pedoman dari
seorang peneliti itu sendiri untuk mencari fakta dengan cara melakukan penelitan.
Sehingga paradigma menjadi pokok dalam kegiatan penelitian. Oleh karena itu
peneliti ingim menetahui lebih dalam mengenai Strategi Guru pendidikan Agama
Islam untuk Menumbuhkan Sika Religius Siswa di SMAN 1 Boyolangu
Tulungagung. Sehingga dapat digambarga penelitian sebagai berikut.
26
Muhammad Nahrudin, Strategi Guru Dalam Membentuk Karakter Religius Melalui Pembelajaran
Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs Negeri 7 Tulungagung, (Tlulungagung: Skripsi Tidak diterbitkan, 2019)
27
Asfi Manzilati, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma, Metode, Dan Aplikasi, (Malang: UB
Perss, 2017), hal. 1
Strategi guru
pai
Berdoa bersama
sebelum jam belajar
Sikap religius siswa

Keterangan:

Dari hasil bagan tersebut dapat di simpulkan bahwa strategi guru pai dalam
menumbuhkan sikap religius di sekolah atau di ranah pendidikan bias dimulai dari hal
yang kecil yaitu dengan mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama sebelum
jam pelajaran dimulai. Dari startegi tersebut sangat penting untuk selalu diterapkan
karena bias membiasakan peserta didik jika melakukan sesuatu harus diawali dengan
berdo’a.

CATATAN:
1. Konsistensi penulisan
2. Hindari plagiasi atau kutipan langsung
3. Perhatikan penulisan
4. Paragraph jangan terlalu panjang, buat antara 8-10 baris

Anda mungkin juga menyukai