Anda di halaman 1dari 12

Humaniora, Vol. 20, No.

1 Februari 2008: 26 - HUMANIORA


37

VOLUME 20 No. 1 Februari 2008 Halaman 26 - 37

HUBUNGAN ANTARA BAHASA DENGAN LOGIKA


DAN MATEMATIKA MENURUT PEMIKIRAN
WITTGENSTEIN

Hardi Suyitno*

ABSTRACT
The aim of this study is to find out the relation between language with logic and
mathematics. This study is essential because language, logics, and mathematics are important
for developing science and technology. Existence of a nation depend on its competence on
science and technology. Wittgenstein is a prominent philosopher in twenteeth century, especially
on language analyses. He is the person who masters modern logic in his era. He exerted
more of his time for mathematics, especially since 1929 until 1944. According to Wittgenstein,
language is the basix of logic and mathematics. The implication of his account is mastering
in language is a prerequisities for mastering in logic and mathematics. The suggestion is
education practice ought to develop the language education, logic education, and mathematics
education in integrity.

Keywords: bahasa, logika, matematika

PENGANTAR suatu kegiatan ilmiah (Suriasumantri, 1999:167).


Pada zaman ini penguasaan suatu bangsa Bahasa merupakan alat komunikasi, logika
atas ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan pola berpikir, matematika berperan
menjadi salah satu syarat mutlak bagi eksistensi dalam pola pikir deduktif, dan statistika berperan
bangsa itu. Sachs (2000: 95-97) membagi pada pola pikir induktif. Matematika adalah
masyarakat dunia atas tiga kelompok, yaitu bahasa yang sangat simbolis (Kline dalam
kelompok technological innovators, kelompok Suriasumantri 1983:174 -184). Matematika
technological adaptor, dan kelompok techno- menjembatani antara manusia dan alam, antara
logical excluded. Bangsa Indonesia secara dunia batin dan dunia lahir. Matematika adalah
keseluruhan belum dapat dimasukkan ke dalam alat pikiran, bahasa ilmu, tata cara pengetahuan,
kelompok technological innovators, tetapi baru dan penyimpulan deduktif. Matematika di
pada tingkat technological adaptor (Buchori, 2000: samping merupakan alat juga berfungsi sebagai
119). Salah satu syarat agar suatu bangsa dapat bahasa (Leonhardy, 1962:413). Logika merupa-
dimasukkan ke dalam kelompok technological kan pintu gerbang segala ilmu (Poespoprodjo,
innovators adalah melaksanakan serangkaian 1991:10). Logika sangat berguna bagi para
kegiatan ilmiah. ilmuwan untuk mengetahui kesahihan penalaran-
Bahasa, logika, matematika, dan statistika nya. Mill menyatakan bahwa banyak orang
adalah sarana yang mutlak diperlukan dalam cerdas yang tidak mampu menganalisis jalan

* Staf Pengajar Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Airlangga Surabaya

26
Hardi Suyitno – Hubungan Antara Bahasa dengan Logika dan Matematika

pikiran yang kacau, karena kurang mendapat dari tahun 1929 sampai 1944 dicurahkan kepada
pendidikan dan latihan yang keras dan ketat matematika. Wittgen-stein sendiri menegaskan
dalam logika (Poespoprodjo (1991:10). Logika bahwa “sumbangan utamanya adalah pada
dan matematika adalah dua pengetahuan yang matematika” (Monk, 1990:466). Pemikiran
sulit untuk dipisahkan. Banyak pendapat yang Wittgenstein layak digunakan sebagai rujukan
menjelaskan hubungan antara bahasa dan untuk membahas hubungan antara bahasa
matematika. Pemahaman tentang hubungan dengan logika dan matematika.
antara bahasa dan matematika akan ber-
pengaruh terhadap pengembangan filsafat KARYA-KARYA WITTGENSTEIN
secara umum, filsafat matematika, dan filsafat Karya Wittgenstein yang menjadi sumber
pendidikan matematika, dan akhirnya akan primer penulisan ini adalah Tractatus Logico-
berpengaruh terhadap pengembangan IPTEK. Philosophicus (TLP), Philosophical Investiga-
Pengkajian tentang hubungan antara bahasa tions (PI) dan Remarks on The Foundation of
dengan logika dan matematika sangat penting Mathematics (RFM). TLP didasarkan pada
dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam rangka gagasan bahwa masalah filsafat muncul dari
pengembangan IPTEK dan penegasan eksis- kesalahpahaman logika bahasa dan buku itu
tensinya. Pengkajian tentang hubungan antara menunjukkan apa logika bahasa itu (http://
bahasa dengan logika dan matematika sangat plato.standford.edu/fundraising). TLP merupa-
layak apabila dilakukan oleh pemikir yang memiliki kan suatu rangkaian proposisi logis tentang logika
perhatian dan kompetensi yang memadai di dan dunia. RFM menggambarkan konsep yang
bidang bahasa, logika, dan matematika. bersifat logika atau konsep logis dengan mem-
Wittgenstein adalah filsof terbesar abad ke- bedakan suatu perbedaan antara tingkah laku
20 dan memiliki peran sentral dalam filsafat yang dapat diprediksi, suatu konsep empirik, dan
analitik (http://plato.standford.edu/fundraising). aturan-ditaati (rule-following). PI memberi
Banyak pemikir terpukau pada pemikiran inspirasi filsafat bahasa biasa dan memberi
Wittgenstein tentang analisa bahasa. Ia dianggap perhatian pada logika dan bahasa. Salah satu
sebagai tokoh utama dari filsafat bahasa biasa. hal yang mendapat perhatian besar Wittgenstein
Wittgenstein terus menerus mempengaruhi dalam PI dan dibahas juga secara mendalam
filsafat saat ini dalam topik-topik logika dan dalam RFM adalah tentang rule-following.
bahasa, persepsi dan intensi, etika dan religi,
estetika dan budaya (Matar, http://www.tau.ac.il/ PEMIKIRAN AWAL WITTGENSTEIN
humanities/philos/segel/matar.html). Pemikiran TLP membahas bahasa atau logika bahasa
filsafat Wittgenstein dapat dibagi atas dua dan salah satu unsur yang penting dalam
periode, yaitu priode awal yang dituangkan dalam uraiannya adalah tentang teori gambar (picture
Tractatus Logico Philosophicus dan pemikiran theory) yang dianggap sebagai teori makna
periode akhir dituangkan dalam karyanya yang (Bertens, 2002:45). Berdasarkan teori gambar,
berjudul Philosophical Investigations (Bertens, proposisi-proposisi bermakna sejauh seperti
2002:43). Pemikiran awal Wittgenstein memper- mereka menggambar pernyataan keadaan atau
lihatkan aplikasi dari logika modern ke metafisika materi fakta empiris. Makna proposisi tergantung
dan membahas logika simbolik, sifat dasar logika pada kemampuannya menggambarkan keada-
dan matematika, dan memberi pemikiran atau an atau materi fakta empiris. Pertanyaan pokok
wawasan baru ke dalam hubungan antara dunia, dalam TLP adalah bagaimana mungkin bahasa
pikiran, dan bahasa (http://plato.standford.edu/ dapat digunakan oleh seseorang untuk me-
fundraising). Philosophical Investigations meng- ngatakan sesuatu lalu perkataan tersebut dapat
kritik semua filsaafat tradisional termasuk dimengerti oleh seseorang yang lain (Bernadien,
mengkritik karya Wittgen-stein yang awal. 2004:780). Isi TLP dapat dikelompokkan atas tiga
Sebagian besar karya Wittgenstein yang ditulis

27
Humaniora, Vol. 20, No. 1 Februari 2008: 26 - 37

bagian utama, yaitu berkaitan dengan hakikat bersama-sama dalam bentuk logis yang sama.
dunia, berkaitan dengan hakikat bahasa, dan Ayer (1986: 17) berdasarkan tesis Wittgenstein
berkaitan dengan hakikat logika dan implikasinya menyatakan bahwa bahasa yang merupakan
bagi matematika, sain, filsafat, dan makna proposisi menunjukkan struktur logis dan bentuk
kehidupan. Tujuh proposisi dasar atau tesis yang yang bersifat gambar dari realitas fakta yang
ada dalam TLP adalah diwakili. Pikiran dan proposisi dapat meng-
gambarkan fakta atau proposisi adalah gambar
1. The world is everything that is the case.
realitas. Pemikiran Wittgenstein ini menghasilkan
2. What is the case, the fact, is the existence
suatu teori yang disebut teori gambar.
of atomic facts.
Tesis kedua menegaskan bahwa fakta
3. The logical picture of the facts is the thought.
adalah pernyataan keadaan (state of affairs) dan
4. The thought is the significant proposition.
sebaliknya pernyataan keadaan adalah kombi-
5. Propositions are truth-functions of elemen-
nasi dari objek-objek (Matar, http://www. tau.ac.il/
tary propositions.
humanities/philos/segel/matar.html). Objek-objek
(An elementary proposition is a truth func- memiliki berbagai aturan dan berbagai hubungan
tion of itself.) antara yang satu dengan yang lain. Objek-objek
6. The general form of truth-function is [p, ξ , bergabung satu dengan yang lain berdasarkan
N(ξ)] logikanya atau aturan internal. Aturan internal
This is the general form of proposition. menentukan kemungkinan kombinasinya
7. Whereof one cannot speak, thereof one dengan objek yang lain yang merupakan bentuk
must be silent. logisnya. Pernyataan keadaan bersifat kompleks
(Matar, http://www.tau.ac.il/humanities/ yang terdiri atas objek-objek dalam suatu
philos/segel/matar.html). kombinasi. Pernyataan keadaan itu ada atau
mungkin ada. Dunia adalah apa yang oleh
Tesis-tesis tersebut memperlihatkan bahwa pernyataan keadaan ditunjukkan secara tepat
TLP ditulis untuk membahas masalah pokok atau persis. Menurut Wittgenstein (1951: 39), “the
filsafat yang berkaitan dengan dunia, pikiran dan picture is a model of reality”. Pikiran dan proposisi
bahasa serta mengajukan suatu penyelesaian adalah gambar.
masalah yang didasarkan pada logika dan Tesis ketiga menyatakan bahwa The logical
hakikat reperesentasi atau gambar. Gagasannya picture of the facts is the thought. .(Wittgenstein,
adalah membentuk bahasa ideal yang didasar- 1951:43). Suatu fakta atom dapat dipikir dan
kan pada logika. Beberapa proposisi yang dapat dibayangkan. Totalitas kebenaran pikiran adalah
dianggap penting dalam TLP ialah dunia adalah gambar dunia. Pikiran diwujudkan dengan meng-
semua yang ada, suatu proposisi adalah suatu gunakan tanda proposisional. Gambar dunia
gambar realitas, proposisi memperlihatkan dapat dinyatakan dengan tanda proposional.
bentuk logis dari realitas, apa yang dapat Proposisi adalah tanda proposisional yang
diperlihatkan tidak dapat dikatakan, bentuk umum berhubungan dengan gambar dunia dan merupa-
dari suatu proposisi memperlihatkan bagaimana kan alat yang tepat untuk menyampaikan pikiran.
sesuatu berada, proposisi logika tidak mengata- Tesis keempat menegaskan bahwa The
kan apa-apa, memberi makna suatu proposisi thought is the significant proposition dan The
berarti memberi makna semua deskripsi dan totality of propositions is language (Wittgenstein,
memberi makna setiap kata, dan batas bahasa 1951: 61). Totalitas proposisi membentuk struktur
berarti batas dunia. bahasa. Dua pernyataan tersebut menunjukkan
Tesis pertama menegaskan bahwa dunia hubungan antara pikiran, proposisi, dan bahasa.
terdari atas fakta-fakta. Dunia diwakili oleh pikiran, Bahasa terdiri atas keseluruhan proposisi-
yaitu suatu proposisi yang memuat pikiran atau proposisi, sedangkan proposisi yang bermakna
gagasan, karena dunia, pikiran, dan proposisi merupakan ekspresi dari pikiran. Bahasa dapat

28
Hardi Suyitno – Hubungan Antara Bahasa dengan Logika dan Matematika

mengekspresikan seluruh pikiran. Manusia me- elementer. Bentuk umum proposisi adalah
miliki kemampuan mengkonstruksi bahasa dan esensi dari proposisi. Tabel kebenaran digunakan
semua gagasan atau ide akan dapat diekspresi- untuk menganalisis semua proposisi ke dalam
kan walaupun tanpa memliki suatu gagasan apa bagian atomnya. Wittgenstein menyatakan
dan bagaimana arti setiap kata. Proposisi ber- bahwa
makna merupakan ekspresi pikiran dan totalitas “The book will, there fore, draw a limit to thinking,
kebenaran pikiran adalah gambaran dunia. or rather — not to thinking, but to the expression
Singkatnya, “The proposition is a picture of reality” of thoughts; for, in order to draw alimit to thinking
(Wittgenstein, 1951:63). Bentuk logis suatu we should have to be able to think both sides of
realitas adalah apa yang dimiliki secara ber- this limit (we should there fore have to be able to
serikat. Dua realitas dikatakan memiliki bentuk think what cannot be thought).
logis yang sama apabila ada beberapa hal yang The limit can, therefore, only be drawn in language
and what lies on the other side of the limit will be
mempunyai sifat totalitas yang berserikat
simply nonsense” (Wittgenstein, 1951:27).
sehingga sangat tidak mungkin menunjuk salah
satu darinya. Proposisi-proposisi dapat mewakili
keseluruhan realitas secara utuh, tetapi pro- Pemikiran Wittgenstein bertujuan menemu-
kan batas-batas dunia, pikiran, dan bahasa,
posisi-proposisi itu tidak dapat mewakili bentuk
dengan perkataan lain membedakan antara
logisnya. Karena suatu proposisi adalah gambar
gagasan (sense) dan bukan gagasan (non-
realitas, proposisi memperlihatkan bentuk logis
sense). Suatu proposisi yang memiliki sense
suatu realitas. “The propositions show the logical
dikaji untuk diletakkan pada kemungkinan dapat
form of reality. They exhibit it” (Wittgenstein,
diwakili atau dapat digambar. Pernyataan
1951:79). Proposisi-proposisi memperlihatkan
keadaan (states of affairs) yang digambar
bentuk logis realitas, tetapi mereka tidak dapat
berdasarkan fakta, dapat diwakili dengan
mewakili bentuk logisnya. proposisi yang bermakna atau memiliki sense.
Pernyataan “Only the proposition has sense; Wittgenstein menyatakan bahwa “My fundamen-
only in the context of a proposition has a name tal thought is that the logical constants do not
meaning” (Wittgenstein, 1951:51) menjelaskan represent. That the logic of the facts cannot be
bahwa struktur proposisi harus sesuai dengan represented” (Wittgenstein, 1951:69), yang
kendala bentuk logis dan elemen-elemen berarti bahwa proposisi logika tidak mewakili
proposisi harus mempunyai pikiran atau rujukan pernyataan keadaan dan konstanta logis tidak
(reference). Gagasan bahwa setiap proposisi berada pada objek. Hal ini merupakan pikiran
benar saja atau salah saja merupakan dasar dari yang mendasar karena batas pikiran terletak pada
logika. Dua kutub proposisi ini memungkinkan logika.
komposisi proposisi lebih kompleks dari satu Tujuan utama pemikiran filsafat dalam TLP
atom dengan menggunakan operator fungsi adalah menentukan batas-batas bahasa (Munitz,
kebenaran sebagaimana ditegaskan pada tesis 1981:269-287). Tujuan ini tercermin pada tesis
yang kelima bahwa “Propositions are truth- yang kelima dengan ungkapan “The limits of my
functions of elementary propositions” (Wittgen- laguage mean the limits of my world”
stein, 1951:103). Fungsi kebenaran dari proposisi (Wittgenstein, 1951:149). Prinsip TLP adalah
elementer adalah hasil operasi yang basisnya membahas hakikat bahasa yang menggambar-
proposisi elementer. Proposisi elementer adalah kan realitas dunia fakta (Pitcher, 1964:77).
suatu fungsi kebenaran dari dirinya sendiri. Pro- Wittgenstein (1951:149) menyatakan bahwa
posisi elementer tidak dapat memberi kesimpul- batas dunia adalah juga batas logika. Konse-
an. Semua proposisi adalah hasil operasi kuensi dari pemikiran ini ialah batas dunia adalah
kebenaran pada proposisi-proposisi elementer. batas logika. Karena totalitas proposisi adalah
Operasi kebenaran adalah cara bagaimana bahasa, proposisi logika selalu terjalin erat
fungsi kebenaran muncul dari proposisi-proposisi dengan bahasa.

29
Humaniora, Vol. 20, No. 1 Februari 2008: 26 - 37

Deskripsi suatu proposisi membutuhkan miskin. Wittgenstein membahas makna dan


suatu tanda bahasa supaya setiap gagasan penggunaan (meaning and use) dengan .
dapat diekspresikan dengan suatu simbol dan pernyataan dasar “For a large class of cases —
setiap simbol mengekspresikan suatu gagasan. though not for all — in which we employ the word
Keperluan tersebut dapat dipenuhi apabila dapat ‘meaning’ it can be defined thus: the meaning of
diciptakan suatu bentuk umum proposisi. Pro- a word is its use in the language” (Wittgenstein ,
posisi-proposisi adalah generalitas dari semua 1953:19e). Makna suatu kata terletak pada peng-
proposisi elementer, sedangkan proposisi gunaannya. Pemikiran Wittgenstein membawa
elementer menggambarkan suatu keadaan. akibat bahwa meaning is not a question form,
Tesis keenam menyatakan bahwa “The general but of use (Angelo, http://wwww. Roangelo. net/
form of truth-function is [p,ξ, N(ξ)]. This is the logwitt/html). Wittgenstein menekankan
general form of proposition” (Wittgenstein, perubahan cara pandang dari konsepsi makna
1951:153). Bentuk umum proposisi disusun sebagai representasi kepada cara pandang yang
untuk memenuhi tuntutan bahwa suatu proposisi melihat penggunaan sebagai pedoman.
“adalah hasil dari penerapan berturut-turut” dari Teori tradisional tentang makna bertumpu
operasi logika terhadap proposisi elementer. pada penunjukkan sesuatu yang secara lahir
nampak kepada proposisi yang memberi gagas-
PEMIKIRAN AKHIR WITTGENSTEIN an atau sense (Matar, http://www.tau.ac.il/
PI membahas tata permainan bahasa humanities/philos/segel/matar.html). Sesuatu ini
(language game), “keluarga kemiripan” (family dapat secara umum diletakkan pada salah satu
resemblanc), dan bentuk-bentuk (Wittgenstein, dari ruang objektif atau pikiran sebagai represen-
1953:ixe). Pusat perhatian PI adalah pada tasi mental. Menurut Wittgenstein (1958, BB 4),
perubahan dari dunia logika ke bahasa biasa, dari if we had to name anything which is the life of the
suatu penekanan pada definisi dan analisis sign, we should have to say that it was its use.
kepada keluarga kemiripan dan tata permainan Antara makna dan penggunaan adalah dua hal
bahasa (language game). PI merupakan menyatu dalam arti bahwa makna dapat
pengembangan gagasan pada TLP, dan dipahami melalui penggunaan. Makna suatu
gagasan sebelumnya itu ditampilkan ke dalam nama atau tanda yang dapat berupa kata atau
ruang lingkup yang baru dan diterapkan dengan proposisi dapat dipahami apabila mengetahui
cara yang berbeda (Charlesworth, 1959:104), penggunaannya. Jika orang meneliti makna kata
artinya pemikiran awal merupakan kunci untuk atau proposisi, maka ia harus memperhatikan
pemahaman baru. Bagian I dari PI adalah kritik keberagaman penggunaannya. Kata mempunyai
yang memperlihatkan kesalahan cara berpikir makna hanya dalam praktek bahasa. Wittgen-
tradisional tentang bahasa, kebenaran, pikiran, stein (1978: 344) menyatakan bahwa Only in
intensionalitas, dan filsafat (Matar, http:// practice of a language can a word have meaning.
www.tau.ac.il/ humanities/philos/ segel/ Salah satu konsep kunci dalam PI adalah
matar.html). konsep “tata permainan bahasa” (language
Gambar bahasa memuat akar dari gagasan: game). Konsep tata permainan bahasa diguna-
Every word has a meaning (Wittgenstein, 1953: kan untuk menghadapi penggunaan kata dan
2e) yang berarti bahwa makna kata dihubungkan proposisi yang banyaknya takterhitung, dan tidak
dengan kata. Makna adalah objek tempat kata mantab (Matar, http://www.tau.ac.il/humanities/
berada. Bahasa yang direduksi untuk represen- philos/segel/matar.html.) Konsep tata permainan
tasi tidak dapat mengesyahkan keseluruhan bahasa dibangun agar proposisi bekerja lebih
bahasa manusia. Apabila gambar bahasa hanya luwes, lebih luas, dan lebih aktif dari sudut
dipandang sebagai fungsi yang mewakili bahasa pandang yang berorientasi pada bahasa. Istilah
manusia, gambar bahasa ini adalah gambar yang language game muncul dalam pikiran Wittgen-

30
Hardi Suyitno – Hubungan Antara Bahasa dengan Logika dan Matematika

stein ketika pada suatu hari ia melihat pertanding- makes them into language or parts of language
an sepak bola, dan kemudian pertandingan (Wittgenstein, 1953: 31e ).
sepak bola memberi inspirasi padanya bahwa Kata atau ungkapan yang sama dalam
dalam bahasa orang terlibat dalam bentuk kehidupan sehari-hari ada yang dipergunakan
permainan kata (Pitcher, 1964:244; Malcom, dalam berbagai permainan bahasa, sebagai
1967). contoh istilah “bos” kadang-kadang digunakan
Konsep language-games digunakan oleh sebagai ungkapan penghormatan, tetapi kadang-
Wittgenstein untuk memperjelas garis pemikiran- kadang menunjuk orang jahat yang paling hebat.
nya tentang bahasa. Tata permainan bahasa Namun demikian, Wittgenstein berpendapat
yang primitif meneliti dengan cermat untuk bahasa atau kata mempunyai sifat yang bersifat
memberi karakteristik atau ciri bahasa. Susunan umum. Wittgenstein (1953: 32e) menyatakan
tata permainan bahasa yang seorang mandor bahwa ... we see a complicated network of
dan pembantunya menggunakan tepat empat similarities, overlapping and criss-crossing:
istilah (blok, pilar, papan , balok), yang digunakan some times overall similaties, sometimes
untuk menggambarkan bahwa bagian gambar similarities of detail. Wittgenstein memilih suatu
dari bahasa dapat dikoreksi tetapi yang sangat kelompok yang mempunyai kemiripan yang
terbatas. Tata permainan bahasa reguler men- istilahnya ialah “keluarga kemiripan” (family
cakup antara lain memberi perintah dan resemblance) sebagai analogi yang lebih cocok
mematuhinya, melaporkan kejadian, menyusun berkaitan dengan penggunaan makna khusus
dan menguji hipotesis, menyajikan rangkuman, dari kata yang sama (Munitz, 1981:269-287).
membuat lelucon, dan menebak teka-teki Family resemblance adalah suatu analogi dari
(Wittgenstein, 1953:11-12). Bahasa sehari-hari bentuk permainan bahasa. Wittgenstein meng-
atau bahasa reguler adalah bukan bahasa gunakan istilah family resemblance untuk
seperti bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa menggambarkan sifat kata atau kalimat yang
Indonesia dan yang sejenis; dan juga bukan dipergunakan dalam berbagai cara. Ia me-
bahasa ilmu pengetahuan seperti bahasa mandang bahwa walaupun banyak kata yang
matematika, bahasa filsafat, bahasa agama, dan penggunaannya berbeda-beda dan tampak
sebagainya. Tata permainan bahasa reguler atau saling tumpang tindih dan agak kacau, makna
bahasa sehari-hari membuka berbagai kemung- itu memiliki jalur yang sama, yang ia sebut bentuk
kinan penggunaan dan pendeskripsian bahasa permainan sebuah keluarga. Penggunaan kata-
(Matar, http://www.tau.ac.il/humanities/philos/ kata tidak perlu melihat yang makna utamanya
segel /matar.html). Aturan-aturan adalah suatu ditetapkan dan yang mana makna yang ber-
bagian dari suatu konteks tertentu. Konsep tata samaan digunakan untuk suatu kata. Keluarga
permainan bahasa yang menunjuk pada aturan– kemiripan juga memberi ciri penggunaan yang
ditaati ciri dari bahasa dan tidak memerlukan berbeda dari konsep yang sama.
aturan yang sempurna maupun suatu sistem Kesepakatan untuk mengikuti suatu aturan
aturan tertentu untuk setiap tata permainan adalah bagian dari cara memainkan tata
bahasa, tetapi menunjuk pada hakikat konven- permainan bahasa. The word ‘agreement’ and
sional dari jenis kegiatan manusia ini. Wittgen- the word ‘rule’ are related to one another, they
stein memilih “game” didasarkan pada seluruh are cousins” (Wittgenstein, 1953:86e). Kebenar-
analogi antara bahasa dan permainan, ia an dan kesalahan ditentukan oleh apa yang
menganggap bahwa orang pada umumnya dikatakan manusia dalam bahasa yang diguna-
memiliki suatu pandangan jelas tentang apakah kan dalam kehidupan dan tidak berarti bahwa
permainan itu. Karena istilah “game”tidak dapat kebenaran dan kesalahan ditentukan oleh
didefinisikan secara final, tidak dapat ditemukan kesepakatan. Wittgenstein (1978:405) menyata-
what is common to all these activities and what kan bahwa In a demontration we get agreement

31
Humaniora, Vol. 20, No. 1 Februari 2008: 26 - 37

with some one. If we do not, then we’ve parted “Badu gagah dan kaya” memberi informasi yang
way before ever starting to communicate in this salah. Kalimat “Badu gagah dan kaya” dapat
language. Kata “kesepakatan” dan kata “aturan” disajikan dalam bentuk logika dengan ungkapan
dalah dua kata yang maknanya berbeda, tetapi “pΛq” . Proposisi pΛq disebut konjungsi p dan q.
untuk mengikuti suatu aturan diperlukan suatu Huruf p merupakan pengganti kalimat “Badu
kesepakatan. adalah gagah” dan huruf q sebagai pengganti
kalimat “Badu adalah orang kaya”. Kebenaran
HUBUNGAN BAHASA DENGAN LOGIKA proposisi “pΛq” ditentukan dengan aturan
Wittgenstein menyatakan bahwa dunia terdiri sebagai mana tabel 1. Proposisi “p∧q” bernilai
atas fakta-fakta. Tesis pertama bermakna bahwa benar hanya jika kedua proposisi elemen-ternya
dunia, pikiran dan proposisi bersama-sama benar.
dalam bentuk logis yang sama. Proposisi
menunjukkan struktur logis dan bentuk yang Tabel 1 Nilai Kebenaran Konjungsi p dan q
bersifat gambar dari realitas fakta yang diwakili. p q p∧q
Pada tesis keempat ia menyatakan bahwa pikiran T T T
adalah proposisi yang bermakna dan totalitas F T F
proposisi adalah bahasa. Berdasarkan pemikiran T F F
tersebut dapat disimpulkan bahwa proposisi F F F
adalah unsur bahasa. Wittgenstein menyelidiki
makna proposisi dengan menggunakan kalkulus Kata sambung “atau” dalam logika me-miliki
logika. Logika berfungsi untuk membantu makna yang hampir sama dengan makna “atau”
memahami makna proposisi. Logic, it may be dalam bahasa biasa. Kalimat “Badu gagah atau
said, shews us what we understand by kaya” dapat diungkapkan dengan “Badu adalah
’proposition ’and by ‘language” (Wittgenstein, gagah atau Badu adalah orang kaya”. Informasi
1978:136). Pentingnya peran logika dalam ini bernilai benar apabila Badu benar-benar gagah
bahasa dikatakan dengan kalimat “Most dan sekaligus benar-benar kaya atau Badu kaya
questions and propositions of the philosophers tetapi tidak gagah atau Badu gagah tetapi tidak
result from the fact that we do not understand kaya. Informasi salah apabila Badu tidak kaya
the logic of our language (Wittgenstein, 1951:63). dan juga tidak gagah. Kalimat “Badu gagah atau
Ernest menyimpulkan pendapat Wittgenstein kaya” dapat disajikan dalam bentuk logika dengan
dengan kalimat The linguistic basis of logic ungkapan “p∨q”. Proposisi p∨q disebut disjungsi
(Ernest, 1991:52). Aturan-Aturan logika memuat p dan q. Huruf p merupakan pengganti kalimat
kata-kata penghubung seperti “dan”, “atau”, dan “Badu adalah gagah” dan huruf q sebagai
“jika ..., maka ...”. Kata-kata tersebut berasal dari pengganti kalimat “Badu adalah orang kaya”.
bahasa biasa. Kata-kata tersebut dalam logika, Kebenaran proposisi “p∨q” ditentukan dengan
diberi makna tertentu sesuai dengan kesepakat- aturan sebagai mana tabel 2. Proposisi “p∨q”
an. Makna tertentu yang disepakati juga memiliki bernilai salah hanya jika kedua proposisi
makna yang serupa dengan makna dalam elementernya salah. Pengertian “atau” dalam
bahasa biasa. Kata sambung “dan” dalam logika pengertian logika ini berbeda dengan pengerti-
memiliki makna yang tepat sama dengan makna an “atau” dalam kalimat “Kamu memilih aku atau
“dan” dalam bahasa biasa. Kalimat “Badu gagah Arjuna sebagai calon suami?” yang diucapkan
dan kaya” dapat diungkapkan dengan “Badu oleh Duryudhana kepada Dewi Banowati. Apa-
adalah gagah dan Badu adalah orang kaya”. bila Banowati memilih Duryu-dhana sekaligus
Informasi ini bernilai benar apabila Badu benar- Arjuna, bagi Duryudhana jawaban itu bernilai
benar gagah dan benar-benar kaya. Salah satu salah.
atau kedua keadaan tidak dipenuhi berarti kalimat

32
Hardi Suyitno – Hubungan Antara Bahasa dengan Logika dan Matematika

Tabel 2 Nilai Kebenaran Disjungsi p dan q suatu sistem matematika. Definisi sebagai dasar
komunikasi dalam matematika merupakan
p q p∨q unsur bahasa dan berfungsi sebagai alat untuk
T T T
menghubungkan antara satu bahasa dengan
F T T
T F T
bahasa lain.
F F F Antara dua sistem formal matematika
mungkin berbeda dalam mendefinisikan sesuatu
Penalaran ini memberi kesimpulan bahwa istilah matematika. Apabila ini terjadi, kedua
aturan-aturan dalam logika didasarkan atas sistem itu memiliki dasar komunikasi yang
makna dalam bahasa. Bahasa sebagai dasar berbeda dan akan mempunyai implikasi yang
dari logika mempunyai arti bahwa aturan-aturan berbeda. Perbedaan pendefinisian suatu istilah
dan kesepakatan bahasa menentukan hukum- akan dapat beriimplikasi munculnya perbedaan
hukum logika. Penggunaan kata-kata seperti teorema yang ada pada masing-masing sistem.
“atau”, “dan” , “jika ...,maka...”, dan “üntuk setiap..” Perbedaan definisi mengakibatkan perbedaan
dalam logika adalah mengikuti aturan bahasa. teorema yang menunjukkan bahwa bahasa
Walaupun ada penegasan atau ketetapan sangat berpengaruh terhadap penyusunan suatu
tertentu dalam logika untuk kata-kata tersebut, sistem matematika. Ernest menyatakan bahwa
tetapi pengertian dasarnya tetap berdasarkan Wittgenstein claimis that mathematics is a
pada makna bahasa. Aturan aturan yang telah ‘motley, a collection of ‘language games’, and that
ditetapkan merupakan dasar kebenaran suatu the notions of truth, falsity and proof depend up
pernyataan. Aturan itu mencerminkan peng- on our accepting the convencional linguistic rules
gunaan dan makna kata-kata itu. of these games’ (Ernest, 1991:31). Pernyataan
Hubungan antara logika dan bahasa ber- ini menegaskan bahwa suatu sistem matematika
dasarkan pandangan Wittgenstein dipersatukan adalah suatu tata permainan bahasa. Suatu
melalui aturan umum dan tata bahasa yang logis permainan akan berubah apabila ada aturan
(Cheung, 2006:22). Karena totalitas proposisi permainan yang berubah. Permainan catur akan
adalah bahasa dan batas bahasa adalah batas menjadi permainan yang berbeda apabila aturan
dunia, maka batas logika juga batas dunia. gerak raja juga diperbolehkan bergerak seperti
Pernyataan “Logic fills the world: the limits of the langkah kuda. Walaupun buah caturnya sama,
world are also its limits” (Wittgenstein, 1951:149), karena perbedaan aturan mengakibatkan per-
membawa konsekuensi bahwa batas logika juga mainan yang berbeda. Suatu sistem matematika
batas bahasa. Proposisi logika adalah batas- sebagai suatu tata permainan bahasa akan
batas bahasa dan batas-batas pikiran. menjadi tata permainan baru apabila salah satu
definisi sebagai dasar komunikasi diubah.
HUBUNGAN BAHASA DAN MATEMATIKA Menurut Wittgenstein, simbol matematika
Sejumlah konsep matematika termuat dalam tidak mempunyai makna, dan simbol-simbol
definisi (mathematical definition). Menurut matematika tidak mewakili untuk hal-hal yang
Wittgenstein konsep berperan membantu kita merupakan maknanya (Birch, http://www.qis.net/
untuk memahami sesuatu (Wittgenstein, 1978: -tbirch/Wittgensteingweb.txt). Pengertian
430). Ia berpendapat bahwa definisi merupakan bilangan dapat diperoleh melalui bagaimana
aturan untuk menerjemahkan dari suatu bahasa anak belajar tentang bilangan. Wittgenstein
ke bahasa yang lain dan setiap simbol yang mendeskripsikan bagaimana proses anak
benar harus dapat diterjemahkan ke dalam belajar bilangan sebagaimana deskripsi
bahasa yang lain dengan suatu aturan bagaimana seorang penjaga toko mengambil
(Wittgenstein, 1951:59). Definisi yang telah lima buah apel (Wittgenstein, 1953:2e–3e).
disepakati akan menjadi dasar komunikasi dalam Pendapat Wittgenstein ini bermakna bahwa anak

33
Humaniora, Vol. 20, No. 1 Februari 2008: 26 - 37

belajar bilangan memerlukan bahasa dan objek hatikan sistem dari sesuatu yang diwakili (repre-
dengan mengaitkan objek dengan ucapan. sentesi). Bentuk matematika dari representasi
Proses anak belajar bilangan kardinal melalui mengadakan aturan-aturan grammar yang dapat
suatu proses “penambahan dengan 1” Menurut digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu.
Wittgenstein, suatu kesepakatan bahwa “n diikuti Menurut Shanker, Geometri Non-Euclid yang
oleh n+1” adalah suatu aturan dalam suatu tata disusun oleh Bolyai-Lobatchevski digunakan
permainan bahasa. oleh Einstein dalam Teori Relativitas merupakan
Pendapat Wittgensteinn bahwa matematika aplikasi dari sistem matematika alternatif yang
as a ‘motly’ collecction of language game menggunakan aturan grammar untuk men-
melahirkan pandangan bahwa basis dari penge- deskripsi gejala-gejala (Shanker, http://www.
tahuan matematika adalah pengetahuan bahasa, org.learning.auc.dk/diverse/wittgensteineng.
kesepakatan-kesepakatan dan aturan-aturan, dcc).
dan bahasa adalah suatu konstruksi sosial Wittgenstein menyatakan bahwa Of Course,
(Soehakso, 2001:17). Ernest (1991:52) menya- in one sense mathematics is a branch of
takan, berdasarkan pendapat Wittgen-stein, mathematics is a branch of knowledge but still it
bahwa the whole bases of rational argument rest also an activity. (Wittgenstein, 1953:227).
on the shared rules of language. Seluruh dasar Matematika adalah suatu pengetahuan dan juga
dari penalaran rasional atau penalaran logis merupakan suatu kegiatan manusia. Wittgen-
terletak pada aturan-aturan bahasa. Konsekuensi stein menyatakan bahwa “The word “agremant”
dari pandangan ini adalah bahasa merupakan and the word “rule”are related to one another, they
basis dari logika dan matematika. are cousin. If I teach anyone the use of the one
Wittgenstein menyatakan bahwa hubungan word, he learns the use of the other with it
proposisi matematika dengan bukti seperti (Wittgenstein, 1953:86e). Kata kesepakatan dan
hubungan permukaan tubuh dengan tubuh itu kata aturan sangat erat hubungannya layaknya
sendiri. Proposisi matematika merupakan unsur saudara sepupu dalam arti bahwa apabila orang
sekaligus alat bahasa. Eratnya hubungan antara menggunakan suatu bahasa atau tata permainan
bukti matematika dan proposisi matematika bahasa berarti ia juga menerima aturan. Pene-
merupakan aspek penting dalam matematika rimaan atas aturan dan kesepakatan adalah
sebagai tata permainan bahasa. Matematika suatu keharusan untuk berkomunikasi. Selanjut-
membentuk tata permainan bahasa ketika orang nya ia mengatakan bahwa “So you are saying
menyusun bukti yang memuat proposisi-pro- that human agrement decides what is true and
posisi. Bukti dalam matematika merupakan what is false? It is what human being say that is
praktek peletakkan aturan gramatika untuk true and false: and they agree in the language
mendeskripsikan tata permainan bahasa they use. That is not agreement in opinions but
Wittgenstein mengatakan bahwa We feel that in form of life” (Wittgenstein, 1953: 88e) dan
mathematics stand on a pedestal this pedestal “What is unsha-kably certain what is proved?
it has because of a particular role that its To accept a proposition as unshakably certain I
propositions play in our language games. want to say means to use it as agrammatical
(Wittgenstein, 1978:363). Proposisi matematik rule: this removes uncertainty from it
menjadi bagian dari sistem bukti matematika (Wittgenstein, 1978:170). Kesepakatan menjadi
dengan aturan yang mengatur penggunaan acuan dalam membentuk kehidupan. Pene-
proposisi dalam bukti. Matematika sebagai tata rimaan atas suatu proposisi sebagai sesuatu
permainan bahasa bercirikan eratnya hubungan yang pasti berarti menggunakannya sebagai
antara bukti dan proposisi. aturan gramatika. Kesimpulannya adalah peng-
Matematika sebagai suatu tata permainan gunaan bahasa dalam berbagai tata permainan
bahasa tentu memiliki aturan dalam arti gram- bahasa mencakup penerimaan aturan sebagai
mar. Kesepakatan dalam matematika memper- syarat mutlak untuk komunikasi. Kesepakatan

34
Hardi Suyitno – Hubungan Antara Bahasa dengan Logika dan Matematika

dirujuk untuk membantu suatu bentuk kehidupan, Masalah di dunia nyata diungkapkan dengan
suatu praktik bahasa secara sosial didasarkan menggunakan bahasa biasa atau bahasa sehari-
pada aturan-aturan yang diikuti bersama adalah hari. Langkah pertama untuk memecahkan
sangat penting untuk suatu penggunaan bahasa masalah di dunia nyata adalah menterjemahkan
yang bermakna. Kebenaran matematika persoalan konkret yang disajikan dalam bahasa
tergantung kepada penerimaan atas aturan sehari-hari ke dalam bahasa matematika
bahasa atas penggunaan term dan tata bahasa sehingga diperoleh model matematika dari
sebagai aturan untuk pembuktian. Konsekuensi- masalah tersebut. Model matematika adalah
nya adalah dalam aturan bahasa terletak ungkapan masalah dengan bahasa matematika.
kebenaran matematika dan aturan bahasa itu Proses penyusunan model matematika disebut
menjamin kebenaran matematika. Kepastian juga proses abstraksi. Langkah kedua me-
secara logis dari pengetahuan matematika ngadakan manipulasi dengan operasi-operasi
terletak pada kesepakatan bahasa dilekatkan matematika yang sesuai dan mentaati hukum-
dalam praktek matematika dalam masyarakat. hukum logika. Pada langkah ketiga dilaksanakan
Praktik matematika berguna untuk meme- dengan menggunakan hukum-hukum logika.
cahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hasil proses manipulasi dan operasi adalah
Prosedur penerapan matematika untuk jawaban model. Jawaban model disajikan
memecahkan masalah di dunia nyata dapat semata-mata dengan simbol matematika.
dijelaskan melalui diagram pada Gambar 1. Langkah ketiga adalah melakukan interpretasi

Gambar 1. Skema Penerapan Matematika (diadaptasi dari Skemp hal 235)

35
Humaniora, Vol. 20, No. 1 Februari 2008: 26 - 37

terhadap jawaban model sehingga diperoleh bangsa atas IPTEK menunjukkan eksistensi
jawaban masalah yang disajikan dengan bahasa suatu bangsa dalam pergaulan bangsa-bangsa
biasa. Suatu masalah sederhana disajikan di dunia. Bahasa memiliki hubungan yang erat
sebagai berikut. Sebuah toko kelontong akan dengan logika dan matematika. Hubungan antara
menentukan harga sebuah buku dan sebuah logika dan bahasa dipersatukan melalui aturan
ballpoint. Toko menghendaki pembeli yang umum dan tata bahasa yang logis. Eratnya
membeli dua buah buku dan sebuah ballpoint hubungan antara bahasa dan logika dapat
harus membayar Rp 8000,00 dan jika membeli diungkapkan dengan kalimat batas logika juga
sebuah buku dan dua buah ballpoint harus batas bahasa. Hubungan antara bahasa dan
membayar Rp 7600,00. Masalahnya adalah matematika tercermin pada pernyataan Wittgen-
menentukan harga satu buku dan harga satu stein bahwa matematika adalah kumpulan dari
ballpoint. Pemecahan masalah tersebut dilaku- tata permainan bahasa. Kepastian matematika
kan melalui langkah-langkah: terletak pada kesepakatan bahasa. Hubungan
antara bahasa terhadap logika dan matematika
1. Menyusun model matematika
adalah “bahasa merupakan basis dari logika dan
Misalkan harga buku x rupiah dan harga
matematika”.
ballpoint y rupiah.
Logika merupakan pola berpikir dan mate-
Hubungan x dan y dapat disajikan dengan
matika berperan dalam pola berpikir deduktif,
sebuah sistem persamaan linear:
keduanya memegang peranan penting dalam
2x + y= 8000
penalaran ilmiah. Karena bahasa merupakan
x + 2y= 7600.
basis dari logika dan matematika, kemampuan
Model matematika dari masalah tersebut
bahasa menjadi syarat mutlak bagi penguasaan
ialah menentukan pasangan nilai x dan y
atas logika dan matematika. Pendidikan bahasa
sehingga memenuhi sistem persamaan
menjadi syarat mutlak bagi pendidikan logika dan
linear tersebut.
matematika. Konsekuensi di bidang pendidikan
ialah harus ada keterpaduan dalam pendidikan
2. Melakukan manipulasi dan operasi
bahasa, logika, dan matematika.
2x + y = 8000 ⇔ 4x + 2y = 16000
x + 2y = 7600 ⇔ x + 2y = 7600
DAFTAR RUJUKAN
8400 ⇔
3x =
Angelo R. O. A Synopsis of Wittgenstein’s Logic of Language.
x = 2800
http://wwww.roangelo.net/ logwitt/html
= 2800 dan x + 2y= 7600 ⇔ y= 2400 Ayer, W.P. 1964. Philosophy of Language. New Yersey.
Bernadien, Win Ushuluddin. 2004. Ludwig Wittgenstein:
3. Memberikan jawaban model Pemikiran Ketuhanan & Implikasinya Terhadap
Pasangan x dan y yang memenuhi sistem Kehidupan Keagamaan di Era Modern.Yogyakarta:
persamaan adalah x = 2800 dan y = 2400. Pustaka Pelajar.
Bertens, K. 2002. Filsafat Barat Kontemporer:Inggris–
Jerman. .Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
4. Memberikan jawaban masalah
Buchori, Mochtar. 2001. Pendidikan Antisipatoris.
Rencana toko akan tercapai jika ditetapkan Yogyakarta: Kanisius.
harga sebuah buku Rp 2.800,00 dan harga Charlesworth, M.J. 1959. Philosophy and LinguisticAnalysis.
sebuah ballpoint Rp 2.400,00. Pitttsburg: Duquesne University.
Cheung, Leo K. C. 2006. The Unity of Language and Logic
SIMPULAN inWittgenstein’sTractatus. Philosophical Investigation,
Volume 29 Page 22, Januari 2006.
Bahasa, logika, dan matematika adalah Ernest, Paul. 1991. The Philosophy of Mathematics
sarana berpikir ilmiah yang berguna untuk Education. Bristol : The Falmer Press. http://plato.
mengembangkan IPTEK. Penguasaan suatu standford.edu/fundraising

36
Hardi Suyitno – Hubungan Antara Bahasa dengan Logika dan Matematika

Leonhardy. 1962. Introductory College Mathematics. New Soehakso, RMJT. 2001. EvaluasiFilsafat-filsafatMatematika
York: John Wiley & Sons. mutakhir: Social Contructivism-Ludwig Wittgenstein
Malcom, Norman. 1967. The Encyclopedia of Philosophy,Vol. 1991, Humanistic Conseption-Reuben Hersh 1995
8 (ed. Paul Edwards). The Macmillan Company and dipandang dari sudut konsepsi pluralistik tentang hakiki
Free Press. matematika - penulis. Makalah disampaikan dalam
Matar, http://www.tau.ac.il/humanities/philos/segel/ Seminar Dosen Rumpun MIPA Universitas Sanata
matar.html Dharma Yogyakarta pada tanggal 7 Februari 2001.
Monk, Ray. 1990. Ludwig Wittgenstein:The Duty of Genius. Suriasumantri, Jujun S.1983. Ilmu dalam Persepektif.Jakarta:
New York: The Free Press. Gramedia.
Munitz Milton K. 1981. Contemporary Analytic Philosophy. ————-. 1999. Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar Populer).
New York: Macmillan Publishing Co. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Pitcher, George. 1964. The Philosophy of Wittgenstein. New Wittgenstein, L. 1951. Tractacus Logico Philosophicus.
Jersey: Englewood Cliffs. London: Routledge & Kegan Paul Ltd.
Poespoprodjo, W. 1991. Logika Scientifika. Bandung: PT ————. 1953. Philosophical Investigation ( transled by
Remaja Rosdakarya. G.E.M. Anscombe). Oxford: Basil Blackwell.
Sach, Jeffrey. 2000. The New Map of the World. ————-. 1958. The Blue and Brown Books. Oxford:
Economist. June, 96-97. Blackwell.
Shanker, http://www.org.learning.auc.dk/diverse/ — ———-. 1978. Remarks on the Foundation of Mathematics
wittgensteineng.dcc (Revised Edition). Cambridge:MassachusettsInstitute
Skemp, Richard F. 1971. The Psychology of Learning of Technology Press.
Mathematics. Ay Lesbury, Bucks: Hazell Watson &
Viney Ltd

37

Anda mungkin juga menyukai