OLEH
NIP: 197303172008012003
2021
ABSTRAK
Sugiyanto. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Dengan Menggunakan
Model Demonstrasi Pada Siswa Kelas 3 SDN Kadipaten VIII Kabupaten
Majalengka Semester 2 Tahun Pelajaran 2020/2021.
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul : UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DEMONSTRASI PADA
SISWA KELAS 3 SD NEGERI KADIPATEN VIII
2. Identitas Peneliti :
Nama : Iim Lisnawati, S.Pd.
NIP : 197303172008012003
Gol/Ruang : 3D
Jabatan : Penata Tingkat I
Unit Kerja : SDN Kadipaten VIII
3. Lokasi Penelitian : SDN Kadipaten VIII
4. Lama Penelitian : 3 Minggu
5. Biaya Penelitian :
Peneliti
NIP: 197303172008012003
Disyahkan di : MAJALENGKA
DFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
sedangkan tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat
tahu untuk apa dia menulis,merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak
masih dirasakan kurang sehingga tidak sedikit peserta didik bila di beri
pelajaran mengarang mereka tidak mampu berbuat dan ini merupakan suatu
sehingga dapat mengarahkan siswa untuk menulis huruf, suku kata, kalimat
dalam penelitian tindakan kelas ini akan dibatasi kepada tiga hal yaitu :
1. Materi pelajaran, pada aspek ini akan dikemukakan berbagai masalah yang
menyampaikan pelajaran.
untuk peserta didik di kelas III, tidak terlepas dari aspek lingkungan yang
mengajarkannya.
Oleh karena itu, untuk belajar menulis bagi peserta didik di kelas III
pembelajarannya.
Indonesia yang menarik bagi siswa sekolah dasar, maka penulis berusaha
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III SD Negeri Kadipaten VIII,
A. Rumusan Masalah
karangan Pada Siswa Kelas III SD Negeri Kadipaten VIII, Kec. Kadipaten,
C. Manfaat Penelitian
proses pembelajaran.
2020/2021.
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah
masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para
siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang
berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2
hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis
kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur
belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai
topik dan subtopik yang telah dipilih.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan.
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk
menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di
luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi
yang diperoleh dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu
penyajian yang menarik di depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik
dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas
saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik
tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi
tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok,
atau keduanya.
2.2. Belajar
2.2.1. Pengertian Belajar
Belajar menurut Gagne dalam Dimiyati dan Mujiono (2009:10) belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (ii)
proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar dengan demikian belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Belajar menurut Skiner (dalam Dimiyati dan Mujiono, 2009:9) bahwa
belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya akan
menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka resposnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
(i) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar,
(ii) respons pebelajar, dan (iii) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons
tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.
Sebagai ilustrasi, prilaku respons sipebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya,
prilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
Belajar menurut piaget dalam Dimiyati dan Mujiono (2009:13)
pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-
menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut. (i) sensori motor
(0;0-2;0 tahun), (ii) pra-oprasional (2;0-7;0 tahun), (iii) oprasional kongkrit (7;0-
11;0 tahun), dan oprasi formal (11;0-ke atas).
Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan
sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerak-gerakkannya. Pada tahap pra-
oprasional, anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Iya telah
mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat
gambar dan menggolong-golongkan. Pada tahap operasional kongkret anak dapat
mengembangkan fikiran logis. Iya dapat mengikuti penalaran logis, walau
kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial and error”. Pada tahap oprasi
formal anak dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa.
Menurut Moh. Surya dalam Hariyanto (2010) belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri
seseorang.
Belajar menurut Rogers dalam Dimiyati, Mujiono (2009:16)
menyayangkan praktek pendidikan di sekolah tahun 1960-an. Menurut
pendapatnya, praktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan
pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan
dan siswa hannya menghafalkan pelajaran.
Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut: (1)
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidah harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. (2) Siswa akan mempelajari hal-hal
yang bermakana bagi dirinya. (3) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
(4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama
dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus. (5) Belajar yang optimal akan
terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses
pembelajaran. (6) Belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila
siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang
untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi
dari instruktur bersifat sekunder. (7) Belajar mengalami menuntut keterlibatan
siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Dari berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan yang dialami pebelajar berupa memiliki ketrampilan, pengetahuan,
sikap, dan nilai yang menuju respons yang lebih baik jika pebelajar tidak belajar
maka respons akan menurun (kurang baik) semua dapat digunakan dalam
pembelajaran karena belajar harus diterapkan dalam siswa untuk memperoleh
perubahan siswa dalam hal perilaku siswa. Perkembangan intelektual melalui
tahap-tahap berikut. (i) sensori motor (0;0-2;0 tahun) Pada tahap sensori motor
anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan motorik, (ii) pra-
oprasional (2;0-7;0 tahun) Pada tahap pra-oprasional, anak mengandalkan diri
pada persepsi tentang realitas, (iii) oprasional kongkrit (7;0-11;0 tahun) Pada
tahap operasional kongkret anak dapat mengembangkan pikiran logis, dan oprasi
formal (11;0-ke atas) Pada tahap oprasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti
pada orang dewasa.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Waktu Februari Maret April Mei
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Pelaksanaan
Analisis Data
Penyusunan
Laporan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Gambar 3.1
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
3. Pengamatan (Observasi)
Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan
pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu
tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung pada waktu yang sama.
Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana
yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan
tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat
menganalisis peristiwa ketika sedang terjadi. Oleh karena itu. kepada guru
pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “ pengamatan balik”
terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan
pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang
terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan data berikutnya.
4. Refleksi (Reflecting)
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakuakan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat ketika guru sudah selesai
melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan
implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di sini sama dengan “memantul,
seprti halnya memancar dan menatap kena kaca. “ Dalam hal ini, guru pelaksana
sedang memantulkan pengalamannya kepada peneliti tindakan, yaitu ketika guru
pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang
dirasakan sudah merasa baik dan bagian mana yang belum. Dengan kata lain, guru
pelaksana sedang mengevaluasi diri. Apabila guru pelaksana juga berstatus juga
sebagai pengamat, yaitu mengamati apa yang ia lakukan, maka refleksi dilakukan
terhadap dirinya sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali
melakukan “dialog” untuk menemukan hal-hal yang dirasakan sudah memuaskan
hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal
yang masih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam
refleksi terahir, menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain
apabila menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan
melanjutkan pada kesempatan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya
rinci sehingga siapapun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain akan
menjumpai kesimpulan.
3.2. RencanaTindakan
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua siklus masing-masing siklus
terdiri dua kali pertemuan (4 x 35 menit). Rencana tindakan meliputi persiapan
dan rencana tindakan setiap siklus.
1. Persiapan
Dalam rangka melaksanakan penelitian ini, peneliti mengidentifikasi
masalah, menyusun silabus, menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran dan mempersiapkan instrumen penelitian.
a. Permintaan ijin
Meminta ijin kepada kepala sekolah SD Negeri Kadipaten VIII
Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka.
b. Identifikasi Masalah
Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian, peneliti
mengidentifikasi masalah tentang hasil belajar IPA, untuk hasil
ulangan harian pada materi memahami gaya dapat mengubah gerak
dan/atau bentuk suatu benda dari 28 siswa kelas 3sebannyak 13 siswa
tidak tuntas KKM, sedangkan 15 siswa lainnya tuntas KKM. Untuk
KKM yang telah ditentukan pada mata pelajaran IPA ialah ≥60.
Hampir sebagian besar siswa tidak tuntas KKM, hal ini dikarenakan
guru masih cenderung menggunakan ceramah saat proses
pembelajaran sehingga siswanya pasif dan gurunyalah yang aktif. Dari
hasil identifikasi faktor-faktor penyebab belum berhasilnya
pembelajaran antara lain, guru belum optimal dalam memanfaatkan
model, metode atau sarana pembelajaran yang bervariasi.
Maka diperlukan solusi untuk permasalahan yang dikaji
dengan dilaksanakan penelitian tindakan ini. Dengan menerapkan
model metode Demonstrasi pada hasil belajar IPA pokok bahasan
memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap
daratan dapat meningkat kususnya siswa kelas 3 SD Negeri Kadipaten
VIII Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran
2020 / 2021.
c. Mempersiapkan Silabus
Silabus disusun berdasarkan pada satu kompetensi dasar pada
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kelas 3Semester 2 yang
sesuai dengan masalah yang diteliti.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran.
e. Menyiapkan Instrumen Penelitian
Instrumen yang disiapkan berupa, soal tes, lembar observasi
pembelajaran (siswa dan guru), hasil belajar.
2. Rencana Tindakan Tiap Siklus
Menurut Kasbolah (2001 : 10 ) proses Penelitian Tindakan kelas
merupakan proses daur ulang atau siklus yang dimulai dari menyusun
perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi terhadap
tindakan dan melakukan refleksi berupa perenungan terhadap
perencanaan kegiatan dan hasil yang diperoleh. Maka secara keseluruhan
penelitian direncanakan dua siklus secara garis besar dideskripsikan
yaitu:
Siklus 1
1. Rencana Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I yakni dua kali pertemuan tatap muka
(4X35 menit). Adapun pelaksanaan tindakan pembelajaran tentang memahami
perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran materi memahami perubahan
lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan .
b. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan anggota tiap
kelompok 7 anak dari jumlah peserta didik 28 anak.
c. Guru memanggil kelompok, kelompok memilih topik-topik yang telah
disiapkan guru, terdapat tugas kelompok dalam topik yang dipilih.
Setiap kelompok mengerjakan tugas kelompok pada lembar kerja
kelompok, siswa saling membantu satu sama lain.
d. Setelah selesai kelompok mempresentasikan hasil kerjanya secara
bergiliran, siswa bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan
disimpulkannya.
e. Kegiatan akhir pembelajaran melakukan evaluasi secara tertulis.
2. Pelaksanaan tindakan
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan yang telah
dirancang (RPP) yang terdapat dalam lampiran.
4. Tahap Refleksi
Lembar observasi sebagai hasil observasi, catatan lapangan dan hasil tes
kemudian dikaji dan direnungkan kembali. Hal tersebut dilakukan dalam rangka
memahami data yang telah terkumpul untuk mendapatkan kesamaan pandangan
terhadap pelaksanaan tindakan I dari peneliti. Hasil dijadikan sebagai bahan untuk
merevisi tindakan I dan merancang tindakan selanjutnya. Disamping itu hasil
digunakan untuk memutuskan tindakan apakah yang perlu diperbaiki. Analisis
dan refleksi ini dilakukan setiap selesai tindakan dan observasi sampai berhasil.
Ada dua macam refleksi yang dilakukan yaitu:
a. Refleksi segera setelah pertemuan berakhir, digunakan untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya
untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya. (melaksanakan
penyesuaian rencana pembelajaran dan atau tindakan yang perlu
disempurnakan).
b. Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui
apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan
telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan fefleksi awal, dan
teman sekelompok melalui refleksi berdasarkan pengamatannya,
kemudian dilakukan refleksi bersama dan diskusi untuk penyempurnaan
tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua.
Siklus 2
1. Rencana Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II yakni dua kali pertemuan tatap muka
(4 X 35 Menit). Adapun pelaksanaan tindakan pembelajaran tentang memahami
perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran materi memahami perubahan
lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.
b. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan anggota tiap
kelompok 7 anak dari jumlah peserta didik 28 anak.
c. Guru memanggil kelompok, kelompok memilih topik-topik yang telah
disiapkan guru, terdapat tugas kelompok dalam topik yang dipilih.
Setiap kelompok mengerjakan tugas kelompok pada lembar kerja
kelompok, siswa saling membantu satu sama lain.
d. Setelah selesai kelompok mempresentasikan hasil kerjanya secara
bergiliran, siswa bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan
disimpulkannya.
e. Kegiatan akhir pembelajaran melakukan evaluasi secara tertulis.
2. Pelaksanaan tindakan.
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan yang telah
dirancang (RPP) yang terdapat dalam lampiran.
4. Tahap Refleksi
a. Mengidentifikasi kesulitan dan hambatan pelaksanaan siklus II
b. Menganalisis hasil pengamatan lembar observasi, catatan lapangan dan
hasil tes kemudian dikaji dan refleksi untuk menyempurnakan tindakan
selanjutnya.
a. Variabel bebas
Variebel bebas ádalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) Sugiyono (61:2010). Variebel bebasnya ádalah model metode
Demonstrasi.
b. variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas Sugiyono (61:2010). Variabel
terikatnya yaitu hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri Kadipaten
VIII Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka.
3.4.2. Observasi
Observasi lapangan untuk mengamati aktifitas siswa dan guru SD Negeri
Kadipaten VIII selama proses pembelajaran. lembar observasi digunakan untuk
memperoleh data tentang perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan oleh
guru, dan lembar observasi guru untuk memperoleh data tentang jalannya proses
pembelajaran sesuai dengan rpp yang dan juga melihat tingkat efektifitas proses
serta hasil pembelajaran.
3.4.3. Wawancara
Wawancara yang dilakukan kepada guru kelas dan siswa kelas 3 SD N
Kadipaten VIII. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara
dilakukan berulang kali yang bertujuan untuk mendapatkan informasi pada setiap
proses pembelajaran yang dapat dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses
pembelajaran.
3.4.4. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data atau keterangan-
keterangan yang relevan dan dibutuhkan dalam penelitian. Data ini diperoleh dari
dokumen yang dimiliki guru kelas. Metode ini digunakan untuk memperoleh
daftar nama siswa dan nilai ulangan harian Semester 2 tahun ajaran 2020/2021
pada mata pelajaran IPA.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Alat Observasi Aktivitas Guru
No Aspek Yang Diamati Nomor Item
1. Pra pembelajaran 1, 2
2. Pembukaan 3, 4
3. Kegiatan inti
5, 6, 7, 8
a. Penguasaan materi
b. Pendekatan/ strategi 9, 10, 11, 12, 13, 14,
15
Skor :
4= melakukan dengan baik
3= melakukan dengan cukup baik
2= melakukan dengan kurang baik
1= tidak melakukan
Nilai akhir = jumlah skor
Kriteria Penilaian :
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Guru
No Jumlah Skor Kualifikasi
1 113 – 132 A
2 97– 112 B
3 81– 96 C
4 <81 D
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Alat Observasi Aktivitas Siswa
No Aspek yang diamati Nomor Item
1. Pra pembelajaran 1, 2
15, 16, 17
c. Pemanfaatan media
pembelajaran/ sumber belajar
d. Penilaian proses dan hasil belajar 18, 19
Keterangan :
1. Skor 1 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh kurang dari 10%
seluruh siswa
2. Skor 2 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 11%
tidak lebih dari 40% seluruh siswa.
3. Skor 3 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari
41% tidak lebih dari 70% seluruh siswa.
4. Skor 4 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 71%
tidak lebih dari 100% seluruh siswa.
Skor Aktivitas Siswa
Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Siswa
No Skor Kualifikasi
1 83 – 92 A
2 70 – 82 B
3 47 – 69 C
4 24– 46 D
5 23 – 35 E
3.6. Indikator Keberhasilan
Siswa yang telah mencapai nilai ≥60 maka dikatakan berhasil tuntas dan
secara klasikal apabila sebanyak 80% tuntas dari seluruh siswa kelas 3 SD Negeri
Kadipaten VIII Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka pada mata pelajaran
IPA dengan KKM ≥60.
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Siklus I
Jumlah Soal Valid Tidak Valid
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 1, 4, 9, 13, 14, 17, 23,
10, 11, 12, 13, 14, 15, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 30
16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 26, 27, 28, 29
22, 23, 24, 25, 26,
27 ,28, 29, 30
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Siklus II
Jumlah Soal Valid Tidak Valid
Tabel 3.10
Tingkat Reliabilitas Instrumen
Indeks Kriteria
Tabel 3.11
Hasil Uji Reliatilitas Siklus I
Dari output Tabel 3.11. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada kolom
Cronbach's Alpha menunjukkan 0,790. Karena nilai pada kolom tersebut bernilai
0,790 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur atau instrumen penelitian yang
dipakai pada tingkat reliabbilitas dapat diterima atau reliabel.
Tabel 3.12
Hasil Reliatilitas Siklus I
Dari output Tabel 3.12. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada kolom
Cronbach's Alpha menunjukkan 0,711. Karena nilai pada kolom tersebut bernilai
0,771 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur atau instrumen penelitian yang
dIPAkai pada tingkat reliabbilitas dapat diterima atau reliabel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1
Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3
SD Negeri Kadipaten VIII
Pra Siklus
No Nilai Pra Siklus
1 <50 7 25 %
2 50-59 6 21,4%
3 60-69 7 25%
4 70-79 4 14,3%
5 80-89 4 14,3%
6 90-100 0 0%
Jumlah 28 100%
Dari tabel 4.1 destribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD
Negeri Kadipaten VIII pra siklus dapat disimpulkan bahwa dari 28 siswa SD
Negeri Kadipaten VIII . Diketahui untuk nilai <50 sebanyak 7 siswa (25%),
sedangkan nilai 50 s/d 59 sebanyak 6 siswa (21,4%), untuk nilai 60 s/d 69
sebanyak 7 siswa (25%), nilai 70 s/d 79 sebanyak 4 siswa (14,3%), nilai 80 s/d 89
sebanyak 4 siswa (14,3%) dan yang memiliki nilai 90 s/d 100 tidak ada (0%).
Berdasarkan tabel 4.1 dapat di ketahui ketuntasan hasil belajar IPA pra siklus
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Destribusi Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3
SD Negeri Kadipaten VIII
Pra Siklus
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1 Tuntas 15 53,5%
Jumlah 28 100%
Nilai maksimum 80
Nilai minimum 35
Rata-rata 59
KKM ≥60
Dari hasil analisis ketuntasan belajar pada tabel 4.2 siswa yang nilainya
diatas KKM atau yang tuntas hasil belajarnya pada pelajaran IPA hanya 15 siswa
atau 53,5% siswa sedangkan 13 siswa atau 46,5% belum tuntas. Nilai tertinggi
hanya 80, dan nilai terendah 35. Ketuntasan belajar IPA dapat dilihat pada
gambar diagaram lingkaran 4.1.
Tuntas
46.50%
53.50% Tidak tuntas
Gambar 4.1
Diagram lingkaran Ketuntasan Belajar IPA Siswa
Kelas 3 Sd Negeri Kadipaten VIII
Pra Siklus
Dari data yang diperoleh pada hasil belajar pra siklus yang telah dilakukan,
maka perlu ditingkatkan lagi ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri
Kadipaten VIII . Dengan menggunakan model pembelajaran metode Demonstrasi,
peningkatan hasil belajar IPA tersebut dapat terwujudkan.
1. Pertemuan 1
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini menyusunan RPP pertemuan 1 dengan
materi mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin,
hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut). Membuat lembar observasi
untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
Membuat lembar kerja kelompok. Di dalam pertemuan 1 tes evaluasi belum
diberikan. Observer dipersiapkan yaitu 1 guru kelas 1, berperan sebagai
observer guru kelas 3 dan 1 teman sebagai dokumentasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus 1 pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5
Maret 2021, melalui kegiatan-kegiatan:
1. Kegiatan awal
Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam,
mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran, melakukan absensi
kelas dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru melakukan
apersepsi dengan bertannya “perhatikan lingkungan sekolahmu atau
rumahmu, apakah ada perbedaan dari yang kemarin dan sekarang?”
guru menampung semua jawaban siswa untuk disimpulkan dan
menyampaikan judul pembelajaran.
2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, waktu eksplorasi guru bertannya sebutkan
perubahan lingkungan fisik yang terjadi di daerahmu? guru
menampung semua jawaban siswa dan memberikan aplaus untuk
semua jawaban siswa. Guru membagi siswa kedalam kelompok
secara heterogen, menjadi 4 kelompok dalam kelas. Siswa
bergabung dengan tim/anggota masing-masing yang telah
ditentukan. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari
guru cara kerja dalam kelompok. Dalam elaborasi guru, masing-
masing kelompok memilih subtopik melalui pertanyaan yang
diajukan siswa. Kemungkinan pertanyan yang akan dipakai peserta
didik: 1. Sebutkan dan jelaskan keuntungan dari datangnya hujan? 2.
Sebutkan dan jelaskan kerugian dari datangnya hujan? 3. Sebutkan
dan jelaskan keuntungan dari sinar matahari? 4. Sebutkan dan
jelaskan kerugian dari sinar matahari? siswa mendengarkan
penjelasan dari tugas yang akan dikerjakan. Siswa bisa mencari
informasi dari buku IPA kelas IIIErlangga halaman (191-203) atau
sumber lainnya untuk mendapatkan jawaban dari tugas yang
diberikan guru. Siswa berfikir bersama, berdiskusi dan menyatukan
pendapat (memutar searah jarum jam) terhadap pertanyaan guru
serta meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tersebut. Sewaktu siswa melakukan kerja kelompok, guru mengamati
aktivitas dan memberikan bantuan atau bimbingan seperlunya.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Siswa bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan
disimpulkan. Dalam konfirmasi guru bertanya jawab tentang hal-hal
yang belum diketahui siswa. Guru bersama siswa bertanya jawab
meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
3. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir guru, mengulas sekilas mengenai materi yang
dipelajari untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan
materi. Guru menyampaikan pembelajaran untuk pertemuan
selanjutnya.
c. Observasi
1. Analisis data dari hasil observasi guru
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru
kelas 3 mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer guru pada
siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Penskoran Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 1
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah
1 Skor 1 0 0
2 Skor 2 16 32
3 Skor 3 12 36
4 Skor 4 5 20
Berdasarkan tabel 4.3 skor 1 yang diperoleh guru tidak ada, skor 2 yang
diperoleh guru sebanyak 16 bila dijumlahkan menjadi 32, skor 3 yang
diperoleh guru sebanyak 12 bila dijumlahkan menjadi 36 dan skor 4 yang
diperoleh guru sebanyak 5 bila dijumlahkan menjadi 20. Total skor yang
diperoleh guru secara keseluruhan sebanyak 88 dalam pertemuan 1.
Berdasarkan tabel kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang
diperoleh bisa di kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Kriteria Penilaian Guru
No Skor Kualifikasi
1 113 – 132 A
2 97– 112 B
3 81– 96 C
4 <81 D
Tabel 4.5
Hasil Penskoran Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 1
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah
1 Skor 1 2 2
2 Skor 2 16 32
3 Skor 3 4 12
4 Skor 4 1 4
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, guru masih kelihatan canggung saat
meengajar menggunakan model metode Demonstrasi, guru kurang bisa
menguasai kelas saat pembentukan kelompok, karena siswa ramai dan guru
kurang aktif saat membibing kerja kelompok. siswa kurang aktif saat
kegiatan apersepsi, motivasi dan penyampaian tujuan pembelajaran, siswa
ramai dalam mencari teman kelompoknya, siswa juga kurang memahami
model metode Demonstrasi saat proses pembelajaran. Dari beberapa
kekurangan saat pembelajaran menggunakan model metode Demonstrasi
perlu dilakukan refleksi untuk perbaikan pertemuan kedua siklus I.
Diharapkan guru lebih menguasai model pembelajaran metode
Demonstrasi saat pertemuan ke 2 siklus I. guru juga harus lebih
mengkondisifkan kelas saat pembentukan kelompok. Guru harus
memberikan kesempatan pada kelompok untuk lebih aktif dalam presentasi,
sehingga presentasi tidak didominasi oleh guru. Guru harus melibatkan
seluruh siswa saat melakukan refleksi, tidak siswa yang bagian depan saja
yang dilibatkan.
Dalam pertemuan 2 siklus 1 diharapkan siswa lebih memahami
model pembelajaran metode Demonstrasi siswa lebih merespon saat guru
menyampaikan motivasi, apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran.
Diharapkan siswa lebih kondusip dalam pembentukan kelompok dan
pemilihan topik untuk kelompoknya. Siswa lebih berpartisipasi,
mengeluarkan pendapat dalam kerja kelompok. Diharapkan siswa lebih
berani dan lantang saat melakukan presentasi dalam kelompok.
2. Pertemuan 2
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini menyusunan RPP pertemuan 2 dengan
materi mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin,
hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut). Membuat lembar observasi
untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
Membuat lembar kerja kelompok. Dimdalam pertemuan 2 tes evaluasi
diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan model
pembelajaran Metode Demonstrasi . Observer dipersiapkan yaitu 1 guru kelas
1, berperan sebagai observer guru kelas 3 dan 1 teman sebagai dokumentasi
pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus 1 pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 6
Maret 2021, melalui kegiatan-kegiatan:
1. Kegiatan awal
Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam,
mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran, melakukan absensi
kelas dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru melakukan
apersepsi dengan bertannya “Pernahkah kalian melihat nelayan
melaut dengan kapal tradisional? Nelayan memanfaatkan apa untuk
menggerakkan kapalnya?” guru menampung semua jawaban siswa
untuk disimpulkan dan menyampaikan judul pembelajaran.
2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, jenis angin apa yang kalian ketahui? guru
menampung semua jawaban siswa dan memberikan pujian terhadap
jawaban siswa. Guru membagi siswa kedalam kelompok secara
heterogen, menjadi 4 kelompok dalam kelas. Siswa bergabung
dengan tim/anggota masing-masing yang telah ditentukan. Siswa
memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru cara kerja
dalam kelompok. Siswa dalam kelompok membentuk lingkaran dan
saling memegang bahu temennya, selanjutnya memijitnya. Siswa
mendengarkan bagaimana kerja dalam kelompok, yang benar dari
filosofi membuat lingkaran dan memijat bahu temannya. Dalam
elaborasi guru, masing-masing kelompok memilih subtopik melalui
pertanyaan yang diajukan siswa. Kemungkinan pertanyan yang akan
dipakai peserta didik. 1. Sebutkan dan jelaskan pengaruh dari
gelombang air laut? 2. Sebutkan dan jelaskan keuntungan dari
angin? 3. Sebutkan dan jelaskan kerugian dari angin? 4. Sebutkan
dan jelaskan proses terjadinya angin darat dan angin laut? Siswa bisa
mencari informasi dari buku IPA kelas IIIErlangga halaman (191-
203) , atau lainnya untuk mendapatkan jawaban dari tugas yang
diberikan guru. Siswa berfikir bersama, berdiskusi dan menyatukan
pendapat (searah jarum jam) terhadap pertanyaan guru serta
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tersebut. Sewaktu siswa melakukan kerja kelompok, guru mengamati
aktivitas dan memberikan bantuan atau bimbingan seperlunya.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Siswa bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan
disimpulkan. Dalam konfirmasi guru bertanya jawab tentang hal-hal
yang belum diketahui siswa. Guru bersama siswa bertanya jawab
meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
3. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir guru, mengulas sekilas mengenai materi yang
dipelajari untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan
materi. Siswa mengerjakan tes formatif. Guru menyampaikan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
c. Observasi
1. Analisis data dari hasil observasi guru
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru
kelas 3 mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer guru pada
siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Penskoran Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 2
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah
1 Skor 1 0 0
2 Skor 2 6 12
3 Skor 3 19 57
4 Skor 4 8 32
Tabel 4.8
Kriteria Penilaian Guru
No Skor Kualifikasi
1 113 – 132 A
2 97– 112 B
3 81– 96 C
4 <81 D
Tabel 4.9
Hasil Penskoran Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 2
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah
1 Skor 1 0 0
2 Skor 2 5 10
3 Skor 3 15 45
4 Skor 4 3 12
Berdasarkan tabel 4.9 skor 1 tidak ada yang diperoleh siswa, skor 2
yang diperoleh siswa sebanyak 5 bila dijumlahkan menjadi 10, skor 3 yang
diperoleh siswa sebanyak 15 bila dijumlahkan menjadi 45 dan skor 4 yang
diperoleh siswa sebanyak 3 bila dijumlahkan menjadi 12. Total skor yang
diperoleh siswa secara keseluruhan sebanyak 67 dalam pertemuan 2.
Berdasarkan tabel kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang
diperoleh bisa di kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Kriteria Penilaian Siswa
No Skor Kualifikasi
1 83 – A
92
2 70 – B
82
3 47 – C
69
4 24– D
46
5 23 – E
35
Berdasarkan tabel 4.9 dengan jumlah skor secara keseluruhan 67
bila dimasukkan dalam kriteria penilaian berdasarkan tabel 4.10 maka
dapat di kualifikasi C. Siswa lebih baik saat proses pembelajaran
menggunakan model metode Demonstrasi dibandingkan pertemuan 1.
Siswa menyiapkan diri, alat dan berdoa sebelum proses pembelajaran
dimulai. Siswa sudah merespon guru saat memotivasi, apersepsi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Siswa masih ramai dalam pembentukan kelompok, karena siswa
ribut mencari teman kelompoknya. Siswa mulai sedikit-sedikit
berpartisipasidan mengeluarkan pendapat saat kerja kelompok. Siswa
masih belum lepas, menanggapi presentasi kelompok dan kelompok juga
belum lancar dalam presentasi kelompok, hal ini terlihita karena guru lebih
dominan dalam presentasi kelompok. Siswa merangkum materi
pembelajaran dengan bimbingan guru. Siswa mulai merespon refleksi
materi pelajaran dari guru, halini terbukti tidak bagian depan siswa saja
yang menjawab, namun belum keseluruhan siswa.
Tabel 4.11
Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan
Model Metode Demonstrasi Siswa Kelas 3
SD Negeri Kadipaten VIII Siklus I
No Nilai Siklus I
1 <50 4 14,3%
2 50-59 4 14,3%
3 60-69 8 28,6%
4 70-79 6 21,4%
5 80-89 4 14,3%
6 90-100 2 7%
Jumlah 28 100%
Tabel : 4.12
Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan
Model Metode Demonstrasisiswa Kelas 3
SD Negeri Kadipaten VIII Siklus I
No Ketuntasan Frekuensi Presentase (%)
1 Tuntas 20 71%
Jumlah 28 100%
Nilai maksimum 90
Nilai minimum 40
Rata-rata 64
KKM ≥60
Tabel 4.12 menunjukan jumlah siswa yang tuntas KKM pada siklus
I meningkat menjadi 20 siswa atau 71%, sedangkan yang belum tuntas
KKM sebanyak 8 siswa atau 29%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa
pada siklus 1 ialah 90, nilai terendah yaitu 40 dann belum ada yang
mencapai nilai maksimum yaitu 100. Perolehan hasil belajar IPA siswa
kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII dengan menerapkan model
pembelajaran metode Demonstrasi jumlah siswa yang nilainya memenuhi
KKM sudah terlihat meningkat dibandingkan dengan pra siklus. Hasil tes
formatif pada siklus 1 apabila dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar
dapat disajikan dalam bentuk Gambar 4.2.
Ketuntasan Belajar Bahasa
IndonesiaSiklus I
29%
Tuntas
Tidak tuntas
71%
Gambar : 4.2
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar IPA Dengan
Menggunakan Model Metode Demonstrasi Siswa
Kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII Siklus I
4.3.2. Siklus II
Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II di kelas 3 SD Negeri Kadipaten
VIII terdiri dari 2 pertemuan
1. Pertemuan 1
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini penyusunan RPP pertemuan 1 dengan
materi Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan
(erosi, abrasi, banjir, dan longsor). Membuat lembar observasi untuk
mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Membuat
lembar kerja kelompok. Dimdalam pertemuan 1 tes evaluasi belum diberikan.
Observer dipersiapkan yaitu 1 guru kelas 1, berperan sebagai observer guru
kelas 3 dan 1 teman sebagai dokumentasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 15
Maret 2021, melalui kegiatan-kegiatan:
1. Kegiatan awal
Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam,
mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran, melakukan absensi
kelas dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru melakukan
apersepsi dengan bertannya “Siapa yang pernah melihat gunung?”
guru menampung semua jawaban siswa untuk disimpulkan dan
menyampaikan judul pembelajaran.
2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, siapa yang pernah melihat gunung meletus, apa
yang terjadi? Guru menampung semua jawaban siswa dan
memberikan aplaus untuk semua jawaban siswa. Guru membagi
siswa kedalam kelompok secara heterogen, menjadi 4 kelompok
dalam kelas. Siswa bergabung dengan tim/anggota masing-masing
yang telah ditentukan. Siswa memperhatikan dan mendengarkan
penjelasan dari guru cara kerja dalam kelompok. Siswa dalam
kelompok membentuk lingkaran dan saling memegang bahu
temennya, selanjutnya memijitnya. Siswa mendengarkan bagai mana
kerja dalam kelompok, yang benar dari filosofi membuat lingkaran
dan memijat bahu temannya. Siswa yang memberikan sanggahan
atau masukan untuk presentasi dari kelompok lain mendapatkan satu
bintang untuk setiap masukan atau sanggahan. Dalam elaborasi guru,
masing-masing kelompok memilih subtopik melalui pertanyaan yang
diajukan siswa. Kemungkinan pertanyan yang akan dipakai peserta
didik. Siswa bisa mencari informasi dari buku IPA kelas IIIErlangga
halaman (191-203) atau sumber lainnya untuk mendapatkan jawaban
dari tugas yang diberikan guru. Siswa berfikir bersama, berdiskusi
dan menyatukan pendapat (memutar searah jarum jam) terhadap
pertanyaan guru serta meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tersebut. Sewaktu siswa melakukan kerja
kelompok, guru mengamati aktivitas dan memberikan bantuan atau
bimbingan seperlunya. Masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompok. Siswa bersama guru membahas jawaban yang
diperoleh, disimpulkan. Dalam konfirmasi guru bertanya jawab
tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. Guru bersama siswa
bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan.
3. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir guru, mengulas sekilas mengenai materi yang
dipelajari untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan
materi. Siswa mengerjakan tes formatif. Guru menyampaikan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
c. Observasi
1. Analisis data dari hasil observasi guru
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru
kelas 3 mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer guru pada
siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13
Hasil Penskoran Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 1
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah
1 Skor 1 0 0
2 Skor 2 2 6
3 Skor 3 17 51
4 Skor 4 13 52
Berdasarkan tabel 4.13 skor 1 yang diperoleh guru tidak ada, skor 2
yang diperoleh guru sebanyak 3 bila dijumlahkan menjadi 6, skor 3 yang
diperoleh guru sebanyak 17 bila dijumlahkan menjadi 51 dan skor 4 yang
diperoleh guru sebanyak 13 bila dijumlahkan menjadi 52. Total skor yang
diperoleh guru secara keseluruhan sebanyak 109 dalam pertemuan 1.
Berdasarkan tabel kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang
diperoleh bisa di kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.14.
Tabel 4.14
Kriteria Penilaian Guru
No Skor Kualifikasi
1 113 – 132 A
2 97– 112 B
3 81– 96 C
4 <81 D
1 Skor 1 0 0
2 Skor 2 1 2
3 Skor 3 16 48
4 Skor 4 6 24
Berdasarkan tabel 4.15 skor 1 yang diperoleh siswa tidak ada, skor
2 yang diperoleh siswa sebanyak 1 bila dijumlahkan menjadi 2, skor 3
yang diperoleh siswa sebanyak 16 bila dijumlahkan menjadi 48 dan skor 4
yang diperoleh siswa sebanyak 6 bila dijumlahkan menjadi 24. Total skor
yang diperoleh siswa secara keseluruhan sebanyak 74 dalam pertemuan 1.
Berdasarkan tabel kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang
diperoleh bisa di kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.16.
Tabel 4.16
Kriteria Penilaian Siswa
No Skor Kualifikasi
1 83 – A
92
2 70 – B
82
3 47 – C
69
4 24– D
46
5 23 – E
35
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, guru kurang bisa menguasai kelas saat
pembentukan kelompok karena siswa ramai, guru lebih dominan dalam
presentasi hasil kerja kelompok. Saat pembentukan kelompok siswa ramai,
karena bingung untuk mencari teman kelompoknya, kurang aktif dalam
presentasi hasil kerja kelompok. berdasarkan hasil observasi, maka perlu
dilakukan refleksi agar lebih baik dalam proses pembelajaran dengan
model metode Demonstrasi pada pertemuan kedua siklus II.
Dalam pertemuan kedua siklus II diharapkan guru lebih baik saat
kegiatan presentasi hasil kerja kelompok agar siswanya yang aktif, guru
lebih mengkondusifkan kelas saat pembentukan kelompok. Siswa lebih
kondusif dalam pembentukan kelompok. Siswa lebih berpartisipasi,
mengeluarkan pendapat dalam kerja kelompok. Diharapkan siswa lebih
berani dan lantang saat melakukan presentasi dalam kelompok.
2. Pertemuan 2
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini menyusunan RPP pertemuan 2 dengan
materi cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan
longsor). Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran. Membuat lembar kerja kelompok.
Dimdalam pertemuan 2 tes evaluasi akan diberikan. Observer dipersiapkan
yaitu 1 guru kelas 1, berperan sebagai observer guru kelas 3 dan 1 teman
sebagai dokumentasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus 1I pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 16
Maret 2021, melalui kegiatan-kegiatan:
1. Kegiatan awal
Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam,
mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran, melakukan absensi
kelas dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru melakukan
apersepsi dengan bertannya “Saat kalian pulang sekolah melihat
hutannya bagaimana?” guru menampung semua jawaban siswa
untuk disimpulkan dan menyampaikan judul pembelajaran.
2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, saat eksplorasi guru apa yang kalian lakukan
ketika melihat secara langsung maupun dari berita tentang banjir?
Guru menampung semua jawaban siswa dan memberikan pujian
terhadap jawaban siswa. Guru membagi siswa kedalam kelompok
secara heterogen, menjadi 4 kelompok dalam kelas. Siswa
bergabung dengan tim/anggota masing-masing yang telah
ditentukan. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari
guru cara kerja dalam kelompok. Siswa dalam kelompok membentuk
lingkaran dan saling memegang bahu temennya, selanjutnya
memijitnya. Siswa mendengarkan bagai mana kerja dalam
kelompok, yang benar dari filosofi membuat lingkaran dan memijat
bahu temannya. Siswa yang memberikan sanggahan atau masukan
untuk presentasi dari kelompok lain mendapatkan satu bintang untuk
setiap masukan atau sanggahan. Dalam elaborasi guru, masing-
masing kelompok memilih subtopik melalui pertanyaan yang
diajukan siswa. Kemungkinan pertanyan yang akan dipakai peserta
didik. Siswa bisa mencari informasi dari buku IPA kelas IIIErlangga
halaman (191-203) , atau lainnya untuk mendapatkan jawaban dari
tugas yang diberikan guru. Siswa berfikir bersama, berdiskusi dan
menyatukan pendapat (searah jarum jam) terhadap pertanyaan guru
serta meyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tersebut. Sewaktu siswa melakukan kerja kelompok, guru mengamati
aktivitas dan memberikan bantuan atau bimbingan seperlunya.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Siswa bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan
menyimpulkannya. Dalam konfirmasi guru bertanya jawab tentang
hal-hal yang belum diketahui siswa. Guru bersama siswa bertanya
jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan.
3. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir guru, mengulas sekilas mengenai materi yang
dipelajari untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan
materi. Siswa mengerjakan tes formatif. Guru menyampaikan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
c. Observasi
1. Analisis data dari hasil observasi guru
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru
kelas 3 mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer pada siklus
II pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17
Hasil Penskoran Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 2
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah
1 Skor 1 0 0
2 Skor 2 0 0
3 Skor 3 18 54
4 Skor 4 15 60
Berdasarkan tabel 4.17 skor 1 yang diperoleh guru tidak ada, skor 2
yang diperoleh guru tidak ada, skor 3 yang diperoleh guru sebanyak 18
bila dijumlahkan menjadi 54 dan skor 4 yang diperoleh guru sebanyak 15
bila dijumlahkan menjadi 60. Total skor yang diperoleh guru secara
keseluruhan sebanyak 114 dalam pertemuan 2. Berdasarkan tabel kriteria
penilaian jumlah skor, jumlah skor yang diperoleh bisa di kualifikasikan
berdasarkan indikator pada tabel 4.18.
Tabel 4.18
Kriteria Penilaian Guru
No Skor Kualifikasi
1 113 – 132 A
2 97– 112 B
3 81– 96 C
4 <81 D
Tabel 4.19
Hasil Penskoran Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 2
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah
1 Skor 1 0 0
2 Skor 2 0 0
3 Skor 3 3 9
4 Skor 4 20 80
Berdasarkan tabel 4.19 skor 1 tidak ada yang diperoleh siswa, skor
2 tidak ada yang diperoleh siswa, skor 3 yang diperoleh siswa sebanyak 3
bila dijumlahkan menjadi 9 dan skor 4 yang diperoleh siswa sebanyak 20
bila dijumlahkan menjadi 80. Total jumlah skor yang diperoleh siswa
secara keseluruhan sebanyak 89 dalam pertemuan 2. Berdasarkan tabel
kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang diperoleh bisa di
kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.20.
Tabel 4.20
Kriteria Penilaian Siswa
No Skor Kualifikasi
1 83 – A
92
2 70 – B
82
3 47 – C
69
4 24– D
46
5 23 – E
35
Tabel 4.21
Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Model Metode Demonstrasi
Siswa Kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII Siklus II
No Nilai Siklus I
1 <50 0 0%
2 50-59 1 3,6%
3 60-69 3 10,7%
4 70-79 10 35,7%
5 80-89 10 35,7%
6 90-100 4 14,3%
Jumla 28 100%
h
Dari tabel 4.21 analisis dan rekapitulasi hasil tes formatif siklus II
dapat disimpulkan bahwa dari 28 siswa SD N Kadipaten VIII diketahui
untuk nilai <50 sebanyak 0 siswa (0%), nilai 50 s/d 59 sebanyak 1 siswa
(3,6%), untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 3 siswa (10,7%), nilai 70 s/d 79
sebanyak 10 siswa (35,7%), nilai 80 s/d 89 sebanyak 10 siswa (37,5%) dan
yang memiliki nilai 90 s/d 100 sebanyak 4 siswa (14,3%). Sedangkan
Ketuntasan Hasil hasil belajar IPA Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.22.
Tabel : 4.22
Distribusi Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3
SD Negeri Kadipaten VIII
Siklus II
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1 Tuntas 27 96%
2 Tidak tuntas 1 4%
Jumlah 28 100%
Nilai minimum 50
Rata-rata 77
KKM ≥60
Berdasarkan tabel 4.22, ada 1 siswa yang masih belum tuntas atau
belum memenuhi KKM pada siklus II dan secara klasikal sudah tuntas
karena target indikator keberhasilan ialah 80% sedangkan ketuntasan siswa
secara klasikal pada siklus II sudah mencapai 96%, keberhasilan ini bisa
terjadi karena proses bempelajaran menggunakan model metode
Demonstrasi. Dengan beberapa kelebihan dalam proses pembelajaran yang
berlangsung menggunakan model metode Demonstrasi, siwa mulai aktif
dalam proses pembelajaran, inisiatif dan berani mengeluarkan pendapat.
Interaksi antar siswa dalam kelompok atau antar siswa dala pembelajaran
sangat baik. Guru semakin kreatif saat menyampaikan pembelajaran,
menggali kemampuan siswa dan mengaktifkan siswa untuk lebih dominan
dalam proses pembelajaran. Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes
formatif siklus II dapat dilihat pada gambar 4.3.
4%
Tuntas
Tidak tuntas
96%
Gambar : 4.3
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar IPA Dengan
Menggunakan Model Metode Demonstrasi Siswa
Kelas IIISD Negeri Kadipaten VIII Siklus I
Tabel 4.23
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran Metode Demonstrasi Kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII
Pada Kondisi Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
No Ketunta Pra siklus Siklus I Siklus II
san Frekue present Frekue Present Frekue present
nsi ase nsi ase nsi ase
Nilai 80 90 100
maksimum
Nilai 35 40 50
minimum
Rata-rata 59 64 77
Gambar 4.4
Gambar Diagram Batang Rekapitulasi Perbandingan Hasil Belajar IPA
Melalui Model Pembelajaran Metode Demonstrasi Kelas 3 SD Negeri 03
Kranganyar Pada Kondisi Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus Ii
4.5. Pembahasan
Pada observasi awal hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di
kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka
guru masih cenderung menggunakan ceramah dalam proses pembelajaran. Jadi
guru lebih aktif sedangkan siswanya pasif dalam proses pembelajan yang
berlangsung. Sehingga siswa tidak secara optimal menyerap materi pelajaran yang
disampaikan dan siswa akan merasa jenuh dan bosan. Proses belajar mengajar
yang berlangsung dengan metode ceramah dianggap kurang efektif terutama
dalam mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan memahami perubahan
lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Didalam mata pelajaran IPA
mengajar dengan ceramah, untuk hasil ulangan harian pada materi memahami
gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda, diperoleh data.
Pada prasiklus sebagian besar dari jumlah siswa yaitu 15 siswa (53,5%)
sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 13
siswa (46,5%) untuk kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥60). Nilai tertinggi yang
berhasil di dapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 80 sedangkan nilai
terendahnya adalah 35. Adanya perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dan
tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat
menangkap materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan model
pembelajaran yang konvensional, karena ke 15 siswa ini memang mempunyai
daya tangkap yang lebih dibandingkan teman-temannya yang lain walaupun hanya
dengan mendengarkan saja, sedangkan 13 siswa yang lain belum bisa menangkap
materi yang disajikan oleh guru hanya dengan model pembelajaran yang monoton
saja karena daya tangkap mereka rendah jika hanya mendengarkan saja. Sehingga
diperlukan tindakan yang sesuai yaitu dengan kondisi siswa agar siswa dapat
bekerjasama dan mudah dalam memahami sebuah materi khususnya memahami
perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.
Peningkatan hasil belajar IPA dapat dilihat dari perolehan nilai siklus I dan
II. Siklus I dengan penerapan pembelajaran metode Demonstrasi siswa yang
mencapai KKM ≥60 sebanyak 20 siswa (71%) yang mencapai ketuntasan dan
sebanyak 8 siswa (29%) belum tuntas KKM. Nilai tertinggi adalah 90 dan nilai
terendahnya adalah 40. Siklus II dengan penerapan pembelajaran metode
Demonstrasi siswa yang mencapai KKM ≥60 sebanyak 27 siswa (96%) yang
mencapai ketuntasan dan sebanyak 1 siswa (4%) belum tuntas KKM. Nilai
tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 50. Keberhasilan meningkatkan
hasil belajar pada siswa kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII Kecamatan Kadipaten
Kabupaten Majalengka bisa terjadi karena menerapkan model pembelajaran
metode Demonstrasi. Dengan beberapa kelebihan dalam proses pembelajaran
yang berlangsung menggunakan model metode Demonstrasi, siwa mulai aktif
dalam proses pembelajaran, inisiatif dan berani mengeluarkan pendapat. Interaksi
antar siswa dalam kelompok atau antar siswa dala pembelajaran sangat baik.
Siswa lebih berani dalam mengukapkan pendapat saat proses pembelajaran. Guru
semakin kreatif saat menyampaikan pembelajaran, menggali kemampuan siswa
dan mengaktifkan siswa untuk lebih dominan dalam proses pembelajaran. Dari
hasil observasi pembelajara yang telah dilakukan oleh observer juga menunjukkan
peningkatan proses belajar mengajar baik dari guru dan siswa. Guru terlihat
semakin baik dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran metode
Demonstrasi, guru tidak lagi mendominasi pembelajaran, guru mulai memahami
untuk mengaktifkan siswa-siswanya dalam proses pembelajaran. Dari hasil
observasi juga menunjukkan guru semakin memahami model pembelajaran
metode Demonstrasi, terlihat dari skor yang diperoleh guru semakin meningkat
dari pertemuan-kepertemuan berikutnya. Sama dengan yang ditunjukkan guru,
siswapun juga mengalami perubahan yang lebih baik dalam proses pembelajaran
terutama pada pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran metode
Demonstrasi. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi yang menunjukkan semakin
baik siswa dalam proses pembelajaran, dari siswa yang semula pasif dalam
pembelajaran menjadi aktif. Siswa juga semakin berani dalam artian
mengeluarkan pendapat, mennyanggah, memberikan masukan mengenai
pembelajaran. Skor observasi siswapun semakin meningkat dari pertemuan-
kepertemuan berikutnya. Dari siswa-siswa yang mengalami peningkatan dalam
proses belajar dan hasil belajar terdapat satu siswa yang belum tuntas KKM.
Adanya satu siswa yang tidak tuntas KKM, karena siswa tersebut memang belum
bisa membaca. Dari belum mampunya siswa membaca, sangat sulit siswa untuk
memahami, mengerjakan soal evaluasi dan memahami materi pembelajaran
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan Utari (2012) peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan alam pokok
bahasan energi melalui pembelajaran kooperatif tipe metode Demonstrasi pada
siswa kelas III SD N Kadipaten VIII kecamatan Kadipaten kabupaten Majalengka
Semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 menyatakan bahwa peningkatan hasil
belajar IPA dapat dilihat dari perolehan nilai siklus I dan II. 1. Siklus I dengan
penerapan pembelajaran metode Demonstrasi siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥60) sebanyak 26 siswa (72,22%) dan yang belum
mencapai KKM sebanyak 10 siswa (27,78%). Nilai rata-ratanya adalah 73,05
sedangkan nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendahnya adalah 30. 2. Siklus II
dengan penerapan pembelajaran metode Demonstrasi siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥60) sebanyak 34 siswa (94,44%) dan yang
belum mencapai KKM sebanyak 2 siswa (5,56%). Nilai rata-ratanya adalah 80,28
sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 40. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ratih
Endarini Sudarmono (2011) dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar siswa Kelas III melalui Penerapan Metode Metode Demonstrasi pada
Pembelajaran IPA di SDN Kadipaten VIII Semester 2 Tahun Ajaran 2020/2021”.
Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SDN Kadipaten
VIII.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Metode Demonstrasi pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa pada pra siklus sebanyak 15 siswa (53,5%) tuntas dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 13 siswa (46,5%). Setelah dilaksanakannya pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran metode Demonstrasi terjadi
peningkatan hasil belajar pada pelaksanaan siklus I, siswa yang sudah tuntas
sebanyak 20 siswa (71%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 13 siswa (29%).
Pada pelaksanaan siklus II jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa (96%) dan
siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa (4%).
5.2. Saran
1. Bagi siswa
a) Bagi siswa dengan karakteristik yang aktif, mandiri, serta percaya diri atau
bagi siswa yang kurang aktif, kurang percaya diri, belajar dapat
menggunakan model metode Demonstrasi, seperti pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
b) Siswa merasa tertarik dan mudah memahami materi pelajaran Bahasa
Indonesia melalui model pembelajaran metode Demonstrasi dalam
pembelajaran.
2. Bagi Guru
a) Pembelajaran dengan menggunakan model metode Demonstrasi dapat
digunakan guru untuk lebih memaksimalkan kegiatan pembelajaran, siswa
tidak bosan dan pemahaman siswa akan tertanam melalui penelitian yang
mereka lakukan.
b) Ajarlah kelas dengan menggunakan model metode Demonstrasi apabila
siswa bosan dengan pembelajaran ceramah.
3. Bagi sekolah
a) Bagi kepala sekolah, untuk menyarankan guru menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi dalam kegiatan belajar mengajar.
b) Sekolah sebaiknya mengadakan pelatihan atau seminar tentang
model/metode pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa.
4. Bagi pembaca
a) Bagi penelitian selanjutnya ialah untuk melakukan penelitian dijenjang
yang lebih tinggi dengan tambahan variabel penelitian yang lain.
a) Mendapatkan teori baru tentang peningkatan hasil belajar Bahasa
Indonesia melalui model pembelajaran metode Demonstrasi pada siswa
kelas 3.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.