Anda di halaman 1dari 2

BOLEHKAH WANITA MUSLIMAH BERHIAS ???

Oleh : Ustaz Yuana Ryan Tresna

#DuniaParenting- Salah satu fitrah yang dianugerahkan Allah kepada manusia adalah
kecenderungan untuk menyukai keindahan, kebersihan, dan kerapian. Kecenderungan-
kecenderungan ini merupakan sifat-sifat yang tidak mungkin dihapuskan dari diri manusia. Oleh
karena itu, Islam telah mensyariatkan sejumlah hukum yang berhubungan dengan fitrah-fitrah
tersebut. Misalnya, Islam telah mewajibkan mandi bagi orang yang berhadats besar, dan wudlu’
bagi orang yang berhadats kecil. Islam juga mewajibkan kaum Muslim untuk membersihkan
najis yang mengenai badan, pakaian, dan tempat tinggalnya. Lebih dari itu, Islam juga
mengatur hukum-hukum yang berkaitan dengan menghias diri, memakai wewangian,
berbusana, dan lain sebagainya.

Dalam konteks berhias (tazayyun), sesungguhnya, syariat Islam membolehkan laki-laki dan
wanita menghias dirinya dalam batas kewajaran. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits
dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra, bahwasanya ia berkata;

ِ ‫ط ال َّن‬
‫اس‬ َ ‫َقا َل َر ُج ٌل ِإنَّ الرَّ ُج َل ُيحِبُّ َأنْ َي ُك‬
ُ ْ‫ون َث ْو ُب ُه َح َس ًنا َو َنعْ لُ ُه َح َس َن ًة َقا َل ِإنَّ هَّللا َ َجمِي ٌل ُيحِبُّ ْال َج َما َل ْال ِك ْب ُر َب َط ُر ْال َح ِّق َوغَم‬

“Ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,”Sesungguhnya


seorang laki-laki itu ingin agar bajunya bagus dan sandalnya juga bagus.” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Indah dan menyukai keindahan..” (HR.
Muslim)
Imam al-Nasa’i meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Aisyah ra, bahwasanya ia berkata;

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َي َدهُ َو َقا َل َما َأ ْد ِري َأ َي ُد َرج ٍُل َأ ْو‬
َ ُّ‫ض ال َّن ِبي‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف َق َب‬ ِ ‫َّت امْ َرَأةٌ مِنْ َو َرا ِء ال ِّس ْت ِر ِب َي ِد َها ِك َتابًا ِإلَى َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ْ ‫َمد‬
ْ
‫اركِ ِبال ِح َّنا ِء‬ ْ ‫َأ‬
َ ‫ت ظ َف‬ ‫َأ‬
ِ ْ‫ت ا ْم َر ًة َغيَّر‬ ‫َأ‬
ِ ‫ت َب ْل ام َْر ةٌ َف َقا َل َل ْو ُك ْن‬ ‫َأ‬
ْ َ‫َي ُد ا ْم َر ٍة َف َقال‬

“Sesungguhnya, seorang wanita mengulurkan tangannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam dengan sebuah kitab, tetapi beliau hanya menggenggam tangan beliau. Wanita itu
berkata, “Wahai Rasulullah, aku ulurkan tanganku kepadamu dengan sebuah kitab, tetapi
engkau tidak mau mengambilnya”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab,”Sesungguhnya aku tidak tahu, apakah ia tangan seorang wanita ataukah tangan
seorang laki-laki.’ Wanita itu berkata, “Tetapi, ini adalah tangan wanita.” Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Jika engkau seorang wanita, tentunya engkau akan mengubah warna
kukumu dengan inai”. (HR. an-Nasa’i)

Dalam riwayat lain yang dituturkan dari Ibnu ‘Abbas, disebutkan; “Ada seorang wanita datang
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada beliau, tetapi, dia tidak
mengecat kukunya, sehingga beliau tidak mau membai’atnya hingga ia mengecat kukunya.”
(HR. Abu Dawud)
Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Imran bin Husain, bahwa Nabiyullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata;
“Perhatikan, wewangian lelaki adalah berbau namun tidak berwarna; dan perhatikanlah,
wewangian wanita adalah berwarna namun tidak berbau.’ Sa’id (salah seorang perawi) berkata,
“Aku melihat ia mengatakan, “Sesungguhnya mereka membawa ucapan beliau mengenai
wewangian itu ke arah “jika dia keluar rumah”. Adapun jika dia berada di samping suaminya, dia
boleh memakai wewangian yang dia sukai.”[HR. Abu Dawud]; dan masih banyak hadits-hadits
lain yang berbicara pada konteks berhiasnya seorang wanita.

Hadits-hadits di atas menunjukkan, bahwa seorang wanita mukminat diperbolehkan menghias


dirinya (tazayyun) dalam batas-batas kewajaran. Namun, syariat dengan tegas melarang wanita
menghias dirinya di luar batas kewajaran alias tabarruj (bersolek untuk menampakkan
kecantikannya). Larangan tabarruj telah disebutkan dengan sharih di dalam al-Quran. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman;

‫ت ِب ِزي َن ٍة‬ َ ‫ْس َع َلي ِْهنَّ ُج َنا ٌح َأنْ َي‬


ٍ ‫ضعْ َن ِث َيا َبهُنَّ غَ ي َْر ُم َت َبرِّ َجا‬ َ ‫َو ْال َق َواعِ ُد م َِن ال ِّن َسا ِء الاَّل تِي اَل َيرْ ج‬
َ ‫ َف َلي‬z‫ُون ِن َكاحً ا‬
“Perempuan-perempuan tua yang telah berhenti haidh dan kehamilan yang tidak ingin menikah
lagi, tidaklah dosa atas mereka menanggalkan pakaian mereka tanpa bermaksud
menampakkan
perhiasannya (tabarruj).” (QS. al-Nur: 60)
Mafhum muwafaqah ayat ini adalah, “jika wanita-wanita tua yang telah menapouse saja
dilarang melakukan tabarruj, lebih-lebih lagi wanita-wanita yang belum tua dan masih punya
keinginan nikah.”
Sumber : https://yuanaryantresna.id/…/bolehkah-wanita-muslimah-berh…/
-------------
#DuniaParenting
#SahabatKeluargaMuslim
#ProdukKeluargaMuslim
#ArtikelParenting
#KeluargaSamawa
_____
https://www.facebook.com/Dunia-Parenting-754865644854443/
https://www.instagram.com/duniaparenting.id/
https://www.twitter.com/@dunia_parenting

Anda mungkin juga menyukai