Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK)


PROGRAM GURU BELAJAR
SERI ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM

Diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Dalam Jaringan:

Tanggal 01-05 April 2021

Disusun Oleh :
Musdalifa, S.Si
NIP. 19890723 201708 2 003

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SD-SMP SATAP NEGERI 13 KABAENA TENGAH
2021
LAPORAN KEGIATAN
“Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi
Minimum SMP (Angkatan 12)”

I. BAGIAN AWAL
A. Nama Kegiatan : Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen
Kompetensi Minimum SMP (Angkatan 12)
B. Waktu Pelaksanaan : 01–05 April 2021
C. Tempat Kegiatan : Daring di https://gurubelajar.kemdikbud.go.id/
D. Penyelenggara Kegiatan : Dirjen GTK Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

II. BAGIAN ISI


A. Tujuan Pengembangan Diri
Tujuan dilaksanakannya Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen
Kompetensi Minimum adalah untuk :
1. Memahami konsep Asesmen Nasional.
2. Memahami bentuk pelaksanaan Asesmen Nasional.
3. Menganalisis contoh asesmen literasi membaca pada Asesmen Kompetensi Minimum
4. Menganalisis contoh asesmen numerasi pada Asesmen Kompetensi Minimum.
5. Membaca dan menindaklanjuti laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum.
6. Melakukan pengimbasan dengan mengajak rekan guru yang lain untuk mengikuti
program Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi Minimum.

B. Penjelasan Isi Kegiatan/Materi


Materi pokok yang disajikan Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri
Asesmen Kompetensi Minimum adalah sebagai berikut: Orientasi Guru Belajar Seri
Asesmen Kompetensi Minimum, Konsep Asesmen Nasional Teknis Pelaksanaan Asemen
Nasional, Asesmen Literasi Membaca Tingkat SMP, Asesmen Numerasi pada Tingkat
SMP, Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen Kompetensi Minimum, Asesmen Pasca
Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum.
Adapun Ringkasan materi pokok di atas adalah sebagai berikut.
a. Latar Belakang dan Kebijakan Asesmen Nasional
Hasil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan dasar dan
menengah kurang memadai. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa memiliki kompetensi
literasi membaca di bawah minimum. Sama halnya dengan keterampilan matematika dan
sains, 71% siswa berada di bawah kompetensi minimum untuk matematika dan 60% siswa
di bawah kompetensi minimum untuk keterampilan sains. Skor PISA Indonesia stagnan
dalam 10-15 tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara
yang konsisten dengan peringkat hasil PISA yang terendah.
Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna mendorong
peningkatan kualitas pembelajaran. Pemetaan mutu pendidikan secara menyeluruh
dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2021 mendatang, Asesmen Nasional (AN) akan resmi
diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Ujian Nasional (UN) sudah
tidak lagi diberlakukan. Kebijakan ini ditetapkan berdasarkan hasil koordinasi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dengan sejumlah dinas dan lembaga terkait.
Dalam hal ini, AN diterapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem
pendidikan. Nantinya, hasil Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi apapun pada
pencapaian proses belajar siswa namun memberikan umpan balik untuk tindak lanjut
pembelajaran dan kompetensi siswa.

b. Pentingnya Asesmen Nasional


Peningkatan mutu sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencapaian siswa
dalam menguasai materi pelajaran dan nilai ujian akhir, apapun sebutannya. Keberhasilan
sistem pendidikan lebih difokuskan pada pencapaian kompetensi siswa yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Terlebih pada era transformasi pendidikan abad ke-
21, dimana arus perubahan menuntut siswa menguasai berbagai kecakapan hidup yang
esensial untuk menghadapi berbagai tantangan abad ke-21 dimana siswa memiliki
kecakapan belajar dan berinovasi, kecakapan menggunakan teknologi informasi, kecakapan
hidup untuk bekerja dan berkontribusi pada masyarakat.
Pertanyaannya, bagaimana cara mengukur kompetensi tersebut? Ya, menggunakan
Asesmen Nasional. Asesmen Nasional diberlakukan sebagai alat ukur untuk mengetahui
ketercapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa. Asesmen Nasional tidak hanya
memotret hasil belajar kognitif siswa, sebagaimana yang terjadi dalam Ujian Nasional
namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Termasuk di dalamnya sikap, nilai,
keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja siswa di berbagai
konteks yang relevan.
Selain tuntutan kecakapan abad 21, profil pelajar Pancasila juga menjadi rujukan
pencapaian karakter bagi seluruh siswa di Indonesia. Bahkan profil pelajar pancasila ini
sudah merangkum serangkaian kecakapan hidup abad 21. Karakter pelajar Pancasila yang
ingin dicapai oleh siswa yaitu:
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
2) Berkebhinekaan global
3) Mandiri
4) Bernalar kritis
5) Kreatif
6) Gotong royong

Untuk itu, penting bagi guru dan siswa untuk mengadopsi proses pembelajaran yang
berfokus pada pengembangan kompetensi. Pencapaian kompetensi siswa dapat diukur dari
pemahaman konsep, dan keterampilan menerapkan konsep dalam berbagai konteks.
Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai konten semata, tetapi lebih menguasai
pemahaman secara mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di berbagai konteks
kehidupan. Hal ini yang diharapkan sebagai peningkatan hasil pembelajaran siswa. Capaian
kompetensi siswa secara holistik inilah yang ingin dievaluasi melalui Asesmen Nasional.

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah,
dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai
berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta
kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung
pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar
literasi membaca dan numerasi siswa. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai,
keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter siswaSurvei Lingkungan Belajar
yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun
di tingkat sekolah.
Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang
disampaikan terkait konsep dan pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan kepala
sekolah mulai gelisah terkait penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan Asesmen
Nasional. Untuk menghindari hal itu, pemahaman yang utuh dan menyeluruh mengenai
Asesmen Nasional pun perlu terus disebarluaskan.
c. Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional
Tujuan dari Asesmen Nasional adalah :
1) Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan mutu
dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan
(misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah
antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan
atribut tertentu).
2) Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan
utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa.
3) Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah
sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat
mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada
perbaikan mutu pembelajaran.

Kaitannya dengan infografis tersebut, secara jangka panjang Asesmen Nasional


memberi kesempatan sekaligus menuntut guru dan sekolah untuk memperbaiki kualitas
pengajarannya guna menciptakan siswa yang lebih kompeten. Hal ini terlihat dari
penekanan pembelajaran dan asesmen yang lebih fokus pada daya nalar dalam bentuk
literasi membaca dan numerasi. Hal ini juga mendorong guru dan sekolah mengubah
praktik-praktik pembelajaran lama yang tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini.
d. Perbandingan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional

e. Evaluasi Ujian Nasional


Beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan
pelaksanaan Ujian Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional.
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga
input dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum
sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada
Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan
pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan karakter
sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap dilakukan
melalui UN saja.
Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada
subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat
ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan kompetensi,
termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara
nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih sebagai
assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai sebagai assessment for
learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak bisa digunakan untuk
mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa.
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari
pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin
tersebut, maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen
Nasional adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta
implikasinya pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru,
orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal
persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.

f. Teknis Pelaksanaan Asemen Nasional


g. Kriteria Peserta Pelaksanaan Asesmen Nasional

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan
menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan
pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan
XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen
Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2,
tingkat 4 dan tingkat 6 program kesetaraan.
h. Merumuskan Butir Soal Asesmen Nasional
Bentuk soal Asesmen Nasional AKM, terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda
kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian.
1) Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
2) Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam
satu
3) Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik
ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4) Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan
nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
5) Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan
jawabannya.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar
yang perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu
seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan
konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam
ragam stimulus soal-soal AKM.

i. Asesmen Literasi Membaca Tingkat SMP


Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin
dievaluasi dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Literasi baca dan tulis adalah
pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan
memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis
untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk
berpartisipasi di lingkungan sosial.
Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang
lebih dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan
menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna terkait
berbagai cakupan dan konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan pendidikan,
kompetensi literasi yang terus berkembang memungkinkan siswa untuk dapat
menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.
Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau
konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses
kognitif.
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal
ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat
proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat
menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah
menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan
konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks
pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.

j. Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen Kompetensi Minimum


Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap
Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum
dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa
kompetensi literasi membaca dan numerasi.
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat
tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan
numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan.
Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat
kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan.
Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan
memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada
suatu mata pelajaran.

k. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dengan Berbasis Konten

l. Analisis Kategori Penguasaan Kompetensi untuk Tindak Lanjut Pembelajaran


Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan
tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih
tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih
fasih dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan
pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke
level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk
beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan
informasi baru.
Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan
kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan
tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012)
C. Hasil dan Tindak Lanjut
1. Hasil Yang Diperoleh
Hasil yang diperoleh dalam Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri
Asesmen Kompetensi Minimum antara lain :
1. Pengalaman belajar yang seru.
2. Pengalaman belajar bersama sesama guru, kepala sekolah, pengawas, dan PKBM
sederajat.
3. Pemahaman terhadap Asesmen Kompetensi Nasional.
4. Sertifikat Bimtek 32 JP
2. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen
Kompetensi Minimum adalah sebagai berikut:
1. Peserta membuat laporan Bimtek dengan baik benar.
2. Mempersiapkan nilai pengembangan diri dan karya dalam pembelajaran untuk
kenaikan pangkat sedini mungkin.
3. Dapat semakin tergerak untuk menerapkan Pendidikan yang mengacu pada Asesmen
Kompetensi Nasional

D. Dampak Pengembangan Diri


Dampak yang diharapkan melalui pelaksanaan Bimbingan Teknis Program Guru
Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum antara lain:
1. Peningkatan profesional guru, terutama di dalam penyusunan program Pembelajaran di
Sekolah.
2. Tidak mengalami kesulitan dalam perolehan nilai angka kredit terutama dalam
pengembangan diri.
3. Peningkatan profesionalitas guru yang dibuktikan dengan perubahan perilaku,
tingginya kreativitas, dan inovasi dalam pengembangan pembelajaran.
4. Dengan adanya kreativitas guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

E. Bagian Penutup
Melalui Bimbingan Teknis Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi
Minimum diharapkan dapat meningkatkan semangat guru dalam mengembangkan
Perencanaan dan pengembangan Pembelajaran di Sekolah sehingga mampu menjawab
tantangan yang ada terkait perkembangan siswa Asesmen Kompetensi Minimum. Selain
itu guru juga memperoleh angka kredit unsur pengembangan diri nilai 1. Setelah
mengikuti Bimtek ini diharapkan Pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas
semakin kreatif dan menarik, selain itu kenaikan pangkat guru tidak lagi terkendala.

III. BAGIAN AKHIR


MATRIK KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI
Bimbingan Teknis (Bimtek) Program Guru Belajar Seri AKM

Jumlah
Nama
Tempat Jam
Nama Diklat Nama Fasilitator Mata Diklat/Kompetensi Penyelenggara Dampak*)
Kegiatan Kegiatan
Kegiatan
Diklat

Guru Belajar Daring 32 Jam Tim 1. Konsep Asesmen Nasional (6 Direktorat Guru memiliki
Seri Asesmen /Online GTK Kemdikbud JP) Jenderal Guru kemampuan untuk
Kompetensi /PJJ 2. Teknis Pelaksanaan Asesmen dan Tenaga memahami tujuan, konsep
Minimum Nasional (4 JP) Kependidikan dan bentuk pelaksanaan
(AKM) 3. Asesmen Literasi Membaca (5 Asesmen Nasional, serta
JP) dapat menganalisis contoh
4. Asesmen Numerasi (5 JP) asesmen literasi membaca
5. Tindak Lanjut Laporan Hasil dan numerasi pada
Asesmen Kompetensi Asesmen Kompetensi
Minimum (10 JP) Minimum.
6. Asesmen Pra dan Pasca
Program (2 JP)

Anda mungkin juga menyukai