Anda di halaman 1dari 5

� “SELEKTIFITAS SPECIES” ALAT TANGKAP GARU�

DI CIREBON, JAWA BARA�


(Species Selectivity of Garuk in Cirebon, West Java�
Eko Sri Wiyon�
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikana�
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IP�
Jl. Lingkar Akademik Kampus IPB Darmaga Bogor, 1668�
eko_ipb@yahoo.co�

Abstrac�

In order to understand the fishing gear characteristics of “garuk”, a traditional fishin�


gear in North Java Sea, study about species selectivity of garuk has been conducted i�
Cirebon, West Java. Using Shannon-Diversity Index and Dominance Index analysis th�
catch diversity and dominancy were analyzed. The result analysis showed that the numbe�
of species diversity of garuk varied between 0.8 – 1.2. On the other hand, result analysis o�
dominance index showed that the number varied between 0.3 – 0.5. This result indicate�
that garuk has low selectivity to target species�

Keywords: diversity, dominancy, garuk, species, selectivit�

1. Pendahulua� terbesar perikanan Indonesia, memberikan kontribus�


Hampir� 90%� lebih� perikanan� Indonesi� terbesar jumlah perikanan skala kecil. Salah sat�
didominasi oleh perikanan skala kecil (Wiyono, 2006)� sentra kegiatan perikanan skala kecil di Laut Jaw�
Meskipun� secara� nasional� maupun� internasiona� adalah Kabupaten Cirebon. Secara umum kegiata�
istilah perikanan skala kecil belum baku benar, tetap� perikanan di wilayah Kabupaten Cirebon didominas�
secara umum sepakat bahwa perikanan skala keci� oleh perikanan skala kecil. Aktivitas penangkapa�
adalah perikanan dengan tingkat teknologi renda� ikan dilakukan dengan teknologi penangkapa�
(lawan dari perikanan modern) dan dikelola denga� sederhana� dan� dioperasikan� oleh� nelayan� denga�
modal yang kecil (lawan dari perikanan industry� organisasi penangkapan bersifat kolektif. Kondis�
(Panayatou,� 1982).� � Kontribusi� yang� besar� dar� sarana� penangkapan� ikan� yang� terbata�
perikanan skala kecil baik secara soaial dan ekonom� menyebabkan ruang pemanfaatan sumberdaya ika�
menyebabkan pengkajian tentang perikanan skal� cenderung dilakukan di perairan pantai. Namun�
kecil sangat menarik untuk dilakukan.� meningkatnya kecenderungan tingkat pemanfaata�
Pada perikanan skala kecil selain dicirikan ole� sumberdaya� ikan� yang� tidak� seimbang� denga�
teknologi dan modal usaha yang relatif kecil jug� ketersediaan sumberdaya ikan di perairan panta�
dicirikan oleh beragamnya jenis alat tangkap yan� menyebabkan� kondisi� periakanan� pantai� lebi�
digunakan serta hasil tangkapan yang ditangkap� tangkap (overfishing)�
Untuk� menutupi� biaya� operasi� penangkapannya� Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Mundu Pesisi�
seringkali nelayan mengoperasikan alat tangkap yan� merupakan pusat aktivitas perikanan di Desa Mund�
mampu menangkap berbagai jenis spesies denga� Pesisir, Kabupaten Cirebon. Nelayan melakuka�
harapan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak� operasi penangkapan dengan menggunakan garu�
Dilain kesempatan, untuk menutupi biaya operas� yang dilakukan hampir setiap hari di muara sunga�
penangkapan ikan, nelayan juga membawa berbaga� Kalimundu dan sekitarnya. Garuk adalah alat tangka�
jenis alat tangkap ikan� pengumpul� kerang� yang� dioperasikan� nelaya�
Pantai� utara� Jawa,� yang� merupakan� sentr� secara turun temurun untuk mengumpulkan berbaga�

61
Jurnal Bumi Lestari, Volume 9 No. 1, Februari 2009, hlm. 61 - 6�

jenis makrozoobentos, khususnya kerang anadara� 2.3 Metode Penarikan Sampel dan Pengumpula�
Walaupun kerang merupakan sasaran utama hasi� Data
tangkapan, nelayan menggunakan garuk untu� Populasi penelitian mencakup 98 unit kapal da�
menangkap rajungan. Nilai ekonomis yang tinggi da� nelayan� garuk� di� Desa� Mundu� Pesisir� yan�
spesifikasi garuk yang dapat menangkap hasi� mendaratkan hasil tangkapan di PPI Mundu Pesisir�
tangkapan multispesies, menyebabkan nelayan akti� Teknik pengambilan sampel (responden) yan�
menggunakan garuk untuk mendapatkan rajungan� digunakan� purposive� sampling� denga�
Penelitian ini akan membahas kegiatan perikana� menggunakan minimum 10 % sampel dari populas�
garuk di PPI Mundu Pesisir, khususnya hasi� untuk penelitian deskriptif yaitu 10 kapal yan�
tangkapan dan tingkat selektifitasnya terhada� melakukan masing-masing satu trip penangkapa�
species hasil tangkapannya. Informasi ini diharapka� selama bulan November.Dengan demikian diperole�
akan memberikan informasi tentang karakteristi� data� hasil� tangkapan� berdasarkan� 10� tri�
perikanan skala kecil sehingga dapat dijadikan basi� penangkapan kapal garuk tersebut. Sementara itu�
informasi dalam pengelolaan sumberdaya ikan� nelayan garuk yang menjadi sampel berjumlah 3�
orang (Hasan, 2002)�
2 Metodolog� Pengumpulan data dilakukan dengan beberap�
cara yaitu: observasi (pengamatan), wawancara�
2.1 Waktu dan Tempat Penelitia� kuesioner atau angket, dan pengukuran komposis�
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli da� bobot hasil tangkapan. Pengumpulan data dilakuka�
November 2007 dengan lokasi penelitian di Pangkala� berdasarkan jenis data, yaitu data primer yan�
Pendaratan Ikan (PPI) Mundu Pesisir, Kecamata� diperoleh dari wawancara, kuesioner, observasi, da�
Mundu, Kabupaten Cirebon Jawa Barat� pengukuran bobot hasil tangkapan. Wawancar�
dilakukan kepada nelayan yang mengoperasika�
2.2 Alat Penelitia� garuk dan bermukim di Desa Mundu Pesisir�
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yait� Observasi dilakukan untuk objek-objek penelitia�
: kamera, timbangan, dan kuesioner. Metod� selama waktu penelitian berlangsung, sedangka�
penelitian yang digunakan yaitu deskriptif (Hasan� data hasil pengamatan dicatat dalam pedoma�
2002). Objek yang diteliti meliputi unit penangkapan� observasi�
hasil tangkapan, dan usaha perikanan garuk di PP�
Mundu Pesisir Kecamatan Mundu, Kabupate� 2.4 Analisis Dat�
Cirebon. Ruang lingkup penelitian meliputi deskrips�
perikanan garuk, operasi penangkapan, dan hasi� 1) Hasil Tangkapa�
tangkapan� Analisis hasil tangkapan dilakukan secar�
deskriptif melalui pengolahan data komposisi hasi�
tangkapan 10 kapal garuk yang melakukan masing�
masing 10 trip penangkapan pada bulan Novembe�
yang didaratkan di PPI Mundu Pesisir. Objek analisi�
meliputi : bobot, komposisi spesies, dan nila�
ekonomis hasil tangkapan�

2� Analisis Selektivitas Garu�


Analisis selektivitas garuk dilakukan untu�
memprediksi pola pemanfaatan sumberdaya ikan ole�
nelayan� garuk� terutama� dalam� menghadap�
ketidakpastian pendapatan setelah kenaikan harg�
BBM. Analisis selektivitas garuk dijelaskan melalu�
indeks keanekaragaman jenis Shannon dan indek�
dominansi� Simpson.� Wiyono� et� al.� (2006�
menjelaskan bahwa indeks Shannon (H’) merupaka�
Gambar 1. Deskripsi alat tangkap garuk indeks� yang� digunakan� untuk� menjelaska�

62
Eko Sri Wiyono : “Selektifitas Species” Alat Tangkap Garuk di Cirebon, Jawa Bara�

selektivitas alat tangkap terhadap hasil tangkapa� 3. Hasil dan Pembahasa�


yang� didaratkan� di� pelabuhan� terkait� musi�
penangkapannya. Nilai indeks keanekaragaman yan� 3.1 Hasi�
tinggi mengindikasikan bahwa alat tangkap memilik�
tingkat selektivitas yang rendah, sebaliknya, nila� 1� Hasil Tangkapa�
indeks yang rendah mengindikasikan bahwa ala� Berdasarkan� hasil� survei� selama� bula�
tangkap memiliki tingkat selektivitas yang tingg� November diperoleh hasil bahwa kerang bul�
sehingga� hasil� tangkapan� yang� didaratka� (Anadara antiquata) memberikan kontribusi terbesa�
didominasi� oleh� satu� atau� beberapa� spesies� (58%) dari total hasil tangkapan yang didapatkan�
Sedangkan nilai indeks dominansi yang tingg� Hasil tangkapan berikutnya yang cukup domina�
mengindikasikan hasil tangkapan yang didaratka� adalah kerang putih (Anadara sp.) dengan kontribus�
cenderung didominasi spesies tertentu� 24 %, rajungan (Portunus sp.) 7 %, kerang dara�
Indeks� Shannon� dan� indeks� Simpso� (Anadara granosa) 6 %, dan kerang menco�
(Maguran, 1988) dihitung dengan rumus sebaga� (Anadara indica)� 3� %� dari� bobot� total� hasi�
berikut� tangkapan (Gambar 2). Hasil tangkapan lainny�
S adalah udang putih (Penaeus merguensis), soton�
ni
H’ =�

∑ p
i= 1
i ln pi ; p =�
i
N

(Sepia sp.), keong macan (Babylonia spirata), da�


kerang hijau (Perna viridis) yang berkontribusi 2 �

dari total hasil tangkapan�


dimana�
H� � Indeks keragaman jenis Shanno� Kerang
mencos Lain-lain
p� � Proporsi spesies yang tertangka�
Kerang putih 3% 2%
n� � Jumlah individu spesies yang tertangka�
24%
� � Jumlah total spesies yang tertangka�
� � Jumlah jeni�
Rajungan
Kerang bulu
Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shanno� 7%
58%
Kerang darah

(Wiyono et al. 2006� 6%

~ 0 � keanekaragaman rendah; selektivita�


H’ ~
alat tangkap tingg�
H’ > 0,� � keanekaragaman� tinggi;� selektivita� Gambar 2 Komposisi Hasil Tangkapan Garu�
alat tangkap renda�
Hasil tangkapan utama (HTU) garuk pada bula�
Indeks dominansi Simpson (Odum, 1996) dihitun� November terdiri atas kerang darah (Anadar�
dengan rumus � granosa) dan kerang bulu (Anadara antiquata)�
Kerang darah dan kerang bulu dapat ditemukan relati�
2 sepanjang tahun dengan musim penangkapan
⎛ ni ⎞
S
C = ∑⎜ ⎟ berlangsung antara bulan Juli hingga Desember�

i =1 ⎝
N

Sedana� et al. (2004) mengutarakan bahwa musi�

penangkapan kerang untuk daerah utara Jawa Bara�


dimana�
berlangsung mulai bulan Agustus hingga Desembe�
� � Indeks Dominans�
sedangkan musim paceklik terjadi pada period�
n� � Jumlah individu spesies yang tertangka�
Februari sampai Juli dengan puncak musim pacekli�
� � Jumlah total spesies yang tertangka�
terjadi pada bulan Mei. Total bobot hasil tangkapa�
rata-rata yang diperoleh nelayan selama bula�
Kriteria nilai Indeks Dominansi Simpson�
November adalah 247,41 kg dengan kisaran bobo�
C < 0,� � dominansi� spesies� hasil� tangkapa�
hasil tangkapan antara 0,28 kg hingga 140,55 kg. Hasi�
renda�
tangkapan yang mempunyai kontribusi tersbesa�
C > 0,� � dominansi� spesies� hasil� tangkapa�
tersebut terdiri atas kerang bulu (140.55 kg), keran�
tingg�
putih (60,14 kg), dan rajungan (18,30 kg). Hal it�

63
Jurnal Bumi Lestari, Volume 9 No. 1, Februari 2009, hlm. 61 - 6�

disebabkan periode bulan November merupaka� 2.0


musim penangkapan rajungan, kerang putih, da�
1.5 1.5
kerang bulu yang akan berlangsung hingga bula�

Indeks Keragaman
1.5 1.2
1.2
1.1 1.5
Maret�

1.0 1.1 1.1 1.1


Sedangkan hasil tangkapan sampingan (HTS�
1.0

yang didaratkan di PPI Mundu Pesisir terdiri ata�


0.5
beragam jenis organisme laut, yaitu : rajunga�

(Portunus sp.), kerang hijau (Perna viridis), udan� 0.0


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
putih (Penaeus merguensis), sotong (Sepia sp.)� Trip Ke
kerang mencos (Anadara indica), keong maca�
(Babylonia spirata), dan kerang putih (Anadara sp.)�
Gambar 4 Indek Keanekaragaman Hasil Tangkapa�
Rajungan, udang putih, dan sotong merupakan HT�
Per Trip�
yang penting bagi nelayan garuk di PPI Mundu Pesisi�
karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Hasil tangkapa�
Hasil� analisis� Indeks� Shannon� (H’�
sampingan yang didaratkan nelayan garuk pad�
memperlihatkan bahwa nilai Indeks Shannon (H’�
bulan November berjumlah 92,84 kg. Kerang puti�
berkisar antara 1,0 hingga 1,5 atau rata-rata 1,�
dan rajungan merupakan spesies HTS terbanya�
(Gambar 4). Indeks keanekaragaman terendah terjad�
dengan bobot masing-masing 60,14 kg dan 18,30 kg�
pada� trip� penangkapan� ke-8,� sedangka�
Jenis HTS lainnya adalah udang putih, sotong, keon�
keanekaragaman� tertinggi� terjadi� pada� tri�
macan, dan kerang hijau dengan bobot masing�
penangkapan ke-10. Berdasarkan hal itu, dapa�
masing adalah 3,53 kg; 1,72 kg; 0,5 kg; dan 0,21 kg�
diketahui bahwa alat tangkap garuk yang digunaka�
nelayan di PPI Mundu Pesisir selama bulan Novembe�
140.55
150
memiliki tingkat selektivitas yang rendah (H’ > 0,1�
terhadap hasil tangkapan�
100
Bobot (kg)

60.14 1.0
50
14.03 18.3
8.43 5.97
Indeks Dominansi

0
0.5 0.5
Kerang Kerang Kerang Rajungan Kerang Lain-lain 0.5
0.4
Bulu Darah Putih Mencos 0.4
0.4 0.4
Spesies 0.3 0.3
0.3 0.3

0.0
Gambar 4. Hasil tangkapan garuk pada bula�
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Novembe� Trip Ke

Gambar 5 Indeks Dominansi Per Trip�


2� Selektivitas Garu�
Komposisi� hasil� tangkapan� garuk� yan� Selanjutnya hasil analisis indeks dominans�
didaratkan pada bulan November di PPI Mund� diperoleh hasil bahwa indek dominansi hasi�
Pesisir digunakan untuk menjelaskan tingka� tangkapan garuk berkisar antara 0,3 hinggga 0,5 ata�
selektivitas alat tangkap. Tingkat selektivitas garu� rata-rata 0,4 (Gambar 5). Indeks dominansi tertingg�
pada bulan November diperoleh berdasarkan hasi� berada pada trip ke-8 (C=0,5) dan trip ke-1 (C=0,5�
analisis indeks keanekaragaman dan dominans� sedangkan trip ke-6 dan trip ke-10 mendaratkan hasi�
terhadap hasil tangkapan yang didaratkan oleh 1� tangkapan dengan indeks dominansi terenda�
trip kapal garuk di PPI Mundu Pesisir� dengan C berada pada kisaran 0,2-0,3. Nilai rata-rat�
indeks dominansi hasil tangkapan nelayan garu�
pada� bulan� November� sebesar� 0,4� (C<0,5�
menunjukkan bahwa hasil tangkapan nelayan garu�
yang didaratkan pada bulan November cenderun�
tidak didominasi oleh spesies tertentu�

64
Eko Sri Wiyono : “Selektifitas Species” Alat Tangkap Garuk di Cirebon, Jawa Bara�

3.2 Pembahasa� Untuk tujuan manajemen perikanan, maka jara�


Analisis selektivitas garuk, utamanya dilakuka� gigi kisi garuk harus diatur sedemikian rupa sehingg�
untuk memprediksi pola pemanfaatan sumberday� species yang tertangkap sesuai dengan tujua�
ikan oleh nelayan garuk terutama dalam menghadap� manajemen perikanan. Hal ini juga diungkapkan ole�
ketidakpastian pendapatan setelah kenaikan harg� Murdiyanto (2006), dikatakan bahwa peluang bag�
BBM. Analisis selektivitas garuk yang telah dilakuka� kerang untuk dapat lolos atau tertangkap akan sanga�
oleh McClanahan dan Mangi (2004) serta Wiyono e� tergantung pada parameter jarak antara dua gigi kis�
al. (2006) menjelaskan bahwa indeks keanekaragama� yang berdekatan, jarak antara pangkal gigi-gigi kis�
jenis Shannon dapat digunakan untuk melakuka� garuk, dan permukaan dasar perairan, sedangka�
seleksi� unit� penangkapan� ikan� bersadarkan� jeni� parameter� pada� kerang� adalah� ukuran� terpanjan�
species� yang� ditangkap.� � Alat� tangkap� yan� bagian kerang dalam posisinya saat menerobos ata�
direkomendasikan adalah jenis alat tangkap yan� terhalang gigi-gigi kisi garuk�
mempunyai selektivitas tinggi terhadap hasi�
tangkapan dan mempunyai ukuran yang tinggi�
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nila� 4. Simpulan dan Sara�
indeks keanekaragaman (H’) hasil tangkapan garu�
rata-rata sebesar 1,2 dan indeks dominansi Simpso� 4.1 Simpula�
(C) 0,4. Hal itu menunjukkan bahwa alat tangka� Pengkajian tentang alat tangkap, selama in�
garuk memiliki tingkat selektivitas yang rendah dala� hanya difokuskan pada aspek fisik saja. Pengkajia�
operasi penangkapan sehingga hasil tangkapan tida� ini mencoba untuk menggunakan parameter biolog�
didominasi spesies tertentu. Hasil penelitian ini jug� sebagai instrument untuk mengkaji dampak suat�
menunjukkan bahwa jenis spesies yang tertangka� alat� tangkap� terhadap� hasil� tangkapan.� � Hasi�
oleh alat tangkap garuk sangat beragam baik dala� penelitian ini menunjukkan bahwa alat tangkap garu�
jenis maupun ukuran. Hasil ini mengindikasika� mempunyai tingkat selektifitas yang rendah terhada�
bahwa nelayan garuk mempunyai preferensi yan� hasil tangkapan�
rendah terhadap suatu target hasil tangkapan�
Dengan biaya operasi penangkapan yang semaki� 4.2 Sara�
meningkat� sementara� hasil� tangkapan� semaki� Untuk� mendapatkan� gambaran� yang� lebi�
menurun,� mendorong� nelayan� untuk� melakuka� lengkap tentang dampak pengoperasian alat tangkap�
proses� penangkapan� guna� mendapatkan� hasi� disarankan agar pengklasifikasian alat tangkap tida�
tangkapan sebanyak-banyaknya untuk mengimbang� didasarkan pada aspek fisik saja, tetapi juga haru�
biaya operasi penangkapan yang semakin tinggi� mempertimbangkan aspek biologi�

Daftar Pustak�
Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, Jakarta�
Maguran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom Helm, London�
Mc Clanahan, T.R. and S.C Magi. 2004. “Gear-Based Management Of A Tropical Artisanal Fishery Base�
On Species Selectivity And Capture Size”. Fisheries Management and Ecology, Vol. 11, Blackwel�
Publishing Ltd.,London. Page 51-60�
Mulyadi. 2007. Ekonomi Kelautan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta�
Murdiyanto, B. 2006. “Selektivitas Garuk Terhadap Kerang”, dalam: Sondita� et al. (editor)� Prosidin�
Seminar Nasional Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakulta�
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor�
Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan. Gadjah Mad�
University Press. Yogyakarta�
Panayatou, T. Management Concepts for Small-Scale Fisheries: Economic and Social Aspect. Food an�
Agriculture Organization of the United Nations, Rome, 53pp�
Wiyono E.S, Yamada. S, Tanaka E and Kitakado T. 2006. Dynamics of Fishing Gear Allocation by Fishers i�
Small-Scale Coastal Fisheries of Pelabuhanratu Bay, Indonesia. Fisheries Management and Ecolog�
Vol. 13. Blackwell Publishing Ltd., London. Page 185-195�

65

Anda mungkin juga menyukai