Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Konsumen, Produsen dan Efisiensi Pasar”

Dosen Pembimbing :
Surpiko Hapsoro Darpito, S.E., M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Toghu Rio Tama (141220158)
2. Radina Prawanita (141220159)
3. Ahmad Multazam (141220160)
4. Lia Dwi Arifatun (141220161)
5. Erena Valentina Br Ginting (141220162)
6. Sofyana Akmalia (141220163)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena atas limpahan nikmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai harapan.

Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Surpiko Hapsoro Darpito, SE, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Mikro yang telah membimbing kami dan memberikan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 16 September 2022

Kelompok 4

1
KATA PENGANTAR 1

BAB I 1
Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1

BAB II 2
Surplus Konsumen 2
Surplus Produsen 7
Efisiensi Pasar 11
Kesimpulan: Efisiensi Pasar dan Kegagalan Pasar 15
Studi Kasus 16

BAB III 18
3.1. Simpulan 18
3.2. Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ekonomi kesejahteraan (welfare economics) mempelajari bagaimana


pengalokasian sumber-sumber daya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi secara
keseluruhan. Keterlibatan penjual dan pembeli dalam transaksi di pasar mempengaruhi
titik keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Titik keseimbangan ini
memaksimalkan keuntungan total yang diterima oleh seluruh pembeli dan penjual.
Kombinasi Tindakan dari penjual dan pembeli yang diarahkan oleh harga pasar
menggerakkan mereka menuju pada hasil yang memaksimalkan kesejahteraan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Surplus Konsumen?


2. Apa yang dimaksud Surplus Produsen?
3. Apa yang dimaksud Efisiensi Pasar?
4. Bagaimana Surplus Konsumen dan Produsen bekerja?
5. Mengapa Surplus tersebut dapat mempengaruhi harga pasar?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan perihal Surplus Konsumen


2. Menjelaskan perihal Surplus Produsen
3. Menjelaskan perihal Efisiensi Pasar
4. Memaparkan cara kerja dari Surplus Konsumen dan Produsen
5. Memaparkan mengapa Surplus tersebut dapat mempengaruhi harga pasar

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surplus Konsumen

Surplus konsumen adalah nilai kerelaan pembeli untuk membayar suatu barang
dikurangi nilai yang sebenarnya dibayarkan oleh pembeli tersebut. Surplus konsumen
mengukur keuntungan yang diterima pembeli dari partisipasinya dalam suatu pasar.

1. Kerelaan untuk Membayar

Bayangkan Anda melelang album Dangdut lama kepada empat orang, yaitu Aan,
Dita, Lia, dan Anggi. Masing-masing mereka ingin membeli album tersebut tetapi ada
batasan harga yang rela mereka bayarkan untuk mendapatkannya. Tabel 1 menunjukkan
harga tertinggi yang masing-masing calon pembeli rela bayarkan. Harga tertinggi yang rela
dibayarkan oleh masing-masing pembeli disebut kerelaan untuk membayar (willingness to
pay), dan menjadi ukuran seberapa besar calon pembeli menghargai barang tersebut. Untuk
menjual album tersebut, Anda membuka lelang dengan harga yang cukup rendah katakanlah
Rp30.000. Oleh karena seluruh calon pembeli rela membayar jauh lebih banyak, harganya
tentu saja naik dengan cepat. Penawaran tersebut berhenti ketika Aan rela membayar
Rp240.000 (atau sedikit lebih tinggi). Pada titik ini, Dita, Lia, Anggi telah berhenti
memberikan penawaran karena mereka tidak lagi rela mendapatkan album tersebut dengan
membayar lebih dari Rp240.000. Aan membayar Rp240.000 kepada Anda dan mendapatkan
album tersebut. Perhatikanlah bahwa album tersebut telah dimiliki oleh pembeli yang paling
menghargai nilainya. Apakah keuntungan yang diterima Aan dengan membeli album
Dangdut lama tersebut? Menurut Aan ia telah mendapatkan satu tawaran yang
menguntungkan: ia rela membayar Rp300.000 untuk album itu, tetapi ia hanya perlu
membayar Rp240.000. Kita menyatakan bahwa dan menerima surplus konsumen senilai
Rp60.000. Dita, Lia, dan Anggi tidak mendapatkan surplus konsumen dari partisipasinya
dalam lelang karena mereka pulang tanpa membawa album tersebut dan tidak melakukan
pembayaran apapun.

2
(Tabel 1)

Pembeli Kerelaan untuk membayar

Aan Rp300.000

Dita Rp 240.000

Lia Rp210.000

Anggi Rp150.000

2. Menggunakan Kurva Permintaan untuk Mengukur Surplus Konsumen


Surplus konsumen berkaitan erat dengan kurva permintaan suatu barang. Untuk
melihat bagaimana keterkaitan diantara keduanya, mari kita teruskan contoh tadi dan
mempertimbangkan untuk membuat kurva permintaan dari album Dangdut lama yang langka
ini.
(Gambar 1)

3
Grafik pada gambar satu menunjukkan kurva permintaan yang sesuai dengan skedul
permintaannya. Perhatikan hubungan antara tingginya kurva permintaan dan kerelaan para
pembeli untuk membayar. Pada jumlah berapapun, harga yang diberikan oleh kurva
permintaan menunjukkan kerelaan untuk membayar dari pembeli marjinal, yaitu pembeli
yang akan meninggalkan pasar pertama kali jika harganya sedikit lebih tinggi. Pada jumlah
barang sebesar empat album, misalnya kurva permintaan tingginya Rp. 150.000, yaitu senilai
harga yang rela Anggi (pembeli marjinal) bayar untuk mendapatkan album tersebut. Pada
jumlah barang tiga album, kurva permintaan tingginya Rp. 210.000, yaitu senilai harga yang
rela Lia (yang saat ini merupakan pembeli marjinal) bayar untuk album tersebut.

(Gambar 2)

Gambar 2 menggunakan kurva permintaan untuk menghitung surplus konsumen


dalam dua contoh kita tadi pada panel (a), harganya adalah Rp. 240.000 (atau sedikit lebih
tinggi) dan jumlah yang diminta adalah 1. Perhatikan bahwa area di atas harga dan di bawah
kurva permintaan sama dengan Rp60.000. Jumlah ini adalah besarnya surplus konsumen
yang telah kita hitung sebelumnya, ketika hanya satu album yang terjual.
Panel (b) dari Gambar 2 menunjukkan surplus konsumen ketika harganya adalah Rp.
210.000 (atau sedikit lebih tinggi). Dalam kasus ini, area di atas harga dan dibawah kurva
permintaan nilainya sama dengan total area dari kedua persegi: Surplus konsumen Aan pada
tingkat harga ini adalah Rp90.000 dan Surplus konsumen Dita adalah Rp30.000 total kedua
ada ini adalah Rp120.000. Sekali lagi, jumlah ini sama dengan surplus konsumen yang telah
kita hitung sebelumnya.

4
Apa yang kita pelajari dari contoh tersebut berlaku untuk seluruh kurva permintaan:
luas area di bawah kurva permintaan dan di atas harga mengukur surplus konsumen di
dalam suatu pasar. Pernyataan ini benar karena tingginya kurva permintaan mengukur nilai
yang dialokasikan pembeli pada suatu barang, yang diukur dengan kerelaannya untuk
membayar barang tersebut. Perbedaan diantara kerelaannya untuk membayar dengan harga
pasar merupakan surplus konsumen bagi setiap pembeli. Dengan demikian total area di
bawah kurva permintaan dan di atas harga merupakan jumlah surplus konsumen dari seluruh
pembeli di suatu pasar yang menjual barang atau jasa.

3. Bagaimana Harga yang Lebih Rendah Meningkatkan Surplus Konsumen

(Gambar 3)

Gambar 3 menunjukkan kurva permintaan yang umum. Dalam pasar dengan banyak
pembeli, anak tangga yang dihasilkan dari setiap pembeli berangsur turun secara perlahan
dalam nilai yang sangat kecil, sehingga membentuk kurva permintaan yang lebih mulus
(smooth curve). Meskipun kurva ini memiliki bentuk yang berbeda, gagasan yang telah kita
pelajari masih dapat diterapkan: Surplus konsumen adalah area di atas harga dan di bawah
kurva permintaan. Dalam panel (a), surplus konsumen pada harga P1 adalah area segitiga
ABC.
Sekarang asumsikan bahwa harganya turun dari P1 ke P2 sebagaimana ditunjukkan di
panel (b). Surplus konsumen sekarang sama dengan area ADF. Peningkatan surplus
konsumen terkait penurunan harga adalah area BCFD.

5
Peningkatan surplus konsumen ini yang terdiri dari dua bagian. Pertama, para pembeli
yang telah membeli barang sebanyak Q1 pada harga yang lebih tinggi P1 menjadi lebih
sejahtera karena sekarang mereka membayar dalam jumlah yang lebih sedikit. Peningkatan
surplus konsumen dari pembeli-pembeli lama ini berasal dari berkurangnya jumlah yang
mereka bayarkan: besarnya sama dengan luas area BCED. Kedua, beberapa pembeli baru
masuk ke pasar karena sekarang mereka rela membayar barang tersebut pada tingkat harga
yang lebih rendah. Hasilnya, jumlah yang diminta di pasar meningkat dari Q1 ke Q2. Surplus
konsumen dari para pendatang baru ini adalah luas area segitiga CEF.

4. Apa yang Diukur oleh Surplus Konsumen?


Setelah Anda memahami apa yang dimaksud dengan surplus konsumen mari kita
pertimbangkan apakah surplus konsumen merupakan ukuran kesejahteraan ekonomi yang
baik. Surplus konsumen, jumlah yang telah dibayarkan oleh pembeli dikurangi jumlah yang
sebenarnya mereka bayarkan atas suatu barang, mengukur berapa besar keuntungan yang
diterima oleh pembeli dari suatu barang berdasarkan sudut pandang pembeli sendiri. Dengan
demikian, surplus konsumen adalah ukuran kesejahteraan ekonomi yang baik jika pembuat
kebijakan ingin menghargai sejumlah pilihan dari para pembeli.
Sebagai contoh, para pecandu narkoba rela membayar harga yang sangat tinggi untuk
mendapatkan heroin. Tapi, kita tidak lantas mengatakan jika para pecandu tersebut
mendapatkan keuntungan besar dari kemampuannya membeli heroin dengan harga yang
murah (meskipun pada pesan tersebut mengatakan bahwa mereka sangat diuntungkan). Dari
sudut pandang masyarakat, kerelaan membayar dalam kasus ini bukan merupakan suatu
ukuran yang baik terkait keuntungan pembeli, dan surplus konsumen tidak dapat menjadi
ukuran kesejahteraan ekonomi yang baik karena para pecandu tidak dapat diandalkan dalam
memutuskan mana yang baik bagi diri mereka sendiri.
Namun, dalam sebagian pasar, surplus konsumen mencerminkan kesejahteraan
ekonomi. Para ekonom biasanya berasumsi bahwa pembeli bersikap rasional ketika harus
membuat keputusan. Dalam kasus ini, konsumen adalah penilai terbaik dalam menentukan
seberapa banyak keuntungan yang dapat mereka terima dari barang barang yang mereka beli.

6
B. Surplus Produsen

Surplus produsen (producer surplus) adalah jumlah yang dibayarkan oleh penjual
dikurangi biaya produksi atau biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan barang tersebut.

1. Biaya dan Kerelaan untuk Menjual


Bayangkan Anda adalah pemilik suatu usaha dan Anda ingin membuat logo usaha
Anda. Anda mempertimbangkan empat orang pembuat logo sesuai preferensi Anda: Koko,
Dita, Aang, dan Ria. Anda memutuskan untuk mengumpulkan penawaran harga dari keempat
pembuat logo tersebut dan akan memberikan pekerjaan tersebut kepada pembuat logo yang
bersedia melakukan pekerjaan dengan tingkat bayaran yang paling rendah.
Masing-masing pembuat logo hanya akan mengambil pekerjaan jika harga
yang ditawarkan jika harga yang akan didapatkan melebihi biaya untuk melakukan pekerjaan
tersebut. Biaya (cost) adalah biaya kesempatan para pembuat logo: termasuk listrik,
perangkat yang digunakan, termasuk waktu yang digunakan. Tabel 2 menunjukkan biaya
yang harus dikeluarkan oleh setiap pembuat logo. Oleh karena biaya seorang pembuat logo
adalah harga terendah yang mau diterimanya untuk melakukan pekerjaannya, maka biaya
tersebut adalah ukuran kerelaannya untuk memberikan jasanya. Pada saat harganya sama
dengan biayanya, masing-masing pembuat logo kemungkinan tidak tertarik untuk
memberikan jasanya: masing masing dari mereka kemungkinan dengan senang hati mencari
pekerjaan lainnya atau untuk menggunakan waktu dan tenaganya untuk tujuan lainnya.
Ketika Anda mengumpulkan penawaran harga dari setiap tukang pembuat logo, harga
mungkin awalnya tinggi, tetapi akan turun dengan cepat seiring persaingan para pembuat
logo untuk mendapatkan pekerjaan ini. Perhatikan bahwa pekerjaan tersebut akan jatuh ke
tangan tukang pembuat logo yang mampu melakukannya pada tingkat harga yang terendah.
Apa keuntungan yang didapatkan oleh Ria dengan menerima pekerjaan tersebut? Hal ini
karena Ria bersedia mengambil pekerjaan tersebut pada tingkat harga Rp. 150.0000 tapi
mendapatkan bayaran sebenarnya yang besarnya $600, sehingga kita dapat mengatakan
bahwa Ria memperoleh surplus produsen senilai Rp. 300.000. Surplus produsen mengukur
seberapa besar keuntungan yang diterima penjual dari partisipasinya dalam suatu pasar.

7
Tabel 2

Penjual Biaya

Koko Rp 6000.000

Dita Rp 5000.000

Aang Rp 3000.000

Ria Rp 2000.000

Bayangkan bila kita membutuhkan 2 pembuat logo untuk cabang usaha kita, dengan
begitu penawaran akan berhenti pada Aang dan Ria. Aang dan Ria masing-masing
menawarkan jasanya pada Rp5000.000 (atau sedikit lebih rendah). Pada tingkat harga
Rp5000.000, Aang mendapatkan surplus sebesar Rp2000.000 dan Ria mendapatkan surplus
sebesar Rp3000.000. Nilai surplus produsen total di pasar tersebut adalah Rp5000.000.

2. Menggunakan Kurva Penawaran untuk Mengukur Surplus Produsen

Surplus produsen berkaitan erat dengan kurva penawaran. Tabel pada Gambar 4
menunjukkan skedul penawaran yang sesuai dengan biaya biaya yang ada di tabel 2. Jika
harganya dibawah Rp2000.000, tidak ada satupun pembuat logo yang bersedia melakukan
pekerjaan tersebut, sehingga jumlah yang ditawarkan adalah nol. Jika harganya berada di
antara Rp2000.000 dan Rp 3000.000, hanya Ria yang bersedia melakukan pekerjaan tersebut,
sehingga jumlah yang ditawarkan adalah satu. Jika harganya berada di antara Rp3000.000
dan Rp5000.000, Ria dan Aang bersedia untuk melakukan pekerjaan tersebut, sehingga
jumlah yang ditawarkan adalah 2, dan begitu seterusnya. Dengan demikian, skedul
penawaran dapat disusun dari biaya-biaya keempat pembuat logo tersebut.
(Gambar 4)

8
Grafik pada Gambar 4 menunjukkan kurva penawaran yang sesuai dengan skedul
penawaran ini pada jumlah berapapun, harga yang terdapat pada kurva penawaran
menunjukkan biaya dari seorang penjual marginal, penjual yang pertama kali akan
meninggalkan pasar jika harganya jadi lebih rendah. Ketika jumlah logo yang perlu dibuat
menjadi empat, misalnya kurva penawaran tingginya menjadi Rp6000.000, yang merupakan
biaya yang harus dikeluarkan Koko (penjual marjinal) untuk melakukan jasa pembuatan logo.
Pada jumlah logo sebanyak 3, kurva penawaran tingginya adalah Rp5000.000, biaya yang
harus Dita (saat ini merupakan penjual marginal) keluarkan.

(Gambar 5)

Gambar 5 memanfaatkan kurva penawaran untuk menghitung surplus produsen untuk


dua contoh kita tadi. Pada panel (a), kita mengasumsikan bahwa harganya adalah
Rp3000.000 (atau sedikit lebih rendah). Dalam kasus ini, jumlah yang ditawarkan adalah
satu. Perhatikan bahwa luas area di bawah harga dan di atas kurva penawaran sama dengan
Rp1000.000. Nilai ini sama seperti nilai surplus produsen Ria yang telah kita hitung
sebelumnya.
Panel (b) dari Gambar 5 menunjukkan surplus produsen pada tingkat harga
Rp5000.000 (atau sedikit lebih rendah). Dalam kasus ini, luas area dibawah harga dan di atas
kurva penawaran sama dengan total jumlah area dari kedua persegi. Luas area ini sama
dengan Rp2000.000, yakni surplus produsen yang telah kita hitung sebelumnya untuk Aang
dan Ria ketika banyaknya logo yang perlu dibuat adalah dua.

9
Hasil pembelajaran dari contoh ini dapat diterapkan untuk seluruh kurva penawaran:
area dibawah harga dan di atas kurva penawaran mengukur besarnya surplus produsen
dalam suatu pasar. Logikanya sangat jelas: tingginya kurva penawaran mengukur
biaya-biaya yang dikeluarkan penjual, dan perbedaan diantara harga dengan biaya produksi
merupakan surplus produsen dari setiap penjual. Jadi, total area tersebut merupakan
penjumlahan surplus produsen dari seluruh penjual.

3. Bagaimana Harga yang Lebih Tinggi dapat Meningkatkan Surplus


Produsen
Penjual selalu ingin menerima harga yang lebih tinggi untuk setiap barang yang
dijualnya. Tapi, seberapa banyakkah kesejahteraan penjual akan meningkat ketika harga
jual barangnya lebih tinggi?

(Gambar 6)

Gambar 6 menunjukkan sebuah kurva penawaran umum yang naik ke atas


(upward-sloping supply curve) yang dapat terjadi di dalam pasar dengan banyak
penjual. Surplus produsen tetap diukur dengan cara yang sama: Surplus produsen
adalah luas area dibawah harga dan di atas kurva penawaran.Pada panel (a), harga
adalah P1 dan surplus produsen adalah luas area dari segitiga ABC.
Panel (b) menunjukkan hal yang terjadi jika harga meningkat dari P1ke P2.
Surplus produsen sekarang nilainya sama dengan luas area ADF. Peningkatan surplus
produsen ini terdiri dari dua bagian. Pertama, para penjual yang telah menjual barang
sebanyak Q1 pada harga yang lebih rendah P1 menjadi lebih sejahtera karena sekarang

10
mereka mendapatkan bagian lebih banyak dari barang yang dijualnya. Peningkatan
surplus produsen untuk penjual-penjual lama ini besarnya sama dengan luas area
BCED. Kedua, beberapa penjual baru masuk ke pasar karena mereka bersedia menjual
barang tersebut pada tingkat harga yang lebih tinggi, yang kemudian menghasilkan
peningkatan jumlah yang ditawarkan dari Q1 ke Q2. Surplus produsen dari para penjual
pendatang baru ini adalah luas area segitiga CEF.
Sebagaimana ditunjukkan oleh analisis ini, kita menggunakan surplus produsen
untuk mengukur kesejahteraan penjual dalam cara yang kurang lebih sama ketika kita
menggunakan surplus konsumen untuk mengukur kesejahteran pembeli. Oleh karena
ukuran ekonomi ini serupa maka wajar jika keduanya digunakan bersamaan.

C. Efisiensi Pasar

Surplus konsumen dan surplus produsen adalah metode-metode dasar yang


digunakan para ekonom untuk mempelajari kesejahteraan pembeli dan penjual dalam
suatu pasar.

1. Perencana Sosial yang Baik

Perencana sosial yang baik adalah seorang diktator yang mengetahui segalanya,
memiliki kekuasaan tas segalanya, dan berniat baik. Perencana sosial ini ingin
memaksimalkan kesejahteraan ekonomi dari setiap lapisan masyarakat, perencana sosial
terlebih dulu harus memutuskan bagaimana mengukur kesejahteraan ekonomi dari
masyarakat.
Untuk memahami ukuran kesejahteraan ekonomi ini secara lebih baik, ingat
kembali bagaimana kita mengukur surplus produsen dan surplus konsumen telah
mendefinisikan surplus konsumen sebagai : Surplus konsumen Nilai bagi pembeli -
Nilai yang dibayarkan pembeli. Sama halnya, kita mendefinisikan surplus produsen
sebagai : Surplus produsen Nilai yang diterima penjual - Biaya bagi penjual.

Saat kita menjumlahkan surplus konsumen dan surplus produsen, diperoleh


Surplus total = (Nilai bagi pembeli-Nilai yang dibayarkan pembeli) +(Nilai yang
diterima penjual - Biaya bagi penjual).

11
Jumlah yang dibayarkan oleh pembeli sama dengan jumlah yang diterima
penjual, sehingga kedua istilah tersebut dalam pernyataan ini saling meniadakan
Sebagai hasilnya, kita dapat menuliskan surplus total sebagai:

Surplus total = Nilai bagi pembeli - Biaya bagi penjual.

Surplus total dalam suatu pasar adalah nilai keseluruhan barang bagi pembeli,
yang mana hal tersebut diukur dengan kesediaan mereka untuk membayar, dikurang
keseluruhan biaya yang dikeluarkan penjual untuk menyediakan barang-barang tersebut.
Jika alokasi sejumlah sumber daya dapat memaksimalkan surplus total, kita dapat
mengatakan bahwa alokasi tersebut menunjukkan adanya efisiensi (efficiency). Jika
alokasi tersebut tidak efisien, maka terdapat beberapa keuntungan potensial dari proses
jual beli yang tidak bisa direalisasikan oleh pembeli dan penjual. Sebagai dari contoh,
alokasi disebut tidak efisien jika suatu barang tidak diproduksi oleh penjual pada tingkat
harga yang paling rendah. Dalam kasus ini, memindahkan proses produksi dari penjual
yang butuh biaya tinggi ke penjual yang butuh biaya rendah akan menurunkan biaya
total bagi penjual dan meningkatkan surplus total Selain itu, alokasi disebut tidak efisien
jika barang yang dimaksud tidak dibeli oleh pembeli yang menilai barang tersebut
paling tinggi. Dalam kasus ini, memindahkan konsumsi barang dari pembeli yang
memberikan penilaian rendah ke pembeli yang memberikan penilaian tinggi akan
meningkatkan surplus total.
Selain efisiensi, perencana sosial juga harus memperhatikan terkait masalah
pemerataan (equity)-yaitu apakah beragam tipe pembeli dan penjual yang ada di pasar
harus berada pada tingkat kesejahteraan ekonomi yang sama. Intinya, keuntungan yang
diperoleh dari perdagangan di suatu pasar seperti suatu produk yang harus dibagi di
antara para partisipan pasar. Pertanyaan efisiensi berkaitan dengan apakah produk dapat
dibuat sebanyak mungkin. Pertanyaan pemerataan berkaitan dengan bagaimana produk
dibagi dan bagaimana produk akan tersebar di antara para lapisan masyarakat. Pada bab
ini kita fokus pada efisiensi sebagai tujuan akhir dan perencana sosial. Namun, hal yang
perlu diingat bahwa para pembuat kebijakan yang sebenarnya sering kali juga
mempedulikan masalah pemerataan.

12
2. Mengevaluasi Keseimbangan Pasar

(Gambar 7)

menunjukkan surplus produsen dan surplus konsumen pada saat terjadi


keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar. Ingat kembali bahwa surplus
konsumen adalah luas area di atas harga dan di bawah kurya permintaan, sementar
surplus produsen adalah luas area di bawah harga dan di atas kurva penawaran Dengan
demikian, total luas area di antara kurva permintaan dan kurva penawaran sampai di
titik keseimbangan merepresentasikan adanya surplus total di pasar tersebut.

Apakah pada titik keseimbangan ini, alokasi sumber-sumber daya menjadi


efisien? Apakah hal tersebut memaksimalkan surplus total? Untuk menjawab kedua
pertanyaan ini, ingat kembali bahwa ketika suatu pasar berada pada titik keseimbangan,
harga menentukan siapa pembeli dan penjual yang akan masuk ke Para pembeli yang
menilai barang lebih dari harganya (direpresentasikan alah segmen AE dari kurva
permintaan) memilih untuk membeli barang tersebut; pembeli yang menilai barang
kurang dari harganya (direpresentasikan oleh segmen tidak akan membeli barang
tersebut. Begitu juga, penjual yang biayanya lebih kecil daripada harga jualnya
(direpresentasikan oleh segmen CE pada kurva penawaran) memilih untuk
memproduksi dan menjual barang tersebut; penjual yang biayanya lebih besar daripada
harga jualnya (direpresentasikan oleh segmen ED tidak) akan memproduksi dan
menjual barangnya.

13
Pengamatan ini mengarahkan kita pada dua pemahaman mengenai hasil-hasil
yang diperoleh di pasar:

1) Pasar bebas mengalokasikan penawaran barang-barang kepada para pembeli


yang menilai barang-barang tersebut dengan harga yang paling tinggi, yang
mana hal tersebut diukur dengan kesediaan mereka untuk membayar.
2) Pasar bebas mengalokasikan permintaan barang-barang kepada para penjual
yang dapat memproduksinya dengan biaya yang paling rendah.
Oleh karena itu, berdasarkan jumlah barang yang diproduksi dan dijual pada saat
titik keseimbangan pasar, perencana sosial tidak dapat meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dengan mengubah alokasi konsumsi di antara para pembeli dan alokasi
produksi di antara para penjual.
Tapi dapatkah perencana sosial meningkatkan total kesejahteraan ekonomi
dengan meningkatkan atau mengurangi jumlah barang? Jawabannya tidak, sebagaimana
yang dinyatakan pada pemahaman ketiga mengenai hasil-hasil yang diperoleh di pasar.

3) Pasar bebas memproduksi jumlah barang yang dapat memaksimalkan jumlah


surplus konsumen dan surplus produsen.

(Gambar 8)

14
Gambar 8 mengilustrasikan kebenaran dari pernyataan ini. Untuk
menginterpretasikan Gambar ini, ingat bahwa kurva permintaan mencerminkan nilai
barang bagi pembeli, sementara kurva penawaran mencerminkan biaya bagi penju Pada
jumlah berapapun di bawah tingkat keseimbangan, seperti Q, nilai bagi pembeli
marginal melebihi biaya bagi penjual marginal. Sebagai hasilnya, peningkatan jumlah
yang diproduksi dan dikonsumsi akan meningkatkan surplus total. Prones ini terus
berlanjut sampai jumlahnya mencapai tingkat keseimbangan. Sama halnya pada jumlah
berapapun yang berada di atas tingkat keseimbangan, misalnya Q nilai bagi pembeli
marginal adalah kurang dari biaya bagi penjual marginal, Dalam kasus ini, penurunan
jumlah barang akan meningkatkan surplus total, dan proses ini akan terus berlanjut
sampai jumlahnya turun pada tingkat keseimbangan. Und memaksimalkan surplus total,
perencana sosial dapat menentukan besarnya jumlah yang mana kurva permintaan dan
penawaran saling berpotongan.

Tiga pemahaman ini secara bersamaan memberitahu kita bahwa hasil-hasil yang
diperoleh di pasar dapat memaksimalkan jumlah surplus produsen dan surplus
konsumen sebesar mungkin. Dengan kata lain, hasil dari keseimbangan ini merupakan
alokasi sumber-sumber daya yang ada secara efisien. Oleh karena itu, perencana sosial
yang baik dapat mengabaikan hasil-hasil yang diperoleh pasar tersebut sama seperti
pada saat ia menemukannya. Kebijakan untuk membiarkan segalanya berlangsung
secara alamiah ini dinyatakan dengan baik dalam bahasa Prancis, laissez-faire, yang
berarti "biarkan mereka melakukannya," dan secara lebih luas diinterpretasikan sebagai
"biarkan orang-orang melakukan sebagaimana yang mereka inginkan.”

D. Kesimpulan: Efisiensi Pasar dan Kegagalan Pasar

Bab ini memperkenalkan dua metode dasar dari ilmu ekonomi kesejahteraan—
surplus, konsumen dan surplus produsen—dan bagaimana menggunakannya untuk
mengevaluasi efisiensi dari pasar bebas. Kekuatan permintaan dan penawaran dapat
mengalokasikan sejumlah sumber daya secara efisien. Ini berarti, meskipun setiap
pembeli dan penjual dalam suatu pasar hanya memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri,
secara bersamaan mereka diarahkan oleh tangan tak tampak menuju suatu titik
keseimbangan yang memaksimalkan keuntungan total bagi para pembeli dan penjual.

15
Untuk menyimpulkan bahwa suatu pasar efisien, kita dapat membuat beberapa
asumsi mengenai bagaimana pasar tersebut bekerja. Asumsi asumsi tersebut diantaranya
ada dua: yaitu pertama, kita mengasumsikan bahwa pasar adalah pasar persaingan
sempurna. Namun dalam perekonomian yang sebenarnya, kompetisi seringkali jauh dari
sempurna. Dalam beberapa pasar, pembeli dan penjual tunggal (atau sekelompok kecil
dari keduanya) dapat saja mengontrol harga-harga di pasar itu. Kemampuan untuk
mempengaruhi harga-harga ini disebut kekuatan pasar. Kekuatan pasar dapat
menyebabkan pasar menjadi tidak efisien karena membuat harga dan jumlah barang
jauh dari tingkatan yang ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran dan
permintaan.
Kedua, analisis kita mengasumsikan bahwa hasil-hasil di suatu pasar hanya
penting bagi pembeli dan penjual yang berpartisipasi di pasar tersebut. Meskipun
begitu, seringkali keputusan yang dibuat oleh pembeli dan penjual mempengaruhi orang
yang sama sekali tidak menjadi partisipan di pasar tersebut. Saat pasar menunjukkan
dampak lainnya, yang disebut eksternalitas, implikasi kesejahteraan dari aktivitas pasar
sebagian besar hanya bergantung pada nilai yang diperoleh pembeli dan biaya yang
ditanggung oleh penjual. Keseimbangan di pasar dapat menjadi tidak efisien jika dilihat
dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan.
Kekuatan pasar dan eksternalitas adalah contoh dari suatu fenomena umumnya
disebut kegagalan pasar—ketidakmampuan beberapa pasar yang tidak memiliki
regulasi untuk mengalokasikan sumber-sumber dayanya secara efisien. Ketika pasar
mengalami kegagalan, kebijakan publik dapat membantu menyelesaikan masalah dan
meningkatkan efisiensi ekonomi. Kendati kemungkinan terjadi kegagalan pasar tangan
tak tampak di pasar tetap saja sangat penting.

E. Studi Kasus

Beberapa tahun yang lalu, halaman depan harian Boston Globe memuat tajuk
rencana “How a mother's Love Helped Save Two Lives”. Harian tersebut menceritakan
kisah Steven seorang ibu yang anak laki-lakinya membutuhkan transplantasi ginjal.
Ketika dokter mengetahui bahwa ginjal sang Ibu tidak cocok dengan gejala anaknya,
dokter tersebut menawarkan suatu solusi yang mencengangkan: jika Stevens
mendonasikan ginjalnya untuk seseorang yang tidak dikenal, anaknya akan diletakkan

16
pada posisi paling atas pada daftar penunggu ginjal baru. Ibu ini menerima tawaran
tersebut dan kemudian dua orang pasien mendapatkan ginjal yang telah mereka
tunggu-tunggu.
Kecerdikan gagasan sang dokter dan betapa mulianya tindakan sang Ibu tidak
perlu diragukan. Tetapi kisah ini melahirkan banyak pertanyaan. Apakah seseorang
dapat menukar organnya untuk uang? Sebagai suatu kebijakan publik, masyarakat
Amerika Serikat tidak melegalkan orang-orang untuk menjual organ tubuh mereka.
Pemerintah telah menetapkan batas harga tertinggi pasar organ tubuh sebesar 0.
Hasilnya terjadilah kelangkaan barang tersebut. Apa yang dilakukan oleh keluarga
Steven ini tidak dilarang karena tidak terjadi perpindahan uang dalam kasus tersebut.
Sebagian besar ekonom percaya bahwa akan ada banyak manfaat yang timbul dengan
diizinkannya pasar bebas untuk organ tubuh manusia. Namun, manfaat dari
perdagangan organ tubuh manusia ini sepertinya terlihat jelas, situasi tersebut akan
berbahaya.
Jika mereka yang membutuhkan ginjal diizinkan membeli secara langsung,
maka harganya akan meningkat guna menyeimbangkan permintaan dan penawaran.
Para penjual ginjal akan lebih sejahtera karena mendapatkan banyak uang para pembeli
juga akan sejahtera karena mereka sekarang dapat mendapatkan organ baru yang
menyelamatkan hidup mereka. Ginjal tidak akan menjadi barang langka lagi. Pasar
seperti itu akan membawa kita pada alokasi sumber-sumber daya yang efisien tapi para
pengkritiknya tidak yakin apakah pasar tersebut adil. Suatu pasar organ manusia
menurut mereka menguntungkan orang-orang kaya dengan cara memeras orang-orang
miskin karena organ-organ tubuh akan dialokasikan kepada mereka yang rela dan
mampu membayar paling tinggi. Tapi saat ini masing-masing dari kita berjalan dengan
suatu organ yang sebenarnya tidak butuhkan sementara orang-orang lain ada yang
sekarat karena tidak memiliki satupun.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
● Surplus konsumen adalah nilai kerelaan pembeli untuk membayar suatu barang
dikurangi harga yang sebenarnya mereka bayar atas barang tersebut Surplus
konsumen mengukur manfaat yang diterima pembeli dari partisipasinya di suatu
pase Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari luas area di bawah kurva
permintaan dan di atas harga
● Surplus produsen adalah nilai yang diterima penjual atas barang-barang yang
dijualnya dikurangi biaya untuk memproduksinya Surplus produsen mengukur
manfaat yang diterima penjual dari partisipasinya di suatu pasar Surplus
produsen dapat dihitung dengan mencari haas area dibawah harga dan di atas
kurva penawaran.
● Alokasi sumber-sumber daya yang memaksimalkan jumlah surplus produsen
dan surplus konsumen adalah alokasi yang efisien. Para pembuat kebijakan
seringkali sangat memperhatikan efisiensi dan juga pemerataan dari hasil-hasil
ekonomi.
● Titik keseimbangan antara permintaan dan penawaran memaksimalkan jumlah
surplus produsen dan surplus konsumen. Hal ini berarti tangan tak tampak di
pasar mengarahkan pembeli dan penjual untuk mengalokasikan sumber sumber
dayanya secara efisien.
● Pasar tidak dapat mengalokasikan sumber sumber dayanya secara efisien ketika
terjadi kegagalan pasar, seperti adanya kekuatan pasar atau eksternalitas.

3.2. Saran
Penulis berharap, pembaca dapat memahami surplus konsumen, surplus
produsen, dan efisiensi pasar melalui makalah ini. Penulis merekomendasikan kepada
pembaca untuk dapat mengimplementasikan materi yang telah disampaikan dan
memperkaya dengan membaca studi kasus-kasus relevan terbaru.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, Gregoory N. (2018). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.

19

Anda mungkin juga menyukai