Dosen :
Dr. Sri Maryati, ST., MIP
Oleh :
Aliza Puspa Salsabilla 15420085
Fatima Camelia Fathariska 15420073
Siti Salamah Arafat Hakim 15420049
Nerfita Aurora Veda Talitha 15020035
Putri Aaliyah Setiawan 15020033
Aisha Fadila Rahmadani 15020003
BAB V PENUTUP............................................................................................... 48
1
hujan dan drainase, penyediaan air bersih, saluran pembuangan air limbah
atau sanitasi, serta tempat pembuangan sampah. Semua infrastruktur
tersebut harus lah tersedia dan dapat memenuhi kebutuhan dari masyarakat.
Namun, di lapangan kerap kali infrastruktur tersebut tidak memadai atau
bahkan tidak tersedia.
2.3 Drainase
Berdasarkan dokumen SNI 02-2406-1991 tentang Tata cara
perencanaan umum drainase perkotaan, drainase didefinisikan sebagai
prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air dan atau
ke bangunan resapan buatan. Dalam perencanaannya, drainase di perkotaan
perlu dilandaskan dengan konsep pembangunan yang berwawasan
lingkungan. Konsep tersebut antara lain berkaitan dengan usaha konservasi
sumber daya air yang pada prinsipnya mengendalikan air hujan supaya lebih
banyak meresap ke dalam tanah dan tidak banyak terbuang sebagai aliran
permukaan (run off), misal dengan membuat bangunan resapan buatan,
kolam tendon, penataan lansekap, dan sengkedan.
Sistem drainase perkotaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa
jenis sesuai sisi tinjauannya sesuai yang tertera pada SNI 02-2406-1991,
yaitu sebagai berikut.
1) Ditinjau dari segi fisik, sistem drainase perkotaan terdiri atas saluran
primer, sekunder, tersier, kuarter, dan seterusnya;
2) Ditinjau dari fungsi pelayanan, sistem drainase perkotaan terdiri atas,
- Sistem drainase utama : jaringan saluran drainase primer, sekunder,
sebagian besar masyarakat. Pengelolaan/pengendalian banjir
merupakan tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani
kepentingan tugas dan tanggung jawab pemerintah kota
- Sistem drainase lokal : saluran awal yang melayani suatu kawasan
kota tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri
dan komersial. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung
jawab masyarakat, pengembang atau instansi lainnya.
3) Drainase perkotaan agar direncanakan sebagai sistem drainase terpisah
(sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang
terpisah untuk air permukaan atau air limbah). Pada keadaan tertentu
dan mendesak sistem drainase gabungan boleh direncanakan dengan
koordinasi instansi yang berwenang;
4) Saluran drainase perkotaan dapat direncanakan sebagai saluran terbuka
atau saluran tertutup dengan mempertimbangkan terhadap faktor-faktor
tersedianya tanah dan keadaan alam setempat, pembiayaan, operasi, dan
pemeliharaan.
Perencanaan saluran drainase perkotaan diarahkan untuk
mempertimbangkan beberapa aspek hidraulik berikut:
1) Kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar daripada
kecepatan maksimum yang diizinkan;
2) Kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil daripada
kecepatan minimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi pengendapan
dan pertumbuhan tanaman air;
3) Bentuk penampang saluran agar dipilih berupa segi empat, trapezium,
lingkaran, bagian dari lingkaran, bulat telur, bagian dari bulat telur, atau
kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut;
4) Saluran sebaiknya dibuat dnegan bentuk majemuk, terdiri atas saluran
kecil dan saluran besar guna mengurangi beban pemeliharaan;
5) Kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran drainase agar
dilewatkan melalui lubang pematus yang berdimensi dan berjarak
penempatan tertentu;
6) Dimensi bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air dan
lubang pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan kriteria desain sesuai
dengan macam kota, daerah dan macam saluran;
Berdasarkan aspek nomor 3, bentuk penampang saluran drainase
digambarkan sebagai berikut.
Tabel 2.3.1 Jenis Bentuk Penampang Drainase
Jenis Bentuk Penampang Drainase
2.4 Persampahan
Sampah merupakan komponen yang selalu dihasilkan oleh suatu
lingkungan, terutama lingkungan perumahan dengan penduduk yang padat.
Kegiatan manusia sehari-hari tentunya menghasilkan sampah yang makin
lama semakin menumpuk sehingga harus dibuang atau dipindahkan ke suatu
ruang penampungan sampah.
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah, sampah didefinisikan sebagai limbah
yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang
dianggap tidak ebrguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Dalam
pengelolaannya, sampah yang ada di perkotaan akan mengalami tahapan
berupa pewadahan hingga dibawa ke pembuangan akhir dengan pemilahan
sejak dari sumbernya. Secara umum tahapan pengelolaan sampah tergambar
pada diagram berikut.
Gambar 2.4.1 Alur Pengelolaan Sampah Secara Umum
Sumber: Ikhsandri (2014)
b. Pengumpulan sampah
c. Pemindahan sampah
Lokasi pemindahan yaitu sebagai berikut.
1) Harus mudah keluar masuk bagi sarana pengumpul dan pengangkut
sampah;
2) Tidak jauh dari sumber sampah
Selain itu juga perlu dilakukan pemilahan di lokasi pemindahan dengan
cara manual oleh petugas kebersihan dan atau masyarakat yang berminat
sebelum dipindahkan ke alat pengangkut sampah.
d. Pengangkutan sampah
Persyaratan alat pengangkut yaitu sebagai berikut.
(1) Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah,
minimal dengan jaring;
(2) Tinggi bak maksimum 1,6 m;
(3) Sebaiknya ada alat ungkit;
(4) Kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui;
(5) Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.
Adapun terdapat beberapa jenis peralatan yang digunakan dan dapat
berupa kendaraan berikut.
(1) Truk (ukuran besar atau kecil)
(2) dump truck / tipper truck;
(3) armroll truck;
(4) truk pemadat;
(5) truck dengan crane;
(6) mobil penyapu jalan;
(7) truk gandengan
Berdasarkan lingkup kawasannya, kebutuhan dan kriteria dalam
penyediaan prasarana persampahan yaitu seperti tabel berikut.
Tabel 2.4.1 Kebutuhan Prasarana Persampahan
Lingkup Prasarana
Keterangan
Prasarana Sarana Pelengkap Status Dimensi
Rumah (5 jiwa) Tong sampah Pribadi
Gerobak sampah 2 m^3 Gerobak mengangkut
RW (2500 jiwa) TPS
Bak sampah kecil 6 m^3 Jarak bebas TPS 3x seminggu
Kelurahan (30.000 Gerobak sampah 2 m^3 dengan Gerobak mengangkut
TPS
jiwa) Bak sampah besar 12 m^3 lingkungan 3x seminggu
hunian minimal
Kecamatan Mobil sampah TPS/TPA - Mobil mengangkut 3x
30m
(120.000 jiwa) lokal seminggu
Bak sampah besar 25 m^3
Bak sampah akhir -
Kota (> 480.000
Tempat daur ulang TPA
jiwa) -
sampah
Sumber: SNI-03-1733-2004
2.5 Jaringan Jalan dan Aksesibilitas
2.5.1 Jaringan Jalan
Menurut Undang-Undang No.38 Tahun 2004, Jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah perumahan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Menurut peruntukkannya, jalan diklasifikasikan menjadi jalan
khusus dan jalan umum. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh
instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk
kepentingan sendiri. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu
lintas umum.
Menurut fungsinya, jalan umum dikelompokkan menjadi :
1) Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan utama dengan ciri perjalanan jauh, kecepatan rata-rata
tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna
2) Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri jarak perjalanan
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
3) Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4) Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak
dekat dan kecepatan rata-rata rendah.
Menurut SNI-03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan
lingkungan, jaringan jalan merupakan infrastruktur dasar untuk menunjang
berbagai kegiatan manusia. Lingkungan perumahan harus disediakan
jaringan jalan untuk pergerakan manusia dan kendaraan, serta berfungsi
sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Dalam
merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada ketentuan teknis tentang
pembangunan prasarana jalan perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan
yang berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan
jalan pergerakan kendaraan dan manusia, dan akses penyelamatan dalam
keadaan darurat pada lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu
pedoman teknis jaringan jalan diatur dalam Pedoman Teknik Prasarana
Jalan Perumahan (Sistem Jaringan Jalan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta
Karya, 1998.
Jenis sarana dan utilitas pada jaringan jalan yang harus disediakan
ditetapkan menurut klasifikasi jalan perumahan yang disusun berdasarkan
hirarki jalan, fungsi jalan, dan kelas kawasan/lingkungan perumahan. Jalan
perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi
pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda, dan pengendara kendaraan
bermotor. Selain itu, harus pula didukung oleh ketersediaan prasarana
pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap,
rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain. Berikut adalah bagian-bagian dari
jalan :
Sumber: SNI-03-1733-2004
Sumber: Peraturan Menteri ESDM No. 31 Tahun 2014 dan No. 9 Tahun 2015
2.6.2 Telekomunikasi
Telekomunikasi adalah peristiwa pertukaran informasi
(komunikasi) dalam jarak yang jauh. Menurut Undang-Undang RI No.36
Tahun 1999 tentang telekomunikasi, telekomunikasi adalah setiap
pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam
bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem
kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.
Bentuk komunikasi dalam jarak jauh dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu :
1) Komunikasi satu arah (simplex). Dalam komunikasi satu arah
pengirim dan penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi
yang berkesinambungan melalui media yang sama. Contohnya
adalah pager, televisi, dan radio.
2) Komunikasi dua arah (duplex). Dalam komunikasi dua arah
pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komunikasi yang
berkesinambungan melalui media yang sama. Contohnya telepon
dan VoIP.
3) Komunikasi semi dua arah (half duplex). Dalam komunikasi semi
dua arah pengirim dan penerima informasi berkomunikasi secara
bergantian, tetapi tetap berkesinambungan. Contohnya adalah
faksimile.
Salah satu bentuk telekomunikasi yang harus disediakan adalah
jaringan telepon. Namun, pada zaman yang sudah semakin maju ini, telepon
sebagian besar sudah digantikan dengan telepon genggam karena dianggap
lebih mudah dan fleksibel. Namun, Berdasarkan SNI 03-1733-2004,
lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan telepon sesuai ketentuan
dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/perundangan yang telah
berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan telepon
lingkungan perumahan di perkotaan. Berikut adalah beberapa persyaratan,
kriteria, dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam penyediaan telepon :
a) Penyediaan kebutuhan sambungan telepon
1) Setiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon
rumah dan telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon
rumah per jiwa atau dengan menggunakan asumsi
berdasarkan tipe rumah sebagai berikut :
- R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3
sambungan/rumah
- R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2
sambungan/rumah
- R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1
sambungan/rumah
2) Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon
umum untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang
ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT
tersebut.
3) Ketersediaan antar sambungan telepon umum harus
memiliki jara radius bagi pejalan kaki yaitu 200-400 m.
4) Penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area
publik seperti ruang terbuka umum, pusat lingkungan,
ataupun berdekatan dengan bangunan sarana lingkungan.
5) Penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap
cuaca (hujan dan panas matahari) yang dapat diintegrasikan
dengan kebutuhan kenyamanan pemakai telepon umum
tersebut.
b) Penyediaan jaringan telepon
1) Setiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon
lingkungan dan jaringan telepon hunian.
2) Jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan
pergerakan (jaringan jalan) dan jaringan prasarana / utilitas
lain.
3) Tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija pada sisi
jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di
trotoar.
4) Stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000-10.000
sambungan dengan radius pelayanan 3-5 km dihitung dari
copper center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali
jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.
BAB III
KONDISI INFRASTRUKTUR EKSISTING
3.1 Air Bersih
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan Ketua RT 06
RW 04 Kelurahan Kebonjayanti, sumber air yang digunakan di kawasan ini
berasal dari pompa air sibel yang disediakan oleh pemerintah. Kualitas air
yang dihasilkan cukup baik karena dilakukan pengujian terlebih dahulu.
Selain itu, dikarenakan pompa air sibel menggunakan listrik dan
membutuhkan biaya perawatan, warga yang ingin memanfaatkan program
pompa air sibel ini harus membayar sebesar Rp6000,00/jiwa. Hanya ada
sekitar 30 rumah warga yang memanfaatkan pompa air ini. Tidak seperti di
RW lainnya, dalam pemanfaatan pompa air sibel ini diberlakukan sistem
penggiliran waktu dan pembagian jalur. Pengaliran air digilir setiap satu jam
dan dibagi menjadi 4 jalur. Penggunaan pompa air sibel ditujukan untuk
penggunaan kebutuhan sehari-hari pribadi, bukan untuk rumah yang akan
dikontrakan.
Pada awalnya, sistem pompa air sibel ini menampung air terlebih
dahulu di dua toren dengan kapasitas 1000 liter, lalu setelah itu dialirkan ke
rumah-rumah warga. Dengan demikian, semua warga mendapat bagian air
dengan jumlah yang sama. Namun, sistem tersebut sudah digantikan.
Sekarang, air dari pompa air sibel dialirkan langsung ke rumah-rumah.
Sistem seperti ini membuat air kurang terbagi secara merata karena ada
rumah yang tidak mendapatkan air, namun ada juga rumah yang tetap
mendapatkan air ketika pompa air bermasalah. Pengolahan pompa air sibel
ini ditangani langsung oleh pihak RW karena tidak ada petugas atau bagian
khusus yang bertanggung jawab untuk mengurus pompa air sibel dari
pemerintah ini. Kondisi air saat ini, sudah sekitar satu bulan debit air yang
keluar semakin kecil, bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan air
masyarakat setempat. Hal ini mungkin terjadi karena air yang tersedia di
tanah memang menipis dan tekanan yang diberikan cukup kecil untuk
memompa air.
Upaya yang biasanya warga lakukan untuk menjaga air tetap
tersedia ketika pompa air sibel mati atau debit air yang keluar kecil adalah
dengan menampung air ketika mendapat giliran. Selain itu, sebagian dari
masyarakat juga menggunakan air yang berasal dari ledeng dengan biaya
sebesar Rp500.000,00 per bulannya untuk satu rumah kontrakan yang terdiri
dari sekitar 6 kamar. Sebagian warga lainnya yang tidak memiliki air ledeng
biasanya mengangkut air dari masjid karena memiliki pompa air non-stop.
3.3 Drainase
Sistem drainase yang ada pada kawasan perumahan RW 04 Kel.
Kebon Jayanti terdiri atas saluran terbuka dan saluran tertutup. Sebagian
aliran disalurkan langsung ke selokan besar atau anak sungai selebar 2,3
meter yang terdapat di bagian belakang perumahan RW 04, dan sebagian
lagi dialirkan menggunakan saluran tertutup (perpipaan). Namun, lebar dari
saluran drainase ini cukup kecil, dan seringkali tersumbat karena warga
membuang sampah padat ke closet sehingga harus dibersihkan secara
gotong royong. Adapun penampang saluran drainase terbuka (selokan kecil)
berbentuk empat persegi panjang dan terbuat dari semen, dengan lebar rata-
rata 8 cm.
Sebagian besar selokan di kawasan ini telah ditutup oleh semen
sehingga tidak dapat dicek kondisi kebersihannya. Sementara kondisi dari
saluran drainase yang dapat diobservasi (masih belum tertutup semen) yaitu
cukup kotor dan kebanyakan berlumut. Anak sungai terletak di antara
rumah-rumah warga dan dibatasi oleh trotoar serta pagar, kondisinya
terlihat banyak batu yang besar dan juga masih terdapat sampah yang
dibuang sembarangan di aliran anak sungai tersebut.
Pada masing-masing rumah biasanya terdapat pipa yang
dihubungkan dari atap ke tanah. Namun, karena sebagian selokan sudah
tertutup oleh semen, air hujan yang dialirkan dari pipa berujung menjadi run
off atau aliran permukaan. Hal tersebut kerap menimbulkan adanya
genangan hingga banjir di kawasan perumahan ini karena tanah yang sudah
dibeton mengurangi kemampuan penyerapan air ke dalam tanah.
Gambar 3.3.1 Genangan Air dan Saluran Drainase
Sumber: Dokumentasi kelompok (2022)
3.4 Persampahan
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan di
kawasan perumahan tinjauan, diperoleh informasi mengenai alur
pengelolaan sampah di kawasan tersebut. Di lingkungan perumahan RW 04
Kelurahan Kebon Jayanti, sampah warga dikumpulkan secara individual
terlebih dahulu dan selanjutnya diangkut oleh petugas keliling
menggunakan gerobak. Sampah tersebut kemudian disalurkan ke TPS
Sukapura untuk dipilah dan akhirnya dibuang ke TPA yang sedikit lebih
jauh dari perumahan dan pusat kota dengan menggunakan truk berjenis arm
roll truck. Pola pengumpulan sampah tersebut termasuk pola individual
tidak langsung, di mana warga mengumpulkan sampah di kantong plastik
terlebih dahulu.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.5.2 Jalan Lingkungan
Sumber: Dokumentasi kelompok (2022)
Gambar 3.5.3 Titik Observasi Kondisi Jalan Lingkungan
Sumber: Hasil analisis kelompok (2022)
3.5.2 Aksesibilitas
Kelurahan Kebon Jayanti terletak di lokasi yang cukup strategis
karena berdekatan dengan Pasar Kiaracondong dan juga Stasiun
Kiaracondong. Namun, transportasi umum yang ada disini masih sangat
minim. Berdasarkan hasil wawancara kami dengan warga di kawasan
perumahan tinjauan kami, sebagian besar warga beraktivitas dengan
menggunakan kendaraan pribadi berupa motor dan juga transportasi umum
berupa angkutan kota (angkot). Namun, angkot ini dapat dijangkau setelah
mencapai jalan raya yang jaraknya 1-1,5 km dari rumah warga. Tidak
terdapat tranportasi umum yang menjangkau sampai ke rumah warga
kecuali ojek.
4.3 Drainase
Sebagai lingkungan perumahan di perkotaan, wilayah studi haruslah
memiliki jaringan drainase sesuai SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara
Perencanaan Umum Drainase Perkotaan. Setiap perumahan haruslah
memiliki sarana badan penerima air, seperti sungai dan air tanah akifer;
serta memiliki sarana bangunan pelengkap seperti gorong-gorong,
pertemuan saluran, dan pintu air. Badan penerima air yang terdapat pada
wilayah studi adalah anak Sungai Cipamokolan sebagai saluran drainase
primer dengan bangunan pelengkap berupa gorong-gorong, saluran drainase
sekunder, dan saluran drainase tersier yang melewati setiap rumah di
wilayah studi.
Saluran drainase pada wilayah studi memiliki lebar yang cukup
kecil, keadaan yang cukup kotor, berlumut, dan sering kali tersumbat.
Ditambah kondisi saluran drainase pada jalan lingkungan yang tertutup
membuat air hujan dari pipa rumah warga menjadi run off dan menggenangi
jalan. Kondisi saluran yang demikian tentu memerlukan perhatian dari
warga, akan tetapi berdasarkan pernyataan dari Ketua RT setempat, modal
sosial warga disana sudah banyak berkurang. Gotong royong yang dahulu
biasa dilakukan rutin dan sukarela, kini jarang dilakukan karena warga
menuntut bayaran apabila diminta partisipasinya dalam gotong royong
membersihkan saluran drainase
Kondisi eksisting dan ideal (mengacu pada SNI 03-1733-2004)
untuk infrastruktur jaringan drainase dirangkum pada Tabel 4.3.1.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, infrastruktur jaringan drainase
memenuhi 100% kriteria SNI 03-1733-2004, meski kapasitas saluran
drainase belum mencukupi dan kualitas drainase kurang baik.
Tabel 4.3.1 Perbandingan Kondisi Ideal dan Eksisting Infrastruktur Jaringan
Drainase
Kriteria Ideal Eksisting
Gorong-gorong Tersedia
Bahan
bangunan (pipa Pertemuan saluran Tersedia
penyalur)
Pintu air Tersedia
Kapasitas 40 L Sesuai
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting dan evaluasi
permasalahan di wilayah studi, yaitu di RT 06 RW 04, Kelurahan Kebon
Jayanti, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
• Kualitas air pada wilayah studi sudah cukup baik, tetapi kuantitasnya
masih terbatas. Infrastruktur air bersih memenuhi 64.3% kriteria SNI
03-1733-2004, Permen PUPR No. 29/PRT/M/2018, dan standar
WHO.
• Sistem pengumpulan air limbah sudah memenuhi persyaratan, tetapi
belum terdapat sistem pengolahan air limbah dan masih ditemukan
beberapa masalah terkait penyaluran air limbah. Infrastruktur air
limbah memenuhi 100% kriteria SNI 03-1733-2004.
• Kapasitas saluran drainase belum mencukupi dan kualitas drainase
masih kurang bai, meski infrastruktur jaringan drainase telah
memenuhi 100% kriteria SNI 03-1733-2004.
• Sarana dan prasarana sistem persampahan belum sesuai standar
teknis, tetapi infrastruktur persampahan telah memenuhi 91.6%
kriteria SNI 03-1733-2004.
• Jaringan jalan sangat sempit dan terdapat beberapa titik jalan yang
tidak memenuhi standar teknis. Infrastruktur jaringan jalan hanya
memenuhi 14.3% kriteria SNI 03-1733-2004.
• Ketersediaan listrik sudah memenuhi kebutuhan masyarakat,
sedangkan kualitas jaringan telepon dan internet masih kurang baik
Infrastruktur listrik dan telekomunikasi memenuhi 40% kriteria SNI
03-1733-2004.
5.2 Rekomendasi
Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan untuk
membantu menyelesaikan permasalahan di RT 06 RW 04, Kelurahan
Kebon Jayanti, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung:
• Mengkaji ulang penempatan tiang listrik dan penerangan jalan
mengingat kerugian dan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan.
• Memfasilitasi pengolahan limbah sehingga tidak langsung dibuang ke
sungai
• Melakukan perbaikan drainase pada jaringan jalan agar volume air
limpasan dapat terkelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan
genangan.
• Meningkatkan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya
supaya infrastruktur drainase terjaga dan berfungsi dengan baik.
• Meningkatkan modal sosial masyarakat agar tercipta kawasan
perumahan dengan solidaritas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA