SKRIPSI
Oleh:
Rita Purnama Sari
NIM. 1418014
NIM : 1418014
Fakultas : Syariah
Anak/2021/PN.BKT)
dengan judul di atas adalah benar asli karya penulis. Apabila di kemudian hari
terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka penulis bersedia diproses
sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan penulis dicopot hingga batas
sebagaimana mestinya.
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
henti-hentinya penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, nikmat
kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada
Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan
dan peran serta berbagai pihak baik berupa ide, kritik, saran dan lainnya. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Kedua orang tua saya Ayahanda Aris Irawan dan ibunda Eli Murni, yang telah
membesarkan saya dari saya kecil sampai saat ini, yang selalu mendoakan
keberhasilan saya dan kasih sayangnya untuk saya yang membuat saya selalu
ingin memberikan yang terbaik untuk beliau. Semoga Allah SWT memberikan
kemulian di dunia maupun di akhirat untuk kedua orang tua saya. selanjutnya saya
ucapkan terima kasih kepada kakak saya Sinta Purnama Sari, abang saya Rahmat
Hidayat dan Adik Saya Putri Wilda Yanti serta keluarga besar saya yang saya
banggakan dan sayangi, karena kalian saya bisa bersemangat, banyak belajar serta
bercanda tawa. Selanjutnya penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
iv
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, DR. Ridha Ahida,
M.Hum beserta Bapak-bapak Wakil Rektor, Bapak Dr. Asyari, M.Si, Bapak
Dr. Novi Hendri, M.Ag, dan Bapak Dr. Miswardi, M.Hum yang telah
Bukittinggi.
Bapak Dr. H. Ismail, M.Ag beserta Bapak-bapak Wakil Dekan, Bapak Dr.
Nofiardi, M.Ag, Bapak Dr. Busyro, M.Ag dan Bapak Fajrul Wadi, S.Ag,
M.Hum, serta Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah), Bapak H.
skripsi ini.
skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan motivasi serta saran-saran dari
bimbingan tersebut. penulis tidak dapat membalas keikhlasan dan jasa dari
bapak. Hanya ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas waktu yang
4. Segenap Dosen Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi terima kasih yang tak
v
data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
menyelesaikan skripsi ini, yang selalu menemani saya dalam keadaan apapun
serta menjadikan hari-hari yang saya lalui lebih berwarna dengan canda tawa
kalian semua.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya setu persatu yang
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
F. Metode Penelitian................................................................... 14
HUKUM POSITIF
vii
BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
Umur ...................................................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 88
B. Saran ....................................................................................... 88
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
warga Indonesia beragama islam, namun pengaruh hukum islam tidak terlalu
maupun budaya hukum itu sendiri. Bahkan menurut Abdul Jamil penegakan
Hukum pidana Islam atau Fiqh Jinayah merupakan syari’at Allah yang
kriminal yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah mukallaf (orang yang
hukum yang terperinci dari Al-Qur’an dan Hadits.2 Dikalangan fuqaha jinayah
Allah yang pelanggarnya dikenakan hukum baik berupa had atau ta’zir.
1
Yesmil Anwar dan Adang, “Pembaruan Hukum Pidana, Reformasi Hukum Pidana”,
(Jakarta: Grasindo, 2008), hal. 102.
2
Zainuddin Ali, “Hukum Pidana Islam”, Cet. I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hal.1.
1
2
jarimah (tindak pidana) yang diancam dengan hukuman qishas atau diyat yang
Dasar hukum pemberlakuan sanksi qishas dan diyat terdapat dalam firman
اص فِى الْ َقْت لى أَلْ ُحُّر بِالْ ُح ِرَو الْ َعْب ُد بِالْ َعْب ِد َو ْاْلُنْثى بِ ْاْلُنْثى فَ َم ْن
ُ ص
ِ
َ ب َعلَْي ُك ُم الْق
ِ ِ َّ
َ يَآأَيُّ َها الذيْ َن أ َمنُ ْوا ُكت
ف ِم ْن َّربِ ُك ْم َوَر ْح َمةٌ فَ َم ِن ِ ِ ِ ِ
َ عُف َي لَهُ ِم ْن أ َِخْي ِه َش ْيءٌ فَاتِبَاعٌ بِالْ َم ْع ُرْوف َوأ ََدآءٌ إِلَْي ِه بِِإ ْح َسان ٰل
ٌ ك تَ ْخفْي
Ayat diatas berisi tentang hukuman qishash bagi pembunuhan sengaja dan
memaafkan pelaku, maka sanksi qishash tidak berlaku dan diganti menjadi
hukuman diyat.6 Diyat adalah uang tebusan sebagai ganti rugi akibat kasus
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam)., hal. 54.
3
4
Ibid., hal. 58.
5
Departemen Agama RI, “Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah”, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), hal. 27.
6
Abdul Qadir Audah, “at-Tasyri’ al-Jinai al-Islam”, (Beirut: Dar al-kitab al-‘Arabi, tt),
hal. 622.
3
keluarga korban dan wajib dibayarkan oleh pelaku kepada keluarga korban.7
mereka untuk taat kepada Allah. 8 Secara umum, tujuan syara’ menetapkan
hukuman dalam hukum syara’ ada lima macam yang dikenal dengan al-
Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa hukum adalah alat untuk
mencegah dan membalas kejahatan agar tidak terjadi kerusakan di muka bumi.
﴾٨۰٤﴿
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
Mengajarkan agar manusia melaksanakan amar ma’ruf nahi
Nurul Irfan, “Hukum Pidana Islam, cet. I”, (Jakarta: Amzah, 2016), hal. 41.
7
dalam Pasal 89 KUHP yaitu perbuatan membuat dalam keadaan pingsan atau
kekerasan adalah penggunaan tenaga atau pengerahan daya fisik yang tidak
pidana ini diatur dalam Pasal 80 ayat (3): “Dalam hal anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
3.000.000.000,00 (Miliyar)”.14
Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sehingga
anak tidak lagi diadili sesuai pasal-pasal yang terdapat dalam KUHP ketika
dengan UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mulai
11
Departemen Agama RI, “Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah”, hal. 63
12
Made Darma Weda, “Kriminologi”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 108.
13
UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak Pasal 76 C.
14
UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak Pasal 35 ayat (3).
5
dari tahap penyidikan hingga pembimbingan setelah menjalani pidana. Hal ini
sesuai dengan bunyi Pasal 1 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
setelah menjalani pidana”. Dan dalam Pasal 20 disebutkan “ Dalam hal tindak
pidana dilakukan oleh anak sebelum genap berumur 18 (delapan belas) tahun
melampaui batas umur 18 (delapan belas) tahun, tetapi belum mencapai umur
21 (dua puluh satu) tahun, anak tetap diajukan ke sidang anak.” 15 Dengan
Seperti kasus yang penulis teliti mengenai kekerasan terhadap anak yang
15
Ibid.
6
Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang
disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi
pidana”.16
Dalam hukum positif Indonesia sanksi bagi anak yang melakukan pidana
pidana. Hal ini tercantum dalam Pasal 81 ayat (2) dan (6) Undang-Undang No.
Ayat (2): “Pidana Penjara dapat dijatuhkan kepada anak paling lama ½
(satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang
dewasa”.17
Ayat (6): “Jika tindak pidana yang dilakukan anak merupakan tindak
pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup, pidana yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun”.18
Berdasarkan Pasal 81 ayat (2) dan (6) diatas dapat dilihat perbedaan sanksi
hukum bagi anak dibawah umur dengan sanksi orang dewasa. Pasal tersebut
16
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
17
UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 81 ayat (2).
18
UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 81 ayat (6).
7
menetapkan hukuman bagi anak adalah setengah dari orang dewasa. Jika anak
diancam pidana 15 (lima belas) tahun penjara maka hukuman bagi anak 7
(tujuh) tahun 6 (lima) bulan penjara. Dan jika anak diancam hukuman mati
penjara selama 4 (empat) tahun dan 6 (enam) bulan di LPKA Tanjung Pati,
bulan di LPKA Tanjung Pati. Penempatan anak di LPKA Tanjung Pati oleh
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak bahwa setiap anak dalam
proses peradilan pidana berhak untuk dipisahkan dari orang dewasa dan
memperoleh pendidikan.19
Sedangkan Dalam hukum islam tidak ada istilah dibawah umur karena
dalam hukum islam hanya mengenal istilah baligh (dewasa) dan belum baligh
dikalangan para ulama fiqh, tetapi sepakat Jumhur Ulama bahwa seseorang
yang telah mecapai usia 15 (lima belas) tahun baik bagi laki-laki ataupun bagi
perempuan dapat dikategorikan sudah baligh atau ada tanda-tanda baligh pada
19
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
20
Al Imam Jalaluddin al Mahaly dan Jalaluddin as Suyuthi, “Tafsir al Qur’an al Karim”,
Juz, I, (Beirut: Daar al Fikr, 1998), hal. 98.
8
Dalam kitab-kitab Fiqh dijelaskan bahwa hukuman bagi anak yang belum
dewasa (baligh) apabila melakukan suatu perbuatan jarimah had atau qishas
Dari uraian di atas, penulis menganggap hal ini penting untuk diteliti
karena perbedaan umur dan penjatuhan hukuman dalam Hukum Positif dan
Hukum Pidana Islam sangat berbeda jauh. Dalam hukum islam usia baligh
dibatasi minimal umur 15 (lima belas) tahun, sedangkan dalam hukum positif
dari usia pelaku yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun, maka pelaku
penjara (ta’zir) kepada anak. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih jauh lagi
mengenai tinjauan hukum pidana islam terhadap putusan hakim pada kasus
tersebut apakah sudah sesuai dengan hukum islam baik dari segi tindak pidana,
batas usia dewasa serta sanksi dari tindak pidana yang dilakukan oleh anak di
bawah umur.
21
Abdurrahman al-Jazari, “Kitab Al-Fiqh Ala MazdahibAl-Arba’ah”, (Beirut: Dar al-Fikr,
t. th), hal. 11.
9
Anak/2021/PN. BKT)”
Batasan masalah yang akan diteliti supaya lebih terarah penulisan karya
ilmiah ini, yaitu Kematian Akibat Penganiayaan Oleh Anak Di Bawah Umur
3/Pid.Sus-Anak/2021/PN. BKT)
untuk mengarahkan pembahasan lebih terfokus, tidak kabur dan sesuai dengan
sebagai berikut:
No. 3/Pid.Sus-Anak/2021/PN.BKT?
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
10
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
1. Manfaat teoritis
dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan sebagai bahan informasi dan bahan referensi bagi UIN Sjech
2. Manfaat praktis
a. Bagi pembaca
terhadap anak, dan juga sebagai bahan informasi atau masukan bagi
b. Bagi penulis
Bukittinggi Bukittinggi.
Untuk mendukung karya tulis ini, penulis mengambil beberapa karya tulis
terdahulu yang dilakukan orang lain sebelumnya yang berkaitan dengan judul
penulis.
Kbj.
umur memiliki tema yang hampir sama dengan yang akan peneliti bahas.
Perbedaannya dengan skripsi yang saya tulis adalah dalam skripsi ini saya
kematian akibat penganiayaan oleh anak di bawah umur, apakah sudah sesuai
dengan hukum islam baik dari segi tindak pidana, batas usia dewasa serta
sanksi dari tindak pidana yang dilakukan oleh anak di bawah umur.
E. Penjelasan Judul
Untuk bisa mengerti tentang judul yang penulis angkatkan, maka perlu
jinayah terhadap selain jiwa dengan kata al-dharb (memukul) dan al-jarh
dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili, bahwa tindak pidana atas selain jiwa
adalah setiap tindakan melawan hukum atas badan manusia, baik berupa
22
Amir Syarifuddin, “Garis-Garis Besar Fiqih”, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hal.
269.
23
Ahmad Wardi Muslich, “Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam”, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hal. 179.
14
dan belum menikah, termasuk anak yang ada di dalam kandungan apabila
berusia 17 tahun.
sudah mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dari
Hadits.24 Dalam penelitian ini, hukum pidana islam yang diterapkan adalah
Anak/2021/PN. BKT.
F. Metode Penelitian
ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Oleh karena itu, penelitian
Dede Rosyada, “Hukum Islam dan Pranata Sosial”, (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
24
dan konsisten.25
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Data
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari subjek penelitian yaitu
Anak/2021/PN. BKT.
b. Data sekunder
25
Zainuddin Ali, “Metode Penelitian Hukum”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 17.
16
G. Sistematika Penelitian
ini, maka penulis membagi laporan ini menjadi empat bab sebagai berikut:
Pada bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
penganiayaan oleh anak di bawah umur menurut hukum pidana islam dan
positif dan teori anak menurut Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif
.Pada bab III merupakan bab yang memuat tentang deskripsi Putusan
akibat penganiayaan oleh anak di bawah umur, hal-hal yang memberatkan dan
Pada bab IV Merupakan bab yang memuat tentang hasil penelitian. Pada
mengenai kematian akibat penganiayaan oleh anak di bawah umur dan analisis
Pada bab V, bab ini merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan
menyeluruh.
BAB II
Jinayah secara etimologi berasal dari kata jana yang berarti berbuat
salah atau dosa, sedangkan jinayah dapat diartikan perbuatan dosa atau
salah.26 Kata jana juga berarti “memetik” seperti dalam kalimat jana as-
perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan itu mengenai jiwa,
definisi jinayah menurut tradisi syariat islam adalah segala perbuatan yang
26
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam) Memahami Tindak
Pidana Dalam Hukum Islam”, ( Palembang: Rafah Press, 2020), hal. 53.
27
Ibid.
28
Abd al-Qadir Awdah, “at-Tasyri’ al-Jinai al-Islami”, Juz I, (Beirut: Dar al-Kutub,
1963), hal. 67.
18
19
setiap perbuatan yang dilarang oleh syariat dan harus dihindari, karena
Kata jinayah dalam istilah hukum sering disebut dengan delik atau
maupun istilah. Secara bahasa jarimah berasal dari kata jarama yang
29
Sayyid Sabiq, “Fiqh al-Sunnah”, Juz III, (Kairo: Maktabah Dar al-Turast, 1970), hal. 5.
30
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam)., hal. 54.
31
Ibid., hal. 56.
32
Imam al-Mawardiy, “al-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah”, (Beirut: al-
Maktab al-Islami, 1996), hal. 219.
20
tertib.33
perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang berkaitan dengan jiwa atau
anggota badan yang diancam dengan hukuman had atau ta’zir bagi
jika terpenuhi semua unsur unsurnya, baik unsur umum maupun unsur
a. Unsur formal (Al-Rukn Al-Syar’i) yaitu adanya nash syara’ yang jelas
suatu prinsip la hukma li af’al al-uqala’ qal wurud an-nass (tidak ada
33
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam)., hal. 56.
34
Ibid., hal. 57.
35
H.M. Nurul Irfan dan Masyrofah, “Fiqh Jinayah”, Ed. I, Cet.I (Jakarta: Amzah, 2013),
hal. 2.
21
bersalah apabila ia bukan orang gila, anak di bawah umur, atau sedang
untuk mereka.39
36
Ibid.
37
Ibid.
38
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam)., hal. 58.
39
Syeikh Mahmud Syaltut, “al-Islam Aqidah wa Syari’ah”, jilid 2, Alih bahasa,
Fachruddin HS, “Akidah dan Syari’ah Islam “, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), hal. 34.
22
1) Pembunuhan sengaja.
3) Pembunuhan tersalah.
4) Penganiayaan sengaja.
40
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam)., hal. 58.
41
Ibid., hal. 59.
23
mempunyai kebebasan.42
antara pelaku dan korban (tetapi para jumhur ulama saling berbeda
3) Perbuatan pembunuhannya
Wali korban harus jelas diketahui, dan apabila wali korban tidak
42
Ahmad Wardi Muslich, “Hukum Pidana Islam”, hal. 151.
24
yaitu:43
4) Perdamaian
5) Pengampunan
6) Diwariskannya qishas
7) Kadaluarsa (al-taqdum)
b. Jarimah Hudud
yaitu:
43
Sudarsono, “Pokok-pokok Hukum Islam”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 52.
44
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam)., hal. 60.
45 45
H.M. Nurul Irfan dan Masyrofah, “Fiqh Jinayah., hal. 14.
25
terdapat hak manusia disamping hak Allah maka hak Allah yang
lebih menonjol.46
berikut:
1) Jarimah zina.
46
Ibid.
47
Syeikh Mahmud Syaltut, “al-Islam Aqidah wa Syari’ah”..., hal. 14.
48
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam)..., hal. 61.
49
Makhrus Munajat, “Dekontruksi Hukum Pidana Islam”, (Yogyakarta: Logung, 2004),
hal. 12.
26
sariqah dan qadzaf yang dilanggar bukan hanya hak Allah tetapi juga
c. Jarimah Ta’zir
dan mencegah).51
Ta’zir ini sejalan dengan hukuman had karena tujuan dari hukuman ini
syara’, akan tetapi hukuman tersebut dapat diserahkan kepada ulil amri
50
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam)., hal. 61.
51
Ibid., hal. 61-62.
52
Imam al-Mawardiy, “al-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah”, (Beirut: al-
Maktab al-Islami, 1996), hal. 236.
53
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam)., hal. 62.
27
mendadak.
kepada ulil amri, seperti riba dan suap yang telah ditentukan oleh
syara’. Ada juga jarimah hudud yang masuk dalam kelompok jarimah
hukum pidana Belanda, maka istilah asal dari “tindak pidana” berasal dari
kata “straf Baar Feit” yang berarti “perbuatan pidana, peristiwa pidana,
54
Ibid., hal. 63.
55
Dr. Lukman Hakim, “Asas-asas Hukum Pidana Buku Ajar bagi Mahasiswa”, (Sleman:
Deepublish, 2020), hal. 3-4.
56
Moeljatno, “Asas-asas Hukum Pidana”, cet. IX, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal. 56-
57.
28
perbuatannya.57
pidana tidak selalu berarti pembuatnya bersalah atas hal itu. Untuk dapat
perbuatan melawan hukum yang telah diatur oleh aturan hukum dan dapat
sebagai berikut:60
a. Unsur subjektif ialah unsur yang melekat pada diri pelaku atau
57
Dr. Lukman Hakim, Op.Cit., hal. 7.
58
Ibid.
59
Ibid., hal. 5.
60
P.A.F Lamintang, “Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia”, (Jakarta: Citra Adity
Bakti, 2014), hal. 192.
29
Menurut E,Y Kanter dan S.R. Sianturi yang merupakan ahli hukum
a. Subyek
b. Kesalahan
61
E,Y Kanter dan S.R. Sianturi dalam Amir Ilyas, “Asas-asas Hukum Pidana”,
(Yogyakarta: Rangkang Education Yogyakarta &PuKAP-Indonesia), hal. 26.
30
pidana terdiri dari dua jenis yaitu kejahatan (misdrijven) dan pelanggaran
dibahas dalam jarimah qishas diyat. Penganiayaan ini dikenal juga sebagai
sebagainya.62
yang dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili, bahwa tindak pidana atas selain
jiwa adalah setiap tindakan melawan hukum atas badan manusia, baik
62
Amir Syarifuddin, “Garis-Garis Besar Fiqih”, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hal.
269.
31
dalam islam yang telah ditetapkan sanksinya yaitu berupa hukuman qishas.
63
Ahmad Wardi Muslich, “Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam”, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hal. 179.
64
Departemen Agama RI, “Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah”, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), hal. 115.
32
c. Adanya akibat perbuatan (yang dituju) rasa sakit pada tubuh atau luka
pada tubuh
berat.66
penganiayaan, yaitu:
a. Ditinjau dari segi niatnya, maka penganiayaan dapat terbagi atas dua
macam:
1) Penganiayaan sengaja
65
Abu Dawud, “Sunan Abu Dawud”., Hadits No. 4494.
66
Ahmad Wardi Muslich, “Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam”, hal. 179.
33
67
dengan maksud melawan hukum. Pelaku dengan sengaja
dari perbuatannya.
dibagi menjadi:69
1) Ibanat Al-Atraf
badan atau anggota lainnya yang disertai dengan anggota badan, baik
berupa tangan, kaki, jari, kuku, hidung, zakar, biji, pelir, telinga,
lidah.
67
Muhammad Ahsin Sekho, “Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Terjemahan Tasyri’
Jina’i Al-Islam Muqoronan Bil Qanunil Wad’i”, jilid. 3, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2007), hal.
82.
68
Ibid.,
69
Ibid., hal. 84-86.
34
3) Asy-Syajjaj
mengeluarkan darah
sampai ke otak
4) Al-Jarh
5) Penganiayaan lainnya
terasa sakit.
spesifik tujuan hukuman dalam hukum syara’ ada lima macam yang
ayat 104:
ۤ ِ
َ َولْتَ ُك ْن ِمْن ُك ْم أ َُّمةٌ يَّ ْدعُ ْو َن إِلَى الْ َخْي ِر َويَأْ ُم ُرْو َن بْالْ َم ْع ُرْوف َويَْن َه ْو َن َع ِن الْ َمْن َك ِر َوأ ُْو
ك ُه ُم ِ
ئ ل
islam terbagi menjadi dua, yaitu hukuman pokok (qishas) dan hukuman
pengganti (diyat).
70
Abdul Qadir Audah, “at-Tasyri’ al-Jinai al-Islam”, hal. 702.
71
Kemaslahatan dapat diartikan mengambil manfaat dan menolak mudharat (bahaya)
dalam rangka memelihara tujuan syara’ (hukum islam) dalam Harun, “Pemikiran Najmuddin at-
Thuli Tentang Konsep Maslahah Sebagai Teori Istinbath Hukum Islam” Jurnal Digital Ishaqi, Vol.
5, 1 (Januari-Juni, 2009), hal. 24.
72
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam)., hal. 91.
7373
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, hal. 63
37
diyat adalah harta yang wajib dibayarkan kepada korban atau walinya
pelaku harus memberikan 100 ekor unta, dan jika tidak dapat unta maka
beralih dengan harga unta, atau membayar 100 dinar atau 12.500
dirham.77
dilakukan secara sengaja dan sasaran yang dituju berupa wajah, kepala,
74
Paisol Burlian, “Implementasi Konsep Hukum Qishas di Indonesia”, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2015), hal. 28.
75
Makrus Munajat, “Dekontruksi Hukum Pidana Islam”., hal. 129-130
76
Abdul Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, “Shahih Fiqh Sunnah” (Jakarta: Pustaka At-
Tazkia, 2006), hal. 342.
77
Faisal Amidin dkk, “Menyingkap Sejuta Permasalahan dalam Fath Al-Qarib”, (Kediri:
Lirboyo Pers, 2015), hal. 597.
38
dan objek yang dituju selain wajah, kepala dan dada, maka termasuk pada
Hukum Positif
yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang disertai ancaman
pingsan atau tidak berdaya, dengan kata lain yang dimaksud dengan
fisik yang tidak ringan secara tidak sah kepada orang atau barang
tertentu.79
dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada orang lain. Namun
perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka pada orang lain tidak
78
Prof. Hermin Hadiati Koeswadji, “Kejahatan Terhadap Nyawa Serta Penyelesaiannya”,
cet. ke-I (Bandung: Sinar Wijaya, 1984), hal. 9
79
Made Darma Weda, “Kriminologi”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 108.
80
M. Tirtamidjaja, “Pokok-pokok Hukum Pidana”, (Jakarta: Fresco, 1955), hal. 74.
39
tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
81
Muhammad Taufik Makarao, “Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Studi Tentang
Bentuk-bentuk Pidana Khususnya Pidana Cambuk Sebagai Suatu Bentuk Pemidanaan”,
(Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005), hal. 18.
40
dalam Pasal 80 ayat (3): “Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama
(Miliyar)”.83
Kriteria anak dalam Hukum Pidana Islam adalah anak yang belum
akhil baligh (belum mukallaf), baik karena akalnya belum matang atau
karena yang lainnya. Ia harus diawasi dan dijaga oleh walinya. Kata baligh
berasal dari fi’il madhi yang asal katanya balagha, yablughu, bulughan
baligh merupakan suatu istilah yang banyak digunakan oleh ahli fiqh
maupun ahli psikolog karena itu adalah sebutan yang erat kaitannya
dengan usia seseorang. Dalam fiqh usia baligh ini dijadikan sebagai syarat
hukum.85
82
UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak Pasal 76 C.
83
UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak Pasal 35 ayat (3).
84
Mahmud Syaltut, “Al-Islam ‘Aqidah wa Syari’ah”, (Beirut: Dar Al-Qur’an, 1996), hal.
71.
85
Rasyid Rhidha, “Fiqh Islam”, (Jakarta: At-Thahiriyah,1999), cet.XVII, hal. 75.
41
hukum.86
bahwa seseorang yang telah baligh apabila telah berumur lima belas tahun.
Apabila belum mencapai umur lima belas tahun, seseorang itu masih
disebut anak-anak.
ًس َع ْشَرَة َسنَة ِ الصغِي ِر والْ َكبِي ِر فَ َكتب إِلَى عمالِِه أَ ْن يَّ ْف ِر
َ ض ْوا ل َم ْن َكا َن ابْ ُن َخ ْم
ُ َُ ْ َ ْ َ ْ َّ الْ َح ُد بَْي َن
Artinya: “Dia menawarkan dirinya kepada Rasulullah SAW untuk ikut
berperang dalam perang uhud, waktu itu dia berumur empat
belas tahun, tetapi Rasulullah tidak memperkenankan dirinya.
Dan dia kembali menawarkan diriku pada waktu perang
khandaq sedangkan dia (pada saat itu) berumur lima belas
tahun, maka Rasulullah SAW memperkenankan dirinya. Nafi’
menceritakan, “Lalu aku datang kepada Umar Ibnu Abdul Aziz
yang pada saat itu menjabat sebagai khalifah, dan menceritakan
kepadanya hadits ini, maka ia berkata: ‘Sesungguhnya hal ini
merupakan batas antara usia anak-anak dan usia dewasa’.
86
Khudari Beik, “Ushul Fiqh”, cet. 8(Mesir: , Al-Maktabah Al-Tijariah Al-Kubra, tt.),
hal. 177.
42
Sementara bagi perempuan ditandai dengan haid dan hamil. Jika tidak
delapan belas tahun dan bagi perempuan umur tujuh belas tahun.87
b. Menurut Ulama Malikiyah, batas usia baligh bagi laki-laki yaitu keluar
mani secara mutlak, baik dalam keadaan terjaga maupun dalam mimpi,
perempuan dengan sempurnanya usia lima belas tahun dan keluar mani,
bila keluar mani sebelum usia itu maka mani yang keluar itu merupakan
penyakit bukan baligh, maka tidak dianggap baligh. Dan haid bagi
87
Abdul Qadir Audah, “at-Tasyri’ al-Jinai al-Islam”, (Beirut: Dar al-kitab al-‘Arabi, tt),
hal. 71.
43
umur baligh dimana batas umur baligh bagi laki-laki apabila sudah
mengalami mimpi basah dan mengeluarkan air mani dan bagi anak
perempuan apabila sudah datang haid. Salah satu mengenai usia anak
adalah ketika Nabi Muhammad SAW menikahi ‘Aisyah binti Abu Bakar
dimana ‘Aisyah dinikahi Nabi tidak lama setelah Nabi Muhammad SAW
menikahi Saudah. Ketika itu ‘Aisyah masih berusia enam atau tujuh
tahun.89
Masa ini dimulai sejak seseorang dilahirkan dan berakhir pada usia
tujuh tahun. Pada masa ini seorang anak dianggap tidak mempunyai
88
Abdurrahman Al-Jaziri, “Al-Fiqh Ala Mazahib Al-Arbaah” (Beirut: Al-Maktabah Al-
Tijariyah Al-Kubra, 1972), hal. 350-352).
89
Waryono Abdul Ghafur, “Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks”,
(Yogyakarta: elSAQ Press, 2005), hal. 82.
90
Ahmad Hanafi, Op.cit,. hal. 370.
44
benar dan salah, tidak dibatasi dengan usia tertentu karena tamyiz
Bagi anak yang belum tamyiz, jika melakukan jarimah, maka tidak
yang sempurna, belum bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk.
Masa ini dimulai sejak seorang anak memasuki usia tujuh tahun
dan berakhir pada usia dewasa (baligh). Menurut Jumhur Ulama bahwa
usia baligh (dewasa) itu adalah apabila seseorang telah mencapai usia
lima belas tahun bagi laki-laki dan perempuan atau telah mengalami
mencapai usia lima belas tahun maka ia telah dianggap dewasa menurut
yang sebenarnya.
91
Al-Imam Jalaluddin al Mahaly dan Jalaluddin as Suyuthi, “Tafsir al Qur’an al Karim,
Juz. I”, (Beirut: Dar al Fikr, 1998), hal. 98.
45
tahun untuk laki-laki dan tujuh belas tahun untuk perempuan. Pendapat
Imam Abu Hanifah.92 Pada periode yang kedua ini seorang anak tidak
hukuman tersebut adalah berupa caci maki dan pukulan. 93Oleh karena
kejahatan.
Masa ini dimulai sejak seorang anak mencapai usia dewasa yaitu
usia lima belas tahun menurut Jumhur Ulama atau delapan belas tahun
menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan pendapat yang masyhur dari
92
Abdul Qadir Audah, Op.cit.
93
Ibid., hal. 604.
46
dari hukuman.
a. Paksaan
paksaan adalah perbuatan yang keluar dari orang yang memaksa dan
94
Ahmad Wardi Muslich, “Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam”, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hal. 85-86.
95
Ibid., hal. 117.
47
b. Hilang kesadaran
bagi orang yang mabuk yaitu tidak dijatuhi hukuman atas jarimah
c. Gila
salah satu dari kedua hal tersebut tidak ada, maka gugurlah
d. Dibawah umur
tamyiz, jika melakukan jarimah tidak dijatuhi hukuman, baik yang bersifat
juga bagi anak yang belum mencapai usia baligh (mukalaf), baik usia anak
belum mencapai lima belas tahun menurut Jumhur Ulama atau delapan
belas tahun menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan pendapat yang
Menurut pendapat Abu Zahrah bahwa anak dibawah umur baik yang
96
Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abi Bakr as-Sayuti, “Al-Jami’ us-Sagir”. (Beirut: Dar al-
Fikr.t.th), Juz 2, hal. 24.
97
Ahmad Fath’i Bahisny, “ Al-Qishas fi Al-Fiqhi Al-Islami”, (Mesir: Syirkah Arabiyah,
1964), hal. 64.
50
syarat untuk dihukum. 98 Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW yang
berbunyi:
Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa jika anak sudah tamyiz
apabila ia telah sampai usia sepuluh tahun maka jika ia tidak mau
pidana lagi.
98
Abdul Qadir Audah, Op.cit., hal. 604.
99
Abu Dawud, “Sunan Abu Dawud”, (Beirut: Maktabah Al-‘Isriyah, t.th), Hadits No. 417
51
mempunyai nash.
sebagai manusia yang masih kecil atau manusia yang belum dewasa. 100
anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan perjalanan
yang dimaksud anak yaitu “anak yang berkonflik dengan hukum yang
selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas)
100
W.J.S Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Balai Pustaka: Amirko,
1984), hal. 25.
101
R.A. Kosnan, “Susunan Pidana Dalam Negara Sosialis Indonesia”, (Bandung: Sumur,
2005), hal. 113.
102
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
52
hukuman yang setara dengan tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang,
potong tangan serta qishash dan diyat, namun hukumannya berupa penjara
Perlindungan Anak.
“Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 3.000.000.000,00
(Miliyar)”.104
dewasa, ini didasarkan pada bunyi Pasal 81 ayat (1) UU No. 11 Tahuan
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu “Pidana Penjara dapat
103
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
104
UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak
53
Sistem Peradilan Pidana Anak yang menangani anak mulai dari tahap
dengan bunyi Pasal 1 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, anak tetap diajukan ke
sidang anak.”106
105
UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
106
Ibid.
BAB III
A. Deskripsi Putusan
1. Kronologi Kasus
masyarakat saat ini ialah anak dibawah umur yang melakukan tindak
Belakang Balok Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh Kota Bukittinggi atau
54
55
yang bernama Ananda Risky Ola Wuan Pgl Nanda dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
Berawal dari korban Fito Khair Khalis Pgl Fito memasang foto
hal tersebut membuat pelaku tidak senang lalu pelaku mencari tahu nomor
dan pada saat itu korban menjawab “ada apa” kemudian pelaku
sementara kita tidak kenal, kemudian terjadi balas balasan pesan melalu
menggunakan sepeda motor milik nenek pelaku yaitu honda beat warna
hitam No. Pol 3582 LR, sesampai pelaku di depan rumah Dinas Bupati
Agam pelaku turun dari sepeda motor dan berdiri di dekat sepeda motor
sedangkan saksi Fauzan tetap duduk di atas sepeda motor, tidak lama
Rasyid dan sebelum sepeda motor tersebut diberhentikan oleh saksi Rasyid
korban langsung lompat turun dari sepeda motor tersebut dan berjalan
kepala korban sebanyak 1 (satu) kali sehingga korban oleng dan terjatuh
sebanyak lebih kurang 3 (tiga) kali dan setelah itu pelaku jongkok dan
sadarkan diri dengan hidunh mengeluarkan darah dan tidak lama kemudian
ke Rumah Sakit, selanjutnya saksi Rasyid dan saksi Habibil Qalby Pgl Bil
Rumah Sakit Yarsi Ibnu Sina. Korban sempat dirawat dan akhirnya
meninggal dunia.107
2. Pembuktian
107
Putusan Pengadilan Negeri Bukittinggi Nomor: 3/Pid.Sus-Anak/2021/PN.BKT, hal.4-
6.
57
diperlukan alat bukti yang sah. Dalam Pasal 184 KUHAP menjelaskan
bahwa alat bukti yang sah antara lain: keterangan saksi, keterangan ahli,
dalam kasus ini selama proses persidangan secara berurut antara lain:
a. Keterangan saksi-saksi
oleh Penuntut umum yaitu Shinta Puspita Sari, Arkaan Rasyid pgl
mengajukan saksi ahli dr. Romawaty, M.Ked (For) Sp.FM pgl Ros
kepala korban Fito Khair Khalis pgl Fito sebanyak 1 (satu) kali
setelah itu anak jongkok dan kembali meninju kepala korban bagian
Histori Whats App pacar anak Ivena Anisa diambil korban dan
dengan emot cium”. Pada hari Sabtu tanggal 06 Februari 2021 sekira
Paulin, setelah anak meminta nomor korban kepada pacar anak yang
kejadian itu anak melihat korban sudah tidak sadarkan diri dan tidak
mengatakan “ang pangakan anak urang tu” (kamu apakan anak orang
korban ke atas sepeda motor namun pada saat anak melihat teman
b. Bukti petunjuk
2021 yang dibuat dan ditanda tangani oleh dr. Sintia Mardhasafitri
dokter jaga IGD pada Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi
108
Ibid., hal. 42-43.
60
berusia 17 (tujuh belas) tahun ini terdapat bengkak pada kepala kiri,
perbedaan besar teleng mata kiri, luka lecet pada pelipis kiri, cuping
hidung kiri, lengan atas kiri, luka memar pada kadua kelopak mata
korban.109
cm, WNI, warna kulit sawo matang dan rambut berwarna hitam dan
tidak mudah dicabut. Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam diambil
Anak Ananda Risky Ola Wuan Pgl Nanda dalam Putusan Pengadilan Negeri
109
Ibid., hal. 6.
110
Ibid., hal. 7-8.
61
dan diancam dengan pidana dalam Pasal Pasal 80 Ayat (2) jo Pasal 76 C
Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Oleh
karena anak didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk
perbuatan Anak Ananda Risky Ola Wuan Pgl Nanda telah memenuhi unsur-
unsur yang didakwakan oleh Penuntut Umum yaitu dakwaan Primair. yang
unsur-unsurnya adalah:
1. Setiap orang
siapa adalah subjek hukum pendukung hak dan kewajiban, yang dalam
Dalam hal ini, Penuntut Umum memposisikan pelaku tindak pidana adalah
Nursimah tanggal 5 Mei 2015, anak adalah benar bernama Ananda Risky
Ola Wuan Pgl Nanda yang merupakan anak kandung dari Ambeng
Lambelawa, lahir pada tanggal 28 Desember 2003 oleh sebab itu, pada
yaitu pada hari Sabtu tanggal 6 Februari 2021, anak masih berusia 17
Pidana Anak, serta tidak terdapat kekeliruan terhadap orang yang diajukan
jasmani dan rohani, dan dapat memberikan keterangan secara lancar serta
telah terpenuhi.111
alternatif maka dengan terbuktinya salah satu sub unsur maka terbukti pula
“membuat dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya” dengan kata lain
penggunaan tenaga, atau pengerahan daya fisik yang tidak ringan secara
111
Ibid., hal. 43-44.
64
berikut:
a. Bahwa pada hari Sabtu tanggal 06 Februari 2021 sekira pukul 12.00
Khalis Pgl Fito sebanyak 1 (satu) kali sehingga korban terjatuh ke jalan
aspal.
anak sebanyak 1 (satu) kali dan setelah itu anak jongkok dan kembali
yang tidak ringan secara tidak sah kepada orang lain dalam hal ini Fito
Rahman tanggal 13 Juni 2017 yang lahir pada tanggal 8 Januari 2004
65
dalam tempus delicti dalam dakwaan Penuntut Umum masih pula berusia
Akibat dari perbuatan anak terhadap anak Fito Khair Khalis telah
Sumbar mengalami bengkak pada kepala kiri, perbedaan besar teleng mata
kiri, luka lecet pada pelipis kiri, cuping hidung kiri, lengan atas kiri luka
laki-laki, berumur 17 tahun, panjang badan 165 cm, WNI, warna kulit
sawo matang dan rambut berwarna hitam dan tidak mudah dicabut. Dari
anak Fito Khair Khalis yang menimbulkan adanya luka yang diterima oleh
112
Ibid., hal. 44-45.
66
Februari 2021 sehingga unsur mengakibatkan mati ini pun telah terpenuhi
Oleh karena semua unsur dari dakwaan Primair yaitu Pasal 80 Ayat (3) jo
Anak telah terpenuhi, maka anak harus dinyatakan telah terbukti secara sah
karena itu kepada anak dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun 6
(enam) bulan di LPKA Tanjung Pati serta permintaan Penasihat Hukum Anak
Biaro.
putusan perkara An. Ananda Risky Ola Wuan Pgl Nanda No Register
113
Ibid., hal. 46
67
helm SNI merk KYT ciri khusus tulisan “Anjay Is Big” pada bagian belakang
helm warna hitam dengan kaca depan helm warna hijau stabilo, 1 (satu)
pasang sendal jepit swallow warna hitam, dan 1(satu) buah Handphone merek
Realme warna hitam dongker dengan layar depan LCD retak yang diakui oleh
terdakwa anak dan dirampas untuk dimusnahkan. Dengan adanya barang bukti
terdakwa anak dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
Mengakibatkan Kematian.
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 3 Huruf b dan n bahwa
setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak untuk dipisahkan dari orang
Untuk menjatuhkan pidana terhadap diri anak, maka Majelis Hakim perlu
memberatkan anak.
persidangan
D. Amar Putusan
anak Nanda sebagaimana dakwaan primair yaitu Pasal 80 Ayat (3) jo Pasal 76
Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dari
berstatus sehingga terdakwa dapat di didik untuk kelak menjadi anak yang
lebih baik dan dapat diterima dimasyarakat, serta terdakwa anak mengakui dan
menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Dan dari
sebagai berikut:
1. Menyatakan Anak atas nama Ananda Risky Ola Wuan Pgl Nanda tersebut
2. Menjatuhkan pidana kepada Anak oleh karena itu dengan pidana penjara
a. 1 (satu) buah buah helm SNI merk KYT ciri khusus tulisan “Anjay Is
Big” pada bagian belakang helm warna hitam dengan kaca depan helm
a. 1 (satu) helai baju seragam sekolah pramuka lengan pendek yang telah
c. 1 (satu) helai singlet warna putih yang telah digunting lepas pada
d. 1 (satu) helai celana dalam warna dongker merk champiro yang telah
f. 1 (satu) pasang sepatu warna dasar hitam bis putih bahan kain merek
kodachi
Dikembalikan kepada yang berhak melalui saksi Shinta Puspita Sari Pgl
Shinta.
ribu rupiah).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Umur.
putusan yang dihasilkan oleh hakim dapat diterima oleh para pihak, oleh
karena itu hakim dalam menjatuhkan pidana harus dalam rangka menjamin
tergaknya kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum bagi seseorang. 114 Jadi,
hakim sebelum menjatuhkan pidana wajib memperhatikan dua hal pokok yaitu
hal-hal yang memberatkan dan meringankan pidana. Hal ini mengacu pada
Kehakiman yaitu hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat
dari terdakwa. Hal-hal yang memberatkan adalah suatu yang menjadi alasan
114
Bambang Waluyo, “Pidana dan Pemidanaan”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 33.
71
72
Sedangkan hal yang meringankan adalah setiap hal yang menjadi alasan hakim
dan oleh undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat
b. Keterangan terdakwa
c. Keterangan saksi
d. Barang-barang bukti
undangan, namun keadaan tersebut baik melekat pada diri pembuat tindak
masyarakat.118
115
Nurhafifah dan Rahmiati, “Pertimbangan Hakim., hal. 357.
116
Ibid., hal. 347
117
Ibid.
118
Ibid.
73
c. Kondisi terdakwa
rumusan delik, bersifat melawan hukum, dan tidak ada alasan pembenar.
119
Leden Merpaung, “Proses Penanganan Perkara Pidana (Di Kejaksaan dan
Pengadilan Negeri, Upaya Hukum dan Eksekusi”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 130.
74
pidana penjara selama 4 (empat) tahun dan 6 (enam) bulan di LPKA Tanjung
Pati.
persidangan
serta alat bukti di persidangan serta keyakinan hakim atas suatu perkara, maka
dijadikan alasan oleh hakim dalam menjatuhkan putusannya baik itu berupa
120
Ibid., hal. 344
76
Karena dalam hal ini terdakwa anak didakwa dengan dakwaan berbentuk
persidangan dan menurut hakim, dakwaan yang paling sesuai adalah dakwaan
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang unsur-
1. Setiap orang
Akan tetapi, hakim memutuskan untuk menjatuhkan pidana lebih ringan dari
tuntutan Jaksa Penuntut Umum yaitu pidana penjara selama 3 tahun dan 6
bahwa putusan yang dijatuhkan telah memenuhi rasa keadilan baik secara
77
moral (moral justice) maupun secara hukum positif (legal justice) terhadap
korban dan keluarga korban serta masyarakat pada umumnya (social justice).
dari tuntutan Jaksa karena anak berlaku sopan di persidangan dan sebagai
pendidikan terhadap anak agar kelak menjadi anak yang lebih baik dan dapat
penjara bagi pelaku meskipun pelaku masih di bawah umur telah sesuai.
Sebab, jika tidak dipenjara maka pelaku tidak akan mendapatkan efek jera dan
121
Ibid., hal. 358.
78
sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 54 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:
LPKA sesuai dengan tuntutan jaksa telah benar dan tepat karena berdasarkan
Anak bahwa setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak untuk
122
Rancangan KUHP Pasal 54 ayat (1).
123
Rancangan KUHP Pasal 54 ayat (2).
124
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 81
ayat (1).
125
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 3
Huruf b dan n.
79
perbuatan anak dilakukan terhadap anak dengan latar belakang masalah yang
tidak prinsip. Dan hal-hal yang meringankan terdakwa adalah terdakwa Anak
Tujuan hakim menjatihkan pidana lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut
Umum yaitu pidana penjara selama 3 tahun dan 6 bulan karena adalah semata-
dalam masyarakat.
dijatuhi pidana penjara (ta’zir). Maka perlu dikaji lebih dalam lagi mengenai
tinjauan hukum pidana islam terhadap putusan hakim pada kasus tersebut
apakah sudah sesuai dengan hukum islam baik dari segi tindak pidana, batas
80
usia dewasa serta sanksi dari tindak pidana yang dilakukan oleh anak di bawah
umur.
Di dalam hukum islam, suatu perbuatan tidak dapat dihukum kecuali jika
terpenuhi semua unsur unsurnya, baik unsur umum maupun unsur khusus.
d. Unsur formal (Al-Rukn Al-Syar’i) yaitu adanya nash syara’ yang jelas
hukuman. Nash syara’ ini menempati posisi yang sangat penting sebagai
azaz legalitas dalam hukum pidana islam, sehingga dikenal suatu prinsip la
hukma li af’al al-uqala’ qal wurud an-nass (tidak ada hukum bagi
dilakukan.
f. Unsur moril (Al- Rukn Al-Adabi) yaitu pelaku perbuatan itu dapat diminta
sebagai tindak pidana dalam Hukum Pidana Islam. mengenai unsur khusus
Unsur yang terkandung di dalam pencurian tidak sama dengan unsur yang
126
Dr. H. Marsaid, M.A, “Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam) Memahami Tindak
Pidana Dalam Hukum Islam”, ( Palembang: Rafah Press, 2020), hal. 57.
127
Ibid.
81
Jika dikaitkan unsur dalam putusan di atas dengan unsur tindak pidana
dalam hukum islam, maka perbuatan pelaku telah memenuhi semua unsur
Indonesia
ِ ف و ْاْلُُٰ َن بِ ْاْلُُٰ ِن و
ِ ْف بِ ْاْلَن ِ ِ ۤ ِ ِ
الس َّن َ َ ن
ْ اْل
َ ْ و ِ
ن ي
َ َ َْ َ َْ َ عل
ْ اب ن ي عل
ْ ا
و ِ
س ف
ْ َّ
الن ب س ف
ْ َّ
الن َّ
َن أ اَوَكتَ ْب نَا َعلَْيه ْم فْي َه
َ
ۤ ِ ِِ َ الس ِن والْجروح قِصاص ۗ فَمن تَصد ِ ِب
ُ َ َّارةٌ لَهُ ۗ َوَم ْن لَّ ْم يَ ْح ُك ْم ب َم
الله لَز َن
ْ أ ا َ َّق به فَ ُه َو َكف َ ْ َ ٌ َ َ ُْ ُ َ
ۤ
ِ ِ
﴾٤۵﴿ ك ُه ُم الظل ُم ْو َن َ فَأُولئ
Artinya: “Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di didalamnya (Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka
(pun) ada qishasnya”.128(Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 45).
اص فِى الْ َقْت لى أَلْ ُحُّر بِالْ ُح ِرَو الْ َعْب ُد بِالْ َعْب ِد َو ْاْلُنْثى
ُ ص
ِ
َ ب َعلَْي ُك ُم الْق
ِ ِ َّ
َ يَآأَيُّ َها الذيْ َن أ َمنُ ْوا ُكت
ف ِم ْن ِ ِ ِ ِ
َ بِ ْاْلُنْثى فَ َم ْن ُعف َي لَهُ ِم ْن أ َِخْي ِه َش ْيءٌ فَاتِبَاعٌ بِالْ َم ْع ُرْوف َوأ ََدآءٌ إِلَْي ِه بِِإ ْح َسان ٰل
ٌ ك تَ ْخفْي
qishas bagi pelaku pembunuhan secara sengaja dan pihak keluarga tidak
128
Departemen Agama RI, “Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah”, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), hal. 115.
129
Departemen Agama RI, “Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah”, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), hal. 27.
83
bahkan ketentuan mengenai hukuman qishas ini terdapat pada Al-Qur’an dan
ۤ
يَآاَيُّ َها الَّ ِذيْ َن ا َمنُ ْوا ُكونُ ْوا قَ َّو ِامْي َن لِل ِه ُش َه َدآءَ بِْل ِق ْس ِط َوَلَ يَ ْج ِرَمنَّ ُك ْم َشناَ ُن قَ ْوَ َعلى َّأَل
﴾١﴿ الله َخبِْي ٌر بِ َما تَ ْع َملُ ْو َن ِ تَع ِدلُواۗ إِع ِدلُواۗ هو أَقْ ر
َ ب للتَّقوى َواتَّ ُقوا اللهَ ۗ إِ َّن ُ َ َُ ْ ْ ْ ْ
130
Abdul Qadir Audah, “at-Tasyri’ al-Jinai al-Islam”, (Beirut: Dar al-kitab al-‘Arabi, tt),
hal. 622.
84
Dari ayat diatas dapat kita simpulkan bahwa penegakan hukum harus
memandang siapa pelakunya. Hukum tidak boleh tebang pilih karena semua
yang menjadi saksi harus memberikan kesaksian dengan benar, adil tanpa
memandang siapapun, serta sifat kebencian terhadap yang lain tidak boleh
Pidana Anak yang berbunyi: “anak yang berkonflik dengan hukum yang
selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas)
tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan
tindak pidana”.131
dewasa (baligh) sebab pelaku telah memasuki usia 17 (tujuh belas) tahun. Hal
131
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
85
mani) bagi laki-laki dan datangnya haid bagi perempuan dan anak telah
mencapai umur 15 (lima belas) tahun.132 Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi
ًس َع ْشَرَة َسنَة ِ الصغِي ِر والْ َكبِي ِر فَ َكتب إِلَى عمالِِه أَ ْن يَّ ْف ِر
َ ض ْوا ل َم ْن َكا َن ابْ ُن َخ ْم
ُ َُ ْ َ ْ َ ْ َّ الْ َح ُد بَْي َن
Artinya: “Dia menawarkan dirinya kepada Rasulullah SAW untuk ikut
berperang dalam perang uhud, waktu itu dia berumur empat belas
tahun, tetapi Rasulullah tidak memperkenankan dirinya. Dan dia
kembali menawarkan diriku pada waktu perang khandaq
sedangkan dia (pada saat itu) berumur lima belas tahun, maka
Rasulullah SAW memperkenankan dirinya. Nafi’ menceritakan,
“Lalu aku datang kepada Umar Ibnu Abdul Aziz yang pada saat itu
menjabat sebagai khalifah, dan menceritakan kepadanya hadits ini,
maka ia berkata: ‘Sesungguhnya hal ini merupakan batas antara
usia anak-anak dan usia dewasa’. Kemudian ia menginstruksikan
kepada semua gubernur agar mereka menetapkan kepada orang-
orang yang telah mencapai usia lima belas tahun (sebagaimana
layaknya orang dewasa)”.
Islam jika pelaku pembunuhan belum mencapai usia baligh karena dalam
132
Al Imam Jalaluddin al Mahaly dan Jalaluddin as Suyuthi, “Tafsir al Qur’an al Karim”,
Juz, I, (Beirut: Daar al Fikr, 1998), hal. 98.
86
hukum pidana islam anak yang belum baligh tidak dapat dikenakan hukuman
dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah yang mengatakan bahwa anak yang
Hukuman ta’zir ini bukan hukuman jinayat namun sebagai pengajaran karena
sengaja diancam dengan hukuman qishas/diyat, jika hukuman qishas dan diyat
tersebut dimaafkan oleh korban atau keluarga korban, maka ulil amri berhak
qishas dan diyat adalah aturan yang baik dan membawa kemaslahatan, karena
pembunuhan itu tidak hanya melanggar hak individu tetapi juga melanggar
kepada pelaku sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Al-
bawah umur tidak sesuai dengan Hukum Pidana Islam karena anak tersebut
sudah termasuk kategori dewasa (baligh) mengingat batas usia baligh bagi
anak sudah berusia 17 (tujuh belas tahun). Dengan demikian hukuman dalam
putusan ini tidak sesuai dengan ketentuan hukum pidana islam, sebab
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan analisis yang telah penulis jelaskan diatas, maka dapat
dengan latar belakang masalah yang tidak prinsip. Dan hal-hal yang
akibat penganiayaan oleh anak di bawah umur tidak sesuai dengan Hukum
88
89
(tujuh belas tahun). Dengan demikian hukuman dalam putusan ini tidak
hukuman ta’zir.
B. Saran
1. Untuk penegak hukum khususnya kepada hakim agar lebih tegas lagi
dilakukan itu ringan atau berat agar dapat memberikan keadilan baik bagi
Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. Cet. I. Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Audah, Abdul Qadir. at-Tasyri’ al-Jinai al-Islam. Beirut: Dar al-kutub al-‘Arabi,
1963.
Beik, Khudari. Ushul Fiqh. cet. 8. Mesir: Al-Maktabah Al-Tijariah Al-Kubra, tt.
E. Y Kanter dan S.R. Sianturi dalam Amir Ilyas. Asas-asas Hukum Pidana.
Yogyakarta: Rangkang Education Yogyakarta &PuKAP-Indonesia.
Halim, Ridwan. Hukum Pidana dalam Tanya Jawab. Jakarta: Gralia Indonesia,
1986.
Hakim, Dr. Lukman. Asas-asas Hukum Pidana Buku Ajar bagi Mahasiswa.
Sleman: Deepublish, 2020.
Harahap, M. Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali.
Jakarta: Sinar Grafika, 2002.
Irfan, H.M. Nurul dan Masyrofah. Fiqh Jinayah. Ed. I. Cet.I. Jakarta: Amzah,
2013.
Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana. cet. IX. Jakarta: Rineka Cipta, 2015.
Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar
Grafika, 2004.
Rosyada, Dede. Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta: Lembaga Studi Islam
dan Kemasyarakatan, 1992.
Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Juz III. Kairo: Maktabah Dar al-Turast, 1970.
Sayuti, Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abi Bakr as-. Al-Jami’ us-Sagir. Juz 2.
Beirut: Dar al-Fikr.t.th.