Anda di halaman 1dari 15

DEMOKRASI

Margaretha Ende
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Margarethaende05@gmail.com, alisodik2021@.gmail

Nama : Margaretha Ende

Nim : 2111B0034

Prodi : S1 Keperawatan

ABSTRAK

Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai tatanan aktivitas
bermasyarakat dan bernegara di beberapa Negara. Seperti diakui oleh Moh. Mahfud MD, ada
dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara. Pertama, hampir
semua negara didunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamamental.;
Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan
masyarakat untuk menyelenggarakan Negara sebagai organisasi tertingginya. Oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar pada warga masyarakat tentang demokrasi.
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (epistemologis) dan istilah
(terminologis). Secara epistemologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu ”demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cretein” atau
“cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-cratein atau demos-
cratos adalah keadaan Negara di mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di
tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa,
pemerintah rakyat dan oleh rakyat.

PENDAHULUAN
Pandangan hidup demokrasi terlaksana dalam abad kesadaran universal sekarang ini,
maka nilai- nilai dan pengertian-pengertiannya harus dijadikan unsur yang menyatu dengan
sistem pendidikan kita. Perlu dipikirkan dengan sungguh-sungguh memikirkan untuk
membiasakan anak didik dan masyarakat umumnya siap menghadapi perbedaan dan pendapat
dan tradisi pemilihan terbuka untuk mentukan pemimpin atau kebijakan. Jadi pendidikan
demokrasi tidak saja dalam kajian konsep verbalistik , melainkan telah membumi dalam interaksi
dan pergaulan sosial baik dikelas maupun diluar kelas.
Tumbuh dan berkembangnya demokrasi dalam suatu Negara memerlukan ideology yang
terbuka, yaitu ideologi yang tidak dirumuskan “sekali dan untuk selamanya” (once and for all),
tidak dengan ideology tertutup yaitu ideology yang konsepnya (presept) dirumuskan “ sekali dan
untuk selamanya” sehingga cenderung ketinggalan zaman (obsolete, seperti terbukti dengan
ideology komunisme).
Dalam konteks ini Pancasila-sebagai ideology Negara harus ditatap dan ditangkap
sebagai ideology terbuka, yaitu lepas dari kata literalnya dalam pembukaan UUD 1945.
Penjabaran dan perumusan presept-nya harus dibiarkan terus berkembang seiring dengan
dinamika masyarakat dan pertumbuhan kualitatifnya, tanpa membatasi kewenangan penafsiran
hanya pada suatu lembaga “resmi “ seperti di negeri- negeri komunis. Karena itu, ideology
Negara-Pancasila-Indonesia dalam perjumpaannya dengan konsep dan sistem demokrasi terbuka
terhadap kemungkinan proses –proses ‘coba dan salah’ ( trial and error), dengan kemungkinan
secara terbuka pula untuk terus menerus melakukan koreksi dan perbaikan, justru titik kuat suatu
ideology yang ada pada suatu Negara ketika berhadapan dengan demokrasi adalah ruang
keterbukaan.
Karena demokrasi dengan segala kekurangannya, ialah kemampuannya untuk
mengoreksi dirinya sendiri melalui keterbukaannya itu. Jadi bila demokrasi ingin tumbuh dan
berkembang dalam Negara Indonesia yang mempunyai ideology Pancasila mensyaratkan
ideology tersebut sebagai ideology terbuka.

METODE PENELITIAN
Secara umum, Penelitian Disertasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana potensi
keberhasilan pelaksanaan program Pemolisian Komunitas dilihat dari aspek potensi kemitraan, prinsip-
prinsip demokratis dan mekanisme pengawasan sipil. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Menjelaskan potensi terciptanya kemitraan yang harmonis antara Polisi dengan Masyarakat dalam
program Pemolisian Komunitas; (2) Menjelaskan prinsip-prinsip demokrasi dalam konteks keberadaan
Pemolisian Komunitas telah dilakukan POLRI dalam menunjang keberhasilan penerapan program
Pemolisian Komunitas; (3) Menjelaskan mekanisme pengawasan sipil terhadap program Pemolisian
Komunitas yang dijalankan oleh POLRI?

Tataran Fokus Penelitian


Fokus penelitian Disertasi ini mencakup dua tataran perhatian. Pertama tataran
kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, regulasi dalam konteks demokrasi pada program
Pemolisian Komunitas. Variabel-variabel penelitian yang masuk dalam tataran ini adalah
prinsip-prinsip demokrasi yang dilakukan oleh POLRI dalam konteks keberadaan Pemolisian
Komunitas serta konstruksi dan rekonstruksi dari mekanisme pengawasan sipil terhadap POLRI
dari sisi kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, dan regulasi.
Kedua, tataran empiris tentang peran kapasitas komunitas terhadap program Pemolisian
Komunitas, khususnya kemitraan polisi dan masyarakat yang mencakup pula bagaimana
masyarakat menilai keberlakuan prinsip-prinsip demokratis oleh POLRI, mekanisme
pengawasan sipil serta relasi kekuasaan antara polisi dan komunitas dalam kehidupan sehari-hari.
Metode kuantitatif dilakukan bagi kepentingan perolehan data yang terkait dengan
pengaruh kapasitaskomunitas bagi kemitraan polisi dan masyarakat pada tataran empiris di
masyarakat, bagaimana masyarakat menilai keberlakuan prinsip-prinsip demokratis oleh POLRI,
penerapan pengawasan sipil serta relasi kekuasaan antara polisi dan komunitas dalam kehidupan
sehari-hari.
Metode yang digunakan dalam Penelitian Disertasi pada tataran kebijakan, peraturan dan
perundang-undangan, regulasi dalam konteks demokrasi pada program Pemolisian Komunitas
adalah metode kualitatif yang terkait dengan upaya memperoleh data bagi penjelasan tentang
seberapa jauh Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam melaksanakan tindakan
kepolisiannya, khususnya Pemolisian Komunitas telah mengacu pada prinsip-prinsip kepastian
hukum (rule of law) atau supremasi hukum, akuntabilitas dan transparansi, ketanggapan
(responsiveness), kebebasan atau perlindungan hak-hak asasi manusia dan kesamaan dalam
politik, sosial dan ekonomi. Penelusuran data ini juga dikaitkan dengan Reformasi POLRI yang
telah dan sedang dilaksanakan mencakup reformasi Struktural/Kelembagaan; Reformasi
instrumental / peraturan perundang-undangan dan reformasi kultural/ reformasi budaya dan tata
laku kepolisian. Metode kualitatif juga dilakukan guna memperoleh data yang terkait dengan
potensi realisasi bagi konstruksi dan mekanisme pengawasan sipil terhadap polisi dan kemitraan
yang setara dalam Pemolisian Komunitas pada tataran konsep, kebijakan, dan praktek dari sisi
Kepolisian negara Republik Indonesia.
Suatu kombinasi metodologi kuantitatif dan kualitatif sering menjadi suatu pilihan yang
baik dari metode penelitian. Metode ini mengkombinasikan kekakuan dan presisi desain
eksperimental (atau sepertinya – eksperimental) dan data kuantitatif dengan kedalaman
pemahaman dari metode dan data kualitatif. Terdapat banyak cara bagi pencampuran model.
Seseorang harus menggunakan keduanya, yaitu metode serta data kuantitatif dan kualitatif untuk
mempelajari peristiwa yang sama di dalam penelitian yang sama atau penelitian komplementer
(Kjell Erick Rudestam and Rae R. Newton, 2001: 45).
Ide untuk menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif dalam sebuah studi tunggal
banyak berhubungan dengan pembahasan tentang menggabungkan metode, menghubungkan
paradigma dengan metode, dan menggabungkan desaindesain penelitian dalam semua tahap
penelitian. Dalam hal menggabungkan metode, pada tahun 1959 Campbell dan Fisk berusaha
menggunakan lebih dari satu metode untuk mengukur sifat psikologis guna memastikan bahwa
varian tercermin dalam sifat tersebut. Pada tahun 1978 Denzin menggunakan istilah triangulasi
yang diambil dari istilah strategi navigasi dari militer untuk menyatakan gabungan-gabungan
metodologi-metodologi dalam suatu penelitian tentang fenomena yang sama (John W. Creswell,
1994:167).
PEMBAHASAN

A.   Makna dan Hakikat Demokrasi


Sejak lengsernya Orde Baru ditahun 1998, demokrasi menjadi kosa kata umum bagi siapa
saja yang hendak menyatakan pendapat. Berbeda dengan masa lalu, demokrasi sekarang sudah
menjadi milik semua orang dengan pemahaman yang berbeda, Seperti halnya agama. Demokrasi
banyak digunakan dan diungkapkan dalam perbincangan sehari-hari, tetapi banyak juga disalah
pahami. padahal prinsip-prinsip moral agama dapat bertemu dengan nilai-nilai demokrasi. 
Secara garis besar demokrasi adalah sebuah sistem  sosial-politik modern yang paling baik
dari sekian banyak sistem maupun ideologi yang ada dewasa ini. Menurut  pakar hukum Moh.
Mahfud MD, ada dua alasan dipilihnya demokrasi dalam sistem bermasyarakat dan
bernegara. Pertama, hampir semua  Negara didunia menjadikan demokrasi sebagai asas yang
fundamental. kedua, demokrasi sebagai  asas kenegaraan yang secara esensial telah memberikan
arahan bagi peranan masyarakat yang menyelenggarakan Negara sebagai organisasi tertingginya.
Karena itu, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar  pada masyarakat tentang
demokrasi.
Secara etimologis “demokrasi”  terdiri atas dua kata “demos” yang berarti rakyat  atau
penduduk suatu tempat, dan “cratein” atau “cratos”  yang berarti kekuasaan, kedaulatan atau
pemerintahan. Gabungan dari kedua kata tersebut memiliki arti suatu keadaan Negara dimana 
dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada
dalam keputusan bersama rakyat. Rakyat  berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh
rakyat. Pengertian demokrasi menurut para ahli yaitu:
1.    Joseph A. Schmeter mengatakan demokrasi merupakan suatu perencanaan Institusional untuk
mencapai keputusan politik. Dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
2.    Sidney Hook mengatakan demokrasi adalah bentuk pemerintahan. Keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung, didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
3.    Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl mengatakan demokrasi sebagai suatu system
sspemerintahan dimana pemerintah diminta tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di
wilayah public oleh warga Negara.
4.    Henry B. Mayo mengatakan demokrasi sebagai system politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas
prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
5.    Demokrasi menurut Anwar Ibrahim, adalah pemberian kebebasan kepada warga negara,
sedangkan kegagalan atau keberhasilan ekonomi menyangkut sistem yang diterapkan.
Dari beberapa pendapat  di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebagai suatu sistem
bermasyarakat dan bernegara hakikat demokrasi adalah peranan peran utama rakyat dalam
proses social dan politik. Sebagai pemerintahan di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal
yaitu:
1.    Pemerintahan dari rakyat (government of the people)
Pemerintahan dari rakyat merupakan suatu pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan
yang mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi.
2.    Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)
Pemerintahan oleh rakyat merupakan bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas
nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi.
3.    Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)
Pemerintahan untuk rakyat merupakan kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah
harus dijalankan untuk kepentingan rakyat.

Jadi, demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintah suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut.
                                                                                               
B.   Demokrasi : Pandangan dan Pegangan Hidup Bersama
Menjadi demokratis membutuhkan norma dan rujukan praktis serta teoritis dari demokrasi
yang telah maju dalam demokrasi. Ada 6 norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan
masyarakat yang demokratis yaitu:
1.  Kesadaran akan pluralisme
Kesadaran akan kemajemukan tidak sekadar pengakuan pasif akan kenyataan masyarakat yang
majemuk. Kesadaran atas kemajemukan menghendaki tanggapan dan sikap positif terhadap
kemajemukan itu sendiri secara aktif.
2.  Musyawarah
Makna dan semangat musyawarah yaitu mengharuskan adanya keinsyafan dan kedewasaan
warga Negara untuk secara tulus menerima kemungkinan untuk melakukan negosiasi dan
kompromi-kompromi sosial dan politiksecara damai dan bebas dalam setiap keputusan bersama. 
3.  Cara haruslah sejalan dengan tujuan
Demokrasi pada hakekatnya tidak hanya sebatas pelaksanaan prosedur-prosedur demokrasi
(pemilu, suksesi, dan aturan mainnya), tetapi harus dilakukan secara santun dan beradap yakni
melalui proses demokrasi yang dilakukan tanpa paksaan, tekanan, dan ancaman dari dan oleh
siapapun, tetapi dilakukan secara sukarela, dialogis dan saling menguntungkan.
4.    Norma kejujuran dalam permufakatan
Faktor ketulusan dalam usaha bersama mewujudkan tatanan sosial yang baik untuk semua warga
Negara merupakan hal yang sangat penting dalam membangun tradisi demokrasi. Prinsip ini erat
kaitannya dengan paham musyawarah seperti telah dikemukakan di atas. Musyawarah yang
benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing-masing pribadi atau kelompok memiliki
pandangan positif terhadap perbedaan dan orang lain.
5.    Kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban
Pengakuan akan kebebasan nurani (freedom of conscience), persamaan hak dan kewajiban bagi
semua (egalitarianism) merupakan norma demokrasi yang harus di integrasikan dengan sikap
percaya pada etika baik orang dan kelompok lain (trust attitude).
6.    Trial and error (percobaan dan salah)
Demokrasi bukanlah sesuatu yang telah selesai dan siap, tetapi ia merupakan sebuah proses tanpa
henti. Dalam kerangka ini demokrasi membutuhan percobaan-percobaan dan kesediaan semua
pihak untuk menerima kemungkinan ketidaktepatan atau kesalahan dalam praktik demokrasi. 

C.   Faktor-faktor Pendukung Demokrasi


Beberapa unsur penting penopang tegaknya demokrasi antara lain :
1.    Negara Hukum (rechtsstaat atau the rule of law)
Negara hukum adalah negara yang memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui
pelembagaan, peradilan yang bebas dan tidak memikat serta penjaminan hak asasi manusia.
Secara garis besar, negara hukum adalah sebuah negara dengan gabungan kedua konsep
rechtsstaat dan the rule of law
Konsep rechtsstaat mempunyai ciri-ciri berikut :
1.  Adanya perlindungan terhadap HAM
2.  Adanya pemisah dan pembagian kekuasaan pada lembaga Negara untuk menjamin perlindungan
HAM
3.  Pemerintahan berdasarkan peraturan
4.  Adanya peradilan administrasi

Sedangkan the rule of law di cirikan dengan adanya :


1.  Supremasi aturan-aturan hukum
2.  Kesamaan kedudukan di depan hukum (equality before the law)
3. Jaminan perlindungan HAM
Menurut Moh. Yamin, negara hukum Indonesia adalah kekuasaan yang dilakukan pemerintah
Indonesia harus berdasar dan berasal dari ketentuan undang-undang karena itu harus terhindar
dari kesewenang-wenangan.  
Menurut Moh. Mahtud M.D ciri-ciri negara hukum adalah :
1.  Adanya perlindungan konstitusional
2.  Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3.  Adanya pemilu yang besar
4.  Adanya kebebasan menyatakan pendapat
5.  Adanya kebebasan berserikat dan beroposisi
6.  Adanya pendidikan kewarganegaraan
Indonesia adalah negara hukum. Istilah negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam
penjelasan UUD 1945 yang berbunyi “ Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum
(rechtsstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat).
2.    Masyarakat Madani (Civil Society)
Masyarakat madani yaitu sebuah masyarakat dengan ciri-cirinya yang terbuka,egaliter,bebas dari
dominasi dan tekanan negara. Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat signifikan
dalam membangun demokrasi. Posisi penting masyarakat madani dalam pembangunan
demokrasi adalah adanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan
keputusanyang dilakukan oleh negara atau pemerintah.
Masyarakat madani mensyaratkan adanya keterlibatan warga negara melalui asosiasi-asosiasi
sosial. Perwujudan masyarakat madani secara konkrit dilakukan oleh lembaga swadaya
masyarakat ( LSM ). Peran dan fungsinya sebagai mitra kerja lembaga-lembaga negara maupun
melakukan fungsi kontrol terhadap kebijakan pemerintah.
3.    Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik terdiri dari partai politik, kelompok gerakan dan kelompok penekan atau
kelompok kepentingan termasuk di dalamnya pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Partai politik merupakan struktur kelembagaan politik yang anggota-anggotanya mempunyai
tujuan yang sama yang memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam
mewujudkan kebijakan-kebijakannya.Sedangkan kelompok gerakan di perankan oleh organisasi
masyarakat merupakan sekumpulan orang – orang yang berhimpun dalam suatu wadah
organisasi yang berorientasi pada pemberdayaan warganya. Kelompok penekan atau kepentingan
adalah sekelompok orang dalam sebuah wadah organisasi yang di dasarkan pada kriteria
profesionalitas.
Hal yang merupakan indikator bagi tegaknya demokrasi adalah keberadaan kalangan
cendekiawan  dan kebebasan Pers. Kaum cendekiawan, kalangan civitas akademika kampus, dan
kalangan pers merupakan kelompok peenekan yang signifikan dalam mewujudkan sistem
demokratis dalam penyelenggaraan Negara dan pemerintahan.

4.    Parameter Demokrasi


Suatu pemerintahan dikatakan demokrasi bila dalam mekanisme pemerintahannya
melaksanakan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi yaitu persamaan, kebebasan,
dan pluralism
Menurut Robert A. Daul terdapat tujuh prinsip yang harus ada dalam sistem demokrasi
yaitu Kontrol atas keputusan pemerintah, Pemilihan umum yang jujur, Hak memilih dan dipilih,
Kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman, Kebebasan mengakses informasi, dan
Kebebasan berserikat.

Tiga aspek dapat dijadikan landasan untuk mengekur sejauh mana demokrasi itu berjalan
dalam suatu Negara. Aspek tersebut yaitu :
       1.  Pemilihan umum
Peulihan umum adalah proses pembentukan pemerintahan.pemilihan umum merupakan salah
satu instrument dalam proses pergantian pemerintahan.
       2.  Susunan kekuasaan Negara
Kekuasaan Negara dijalankan secara distributive untuk menghindari penumpukan kekuasaan
dalam satu wilayah.
       3.  Kontrol rakyat
Suatu relasi kuasa yang berjalan secara simetris, memili sambungan yang jelas dan adanya
mekanisme yang memungkinkan kontrol dan keseimbangan (check and balance) terhadap
kekuasaan yang di jalankan eksekutif dan legislatif.

5.    Sekilas Sejarah Demokrasi


Konsep demokrasi lahir dari tradisi pemikiran Yunani tentang hubungan Negara dan
hukum, yang di praktekkan antara abad ke–6 SM sampai dengan abad ke-4 M. demokrasi yang
dipraktekan pada masa itu berbentuk demokrasi lagsung ( Direct Democracy) yaitu hak rakyat
untuk membuat keputusan politik di jalankan secara langsung oleh seluruh warga Negara
berdasarkan prosedur mayoritas.
Demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad pertengahan dimana pada masa ini masyarakat
Yunani berubah menjadi masyarakat Feodal. Demokrasi tumbuh kembali di eropa menjelang
akhir abad pertengahan, di tandai dengan lahirnya Magna Charta ( Piagam Besar). Magna
Charta  adalah suatu piagam yang memuat perjanjian antara kaum bangsawan dengan Raja John
Inggris. Di dalamnya di tegaskan bahwa Raja mengakui dan menjamin beberapa hak dan hak
khusus bawahannya. Terdapat dua hal yang mendasar pada piagam ini : Pertama adanya
pembatasan kekuasaan raja, dan yang Kedua,hak asasi manusia lebih penting dari pada
kedaulatan Raja.Momentum lainnya yang menandai munculnya kembali demokrasi di Eropa
adalah Renaissance ( Gerakan Pencerahan ) dan Reformasi. Renaissance merupakan gerakan
yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan budaya Yunani Kuno. Gerakan Reformasi
juga merupakan penyebab lain kembalinya Demokrasi di Barat, gerakan ini merupakan gerakan
kritis terhadap kebekuan doktrin gereja. Selanjutnya gerkan ini di kenal dengan Protestanisme. 
Gerakan ini dimotori oleh Martin Luther yang menyerukan kebebasan berfikir dan bertindak.
6.    Demokrasi di Indonesia
Sejarah demokrasi di Indonesia di bagi kedalam empat periode : periode 1945 – 1959,
periode 1959 – 1965, periode 1965 – 1998, dan periode 1998 – sekarang.

 Periode 1945 – 1959.


Demokrasi pada Masa ini di kenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer. Sistem ini di
berlakukan sebulan setelah kemerdekaan di Proklamirkan. Namun sistem demokrasi ini dirasa
kurang cocok  untuk Indonesia. Ketiadaan budaya demokrasi yang sesuai mengakibatkan
fragmentasi politik berdasarkan afiliasi kesukuan dan agama yang mengakibatkan pemerintahan
yang berbasis koalisi politik pada masa ini jarang bertahan lama.
Kegagalan partai – partai dalam Majelis Konstituante untuk mencapai Konsensus mengenai
dasar Negara untuk undang –undang dasar baru, mendorong Presiden Soekarno untuk
mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, yang menegaskan berlakunya kembali UUD
1945. Dengan demikian Demokrasi Parlementer pun berakhir.

 B.    Periode 1959 – 1965


Periode ini di kenal dengan Demokrasi Terpimpin ( Guided Democracy ). Ciri-ciri 
demokrasi ini adalah dominasi politik presiden dan berkembangnya pengaruh Komunis dan
peranan tentara (ABRI) dalam panggung politik nasional.
Ketetapan MPRS No.III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur
hidup  menandakan adanya penyimpangan terhadap UUD 1945 yang sebenarnya memberikan
pembatasan waktu periode lima tahun kepada seorang Presiden untuk memimpin. Kekeliruan ini
sangat besar dalam sejarah demokrasi terpimpin Soekarno, yaitu adanya peningkatan terhadap
nilai-nilai demokrasi yakni absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya ada pada diri
pemimpin, sehingga tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap
eksekutif. Dalam kehidupan politik peran politik Partai Komunis Indonesia (PKI) sangatlah
menonjol, hal ini menimbulkan pergolakan politik yang luar biasa. Akhir dari sistem Demokrasi
Terpimpin Soekarno berakibat pada perseteruan politik-ideologis antara PKI dan TNI adalah
peristiwa berdarah yang di kenal dengan Gerakan 30 September 1965.

 C.   Periode 1965-1998


Periode ini merupakan masa pemerintahan presiden soeharto dengan orde barunya, sebagai
kritik terhadap periode sebelumnya, orde lama. Periode orde baru ini adalah upaya untuk
meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi dalam masa demokrasi
terpimpin. Demokrasi terpimpin telah diganti dengan demokrasi pancasila, seiring dengan
pergantian kepemimpinan nasional dengan artian, segala kebijakan yang ada pada demokrasi
terpimpin dihapuskan.   
Demokrasi pancasila secara garis besar menawarkan tiga komponen demokrasi, yaitu:
-    Demokrasi dalam bidang politik pada hakikatnya adalah menegakkan kembali azaz-azaz negara
hukum dan kepastian hukum.
-   Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakikatnya adalah kehidupan yang layak bagi semua
warga Negara.
-   Demkrasi dalam bidang hukum pada hakikatnya adalah bahwa pengakuan dan perlindungan
HAM, serta peradilan yang bebas yang tidak memihak.

Namun, penguasa orde baru yang menganut demokrasi pancasila baru sebatas retorika politik,
dan penguasanya bertindak jauh dari prinsip-prinsip demokrasi yang menurut M. Rusli Karim,
ketidakdemokratisan penguasa orde baru ini ditandai oleh:
-   Dominannya peranan militer (ABRI)
-   Birokratisasi dan Sentralisasi pengambilan keputusan politik
-   Pengebirian peran dan fungsi partai politik
-   Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan public
-   Politik masa mengambang
-   Monolitisasi ideology Negara
-   Inkorporasi lembaga non pemerintah
 D.   Periode 1998-sekarang
Periode ini sering disebut dengan istilah periode paska orde baru, yang erat hubungannya
dengan gerakan reformasi yang menuntut pelaksanaan demokrasi dan HAM secara konsekuen.
Tuntutan ini berakhir waktu lengsernya Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan pada 1998,
setelah lebih dari 30 tahun berkuasa dengan demokrasi pancasila. Penyelewengan atas dasar
Negara pancasila oleh penguasa orde baru berdampak pada sikap antipati sebagian masyarakat
terhadap pancasila. 
Pancasila yang pada dasarnya sangat terbuka, inklusif dan penuh nuansa HAM,ditimpa
pengalaman pahit yang berdampak pada keengganan kalangan tokoh reformasi untuk
menambahkan atribut tertentu pada kata demokrasi. Demokrasi yang hendak di kembangkan
setelah kejatuhan rejim orde baru adalah demokrasi tanpa nama atau demokrasi tampa embel-
embel.
Demokrasi yang di usung oleh gerakan refomarsi adalah demokrasi yang  sesungguhnya
dimana hak rakyat merupakan komponen inti dalam mekanisme dan pelaksanaan pemerintahan
yang demokratis. Wacana demokrasi paska orde baru erat kaitannya dengan pemberdayaan
masyarakat madani dan penegakan HAM secara konsekwen dan sungguh-sungguh.     

 7.    Islam dan Demokrasi


Wacana Islam dan Demokrasi dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok pemikiran:
1.    Islam dan Demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam tidak bisa disubordinatkan
sebagai demokrasi. Islam merupakan sistem politik yang mandiri (self sufficient). Hubungan
keduanya bersifat saling menguntukan secara eksklusif.
2.    Islam berbeda dengan demokrasi apabila didefinisikan secara procedural seperti di pahami dan di
praktekan di Negara-negara barat.
3.    Islam adalah sistem  nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi seperti
yang praktekan di Negara maju.

Terdapat beberapa argumen teoritis yang bisa menjelaskan lambannya pertumbuhan dan
perkembangan demokrasi di dunia Islam. Pertama, pemahaman doktrinal menghambat praktek
demokrasi. Kedua, Kultur yang ada pada masyarakat muslim yang sudah tebiasa dengan otokrasi
dan ketaatan absolut kepada pemimpin. Ketiga, pertumbuhan yang lambat demokrasi dalam
dunia islam tak ada kaitanya dengan teologi maupun kultur, akan tetapi lebih terkait sifat alamiah
demokrasi itu sendiri.
PENUTUP
KESIMPULAN
Asal-usul demokrasi akan membelajarkan anakmengenai perkembangan konsep
demokrasi dari mulai konsep awal sampaisekarang menjadi konsep global sekarang ini. Materi
tentang demokrasi Indonesiamembelajarkan anak akan kelebihan, kekurangan serta bentuk-
bentuk idealdemokrasi yang tepat untuk Indonesia. Materi masa depan demokrasi
akanmembangkitkan kesadaran anak mengenai pentingnya demokrasi sertamemahami tantangan
demokrasi yang akan muncul di masa depan. untukmenghindari terjadinya indoktrinasi, materi-
materi yang berisi doktrin-doktrinnegara sedapat mungkin diminimalkan diganti dengan
pendekatan historis danilmiah serta dikenalkan dengan fakta-fakta yang relevan.
DAFTARPUSTAKA
http://repository.unair.ac.id/71842/4/Dis.S.06%2016%20Ari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sunarso,%20M.Si./Konsep
%20&%20Implement%
https://cc.bingj.com/cache.aspx?q=pembahasan+dekmorasi&d
https://masfi11.wordpress.com/2012/11/09/kesimpulan-demokrasi/

Anda mungkin juga menyukai