Dosen Pembimbing :
Surpiko Hapsoro Darpito, S.E., M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Toghu Rio Tama (141220158)
2. Radina Prawanita (141220159)
3. Ahmad Multazam (141220160)
4. Lia Dwi Arifatun (141220161)
5. Erena Valentina Br Ginting (141220162)
6. Sofyana Akmalia (141220163)
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena atas limpahan nikmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai harapan.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Surpiko Hapsoro Darpito, SE, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Mikro yang telah membimbing kami dan memberikan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Kelompok 4
1
KATA PENGANTAR 1
BAB I 1
Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II 2
Surplus Konsumen 2
Surplus Produsen 7
Efisiensi Pasar 11
Kesimpulan: Efisiensi Pasar dan Kegagalan Pasar 15
Studi Kasus 16
BAB III 18
3.1. Simpulan 18
3.2. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah nilai kerelaan pembeli untuk membayar suatu barang
dikurangi nilai yang sebenarnya dibayarkan oleh pembeli tersebut. Surplus konsumen
mengukur keuntungan yang diterima pembeli dari partisipasinya dalam suatu pasar.
Bayangkan Anda melelang album Dangdut lama kepada empat orang, yaitu Aan,
Dita, Lia, dan Anggi. Masing-masing mereka ingin membeli album tersebut tetapi ada
batasan harga yang rela mereka bayarkan untuk mendapatkannya. Tabel 1 menunjukkan
harga tertinggi yang masing-masing calon pembeli rela bayarkan. Harga tertinggi yang rela
dibayarkan oleh masing-masing pembeli disebut kerelaan untuk membayar (willingness to
pay), dan menjadi ukuran seberapa besar calon pembeli menghargai barang tersebut. Untuk
menjual album tersebut, Anda membuka lelang dengan harga yang cukup rendah katakanlah
Rp30.000. Oleh karena seluruh calon pembeli rela membayar jauh lebih banyak, harganya
tentu saja naik dengan cepat. Penawaran tersebut berhenti ketika Aan rela membayar
Rp240.000 (atau sedikit lebih tinggi). Pada titik ini, Dita, Lia, Anggi telah berhenti
memberikan penawaran karena mereka tidak lagi rela mendapatkan album tersebut dengan
membayar lebih dari Rp240.000. Aan membayar Rp240.000 kepada Anda dan mendapatkan
album tersebut. Perhatikanlah bahwa album tersebut telah dimiliki oleh pembeli yang paling
menghargai nilainya. Apakah keuntungan yang diterima Aan dengan membeli album
Dangdut lama tersebut? Menurut Aan ia telah mendapatkan satu tawaran yang
menguntungkan: ia rela membayar Rp300.000 untuk album itu, tetapi ia hanya perlu
membayar Rp240.000. Kita menyatakan bahwa dan menerima surplus konsumen senilai
Rp60.000. Dita, Lia, dan Anggi tidak mendapatkan surplus konsumen dari partisipasinya
dalam lelang karena mereka pulang tanpa membawa album tersebut dan tidak melakukan
pembayaran apapun.
2
(Tabel 1)
Aan Rp300.000
Dita Rp 240.000
Lia Rp210.000
Anggi Rp150.000
3
Grafik pada gambar satu menunjukkan kurva permintaan yang sesuai dengan skedul
permintaannya. Perhatikan hubungan antara tingginya kurva permintaan dan kerelaan para
pembeli untuk membayar. Pada jumlah berapapun, harga yang diberikan oleh kurva
permintaan menunjukkan kerelaan untuk membayar dari pembeli marjinal, yaitu pembeli
yang akan meninggalkan pasar pertama kali jika harganya sedikit lebih tinggi. Pada jumlah
barang sebesar empat album, misalnya kurva permintaan tingginya Rp. 150.000, yaitu senilai
harga yang rela Anggi (pembeli marjinal) bayar untuk mendapatkan album tersebut. Pada
jumlah barang tiga album, kurva permintaan tingginya Rp. 210.000, yaitu senilai harga yang
rela Lia (yang saat ini merupakan pembeli marjinal) bayar untuk album tersebut.
(Gambar 2)
4
Apa yang kita pelajari dari contoh tersebut berlaku untuk seluruh kurva permintaan:
luas area di bawah kurva permintaan dan di atas harga mengukur surplus konsumen di
dalam suatu pasar. Pernyataan ini benar karena tingginya kurva permintaan mengukur nilai
yang dialokasikan pembeli pada suatu barang, yang diukur dengan kerelaannya untuk
membayar barang tersebut. Perbedaan diantara kerelaannya untuk membayar dengan harga
pasar merupakan surplus konsumen bagi setiap pembeli. Dengan demikian total area di
bawah kurva permintaan dan di atas harga merupakan jumlah surplus konsumen dari seluruh
pembeli di suatu pasar yang menjual barang atau jasa.
(Gambar 3)
Gambar 3 menunjukkan kurva permintaan yang umum. Dalam pasar dengan banyak
pembeli, anak tangga yang dihasilkan dari setiap pembeli berangsur turun secara perlahan
dalam nilai yang sangat kecil, sehingga membentuk kurva permintaan yang lebih mulus
(smooth curve). Meskipun kurva ini memiliki bentuk yang berbeda, gagasan yang telah kita
pelajari masih dapat diterapkan: Surplus konsumen adalah area di atas harga dan di bawah
kurva permintaan. Dalam panel (a), surplus konsumen pada harga P1 adalah area segitiga
ABC.
Sekarang asumsikan bahwa harganya turun dari P1 ke P2 sebagaimana ditunjukkan di
panel (b). Surplus konsumen sekarang sama dengan area ADF. Peningkatan surplus
konsumen terkait penurunan harga adalah area BCFD.
5
Peningkatan surplus konsumen ini yang terdiri dari dua bagian. Pertama, para pembeli
yang telah membeli barang sebanyak Q1 pada harga yang lebih tinggi P1 menjadi lebih
sejahtera karena sekarang mereka membayar dalam jumlah yang lebih sedikit. Peningkatan
surplus konsumen dari pembeli-pembeli lama ini berasal dari berkurangnya jumlah yang
mereka bayarkan: besarnya sama dengan luas area BCED. Kedua, beberapa pembeli baru
masuk ke pasar karena sekarang mereka rela membayar barang tersebut pada tingkat harga
yang lebih rendah. Hasilnya, jumlah yang diminta di pasar meningkat dari Q1 ke Q2. Surplus
konsumen dari para pendatang baru ini adalah luas area segitiga CEF.
6
B. Surplus Produsen
Surplus produsen (producer surplus) adalah jumlah yang dibayarkan oleh penjual
dikurangi biaya produksi atau biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan barang tersebut.
7
Tabel 2
Penjual Biaya
Koko Rp 6000.000
Dita Rp 5000.000
Aang Rp 3000.000
Ria Rp 2000.000
Bayangkan bila kita membutuhkan 2 pembuat logo untuk cabang usaha kita, dengan
begitu penawaran akan berhenti pada Aang dan Ria. Aang dan Ria masing-masing
menawarkan jasanya pada Rp5000.000 (atau sedikit lebih rendah). Pada tingkat harga
Rp5000.000, Aang mendapatkan surplus sebesar Rp2000.000 dan Ria mendapatkan surplus
sebesar Rp3000.000. Nilai surplus produsen total di pasar tersebut adalah Rp5000.000.
Surplus produsen berkaitan erat dengan kurva penawaran. Tabel pada Gambar 4
menunjukkan skedul penawaran yang sesuai dengan biaya biaya yang ada di tabel 2. Jika
harganya dibawah Rp2000.000, tidak ada satupun pembuat logo yang bersedia melakukan
pekerjaan tersebut, sehingga jumlah yang ditawarkan adalah nol. Jika harganya berada di
antara Rp2000.000 dan Rp 3000.000, hanya Ria yang bersedia melakukan pekerjaan tersebut,
sehingga jumlah yang ditawarkan adalah satu. Jika harganya berada di antara Rp3000.000
dan Rp5000.000, Ria dan Aang bersedia untuk melakukan pekerjaan tersebut, sehingga
jumlah yang ditawarkan adalah 2, dan begitu seterusnya. Dengan demikian, skedul
penawaran dapat disusun dari biaya-biaya keempat pembuat logo tersebut.
(Gambar 4)
8
Grafik pada Gambar 4 menunjukkan kurva penawaran yang sesuai dengan skedul
penawaran ini pada jumlah berapapun, harga yang terdapat pada kurva penawaran
menunjukkan biaya dari seorang penjual marginal, penjual yang pertama kali akan
meninggalkan pasar jika harganya jadi lebih rendah. Ketika jumlah logo yang perlu dibuat
menjadi empat, misalnya kurva penawaran tingginya menjadi Rp6000.000, yang merupakan
biaya yang harus dikeluarkan Koko (penjual marjinal) untuk melakukan jasa pembuatan logo.
Pada jumlah logo sebanyak 3, kurva penawaran tingginya adalah Rp5000.000, biaya yang
harus Dita (saat ini merupakan penjual marginal) keluarkan.
(Gambar 5)
9
Hasil pembelajaran dari contoh ini dapat diterapkan untuk seluruh kurva penawaran:
area dibawah harga dan di atas kurva penawaran mengukur besarnya surplus produsen
dalam suatu pasar. Logikanya sangat jelas: tingginya kurva penawaran mengukur
biaya-biaya yang dikeluarkan penjual, dan perbedaan diantara harga dengan biaya produksi
merupakan surplus produsen dari setiap penjual. Jadi, total area tersebut merupakan
penjumlahan surplus produsen dari seluruh penjual.
(Gambar 6)
10
mereka mendapatkan bagian lebih banyak dari barang yang dijualnya. Peningkatan
surplus produsen untuk penjual-penjual lama ini besarnya sama dengan luas area
BCED. Kedua, beberapa penjual baru masuk ke pasar karena mereka bersedia menjual
barang tersebut pada tingkat harga yang lebih tinggi, yang kemudian menghasilkan
peningkatan jumlah yang ditawarkan dari Q1 ke Q2. Surplus produsen dari para penjual
pendatang baru ini adalah luas area segitiga CEF.
Sebagaimana ditunjukkan oleh analisis ini, kita menggunakan surplus produsen
untuk mengukur kesejahteraan penjual dalam cara yang kurang lebih sama ketika kita
menggunakan surplus konsumen untuk mengukur kesejahteran pembeli. Oleh karena
ukuran ekonomi ini serupa maka wajar jika keduanya digunakan bersamaan.
C. Efisiensi Pasar
Perencana sosial yang baik adalah seorang diktator yang mengetahui segalanya,
memiliki kekuasaan tas segalanya, dan berniat baik. Perencana sosial ini ingin
memaksimalkan kesejahteraan ekonomi dari setiap lapisan masyarakat, perencana sosial
terlebih dulu harus memutuskan bagaimana mengukur kesejahteraan ekonomi dari
masyarakat.
Untuk memahami ukuran kesejahteraan ekonomi ini secara lebih baik, ingat
kembali bagaimana kita mengukur surplus produsen dan surplus konsumen telah
mendefinisikan surplus konsumen sebagai : Surplus konsumen Nilai bagi pembeli -
Nilai yang dibayarkan pembeli. Sama halnya, kita mendefinisikan surplus produsen
sebagai : Surplus produsen Nilai yang diterima penjual - Biaya bagi penjual.
11
Jumlah yang dibayarkan oleh pembeli sama dengan jumlah yang diterima
penjual, sehingga kedua istilah tersebut dalam pernyataan ini saling meniadakan
Sebagai hasilnya, kita dapat menuliskan surplus total sebagai:
Surplus total dalam suatu pasar adalah nilai keseluruhan barang bagi pembeli,
yang mana hal tersebut diukur dengan kesediaan mereka untuk membayar, dikurang
keseluruhan biaya yang dikeluarkan penjual untuk menyediakan barang-barang tersebut.
Jika alokasi sejumlah sumber daya dapat memaksimalkan surplus total, kita dapat
mengatakan bahwa alokasi tersebut menunjukkan adanya efisiensi (efficiency). Jika
alokasi tersebut tidak efisien, maka terdapat beberapa keuntungan potensial dari proses
jual beli yang tidak bisa direalisasikan oleh pembeli dan penjual. Sebagai dari contoh,
alokasi disebut tidak efisien jika suatu barang tidak diproduksi oleh penjual pada tingkat
harga yang paling rendah. Dalam kasus ini, memindahkan proses produksi dari penjual
yang butuh biaya tinggi ke penjual yang butuh biaya rendah akan menurunkan biaya
total bagi penjual dan meningkatkan surplus total Selain itu, alokasi disebut tidak efisien
jika barang yang dimaksud tidak dibeli oleh pembeli yang menilai barang tersebut
paling tinggi. Dalam kasus ini, memindahkan konsumsi barang dari pembeli yang
memberikan penilaian rendah ke pembeli yang memberikan penilaian tinggi akan
meningkatkan surplus total.
Selain efisiensi, perencana sosial juga harus memperhatikan terkait masalah
pemerataan (equity)-yaitu apakah beragam tipe pembeli dan penjual yang ada di pasar
harus berada pada tingkat kesejahteraan ekonomi yang sama. Intinya, keuntungan yang
diperoleh dari perdagangan di suatu pasar seperti suatu produk yang harus dibagi di
antara para partisipan pasar. Pertanyaan efisiensi berkaitan dengan apakah produk dapat
dibuat sebanyak mungkin. Pertanyaan pemerataan berkaitan dengan bagaimana produk
dibagi dan bagaimana produk akan tersebar di antara para lapisan masyarakat. Pada bab
ini kita fokus pada efisiensi sebagai tujuan akhir dan perencana sosial. Namun, hal yang
perlu diingat bahwa para pembuat kebijakan yang sebenarnya sering kali juga
mempedulikan masalah pemerataan.
12
2. Mengevaluasi Keseimbangan Pasar
(Gambar 7)
13
Pengamatan ini mengarahkan kita pada dua pemahaman mengenai hasil-hasil
yang diperoleh di pasar:
(Gambar 8)
14
Gambar 8 mengilustrasikan kebenaran dari pernyataan ini. Untuk
menginterpretasikan Gambar ini, ingat bahwa kurva permintaan mencerminkan nilai
barang bagi pembeli, sementara kurva penawaran mencerminkan biaya bagi penju Pada
jumlah berapapun di bawah tingkat keseimbangan, seperti Q, nilai bagi pembeli
marginal melebihi biaya bagi penjual marginal. Sebagai hasilnya, peningkatan jumlah
yang diproduksi dan dikonsumsi akan meningkatkan surplus total. Prones ini terus
berlanjut sampai jumlahnya mencapai tingkat keseimbangan. Sama halnya pada jumlah
berapapun yang berada di atas tingkat keseimbangan, misalnya Q nilai bagi pembeli
marginal adalah kurang dari biaya bagi penjual marginal, Dalam kasus ini, penurunan
jumlah barang akan meningkatkan surplus total, dan proses ini akan terus berlanjut
sampai jumlahnya turun pada tingkat keseimbangan. Und memaksimalkan surplus total,
perencana sosial dapat menentukan besarnya jumlah yang mana kurva permintaan dan
penawaran saling berpotongan.
Tiga pemahaman ini secara bersamaan memberitahu kita bahwa hasil-hasil yang
diperoleh di pasar dapat memaksimalkan jumlah surplus produsen dan surplus
konsumen sebesar mungkin. Dengan kata lain, hasil dari keseimbangan ini merupakan
alokasi sumber-sumber daya yang ada secara efisien. Oleh karena itu, perencana sosial
yang baik dapat mengabaikan hasil-hasil yang diperoleh pasar tersebut sama seperti
pada saat ia menemukannya. Kebijakan untuk membiarkan segalanya berlangsung
secara alamiah ini dinyatakan dengan baik dalam bahasa Prancis, laissez-faire, yang
berarti "biarkan mereka melakukannya," dan secara lebih luas diinterpretasikan sebagai
"biarkan orang-orang melakukan sebagaimana yang mereka inginkan.”
Bab ini memperkenalkan dua metode dasar dari ilmu ekonomi kesejahteraan—
surplus, konsumen dan surplus produsen—dan bagaimana menggunakannya untuk
mengevaluasi efisiensi dari pasar bebas. Kekuatan permintaan dan penawaran dapat
mengalokasikan sejumlah sumber daya secara efisien. Ini berarti, meskipun setiap
pembeli dan penjual dalam suatu pasar hanya memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri,
secara bersamaan mereka diarahkan oleh tangan tak tampak menuju suatu titik
keseimbangan yang memaksimalkan keuntungan total bagi para pembeli dan penjual.
15
Untuk menyimpulkan bahwa suatu pasar efisien, kita dapat membuat beberapa
asumsi mengenai bagaimana pasar tersebut bekerja. Asumsi asumsi tersebut diantaranya
ada dua: yaitu pertama, kita mengasumsikan bahwa pasar adalah pasar persaingan
sempurna. Namun dalam perekonomian yang sebenarnya, kompetisi seringkali jauh dari
sempurna. Dalam beberapa pasar, pembeli dan penjual tunggal (atau sekelompok kecil
dari keduanya) dapat saja mengontrol harga-harga di pasar itu. Kemampuan untuk
mempengaruhi harga-harga ini disebut kekuatan pasar. Kekuatan pasar dapat
menyebabkan pasar menjadi tidak efisien karena membuat harga dan jumlah barang
jauh dari tingkatan yang ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran dan
permintaan.
Kedua, analisis kita mengasumsikan bahwa hasil-hasil di suatu pasar hanya
penting bagi pembeli dan penjual yang berpartisipasi di pasar tersebut. Meskipun
begitu, seringkali keputusan yang dibuat oleh pembeli dan penjual mempengaruhi orang
yang sama sekali tidak menjadi partisipan di pasar tersebut. Saat pasar menunjukkan
dampak lainnya, yang disebut eksternalitas, implikasi kesejahteraan dari aktivitas pasar
sebagian besar hanya bergantung pada nilai yang diperoleh pembeli dan biaya yang
ditanggung oleh penjual. Keseimbangan di pasar dapat menjadi tidak efisien jika dilihat
dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan.
Kekuatan pasar dan eksternalitas adalah contoh dari suatu fenomena umumnya
disebut kegagalan pasar—ketidakmampuan beberapa pasar yang tidak memiliki
regulasi untuk mengalokasikan sumber-sumber dayanya secara efisien. Ketika pasar
mengalami kegagalan, kebijakan publik dapat membantu menyelesaikan masalah dan
meningkatkan efisiensi ekonomi. Kendati kemungkinan terjadi kegagalan pasar tangan
tak tampak di pasar tetap saja sangat penting.
E. Studi Kasus
Beberapa tahun yang lalu, halaman depan harian Boston Globe memuat tajuk
rencana “How a mother's Love Helped Save Two Lives”. Harian tersebut menceritakan
kisah Steven seorang ibu yang anak laki-lakinya membutuhkan transplantasi ginjal.
Ketika dokter mengetahui bahwa ginjal sang Ibu tidak cocok dengan gejala anaknya,
dokter tersebut menawarkan suatu solusi yang mencengangkan: jika Stevens
mendonasikan ginjalnya untuk seseorang yang tidak dikenal, anaknya akan diletakkan
16
pada posisi paling atas pada daftar penunggu ginjal baru. Ibu ini menerima tawaran
tersebut dan kemudian dua orang pasien mendapatkan ginjal yang telah mereka
tunggu-tunggu.
Kecerdikan gagasan sang dokter dan betapa mulianya tindakan sang Ibu tidak
perlu diragukan. Tetapi kisah ini melahirkan banyak pertanyaan. Apakah seseorang
dapat menukar organnya untuk uang? Sebagai suatu kebijakan publik, masyarakat
Amerika Serikat tidak melegalkan orang-orang untuk menjual organ tubuh mereka.
Pemerintah telah menetapkan batas harga tertinggi pasar organ tubuh sebesar 0.
Hasilnya terjadilah kelangkaan barang tersebut. Apa yang dilakukan oleh keluarga
Steven ini tidak dilarang karena tidak terjadi perpindahan uang dalam kasus tersebut.
Sebagian besar ekonom percaya bahwa akan ada banyak manfaat yang timbul dengan
diizinkannya pasar bebas untuk organ tubuh manusia. Namun, manfaat dari
perdagangan organ tubuh manusia ini sepertinya terlihat jelas, situasi tersebut akan
berbahaya.
Jika mereka yang membutuhkan ginjal diizinkan membeli secara langsung,
maka harganya akan meningkat guna menyeimbangkan permintaan dan penawaran.
Para penjual ginjal akan lebih sejahtera karena mendapatkan banyak uang para pembeli
juga akan sejahtera karena mereka sekarang dapat mendapatkan organ baru yang
menyelamatkan hidup mereka. Ginjal tidak akan menjadi barang langka lagi. Pasar
seperti itu akan membawa kita pada alokasi sumber-sumber daya yang efisien tapi para
pengkritiknya tidak yakin apakah pasar tersebut adil. Suatu pasar organ manusia
menurut mereka menguntungkan orang-orang kaya dengan cara memeras orang-orang
miskin karena organ-organ tubuh akan dialokasikan kepada mereka yang rela dan
mampu membayar paling tinggi. Tapi saat ini masing-masing dari kita berjalan dengan
suatu organ yang sebenarnya tidak butuhkan sementara orang-orang lain ada yang
sekarat karena tidak memiliki satupun.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
● Surplus konsumen adalah nilai kerelaan pembeli untuk membayar suatu barang
dikurangi harga yang sebenarnya mereka bayar atas barang tersebut Surplus
konsumen mengukur manfaat yang diterima pembeli dari partisipasinya di suatu
pase Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari luas area di bawah kurva
permintaan dan di atas harga
● Surplus produsen adalah nilai yang diterima penjual atas barang-barang yang
dijualnya dikurangi biaya untuk memproduksinya Surplus produsen mengukur
manfaat yang diterima penjual dari partisipasinya di suatu pasar Surplus
produsen dapat dihitung dengan mencari haas area dibawah harga dan di atas
kurva penawaran.
● Alokasi sumber-sumber daya yang memaksimalkan jumlah surplus produsen
dan surplus konsumen adalah alokasi yang efisien. Para pembuat kebijakan
seringkali sangat memperhatikan efisiensi dan juga pemerataan dari hasil-hasil
ekonomi.
● Titik keseimbangan antara permintaan dan penawaran memaksimalkan jumlah
surplus produsen dan surplus konsumen. Hal ini berarti tangan tak tampak di
pasar mengarahkan pembeli dan penjual untuk mengalokasikan sumber sumber
dayanya secara efisien.
● Pasar tidak dapat mengalokasikan sumber sumber dayanya secara efisien ketika
terjadi kegagalan pasar, seperti adanya kekuatan pasar atau eksternalitas.
3.2. Saran
Penulis berharap, pembaca dapat memahami surplus konsumen, surplus
produsen, dan efisiensi pasar melalui makalah ini. Penulis merekomendasikan kepada
pembaca untuk dapat mengimplementasikan materi yang telah disampaikan dan
memperkaya dengan membaca studi kasus-kasus relevan terbaru.
18
DAFTAR PUSTAKA
19