Anda di halaman 1dari 83

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL DEMONSTRASI PADA


SISWA KELAS 3 SD NEGERI KADIPATEN VIII
KABUPATEN MAJALENGKA SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini disusun untuk memenuhi persyaratan


Penilaian Angka Kredit Tahunan dan Kenaikan Pangkat

OLEH

IIM LISNAWATI, S.Pd.

NIP: 197303172008012003

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAJALENGKA

UPTD PENDIDIKAN KADIPATEN


SD NEGERI KADIPATEN VIII

2021

ABSTRAK
Sugiyanto. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Dengan Menggunakan
Model Demonstrasi Pada Siswa Kelas 3 SDN Kadipaten VIII Kabupaten
Majalengka Semester 2 Tahun Pelajaran 2020/2021.

Kata Kunci : Model pembelajaran Demonstrasi, Hasil Belajar IPA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA


pada pokok bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya
terhadap daratan dengan menerapkan model pembelajaran Demonstrasi pada
siswa kelas 3 Semester 2 SDN Kadipaten VIII Kabupaten Majalengka Semester 2
Tahun Pelajaran 2020/2021. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Subjek yang akan digunakan sebagai
penelitian adalah seluruh siswa kelas kelas 3 Semester 2 SDN Kadipaten VIII
Kabupaten Majalengka yang berjumlah 28 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-
laki dan 16 siswa perempuan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi
dan tes formatif pada akhir siklus. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu
80% dari seluruh siswa kelas 3 telah mencapai atau melebihi Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yaitu ≥60. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal
siswa yang nilainya memenuhi KKM ≥60 terdapat 15 siswa (53,5%) dan yang
belum memenuhi KKM terdapat 13 siswa (46,5%). Siklus I dengan menerapkan
model pembelajaran Demonstrasi terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu
terdapat 20 siswa (71%) memenuhi KKM dan 8 siswa (29%) belum memenuhi
KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sangat
signifikan yaitu 27 siswa (96%) yang sudah memenuhi KKM dan hanya ada 1
siswa (4%) yang belum memenuhi KKM. Ini berarti bahwa penelitian telah
berhasil, dibuktikan dengan indikator pencapaian yang diharapkan oleh peneliti
yaitu sebanyak 80% siswa telah mencapai nilai ≥60. Disimpulkan bahwa dengan
diterapkannya model pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar
IPA pokok bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya
terhadap daratan pada siswa kelas kelas 3 Semester 2 SDN Kadipaten VIII
Kabupaten Majalengka Semester 2 Tahun pelajaran 2020/2021.

LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul : UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DEMONSTRASI PADA
SISWA KELAS 3 SD NEGERI KADIPATEN VIII
2. Identitas Peneliti :
Nama : Iim Lisnawati, S.Pd.
NIP : 197303172008012003
Gol/Ruang : 3D
Jabatan : Penata Tingkat I
Unit Kerja : SDN Kadipaten VIII
3. Lokasi Penelitian : SDN Kadipaten VIII
4. Lama Penelitian : 3 Minggu
5. Biaya Penelitian :
Peneliti

Iim Linawati, S.Pd.

NIP: 197303172008012003

Disyahkan di : MAJALENGKA

Tanggal: 27 Juni 2021

Pengawas TK/SD Kepala Sekolah

Kecamatan KADIPATEN SD Negeri KADIPATEN VIII

EMAN SUATMAN, S.Pd.I JAJA ROHAJADI ,S.Pd

NIP. 196712061989031004 NIP. 197107201993071001

DFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................

1.2. Identifikasi Masalah ...........................................................

1.3. Rumusan Masalah ..............................................................

1.4. Tujuan .................................................................................

1.5. Manfaat ...............................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori ........................................................................

2.1.1. Model Demonstrasi ..............................................

2.1.1.1. Pengertian Model Demonstrasi ..........................

2.1.1.2. Langkah-langkah Model Demonstrasi ...............

2.1.1.3. Kelebihan Model Demonstrasi ..........................

2.1.1.4. Kelemahan Model Demonstrasi ........................

2.2. Belajar .................................................................................


2.2.1. Pengertian Belajar ............................................................

2.2.2. Hasil Belajar .....................................................................

2.2.2.1. Hasil Belajar Ranah Kognitif .........................................

2.2.3. Pengertian IPA .................................................................

2.2.4. Kajian Penelitian yang Relevan .......................................

2.3. Kerangka Berfikir ...............................................................

2.4. Hipotesis Penelitian ..........................................................

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Setting Dan Subjek Penelitian ............................................

3.1.1 Tempat Penelitian .............................................................

3.1.2. Subjek Penelitian ..............................................................

3.1.3. Objek Penelitian ...............................................................

3.1.4. Waktu Penelitian ..............................................................

3.1.5. Jenis Penelitian .................................................................

3.2. Perencanaan Tindakan ........................................................

3.3. Variabel Penelitian .............................................................

3.4. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data ........................

3.4.1. Teknik Tes ........................................................................

3.4.2. Observasi ..........................................................................

3.4.3. Wawancara .......................................................................

3.4.4. Dokumentasi ....................................................................


3.5. Alat Pengumpulan Data ......................................................

3.6. Indikator Keberhasilan .......................................................

3.7. Analisis Data ......................................................................

3.7.1. Uji Validitas .....................................................................

3.7.2. Uji Reliabilitas .................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum ...............................................................

4.2. Kondisi Awal ......................................................................

4.3. Hasil Penelitian ...................................................................

4.3.1. Siklus I .............................................................................

4.3.2. Siklus II ............................................................................

4.4. Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II .............

4.5. Pembahasan ........................................................................

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan .............................................................................

5.2. Saran ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suparno Mohamad Yunus (2007:13), menyatakan bahwa menulis

mempunyai makna dan arti sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan

(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya,

sedangkan tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat

dilihat dan disepakati pemakaiannya.

Menurut ilmu psikologi dengan pekerjaan menulis akan memiliki

beberapa manfaat yang didapat, yaitu diantaranya dalam hal : (1)

peningkatan kecerdasan, (2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas,

(3) penumbuhan keberanian dan (4) pendorong kemauan dan kemampuan

mengumpulkan informasi. Bila seseorang enggan menulis, itu karena tidak

tahu untuk apa dia menulis,merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak

tahu bagaimana harus menulis.

Ketidak sukaan tersebut tidak lepas dari pengaruh lingkungan

keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis atau

mengarang di sekolah yang kurang dapat memotivasi dan merangsang minat.

Pokok uraian judul penelitian tindakan kelas yang penulis bahas

mengenai “Penerapan metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan

Kemampuan Menulis Karangan Cerita di Kelas III SDN Kadipaten VIII,

dengan latar belakang yang penulis dapat dikemukakan seperti berikut ,


bahwa pelajaran menulis karangan cerita di kelas III Sekolah Dasar saat ini

masih dirasakan kurang sehingga tidak sedikit peserta didik bila di beri

pelajaran mengarang mereka tidak mampu berbuat dan ini merupakan suatu

tantangan sehingga penulis merasa penting untuk mencoba melakukan

pemecahan masalah dengan menggunakan metode demontrasi.

Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karanganpada

pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III tidak terlepas dari penggunaan

metode pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan pelajaran, karena itu

melalui metode yang dipergunakan dalam pembelajaran perlu penguasaan,

sehingga dapat mengarahkan siswa untuk menulis huruf, suku kata, kalimat

maupun paragrap dengan tulisan yang rapi dan jelas.

Berdasarkan uraian di atas, kajian terhadap menulis karangan cerita

dalam penelitian tindakan kelas ini akan dibatasi kepada tiga hal yaitu :

1. Materi pelajaran, pada aspek ini akan dikemukakan berbagai masalah yang

berkaitan dengan perencanaan yang dilakukan guru sebelum

menyampaikan pelajaran.

2. Metode demonstrasi yang dipergunakan dalam mengajarkan menulis dan

pada aspek ini akan dikemukakan berbagai manfa’at yang berkaitan

dengan metode tersebut.

3. Sarana belajar, yang teridentifikasi dalam pembelajaran menulis karangan

untuk peserta didik di kelas III, tidak terlepas dari aspek lingkungan yang

ramah dan menyenangkan.


Selanjutnya menurut pendapat Suparno Mohamad.Yunus (2007:14)

mengemukakan pendapat Smith bahwa pengalaman belajar menulis yang

dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri,

umumnya guru diketahui tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan

mengajarkannya.

Oleh karena itu, untuk belajar menulis bagi peserta didik di kelas III

pada Sekolah Dasar sangatlah penting dipersiapkan oleh guru dengan

pembelajarannya.

Berdasarkan pengamatan di lapangan serta hasil mengkaji dari

berbagai sumber yang relevan mengenai proses pembelajaran Bahasa

Indonesia yang menarik bagi siswa sekolah dasar, maka penulis berusaha

untuk mengatasi permasalahan tersebut malalui penelitian yang berjudul

“Penerapan Metode Demosntrasi Untuk Meningkatkan Kemampuan

Menulis Karangan Pada Siswa Kelas III SDN Kadipaten VIII”

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III SD Negeri Kadipaten VIII,

Kec. Kadipaten, Kab. Majalengka Tahun Pelajaran 2020/2021).

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latarbelakang tersebut di atas, maka PTK

(penelitian tindakan kelas ) ini akan mencoba mengkaji rumusan masalah

sebagai berikut : “Apakah Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan

Kemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Menulis Karangan Siswa ?”


B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengtahui apakah

metode demontrasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis

karangan Pada Siswa Kelas III SD Negeri Kadipaten VIII, Kec. Kadipaten,

Kab. Majalengka Tahun Pelajaran 2020/2021).

C. Manfaat Penelitian

Tindakan ini dilaksanakan dengan maksud dapat memberikan

manfaat yang berguna :

1. Bagi Kepala Sekolah dapat membantu memberikan inpormasi

tentang metode demontrasi yang dipergunakan guru dalam mengajarkan

menulis karangan cerita dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

proses pembelajaran.

2. Bagi guru tindakan ini bermanfaat sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam belajar menulis karangan cerita dengan

penggunaan metode demontrasi Pada Siswa Kelas 1II SD Negeri

Kadipaten VIII, Kec. Kadipaten, Kab. Majalengka Tahun Pelajaran

2020/2021.

3. Bagi siswa tindakan ini bermanfaat untuk menumbuhkan minat

peserta didik mengemukakan pendapat atau gagasan sehingga

kemampuan siswa dalam menulis menjadi lebih baik.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori


2.1.1. Model Demonstrasi
2.1.1.1. Pengertian Model Demonstrasi
Strategi belajar kooperatif Demonstrasi dikembangkan oleh Shlomo
Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum
perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif
Demonstrasi adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan
beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan
unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau
menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan
atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling
tukar informasi temuan mereka menurut Bruns, et al., dalam Rusman (2011:220).
Menurut Slavin (1995a), strategi kooperatif sebenarnya dilandasi oleh filosofi
belajar Jhon Dewey. Teknik kooperatif ini telah secara meluas digunakan dalam
penelitian dan memperlihatkan kesuksesannya terutama untuk program-program
pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik.
Menurut Suprijono (2009:93) strategi belajar model Demonstrasi ialah
pembelajaran dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta didik
memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat
dikembangkan dari topik-topik itu. Setelah topik beserta permasalahannya
disepakati, peserta didik beserta guru menentukan cara penelitian yang
dikembangkan untuk memecahkan masalah.
Setiap kelompok bekerja berdasarkan cara investigasi yang mereka
rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistematik keilmuan mulai dari
mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan.
Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok.
Pada tahap ini diharapkan terjadi inter subjektif dan objektivikasi pengetahuan
yang dibangun oleh suatu kelompok. Berbagai perspektif diharapkan dapat
dikembangkan oleh seluruh kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu
kelompok. Seyogyanya di akhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Evaluasi dapat
memasukkan assesmen individual atau kelompok.
Menurut Salvin dalam Rusman (2011:221) strategi belajar Demonstrasi
sangatlah ideal diterapkan dalam pembelajaran biologi (IPA). Dengan materi ipa
yang cukup luas dengan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah
pada kegiatan cara ilmiah, diharapkan siswa dalam kelompoknya dapat saling
memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya. Selanjutnya, dalam
tahapan pelaksanaan investigasi para siswa mencari informasi dari berbagai
sumber, baik di dalam maupun di luar kelas/sekolah. Para siswa kemudian
melakukan evaluasi dan sintesis terhadap informasi yang telah didapat dalam
upaya untuk membuat laporan ilmiah sebagai hasil kelompok.
Menurut Narudin (2009) strategi belajar Demonstrasi merupakan  salah
satu bentuk pembelajaran kooperatif  yang menekankan pada partisipasi dan
aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan
dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau
siswa dapat mencari melalui internet.  Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik
dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Riadi (2012) menerangkan bahwa Demonstrasi adalah kelompok kecil
untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Model ini
menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir
dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran
kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa
dibandingkan belajar secara individual.
Strategi belajar model Demonstrasi dapat dipakai guru untuk
mengembangkan kreatifitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian
tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju
pembentukan manusia sosial menurut Mafune dalam Rusman (2011:222). Model
pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab
siswa akan lebih bannyak belajar melalui proses pembentukan (contructing) dan
penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagai pengetahuan serta tanggung
jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.
Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model
pembelajaran Demonstrasi, yaitu (1) untuk meningkatkan kemampuan kreativitas
siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu
kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung
kreativitas. (2) komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak
rasional lebih penting daripada yang rasional dan (3) untuk meningkatkan peluang
keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami
komponen emosional dan rasional.
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Demonstrasi ialah model pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Pertama siswa dibentuk kelompok secara heterogen, memilih
berbagai subtopik yang akan di ajarkan dimana nantinya setiap kelompok
mendpat tugas dan tujuan umum berdasarkan topik yang dipilih. Siswa dalam
kelompok mengerjakan tugas berdasar topik yang dipilih, mereka saling
kerjasama dalam mencari jawaban, mengemukakan pendapat, mencari materi
yang diperlukan baik dari buku maupun internet dan yang lainnya. Kemudian
kelompok menyimpulkan pendapat dan dari sumber yang diperoleh untuk menjadi
satu jawaban. Kelompok harus bertanggung jawab atas pendapat atau jawaban
yang mereka simpulkan. Selanjutnya kelompok atau perwakilan dari kelompok
membacakan hasil yang diperoleh dari kerja kelompok. Siswa dari kelompok lain
atau kelompok lain boleh menyakal atau memberikan saran atas jawaban
kelompok yang melakukan presentasi. Kemudian siswa bersama guru
menyimpilkan hasil dari kerja masing-masing kelompok.

2.1.1.2. Langkah-langkah Model Demonstrasi


Langkah-langkah penerapan model Demonstrasi menurut Kiranawati
dalam Narudin (2009) adalah.

1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah
masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para
siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang
berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2
hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis
kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur
belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai
topik dan subtopik yang telah dipilih.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan.
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk
menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di
luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi
yang diperoleh dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu
penyajian yang menarik di depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik
dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas
saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik
tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi
tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok,
atau keduanya.

2.1.1.3. Kelebihan Model Demonstrasi


Menurut Setiawan dalam Nurdin (2012) mendeskripsikan beberapa
kelebihan dari pembelajaran Demonstrasi, yaitu.
1) Secara Pribadi
a) dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas b) memberi
semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif c) rasa percaya diri dapat
lebih meningkat d) dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu
masalah.
2) Secara Sosial
a) meningkatkan belajar bekerja sama. b) belajar berkomunikasi baik
dengan teman sendiri maupun guru. c) belajar berkomunikasi yang baik
secara sistematis. d) belajar menghargai pendapat orang lain.
e) meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
3) Secara Akademis
a) siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang
diberikan. b) bekerja secara sistematis. c) merencanakan dan
mengorganisasikan pekerjaannya. d) mengecek kebenaran jawaban
yang mereka buat. e) Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang
digunakan sehingga didapat suatu simpulan yang berlaku umum.

2.1.1.4. Kelemahan Model Demonstrasi


Menurut Santoso (2011) model pembelajaran Demonstrasi merupakan
model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Demonstrasi juga membutuhkan waktu yang lama.

2.2. Belajar
2.2.1. Pengertian Belajar
Belajar menurut Gagne dalam Dimiyati dan Mujiono (2009:10) belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (ii)
proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar dengan demikian belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Belajar menurut Skiner (dalam Dimiyati dan Mujiono, 2009:9) bahwa
belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya akan
menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka resposnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
(i) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar,
(ii) respons pebelajar, dan (iii) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons
tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.
Sebagai ilustrasi, prilaku respons sipebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya,
prilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
Belajar menurut piaget dalam Dimiyati dan Mujiono (2009:13)
pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-
menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut. (i) sensori motor
(0;0-2;0 tahun), (ii) pra-oprasional (2;0-7;0 tahun), (iii) oprasional kongkrit (7;0-
11;0 tahun), dan oprasi formal (11;0-ke atas).
Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan
sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerak-gerakkannya. Pada tahap pra-
oprasional, anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Iya telah
mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat
gambar dan menggolong-golongkan. Pada tahap operasional kongkret anak dapat
mengembangkan fikiran logis. Iya dapat mengikuti penalaran logis, walau
kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial and error”. Pada tahap oprasi
formal anak dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa.
Menurut Moh. Surya dalam Hariyanto (2010) belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri
seseorang.
Belajar menurut Rogers dalam Dimiyati, Mujiono (2009:16)
menyayangkan praktek pendidikan di sekolah tahun 1960-an. Menurut
pendapatnya, praktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan
pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan
dan siswa hannya menghafalkan pelajaran.
Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut: (1)
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidah harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. (2) Siswa akan mempelajari hal-hal
yang bermakana bagi dirinya. (3) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
(4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama
dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus. (5) Belajar yang optimal akan
terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses
pembelajaran. (6) Belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila
siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang
untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi
dari instruktur bersifat sekunder. (7) Belajar mengalami menuntut keterlibatan
siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Dari berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan yang dialami pebelajar berupa memiliki ketrampilan, pengetahuan,
sikap, dan nilai yang menuju respons yang lebih baik jika pebelajar tidak belajar
maka respons akan menurun (kurang baik) semua dapat digunakan dalam
pembelajaran karena belajar harus diterapkan dalam siswa untuk memperoleh
perubahan siswa dalam hal perilaku siswa. Perkembangan intelektual melalui
tahap-tahap berikut. (i) sensori motor (0;0-2;0 tahun) Pada tahap sensori motor
anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan motorik, (ii) pra-
oprasional (2;0-7;0 tahun) Pada tahap pra-oprasional, anak mengandalkan diri
pada persepsi tentang realitas, (iii) oprasional kongkrit (7;0-11;0 tahun) Pada
tahap operasional kongkret anak dapat mengembangkan pikiran logis, dan oprasi
formal (11;0-ke atas) Pada tahap oprasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti
pada orang dewasa.

2.2.2. Hasil Belajar


Menurut Dimyati, Mudjiono (2009:17), hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ditetapkan meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor. Menurut Muhibbin dalam
Karso (1998) menyatakan bahwa hasil belajar juga dapat dilihat dari 3 aspek ,
yaitu secara kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Aspek kuantitatif
menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan
fakta-fakta yang berarti. Aspek institusional atau kelembagaan menekankan pada
ukuran seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka–
angka. Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman
dan penafsiran siswa terhadap lingkungan disekitarnya. Sehingga dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari–hari.
Menurut Oemar Hamalik dalam Munawar (2009) hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor Slametto dalam Viklund (2012).
Menurut Bloom, dkk dalam Dimyati, Mudjiono (2009:26) mengemukakan
bahwa, ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum
dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah
melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk
nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar, sikap,
tingkah laku yang menunjukan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program
belajar pada waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan.
Dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif,
psikomotor.

2.2.2.1. Ranah Kognitif


Ranah kognitif Bloom, dkk dalam Dimyati, Mudjiyono (2009:26)
mengemukakan adanya enam kelas/tingkatan yaitu:
1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
hal yang dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

2.2.3. Pengertian IPA


Menurut Winaputra dalam Samatowa (2009: 3) IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasian
eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu
system, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainya saling berkaitan, saling
menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan
berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang
atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh
hasil yang sama atau konsisiten.
Menurut Suyoso    (1998:23) IPA sendiri berasal dari kata sains yang
berarti alam. Sains merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat
aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu
yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.
Menurut KTSP, (2006)” IPA atau SAINS merupakan suatu kumpulan
pengetahuan yang tersususn secara sistematis, dan dalam pengetahuannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA merupakan suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis hasil kegiatan manusia
tentang alam sekitar yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan
sikap ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa.
Menurut Nash dalam Samatowa (2009) menyatakan bahwa IPA itu adalah
suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa
cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta
menghubungkanya antara suatu fenomena dan fenomena lain, sehingga
keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang
diamatinya.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa
inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan
dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan.
Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) pengertianya dapat diseut sebagai ilmu tentng
alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini
Samatowa (2009: 3).
Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan satu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitar yang terwujud melalui suatu
rangkaian kerja ilmiah. Melalui metode yang teratur, sistematis, berobjek,
bermetode, berlaku secara universal dan sikap ilmiah siswa rasa mencintai dan
menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2.2.4. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan


Menurut Utari (2012) peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan alam
pokok bahasan energi melalui pembelajaran kooperatif tipe Demonstrasi pada
siswa kelas IV SDN Liangjulang I kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka
semester II tahun pelajaran 2020/2021 menyatakan bahwa peningkatan hasil
belajar IPA dapat dilihat dari perolehan nilai siklus I dan II. 1. Siklus I dengan
penerapan pembelajaran group investigaton siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥60) sebanyak 26 siswa (72,22%) dan yang belum
mencapai KKM sebanyak 10 siswa (27,78%). Nilai rata-ratanya adalah 73,05
sedangkan nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendahnya adalah 30. 2. Siklus II
dengan penerapan pembelajaran group investigaton siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥60) sebanyak 34 siswa (94,44%) dan yang belum
mencapai KKM sebanyak 2 siswa (5,56%). Nilai rata-ratanya adalah 80,28
sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 40. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ratih
Endarini Sudarmono (2011) dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar siswa Kelas IV melalui Penerapan Metode Demonstrasi pada
Pembelajaran IPA di SDN Liangjulang I Semester II Tahun Ajaran 2020/2021”.
Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SDN Liangjulang I.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2012) perbedaan pengaruh
metode terbimbing dengan model Demonstrasi pada hasil belajar IPA kelas IV di
SDN Liangjulang I menyatakan bahwa nilai rerata siswa yang diberi
Pembelajaran dengan menggunakan Metode Penemuan terbimbing dan Metode
Demonstrasi memiliki nilai rerata dengan selisih yang sedikit. Dibuktikan dengan
adanya nilai rata-rata kelas eksperimen yang berjumlah 95,23 dan untuk kelas
kontrol adalah 92,22. Hasil belajar kelas kontrol dengan menggunakan metode
Demonstrasi tidak mengalami peningkatan atau dapat dikatakan sama. Dilihat dari
nilai rerata pretest 92,22 dan rerata posttest 92,22. Hal tersebut juga berlaku pada
kelas eksperimen dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, hasil
belajar pada kelas tersebut tidak mengalami peningkatan atau dapat dikatakan
sama. Dilihat dari nilai rerata pretest 95,23 dan rerata posttest 95,23. Melihat
keadaan seperti itu maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
Demonstrasi dan metode penemuan terbimbing sama-sama baik untuk diterapkan.
Kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran metode penemuan terbimbing
memiliki nilai rerata yang baik. Hal tersebut dikarenakan, metode penemuan
terbimbing menekankan pembelajaran aktif pada siswa dan peran guru sebagai
teman belajar atau fasilitator. Penerapan metode penemuan terbimbing
memunculkan ketertarikan pada siswa dengan penemuan yang mereka peroleh
atas percobaan yang mereka lakukan.
Sugiyanto (2012) dalam penelitiannya yang berjudul peningkatan hasil
belajar matematika menggunakan model pembelajaran Goup Investigation pada
siswa kelas IV SDN Liangjulang I kecamatan Kadipaten kabupaten Majalengka
semester II tahun pelajaran 2020/2021 menyatakan, setelah model pembelajaran
Demonstrasi dilakukan selama 2 siklus, diperoleh hasil yaitu siswa yang tuntas
pada siklus 1 bertambah 12 siswa dengan total siswa yang tuntas 27 siswa dengan
ketuntasan klasikal 71%, sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 11 siswa
atau 39%. Meningkat lagi pada siklus 2 yaitu siswa yang tuntas bertambah 8 siswa
menjadi 35 siswa dengan ketuntasan klasikal 92%. Secara otomatis jumlah siswa
yang belum tuntas nilainya semakin berkurang jumlahnya. Jumlah siswa yang
belum tuntas setelah dilaksanakan tindakan hanya 3 siswa. Ketiga siswa itu
dikategorikan kurang dalam kemampuan akademiknya pada pelajaran Matematika
maupun pelajaran lainnya. Ketuntasan belajar siswa kelas IV SD Negeri
Liangjulang I pada siklus 2 sudah sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan
dalam penilitian ini yaitu ketuntasan belajar klasikal siswa adalah 80%. Dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika siswa.

2.3. Kerangka Berfikir


Pada penelitian di kelas 3 SD Negeri Liangjulang I Kecamatan
Kadipaten Kabupaten Majalengka, guru dalam mengajarkan materi memahami
gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda menggunakan model
konvensional, sehingga siswa kurang tertarik dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam khususnya pada materi tentang Energi. Hal ini dapat dilihat
dari hasil tes pada kondisi awal ada 15 siswa yang tuntas dan 13 lainnya belum
tuntas. Penelitian yang akan dilakukan dengan cara kolaborasi antara guru kelas
3 . Guru dan peneliti secara bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata
yang dihadapi guru dan siswa di sekolah. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran Demonstrasi pada pelajaran IPA pokok
bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap
daratan. Model pembelajaran Demonstrasi dipilih karena memiliki beberapa
kelebihan untuk siswa dapam proses pembelajaran, siswa bisa lebih aktif, kreatif
dan berinisiatif ketika proses pembelajaran dan siswanya dituntut untuk lebih aktif
dari pada gurunya. Siswa bisa belajar berkomunikasi, meneluarkan pendapat, dan
bisa menumbuhkan rasa percaya diri. Perbaikan model pembelajaran ini
melibatkan keaktifan siswa secara menyeluruh dalam proses pembelajaran.
Keterlibatan siswa secara aktif dan menyeluruh diharapkan dapat membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
2.4. Hipotesis Penelitian
Penggunaan model pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaram IPA pokok bahasan memahami perubahan
lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dengan menerapkan model
Demonstrasi kelas IV semester II SD N Liangjulang I Kecamatan Kadipaten
Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2020/2021.
BAB III
METODE PENELITAN

3.1. Setting dan Subjek Penelitian


3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Kadipaten VIII Kecamatan Kadipaten
Kabupaten Majalengka. Penelitian dilakukan di SD Negeri Kadipaten VIII
Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka karena didalam mata pelajaran IPA
untuk hasil ulangan harian pada materi memahami gaya dapat mengubah gerak
dan/atau bentuk suatu benda sebannyak 13 siswa tidak tuntas KKM, sedangkan
15 siswa lainnya tuntas KKM. Untuk KKM yang telah ditentukan pada mata
pelajaran IPA ialah ≥60. Maka perlu ditingkatkan hasil belajar IPA dengan pokok
bahasan “Benda di Sekitarku” dengan Subtema Perubahan Wujud Benda”
dengan penggunaan model pembelajaran Metode Demonstrasi kelas 3SD Negeri
Kadipaten VIII.

3.1.2. Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII
Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka Semester 2 Tahun Pelajaran 2020 /
2021. Jumlah siswa kelas 3 ada 28 siswa, terdiri dari 16 siswa perempuan dan 12
siswa laki – laki. Rata – rata orang tua mereka ádalah petani, hanya sebagian kecil
saja pegawai negeri sipil dan swasta.

3.1.3. Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA kemampuan peserta didik
dalam memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.

3.1.4. Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei
yang dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Waktu Februari Maret April Mei
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Pelaksanaan
Analisis Data
Penyusunan
Laporan

3.1.5. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Peneliti bekerjasama
dengan guru kelas. Peneliti sebagai pemberi ide serta obsever dan guru kelas yang
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran
dikelasnya Arikunto (2008: 58).
Sementara Suparno dalam Trianto (2011: 15) mendefinisikan Penelitian
Tindakan Kelas sebagai salah satu cara pengembangan profesionalitas guru
dengan jalan memberdayakan mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan
menyusun rencana untuk melakukan perbaikan secara terus menerus.
Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research) yang dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti
(kolaborasi). Menurut Arikunto (2008: 63) kerjasama (kolaborasi) antara guru
dengan peneliti sangat penting dalam bersama menggali permasalahan nyata yang
dihadapi. Terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan,
melaksanakan tindakan, menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun
laporan akhir.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan
kelas adalah penelitian yang berawal dari adanya permasalahan nyata yang yang
dihadapi dalam proses pembelajaran dalam kelas tersebut. Dimana tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh guru kelas dan peneliti untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Arikunto
(2008:16) yaitu melalui empat tahap meliputi (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan,
(3) Observasi, dan (4) Refleksi. Gambaran dari prosedur pelaksanaanya terdapat
pada gambar 3.1.

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

1. Menyusun rancangan tindakan (planning)


Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di
mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan
yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan pihak yang mengawasi jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini
adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk
mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang
dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada
diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan
terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur subjektivitas yang
berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila pengamatan
dilakukan oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan hasilnya lebih
objektif.

2. Pelaksanaan tindakan (Acting)


Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus
ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi
harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara
pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara saksama agar sinkron
dengan maksud semula.
Ketika mengajukan laporan penelitiannya, peneliti tidak melaporkan
seperti apa perencanaan yang dibuat karena langsung melaporkan pelaksanaan.
Oleh karena itu, bentuk dan isi loporannya harus sudah lengkap menggambarkan
semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan sampai pennyelesaian.
Bannyak diantara karya tulis yang diajukan oleh guru tidak dapat dinilai atau
diterima oleh tim penilai karena isi laporannya tidak lengkap. Pada umumnya
penulis merasa sudah menjelaskan tahapan metode yang dilaksanakan dalam
tindakan, padahal baru disinggung dalam kajian pustaka saja, dan belum
dijelaskan secara rinci bagaimana keterlaksanaannya ketika tindakan terjadi.

3. Pengamatan (Observasi)
Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan
pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu
tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung pada waktu yang sama.
Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana
yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan
tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat
menganalisis peristiwa ketika sedang terjadi. Oleh karena itu. kepada guru
pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “ pengamatan balik”
terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan
pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang
terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan data berikutnya.

4. Refleksi (Reflecting)
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakuakan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat ketika guru sudah selesai
melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan
implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di sini sama dengan “memantul,
seprti halnya memancar dan menatap kena kaca. “ Dalam hal ini, guru pelaksana
sedang memantulkan pengalamannya kepada peneliti tindakan, yaitu ketika guru
pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang
dirasakan sudah merasa baik dan bagian mana yang belum. Dengan kata lain, guru
pelaksana sedang mengevaluasi diri. Apabila guru pelaksana juga berstatus juga
sebagai pengamat, yaitu mengamati apa yang ia lakukan, maka refleksi dilakukan
terhadap dirinya sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali
melakukan “dialog” untuk menemukan hal-hal yang dirasakan sudah memuaskan
hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal
yang masih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam
refleksi terahir, menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain
apabila menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan
melanjutkan pada kesempatan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya
rinci sehingga siapapun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain akan
menjumpai kesimpulan.

3.2. RencanaTindakan
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua siklus masing-masing siklus
terdiri dua kali pertemuan (4 x 35 menit). Rencana tindakan meliputi persiapan
dan rencana tindakan setiap siklus.
1. Persiapan
Dalam rangka melaksanakan penelitian ini, peneliti mengidentifikasi
masalah, menyusun silabus, menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran dan mempersiapkan instrumen penelitian.

a. Permintaan ijin
Meminta ijin kepada kepala sekolah SD Negeri Kadipaten VIII
Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka.
b. Identifikasi Masalah
Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian, peneliti
mengidentifikasi masalah tentang hasil belajar IPA, untuk hasil
ulangan harian pada materi memahami gaya dapat mengubah gerak
dan/atau bentuk suatu benda dari 28 siswa kelas 3sebannyak 13 siswa
tidak tuntas KKM, sedangkan 15 siswa lainnya tuntas KKM. Untuk
KKM yang telah ditentukan pada mata pelajaran IPA ialah ≥60.
Hampir sebagian besar siswa tidak tuntas KKM, hal ini dikarenakan
guru masih cenderung menggunakan ceramah saat proses
pembelajaran sehingga siswanya pasif dan gurunyalah yang aktif. Dari
hasil identifikasi faktor-faktor penyebab belum berhasilnya
pembelajaran antara lain, guru belum optimal dalam memanfaatkan
model, metode atau sarana pembelajaran yang bervariasi.
Maka diperlukan solusi untuk permasalahan yang dikaji
dengan dilaksanakan penelitian tindakan ini. Dengan menerapkan
model metode Demonstrasi pada hasil belajar IPA pokok bahasan
memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap
daratan dapat meningkat kususnya siswa kelas 3 SD Negeri Kadipaten
VIII Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran
2020 / 2021.
c. Mempersiapkan Silabus
Silabus disusun berdasarkan pada satu kompetensi dasar pada
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kelas 3Semester 2 yang
sesuai dengan masalah yang diteliti.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran.
e. Menyiapkan Instrumen Penelitian
Instrumen yang disiapkan berupa, soal tes, lembar observasi
pembelajaran (siswa dan guru), hasil belajar.
2. Rencana Tindakan Tiap Siklus
Menurut Kasbolah (2001 : 10 ) proses Penelitian Tindakan kelas
merupakan proses daur ulang atau siklus yang dimulai dari menyusun
perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi terhadap
tindakan dan melakukan refleksi berupa perenungan terhadap
perencanaan kegiatan dan hasil yang diperoleh. Maka secara keseluruhan
penelitian direncanakan dua siklus secara garis besar dideskripsikan
yaitu:

Siklus 1
1. Rencana Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I yakni dua kali pertemuan tatap muka
(4X35 menit). Adapun pelaksanaan tindakan pembelajaran tentang memahami
perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran materi memahami perubahan
lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan .
b. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan anggota tiap
kelompok 7 anak dari jumlah peserta didik 28 anak.
c. Guru memanggil kelompok, kelompok memilih topik-topik yang telah
disiapkan guru, terdapat tugas kelompok dalam topik yang dipilih.
Setiap kelompok mengerjakan tugas kelompok pada lembar kerja
kelompok, siswa saling membantu satu sama lain.
d. Setelah selesai kelompok mempresentasikan hasil kerjanya secara
bergiliran, siswa bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan
disimpulkannya.
e. Kegiatan akhir pembelajaran melakukan evaluasi secara tertulis.

2. Pelaksanaan tindakan
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan yang telah
dirancang (RPP) yang terdapat dalam lampiran.

3. Tahap Pengamatan (Observasi)


Selama proses tindakan I dilakukan pengamatan secara seksama dan fokus
pada masalah penelitian. Mencatat hasil pengamatan pada catatan lapangan dan
lembar observasi. Tindak lanjutnya melakukan diskusi antara peneliti dengan
dosen pembibing. Pada saat proses pengamatan, hal-hal yang dilakukan yakni:
a. Saat pembelajaran dengan model metode Demonstrasi maka harus
diobservasi kegiatan siswa dan guru dalam prosespembelajaran.
b. Melakukan penilaian hasil dan membuat laporan hasil temuan.
c. Pengumpulan lembar kegiatan siswa dan hasil belajar.

4. Tahap Refleksi
Lembar observasi sebagai hasil observasi, catatan lapangan dan hasil tes
kemudian dikaji dan direnungkan kembali. Hal tersebut dilakukan dalam rangka
memahami data yang telah terkumpul untuk mendapatkan kesamaan pandangan
terhadap pelaksanaan tindakan I dari peneliti. Hasil dijadikan sebagai bahan untuk
merevisi tindakan I dan merancang tindakan selanjutnya. Disamping itu hasil
digunakan untuk memutuskan tindakan apakah yang perlu diperbaiki. Analisis
dan refleksi ini dilakukan setiap selesai tindakan dan observasi sampai berhasil.
Ada dua macam refleksi yang dilakukan yaitu:
a. Refleksi segera setelah pertemuan berakhir, digunakan untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya
untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya. (melaksanakan
penyesuaian rencana pembelajaran dan atau tindakan yang perlu
disempurnakan).
b. Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui
apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan
telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan fefleksi awal, dan
teman sekelompok melalui refleksi berdasarkan pengamatannya,
kemudian dilakukan refleksi bersama dan diskusi untuk penyempurnaan
tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua.

Siklus 2
1. Rencana Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II yakni dua kali pertemuan tatap muka
(4 X 35 Menit). Adapun pelaksanaan tindakan pembelajaran tentang memahami
perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran materi memahami perubahan
lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.
b. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan anggota tiap
kelompok 7 anak dari jumlah peserta didik 28 anak.
c. Guru memanggil kelompok, kelompok memilih topik-topik yang telah
disiapkan guru, terdapat tugas kelompok dalam topik yang dipilih.
Setiap kelompok mengerjakan tugas kelompok pada lembar kerja
kelompok, siswa saling membantu satu sama lain.
d. Setelah selesai kelompok mempresentasikan hasil kerjanya secara
bergiliran, siswa bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan
disimpulkannya.
e. Kegiatan akhir pembelajaran melakukan evaluasi secara tertulis.

2. Pelaksanaan tindakan.
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan yang telah
dirancang (RPP) yang terdapat dalam lampiran.

3. Tahap Pengamatan (Observasi)


Selama proses tindakan II dilakukan pengamatan secara seksama dan
fokus pada masalah penelitian. Mencatat hasil pengamatan pada catatan lapangan
dan lembar observasi. Tindak lanjutnya melakukan diskusi antara peneliti dengan
dosen pembibing. Pada saat proses pengamatan, yang dilakukan yakni:
a. Saat pembelajaran dengan model metode Demonstrasi maka harus
diobservasi kegiatan siswa dan guru dalam prosespembelajaran.
b. Melakukan penilaian hasil dan membuat laporan hasil temuan.
c. Pengumpulan lembar kegiatan siswa dan hasil belajar.

4. Tahap Refleksi
a. Mengidentifikasi kesulitan dan hambatan pelaksanaan siklus II
b. Menganalisis hasil pengamatan lembar observasi, catatan lapangan dan
hasil tes kemudian dikaji dan refleksi untuk menyempurnakan tindakan
selanjutnya.

3.3. Variabel Penelitian


Variabel penelitian pada dasarnya adalah seseorang, atau objek, yang
mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan
obyek yang lain Hatch dan Farhadi dalam Sugiyono (60:2010)Variabel dalam
penelitian ini ada 2 yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas
Variebel bebas ádalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) Sugiyono (61:2010). Variebel bebasnya ádalah model metode
Demonstrasi.
b. variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas Sugiyono (61:2010). Variabel
terikatnya yaitu hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri Kadipaten
VIII Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka.

3.4. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian perlu dilakukan untuk memperoleh
data atau informasi. Proses pengumpulan data diperlukan sebuah instrument atau
alat pengumpul data. Teknik dan instrument pengumpulan data memiliki makna
yang berbeda. Teknik pengumpulan data dapat berarti cara atau prosedur yang
dilakukan untuk mengumpulkan data. Instrument pengumpul data berarti
instrument atau perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Menurut
Arikunto (1998:151) instrumen adalah alat atau fasilitas yang dipergunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya mudah dan hasilnya baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 teknik:
teknik tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi

3.4.1. Teknik Tes


Menurut Suharsimi, Arikunto (1998:139) menegaskan bahwa teknik tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Tes obyektif, misalnya bentuk uraian, pilihan ganda, jawaban singkat
atau isian, benar salah dan bentuk menjodohkan.
2. Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat
dilakukan secara objektif) dan tes uraian non objektif (penskorannya
sulit dilakukan karena non objektif.
Berdasarkan uraian para ahli, instrumen dalam penelitian ini digunakan
teknik tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda.

3.4.2. Observasi
Observasi lapangan untuk mengamati aktifitas siswa dan guru SD Negeri
Kadipaten VIII selama proses pembelajaran. lembar observasi digunakan untuk
memperoleh data tentang perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan oleh
guru, dan lembar observasi guru untuk memperoleh data tentang jalannya proses
pembelajaran sesuai dengan rpp yang dan juga melihat tingkat efektifitas proses
serta hasil pembelajaran.

3.4.3. Wawancara
Wawancara yang dilakukan kepada guru kelas dan siswa kelas 3 SD N
Kadipaten VIII. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara
dilakukan berulang kali yang bertujuan untuk mendapatkan informasi pada setiap
proses pembelajaran yang dapat dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses
pembelajaran.

3.4.4. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data atau keterangan-
keterangan yang relevan dan dibutuhkan dalam penelitian. Data ini diperoleh dari
dokumen yang dimiliki guru kelas. Metode ini digunakan untuk memperoleh
daftar nama siswa dan nilai ulangan harian Semester 2 tahun ajaran 2020/2021
pada mata pelajaran IPA.

3.5. Alat Pengumpulan Data


Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas di buat berbagai input
instrumental yang akan digunakan untuk memberi tindakan dalam PTK seperti
rencana pelaksanan. Selain itu juga dibuat perangkat pembelajaran yang berupa:
(1) Lembar diskusi, (2) Lembar observasi kegiatan mengajar guru, (3) lembar
observasi kegiatan siswa dan (3) lembar evaluasi. Kisi-kisi lembar observasi dan
indikator penilaian kegiatan guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 3.2, 3.3 dan
3.4, 3.5. Kisi-kisi soal evaluasi siswa siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
3.6 dan 3.7

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Alat Observasi Aktivitas Guru
No Aspek Yang Diamati Nomor Item

1. Pra pembelajaran 1, 2

2. Pembukaan 3, 4

3. Kegiatan inti
5, 6, 7, 8
a. Penguasaan materi
b. Pendekatan/ strategi 9, 10, 11, 12, 13, 14,
15

c. Pemanfaat media 16, 17, 18, 19


pembelajaran/sumber belajar
d. Pembelajaran yang menantang 20, 21, 22, 23, 24, 25
dan memacu keterlibatan siswa
e. Penilaian proses dan hasil 26, 27
belajar
f. Penggunaan bahasa 28, 29, 30

4 Penutup 31, 32, 33

Skor :
4= melakukan dengan baik
3= melakukan dengan cukup baik
2= melakukan dengan kurang baik
1= tidak melakukan
Nilai akhir = jumlah skor

Kriteria Penilaian :

Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Guru
No Jumlah Skor Kualifikasi
1 113 – 132 A
2 97– 112 B
3 81– 96 C
4 <81 D

Tabel 3.4
Kisi-Kisi Alat Observasi Aktivitas Siswa
No Aspek yang diamati Nomor Item

1. Pra pembelajaran 1, 2

2. Kegiatan awal pembelajaran 3, 4

3. Kegiatan inti pembelajaran

a. Penjelasan materi pembelajaran 5, 6, 7, 8

9, 10, 11, 12, 13,


b. Pendekatan/strategi pembelajaran 14

15, 16, 17
c. Pemanfaatan media
pembelajaran/ sumber belajar
d. Penilaian proses dan hasil belajar 18, 19

e. Penggunaan bahasa 20, 21

4. Penutup 22, 23, 24

Keterangan :
1. Skor 1 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh kurang dari 10%
seluruh siswa
2. Skor 2 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 11%
tidak lebih dari 40% seluruh siswa.
3. Skor 3 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari
41% tidak lebih dari 70% seluruh siswa.
4. Skor 4 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 71%
tidak lebih dari 100% seluruh siswa.
Skor Aktivitas Siswa

Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Siswa
No Skor Kualifikasi
1 83 – 92 A
2 70 – 82 B
3 47 – 69 C
4 24– 46 D
5 23 – 35 E
3.6. Indikator Keberhasilan
Siswa yang telah mencapai nilai ≥60 maka dikatakan berhasil tuntas dan
secara klasikal apabila sebanyak 80% tuntas dari seluruh siswa kelas 3 SD Negeri
Kadipaten VIII Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka pada mata pelajaran
IPA dengan KKM ≥60.

3.7. Analisis Data


Teknik untuk menganalisis data dalam penelitian ini yakni menggunakan
data kuantitatif sederhana menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu
membandingkan hasil tes pra siklus, siklus I dan hasil tes siklus II, karena
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejauh mana model pembelajaran
metode Demonstrasimampu meningkatkan hasil belajar IPA pada materi
pembelajaran memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap
daratan. Pada pelaksanaan analisis menghitung jumlah nilai hasil tes untuk
seluruh siswa. Dan dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika 80% populasi
kelas telah tuntas belajar.
Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa dan hasil belajar secara
klasikal dari populasi kelas dengan rumus
jumlah nilai
Ketuntasan Siswa = x 100%
jumlah nilai maksimal

jumlah siswa yang tuntas belajar


Ketuntasan Klasikal = x 100%
jumlah siswa

3.7.1. Uji Validitas


Uji validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
instrumen tiap item soal yang nantinya akan digunakan dalam tes individual
setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran metode
Demonstrasi. Untuk mengetahui validitas, instrumen terlebih dahulu diuji
cobakan di kelas uji coba yaitu kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII Kecamatan
Kadipaten Kabupaten Majalengka. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat
penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang
seharusnya dinilai. Untuk mengetahui tingkat validitas dengan melihat angka pada
(Corrected Item To Total Correlation). Menurut Azwar (1999) dalam Priyatno
(2010:90) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya
pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi Azwar mengatakan bila jumlah aitem
belum mencukupi kita bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25
tapi menurunkan batas kriteria dibawah 0,20 sangat tidak disarankan. Hasil
perhitungan validitas di kelas 5 SD Negeri Kadipaten VIII sebagai SD uji coba,
menggunakan SPSS 17.0 for Windows. Haasil uji validitas soal siklus I dan siklus
II dapat dilihat pada tabel 3.8 dan 3.9.

Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Siklus I
Jumlah Soal Valid Tidak Valid
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 1, 4, 9, 13, 14, 17, 23,
10, 11, 12, 13, 14, 15, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 30
16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 26, 27, 28, 29
22, 23, 24, 25, 26,
27 ,28, 29, 30

Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Siklus II
Jumlah Soal Valid Tidak Valid

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 2, 5, 10, 12, 16, 17, 22,


10, 11, 12, 13, 14, 15, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 24, 23,
16, 17, 18, 19, 20, 21, 25, 26, 27, 28, 29, 30
22, 23, 24, 25, 26,
27 ,28, 29, 30

3.7.2. Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah
alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran
tersebut diulang. Untuk pengujian biasanya menggunakan batasan tertentu seperti
0,6. Reliabilitas sering disebut dengan keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
konsistensi, kestabilan, dan sebagainya. Untuk menentukan tingkat reliabilitas
instrumen menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Sekaran (1992) dalam
Priyatno (2010:98) dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10
Tingkat Reliabilitas Instrumen
Indeks Kriteria

α ≥ 0.8 Reliabilitas baik


Reliabilitas dapat
α ≥ 0.7
diterima
α ≤0.6 Reliabilitas kurang baik
Hasil uji reliabilitas instrument yang diolah dengan SPSS 17,0 for
windows pada saat uji instrument tes, reliabilitas soal siklus I dan siklus II dapat
dilihat pada tabel 3.11 dan 3.12.

Tabel 3.11
Hasil Uji Reliatilitas Siklus I

Dari output Tabel 3.11. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada kolom
Cronbach's Alpha menunjukkan 0,790. Karena nilai pada kolom tersebut bernilai
0,790 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur atau instrumen penelitian yang
dipakai pada tingkat reliabbilitas dapat diterima atau reliabel.

Tabel 3.12
Hasil Reliatilitas Siklus I

Dari output Tabel 3.12. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada kolom
Cronbach's Alpha menunjukkan 0,711. Karena nilai pada kolom tersebut bernilai
0,771 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur atau instrumen penelitian yang
dIPAkai pada tingkat reliabbilitas dapat diterima atau reliabel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum


Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kadipaten VIII Kecamatan
Kadipaten Kabupaten Majalengka dengan subjek penelitian siswa kelas 3 yang
terdiri dari 28 siswa 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Letak SD Negeri
Kadipaten VIII berada di wilayah Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka.
SD Negeri Kadipaten VIII tepatnya berada di dusun Jatiraga desa Kadipaten, SD
Negeri Kadipaten VIII terletak di pinggir jalan Kadipaten-Kertajati, sebelah kiri
dan belakang berbatasan dengan rumah-rumah penduduk, bagian kanan
berbatasan dengan persawahan, bagian depan adalah jalan raya.
Siswa SD Negeri Kadipaten VIII terdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas
6 dengan jumlah 180 siswa. Jumlah tenaga kependidikan di SD Negeri Kadipaten
VIII adalah sebanyak 13 orang. Dengan perincian 1 kepala sekolah, 7 guru kelas,
1 guru olahraga, 1 guru pendidikan agama Islam, 2 Operator sekolah dan 1
penjaga sekolah. Proses belajar mengajar berlangsung mulai pukul 07.00 sampai
dengan pukul 12.00. Kecuali pada hari Jumat dan Sabtu berlangsung mulai pukul
07.00 sampai dengan pukul 11.00.
4.2. Kondisi Awal
Hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII Kecamatan
Kadipaten Kabupaten Majalengka sebelum diadakan penelitian hampir setengah
dari jumlah siswa kelas 3 belumlah tuntas KKM (≥60). Hal ini dikarenakan guru
masih cenderung menggunakan ceramah dalam proses pembelajaran. Jadi guru
lebih aktif sedangkan siswanya pasif dalam proses pembelajan yang berlangsung.
Sehingga siswa tidak secara optimal menyerap materi pelajaran yang
disampaikan, siswa akan merasa jenuh dan bosan. Sehingga hasil belajar siswa
dalam pelajaran IPA dengan pokok bahasan memahami gaya dapat mengubah
gerak dan/atau bentuk suatu benda hasilnya rendah, yang dapat dilihat dari Tabel
4.1.

Tabel 4.1
Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3
SD Negeri Kadipaten VIII
Pra Siklus
No Nilai Pra Siklus

Frekuensi Presentase (%)

1 <50 7 25 %

2 50-59 6 21,4%

3 60-69 7 25%

4 70-79 4 14,3%

5 80-89 4 14,3%

6 90-100 0 0%

Jumlah 28 100%

Dari tabel 4.1 destribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD
Negeri Kadipaten VIII pra siklus dapat disimpulkan bahwa dari 28 siswa SD
Negeri Kadipaten VIII . Diketahui untuk nilai <50 sebanyak 7 siswa (25%),
sedangkan nilai 50 s/d 59 sebanyak 6 siswa (21,4%), untuk nilai 60 s/d 69
sebanyak 7 siswa (25%), nilai 70 s/d 79 sebanyak 4 siswa (14,3%), nilai 80 s/d 89
sebanyak 4 siswa (14,3%) dan yang memiliki nilai 90 s/d 100 tidak ada (0%).
Berdasarkan tabel 4.1 dapat di ketahui ketuntasan hasil belajar IPA pra siklus
pada tabel 4.2.

Tabel 4.2
Destribusi Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3
SD Negeri Kadipaten VIII
Pra Siklus
No Ketuntasan Frekuensi Presentase

1 Tuntas 15 53,5%

2 Tidak tuntas 13 46,5%

Jumlah 28 100%

Nilai maksimum 80

Nilai minimum 35

Rata-rata 59

KKM ≥60

Dari hasil analisis ketuntasan belajar pada tabel 4.2 siswa yang nilainya
diatas KKM atau yang tuntas hasil belajarnya pada pelajaran IPA hanya 15 siswa
atau 53,5% siswa sedangkan 13 siswa atau 46,5% belum tuntas. Nilai tertinggi
hanya 80, dan nilai terendah 35. Ketuntasan belajar IPA dapat dilihat pada
gambar diagaram lingkaran 4.1.

Ketuntasan Belajar IPA Pra Siklus

Tuntas
46.50%
53.50% Tidak tuntas
Gambar 4.1
Diagram lingkaran Ketuntasan Belajar IPA Siswa
Kelas 3 Sd Negeri Kadipaten VIII
Pra Siklus

Dari data yang diperoleh pada hasil belajar pra siklus yang telah dilakukan,
maka perlu ditingkatkan lagi ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri
Kadipaten VIII . Dengan menggunakan model pembelajaran metode Demonstrasi,
peningkatan hasil belajar IPA tersebut dapat terwujudkan.

4.3. Hasil Penelitian


4.3.1. Siklus I
Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I di kelas 3 SD Negeri Kadipaten
VIII terdiri dari 2 pertemuan.

1. Pertemuan 1
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini menyusunan RPP pertemuan 1 dengan
materi mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin,
hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut). Membuat lembar observasi
untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
Membuat lembar kerja kelompok. Di dalam pertemuan 1 tes evaluasi belum
diberikan. Observer dipersiapkan yaitu 1 guru kelas 1, berperan sebagai
observer guru kelas 3 dan 1 teman sebagai dokumentasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus 1 pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5
Maret 2021, melalui kegiatan-kegiatan:

1. Kegiatan awal
Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam,
mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran, melakukan absensi
kelas dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru melakukan
apersepsi dengan bertannya “perhatikan lingkungan sekolahmu atau
rumahmu, apakah ada perbedaan dari yang kemarin dan sekarang?”
guru menampung semua jawaban siswa untuk disimpulkan dan
menyampaikan judul pembelajaran.

2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, waktu eksplorasi guru bertannya sebutkan
perubahan lingkungan fisik yang terjadi di daerahmu? guru
menampung semua jawaban siswa dan memberikan aplaus untuk
semua jawaban siswa. Guru membagi siswa kedalam kelompok
secara heterogen, menjadi 4 kelompok dalam kelas. Siswa
bergabung dengan tim/anggota masing-masing yang telah
ditentukan. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari
guru cara kerja dalam kelompok. Dalam elaborasi guru, masing-
masing kelompok memilih subtopik melalui pertanyaan yang
diajukan siswa. Kemungkinan pertanyan yang akan dipakai peserta
didik: 1. Sebutkan dan jelaskan keuntungan dari datangnya hujan? 2.
Sebutkan dan jelaskan kerugian dari datangnya hujan? 3. Sebutkan
dan jelaskan keuntungan dari sinar matahari? 4. Sebutkan dan
jelaskan kerugian dari sinar matahari? siswa mendengarkan
penjelasan dari tugas yang akan dikerjakan. Siswa bisa mencari
informasi dari buku IPA kelas IIIErlangga halaman (191-203) atau
sumber lainnya untuk mendapatkan jawaban dari tugas yang
diberikan guru. Siswa berfikir bersama, berdiskusi dan menyatukan
pendapat (memutar searah jarum jam) terhadap pertanyaan guru
serta meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tersebut. Sewaktu siswa melakukan kerja kelompok, guru mengamati
aktivitas dan memberikan bantuan atau bimbingan seperlunya.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Siswa bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan
disimpulkan. Dalam konfirmasi guru bertanya jawab tentang hal-hal
yang belum diketahui siswa. Guru bersama siswa bertanya jawab
meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.

3. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir guru, mengulas sekilas mengenai materi yang
dipelajari untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan
materi. Guru menyampaikan pembelajaran untuk pertemuan
selanjutnya.
c. Observasi
1. Analisis data dari hasil observasi guru
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru
kelas 3 mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer guru pada
siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3
Hasil Penskoran Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 1
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah

1 Skor 1 0 0

2 Skor 2 16 32

3 Skor 3 12 36

4 Skor 4 5 20

Jumlah skor keseluruhan 88

Berdasarkan tabel 4.3 skor 1 yang diperoleh guru tidak ada, skor 2 yang
diperoleh guru sebanyak 16 bila dijumlahkan menjadi 32, skor 3 yang
diperoleh guru sebanyak 12 bila dijumlahkan menjadi 36 dan skor 4 yang
diperoleh guru sebanyak 5 bila dijumlahkan menjadi 20. Total skor yang
diperoleh guru secara keseluruhan sebanyak 88 dalam pertemuan 1.
Berdasarkan tabel kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang
diperoleh bisa di kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.4.

Tabel 4.4
Kriteria Penilaian Guru
No Skor Kualifikasi

1 113 – 132 A
2 97– 112 B
3 81– 96 C
4 <81 D

Berdasarkan tabel 4.3 dengan jumlah skor secara keseluruhan 88


bila dimasukkan dalam kriteria penilaian berdasarkan tabel 4.4 maka dapat
di kualifikasi C. Saat pertemuan pertama sebenarnya guru sudah
melaksanakan pembelajaran memgunakan model metode Demonstrasi
cukup baik, namun masih kelihatan canggung karna belum terbiasa. Guru
sudah mempersiapkan kelas, alat dan media pembelajaran. Guru
memeriksa kesiapan siswa saat akan mengikuti pembelajaran. Guru juga
sudah menyampaikan motivasi, aprsepsi dan tujuan pembelajaran dengan
cukup baik.
Dalam pembentukan kelompok guru kurang bisa menguasai kelas,
karena siswa ramai dalam kelas. Guru sudah cukup baik saat membimbing
kelompok memilih subtopik untuk semua kelompok yang ada. Guru
kurang begitu aktif saat membimbing kelompok dalam bekerja. Guru juga
mendominasi saat kelompok melakukan presentasi hasil kerja kelompok.
Guru sudah cukup baik saat membimbing siswa dalam merangkum materi
pembelajaran yang telah diajarkan. Guru juga melakukan refleksi
pembelajaran, walaupun siswa bagian depan saja yang terlibat.
2. Analisis data dari hasil observasi siswa
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada siswa
kelas 3 mata pelajaran IPA saat proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer siswa pada
siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5
Hasil Penskoran Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 1
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah

1 Skor 1 2 2

2 Skor 2 16 32

3 Skor 3 4 12

4 Skor 4 1 4

Jumlah skor keseluruhan 50

Berdasarkan tabel 4.5 skor 1 yang diperoleh siswa sebannyak 2 bila


dijumlahkan sebanyak 2, skor 2 yang diperoleh siswa sebanyak 16 bila
dijumlahkan menjadi 32, skor 3 yang diperoleh siswa sebanyak 4 bila
dijumlahkan menjadi 12 dan skor 4 yang diperoleh siswa sebanyak 1 bila
dijumlahkan menjadi 4. Total sekor yang diperoleh siswa secara
keseluruhan sebanyak 50 dalam pertemuan 1. Berdasar tabel kriteria
penilaian jumlah skor, jumlah skor yang diperoleh bisa di kualifikasikan
berdasarkan indikator pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Kriteria penilaian siswa
No Skor Kualifikasi
1 83 – A
92
2 70 – B
82
3 47 – C
69
4 24– D
46
5 23 – E
35

Berdasarkan tabel 4.5 dengan jumlah sekor secara keseluruhan 50


bila dimasukkan dalam kriteria penilaian berdasarkan tabel 4.6 maka dapat
di kualifikasi C. Siswa masih belum paham akan alur pembelajaran
metode Demonstrasi terlihat masih bingung dalam proses pembelajaran.
Siswa mempersiapkan alat-alat pembelajaran dan berdoa sebelum proses
pembelajaran dimulai. Siswa kurang merespon saat guru menyampaikan,
motivasi, apersepsi dan tujuan pembelajaran.
Dalam pembentukan kelompok, siswa ramai karena siswa bingung
mencari teman kelompoknya. Siswa juga ramai saat memilih topik yang
telah disiapkan untuk kelompok. Siswa masih kurang berpartisipasidalam
kerja kelompok, karena mereka masih kelihatan takut dalam mengeluarkan
pendapat dalam kerja kelompok. Siswa juga takut, tidak memberikan
tanggapan atau masukan bagi kelompok yang presentasi, presentasi
kelompok juga didominasi guru, karena siswa masih kelihatan takut. Siswa
masih bingung saat merangkum materi pembelajaran yang telah dilakukan.
Siswa kurang merespon refleksi dari guru, ini terbukti hannya siswa yang
duduk di depan saja yang menjawab.

d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, guru masih kelihatan canggung saat
meengajar menggunakan model metode Demonstrasi, guru kurang bisa
menguasai kelas saat pembentukan kelompok, karena siswa ramai dan guru
kurang aktif saat membibing kerja kelompok. siswa kurang aktif saat
kegiatan apersepsi, motivasi dan penyampaian tujuan pembelajaran, siswa
ramai dalam mencari teman kelompoknya, siswa juga kurang memahami
model metode Demonstrasi saat proses pembelajaran. Dari beberapa
kekurangan saat pembelajaran menggunakan model metode Demonstrasi
perlu dilakukan refleksi untuk perbaikan pertemuan kedua siklus I.
Diharapkan guru lebih menguasai model pembelajaran metode
Demonstrasi saat pertemuan ke 2 siklus I. guru juga harus lebih
mengkondisifkan kelas saat pembentukan kelompok. Guru harus
memberikan kesempatan pada kelompok untuk lebih aktif dalam presentasi,
sehingga presentasi tidak didominasi oleh guru. Guru harus melibatkan
seluruh siswa saat melakukan refleksi, tidak siswa yang bagian depan saja
yang dilibatkan.
Dalam pertemuan 2 siklus 1 diharapkan siswa lebih memahami
model pembelajaran metode Demonstrasi siswa lebih merespon saat guru
menyampaikan motivasi, apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran.
Diharapkan siswa lebih kondusip dalam pembentukan kelompok dan
pemilihan topik untuk kelompoknya. Siswa lebih berpartisipasi,
mengeluarkan pendapat dalam kerja kelompok. Diharapkan siswa lebih
berani dan lantang saat melakukan presentasi dalam kelompok.

2. Pertemuan 2
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini menyusunan RPP pertemuan 2 dengan
materi mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin,
hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut). Membuat lembar observasi
untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
Membuat lembar kerja kelompok. Dimdalam pertemuan 2 tes evaluasi
diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan model
pembelajaran Metode Demonstrasi . Observer dipersiapkan yaitu 1 guru kelas
1, berperan sebagai observer guru kelas 3 dan 1 teman sebagai dokumentasi
pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus 1 pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 6
Maret 2021, melalui kegiatan-kegiatan:
1. Kegiatan awal
Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam,
mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran, melakukan absensi
kelas dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru melakukan
apersepsi dengan bertannya “Pernahkah kalian melihat nelayan
melaut dengan kapal tradisional? Nelayan memanfaatkan apa untuk
menggerakkan kapalnya?” guru menampung semua jawaban siswa
untuk disimpulkan dan menyampaikan judul pembelajaran.

2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, jenis angin apa yang kalian ketahui? guru
menampung semua jawaban siswa dan memberikan pujian terhadap
jawaban siswa. Guru membagi siswa kedalam kelompok secara
heterogen, menjadi 4 kelompok dalam kelas. Siswa bergabung
dengan tim/anggota masing-masing yang telah ditentukan. Siswa
memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru cara kerja
dalam kelompok. Siswa dalam kelompok membentuk lingkaran dan
saling memegang bahu temennya, selanjutnya memijitnya. Siswa
mendengarkan bagaimana kerja dalam kelompok, yang benar dari
filosofi membuat lingkaran dan memijat bahu temannya. Dalam
elaborasi guru, masing-masing kelompok memilih subtopik melalui
pertanyaan yang diajukan siswa. Kemungkinan pertanyan yang akan
dipakai peserta didik. 1. Sebutkan dan jelaskan pengaruh dari
gelombang air laut? 2. Sebutkan dan jelaskan keuntungan dari
angin? 3. Sebutkan dan jelaskan kerugian dari angin? 4. Sebutkan
dan jelaskan proses terjadinya angin darat dan angin laut? Siswa bisa
mencari informasi dari buku IPA kelas IIIErlangga halaman (191-
203) , atau lainnya untuk mendapatkan jawaban dari tugas yang
diberikan guru. Siswa berfikir bersama, berdiskusi dan menyatukan
pendapat (searah jarum jam) terhadap pertanyaan guru serta
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tersebut. Sewaktu siswa melakukan kerja kelompok, guru mengamati
aktivitas dan memberikan bantuan atau bimbingan seperlunya.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Siswa bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan
disimpulkan. Dalam konfirmasi guru bertanya jawab tentang hal-hal
yang belum diketahui siswa. Guru bersama siswa bertanya jawab
meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.

3. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir guru, mengulas sekilas mengenai materi yang
dipelajari untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan
materi. Siswa mengerjakan tes formatif. Guru menyampaikan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

c. Observasi
1. Analisis data dari hasil observasi guru
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru
kelas 3 mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer guru pada
siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7
Hasil Penskoran Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 2
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah

1 Skor 1 0 0

2 Skor 2 6 12

3 Skor 3 19 57

4 Skor 4 8 32

Jumlah skor keseluruhan 101


Berdasarkan tabel 4.7 skor 1 yang diperoleh guru tidak ada, skor 2
yang diperoleh guru sebanyak 6 bila dijumlahkan menjadi 12, skor 3 yang
diperoleh guru sebanyak 19 bila dijumlahkan menjadi 57 dan skor 4 yang
diperoleh guru sebanyak 8 bila dijumlahkan menjadi 32. Total skor yang
diperoleh guru secara keseluruhan sebanyak 101 dalam pertemuan 2.
Berdasarkan tabel kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang
diperoleh bisa di kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.8.

Tabel 4.8
Kriteria Penilaian Guru
No Skor Kualifikasi

1 113 – 132 A
2 97– 112 B
3 81– 96 C
4 <81 D

Berdasarkan tabel 4.7 dengan jumlah skor secara keseluruhan 101


bila dimasukkan dalam kriteria penilaian berdasarkan tabel 4.8 maka dapat
di kualifikasi B. Dalam pertemuan ke 2 siklus I guru sudah melakukan
bempelajaran dengan model metode Demonstrasi dengan baik. Guru sudah
menyiapkan kelas, alat dan media pembelajaran dengan baik, memeriksa
kesiapan siswa saat menerima pembelajaran. Guru juga sudah
menyampaikan motivasi, apersepsi dan tujuan pembelajaran.
Guru sudah bisa mengkondusifkan kelas dengan baik saat
pembentukan kelompok. Guru juga bisa membimbing siswa dengan baik
saat kelompok memilih topik-topok yang ada. Guru masih mendominasi
saat kelompok melakukan presentasi, sehingga kelompok kurang
mendapatkan kesempatan dalam menyampaikan hasil kelompoknya. Guru
tidak membimbing siswa dalam meramkung materi pelajaran yang
berlangsung. Guru melakukan refleksi pada siswa tentang materi yang
diajarkan dan tidak hanya yang siswa yang didepan saja yang direfleksi
seperti pertemuan 1.

2. Analisis data dari hasil observasi siswa


Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada siswa
kelas 3 mata pelajaran IPA saat proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer siswa pada
siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9
Hasil Penskoran Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 2
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah

1 Skor 1 0 0

2 Skor 2 5 10

3 Skor 3 15 45

4 Skor 4 3 12

Jumlah skor keseluruhan 67

Berdasarkan tabel 4.9 skor 1 tidak ada yang diperoleh siswa, skor 2
yang diperoleh siswa sebanyak 5 bila dijumlahkan menjadi 10, skor 3 yang
diperoleh siswa sebanyak 15 bila dijumlahkan menjadi 45 dan skor 4 yang
diperoleh siswa sebanyak 3 bila dijumlahkan menjadi 12. Total skor yang
diperoleh siswa secara keseluruhan sebanyak 67 dalam pertemuan 2.
Berdasarkan tabel kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang
diperoleh bisa di kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.10.

Tabel 4.10
Kriteria Penilaian Siswa
No Skor Kualifikasi
1 83 – A
92
2 70 – B
82
3 47 – C
69
4 24– D
46
5 23 – E
35
Berdasarkan tabel 4.9 dengan jumlah skor secara keseluruhan 67
bila dimasukkan dalam kriteria penilaian berdasarkan tabel 4.10 maka
dapat di kualifikasi C. Siswa lebih baik saat proses pembelajaran
menggunakan model metode Demonstrasi dibandingkan pertemuan 1.
Siswa menyiapkan diri, alat dan berdoa sebelum proses pembelajaran
dimulai. Siswa sudah merespon guru saat memotivasi, apersepsi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Siswa masih ramai dalam pembentukan kelompok, karena siswa
ribut mencari teman kelompoknya. Siswa mulai sedikit-sedikit
berpartisipasidan mengeluarkan pendapat saat kerja kelompok. Siswa
masih belum lepas, menanggapi presentasi kelompok dan kelompok juga
belum lancar dalam presentasi kelompok, hal ini terlihita karena guru lebih
dominan dalam presentasi kelompok. Siswa merangkum materi
pembelajaran dengan bimbingan guru. Siswa mulai merespon refleksi
materi pelajaran dari guru, halini terbukti tidak bagian depan siswa saja
yang menjawab, namun belum keseluruhan siswa.

3. Hasil penelitian siklus I


Proses belajar mengajar yang dilakukan dalam siklus I
menggunakan model pembelajaran metode Demonstrasi dengan indikator
keberhasilan pada siswa secara klasikal yaitu 80% dari jumlah siswa yang
ada tuntas KKM dan siswa dikatakan tuntas apa bila nilai tes siswa ≥60.
Hasil evaluasi pada akhir siklus I sebagai tingkat pemahaman siswa
tentang mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik
(angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut) masih kurang
dengan nilai tertinggi 90, nilai terendah 40. Dari 28 siswa baru 20 siswa
(71%) dinyatakan mampu memenuhi KKM yang telah ditetapkan. Dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I dapat dilihat nilai yang
diperoleh siswa pada tabel 4.11.

Tabel 4.11
Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan
Model Metode Demonstrasi Siswa Kelas 3
SD Negeri Kadipaten VIII Siklus I
No Nilai Siklus I

Frekuens Presentase (%)


i

1 <50 4 14,3%

2 50-59 4 14,3%

3 60-69 8 28,6%

4 70-79 6 21,4%

5 80-89 4 14,3%

6 90-100 2 7%

Jumlah 28 100%

Berdasarkan tabel 4.11 frekuensi analisis hasil belajar IPA tes


formatif siklus I dapat disimpulkan bahwa dari 28 siswa SD N Kadipaten
VIII . Diketahui untuk nilai <50 sebanyak 4 siswa (14,3%), nilai 50 s/d 59
sebanyak 4 siswa (14,3%), untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 8 siswa (28,6%),
nilai 70 s/d 79 sebanyak 6 siswa (21,4%), nilai 80 s/d 89 sebanyak 4 siswa
(14,3%) dan yang memiliki nilai 90 s/d 100 sebanyak 2 siswa (7%).
Sedangkan ketuntasan hasil belajar IPA siklus I dapat dilihat pada tabel
4.12.

Tabel : 4.12
Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan
Model Metode Demonstrasisiswa Kelas 3
SD Negeri Kadipaten VIII Siklus I
No Ketuntasan Frekuensi Presentase (%)
1 Tuntas 20 71%

2 Tidak tuntas 8 29%

Jumlah 28 100%

Nilai maksimum 90

Nilai minimum 40

Rata-rata 64

KKM ≥60

Tabel 4.12 menunjukan jumlah siswa yang tuntas KKM pada siklus
I meningkat menjadi 20 siswa atau 71%, sedangkan yang belum tuntas
KKM sebanyak 8 siswa atau 29%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa
pada siklus 1 ialah 90, nilai terendah yaitu 40 dann belum ada yang
mencapai nilai maksimum yaitu 100. Perolehan hasil belajar IPA siswa
kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII dengan menerapkan model
pembelajaran metode Demonstrasi jumlah siswa yang nilainya memenuhi
KKM sudah terlihat meningkat dibandingkan dengan pra siklus. Hasil tes
formatif pada siklus 1 apabila dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar
dapat disajikan dalam bentuk Gambar 4.2.
Ketuntasan Belajar Bahasa
IndonesiaSiklus I

29%
Tuntas
Tidak tuntas

71%

Gambar : 4.2
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar IPA Dengan
Menggunakan Model Metode Demonstrasi Siswa
Kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII Siklus I

Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I menunjukkan siswa


yang tuntas pada siklus I mencapai 71% atau 20 siswa, sedangkan siswa
yang belum tuntas hasil belajarnya 29% atau 8 siswa. Bila dibandingkan
hasil belajar siklus I dengan pra siklus, ada peningkatan hasil belajar dalam
siklus I peningkatan tersebut terjadi karena proses pembelajaran sudah
menggunakan model metode Demonstrasi dengan beberapa kelebihan
dalam proses pembelajaran yang berlangsung menggunakan model metode
Demonstrasi, siwa mulai aktif dalam proses pembelajaran, inisiatif dan
berani mengeluarkan pendapat. Guru semakin kreatif saat menyampaikan
pembelajaran, menggali kemampuan siswa dan mengaktifkan siswa untuk
lebih dominan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data yang
diperoleh dari siklus I dengan penerapan model pembelajaran metode
Demonstrasi siklus 1 belum bisa dikatakan berhasil karena ketuntasan
belajar siswa baru mencapai 71%, sedangkan indikator keberhasilan siswa
secara klasikal dalam penelitian dikatakan berhasil bila mencapai 80%
sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II.
d. Refleksi
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, hasil belajar IPA
sudah mengalami peningkatan. Tetapi masih ada siswa yang mendapat nilai di
bawah KKM. Siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran belum
menyeluruh. Guru dalam membimbing siswa menyusun rencana penelitian
belum terlihat menyeluruh dan guru juga belum menunjukkan sikap terbuka
terhadap respo siswa. Untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan presentasi
maka diberikan reward berupa pemberian bintang bagi siswa yang memberikan
pertanyaan atau masukan bagi kelompok yang presentasi. Berdasarkan
kekurangan-kekurangan dari pelaksanaan pembelajaran siklus I, akan
digunakan oleh peneliti dan guru kelas untuk memperbaiki proses belajar
mengajar pada siklus II. Pada siklus II ini model pembelajaran tipe metode
Demonstrasi lebih ditekankan, sebagian besar siswa diharapkan dapat lebih
aktif dan berani untuk menjawab pertanyaan dari guru tanpa ragu-ragu. Selain
itu diharapkan guru dapat membiasakan siswa untuk berani mengungkapkan
pendapat dan berbicara di depan kelas dengan percaya diri.

4.3.2. Siklus II
Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II di kelas 3 SD Negeri Kadipaten
VIII terdiri dari 2 pertemuan
1. Pertemuan 1
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini penyusunan RPP pertemuan 1 dengan
materi Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan
(erosi, abrasi, banjir, dan longsor). Membuat lembar observasi untuk
mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Membuat
lembar kerja kelompok. Dimdalam pertemuan 1 tes evaluasi belum diberikan.
Observer dipersiapkan yaitu 1 guru kelas 1, berperan sebagai observer guru
kelas 3 dan 1 teman sebagai dokumentasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 15
Maret 2021, melalui kegiatan-kegiatan:

1. Kegiatan awal
Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam,
mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran, melakukan absensi
kelas dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru melakukan
apersepsi dengan bertannya “Siapa yang pernah melihat gunung?”
guru menampung semua jawaban siswa untuk disimpulkan dan
menyampaikan judul pembelajaran.

2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, siapa yang pernah melihat gunung meletus, apa
yang terjadi? Guru menampung semua jawaban siswa dan
memberikan aplaus untuk semua jawaban siswa. Guru membagi
siswa kedalam kelompok secara heterogen, menjadi 4 kelompok
dalam kelas. Siswa bergabung dengan tim/anggota masing-masing
yang telah ditentukan. Siswa memperhatikan dan mendengarkan
penjelasan dari guru cara kerja dalam kelompok. Siswa dalam
kelompok membentuk lingkaran dan saling memegang bahu
temennya, selanjutnya memijitnya. Siswa mendengarkan bagai mana
kerja dalam kelompok, yang benar dari filosofi membuat lingkaran
dan memijat bahu temannya. Siswa yang memberikan sanggahan
atau masukan untuk presentasi dari kelompok lain mendapatkan satu
bintang untuk setiap masukan atau sanggahan. Dalam elaborasi guru,
masing-masing kelompok memilih subtopik melalui pertanyaan yang
diajukan siswa. Kemungkinan pertanyan yang akan dipakai peserta
didik. Siswa bisa mencari informasi dari buku IPA kelas IIIErlangga
halaman (191-203) atau sumber lainnya untuk mendapatkan jawaban
dari tugas yang diberikan guru. Siswa berfikir bersama, berdiskusi
dan menyatukan pendapat (memutar searah jarum jam) terhadap
pertanyaan guru serta meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tersebut. Sewaktu siswa melakukan kerja
kelompok, guru mengamati aktivitas dan memberikan bantuan atau
bimbingan seperlunya. Masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompok. Siswa bersama guru membahas jawaban yang
diperoleh, disimpulkan. Dalam konfirmasi guru bertanya jawab
tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. Guru bersama siswa
bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan.

3. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir guru, mengulas sekilas mengenai materi yang
dipelajari untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan
materi. Siswa mengerjakan tes formatif. Guru menyampaikan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

c. Observasi
1. Analisis data dari hasil observasi guru
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru
kelas 3 mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer guru pada
siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13
Hasil Penskoran Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 1
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah

1 Skor 1 0 0

2 Skor 2 2 6

3 Skor 3 17 51

4 Skor 4 13 52

Jumlah skor keseluruhan 109

Berdasarkan tabel 4.13 skor 1 yang diperoleh guru tidak ada, skor 2
yang diperoleh guru sebanyak 3 bila dijumlahkan menjadi 6, skor 3 yang
diperoleh guru sebanyak 17 bila dijumlahkan menjadi 51 dan skor 4 yang
diperoleh guru sebanyak 13 bila dijumlahkan menjadi 52. Total skor yang
diperoleh guru secara keseluruhan sebanyak 109 dalam pertemuan 1.
Berdasarkan tabel kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang
diperoleh bisa di kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.14.

Tabel 4.14
Kriteria Penilaian Guru
No Skor Kualifikasi

1 113 – 132 A
2 97– 112 B
3 81– 96 C
4 <81 D

Berdasarkan tabel 4.13 dengan jumlah skor secara keseluruhan 109


bila dimasukkan dalam kriteria penilaian berdasarkan tabel 4.14 maka
dapat di kualifikasi B. Saat pertemuan pertama guru sudah melaksanakan
pembelajaran memgunakan model metode Demonstrasi cukup baik. Guru
sudah mempersiapkan kelas, alat dan media pembelajaran. Guru
memeriksa kesiapan siswa saat akan mengikuti pembelajaran. Guru juga
sudah menyampaikan motivasi, apersepsi dan tujuan pembelajaran dengan
interaksi yang baik dengan siswa.
Dalam pembentukan kelompok guru kurang bisa menguasai kelas,
ketika siswa mencari teman kelompoknya, karena siswa ramai dalam
kelas. Guru bisa menguasai kelas saat membimbing skelompok memilih
subtopik untuk semua kelompok yang ada. Guru begitu aktif saat
membimbing kelompok dalam bekerja. Guru juga mendominasi saat
kelompok melakukan presentasi hasil kerja kelompok. Guru sudah baik
saat membimbing siswa dalam merangkum materi pembelajaran yang
telah diajarkan. Guru juga melakukan refleksi pembelajaran dengan
melibatkan seluruh siswa.

2. Analisis data hasil observasi siswa


Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada siswa
kelas 3 mata pelajaran IPA saat proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer siswa pada
siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15
Hasil Pnsekoran Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 1
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah

1 Skor 1 0 0

2 Skor 2 1 2

3 Skor 3 16 48

4 Skor 4 6 24

Jumlah skor keseluruhan 74

Berdasarkan tabel 4.15 skor 1 yang diperoleh siswa tidak ada, skor
2 yang diperoleh siswa sebanyak 1 bila dijumlahkan menjadi 2, skor 3
yang diperoleh siswa sebanyak 16 bila dijumlahkan menjadi 48 dan skor 4
yang diperoleh siswa sebanyak 6 bila dijumlahkan menjadi 24. Total skor
yang diperoleh siswa secara keseluruhan sebanyak 74 dalam pertemuan 1.
Berdasarkan tabel kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang
diperoleh bisa di kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.16.

Tabel 4.16
Kriteria Penilaian Siswa
No Skor Kualifikasi
1 83 – A
92
2 70 – B
82
3 47 – C
69
4 24– D
46
5 23 – E
35

Berdasarkan tabel 4.15 dengan jumlah sekor secara keseluruhan 74


bila dimasukkan dalam kriteria penilaian berdasarkan tabel 4.16 maka
dapat di kualifikasi B. Siswa melakukan proses pembelajaran metode
Demonstrasi dengan cukup baik. Siswa mempersiapkan alat-alat
pembelajaran dan berdoa sebelum proses pembelajaran dimulai. Siswa
merespon dengan interaksi saat guru menyampaikan, motivasi, apersepsi
dan tujuan pembelajaran.
Dalam pembentukan kelompok, siswa ramai karena siswa bingung
mencari teman kelompoknya. Siswa kondusif saat memilih topik yang
telah disiapkan untuk kelompok. Siswa mulai berpartisipasi dalam kerja
kelompok, mereka mulai mengeluarkan pendapat dalam kerja kelompok.
Siswa juga takut dan tidak memberikan tanggapan atau masukan bagi
kelompok yang presentasi, presentasi kelompok juga didominasi guru.
Siswa merangkum materi pembelajaran yang telah dilakukan dengan
bimbingan guru. Siswa merespon refleksi dari guru, ini terbukti siswa
berinteraksi saat refleksi.

d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, guru kurang bisa menguasai kelas saat
pembentukan kelompok karena siswa ramai, guru lebih dominan dalam
presentasi hasil kerja kelompok. Saat pembentukan kelompok siswa ramai,
karena bingung untuk mencari teman kelompoknya, kurang aktif dalam
presentasi hasil kerja kelompok. berdasarkan hasil observasi, maka perlu
dilakukan refleksi agar lebih baik dalam proses pembelajaran dengan
model metode Demonstrasi pada pertemuan kedua siklus II.
Dalam pertemuan kedua siklus II diharapkan guru lebih baik saat
kegiatan presentasi hasil kerja kelompok agar siswanya yang aktif, guru
lebih mengkondusifkan kelas saat pembentukan kelompok. Siswa lebih
kondusif dalam pembentukan kelompok. Siswa lebih berpartisipasi,
mengeluarkan pendapat dalam kerja kelompok. Diharapkan siswa lebih
berani dan lantang saat melakukan presentasi dalam kelompok.

2. Pertemuan 2
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini menyusunan RPP pertemuan 2 dengan
materi cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan
longsor). Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran. Membuat lembar kerja kelompok.
Dimdalam pertemuan 2 tes evaluasi akan diberikan. Observer dipersiapkan
yaitu 1 guru kelas 1, berperan sebagai observer guru kelas 3 dan 1 teman
sebagai dokumentasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus 1I pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 16
Maret 2021, melalui kegiatan-kegiatan:

1. Kegiatan awal
Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam,
mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran, melakukan absensi
kelas dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru melakukan
apersepsi dengan bertannya “Saat kalian pulang sekolah melihat
hutannya bagaimana?” guru menampung semua jawaban siswa
untuk disimpulkan dan menyampaikan judul pembelajaran.

2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, saat eksplorasi guru apa yang kalian lakukan
ketika melihat secara langsung maupun dari berita tentang banjir?
Guru menampung semua jawaban siswa dan memberikan pujian
terhadap jawaban siswa. Guru membagi siswa kedalam kelompok
secara heterogen, menjadi 4 kelompok dalam kelas. Siswa
bergabung dengan tim/anggota masing-masing yang telah
ditentukan. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari
guru cara kerja dalam kelompok. Siswa dalam kelompok membentuk
lingkaran dan saling memegang bahu temennya, selanjutnya
memijitnya. Siswa mendengarkan bagai mana kerja dalam
kelompok, yang benar dari filosofi membuat lingkaran dan memijat
bahu temannya. Siswa yang memberikan sanggahan atau masukan
untuk presentasi dari kelompok lain mendapatkan satu bintang untuk
setiap masukan atau sanggahan. Dalam elaborasi guru, masing-
masing kelompok memilih subtopik melalui pertanyaan yang
diajukan siswa. Kemungkinan pertanyan yang akan dipakai peserta
didik. Siswa bisa mencari informasi dari buku IPA kelas IIIErlangga
halaman (191-203) , atau lainnya untuk mendapatkan jawaban dari
tugas yang diberikan guru. Siswa berfikir bersama, berdiskusi dan
menyatukan pendapat (searah jarum jam) terhadap pertanyaan guru
serta meyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tersebut. Sewaktu siswa melakukan kerja kelompok, guru mengamati
aktivitas dan memberikan bantuan atau bimbingan seperlunya.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Siswa bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan
menyimpulkannya. Dalam konfirmasi guru bertanya jawab tentang
hal-hal yang belum diketahui siswa. Guru bersama siswa bertanya
jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan.

3. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir guru, mengulas sekilas mengenai materi yang
dipelajari untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan
materi. Siswa mengerjakan tes formatif. Guru menyampaikan
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

c. Observasi
1. Analisis data dari hasil observasi guru
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru
kelas 3 mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi. Analisis hasil dari observer pada siklus
II pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 4.17.

Tabel 4.17
Hasil Penskoran Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 2
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah

1 Skor 1 0 0

2 Skor 2 0 0

3 Skor 3 18 54

4 Skor 4 15 60

Jumlah skor keseluruhan 114

Berdasarkan tabel 4.17 skor 1 yang diperoleh guru tidak ada, skor 2
yang diperoleh guru tidak ada, skor 3 yang diperoleh guru sebanyak 18
bila dijumlahkan menjadi 54 dan skor 4 yang diperoleh guru sebanyak 15
bila dijumlahkan menjadi 60. Total skor yang diperoleh guru secara
keseluruhan sebanyak 114 dalam pertemuan 2. Berdasarkan tabel kriteria
penilaian jumlah skor, jumlah skor yang diperoleh bisa di kualifikasikan
berdasarkan indikator pada tabel 4.18.

Tabel 4.18
Kriteria Penilaian Guru
No Skor Kualifikasi

1 113 – 132 A
2 97– 112 B
3 81– 96 C
4 <81 D

Berdasarkan tabel 4.17 dengan jumlah skor secara keseluruhan 114


bila dimasukkan dalam kriteria penilaian berdasarkan tabel 4.18 maka
dapat di kualifikasi A. Dalam pertemuan ke 2 siklus II guru sudah
melakukan bempelajaran dengan model metode Demonstrasi dengan
sangat baik. Guru sudah menyiapkan kelas, alat dan media pembelajaran
dengan baik, memeriksa kesiapan siswa saat menerima pembelajaran.
Guru juga sudah menyampaikan motivasi, apersepsi dan tujuan
pembelajaran.
Dalam pembentukan kelompok guru bisa menguasai kelas, ketika
siswa mencari teman kelompoknya. Guru bisa menguasai kelas saat
membimbing skelompok memilih subtopik untuk semua kelompok yang
ada. Guru begitu aktif saat membimbing kelompok dalam bekerja. Guru
membibing dengan baik sangat saat kelompok melakukan presentasi hasil
kerja kelompok. Guru sudah sangat baik saat membimbing siswa dalam
merangkum materi pembelajaran yang telah diajarkan. Guru juga
melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan seluruh siswa.

2. Analisis data dari hasil observasi siswa


Dari hasil obseervaasi kegiatan siswa pertemuan 2 siklus II dapat
dilihat hasil observer pada tabel 4.19.

Tabel 4.19
Hasil Penskoran Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Mengunakan Model Metode Demonstrasi Pertemuan 2
No Skor Penilaian Banyaknya Skor Jumlah

1 Skor 1 0 0
2 Skor 2 0 0

3 Skor 3 3 9

4 Skor 4 20 80

Jumlah skor keseluruhan 89

Berdasarkan tabel 4.19 skor 1 tidak ada yang diperoleh siswa, skor
2 tidak ada yang diperoleh siswa, skor 3 yang diperoleh siswa sebanyak 3
bila dijumlahkan menjadi 9 dan skor 4 yang diperoleh siswa sebanyak 20
bila dijumlahkan menjadi 80. Total jumlah skor yang diperoleh siswa
secara keseluruhan sebanyak 89 dalam pertemuan 2. Berdasarkan tabel
kriteria penilaian jumlah skor, jumlah skor yang diperoleh bisa di
kualifikasikan berdasarkan indikator pada tabel 4.20.

Tabel 4.20
Kriteria Penilaian Siswa
No Skor Kualifikasi
1 83 – A
92
2 70 – B
82
3 47 – C
69
4 24– D
46
5 23 – E
35

Berdasarkan tabel 4.19 dengan jumlah sekor secara keseluruhan 89


bila dimasukkan dalam kriteria penilaian berdasarkan tabel 4.20 maka
dapat di kualifikasi A. Siswa melakukan proses pembelajaran metode
Demonstrasi dengan baik proses pembelajaran. Siswa mempersiapkan
alat-alat pembelajaran dan berdoa sebelum proses pembelajaran dimulai.
Siswa merespon dengan interaksi saat guru menyampaikan, motivasi,
apersepsi dan tujuan pembelajaran.
Dalam pembentukan kelompok, suasana kelas lebih kondusif
dibandingkan pertemuan pertama siklus II. Keadaan siswa kondusif saat
memilih topik yang telah disiapkan untuk kelompok. Siswa mulai
berpartisipasidalam kerja kelompok, mereka mulai mengeluarkan pendapat
dalam kerja kelompok. Siswa mulai beranati saat melakukan presentasi
dan suasana lebih hidup dengan adanya masukan atau tanggapan dari
siswa lain atau kelompok lain, walaupun suasana kelas menjadi ramai.
Siswa merangkum materi pembelajaran yang telah dilakukan dengan
bimbingan guru. Siswa merespon dengan antusias saat guru merefleksi
materi pembelajaran.

3. Hasil Penelitian Siklus II


Proses belajar mengajar yang dilakukan dalam siklus II
menggunakan model pembelajaran metode Demonstrasi dengan indikator
keberhasilan pada siswa secara klasikal yaitu 80% dari jumlah siswa yang
tuntas KKM dan siswa dikatakan tuntas apa bila nilai tes siswa ≥60. Hasil
evaluasi pada akhir siklus II sebagai tingkat pemahaman siswa tentang
Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor) sudah tuntas secara klasikal namun ada satu siswa
yang belum tuntas KKM nilai tertinggi 100, nilai terendah 50. Dari 28
siswa, 27 siswa (96%) dinyatakan mampu memenuhi KKM yang telah
ditetapkan dan 1 siswa (4%) yang belum tuntas KKM. Dari hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Maka hasil tes siswa pada
pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.21.

Tabel 4.21
Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Model Metode Demonstrasi
Siswa Kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII Siklus II
No Nilai Siklus I

Frekuensi Presentase (%)

1 <50 0 0%

2 50-59 1 3,6%
3 60-69 3 10,7%

4 70-79 10 35,7%

5 80-89 10 35,7%

6 90-100 4 14,3%

Jumla 28 100%
h

Dari tabel 4.21 analisis dan rekapitulasi hasil tes formatif siklus II
dapat disimpulkan bahwa dari 28 siswa SD N Kadipaten VIII diketahui
untuk nilai <50 sebanyak 0 siswa (0%), nilai 50 s/d 59 sebanyak 1 siswa
(3,6%), untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 3 siswa (10,7%), nilai 70 s/d 79
sebanyak 10 siswa (35,7%), nilai 80 s/d 89 sebanyak 10 siswa (37,5%) dan
yang memiliki nilai 90 s/d 100 sebanyak 4 siswa (14,3%). Sedangkan
Ketuntasan Hasil hasil belajar IPA Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.22.

Tabel : 4.22
Distribusi Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3
SD Negeri Kadipaten VIII
Siklus II
No Ketuntasan Frekuensi Presentase

1 Tuntas 27 96%

2 Tidak tuntas 1 4%

Jumlah 28 100%

Nilai maksimum 100

Nilai minimum 50

Rata-rata 77
KKM ≥60

Berdasarkan tabel 4.22, ada 1 siswa yang masih belum tuntas atau
belum memenuhi KKM pada siklus II dan secara klasikal sudah tuntas
karena target indikator keberhasilan ialah 80% sedangkan ketuntasan siswa
secara klasikal pada siklus II sudah mencapai 96%, keberhasilan ini bisa
terjadi karena proses bempelajaran menggunakan model metode
Demonstrasi. Dengan beberapa kelebihan dalam proses pembelajaran yang
berlangsung menggunakan model metode Demonstrasi, siwa mulai aktif
dalam proses pembelajaran, inisiatif dan berani mengeluarkan pendapat.
Interaksi antar siswa dalam kelompok atau antar siswa dala pembelajaran
sangat baik. Guru semakin kreatif saat menyampaikan pembelajaran,
menggali kemampuan siswa dan mengaktifkan siswa untuk lebih dominan
dalam proses pembelajaran. Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes
formatif siklus II dapat dilihat pada gambar 4.3.

Ketuntasan Belajar IPA Siklus II

4%
Tuntas
Tidak tuntas

96%

Gambar : 4.3
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar IPA Dengan
Menggunakan Model Metode Demonstrasi Siswa
Kelas IIISD Negeri Kadipaten VIII Siklus I

Gambar 4.3 mendeskripsikan ketuntasan siswa dalam belajar IPA


pokok bahasan menjelaskan mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan
lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) terdapat 27 siswa telah
mencapai indikator keberhasilan yaitu 96% tuntas dan 1 siswa masih
belum tuntas yaitu 4%.
d. Refleksi
Berdasarkan observasi pada siklus II, terjadi peningkatan yang lebih
baik dari siswa maupun guru walaupun masih terdapat beberapa kekurangan
pada siswa, seperti : kondisi kelas lebih ramai dari siklus I saat membacakan
laporan kerja kelompok, hal ini disebabkan oleh karena siswa saling berebut
untuk membacakan hasil laporan kelompok dan merespon tanggapan
kelompok lain. Pada siklus II terjadi peningkatan pada aktivitas siswa dan guru
yang lebih baik dari siklus I. Kelebihan dari siklus II yaitu : a. Rasa percaya
diri siswa meningkat, hal ini terlihat dari keberanian siswa dalam menjawab
pertanyaan guru dan menjawab pertanyaan teman ketika presentasi. b.
Aktivitas siswa meningkat, hal ini terlihat dari cara siswa bekerja sama dalam
kelompok dan cara siswa dalam menyajikan laporan (presentasi). c. Sedangkan
guru sudah bisa menguasai kelas sehingga dapat dikatakan bahwa guru telah
berhasil menerapkan model pembelajaran metode Demonstrasi untuk pelajaran
IPA kelas 3 pokok bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap daratan .

4.4. Hasil Penelitian Pra iklus, Siklus I dan Siklus II


Berdasarkan paparan hasil penelitian maka dapat diketahui adanya
peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran metode
Demonstrasi. Berikut ini dapat dilihat tabel nilai kondisi awal, siklus I dan siklus
II serta rekapitulasi pengelompokkan nilai dalam tabel 4.23.

Tabel 4.23
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran Metode Demonstrasi Kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII
Pada Kondisi Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
No Ketunta Pra siklus Siklus I Siklus II
san Frekue present Frekue Present Frekue present
nsi ase nsi ase nsi ase

1 Tuntas 15 53,5% 20 71% 27 96%

2 Tidak 13 46,5% 8 29% 1 4%


tuntas

Jumlah 28 100% 28 100% 28 100%

Nilai 80 90 100
maksimum

Nilai 35 40 50
minimum

Rata-rata 59 64 77

KKM ≥60 ≥60 ≥60

Berdasarkan tabel 4.23 rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel dapat


dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang tuntas dalam
mata pelajaran IPA terbukti untuk klasifikasi Tuntas, pada pra siklus ada 15 siswa
(53,5%) yang sudah tuntas dan 13 siswa (46,5%) yang belum tuntas setelah
diadakan tindakan siklus I ada 20 siswa (71%) yang tuntas dan 8 siswa atau (29%)
yang belum tuntas, sedangkan siklus II ada 27 siswa (96%) tuntas dan siswa
yang belum tuntas hanya ada 1 siswa (4%). Ini membuktikan bahwa pembelajaran
menggunakan model metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA
pada pokok bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya
terhadap daratan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.4.
96%
100.00%
90.00%
80.00% 71%
70.00%
54%
60.00% 47%
Tuntas
50.00%
29% Tidak Tuntas
40.00%
30.00%
20.00%
4%
10.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.4
Gambar Diagram Batang Rekapitulasi Perbandingan Hasil Belajar IPA
Melalui Model Pembelajaran Metode Demonstrasi Kelas 3 SD Negeri 03
Kranganyar Pada Kondisi Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus Ii

Berdasarkan gambar 4.4 tapak bahwa terjadi peningkatan ketuntasan


belajar IPA pada pra siklus dan siklus I kemudian ke siklus II. Dalam kondisi
awal siswa sebelum diadakan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran
metode Demonstrasi hampir sebagian dari keseluruhan siswa belum tuntas atau
memenuhi KKM ≥60 sebesar 46,5% sedangkan yang sudah tuntas sebesar 53,5%
dari keseluruhan siswa. Setelah diadakan tindakan dengan menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi pada siklus I terjadi peningkatan ketuntasan
hasil belajar IPA sebesar 71% siswa tuntas dan masih ada 29% siswa yang belum
tuntas. Maka dari itu perlu meningkatkan hasil belajar pada siklus II. Sedangkan
pada siklus II tampak telah terjadi peningkatan hasil belajar IPA yang signifikan
dengan 96% siswa tuntas dan hanya 4% saja siswa yang belum tuntas atau
memenuhi KKM.

4.5. Pembahasan
Pada observasi awal hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di
kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka
guru masih cenderung menggunakan ceramah dalam proses pembelajaran. Jadi
guru lebih aktif sedangkan siswanya pasif dalam proses pembelajan yang
berlangsung. Sehingga siswa tidak secara optimal menyerap materi pelajaran yang
disampaikan dan siswa akan merasa jenuh dan bosan. Proses belajar mengajar
yang berlangsung dengan metode ceramah dianggap kurang efektif terutama
dalam mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan memahami perubahan
lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Didalam mata pelajaran IPA
mengajar dengan ceramah, untuk hasil ulangan harian pada materi memahami
gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda, diperoleh data.
Pada prasiklus sebagian besar dari jumlah siswa yaitu 15 siswa (53,5%)
sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 13
siswa (46,5%) untuk kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥60). Nilai tertinggi yang
berhasil di dapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 80 sedangkan nilai
terendahnya adalah 35. Adanya perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dan
tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat
menangkap materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan model
pembelajaran yang konvensional, karena ke 15 siswa ini memang mempunyai
daya tangkap yang lebih dibandingkan teman-temannya yang lain walaupun hanya
dengan mendengarkan saja, sedangkan 13 siswa yang lain belum bisa menangkap
materi yang disajikan oleh guru hanya dengan model pembelajaran yang monoton
saja karena daya tangkap mereka rendah jika hanya mendengarkan saja. Sehingga
diperlukan tindakan yang sesuai yaitu dengan kondisi siswa agar siswa dapat
bekerjasama dan mudah dalam memahami sebuah materi khususnya memahami
perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.
Peningkatan hasil belajar IPA dapat dilihat dari perolehan nilai siklus I dan
II. Siklus I dengan penerapan pembelajaran metode Demonstrasi siswa yang
mencapai KKM ≥60 sebanyak 20 siswa (71%) yang mencapai ketuntasan dan
sebanyak 8 siswa (29%) belum tuntas KKM. Nilai tertinggi adalah 90 dan nilai
terendahnya adalah 40. Siklus II dengan penerapan pembelajaran metode
Demonstrasi siswa yang mencapai KKM ≥60 sebanyak 27 siswa (96%) yang
mencapai ketuntasan dan sebanyak 1 siswa (4%) belum tuntas KKM. Nilai
tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 50. Keberhasilan meningkatkan
hasil belajar pada siswa kelas 3 SD Negeri Kadipaten VIII Kecamatan Kadipaten
Kabupaten Majalengka bisa terjadi karena menerapkan model pembelajaran
metode Demonstrasi. Dengan beberapa kelebihan dalam proses pembelajaran
yang berlangsung menggunakan model metode Demonstrasi, siwa mulai aktif
dalam proses pembelajaran, inisiatif dan berani mengeluarkan pendapat. Interaksi
antar siswa dalam kelompok atau antar siswa dala pembelajaran sangat baik.
Siswa lebih berani dalam mengukapkan pendapat saat proses pembelajaran. Guru
semakin kreatif saat menyampaikan pembelajaran, menggali kemampuan siswa
dan mengaktifkan siswa untuk lebih dominan dalam proses pembelajaran. Dari
hasil observasi pembelajara yang telah dilakukan oleh observer juga menunjukkan
peningkatan proses belajar mengajar baik dari guru dan siswa. Guru terlihat
semakin baik dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran metode
Demonstrasi, guru tidak lagi mendominasi pembelajaran, guru mulai memahami
untuk mengaktifkan siswa-siswanya dalam proses pembelajaran. Dari hasil
observasi juga menunjukkan guru semakin memahami model pembelajaran
metode Demonstrasi, terlihat dari skor yang diperoleh guru semakin meningkat
dari pertemuan-kepertemuan berikutnya. Sama dengan yang ditunjukkan guru,
siswapun juga mengalami perubahan yang lebih baik dalam proses pembelajaran
terutama pada pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran metode
Demonstrasi. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi yang menunjukkan semakin
baik siswa dalam proses pembelajaran, dari siswa yang semula pasif dalam
pembelajaran menjadi aktif. Siswa juga semakin berani dalam artian
mengeluarkan pendapat, mennyanggah, memberikan masukan mengenai
pembelajaran. Skor observasi siswapun semakin meningkat dari pertemuan-
kepertemuan berikutnya. Dari siswa-siswa yang mengalami peningkatan dalam
proses belajar dan hasil belajar terdapat satu siswa yang belum tuntas KKM.
Adanya satu siswa yang tidak tuntas KKM, karena siswa tersebut memang belum
bisa membaca. Dari belum mampunya siswa membaca, sangat sulit siswa untuk
memahami, mengerjakan soal evaluasi dan memahami materi pembelajaran
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan Utari (2012) peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan alam pokok
bahasan energi melalui pembelajaran kooperatif tipe metode Demonstrasi pada
siswa kelas III SD N Kadipaten VIII kecamatan Kadipaten kabupaten Majalengka
Semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 menyatakan bahwa peningkatan hasil
belajar IPA dapat dilihat dari perolehan nilai siklus I dan II. 1. Siklus I dengan
penerapan pembelajaran metode Demonstrasi siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥60) sebanyak 26 siswa (72,22%) dan yang belum
mencapai KKM sebanyak 10 siswa (27,78%). Nilai rata-ratanya adalah 73,05
sedangkan nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendahnya adalah 30. 2. Siklus II
dengan penerapan pembelajaran metode Demonstrasi siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥60) sebanyak 34 siswa (94,44%) dan yang
belum mencapai KKM sebanyak 2 siswa (5,56%). Nilai rata-ratanya adalah 80,28
sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 40. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ratih
Endarini Sudarmono (2011) dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar siswa Kelas III melalui Penerapan Metode Metode Demonstrasi pada
Pembelajaran IPA di SDN Kadipaten VIII Semester 2 Tahun Ajaran 2020/2021”.
Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SDN Kadipaten
VIII.

BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Metode Demonstrasi pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa pada pra siklus sebanyak 15 siswa (53,5%) tuntas dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 13 siswa (46,5%). Setelah dilaksanakannya pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran metode Demonstrasi terjadi
peningkatan hasil belajar pada pelaksanaan siklus I, siswa yang sudah tuntas
sebanyak 20 siswa (71%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 13 siswa (29%).
Pada pelaksanaan siklus II jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa (96%) dan
siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa (4%).

5.2. Saran
1. Bagi siswa
a) Bagi siswa dengan karakteristik yang aktif, mandiri, serta percaya diri atau
bagi siswa yang kurang aktif, kurang percaya diri, belajar dapat
menggunakan model metode Demonstrasi, seperti pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
b) Siswa merasa tertarik dan mudah memahami materi pelajaran Bahasa
Indonesia melalui model pembelajaran metode Demonstrasi dalam
pembelajaran.

2. Bagi Guru
a) Pembelajaran dengan menggunakan model metode Demonstrasi dapat
digunakan guru untuk lebih memaksimalkan kegiatan pembelajaran, siswa
tidak bosan dan pemahaman siswa akan tertanam melalui penelitian yang
mereka lakukan.
b) Ajarlah kelas dengan menggunakan model metode Demonstrasi apabila
siswa bosan dengan pembelajaran ceramah.

3. Bagi sekolah
a) Bagi kepala sekolah, untuk menyarankan guru menggunakan model
pembelajaran metode Demonstrasi dalam kegiatan belajar mengajar.
b) Sekolah sebaiknya mengadakan pelatihan atau seminar tentang
model/metode pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa.

4. Bagi pembaca
a) Bagi penelitian selanjutnya ialah untuk melakukan penelitian dijenjang
yang lebih tinggi dengan tambahan variabel penelitian yang lain.
a) Mendapatkan teori baru tentang peningkatan hasil belajar Bahasa
Indonesia melalui model pembelajaran metode Demonstrasi pada siswa
kelas 3.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ali, Mohammad. 2010 Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, Edisi


Keenam.Jakarta: Media Grafika
Arikunto, Suharsimi, dkk.2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi
Aksara

Depdiknas. 2006. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Dan Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta : Tidak diterbitkan.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana.2012. Konsep Strategi Pembelajaran.


Bandung: Refika Aditama

Kosasih. E. 2014. Strategi Belajar dan pembelajaran Implementasi Kurikulum


2013. Bandung : Yrama Widya

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta:


PT.Rineka.

Suryabrata, Sumadi. 2005. Spikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo


Persada

Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Surabaya :


Usaha Nasional

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Syaiful, Sagala. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung :


Alfabeta Winataputra, Udin,dkk. 2005 Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta:Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai