Anda di halaman 1dari 5

Tipe Kepribadian Manusia Menurut Psikologi Hippocrates & Galenus Pada Kehidupan

Sehari-hari

1. Tipe Kepribadian Sanguinis


Beberapa orang yang terhitung ke tipe kepribadian Sanguinis merasa cenderung ingin terkenal,
merasakan ingin disukai oleh orang lain. Hidup mereka berasa senang-senang saja setiap hari.
Tetapi, gejolak emosinya bergelombang serta transparan. Tipe orang yang Sanguinis diketahui
jadi orang yang menyukai bicara, ketertarikan, ekspresif, ceria, penuh rasa ingin tahu.
Satu waktu mereka dapat berteriak kegirangan, serta sesaat selanjutnya dia bisa saja menangis
sesenggukan.
Tetapi bagian negatif dari tipe sanguinis ini ialah mereka cenderung sedikit cukup pelupa, susah
berkonsentrasi.
Selain itu, tipe kepribadian Sanguinis dari sisi hidupnya serba tidak teratur yang mengakibatkan
beberapa orang Sanguinis susah untuk hadir tepat waktu.

2. Tipe Kepribadian Koleris


Seseorang dengan tipe kepribadian koleris memiliki karakter jadi leader (pemimpin), mereka
terhitung orang yang dinamis, pengambil ketetapan, berkeinginan keras dalam sampai target,
bebas serta mandiri, senang rintangan.
Tetapi, orang dengan tipe koleris memiliki bagian negatif.
Contohnya: tidak sabar dan cepat geram, suka memerintah, sulit santai, suka pada pro-kontra
serta pertikaian, begitu kaku serta keras, dan tidak senang yang berbelit-belit.

3. Tipe Kepribadian Plegmatis


Beberapa orang dengan tipe Kepribadian Plegmatis ini mereka tidak senang berlangsung pada
perselisihan, karenanya disuruh apa saja dia mau kerjakan, meskipun mereka tidak senang.
Baginya kedamaian ialah segala hal. Bila muncul permasalahan dia akan berupaya mencari jalan
keluar yang damai tanpa ada muncul pertikaian.
Mereka ialah orang yang ingin merugi sedikit atau ikhlas sakit, yang penting masalahnya cepat
selesai. Kemudian, orang yang plegmatis ini ialah orang yang tidak gampang dipengaruhi, teguh
akan keputusannya.
Mereka lebih senang pada ketenangan serta tidak ingin memusingkan pada beberapa hal yang
menurut dia tidak penting.

4. Tipe Kepribadian Melankolis


Tipe kepribadian manusia paling akhir yang ada pada teori Hippocrates-Galenus ini ialah tipe
kepribadian melankolis.
Orang dengan tipe melankolis ialah mereka yang cenderung seringkali merasakan cemas dalam
kehidupannya, serta mereka memiliki rasa mudah menyerah.
Tetapi, jangan salah, seseorang dengan tipe melankolis ini memiliki ciri jadi orang yang kreatif
serta berpikir benar-benar analitikal.
Mengenal Id, Ego, dan Superego dalam Diri Manusia

Menurut Sigmun Freud, manusia memiliki struktur psikologis yang terdiri dari tiga elemen, yaitu
Id, Ego, dan Superego. Ketiga hal tersebut saling terpisah namun tetap saling berinteraksi.
Sigmun Freud menganalogikan ketiga elemen tersebut seperti bongkahan es, yang terlihat di
permukaan hanya sebagian kecil dari seluruh elemen.

1. Id: mengenal kebutuhan alamiah manusia


Sigmund Freud menyebut id sebagai pusat dari seluruh energi dinamis mental seseorang (psychic
energy). Ini adalah komponen utama dari sifat manusia yang telah ada sejak baru lahir ke dunia.
Aspek ini sepenuhnya terjadi tanpa disadari serta melibatkan perilaku primitif dan berdasarkan
pada insting
Hal yang menggerakkan id ini adalah nafsu, keinginan, serta kebutuhan. Apabila hal-hal itu tidak
segera terpenuhi, akan muncul rasa marah hingga cemas. Contohnya ketika seseorang kelaparan
atau kehausan, segera muncul rasa ingin makan dan minum
Elemen id ini sangat penting bagi manusia bahkan sejak lahir karena menjamin kebutuhan bayi
terpenuhi. Lihat saja bagaimana bayi akan menangis saat merasa tidak nyaman atau lapar,
kemudian kembali tenang setelah kebutuhannya terpenuhi.
Begitu pula dengan anak-anak. Mereka sepenuhnya masih digerakkan oleh id. Tidak ada alasan
yang bisa menghentikan kebutuhan mereka terpenuhi. Mustahil meminta anak kecil menunggu
hingga siang hari ketika mereka kelaparan di pagi hari.
Hingga tumbuh dewasa bahkan menua sekalipun, elemen id ini akan tetap berdasarkan pada
insting. Hanya saja, pola pikir membuat seseorang berperilaku secara realistis dan bisa diterima
secara sosial
Id merupakan hal yang mendasari personalitas seseorang. Id dapat direpesentasikan sebagai
kebutuhan dasar alamiah (contoh: makan, minum, dan seks).
Id bekerja dengan menganut prinsip kesenangan. Id mencari kepuasan secara instan terhadap
keinginan dan kebutuhan manusia. Apabila kedua ini tidak terpenuhi, seseorang dapat menjadi
tegang, cemas, atau marah.
Contoh kasus:
 Di tengah acara makan malam, Sinta haus, namun gelasnya sudah kosong. Daripada
menunggu pelayan mengisi ulang gelasnya, dia mengambil gelas Pak Budi di seberang
meja lalu meminumnya. Tentu sangat mengejutkan.
 Andre terjebak macet saat pulang kantor. Ia hanya ingin motornya bergerak! Ia marah
pada situasi itu, lalu memaksakan motornya melaju ke depan, tidak peduli bahwa dia
mematahkan kaca spion orang ketika mencoba untuk mendahului mobil-mobil di
depannya.

2. Ego: cara menghadapi realita


Elemen ego adalah perkembangan lebih jauh dari id. Dengan adanya ego, keinginan yang
muncul bisa terpenuhi lewat cara yang bisa diterima di dunia nyata. Fungsi ego ini ada pada pola
pikir sadar, pra-sadar, dan bawah sadar. Artinya, elemen ini sangat penting untuk menghadapi
dunia nyata.
Ketika seseorang melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan ego, artinya ada hitungan
tentang untung rugi dari sebuah tindakan. Mereka tidak akan serta merta melakukan apa yang
diinginkan seenaknya.
Jenisnya beragam, mulai dari menghindari suatu perilaku seperti tidak mengambil makanan
milik orang lain saat lapar hingga menunda tindakan hingga waktu dan lokasinya sudah tepat.
Contohnya saat merasa kelaparan di tengah rapat penting, ego akan membuat seseorang dapat
menahan diri tidak meninggalkan rapat tiba-tiba. Dengan ego, seseorang bisa mencari makan di
waktu yang tepat yaitu ketika rapat telah rampung.
Lebih jauh lagi, Freud membandingkan id sebagai seekor kuda, sementara ego adalah
penunggangnya. Id memberikan tenaga dan kemampuan bergerak, sementara ego menjadi
pengarah ke mana kuda bergerak. Tanpa adanya ego, id bisa berkelana ke manapun tanpa
pertimbangan logis.
Ego berurusan dengan kenyataan/ realita, berusaha memenuhi keinginan id dengan cara yang
dapat diterima secara sosial. Misalnya, dengan menunda kepuasan dan membantu
menghilangkan ketegangan yang dirasakan id jika keinginan tidak segera dipenuhi.
Ego mengerti bahwa orang lain juga memiliki kebutuhan dan keinginan. Oleh karena itu menjadi
egois dalam jangka panjang bukanlah hal yang baik.
Contoh kasus:
 Sinta haus. Namun, dia tahu bahwa pelayan akan segera kembali untuk mengisi ulang
gelasnya dengan air, jadi dia memilih untuk menunggu, meskipun ada keinginan besar
dalam dirinya untuk minum dari gelas Pak Budi yang ada di seberangnya.
 Andre terjebak macet saat pulang kantor. Ia hanya ingin motornya bergerak! Namun ia
mengerti bila terlalu memaksakan motornya melaju ke depan, dapat mematahkan kaca
spion orang ketika mencoba untuk mendahului mobil-mobil di depannya. Jadi Andre
memutuskan untuk tidak menyalip mobil di depannya.

3. Superego: aspek moral yang diterima secara sosial


Komponen terakhir dari karakter manusia adalah superego. Menurut penemu teori psikoanalisis
asal Jerman ini, superego muncul sejak usia sekitar 5 tahun. Akar dari superego ini adalah nilai
moral dari orangtua dan lingkungan sekitar. Ini adalah cara manusia berpikir mana yang benar
dan salah.
Lebih lanjut, superego menjadi dasar seseorang membuat keputusan. Ada dua bagian dalam
superego ini, yaitu:
 Sadar (conscience)
Superego dengan informasi seputar hal yang dinilai buruk menurut orangtua dan masyarakat.
Umumnya, ini adalah perilaku yang dilarang dan berkonsekuensi buruk seperti hukuman, rasa
bersalah, dan penyesalan.
 Ego ideal
Superego yang mengandung aturan serta standar perilaku menurut ego
Adanya superego ini membuat perilaku manusia menjadi lebih terpelajar dan sempurna. Cara
kerjanya dengan menekan keinginan id. Tak hanya itu, ego juga dibuat agar memenuhi standar
ideal dan prinsip realistis.
Bagaimana interaksi ketiganya?
Id, ego, dan superego adalah elemen yang tidak terpisahkan. Ketiganya sangat dinamis dan
saling berinteraksi dalam memengaruhi perilaku dan sifat seorang individu.
Sangat mungkin ketiga elemen ini menyebabkan ketidakseimbangan. Menurut Freud,
ketidakseimbangan akan membuat seseorang sulit beradaptasi terhadap situasi yang dihadapinya.
Analoginya orang yang elemen id-nya sangat dominan bisa saja bertindak sembarangan seperti
perilaku kriminal. Di sisi lain ketika superego terlalu tinggi, seseorang bisa saja sulit menerima
perilaku orang lain atau apapun yang dianggap tidak sesuai nilai moralnya sendiri.
Superego merupakan aspek moral dari suatu kepribadian yang didapat dari pengasuhan orang tua
atau norma-norma dan nilai-nilai di dalam masyarakat dan didasarkan pada moral dan penilaian
tentang benar dan salah.
Meskipun superego dan ego dapat mencapai keputusan yang sama tentang sesuatu, alasan
superego untuk mengambil keputusan lebih didasarkan pada nilai-nilai moral. Sedangkan
keputusan ego lebih didasarkan pada apa yang dipikirkan orang lain.
Contoh kasus:
Jojo ingin mencuri kamera milik temannya. Ia memiliki kesempatan dan bisa melakukannya
tanpa ada yang tahu. Namun, Jojo mengerti mencuri itu salah, jadi dia memutuskan untuk tidak
mencuri apa pun meski ada kesempatan.

4. Id, Ego, dan Superego


Id, ego dan superego bekerja bersama dalam menciptakan pola perilaku manusia. Id memberi
tuntutan kebutuhan alamiah, ego membatasinya dengan realita, dan superego menambahkan
nilai-nilai moral pada setiap tindakan yang diambil.
Seperti bongkahan es, ego dan sebagian superego merupakan elemen dari struktur psikologi yang
kita sadari layaknya bongkahan es yang hanya terlihat dipermukaan.
Sedangkan jauh di bawah permukaan laut, terdapat suatu bongkahan es yang tak telihat, seperti
halnya id, insting alamiah manusia yang muncul tanpa kita sadari.
5. Ketika id, ego, dan superego tidak seimbang
Ketika ego tidak mampu menyeimbangkan antara tuntutan id dengan realita dan nilai-nilai moral
(superego) akan terjadi kecemasan atau ansietas.
Ada 3 macam tipe ansietas, yaitu:
 Ansietas objektif: ketakutan yang berasal dari dunia nyata
 Ansietas neurotik: kecemasan karena ingin memuaskan id
 Ansietas moral:  ketakutan yang berasal dari nilai moral. Bila tindakan
berlawanan dengan nilai moral, seseorang akan merasa malu/bersalah.
Untuk mengurangi kecemasan, ego dapat mengembangkan sistem pertahahan diri atau bisa
disebut dengan Defense Mechanism. Contohnya adalah denial, yaitu menolak keberadaan
ancaman eksternal atau hal yang bersifat traumatis.
Oleh karenanya, sebaiknya kita bisa menyeimbangkan ketiga elemen psikologis tersebut dalam
diri agar mental tetap terjaga. Jangan hanya menonjolkan satu dan melupakan lainnya karena hal
tersebut justru membahayakan dirimu.

Anda mungkin juga menyukai