Anda di halaman 1dari 12

ВАВ І

KETERAMPILAN
DASAR KEBIDANAN

Standar Operasional Prosedur Pelayanan Kebidanan


Pengurus Daerah IBI Jawa Barat
Bab 1-1. Konseling

Pengertian Konseling adalah Proses komunikasi antara seorang konselor dengan


orang lain (klien) untuk membantu klien melihat permasalahannya supaya lebih
jelas sehingga klien dapat membuat keputusan atas masalah yang ada
Tujuan : Sebagai acuan dalam proses konseling
1. Kemenkes RI, 2014, Modul Pelatihan Jabatan Fungsional Bidan Ahli,
Jakarta.
1. Saraswati I., Tarigan LH., 2002, Komunikasi Efektif : Ibu
Selamat, Bayi Sehat, Keluarga Bahagia, Maternal and ! Neonatal Health,
Jakarta.
2. Uripni CL. Sujianto UIndrawati T, 2002, Komunikasi Kebidanan. EGC,
Jakarta. A. Langkah Awal

1. Menunjukkan sikap yang baik


2. Memberi salam
3. Menyapa klien penuh sopan dengan nada suara yang
baik
4. Menariyakan identitas klien
5. Menanyakan maksud kedatangan klien
Prosedur
B. Penghampiran (Attending Skilh
1. Menampilkan diri dengan postur yang meyakinkan 2. Melakukan gerakan fisik
yang disertai dengan perhatian
secara menyeluruh 3. Memberi pengakuan, sentuhan, dan kontak fisik yang
sederhana, penuh perhatian, dan penuh makna 4. Memelihara kontak mata secara
menyeluruh dan tepat
sesuai dengan situasi dan topik bahasan 5. Mengamati dan menyimak dengan
penuh perhatian
c. Proses Pelaksanaan 1. Menerima dan memahami ungkapan klien (gerak mata,
anggukan, gerak tangan, air muka, dsb) 2. Memberikan perhatian yang mendalam
terhadap
ungkapan klien 3. Memberi pernyataan yang menggambarkan ungkapan
suasana perasaan yang diungkapkan
4. Memberikan dukungan terhadap ungkapan tertentu 5. Memberikan kesempatan
kepada klien
mengungkapkan perasaannya dengan lengkap 6. Menunjukkan sikap memberikan
perhatian
menyimaknya dengan penuh perhatian 7. Membuat catatan-catatan seperlunya untuk
merangkum
pembicaraan 8. Memberikan respon dalam bentuk menyampaikan
rangkuman pembicaraan 9. Memperhatikan suasana konseling dan klien 10.
Menguasai materi konseling yang berkaitan dengan
pertanyaan 11. Menggunakan alat/
media peraga dalam konseling 12. Mengajukan pertanyaan dengan cara jelas dan
terarah,
serta tidak keluar dari topik pembahasan 13. Bertanya dengan menggunakan pertanyaan
terbuka,
pertanyaan refleksi, klarifikasi sesekali pertanyaan
tertutup untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu 14. Memberikan respon balik terhadap
jawaban pertanyaan
yang diajukan dengan sikap baik dan empatik 15. Melakukan kontak mata yg baik 16.
Mengidentifikasi masalah 17. Memahami masalah 18. Membatasi masalah 19.
Menjabarkan alternatif (brainstorming) 20. Mengevaluasi alternatif 21. Memilih alternatif
terbaik 22. Menyepakati penerapan alternatif terbaik 23. Menerapkan strategi diam yang
tepat 24. Melakukan reaksi dengan baik 25. Mengajukan pernyataan 26. Mengatakan
bahwa waktu telah habis 27. Merangkum isi pembicaraan 28. Berdiri 29. Menyepakati
pertemuan selanjutnya 30. Memberikan Isyarat gerak tangan 31. Menunjukkan catatan-
catatan singkat 32. Mernberikan tugas-tugas tertentu (jika diperlukan)

Catatan : Konselor memperlihatkan ekspresi muka ceria, penampilan postur baik,


ungkapan perasaan dan kepercayaan secara jujur dan langsung, menyatakan
berpihak pada hak klien yang benar, menyatakan rasa hormat pada klien,
mengambil inisiatif dalam hubungan interpersonal, menawarkan alternatif, dan
menggunakan suara yang jelas dan menyenangkan)

PENGUKURAN BERAT BADAN


Pengertian
No. Dokumen
002 No Revisi SOP
Tanggal Terbit Halaman
2 halaman Prosedur mengkaji berat badan pasien menggunakan alat timbangan badan
Sebagai acuan dalam pengukuran berat badan 1. Ambarwati ER, 2009, KDPK
Kebidanan. Nuha Medika
Jakarta. 2. Hidayat AA, 2015, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia,
Edisi 2, Buku 2, Gudang Penerbit, Jakarta. A. Persiapan Alat
1. Timbangan badan (Berdiri, Duduk, Tidur) 2. Handuk kertas
Tujuan Referensi
B. Prosedur Pelaksanaan
Timbangan berdiri 1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan dan prosedur
yang akan dilakukan 2. Atur timbangan sehingga jarum menunjukan angka 0 (nol)
dan seimbang 3. Anjurkan pasien berdiri diatas timbangan tanpa
sepatu/sandal, pakaian jangan terlalu tebal. 4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti
dari arah depan
tegas lurus dengan angka 5. Bantu pasien turun dari timbangan 6. Kembalikan timbangan
ke posisi semula
Timbangan tidur 1. Jelaskan kepada keluarga pasien tentang tindakan de
prosedur yang akan dilakukan 2. Letakan timbangan pada alas yang rata dan kuat 3.
Pasang alas timbangan yang bersih dan tipis 4. Pastikan bahwa jarum berada pada angka
nol 5. Sebelum ditimbang lepaskan alas kaki, baju dan topa
Bayi sebaiknya ditimbang tanpa pakaian 6. Tidurkan bayi pada timbangan 7. Ketika
menimbang tangan petugas diletakan diatas
bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi
ditimbang
untuk mencegah bayi jatuh saat
Standar Operasional Prosedur Pelayanan Kebidanan
8. Tentukan hasil berat badan bayi sesuai dengan jarum
petunjuk pada timbangan kemudian catat hasil pengukuran

PENGUKURAN TINGGI BADAN No. Dokumen


003 No Revisi SOP
Tanggal Terbit Halaman
2 Halaman Prosedur mengkaji tinggi badan pasien menggunakan alai pengukuran Sebagai acuan
dalam pengukuran tinggi badan 1. Ambarwati ER, 2009, KDPK Kebidanan. Nuha Medika
Jakarta. 2. Hidayat AA, 2015, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Edisi 2, Buku 2, Gudang Penerbit, Jakarta. A. Persiapan Alat
1. Alat pengukur tinggi badan
Tujuan Referens
Prosedur
B. Prosedur Pelaksanaan
Bila memakai meteran 1. Memasang meteran 2. Meminta pasien melepas alas kaki dan
tutup kepala 3. Meminta pasien berdiri tegak dan menempelkan
punggungnya pada dinding 4. Meletakan penggaris diatas ubun ubun ibu sejajar tempat
pijakan 5. Memperhatikan angka yang ditunjuk oleh penggaris 6.
Menginformasikan hasil pengukuran pada pasien Bila memakai statumeter 1.
Meminta pasien melepas alas kaki dan tutup kepala (topi) 2. Meminta pasien
berdiri tegak dan menempel pada tang
pengukur 3. Menarik statumeter kemudian meletakan tepat diatas ubun pasien.
alikan angka yang ditunjukan oleh statumeter 5. Menginformasikan hasil pengukuran pada pasien 6.
Mencatat pada status atau buku
4. Memerhatikan angka yang ditunjuk

PEMASANGAN INFUS
SOP
Pengertian
Tujuan Referensi
Prosedur
No. Dokumen
004 No Revisi Tanggal Terbit Halaman
3 Halaman Suatu cara atau tindakan intasit yang dilakukan untuk memasukan sejumlah cairan dengan cara
menusukkan jarum/IV kateter ke pembuluh darah vena agar dapat menggantikan cairan atau zat-zat makanan yang
ada di dalam tubuh Sebagai acuan dalam pemasangan infus 1. Novieastari E. Supartini Y. 2015. Keperawatan Dasar
Manual Keterampilan Klinis, 1"ed. Elsevier, Singapura. 2. Potter, Perry, 2009, Fundamental of
Nursing: 7th Edition
Mosby Elsevier, Singapura. A. Persiapan Alat
1. Baki beserta alasnya 2. Standar Infus 3. Set infus 4. Cairan sesuai program medik 5.
Jarum kateter 6. Pengalas 7. Tomiket 8. Kapas alkohol 70% 9. Plester 10. Gunting 11.
Kasa steril 12. Sarung tangan 13. Bengkok 14. Lembar catatan 15. Tempat sampah kering
16. Tempat sampah basah 17. Tempat sampah benda tajam
B. Pelaksanaan
eritahukan klien mengenai tindakan yang akan dilakukan
2. Bantu ibu dalam posisi supine atau duduk nyama 3. Mencuci tangan dengan menggunakan s
mengalir 4. Mengatur peralatan dan membuka
buang kemasan di tempat sampah kering
menggunakan sabun dan air
alatan dan membuka kemasan steril dan

Bab 1-4. Pemasangan Infus: Halaman 2 dari 3


5. Memasang klem rol sekitar 2-4 cm di bawah bilik drip 6. Menusukan set infus ke dalam
botol cairan 7. Menusukan set infus dengan menekan bilik drip dan
membuka klem rol 8. Memakai sarung tangan yang bersih 9. Memilih vena yang akan
ditusuk 10. Meletakan torniquet 10 - 12 cm di atas (proximal) tempat
yang akan ditusuk 11. Membersihkan tempat penusukan dengan gerakan
memutar menggunakan kapas alkohol 12. Memegang jarum dengan sudut 20-30 derajat
dengan
tangan yang dominan 13. Menahan vena yang ditusuk 2-3 cm dibawah tempat
penusukan dengan tangan nan dominan lalu menusukan
jarum perlahan-lahan 14. Pastikan masuk pembuluh darah vena, ditandai darah
keluar dari jarum 15. Menarik sedikit jarum dan memasukan sisa abbochath
yang belum masuk sampai batas 16. Menekan abbocath (dari luar) sambil menarik jarum
hingga keluar seluruhnya, pastikan plester kupu-kupu pada daerah tusukan untuk
mencegah jarum abbochat
keluar. 17. Melepaskan tabung suntik dan menghubungkan pangkal
abbochat dengan ujung selang infus 18. Membuka klem rol dan memastikan infus dapat
menetes
dengan baik 19. Menstabilisasi kateter IV dengan plester 20. Mengatur kecepatan aliran
sesuai kebutuhan 21. Membilas darah yang ada pada tabung elstik dengan
menggunakan spuit yang berisi larutan NaCl 0,9% 22. Membereskan alat 23. Melepaskan
sarung tangan dan mencuci tangan 24. Mencatat di lembar tindakan (tanggal, jam
pemasangan,
jenis cairan dan kecepatan tetesan).

Bab 1-5. Pemasangan Kateter: Halaman 1 dari 2


PEMASANGAN KATETER
Pengertian
Tujuan Referensi
No. Dokumen
005 No Revisi SOP
Tanggal Terbit Halaman
2 Halaman - Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukan
atau mengeluarkan cairan - Kateterisasi urinarius adalah memasukan kateter melalui

uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan mengeluarkan


urin Sebagai acuan dalam pemasangan kateter 1. Novieastari E, Supartini Y. 2015,
Keperawatan Dasar :
Manual Keterampilan Klinis, 1*ed. Elsevier, Singapura. 2. Potter, Perry, 2009, Fundamental
of Nursing: 7th Edition.
Mosby Elsevier, Singapura. A. Persiapan Alat
1. Baki beserta alasnya 2. Bak instrument steril berisi pincet anatomis, kassa
dan
sarung tangan steril 3. Kateter sesuai ukuran 4. Spuit 10/20 CC 5. Aquades 6. Jelly 7. Urine
bag 8. Plester 9. Gunting plester 10. Selimut mandi 11. Sampiran 12. Perlak dan pengalas
13. Bengkok
Prosedur
B. Pelaksanaan
1. Mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Melakukan informed consent 4. Mencuci
tangan
Memasang sampiran 6. Menginstruksikan kepada klien untuk melepas pakaian
bagian bawahnya jika klien sadar atau bisa juga membantu pasien melepaskan
pakaian bawah.

Bab 1 - 5. Pemasangan Kateter: Halaman 2 der


haluan
jika terlihat kotor
7. Membersihkan sekitar kemaluan jika to
kapas DTT, selanjutnya pasang perlak dan du bolong
Mempersiapkan set kateter 9. Menyiapkan jelly di kassa (untuk persiapan peng
pada kateter) 10. Menyiapkan spuit yang sudah terisi aquabides 11. Menyiapkan urine bag. 12.
Menginstruksikan kepada klien untuk tarik nafas dalam
disaat memasukkan kateter 13. Memakai hand scoon steril 14. Memasukkan kateter
perlahan-lahan dengan pinset 15. Jika kateter sudah terpasang, masukkan
aquabides
dengan spuit pada kateter guna mengunci kateter agar
tidak lepas, sambungkan dengan urin bag 16. Melakukan fiksasi dengan plester 17.
Melakukan evaluasi subjektif dan objektif (respon klien
dan pastikan pemasangan kateter berhasil dengan tanda
urin mengalir ke urin bag) 18. Merapihkan pasien kembali dengan kondisi
senyaman
mungkin 19. Merapihkan alat dan melakukan dekontaminasi alat yang
telah digunakan 20. Dokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan.
Dibuat oleh :
Paraf:

Bab 1-6. Pengukuran Suhu Tubuh: Halaman 1 dari 2


PENGUKURAN SUHU TUBUH
VOOMESU

Pengertian
Tujuan Referensi
No. Dokumen
006 No Revisi SOP
Tanggal Terbit Halaman
2 Halaman Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan thermometer yang dipasangkan
di aksila Sebagai acuan dalam pengukuran suhu tubuh 1. Novieastari E, Supartini Y, 2015,
Keperawatan Dasar
Manual keterampilan Klinis, 1"ed. Elsevier, Singapura. 2. Potter, Perry, 2009, Fundamental of
Nursing: 7th Edition
Mosby Elsevier, Singapura. A. Persiapan Alat
1. Baki beserta alasnya 2. Termometer 3. Kassa 4. Tissue 5. Larutan Chlorin 6. Air DTT 7.
Bengkok 8. Tempat Sampah
Prosedur
B. Pelaksanaan
Termometer Elektronik a. Tutup tirai di sekeliling tempat tidur klien dan atau
tutup
pintu kamar b. Posisikan ibu berbaring atau duduk C. Sisikan pakaian ibu yang menutupi bahu
dan lengan d. Angkat lengan dan mengelap ketiak ibu dengan tissue
kering e. Ambil termometer, masukkan thermometer ke tengah
aksila, ujung thermometer di bawah lengan dan
tempatkan lengan menyilang di dada ibu f. Biarkan ujung thermometer pada
tempatnya hingga
terdengar bunyi dan suhu klien muncul pada layar digital g. Lepaskan thermometer dari
aksila h. Tekan tombol "lepas/eject" dari batang thermometer dan
buang plastic sekali i. Usap ujung thermometer dengan menggunakan larutan
chlorin, usap kembali dengan air DTT j. Keringkan menggunakan tissue k.
Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu

Bab 1-6. Pengukuran Sub


1-6. Pengukuran Suhu Tubuh: Halaman 2 darta

1. Mencatat hasil pengukuran m. Merapikan dan membereskan alat


Termometer Air Raksa
at tidur klien dan atau tutup
a. Tutup tirai di sekeliling tempat tidur klien dan
pintu kamar b. Posisikan ibu berbaring atau duduk
Sisikan pakaian ibu yang menutupi bahu dan lengan d. Angkat lengan dan mengelap ketiak ibu
dengan tie
kering e. Memastikan termometer pada skala 0 f. Memasukkan termometer pada
ketiak ibu kemudian
meminta ibu menjepit termometer, lengan pasien dilipat
ke dada g. Menunggu selama 5 menit dan memastikan termometer
aman dan pada posisi yang tepat h. Mengambil termometer dari ketiak ibu i.
Membaca hasil dengan melihat skala yang ditunjukkan
air raksa pada termometer, merbaca dengan posisi
sejajar mata bidan j. Menurunkan skala termometer pada skala 0°C k. Usap ujung
thermometer dengan menggunakan larutan
chlorin, usap kembali dengan air DTT
keringkan menggunakan tissue m. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu n. Mencatat
hasil pengukuran 0. Merapikan dan membereskan alat

Bab 1 - 7. Pengukuran Tekanan Darah: Halaman 1 dari 2


PENGUKURAN TEKANAN DARAH
DONC

Pengertian
Tujuan Referensi
No. Dokumen
007 No Revisi SOP
Tanggal Terbit Halaman
2 Halaman Melakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan
spignomanometer Sebagai acuan dalam pengukuran tekanan darah 1. Novieastari E,
Supartini Y, 2015, Keperawatan Dasar :
Manual Keterampilan Klinis, 1st ed. Elsevier, Singapura. 2. Potter, Perry, 2009,
Fundamental of Nursing: 7th Edition
Mosby Elsevier, Singapura. A. Persiapan Alat
1. Baki beserta alasriya 2. Tensimeter (Sphygmomanometer aneroid atau air raksa
dan manset) 3. Stetoskop 4. Pulpen 5. Lembar Observasi
Prosedur
B. Pelaksanaan 1. Tutup tirai di sekeliling tempat tidur klien dan atau tutup
pintu kamar. 2. Posisikan ibu hamil dalam keadaan duduk 3. Sisikan pakaian ibu
yang menutupi lengan 4. Memasang manset tensimeter pada lengan atas, kira
kira 3 cm di atas fossa Cubiti dengan pipa karet diletakkan di sebelah luar lengan,
dan tensimeter
diletakkan di atas tempat tidur 5. Memakai stetoskop untuk mendengarkan denyut
nadi
arteri brakhialis 6. Meraba denyut artari brakhialis dengan ujung jari tengah
dan jari telunjuk, ibu tidak diperkenankan menggenggam
atau mengepalkan tangan 7. Meletakkan piring stetoskop pada arteri brakhialis 8.
Mengunci skrup balon udara 9. Memompa manset melalui balon udara sampai denyut
arteri brakhialis tidak terdengar lagi 10. Mendengarkan bunyi denyutan arteri sambil
membuka
skrup balon udara untuk menurunkan manset pada lengan, dilakukan secara perlahan

b1-7. Pengukuran Tekanan Darah: Halaman 2 dar


1. Menentukan bunyi jantung sistole dan diasole de
cara: a. Bunyi denyut arteri pertama yang terdengar
sistole b. Bunyi denyut arteri yang terakhir terdengar adalah
diastole C. Menganalisis hasil pemeriksaan
d. Merapihkan lengan baju ibu 12. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu 13.
Merapihkan alat 14. Mencatat hasil pemeriksaan ke dalam status ibu

Bab 1-8. Pemeriksaan Respirasi: Halaman 1 dari 1


PEMERIKSAAN RESPIRASI
Pengertian
Tujuan Referensi
No. Dokumen
008 No Revisi SOP
Tanggal Terbit Halaman
1 Halaman Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi selama 1 menit)
Sebagal acuan dalam pemeriksaan respirasi 1. Novieastari E, Supartini Y, 2015, Keperawatan
Dasar :
Manual Keterampilan Klinis, 1*ed. Elsevier, Singapura. 2. Potter, Perry, 2009,
Fundamental of Nursing: 7th Edition.
Mosby Elsevier, Singapura. A. Persiapan Alat
1. Jam Tangan dengan penunjuk detik atau jam digital 2. Lembar Observasi
Prosedur
B. Pelaksanaan
1. Meminta ibu meletakkan tangan diatas dada ibu 2. Memegang pergelangan tangan ibu
sambil merasakan
gerakan dada ketika ibu melakukan inspirasi dan ekspirasi 3. Menghitung jumlah
pernafasan selama 1menit 4. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu 5.
Mencatat hasil pengukuran 6. Merapikan dan membereskan alat
Dibuat Oleh :
Paraf:

Babi-9. Pemeriksaan Nadi: Halaman 1 dari

PEMERIKSAAN NADI
009
SOP
INDON

Pengertian
No. Dokumen No Revisi Tanggal Terbit Halaman
2 Halaman Menghitung frekuensi denyut nadi ( loncatan aliran darah ya dapat
teraba) yang terdapat di berbagai titik anggota tubuh melalui perabaan pada nadi,
yang lazim diperiksa atau diraba pada brakhialis Sebagai acuan dalam
pemeriksaan nadi 1. Novieastari E. Supartini Y, 2015, Keperawatan Dasar.
Manual Keterampilan Klinis, 1"ed. Elsevier, Singapura. 2. Potter, Perry, 2009,
Fundamental of Nursing: 7th Edition.
Mosby Elsevier, Singapura. A. Persiapan Alat
1. Jam Tangan dengan penunjuk detik atau jam digital 2. Lembar Observasi
Tujuan Referensi
Prosedur
B. Pelaksanaan 1. Mempersilahkan ibu duduk di tempat yang telah
disediakan 2. Mempersilahkan ibu duduk di tempat yang telah
disediakan 3. Pemeriksa berada di sebelah kanan ibu 4. Meraba denyut arteri brakhialis dengan
ujung jari tengah
dan jari telunjuk , ibu tidak diperkenankan menggenggam
atau mengepalkan tangan . 3. Melakukan tekanan secara perlahan, kemudian
lakukan
pernitungan dengan menggunakan jarum detik selama 1 menit, Menganalisis hasil
pemeriksaan: a. Normal: 70-90 x / menit b. Takikardia: > 90 x/menit
C, Bradikardia: < 60 x/menit 6. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu 7. Mencatat hasil
pengukuran 8. Merapikan dan membereskan alat 9. Mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu

Anda mungkin juga menyukai