Anda di halaman 1dari 13

FONDASI POLITIS HAM : DEMOKRASI

Untuk melaksanakan Tugas Hukum dan HAM


Yang diampu oleh : Bapak Nazar Nurdin,M.S.I

Safira Ila Mardhatillah NIM.2002026112


safirailmar@gmail.com
Program Studi Hukum Pidana Islam, UIN Walisongo Semarang

Novsa Ferrari NIM.2002026101


novsaferrari48@gmail.com
Program Studi Hukum Pidana Islam, UIN Walisongo Semarang

Khoirun Nisak NIM.2002026011


kn4261322@gmail.com
Program Studi Hukum Pidana Islam, UIN Walisongo Semarang

M. Abdullah Nadhif NIM 2002026087


Abdullahnadhif1030@gmail.com
Program Studi Hukum Pidana Islam, UIN Walisongo Semarang

Rifaldi Dias Yudistira NIM.2002026042


rifaldidias28@gmail.com
Program Studi Hukum Pidana Islam, UIN Walisongo Semarang

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UIN WALISONGO SEMARANG
2022/2023
ABSTRAK

Adanya Fondasi Politis HAM: Demokrasi merupakan suatu hal dimana dalam sistem
pemerintahan hendak meraih kedaulatan rakyat bagi negara agar dijalankan oleh pemerintah dan
rakyatnya sesuai dengan hakikatnya. Permasalahan tentang demokrasi pasti terus berkaitan
dengan permasalahan pada hak asasi manusia. Keterkaitan demokrasi dan HAM di Indonesia
tidak bisa dilepaskan. Upaya dalam penegakkan demokrasi merupakan upaya sistem politik yang
memperoleh apresiasi bagi hak asasinya, sebab demokrasi ialah hak yang memberikan apresiasi
bagi hak fundamental yakni hak asasi manusia. Dalam demokrasi tidak hanya terlingkup pada
hak politik dan hak sipil saja namun juga meliputi lingkup perkembangan sejauh mana
terjaminnya hak sosial budaya dan ekonomi rakyatnya. Oleh karena itu, demokrasi pasti akan
terwujud apabila pada rakyatnya serta pemerintahannya benar-benar dalam penerapan nilai-nilai
dan hakikat dari demokrasi itu sendiri.
KUNCI : Fondasi, HAM, & Demokrasi

ABSTRACT

The existence of a political foundation for human rights: Democracy is a form or mechanism
of a government system by realizing to be carry out of that country by the government. Issue of
democracy will always could related with issue for the human rights. Democracy & the human
rights at Indonesia are intertwined. Struggle uphold an effort to democracy mankind of order for
the human rights, the guarantee, and their with protect because a political system that rewards
human rights basic is democracy. The civil & political rights people is not only Democracy but
is also near relate to extent which the socio-cultural and economic its people guaranteed. Thus,
human rights will be realized and guaranteed by a democratic state and vice versa, democracy
will be realized if the state is able to guarantee the upholding of human rights.
KEYWORD : Foundation, Democracy, Human Rights

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak asasi manusia yaitu hak asasi yang dimiliki oleh manusia secara esensial.
Sebagai hak kodrati, hak asasi manusia, menurut John Locke, secara langsung
dianugerahkan oleh Tuhan Sang Pencipta. Demi membela negara, hukum,
pemerintahan, serta seluruh martabat dan kehormatan bangsa, yakni termaktum
dalam Pasal 1 UU No 39 1999 mengenai HAM. HAM merupakan elemen normatif
dan ada pada diri setiap manusia serta implementasinya terletak dalam kerangka
persamaan hak dan kebebasan dalam interaksi antar individu atau institusi. 1
Dalam masa demokrasi, hukum dan hak asasi manusia (HAM) selalu
berkembang. Karena demokrasi merupakan bentuk pemerintahan oleh, dari, dan
untuk rakyat, maka terbukti bahwa rakyat memiliki peran yang signifikan dalam
berjalannya demokrasi. Menjamin partisipasi rakyat dalam proses demokrasi. Jika
tidak, keberlanjutan negara demokrasi dapat terancam, yang setara dengan
kepunahannya. Untuk menjamin kelangsungan negara demokrasi, diciptakan
bentuk baru hak asasi manusia, hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Hak
politik yaitu hak yang didapat individu sebagai anggota suatu kelompok, yakni
untuk “mencalonkan diri, memegang jabatan publik di negara bagian, serta hak
memilih dan dipilih”. 2 Individu dapat berkontribusi pada pengelolaan negara atau
pemerintah melalui hak politik mereka.
Mengingat pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kata hak untuk
berpartisipasi dalam pemerintahan juga dapat digunakan secara bergantian dengan
istilah hak politik, tanpa mengubah atau memperluas definisi yang ada. Isu atau
permasalahan mengenai HAM sering diperbincangkan, apalagi pada masa
pembaruan seperti kini. HAM dihormati di era reformasi dan mendapat perhatian
lebih dari sebelum reformasi. Kita harus menyadari hak-hak kita dan ingat bahwa
kita bukan satu-satunya yang hidup dalam masyarakat dengan orang lain. Untuk
mencapai atau mewujudkan hak asasi Anda sendiri, jangan melanggar hak asasi
manusia terhadap orang lain.

2
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Fondasi Politis HAM & Demokrasi?
2. Bagaimana Dinamika Fondasi Politis HAM & Demokrasi?
3. Bagaimana Contoh Permasalahan Politis HAM & Demokrasi?
4. Bagaimana Penyelesaian Politis HAM & Demokrasi?

B. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami Teori Fondasi Politis HAM & Demokrasi
2. Untuk mengetahui dan memahami Dinamika Fondasi Politis HAM & Demokrasi
3. Untuk mengetahui dan memahami Contoh Permasalahan Politis HAM &
Demokrasi
4. Untuk mengetahui dan memahami Penyelesaian Politis HAM & Demokrasi

1
Firdaus Arifin, Hak Asasi Manusia Teori, Perkembangan Dan Pengaturan, Penerbit Thafa Media, 2019.
2
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, “No Title,” Media Publikasi Peraturan Perundang-undangan dan Informasi Hukum, 2022,
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=507:peran-partai-
politik-dalam-penyelenggaraan-pemilu-yang-aspiratif-dan-demokratis&catid=100&Itemid=180.

3
BAB II
METODE

Metode penelitian mengacu pada cara dimana seorang peneliti mengumpulkan data
studi. Dengan menggunakan teknik investigasi, hubungan substansial diidentifikasi
antara variabel yang diteliti, dan kesimpulannya menghasilkan objek yang diselidiki
lebih lengkap dan mudah untuk dipahami. Dalam Sugiyono, 2014:23, hakikatnya
metodologi penelitian adalah teknik ilmiah agar mendapatkan pendukung data yang
memiliki suatu tujuan dan penerapan khusus.
Dalam Efferin Sujoko, Darmadji & Tan Yuliawati, 2004:2, metopen atau
metodologi penelitian adalah komponen dimana terdapat data yang dikumpulkan dan
diproses. Metodologi deskriptif dan pendekatan kualitatif menjadi metodologi dalam
kajian ini. Pada metode ini, didapatkan hubungan yang signifikan antara variabel yang
diselidiki, yang mengarah pada kesimpulan yang mengungkapkan gambaran lengkap
dari apa yang kami selidiki.
Menurut Sugishirono (2014:21), statistik yang kemudian digunakan sebagai
analisis data dengan langsung mendeskripsikan data yang telah dipenuhi, serta
umumnya menerapkan kesimpulan dan generalisasi disebut sebagai analisis deskriptif.
Sedangkan dalam Nazir, 2003:54 dijelaskan bahwa metode deskriptif ialah yang
mempelajari pengelompokkan manusia, sasaran, keadaan, pemikiran, atau kelas
kejadian pada masa sekarang. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa metode
deskripsi dengan pendekatan kualitatif adalah metode untuk tujuan deskripsi. Penelitian
deskriptif tahap awal, yaitu deskripsi hasil penelitian dengan menggunakan data yang
dianalisis. 4
Makalah ini dibuat dengan menggunalan metode tersebut untuk mendeskripsikan
dan menganalisis Basis Politik Hak Asasi Manusia: Demokrasi secara deskriptif serta
menganalisis bagaimana Basis Politik Hak Asasi Manusia: Demokrasi
diimplementasikan.

3
James J Heckman, Rodrigo Pinto, and Peter A. Savelyev, “Metode Analisis,” Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 1967, 79–108.
4
Salma, “Penelitian Deskriptif: Pengertian, Kriteria, Metode, Dan Contoh,” 18 Mei 2021, 2021,
https://penerbitdeepublish.com/penelitian-deskriptif/.

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Teori Fondasi Politis HAM : Demokrasi


Konsep hak asasi manusia dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno dengan filosofi
tabah hingga saat ini. Ada tiga gagasan utama di kalangan profesional hukum yang
menjelaskan munculnya konsep hak asasi manusia.
a) Teori Hukum Alam
Teori hukum alam berpendapat bahwa hak asasi manusia yang diberikan Tuhan
melekat pada kodrat manusia. Sejak lahir, seseorang sudah memiliki hak bawaan
yang tidak dapat diganti atau dihilangkan, tanpa memandang asal usul agama, suku,
kelas sosial, atau orientasi seksual. Teori Hukum Alam Menurut Para Ahli : John
Locke mengusulkan bahwa “semua orang dilahirkan dengan hak yang tidak dapat
dicabut untuk hidup, kebebasan, dan properti, dimana tidak bisa direnggut oleh
pemerintah. Hak istimewa yang tidak dapat dicabut Jika penguasa suatu negara
melanggar kesepakatan sosial dengan menyalahgunakan hak-hak alami individu,
maka rakyat negara itu bebas untuk menggulingkannya dan mendirikan
pemerintahan yang bersedia menghormati hak-hak itu”. Saya mampu
melakukannya. Rousseau menegaskan bahwa hukum kodrat tidak menghasilkan
hak kodrat individu, melainkan kedaulatan warga negara sebagai suatu kelompok.
Kehendak umum mengidentifikasi warga negara sebagai pemilik hak yang berasal
dari hukum alam.
b) Teori Positivis atau Utilitarian
Menurut teori positivis, hak hanya ada jika diatur oleh hukum. Dimensi hukum juga
harus benar-benar dipisahkan dari moralitas. Ketika mereka secara resmi diberikan
oleh otoritas atau negara, setiap orang dapat menikmati hak milik mereka. Yang
paling signifikan dari perspektif ini adalah pentingnya dominasi kerukunan.
Sebaliknya, golongan yang sedikit atau minor pandangannya tidak dimiliki pada
yang dominan maka berakibat dibiarkan bahkan haknya dicabut.

5
c) Teori Kesetaraan atau Adil
Menurut Rawls, setiap orang memiliki hak berdasarkan konsep keadilan yang
tidak dapat ditawar lagi karena pada umumnya berkaitan dengan masalah
kepentingan bersama yang diwujudkan dengan berpedoman pada prinsip. 5
Dalam situasi ini, Setiap orang diasumsikan memilih dua cita-cita keadilan
yang mendasar. Prinsip pertama yakni bahwa semua manusia memiliki haknya
sama tanpa membeda-bedakan. Kemudian, kesetaraan berdasarkan persaingan
yang sehat, dibenarkan hanya jika menguntungkan pihak yang paling dirugikan.
Dimana ada konflik antara keduanya, kesempatan dan kebebasan setara harus
didapatkan. Tokoh Rawls berpendapat bahwa pilihan antara dua prinsip ini
muncul sebab banyak pihak dalam kesepakatan hadir dalam kondisi
ketidaktahuan yakni ketidaktahuan akan fakta-fakta yang membawa kita ke
masyarakat. Mengenai penerimaan, pertahanan atau penjagaan serta penegakan
HAM, ketiga gagasan itu memiliki banyak kesamaan.
Perbedaannya terletak pada asal mula konsepsi hak yang paling mendasar.
Berdasarkan teori demokrasi versi Hans Kelsen, konsep demokrasi Hans Kelsen
berasal dari konsep kebebasan berpikir manusia. Awalnya, istilah "kebebasan"
dianggap tidak menguntungkan. Definisi asli "kebebasan" adalah tidak adanya
keterikatan atau tidak adanya semua ikatan dan kewajiban. Namun, Hans
Kelsen menolak. Alasannya, ketika manusia terlibat dalam konstruksi sosial,
konsep "kebebasan" tidak bisa lagi dinilai begitu saja; itu setara dengan konsep
kebebasan. Itu berasal dari Keputusan. Ini merupakan dasar pemikiran
demokrasi Hans Kelsen di kemudian hari. (Hans, 2006: 404).6

B. Dinamika Fondasi HAM dan Demokrasi


Pertama kalinya demokrasi didirikan di Athena, yang mana penduduknya percaya
bahwa mereka adalah orang yang sama dan berdaulat utuk mengatur dan mengelola
pemerintahan mereka. Namun, apa yang sebenarnya terjadi sangat berbeda dari apa
yang telah diantisipasi warga Athena. “Dahl mempertanyakan demos (rakyat) dan

5
Audrey E. De Paepe et al., “Hukum Hak Asasi Manusia,” Journal of Chemical Information and Modeling 53,
no. 9 (2019): 1689–99.
6
Jimly Asshiddiqie and M. Ali Safa’at, “Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,” Mahkamah Konstitusi RI, no.
Jakarta (2016): 15.

6
kratia (pemerintah) saat itu yang hanya 10 persen dari populasi, tidak termasuk
perempuan, profesional, anak-anak, dan individu. luar negeri”. Abad ke-20, negara-
negara dengan pengamalan nilai demokratis pada setiap wilayah mengangkat masalah
mengenai HAM sebagai perhatian mendesak. HAM dipandang sebagai konsep etika
politik modern, dengan konsep utama sebagai persyaratan moral tentang bagaimana
manusia harus dianggap sebagai manusia; karenanya, hak asasi manusia bukan sekadar
konsep kosong; sebaliknya, hak asasi manusia pada dasarnya menuju kepada respect
atau penghormatan bagi kemanusiaan.7
Masalah HAM yang begitu signifikan dari segi ideologi secara politik, budaya, dan
terkhusus perkembangan yang dilihat dari sudut pandang rakyat di era modern, adalah
persoalan yang mengilhami tidak hanya politisi, organisasi keagamaan, dan serikat
pekerja, tetapi juga individu serta kelompok atau organisasi non-government dimana
mereka berusaha dalam mencapai kepatuhan menggunakan langkah-langkah
mancanegara atau kancah internasional agar ditetapkan sebagai perlindungan HAM.
Pada akhir abad ke-20, isu hak asasi manusia diangkat di hampir setiap sudut dunia.
Baik pendukung maupun penentang demokrasi telah lama mengakui bahwa demokrasi
terikat pada keleluasaan. Hal itu disebabkan oleh keleluasaan, hak, serta peluang sangat
diutamakan bagi tahapan demokrasi. Untuk itu, hak, tanggung jawab, dan peluang
harus tetap ada selama proses tersebut berlanjut. Ini mencakup kebebasan berekspresi,
berserikat, dan berkumpul, untuk berpartisipasi dalam politik, untuk berbeda pendapat,
dan untuk memiliki sistem pemilihan yang bebas dan adil.
Namun, hak-hak ini tidak eksklusif. Seperti yang dikatakan Tocqueville, budaya
politik yang diperlukan untuk mempertahankan ketertiban, tata cara bernegara,
cenderung menekankan nilai hak individu, kebebasan, dan kesempatan, membuat
proses demokrasi menjadi idealis. Tetapi ada juga kenyataan yang dikelilingi oleh
lingkaran. dari kebebasan pribadi. Atas dasar penegasan tersebut, perspektif hak asasi
manusia pada proses berikutnya meliputi sektor sosial, budaya, serta ekonomi.
Rumusan D. Roosevelt tentang dimensi tambahan hak asasi manusia ini diilhami dan
dimaktumkan pada DUHAM 1948. Hal tersebut kemudian berfungsi sebagai kerangka
kerja untuk implementasi hak asasi manusia. Wina, Austria menjadi tuan rumah
Konferensi World (Dunia) HAM (Hak Asasi Manusia) pada tahun 1993. Pertemuan

7
Abdul Rochim, “Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Uud 1945 Pasca Amandemen,” 2009.

7
tersebut menghasilkan sejumlah kesepakatan yang bertujuan memperkuat dan
meningkatkan penerapan global hak asasi manusia.8
Kesepakatan tersebut menghasilkan sebuah dokumen yang dikenal sebagai
Deklarasi Wina. Asal usul filsafat demokrasi tidak terlepas dari gagasan bahwa
kebebasan individu adalah pusat dari ide-ide yang harus dijunjung oleh negara.
Hipotesis ini akhirnya ditantang karena dua alasan. Pertama, orang secara teoritis
digambarkan sebagai makhluk antisosial dan egois yang perilakunya dimotivasi oleh
kepuasan pribadi. Dengan dalih melindungi hak milik individu, gagasan ini mendorong
berkembangnya kesenjangan sosial ekonomi. Premis liberal kontras dengan teori
sosialis reduksionis yang sebenarnya, yang lebih mengutamakan kepentingan umum
daripada individu atau swasta, sedangkan kajian sosiologis menekankan kesetaraan
koperasi sosial dan ekonomi yang ditekankan untuk nilai sosial. 9
Demokrasi dan HAM tidak dapat dialihkan satu sama lain, karena untuk menjaga
demokrasi, hak asasi warga negara harus dihormati, dihormati, dan dipertahankan. Oleh
karena itu, sanksi berat harus dijatuhkan ketika individu atau negara melanggar hak
asasi manusia. Sebaliknya, warga negara yang baik perlu membantu pemerintah
menjaga demokrasi. Untuk memaksa demokrasi harus muncul hambatan, seperti
penolakan warga untuk menerima perubahan. Masyarakat membutuhkan pola pikir
terbuka untuk menerima perubahan. Pemerintah kemudian harus menegakkan hukum
secara adil dan bijaksana, sebagaimana tercantum pada peraturan perundang-undangan
yang saat itu berlaku serta sikap para penegak hukum dalam meresponnya.

C. Contoh Permasalahan Politis HAM dan Demokrasi


Fenomena pelanggaran HAM masih menjadi masalah yang belum terselesaikan secara
definitif. “Pembunuhan Marshina, 1965, Malari, Tragedi Munir, Uddin, Tanjung Priok,
Taransari, Tragedi Trisakti, Peristiwa Semanggi, dan para aktivis pejuang reformasi adalah
beberapa kejahatan HAM pertama yang dilakukan oleh kediktatoran Orde Baru. Kita
masih bisa merasakan karakter Orde Baru, tidak hilang sama sekali, tetapi berganti pakaian
reformasi untuk merebut kekuasaan sebagai predator. Namun, banyak kasus pelanggaran
HAM yang tidak dilaporkan. Benang-benang kekacauan yang mengatur setiap masa

8
Hikmah Maros and Sarah Juniar, “HAM Dan Aktualisasinya Dalam Pendidikan Islam” 3 (2016): 1–23.
9
Antonio Cassese and A. Rahman Zainuddin, “Hak-Hak Asasi Manusia Di Dunia Yang Berubah,” Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia xxviii. ; (1994): 335 hlm.

8
jabatan presiden hanyalah tempat lahir untuk memenangkan simpati publik dan dukungan
untuk kembali berkuasa.
HAM yang dilanggar pada masa lalu serta tidak terkoreksi sampai saat ini telah
merugikan sebagian orang. Ini adalah masalah serius bagi bangsa yang rusak dan
membusuk dari tahun ke tahun. Aktivis hak asasi manusia seperti YLBHI, Amnesty
International, Kontras dan Aksi Kamisan terus berbagi dengan para korban keprihatinan
mereka bahwa kejahatan telah dilakukan dan negara gagal menyelesaikannya. Sesuai
dengan amanat Pancasila, doktrin kedua menggariskan 'kemanusiaan yang adil dan
beradab'. Jika suatu bangsa acuh terhadap pelanggaran HAM & masalah kemanusiaan
serta tidak memenuhi penilaian yang adil, peradaban yang dibangun di bangsa ini adalah
palsu atau ilusi. Kebebasan adalah ukuran nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi.
Kebebasan berbicara, berekspresi dan berserikat dalam masyarakat sipil. Kebebasan juga
merupakan salah satu nilai hak asasi manusia. Indonesia telah diratifikasi dalam mengukur
Status Kebebasan di dunia yakni saat tahun 2018.

D. Penyelesaian Politis HAM dan Demokrasi


Menyelesaikan masalah hak asasi manusia yang sedang berlangsung adalah beban
yang harus diselesaikan oleh negara. Berbagai isu, termasuk politik dan hukum, turut andil
dalam stagnasi rezim HAM di Indonesia. Bukti penyelesaian masalah HAM sulit
ditemukan dan tidak pernah sepenuhnya terbukti. Bukti sulit ditemukan karena baik pelaku
maupun penyebabnya (arbiter) tidak diketahui. Dengan demikian, untuk menyelesaikan
masalah hak asasi manusia dibenturkan menggunakan tawar menawar pada tingkat
kalangan politik. Kemudian, karena Pasal 89 UU HAM No 39 Tahun 199910 membatasi
Komnas HAM untuk melakukan penyidikan dan bukan penuntutan, lemahnya
kewenangan Komnas HAM menghalangi terjadinya pelanggaran HAM sebelumnya,
sehingga menjadi salah satu kendala dalam penyelesaian kasus tersebut. Meningkatnya
kesadaran publik terhadap isu tersebut dan berkurangnya agenda hak asasi manusia.
Diharapkan masalah HAM dipandang tidak relevan dan sepele. Kelima, reformasi hukum
yang tidak memadai, seperti Agenda Reformasi Peradilan Militer, menghambat
implementasi kesepakatan hak asasi manusia. Petras dan Henry Feldmeyer, 2018)
Menantang penyelesaian perjanjian hak asasi manusia.

10
Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang No . 39 Tahun 1999,” Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, no. 39 (1999): 1–45.

9
Ada berbagai faktor dan alasan yang membuat rumitnya introspeksi dan apresiasi
regulasi HAM agar tercipta tindakan yang semakin berkembang yang mampu
menyelesaikan kasus hak asasi manusia yang dilanggar. Kekuasaan rakyat, harus
dikembalikan sekuat mungkin. Berbagai masalah hubungan kekuasaan dan kepentingan
kelompok harus ditangani, yang seringkali merusak hakikat demokrasi. Memulihkan
demokrasi dan terus memperjuangkan nilai-nilai demokrasi menyadarkan masyarakat.
Perjuangan rakyat yang disengaja menghasilkan hak asasi manusia sebagai hak dasar.
Semua kejadian ini menunjukkan bahwa demokrasi dan penegakan hak asasi manusia akan
terus berlanjut tanpa batas jika kita tunduk pada kemauan politik para elit; benang tidak
pernah lurus. Hal itulah sebabnya, respon masyarakat merupakan pelindung terdepan
tegaknya hakikat dari demokrasi yang dilandasi penghormatan terhadap makna dari suatu
kemanusiaan. Pekerja seringkali menjadi korban kekerasan dan pelanggaran hak asasi
manusia. Oleh karena itu, tantangan kami adalah membangun gerakan buruh yang kuat.

10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam etimologisnya demokrasi yakni dari kata “demos, yang berarti rakyat, dan
cartein atau cratos, yang berarti kekuasaan atau kedaulatan”. Dalam pengertian
istilahnya, yakni suatu sistem Government atau pemerintahan di negara dengan suatu
kedaulatan rakyat, dimana rakyat memerintah, dan dimana rakyat memegang
kekuasaan. Hak Asasi Manusia hadir untuk dihormati dan didukung oleh bangsa,
hukum, pemerintah, dan semuanya demi martabat, kehormatan, dan perlindungannya.
Hukum Indonesia sudah lama lumpuh. Seperti diketahui, putusan pengadilan dan hakim
juga dapat disuap dalam kasus-kasus besar, terutama yang menyangkut politik dan
kekuasaan. Oleh karena itu, semua regulasi yang ada seperti aksesoris yang merugikan
korban pelanggaran HAM di Indonesia.

B. Saran
Dari beberapa uraian tersebut, terdapat kasus yang diadili sebagai pelanggaran hak
asasi manusia telah diklarifikasi. Ketidaktahuan masyarakat terhadap hukum
merupakan penyebab terjadinya pelanggaran HAM oleh masyarakat. Setiap kasus
memiliki forum publik yang besar untuk diskusi, kompromi, dan penghindaran konflik.
Untuk melindungi hak asasi manusia, pemerintah harus mempertahankan dan
menegakkan hakikat nilai dari suatu makna demokrasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Firdaus. Hak Asasi Manusia Teori, Perkembangan Dan Pengaturan. Penerbit Thafa
Media, 2019.

Asshiddiqie, Jimly, and M. Ali Safa’at. “Teori Hans Kelsen Tentang Hukum.” Mahkamah
Konstitusi RI, no. Jakarta (2016): 15.

Cassese, Antonio, and A. Rahman Zainuddin. “Hak-Hak Asasi Manusia Di Dunia Yang
Berubah.” Jakarta : Yayasan Obor Indonesia xxviii. ; (1994): 335 hlm.

Heckman, James J, Rodrigo Pinto, and Peter A. Savelyev. “Metode Analisis.” Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 1967, 79–108.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Direktorat Jenderal
Peraturan Perundang-undangan. “No Title.” Media Publikasi Peraturan Perundang-
undangan dan Informasi Hukum, 2022.
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id
=507:peran-partai-politik-dalam-penyelenggaraan-pemilu-yang-aspiratif-dan-
demokratis&catid=100&Itemid=180.

Maros, Hikmah, and Sarah Juniar. “HAM Dan Aktualisasinya Dalam Pendidikan Islam” 3
(2016): 1–23.

Paepe, Audrey E. De, Joanna Sierpowska, Clara Garcia-Gorro, Saül Martinez-Horta, Jesus
Perez-Perez, Jaime Kulisevsky, Nadia Rodriguez-Dechicha, et al. “Hukum Hak Asasi
Manusia.” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–99.

Presiden Republik Indonesia. “Undang-Undang No . 39 Tahun 1999.” Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, no. 39 (1999):
1–45.

Rochim, Abdul. “Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Uud 1945 Pasca
Amandemen,” 2009.

Salma. “Penelitian Deskriptif: Pengertian, Kriteria, Metode, Dan Contoh.” 18 Mei 2021,
2021. https://penerbitdeepublish.com/penelitian-deskriptif/.

12

Anda mungkin juga menyukai