Anda di halaman 1dari 3

1.

Mutil Kupi
Apai hijo nyak nutuk mit dakhak ni bakku, ampai pertama kali nyak nyilau mit dakhak.
Khasani senang baccong, pas di khelaya wat lamon pemandangan si helau.

Wat gunung, ghulah, bukit khik wat ghimba si unyin ni keliaan hujau khik sejuk. Sesekali
nyak moneh ngeliak pekon lunik disekitar kebun kupi. Hani bakku, hino gelakhni talang.

Sappai moneh nyak di dakhak. "Sappai, pah kham siap-siap mutil kupi" ukhau bak. "Siap,
nyak khadu mawat sabakh haga mutil kupi, pasti gappang khik bangik" timbalku. 

Pas khadu gatti kawai, mengan, khik nyiapkon alat-alat, sikam mulai mutil kupi. Nyak makai
sakhung culuk, ginjar, tupi khik lading lunik khadu gegoh bakku.

"Ye mutil" nyak mekik kehanjakan. Pelegohan nyak mindahkon biji kupi jak batangni mit
ginjar. "Tekhnyata payah moneh yu" dilom pikikhanku.

"Nak, si lagi hujau dang di putil pai, si hujau lagi ngukha. Putil si khadu tuha gaoh, warna ni
kuning khik suluh" cawa bak ngeni pandai ki nyak salah mutil kupi.

"Oh payu bak, penyanaku unyinni mingan diputil" timbalku. Ampai sejam, hitingku khadu
ngucukh. Lumayan buya, tekhnyata mutil kupi mawat semudah si ku kikha. Culukku moneh
kekhasa sakik, ulih jakhi-jakhi si di gunakon pakai mutil kupi si lagi nempel di khatting
batangni.

"Bak, nyak mingan istirahat mena kodo? nyak buya khik culukku mulai kekhasa sakik.
Ginjarku moneh mawat penuh-penuh, kidang khadu biyak. Nyak payah lapah bak" nyak
ngeluh lawan bak.

"Mit istirahat nak," timbal bak palas senyum. Yakhadu ni ia ngewada. "Hamu haga mutil
kupi si lamon, eh tekhyata kelemohan moneh hehehee."

"Iyu bak, tekhnyata biyak moneh yu, penyanaku gappang" timbalku. "Hijo proses si paling
gappang jak ngebun kupi, wat proses si lain si lebih biyak gegoh ngecahkon jukuk khik
ngekhatting, ngemupuk khik ngemawai. Yu gukhajolah nak ki jadi petani, semula ni niku
sekula si tinggi in niku mawat jadi petani" jelaskon bak.

Terjemahan Bahasa Indonesia 

Belajar Panen Kopi

Kali ini aku ikut ke kebun ayahku, pertama kalinya aku berkunjung ke kebun. Rasanya
menyenangkan, saat perjalanan ada banyak pemandangan yang sangat indah.

Ada gunung, lembah, bukit dan juga hutan rimba yang semuanya nampak hijau dan asri.
Sesekali aku juga melihat kampung kecil diantara kebun-kebun kopi. Kata ayahku, itu
namanya talang.
Sampai juga aku di kebun. "Sampai, ayo kita siap-siap manen kopi" ajak ayah. "Siap, aku
sudah tidak sabar ingin memanen kopi, pasti mudah dan menyenangkan" jawabku.

Setelah berganti baju, makan, dan mempersiapkan alat-alat, kami mulai memanen kopi. Aku
pun dengan sarung tangan, keranjang, topi dan pisau kecil sudah nampak seperti ayahku.

"Ye panen" teriaku bahagia. Pelan-pelan aku pindahkan biji kopi dari batangnya ke
keranjang. "Ternyata susah juga ya" dalam benakku.

"Nak, itu yang hijau jangan dipetik dulu, yang hijau masih muda. Petiklah yang tua,
warnanya kuning dan merah" ucap ayah memberi tahu bahwa aku salah memetik kopi.

"Oh baik yah, kukira semuanya bisa dipetik" jawabku yang kemudian. Baru satu jam,
keringatku sudah mengucur. Cukup lelah, ternyata memanen kopi tidak semudah yang
kukira. Tanganku juga terasa sakit, sebab jari-jari digunakan untuk memetik kopi yang masih
terikat di ranting pohonnya. 

"Yah, aku boleh istirahat duluan kah ? Aku lelah dan tanganku mulai terasa sakit.
Keranjangku juga tidak penuh-penuh, tapi sudah berat. Aku susah berjalan yah" keluhku
pada ayah.

"Istirahatlah nak," jawab ayah sambil tersenyum. Kemudian ia meledek. "Katanya mau metik
kopi yang banyak, eh ternyata loyo juga nih hehehhe".

"Iya yah, ternyata berat ya. Kukira gampang" sahutku. "Ini adalah proses tergampang dari
bertani kopi, ada proses lain yang berat seperti membersihkan rumput dan ranting,
pemupukan dan penjemuran. Ya beginilah nak kalau jadi petani, makanya kamu sekolah yang
tinggi biar gak jadi petani" terang ayah.

2. Lapahan Sebutikh Mi
"Ki mengan so dibelakon, dang nyisa gukhano. Ki niku pagun betong, akuk cutik-cutik gaoh.
Mi no kasian ki mawat dikanik" tawai emak di mija mengan pas ngeliak nyak mawat
ngebelakon mi dipanjang. "iyu mak" timbalku.

"Cuba niku mit sabah, liak petani. Liak cakhani, tiyan nanom ni susah, pekhallu waktu. Pas
khadu jadi mi malah di haccong-haccongkon" jelaskon emak.

Jimoh ni nyak temon mit sabah, ngeliak tian nyabah. "Mamak, hino pakhi ni khadu benni yu
nanomni?" tanyaku. "Khadu 3 bulan kan" timbal mamak Fadlan, tukang gakhap sabah di
pekonku.

"Halau, no halau. Wat dikebelah isan" pekik mamak Fadlan lawan tukang gakhap sabah si
bakhik pas ngeliak wat papikha munduk. "Munduk kukhang ajakh, kekhejaan ni nyadang
gaoh" hani mamak Fadlan.

Pudak mamak Fadlan keliaan komol. Injukni ia temon-temon Kebuyaan. Kuliak petani si
bakhih gukhano moneh, tiyan lapah pagi khik mulang debbi ngukhuskon pakhini. Nyak
tekhus gaoh menyinkon tiyan jak jaoh. Palas mikikhkon cawaan si di cawakon emak lawan
nyak.

"Tekhyata emak temon, jina nyak jak mit sabah ngeliak petani pakhi" cawaku lawan emak
pas khadu mulang jak sabah. Emak lassung cawa "Hippa jaoh ni lapahan kham massakon mi
jak ki lawan lapahan mi ngedi kham?

Terjemahan Bahasa Indonesia

Perjalanan Sebutir Nasi

"Kalau makan itu dihabiskan, jangan nyisa gitu. Kalau kamu masih kenyang, ambilnya dikit-
dikit aja. Itu nasinya kasian kalau enggak dimakan" nasihat ibu di meja makan saat melihat
aku tidak menghabiskan nasi dipiring. "Iya bu" jawabku.

"Coba kamu kesawah, liat petani. Liat prosesnya, mereka menanam dengan sengsara, butuh
waktu. Dan kini setelah jadi nasi malah kamu buang-buang" imbuh ibu.

Esoknya aku pun benar-benar kesawah, melihat petani padi. "Om, itu padinya udah lama ya
nanemnya ?" tanyaku. "Udah 3 bulan dek" jawab Om Fadlan, penggarap sawah di desaku. 

"Kejar, itu kejar. Ada disebelah sana" teriak Om Fadlan pada pengarap sawah lain saat
melihat beberapa ekor tikus. "Tikus sialan, kerjaanya merusak aja" kata Om Fadlan.

Terlihat wajah lusuh dari raut Om Faldan. Sepertinya ia benar-benar kelelahan. Kulihat petani
lain juga begitu, mereka berangkat pagi dan pulang sore untuk mengurus padinya. Aku terus
saja memperhatikan mereka dari kejauhan. Sambil merenungi kalimat yang dikatakan oleh
ibu. 

"Ternyata ibu benar, tadi aku ke sawah melihat petani padi" Ucapku pada ibu setelah pulang
dari sawah. Ibu pun langsung berkata "Lebih jauh mana perjalanan kita mendapatkan nasi
dibandingkan dengan perjalanan nasi menuju kita?" 

Anda mungkin juga menyukai