Anda di halaman 1dari 5

d.

Percobaan Mampu

1)      Menurut Simons

Percobaan yang mampu ada apabila perbuatan dengan menggunakan alat tertentu dapat
membahayakan benda hukum. Contoh : Gula tidak berbahaya tetapi dalam keadaan tertentu
(bagi pengidap penyakit gula) dapat membahayakan orang itu.

2)      Menurut Pompe

Ada percobaan mampu apabila perbuatan dengan memakai alat yang mempunyai
kecenderungan (strekking) atau menurut sifatnya (naar haar aard) mampu untuk menimbulkan
penyelesaian kejahatan yang dituju.
Contoh : Orang yang dengan maksud membunuh musuhnya, yang sebelumnya datang ke
apotik membeli arsenicum karena kekeliruan pegawainya telah memberikan gula, kemudian
orang itu memasukkan kepada minuman yang disuguhkan pada musuhnya, sehingga tidak
menimbulkan kematian, kasus ini tidak boleh dipandang dari sudut gulanya saja, tetapi harus
secara meneluruh.
Dari peristiwa ini maka telah ada percobaan yang dapat dipidana. Pandangan Pompe ini
berpijak dari ajaran percobaan subjektif. Pandangan Pompe ini lemah jika dilihat dari syarat
dipidananya percobaan pasal 53 (1) KUHP. Perbuatan demikian telah selesai penuh hanya
akibatnya saja yang tidak timbul berhubung alatnya yang mutlak tidak sempurna.Syarat mutlak
pembunuhan harus timbul akibat kematian.

3)      Menurut Van Hattum

Dalam menghadapi percobaan tidak mampu yang dapat dipidana atau tidak dapat
dipidana dengan menggunakan ajaran adekuat kausal yang penting ialah bagaimana caranya kita
memformulering perbuatan si pembuat dalam menggeneralisasi perbuatan itu sedemikian rupa
untuk dapat menentukan apakah perbuatan itu adekuat menimbulkan akibat yang dapat dipidana
atau tidak.
Contoh : Orang hendak membunuh musuhnya dengan pistol, pistol itu di isi peluru
kemudian ditaruh disuatu tempat. Tanpa diketahuinya ada orang lain mengosongkan pistol itu.
Ketika musuhnya lewat, pistol diambil dan ditembakkan pada musuhnya, tapi tidak meletup.
Dalam kasu ini keadaan konkret yang kebetulan ialah adanya orang yang mengosongkan isi
pistol, hal ini tidak perlu dimasukakan dalam pertimbangan.
Dengan demikian pada kejadian ini dapat diformulering sebagai berikut : ” mengarahkan
pistol yang sebelumnya telah diisi peluru kepada musuhnya dan menembaknya ” adalah adekuat
untuk menimbulkan kematian, dengan demikian dapat dipidana.

4)      Menurut Mulyatno

Mengenai persoalan mampu atau tidak mampunya percobaan tidak dapat dipecahkan melalui
teori adekuat kausal karena dalam kenyataannya tidak menimbulkan akibat yang dituju. Untuk
memecahkan persoalan ini kita harus kembali kepada delik percobaan ialah pada sifat melawan
hukumnya pada perbuatan. Jika percobaan bersifat melawan hukum maka percobaannya adalah
percobaan mampu sehingga dapat dipidana.

e. Percobaan Tidak Mampu (endulig poging)

Adalah suatu percobaan yang sejak dimulai telah dapat dikatakan tidak mungkin untuk
menimbulkan tindak pidana selesai karena : (1) alat yang dipakai untuk melakukan tindak pidana
adalah tidak mampu dan (2) obyek tindak pidana adalah tidak mampu baik absolut maupun
relative.
Percobaan tidak mampu ini timbul sehubungan dengan telah dilakukannya perbuatan
pelaksanaan tetapi delik yang dituju tidak selesai atau akibat yang terlarang menurut undang-
undang tidak timbul (Arif, 1984: 18). Menurut hukum pidana percobaan tidak mampu dibedakan
antara:
         Percobaan tidak mampu karena objeknya tidak sempurna
-          Objek yang tidak sempurna obsulut
-          Objek yang tidak sempurna relatif
         Percobaan tidak mampu karena alatnya tidak sempurna
1)      Alatnya yang tidak sempurna relatif
2)      Alatnya yang tidak sempurna absolut

1)      Percobaan Tidak Mampu karena Objeknya Tidak Sempurna


a)      Objek Yang Tidak Sempurna Absolut

Adalah suatu kejahatan mengenai objek tertentu yang ternyata tidak sempurna dan oleh
karena itu kejahatan tidak terjadi dan tidak mungkin dapat terjadi. Karena objek yang tidak
sempurna absolut, secara mutlak tidak dapat menjadi objek kejahatan.
Contoh : A hendak membunuh B, pada suatu malam A yang mengira B sedang tidur
sehingga ditembaknya beberapa kali, dan A yakin B telah mati karena tembakannya. Ternyata
menurut visum dokter, B telah meninggal sebelum kena tembakan A tersebut, dikarenakan B
terkena serangan jantung mendadak. Berarti dia telah menembak mayat.
Objek mayat, tidak mungkin dapat dilakukan kejahatan pembunuhan pada orang yang
dikira tidur padahal ia sudah meninggal sebelumnya atau tidak mungkin menggugurkan
kandungan pada wanita yang tidak hamil karena objek itu tidak ada. Dalam kasus ini tidak dapat
dipidana.
b)     Objek Yang Tidak Sempurna Relatif

Adalah suatu perbuatan yang ditujukan untuk mewujudkan kejahatan tertentu pada objek
tertentu, yang pada umumnya dapat tercapai tetapi dalam khusus tertentu objek tersebut
menyebabkan kejahatan tidak terjadi.
Contoh : brankas yang berisi uang yang pada umumnya pencuri membongkar brankas
dan mengambil uang yang didalamnya. Tetapi dalam keadaan tertentu , misalnya siang harinya
uang telah digunakan untuk membayar gaji karyawan sehingga brankas kosong. Brankas dalam
keadaan kosong adalah objek yang tidak sempurna relatif.
Contoh tersebut, pembuat telah menjalankan perusakan brankas oleh karena itu telah
terdapat permulaan pelaksanaan dari pencurian yang untuk masuk ketempat melakukan
kejahatan atau sampai pada barang yang diambil dengan merusak (pasal 363 ayat 5 KUHP ), atau
dapat dipidana karena perusakan benda (pasal 406 ayat 1 KUHP ).

2)      Percobaan Tidak Mampu Karena Alatnya Tidak Sempurna

a) Alatnya Yang Tidak Sempurna Relatif

Yaitu melakukan perbuatan dengan maksud mewujudkan kejahatan, dengan


menggunakan alatnya yang tidak sempurna relatif, maksudnya disini adalah percobaan tersebut
sebenarnya telah sampai kepada penyelesaian kejahatan yang diniatkan pelaku.
Hanya saja ada suatu keadaan sedemikian rupa sehinga kemungkinan penyelesaiannya
berkurang. Namun hal ini telah membahayakan kepentinga hukum sehingga pelaku perlu
dipidana.
Contoh : A berniat membunuh B dengan menggunakan racun tikus (arsenikum), ternyata
setelah dimakan oleh B, ia hanya sakit perut saja, hal ini mungkin disebabkan dosisnya kurang
atau B mempunyai daya tahan yang kuat terhadap arsenikum tsb.
Dalam hal ini : racun, alatnya kejahatan dapat mematikan jika diminum orang pada
umumnya, tetapi dapat menjadi relatif jika dosisnya kurang dan tidak cukup mematikan atau
orang yang dituju mempunyai daya tahan yang kuat terhadap jenis racun tersebut.
Disini dapat terjadinya percobaan karena dalam hal demikian kejahatan dapat terjadi (jika
dosisnya cukup). Oleh karena itu percobaan tidak mampu yang alatnya tidak sempurna relatif
dapat dipidana.

b) Alatnya Yang Tidak Sempurna Absolut

Yaitu melakukan perbuatan dengan maksud mewujudkan kejahatan, dengan


menggunakan alatnya yang tidak sempurna absolut, sehingga kejahatan tersebut tidaklah dapat
melahirkan tindak pidana atau mustahil akan terjadi.
Melakukan perbuatan dengan maksud mewujudkan kejahatan dengan menggunakan
alatnya yang tidak sempurna absolut kejahatan itu tidak mungkin terjadi. Syarat-syarat yang
ditentukan dalam pasal 53 ayat 1 KUHP tidak mungkin ada dalam alat yang tidak sempurna
absolut (mutlak).
Contohnya : Menembak musuh dengan pistol tetapi lupa mengisi pelurunya, secara
absolut pembunuhan tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu percobaan juga tidak mungkin
terjadi. MvT WvS Belanda menerangkan bahwa ”syarat-syarat umum percobaan menurut pasal
53 yaitu syarat-syarat percobaan untuk melakukan kejahatan tertentu dalam buku II KUHP untuk
terwujudnya kejahatan itu harus ada objeknya, kalau tidak ada objeknya tidak ada percobaannya.
Dapat ditarik kesimpulan dari apa yang diterangkan MvT bahwa percobaan tidak mampu
hanya ada pada alat yang tidak sempurna saja dan tidak pada objeknya yang tidak sempurna.
Contoh lainnya: A pergi ke apotik untuk membeli arsenikum dengan maksud
memasukkan ke dalam minuman B, supaya B mati, karena kesalahan apoteker ialah diberikan
sebungkus gula kepada A yang seharusnya arsenikum. A tidak mengetahui kekeliruan itu, setelah
sampai rumah benda tersebut dimasukkan dalam minuman B, ternyata B minum tidak terjadi
apa-apa karena yang dimasukkan tadi bukan arsenikum, tetapi gula.

3.      Batas Antara Percobaan Mampu dan Percobaan


Tidak Mampu

 Simons
Ia mengatakan bahwa percobaan mampu yaitu yang membahayakan benda hukum. Tidak bahaya
itu harus ternyata di dalam keadaan khusus dalam mana perbuatan dilakukan.

 Pompe
Menurut beliau ada percobaan mampu, jika perbuatan atau alat yang dipakai pada umumnya
mempunyai kecndrungan atau menurut sifatnya mampu untuk menimbulkan delik selesai.
Misalnya: mencoba mau membunuh orang dengan terus menerus mendoakan supaya mati, bukan
percobaan yang mampu.

 Van Hattum
Adalah oranag yang terang-terangan menerangkan mampu atau tidaknya percobaan atas dasar
hukuman adaequat, artinya perbuatan terdakwa itu ada hubungan kausal yang adekwet dengan
akibat yang dilarang dengan undang-undang.

4.      Perbedaan Percobaan Mampu Dengan Percobaan


Tidak Mampu
Perbedaan dalam hal ini hanya bagi mereka yang menganut teori obyektif. Bagi mereka
yang menganut teori ini tidak mengenal pemisahan antara percobaan mampu dan percobaan
tidak mampu, karena menurut penganut ajaran ini menganggap bahwa dasar dipidananya
percobaan kejahatan itu terletak pada niat untuk melakukan kejahatan.
Barda Nawari Arif mengatakan, bahwa menurut MvT tidak mungkin ada percobaan pada
objek yang tidak mampu (tidak memadai), yang ada hanya pada alatnya saja, dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa yang membedakan antara percobaan mampu dan tidak mampu
adalah pada alat yang digunakan percobaannya saja.

Anda mungkin juga menyukai