NIM : 160030161 PRODI : SISTEM INFORMASI KELAS : CE163
1. Kekuasaan Legitimasi (Legitimate Power)
Kekuasaan legitimasi adalah kekuasaan yang lahir dari kedudukan formal seseorang dalam organisasi. Dengan jabatan formal tersebutlah seorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya dan bawahan akan patuh kepadanya. Bawahan mengetahui bahwa pimpinan memiliki hak untuk memberikan perintah dan mereka memiliki kewajiban untuk mentaatinya. Kekuasaan legitimasi ini merupakan sumber otoritas (Hoy, 2007: 203). Ortoritas bisa diartikan kekuasaan resmi dan legal untuk menyurh fihak laian bertindak dan taat kepada pihak yang meilikinya. ketaaatan lahir bisa melalui persuasi, sanksi-sanksi, permohonanan, paksaan dan kekuatan. otoritas juga berkaitan dengan kekuasaan sebagai suatu pengaruh yangkuat yang bersifat mengendalikan atas pengarahan prialku seseorang. otoritas juga bisa diterima oleh bawahan dengan alasan untuk mencapai persetujuan dan diterima oleh pekerja lainnya. untuk memberikan sumbangsih kepada suatu tujuan yang dianggap berfaedah, gunamenghindari diterapkannya tidandakan disipliner, agar tidnakan sesuai dengan standar-standar moral yang berlaku selain untuk memperoleh balas jasa.
2. Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Kekuasaan keahlian merupakan kekuasaan yang muncul karena seseorang memiliki keahlian atau kemampuan khusus (Hoy dan Miskel, 2005:210). Setiap pengikutnya akan patuh pada apa yang dikatakannya karena merasa bahwa ia memiliki pengetahun dan keterampilan yang lebih dari yang mereka miliki dan bahwa apa yang dimiliki tersebut akan bermakna dan membantu mereka. Yulk (2010:183) mengidentifikasi bukti dari keahlian seseorang dapat terlihat dari ijasah, lisensi, dan piagam penghargaan. Akan tetapi, cara yang paling menyakinkan dalam memperlihatkan keahlian dengan menyelesaikan masalah penting, membuat keputusan yang tepat, memberikan petunjuk yang bagus, dan berhasil menyelesaikan tantangan dari proyek yang sangat sulit.
3. Kekuasaan Referensi (Reverent Power)
French dan Raven (dalam Yulk, 2010:181) menjelaskan kekuasaan berdasarkan referensi diperoleh dari keinginan orang lain untuk menyenangkan seorang agen yang kepadanya mereka memiliki perasaan kasih, penghormatan, dan kesetiaan yang kuat. Kekuasaan referen/referensi merupakan kekuasaan yang lahir karena seseorang memiliki daya tarik atau kharisma tertentu.Dengan kata lain, kekuasaan referen merupakan kemampuan pimpinan untuk mempengaruhi perilaku bawahan berdasarkan kegemaran dan identifikasi diri bawahan dengan pimpinannya. Orang yang memiliki kekuasaan referen akan dikagumi, dihormati dan dijadikan model untuk diteladani. Sumber kekuasaan referen adalah kepribadian dan kecerdasan interpersonal yang luar biasa yang dimiliki seorang individu.
4. Kekuasaan Penghargaan (Reward Power)
Kekuasaan penghargaan merupakan kekuasaan yang berasal dari kemampuan seorang pemimpin untuk memberikan penghargaan, yang merupakan sesuatu yang berarti dan dibutuhkan, kepada mereka yang membutuhkan.Dengan kata lain, kekuasaan penghargaan berkaitan dengan kemampuan seorang pemimpin untuk memepengaruhi bawahan dengan memberikan ganjaran atas perilaku mereka yang positif atau perilaku yang sesuai dengan yang dikehendaki pemimpin. Letak kekuatan dari kekuasaan ini bergantung pada daya pikat dan tingkat kepastian akan kontrol seorang pemimpin atas ganjaran tersebut. Yulk (2010:178) mengemukakan salah satu bentuk kekuasaan memberikan penghargaan terhadap bawahan adalah wewenang memberikan kenaikan gaji, bonus atau insentif ekonomi yang pantas bagi bawahan.
5. Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Luthans (1989:431) mengemukakan ‘source of coercive power depends on fear’. Kekuasaan paksaan merupakan kekuasaan yang berasal dari ketakutan pihak lain akan hukuman yang diberikan pimpinan kepada mereka yang tidak patuh terhadap apa yang dikehendakinya. Dengan kata lain, kekuasaan paksaan merupakan kemampuan pemimpin untuk memepengaruhi perilaku bawahan dengan memberikan sanksi atas tindakan mereka yang tidak sesuai dengan kehendak pemimpin. Kekuatan kekuasaan ini terletak pada beratnya hukuman dan kemungkinan untuk menghindari hukuman itu.
6. Kekuasaan Informasi (Information Power)
Kekuasaan informasi berkaitan dengan kendali informasi. Tipe kekuasaan ini melibatkan akses terhadap informasi vital dan kendali atas distribusi informasi kepada orang lain (Pettigrew dalam Yulk, 2010:184). Beberapa akses informasi merupakan hasil dari kedudukan seseorang dalam jaringan komunikasi dalam organisasi. Pemimpin yang mengendalikan arus informasi vital mengenai peristiwa di luar organisasi memiliki kesempatan untuk menginterpretasikan peristiwa ini untuk bawahan dan mempengaruhi persepsi dan sikap mereka (Kuhn dalam Yulk 2010:184). Sebagai contoh seorang wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana mempengaruhi kepala sekolah dalam pemilihan computer baru dengan memberikan informasi yang mendukung salah satu pilihan dan menganggap yang lain tidak baik.
7. Kekuasaan Hubungan (Connection Power)
Kekuasaan hubungan merupakan kekuasaan yang muncul karena seseorang memiliki hubungan yang kuat dengan atasan/pimpinan. Kekuasaan ini dapat muncul karena adanya kedekatan emosional yang akan memudahkan dalam berkomunikasi antara bawahan dan atasan. Selanjutnya Hoy dan Miskel (2005:210) dan Robbins (2005:137) mengelompokkan yang tergolong lima tipe kekuasaan menurut French dan Raven menjadi dua kategori, yaitu organisasi dan pribadi. Reward, coercive, dan legitimate power merupakan kategori organisasi, sedangkan expert dan referent power bergantung pada tingkat kedudukan personal/pribadi dalam organisasi seperti kepribadian, gaya kepemimpinan, pengetahuan, dan keterampilan diri individu