Makalah MPKP
Makalah MPKP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus-menerus
berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan
berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal penting yang harus
dibahas yaitu Model Praktik Keperawatan Profesioanal yang dapat diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan membicarakan tentang “Model Praktik Keperawatan
Profesional”.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu, keluarga dan masyarakat.
Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang
memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit, serta meningkatkan
kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas wajib diketahui oleh
seorang perawat yang profesional, sehingga profesi keperawatan mampu memilih dan menerapkan
Model Praktik Keperawatan Profesioanl yang paling tepat bagi klien. Sehingga diharapkan nilai
profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan
keperawatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini dibuat dengan metode deskriptif melalui pengumpulan data dari berbagai
literatur atau sumber.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai
profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai
profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah
perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan
jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan fungsi masing-
masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas. Pada aspek struktur
ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra
berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode
tim dan keperawatan primer).
B. Tujuan MPKP
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim
keperawatan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah :
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik
perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi,
misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan,
bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10
tahun.
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan
prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi
rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.
Visi
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk serta tujuan
organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan organisasi.
Contoh visi di Ruang MPKP RSMM Bogor adalah“Mengoptimalkan kemampuan hidup klien gangguan
jiwa sesuai dengan kemampuannya dengan melibatkan keluarga.”
Misi
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan.
Contoh misi di Ruang MPKP di RSMM Bogor adalah “Memberikan pelayanan prima secara holistik
meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual dengan pendekatan keilmuan keperawatan kesehatan jiwa yang
professional.”
Filosofi
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi
dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat
lebih dari satu.
Kebijakan
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan.
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana harian, bulanan dan
tahunan.
Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya masing-
masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat.
Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan preconference.
1) Rencana Harian Kepala Ruangan
· Asuhan keperawatan
· Operan
· Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus
· Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam, dan besok
sesuai tingkat ketergantungan pasien.
· Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya.
· Operan
· Menulis dokumentasi
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat
pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya
satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana
sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
· Operan
· Mendokumentasikan askep
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan
instrumen jurnal rencana harian.
Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung
presentasi pembuatan rencana harian masing-masing perawat.
Rencana bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala ruangan dan ketua tim
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan
berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka
peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
· Membuat jadwal dan memimpin case conference
· Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
2) Rencana bulanan ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya.
Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah:
Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan
sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan
tahunan mencakup:
1) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang
sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
3) Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan
mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
4) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana
menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat
jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
b. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok
tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun
horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan pendekatan sistem
penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Pada
pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana
fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organiosasi
juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP
dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai
perawat primer membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim diketuai masing-masing oleh
seorang ketua Tim yang terpilih melalui suatu uji.
b) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas (pagi, sore, malam)
d) Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena kondisi tertentu. Kepala
Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan anggota.
e) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift pagi apabila karena
sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas.Oleh sebab, itu yang dipilih adalah perawat yang
paling kompeten dari perawat yang ada.
f) Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan,
tugasnya digantikan oleh anggota Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.
h) Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik yang diterapkan oleh
dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota Timnya.
i) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila Ketua Tim karena suatu hal
tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang
ada di dalam Tim.
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas/shift. Daftar dinas
disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan
mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala
ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya
bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan
malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.
3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam tim,
penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift.Daftar pasien adalah
daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai
perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar
pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien
dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan
pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi
bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan
pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan
dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua Tim
berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore.
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi, manajemen
waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen
konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan
pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang
bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston,
1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan
pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus
melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut:
6) Negosiasi
1) Menciptakan iklim motivasi
5) Manajemen konflik
6) Supervisi
7) Pendelegasian
Menciptakan iklim motivasi
1) Pengertian
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang individu untuk memuaskan kebutuhannya.
Karena kebutuhan manusia bervariasi, maka motivasi memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan
kebutuhan individu merupakan salah satu cara memotivasi (Marquis & Houston, 1998).
Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut (Marquis dan Houston, 1998) :
a) Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan harapan tersebut secara
efektif
e) Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan dan tujuan organisasi
f) Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui bahwa pimpinan mengetahui
keunikan dirinya
g) Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan pekerjaan yang telah dikerjakan
j) Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang semua keputusan dan tindakan
Di ruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai berikut:
Reinforcement positif adalah upaya menguatkan perilaku positif dengan memberikan reward. Reward
yang diberikan di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus. Masing-masing staf dibudayakan untuk
memberikan pujian yang tulus diantara mereka terhadap kinerja dan penampilan.
b) Doa bersama sebelum memulai kegiatan
c) Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap personil secara mendalam dan
membantu penyelesaiannya.
d) Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan pengembangan jenjang karir dan
kompetensi
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan dan ketua tim setiap 6 bulan sekali
(per semester) dengan menggunakan suatu instrumen/kuisioner.
Manajemen waktu
1) Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dipunyai. Tahapan majanemen waktu
meliputi 3 tahapan yaitu :
b) Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan tugas sebelum memulai
tugas yang lain.
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kerja harian yaitu suatu
bentuk perencanaan kerja melalui jadual kerja yang disusun secara berurutan yang disusun sebelum
pekerjaan tersebut dilaksanakan.
1) Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi pendelegasian
dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
b) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, manajer harus
bisa menjadi model peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh Kepala Ruangan kepada Ketua
Tim, Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan
tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi
menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem
penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Bentuknya dapat berupa :
· Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk menggantikan tugas sementara
karena alasan tertentu
· Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang
telah direncanakan
Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan hadir maka
pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi
Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua Tim atau Penanggung Jawab Shift, tergantung pada personil yang
berhalangan.
· Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang berkompeten dan setara dengan
kemampuan yang digantikan tugasnya
· Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara terinci, baik lisan maupun
tertulis
· Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksanaan tugas dan menjadi
rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi
· Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya.
Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan instrumen/kuisioner yang diisi oleh
seluruh staf perawat dengan cara self evaluasi
Supervisi
1) Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan
organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi
dilakukan untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang mumpuni dalam bidang yang
disupervisi. Dalam struktur organisisi, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau
konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk) seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi lebih kepada pengawasan
partisipatif yaitu dalam proses pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau hal positif yang dilakukan
dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih kurang agar meningkat. Dengan demikian bawahan
tidak merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan pekerjaannya secara
benar.
2) Penerapan Supervisi di MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan pelayanan di MPKP
sesuai dengan standar mutu professional yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang
memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar
professional yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut :
· Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala Ruangan.
· Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat
Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat
yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan
kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan
di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi terkait
dengan kemampuan asuahan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf maka disusun standar
penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal
supervisi.
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim yang melakukan supervisi dengan
menggunakan instrumen/kuisioner dengan cara self evaluasi
Komunikasi efektif
1) Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang
berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran,
perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang bekerjasama.
· Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana
kegiatan pada hari tersebut yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim tersebut
hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian), dan tambahan rencana dari katim atau PJ.
· Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang
shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat dan
hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf perawat MPKP. Evaluasi dilakukan sekali tiap
bulan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.
Manajemen konflik
1) Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam
organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik
mudah terjadi. Demikian juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya
konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini
mungkin di ruang MPKP.
a) Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana seseorang atau satu kelompok
berupaya memuaskan kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada orang lain atau
kelompok lain. Cara inbi kurang sehat bila diterapkan karena bisa menimbulkan potensi konflik yang
lebih besar terutama pada pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari
metode penyelesaian konflik jenis ini.
b) Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang
berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama. Berbagai pihak yang terlibat konflik didorong
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan
kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang
dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solution.
c) Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang sedang berkonflik mengakui adanya
konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut (seakan-
akan tidak ada konflik atau masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena
masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelasaian yang terjadi adalah penyelesaian semu. Untuk itu
tidak dianjurkan organisasi untuk menggunakan metode ini.
d) Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu pihak yang berkonflik
menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang
berkonflik mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose – win solution. Upaya penyelesaian
konflik dengan akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan terlalu sering karena kepuasan tidak terjadi
secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.
e) Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang berkonflik mengorbankan
kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini
tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose solution di mana masing-masing
pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis.
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win-win solution. Suatu upaya
berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan kolaborasi antar staf menjadi prioritas utama dalam
menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan penyelesaian masalah
(problem solving) yang meliputi :
· Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan klarifikasi pada pihak yang
berkonflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi belum berhasil
maka kepala ruangan dapat berkonsultasi dengan kepala Seksi Perawatan atau Konsultan.
Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf keperawatan MPKP. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan instrumen/kuisioner.
d. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol mendefinisikan kontrol
sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati,
instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting dilakukan
untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk
bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output (hasil) dari suatu
pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian
difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR,
ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang
akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan
terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau
ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya sesuai
dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian
penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan standar yang telah
ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga
kategori audit keperawatan yaitu :
· Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik,
peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medik; pelanggan.
· Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk menentukan apakah
standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retropektif, concurrent, atau peer review.
Retropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui
pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan
keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap
pelaksanaan kegiatan.
· Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, dan indikator
mutu.
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus pada
proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan
sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi,
penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang
MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru.
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam penerima
palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal
artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain–lain. Sedangkan hubungan professional secara
eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
4. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan mengunakan
manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
Salah satu pilar model praktik keperawatan professional adalah pelayanan keperawatan dengan
menggunaakn system pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system) diruang
MPKP. Sistem pemberian asuhan keperawatan yang nditerapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatandengan menerapkan proses keperawatan. Berdasarkanm survey masalah yang dilakukan
dibeberapa rumah sakit jiwa ditemukan 7 diagnosa keperaatan utama, yaitu :
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang di hadapi oleh seseorang. respon ini
dapat menimbulkan kerugian baik pada sdiri sendairi, orang lain, maupun lingkungan.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubaban sensori
persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.
3. Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keaddan ketika seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sam sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang di pertahankan secara kuat / terus-menerus, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar di lakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya.
6. Defisit keperawatan diri (berpakaian, berhias, kebersihan diri, makan , aktifitas sehari-hari dan
eliminasi)
Defisit keperawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses piker
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Harga diri rendah adalah persaan tidak berharga , tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
D. Komponen-komponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu sebagai berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan
1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung
pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu
:
1) Segala diberikan/dibantu
4) Pemakaian suction
5) Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan perpasien untuk dinas
pagi, sore dan malam.
Klasifikasi
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan keperawatan
secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian
masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu penugasan
fungsional, penugasan tim , penugasan primer.
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada
setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat,
perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya.
Tindakan ini didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat pelaksana. Oleh
karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut,
selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang
dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada
perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien.
Keuntungan :
2) Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga keperawatan professional.
3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu berulang-ulang
dikerjakan.
Kerugian :
Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana Kepala
Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang
perawat professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari
berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan
dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk
memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan
menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan
asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat.
Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan
pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang
dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.
Keuntungan :
Kerugian :
2) Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena anggotanya terbagi-
bagi dalam shift.
3) Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan anggota tim.
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana perawat
perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama
24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan , implementasi, dan evaluasi
asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini
merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung jawab perawat
primer, dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam
timdakan keperawatan.
Keuntungan :
1) Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat meningkat.
Kerugian :
1) Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat professional.
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat dalam
menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral
dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah
:
a. Identifikasi masalah
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses keperawatan yaitu :
b. diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan
d. implementasi rencana, dan
4. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan, karena
melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat
diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang
pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana
komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data
untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan
keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri
dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan
perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart & Woods (1996)
menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan inti
MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen
terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi partner dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP mempunyai otonomi dan
akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang
dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar melakukan
tindakan berdasarkan nilai-nilai profesional.
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui perkembangan kondisi klien
sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain
khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan rencanatindakan
medik.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi keperawatan primer ehingga
keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari
dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas antara PP dan PA.
performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer
asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang dilakukan
sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan
bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek keperawatan profesional
(MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo
dan beberapa rumah sakit umum lain. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis
sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang sudah doktor,
sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut juga dilakukan
penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang dapat memberikan
konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan
melakukan penelitian keperawatan.
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian asuhan keperawatan
dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju profesional I.
MPKP di Rumah Sakit Jiwa
Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi MPKP yang telah dikembangkan di
rumah sakit umum. Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang pendidikan SPK, namun Kepala
Ruangan dan Ketua Timnya minimal dari D3 Keperawatan
2. MPKP Pemula
a. MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi Kepala Ruangan (Karu) dan
Ketua Tim (Katim) mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan.
b. MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana Ners keperawatan,
sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
c. MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis
keperawatan jiwa dan doktor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa..
MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor, Lawang, Pakem, Semarang,
Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang dikembangkan adalah MPKP transisi dan
MPKP pemula. Hasil penerapan menunjukkan hasil BOR meningkat, ALOS menurun, angka lari pasien
menurun. Ini menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan bermutu
baik.Pada modul ini akan dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar
nilai profesional yaitu management approach, compensatory reward, professional
relationship dan patient care delivery.
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan model MPKP pemula.
Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja lebih berkualitas atau
model MPKP telah meningkat ke bentuk MPKP Profesional.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.