Anda di halaman 1dari 52

FILSAFAT ILMU MANAJEMEN

LATAR BELAKANG SOSIAL DAN INDUSTRI

(THE SOCIAL AND INDUSTRIAL BACKGROUND)

DAN DASAR-DASAR MANAJEMEN (THE FUNDAMENTAL OF

MANAGEMENT)

Disusun Oleh Kelompok 4:

INDRIYANTI (G2D122019)

MUHAMMAD ARIQ TRIYANTO (G2D122020)

SARIWULANDARI (G2D122021)

PRODI ILMU MANAJEMEN PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Latar Belakang Sosial dan Industri (The Social and Industrial

Background) dan Dasar-Dasar Manajemen (The Fundamentals of Management)”

guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah

tentang “Latar Belakang Sosial dan Industri (The Social and Industrial Background)

dan Dasar-Dasar Manajemen (The Fundamentals of Management)” ini dengan baik

meskipun banyak kekurangan. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna

dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Semoga makalah sederhana ini dapat

dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan

saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kendari, 25 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................................9
PEMBAHASAN......................................................................................................................9
A. Hubungan dan Pengaruh Kehidupan Sosial dan Industri.................................................9
B. Hubungan antara Manajemen dengan Sosial Industri....................................................43
a) Definisi Manajemen...................................................................................................43
b) Definisi Industri.......................................................................................................44
c) Hubungan Manajemen dengan Sosial Industri...........................................................45
d) Wawasan Industri dan Analisis Manajemen..............................................................46
BAB III..................................................................................................................................50
PENUTUP.............................................................................................................................50
A. Kesimpulan................................................................................................................50
B. Saran..........................................................................................................................51
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diawali perang Napoleon, yang menjembatani transisi dari abad kedelapan

belas ke abad kesembilan belas, perang tahun 1914 – 1918, meskipun telah

memasukkan elemen-elemen baru ke dalam faktor-faktor yang menentukan

kemajuan nasional kita. Masalah yang menandai awal dan langkah-langkah dari

abad sebelumnya. Ini telah memberi kita sudut pandang baru, itu telah

mendefinisikan puncak-puncak yang sampai sekarang tidak ditemui dalam

gambaran sosial, tetapi fitur luas dari gambaran itu sebagian besar tetap sama.

Dalam beberapa tahun di era yang disebut Revolusi Industri, kita telah

mengalami kemajuan normal dan menandai terjadinya titik balik besar dalam

sejarah dunia, hampir setiap aspek kehidupan sehari dipengaruhi oleh revolusi

industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan pedapatan

rata-rata yang berkelanjutan belum pernah terjadi sebelumnya. Yang mana

sepanjang sejarah, kita tidak bisa lepas dari hukum kesinambungan evolusioner

yang agung.

Revolusi Industri terjadi pada periode antara tahun 1760-1850 di mana

terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,

pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam


terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi ini menyebabkan

terjadinya perkembangan besar-besaran yang terjadi pada semua aspek kehidupan

manusia. Singkatnya, revolusi industri adalah masa dimana pekerjaan manusia di

berbagai bidang mulai digantikan oleh mesin. Revolusi Industri dimulai

dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika

Utara, Jepang, dan menyebar ke seluruh dunia.

Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia,

hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri,

khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-

rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya. Selama dua abad

setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia

meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh

pemenang Hadiah Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya

dalam sejarah, standar hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang

berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti ini tidak pernah terjadi

sebelumnya".

Inggris memberikan landasan hukum dan budaya yang memungkinkan para

pengusaha untuk merintis terjadinya Revolusi Industri. Faktor kunci yang turut

mendukung terjadinya Revolusi Industri antara lain: (1) Masa perdamaian dan

stabilitas yang diikuti dengan penyatuan Inggris dan Skotlandia, (2) tidak ada

hambatan dalam perdagangan antara Inggris dan Skotlandia, (3) aturan hukum

(menghormati kesucian kontrak), (4) sistem hukum yang sederhana yang


memungkinkan pembentukan saham gabungan perusahaan (korporasi), dan (5)

adanya pasar bebas (kapitalisme).

Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadinya

peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya

menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh

penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan

dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik

pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan

turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel

kereta api. Adanya peralihan dari perekonomian yang berbasis pertanian ke

perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya perpindahan

penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan

membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris.

Awal mula Revolusi Industri masih diperdebatkan. T.S. Ashton menulisnya

kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada

sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan

momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir

abad tersebut perkembangan mesin pembakaran dalam dan

perkembangan pembangkit tenaga listrik.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah

terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke-16 dengan munculnya para

ilmuwan seperti Francis Bacon, René Descartes, Galileo Galilei. Disamping itu,

disertai adanya pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga riset
seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The

French Academy of Science. Adapula faktor dari dalam seperti ketahanan politik

dalam negeri, perkembangan kegiatan wiraswasta, jajahan Inggris yang luas dan

kaya akan sumber daya alam.

Istilah "Revolusi Industri" sendiri diperkenalkan oleh Friedrich

Engels dan Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Beberapa

sejarawan abad ke-20 seperti John Clapham dan Nicholas Crafts berpendapat

bahwa proses perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi secara bertahap dan

revolusi jangka panjang adalah sebuah ironi. Produk domestik bruto (PDB) per

kapita negara-negara di dunia meningkat setelah Revolusi Industri dan

memunculkan sistem ekonomi kapitalis modern. Revolusi Industri menandai

dimulainya era pertumbuhan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi

kapitalis. Revolusi Industri dianggap sebagai peristiwa paling penting yang

pernah terjadi dalam sejarah kemanusiaan sejak domestikasi hewan dan tumbuhan

pada masa Neolitikum.

Selain itu, tidaklah cukup untuk melihat yang satu tanpa yang lain.

Memang tidak cukup untuk mensurvei satu aspek kehidupan industri tanpa

melihat semuanya. Sebelum kita dapat mencoba menyelidiki filosofi manajemen,

kita harus melihat industri secara menyeluruh. Selain itu, hanya batas buritan

ruang yang melarang kita untuk merenungkan seluruh panorama kehidupan sosial

yang industri merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Di masa lalu, industri

telah menderita karena visinya sendiri yang terlalu sempit. Pekerja telah dianggap

sebagai pekerja daripada warga negara. Hubungan vital produksi industri dengan
kehidupan sosial masyarakat biasa telah dikaburkan oleh kepuasan moral dan

kehormatan moral selama bertahun-tahun. Industri telah diperlakukan sebagai

insidental daripada fundamental dalam kehidupan masyarakat.

Ada tiga istilah, yang selalu berulang dalam setiap perlakuan terhadap

struktur industri, yang penting untuk didefinisikan dengan tepat—Administrasi,

Manajemen, dan Organisasi. Meskipun sering dianggap hampir sinonim, ketiga

istilah tersebut, tidak mudah dipisahkan namun bagaimana juga harus

menyampaikan makna yang cukup berbeda.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan membahas tentang revolusi industri yang

perumusan masalahnya dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Apa hubungan dan bagaimana pengaruh kehidupan sosial dan industri ?

2. Bagaimana hubungan antara manajemen dengan social industri yang

berkembang saat ini?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini

sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami hubungan dan pengaruh kehidupan sosial dan

industri.

2. Mengetahui dan memahami hubungan antara manajemen dengan sosial industri

yang berkembang saat ini.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan dan Pengaruh Kehidupan Sosial dan Industri

1. Publisitas

Yang kami maksud dengan publisitas adalah keintiman publik yang

meluas dengan cara kerja internal industri. Perkembangan luar biasa dari

pengetahuan umum tentang urusan- urusan industri selama setengah abad

terakhir adalah salah satu dari fakta- fakta penting itu, yang, di mana-mana,

gagal untuk menarik perhatian. Itu sangat intim sehingga kita cenderung

mengabaikannya, namun itu mendasar. Tidak hanya pekerja di industri yang

mendapat informasi lebih baik tentang urusan industri, tetapi juga semua

massa heterogen dari orang-orang di luar industri. Sekitar 30 persen,

setidaknya, dari surat kabar modern dikhususkan untuk masalah industri,

arbitrase, konferensi, pemogokan, penemuan, undang-undang, dan teori.

Proporsi penduduk yang jauh lebih besar daripada sebelumnya adalah

pemegang saham dalam urusan industri, dalam urusan yang secara alami

mereka minati. Sebagai wajib pajak, sebagian besar masyarakat semakin

terkendala untuk mencari industri untuk kebangkitan perdagangan yang

diharapkan dapat meringankan beban mereka. Sebagai konsumen, sekali lagi,


mereka beralih ke industri untuk bahwa penurunan harga yang diantisipasi

akan memulihkan keseimbangan social.

Masyarakat umum seolah-olah menjadi pemegang saham dalam perusahaan

besar yang dikoordinasikan di bawah Kementerian Amunisi. Itu datang untuk

menonton pekerjaan Dewan Kontrol saat menyaksikan perbuatan tentara.

Dengan rasa kebaruan yang aneh, bangsa itu menyadari, lebih jelas dari

sebelumnya, ketergantungannya pada pabrik-pabrik di Utara, pengecoran dan

toko-toko di Midlands, dan galangan kapal di pantai. Ia menyaksikan dengan

penuh semangat volume produksi industri, perbuatan Buruh dan usaha-usaha

Manajemen. Itu menjadi akrab dengan dewan kerja, penelitian industri, dan

pembayaran bonus seperti halnya perang parit, gas beracun, dan bank Cox.

Namun, perkembangan intelijen publik yang panjang telah mendahului

intensifikasi kepentingan publik dalam urusan industri ini. Pendidikan dasar

dan orang dewasa yang populer, yang terakhir dengan bias ekonomi dan sosial

yang kuat, telah menabur benih mereka sepanjang abad

sebelumnya.1Kecenderungan yang berkembang dari Universitas untuk

menawarkan fasilitas yang lebih besar bagi mahasiswa sosial dan industri

telah berkontribusi pada panen, sementara publisitas yang diberikan kepada

makalah Parlemen dan Laporan Komisi Kerajaan telah membawa fakta

kehidupan industri ke dalam jangkauan pembaca umum.

Perluasan dan peningkatan urgensi undang-undang perindustrian

membengkakkan gerakan, begitu pula aktivitas Pers yang semakin hidup

hingga mengandung arti penting urusan perindustrian.


Untuk pengaruh ini harus ditambahkan efek dari penyebaran

perusahaan kota sejak UU 1835,2pertautan industri dan politik melalui kerja

sama antara Serikat Pekerja dan Partai Buruh, dan pertumbuhan jumlah,

organisasi dan kekuatan Serikat Pekerja, Perhimpunan Koperasi, dan

Perhimpunan Persahabatan.

Pertemuan semua kekuatan edukatif ini, dikombinasikan dengan

banyak faktor lain yang kurang jelas, dan ditekankan oleh kondisi perang

yang aneh, akhirnya menghasilkan keintiman tunggal antara kehidupan

industri dan kehidupan umum bangsa, yang merupakan fenomena kita. usia

sendiri saja. Keintiman ini telah bereaksi baik terhadap industri maupun

masyarakat pada umumnya. Ini telah mempengaruhi individu baik sebagai

pekerja di industri maupun sebagai unit sosial. Sekali lagi, industri tidak

hanya semakin tunduk pada kritik yang diinformasikan dari komunitas yang

dilayaninya, tetapi para direktur industri tunduk pada kritik terus-menerus dan

pencarian dari orang-orang yang mereka pimpin.

Perilaku industri saat ini tidak lagi dianggap sebagai “rahasia dagang”

para direktur dan manajer. Publik, di Parlemennya, badan- badan kotanya,

persnya, dan asosiasi-asosiasi pendidikannya sendiri, sedang mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Para penerima upah juga

mempertanyakan kebijakan, etika, metode, dan organisasi dari mereka yang

mengontrol penerapan kerja mereka. Tuntutan sosial untuk publisitas dalam

semua hal ini adalah salah satu fitur paling mencolok di zaman kita, faktor

yang ditakdirkan untuk mengubah seluruh wajah industri. Bisnis, yang pernah
dianggap sebagai pekerjaan misterius dari sekelompok individu yang sangat

makmur, kini dinilai berdasarkan efisiensi layanannya dalam produksi, dan

bukan dari kemakmuran pemiliknya.

Kebalikan dari ini juga benar. Jika industri sekarang dan lebih lagi di

masa depan dapat dianggap melakukan kegiatannya di bawah sorotan lampu

sorot publik, kebangkitan minat publik terhadap industri, yang pertama kali

menyalakan lampu sorot, juga membebankan tanggung jawab baru kepada

masyarakat. Jika masyarakat menuntut lebih banyak industri, industri

menuntut lebih banyak dari masyarakat, karena efisiensinya semakin

bergantung pada pemahaman umum tentang kebutuhan industri. Jika publik

memainkan lampu sorot pada industri, industri meminta agar apa yang

diungkapkan oleh lampu sorot itu harus dinilai secara tidak memihak. Dengan

kata lain, jika hubungan industri dengan masyarakat harus diakui terutama

sebagai salah satu jasa, industri menetapkan bahwa masyarakat harus menjadi

tuan yang adil. Histeris tentang harga, pencatutan, keringat, "ca canny," dan

Unionisme hampir tidak cocok untuk komunitas yang mengklaim tanggung

jawab atas layanan yang diberikan industri.

Oleh karena itu, meningkatnya minat publik dan tanggung jawab

industri terhadap industri telah sangat mempengaruhi praktik seni

manajemen industri, dengan membangun hubungan antara masyarakat dan

industri yang pasti dan semakin mengubah seluruh perilaku perusahaan

industri.
Ciri umum kedua dari masyarakat modern, yang segera mempengaruhi

industri, adalah perasaan yang diperbesar dari keinginan dan kebutuhan

naluriah untuk pengembangan diri di bawah insentif selain dari yang

mengatur pekerjaan sehari-hari. Kita sedang menyaksikan perubahan besar

dalam konsepsi kerja. Bukan karena anggota masyarakat kurang bersemangat

untuk menggunakan kemampuan mereka, tetapi mereka ingin melakukannya

tanpa bergantung pada mata pencaharian mereka. Kesetiaan kita sedang

dipindahkan dari konsepsi kerja di bawah dorongan keuntungan saja ke kerja

di bawah dorongan kepentingan.

Kondisi-kondisi masa perang secara material membantu dalam

mengembangkan konsepsi baru tentang motif-motif yang seharusnya

mengatur penerapan usaha manusia. Mayoritas bangsa mengalihkan tangan

mereka ke tugas-tugas di mana motif keuntungan berupa uang, meskipun

sering masih beroperasi, ditembak melalui benang halus dari insentif tinggi.

Pengembalian setelah perang ke kondisi di mana keuntungan pribadi sekali

lagi menjadi motif kerja yang dominan, telah mengungkapkan kekurangan

besar dalam skema umum industri yang untuk sementara disediakan oleh

motif masa perang. Mr. Bevin, organisator nasional dari Dockers' Union yang

berbicara di Dockers' Inquiry (1920), mengatakan: “Buruh memiliki aspirasi

yang berkembang, dan perkembangan budaya sangat berarti bagi kelas

menengah dan atas.”

Pernyataan itu sama benarnya dengan signifikansinya. Pekerja di

industri, sama dengan pekerja pada umumnya, tidak puas hanya dengan
mendapatkan upahnya saja. Dia membutuhkan waktu luang untuk

mengabdikan dirinya pada pekerjaan lain ke mana minatnya menuntunnya.

Kebutuhan ini selaras dengan kecenderungan umum zaman kita untuk

menganggap pekerjaan untuk mendapatkan keuntungan hanya sebagai bagian

tambahan dari manusia

aktivitas. Baru-baru ini, Jenderal Booth, setelah berkeliling dunia,

mengomentari kurangnya keinginan untuk bekerja secara hampir universal.1

Yang memang kurang adalah insentif yang masuk akal untuk bekerja.

Peningkatan waktu luang telah memungkinkan pekerja untuk menjadi

terserap dalam tugas-tugas di mana ia dapat mengekspresikan dirinya jauh

lebih baik daripada dalam rutinitas pabrik. Dia mulai melihat bahwa,

sementara dia harus mencari nafkah, bekerja demi minatnya adalah

pengejaran yang jauh lebih memikat. Oleh karena itu, industri dihadapkan

pada kebutuhan untuk menangkap kepentingan para pekerja, atau berfungsi

sedemikian rupa sehingga mereka diizinkan untuk meningkatkan jumlah

waktu luang untuk mengejar kegiatan-kegiatan di mana kepentingan mereka

berada. Alternatif mana pun terletak pada manajemen industri suatu tanggung

jawab yang akan membebani kapasitas maksimalnya.

Tuntutan modern akan waktu senggang yang memungkinkan

pengembangan diri, muncul, tidak hanya dari kegagalan motif keuntungan,

tetapi juga dari pengakuan nilai sosial rekreasi. Filosofi kerja modern

menyarankan penyisihan waktu yang adil untuk rekreasi. Ini adalah

perkembangan yang lebih baru daripada yang diperkirakan secara umum.


Revolusi Industri menyapu bersih olahraga dan hiburan sebagian besar

'bangsa. Seorang saksi di hadapan Komite Umum tentang Kesehatan Kota-

Kota Besar pada tahun 1840,2menjawab pertanyaan tentang hiburan

Manchester, mengatakan:

"Tidak ada yang atletis, kecuali ketika beberapa yang lebih tidak tertib

mencuri ke perbatasan Cheshire dan Yorkshire untuk memiliki 'pabrik' seperti

yang mereka sebut.' Memang hanya dalam lima puluh tahun terakhir rekreasi

dianggap sebagai pelengkap pekerjaan yang diperlukan. Kami membutuhkan

waktu seabad, sejak 1819, untuk mengurangi rata-rata hari kerja menjadi

empat jam; dan hanya dalam sepuluh tahun terakhir para pemimpin industri

yang lebih progresif menyadari bahwa sebagian dari apa yang disebut "jam

kerja" harus dianggap sebagai rekreasi. Dalam hal ini, sekali lagi, manajemen

industri dihadapkan pada situasi yang berkembang, yang diatur oleh faktor-

faktor yang akarnya menyebar jauh melampaui ranah industri. Ketika seluruh

kecenderungan zaman kita adalah untuk menjelajahi tempat rekreasi dalam

kehidupan individu, industri tidak dapat lagi berpegang teguh pada omong

kosong seperti "delapan jam sehari" atau "empat puluh delapan jam

seminggu." Tidak ada keilahian dalam jumlah, dan tidak ada gunanya bagi

industri untuk mengarang keilahian yang semangat komunitasnya menolak

untuk memberi penghormatan. Manajemen industri akan dipaksa untuk

mengakui bahwa bagi para penerima upahnya, seperti halnya bagi masyarakat
pada umumnya, waktu luang yang memadai untuk mengejar pekerjaan yang

tidak menghasilkan uang dan rekreasi pada akhirnya harus dijamin.

Ciri umum ketiga dari zaman kita, yang sangat mempengaruhi industri,

adalah semangat asosiasi yang tersebar luas—bukan asosiasi yang merupakan

dorongan alami manusia, tetapi kombinasi individu yang sadar dan disengaja,

yang memiliki perbedaan besar dalam hal-hal umum di antara mereka sendiri,

tetapi memiliki satu atau dua pandangan yang sama, untuk tujuan memajukan

dan memperkuat pandangan tersebut melalui kekuatan tambahan yang berasal

dari fakta telanjang dari asosiasi mereka.

Abad kesembilan belas menyaksikan mekarnya semangat ini di setiap

bidang aktivitas sosial. Serikat pekerja, perkumpulan koperasi, perkumpulan

persahabatan, klub politik, klub atletik, organisasi amal dan asosiasi

keagamaan bermunculan selama abad terakhir. Sedikit yang bisa dilakukan

tanpa membentuk masyarakat untuk melakukannya. Hari ini semangat

asosiasi agak dikaburkan oleh fakta bahwa ia, seolah- olah, melampaui dirinya

sendiri, dan terancam oleh kekuatan disintegrasi yang serius. Pembentukan

masyarakat dan asosiasi, pertama-tama, menghasilkan keragaman daripada

persatuan. Alasan-alasan terbentuknya asosiasi menjadi begitu banyak dan

begitu terpisah satu sama lain sehingga seorang individu dapat menjadi bagian

dari beberapa bentuk asosiasi. Alih-alih menyatukan massa besar laki-laki,

oleh karena itu,

Dalam industri, kebalikan dari ini mungkin tampak terjadi, mengingat

penggabungan dan kesepakatan antara serikat pekerja di satu sisi, dan di sisi
lain antara kelompok pengusaha. Penggabungan semacam itu, bagaimanapun,

sebagian besar merupakan gerakan taktis dari pejabat eksekutif asosiasi, dan

tidak benar-benar mewakili kecenderungan populer. Ketika sebuah asosiasi

untuk tujuan apa pun pertama kali dibentuk, itu biasanya dibawa ke depan

oleh dorongan para pendukungnya. Namun, seiring perkembangannya, ia

dipaksa untuk membuat konstitusi dan membangun sebuah organisasi sesuai

dengan objek-objek yang ada dalam pandangannya, sampai tercapai titik di

mana para pendukungnya mendapati diri mereka terpisah dari pemerintahan

melalui intervensi yang tak terhindarkan dari organisasi yang mereka tuju.

telah dibuat. Peningkatan subdivisi tentu terjadi, dan di mana-mana badan

eksekutif terpilih atau pejabat yang ditunjuk berada di antara mereka dan

objek-objek di mana mereka berdiri. Oleh karena itu, kami menemukan

bahwa semangat berserikat ini cenderung semakin dibatasi oleh organisasi

yang dibentuknya, sehingga di satu sisi ada kecenderungan ke arah subdivisi,

dan di sisi lain ada kecenderungan ke arah perampasan wewenang oleh

pejabat eksekutif dari asosiasi. Penggabungan asosiasi-asosiasi industri, oleh

karena itu, baik dari Buruh atau Kapital, pada umumnya dilakukan karena

keuntungan taktis yang harus diperoleh daripada karena dorongan alami dan

spontan di pihak para anggota.

Hal ini terutama terjadi pada Serikat Pekerja. Kecenderungan menuju

penggabungan dan kesepakatan antara serikat pekerja1 merupakan hasil

pengorganisasian yang sengaja direncanakan oleh pimpinan serikat-serikat


buruh yang bersangkutan, dan sama sekali tidak timbul dari keinginan spontan

para anggotanya.

Sebenarnya, ini bukan hasil dari semangat asosiasi, tetapi perubahan

administratif karena alasan taktis, yang sebagian besar dimungkinkan oleh

sikap apatis para anggota. Akibatnya, telah terjadi reaksi terhadap organisasi

kerangka yang tidak mewakili inti dan sumsum keanggotaan — reaksi yang

dibuktikan dengan perkembangan terakhir seperti gerakan Penjaga Toko,

pertengkaran terus-menerus antara serikat pekerja, pemogokan tidak sah,

pemisahan serikat pekerja. cabang, antagonisme kepada pemimpin serikat,

dan runtuhnya Triple Alliance.

Maka, hari ini, kita menyaksikan intensifikasi semangat asosiasi yang

asli. Kepentingan-kepentingan bersama yang menjadi dasar asosiasi apa pun

ditarik dalam lingkaran yang lebih kecil. Kecenderungannya adalah membenci

pemaksaan organisasi yang entah tidak mewakili gerakan di antara massa

pengikutnya atau terlalu jauh dari perasaan dan pendapat pribadi individu.

Ada perasaan yang berkembang bahwa para pejabat dari sebuah asosiasi besar

mungkin datang untuk mewakili pandangan yang jauh dari keanggotaannya.

Adalah penting bahwa pada tahun 1918 Partai Buruh mengizinkan

keanggotaan individu yang berbeda dari keanggotaan melalui asosiasi

perdagangan, dengan demikian memberikan pengakuan resmi pada fakta

bahwa Serikat Buruh, masyarakat sosialis yang berafiliasi, dan masyarakat

koperasi tidak sepenuhnya mewakili pendapat mereka yang mendukung.

penyebab Ketenagakerjaan.
Perkembangan semangat berserikat dalam industri belakangan ini,

yang mencerminkan seperti halnya perkembangan serupa di luar industri,

menempatkan masalah Serikat Pekerja dan Federasi Pengusaha dalam cahaya

baru, terutama bagi mereka yang bergerak di bidang administrasi industri.

Sebuah asosiasi, agar kuat dan efektif, harus dengan setia mencerminkan

kehendak para penganutnya dan membentuk bagian yang intim dari

kepentingan masing-masing penganutnya. Umat manusia, secara keseluruhan,

secara naluriah berpikiran komunal. Dengan demikian, manajemen industri

diberi kesempatan untuk menjadikan pabrik daripada kelas sebagai basis

asosiasi. Dimana asosiasi skala besar di Unions dan Federasi tampaknya

gagal, asosiasi yang dapat ditawarkan oleh setiap pabrik dapat mengisi

kesenjangan. Untuk tujuan tertentu, asosiasi skala besar mungkin diperlukan,

tetapi jarang spontan. Kehidupan pabrik, bagaimanapun, lebih kompak dan

tidak terlalu jauh; itu mungkin, di bawah manajemen yang bijaksana,

memberikan dasar yang benar untuk asosiasi spontan. Ikatan yang paling

alami antara individu adalah bahwa kerjasama dalam perusahaan bersama.

Kerja sama di dalam pabrik lebih alami daripada kerja sama antar kelas,

terlepas dari pabriknya. Ikatan yang menyatukan kelompok-kelompok pekerja

di pabrik-pabrik yang berbeda, meskipun mungkin diperlukan, tidak dapat

memberikan kerja sama yang sederhana dan alami yang sama seperti ikatan

kehidupan pabrik bersama.

Ciri umum keempat dari perkembangan sosial modern yang memiliki

pengaruh pasti terhadap industri adalah tumbuhnya semangat analitis dan


kritis yang biasanya disebut “ilmiah”. Tidak perlu menekankan fakta paten

bahwa kita hidup di zaman ilmiah

— suatu zaman yang mendasarkan keyakinan dan tindakannya lebih

pada fakta yang dipastikan dan dibuktikan, daripada pada keyakinan, tradisi,

atau kebiasaan. Zaman sekarang, memang, tidak dapat berpura-pura bahwa

semua kepercayaan dan tindakannya sebenarnya masih berdasarkan demikian;

sikapnya dapat digambarkan sebagai ingin tahu daripada sintetis. Tandanya

dalam sejarah akan menjadi tanda tanya besar—tanda generasi yang

menentukan bahwa kepercayaan dan kehidupan masa depan akan bertumpu

pada dasar kebenaran yang lebih kuat.

Semangat penyelidikan ini—semangat yang sama seperti yang tanpa

memihak meninjau dan menganalisis Gereja dan Negara—dengan cepat

meresapi industri. Buruh mempertanyakan pembenaran etis dari struktur

industri saat ini. Ia telah mendirikan sayap penelitiannya agar klaimnya dapat

didasarkan pada fakta-fakta yang tak terbantahkan. Ini mempertanyakan

metode manajemen. Manajemen juga menanyakan metodenya sendiri. Ini

adalah mendirikan cabang baru untuk menguji dan menganalisis fakta-fakta

industri, baik manusia maupun material. Itu cenderung mendasarkan

kebijakan berdasarkan informasi yang pasti, untuk membangun

organisasinya sesuai dengan analisis ilmiah dari pekerjaan yang diminta untuk

mereka lakukan, untuk mengontrol pembuatannya dengan standar yang

merupakan hasil dari penyelidikan yang tepat dan pengukuran yang akurat.

Hal ini cenderung untuk mengadopsi metode ilmiah analisis dan sintesis di
semua cabang manajemen, dan untuk membuat ketentuan terus menerus untuk

pengamatan dan pencatatan fakta. Ia menyusun, membandingkan, dan

menimbang fakta-faktanya sebelum merumuskan dan menerapkan prinsip-

prinsipnya.

Penerapan gerakan pikiran sosial ini dalam bisnis manajemen industri

adalah salah satu pembenaran utama buku ini. Sebagai komunitas, kami mulai

merumuskan ilmu untuk setiap cabang kegiatan komunal kami. Kami sedang

mengembangkan ilmu teknik, ilmu teologi, ilmu domestik, dan ilmu sosial.

Ilmu manajemen dalam industri adalah hasil alami dari zaman kita. Dalam

bab-bab berikutnya, gagasan manajemen sebagai ilmu—ilmu yang

berkembang—mendasari setiap paragraf.

Namun, sebelum tinjauan kami tentang manajemen dimulai, ada

baiknya untuk mensurvei secara singkat mentalitas para mitra manajemen—

Buruh dan Modal. Manajemen, sebagai fungsi industri, mudah dibedakan dari

keduanya; itu tetap menjadi elemen stabil dalam interaksi keduanya. Itu tidak

terikat dengan Modal, karena biasanya ia memiliki sedikit atau tidak ada

kepentingan finansial dalam bisnis yang dipimpinnya. Tidak terikat pada

Buruh, karena fungsinya adalah mengarahkan dan mengontrol Buruh. Ia

berdiri bebas tanpa perasaan, sama-sama kritis terhadap kedua mitranya.

Dalam pekerjaannya, bagaimanapun, ia harus terus-menerus dipandu, tidak

hanya oleh fakta-fakta situasi, tetapi juga oleh pemahamannya tentang

mentalitas umum dan juga lokal para mitranya. Khususnya dalam hal

administrasi Ketenagakerjaan, tidak ada pabrik yang berdiri sendiri. Ada


masalah tenaga kerja, yang melampaui batas-batas bisnis individu — masalah

yang terletak di balik masalah kecil manajemen sehari-hari — masalah sikap

mental Buruh sebagai tubuh. Manajemen industri perlu menjernihkan

pikirannya tentang hal ini sebelum dapat berhasil melaksanakan kebijakan

Ketenagakerjaan yang praktis di industri dan pabrik individu.

Metode umum untuk menilai sikap Buruh adalah dengan memilih

individu yang mungkin dianggap melambangkan Buruh, atau mengutip kata-

kata para ahli teori dan humas Buruh, dan membebani massa Buruh dengan

tanggung jawab untuk mereka. Terlepas dari kedua metode ini, biasanya

disangkal bahwa ada pikiran-kelompok yang dapat dengan tepat disebut

“Buruh.” Sangatlah penting untuk mendefinisikan secara tepat arti dari istilah

“Buruh” bila digunakan sebagai sebutan umum. Dr. Shadwell menarik

perbedaan yang berguna antara "pergolakan" para teoretisi dan ekstremis, dan

"materi atau massa" dari badan umum Buruh yang terorganisir. “Ada gerakan

besar yang sedang berlangsung,” katanya, “dan mengumpulkan jalan menuju

transformasi tatanan industri; tetapi tidak memikirkan penggunaan cara-cara

kekerasan,1"Fermentasi" mewakili keserbagunaan pemikiran progresif,

ketergesaan, pemborosan dan kekerasan para ekstremis, dan elemen agitasi

yang mengganggu secara internal. "Massa" adalah singkatan dari gerakan

yang lebih besar dan berat, berjalan dengan tahap yang lambat dan

eksperimental, berdasarkan fakta yang umum dan diterima secara luas. Ini

adalah "massa" yang benar-benar "Buruh." Kita mungkin menyebutnya

“Buruh yang terorganisir” sejauh ia hampir sepenuhnya melekat pada


organisasi Serikat Buruh, tetapi mentalitasnya jauh dari terorganisir. Fakta

sederhana tentang organisasi teknisnya bukanlah jaminan untuk

menganggapnya sebagai penerimaan “Labourisme” dari para humasnya.

Kesulitan massa Buruh adalah sebagian besar tidak jelas. Kita harus menebak

kata-kata yang berusaha diucapkannya,

Akan sia-sia untuk menyangkal, bagaimanapun, bahwa massa Buruh

terutama revolusioner, jika, dengan revolusi, yang kami maksud adalah

konsentrasi kecenderungan, tindakan dan perasaan yang relatif lambat dan

menyakitkan yang diarahkan secara luas, terlepas dari kesulitan- kesulitan

kecil dari pekerjaan sehari-hari. kondisi, menuju perbaikan sistem

sosial.1Buktinya terletak pada kecenderungan buruh untuk mengabdikan

dirinya semakin untuk pendidikan-sebagian besar dari karakter ekonomi dan

sosial. “Orang yang bekerja,” kata Mr. JHTomas,2"Lebih dari pada waktu lain

dalam sejarah negara, membaca jenis buku yang memberinya pengetahuan

dan peningkatan, karya-karya ilmuwan, filsuf, sejarawan, humas, ahli teknis."

Dia semakin banyak ditemukan di perguruan tinggi, kelas malam, sekolah

dewasa, sekolah musim panas, pemukiman, kursus ekstensi universitas dan

kuliah umum.3Dia membaca koran dan jurnalnya. Dia bahkan dapat

ditemukan membaca Taylor, Gilbreth dan Harrington Emerson. Keinginan

untuk kehidupan mental yang lebih besar terutama terlihat di kalangan pria

yang lebih muda.

Di mana pendidikan semakin dicari, semangat revolusi kekerasan

musnah. Revolusi sejati terus berlanjut. Yang kita saksikan adalah lambatnya
tekanan bahu sosial terhadap roda perubahan. Keributan para ekstremis

hanyalah derit roda saat berputar dengan susah payah. Tekanan berasal dari

massa 2–(1896) Buruh, dan kekuatannya terletak pada praktik “membantu diri

sendiri” yang disengaja oleh Buruh sebagai sarana untuk maju.

Signifikansi dari mentalitas progresif massa Buruh ini, bagaimanapun,

tidak hanya terletak pada metode pendidikan mandiri yang diadopsi oleh para

eksponennya yang lebih sungguh-sungguh, tetapi dalam semangat yang

menginformasikannya, dan bidang di mana ia memilih untuk beroperasi.

Semangatnya pada dasarnya bukanlah politik, filosofis, atau ilmiah, tetapi etis.

Ini telah digambarkan oleh musuh-musuhnya sebagai semangat perang kelas,

kediktatoran proletariat, perjuangan melawan Kapitalisme, pergolakan dunia,

Bolshevisme dan Komunisme. Mustahil untuk menemukan di antara tubuh

umum pekerja laki-laki pembenaran substansial untuk deskripsi seperti itu.

Gerakan massa Buruh, sejauh orang dapat membingkai kata-kata untuk

mengungkapkannya, diarahkan terutama terhadap maldistribusi keuntungan

dan peluang yang dimungkinkan oleh kekayaan, dan didasarkan pada

keyakinan bahwa tidak ada pembenaran etis untuk itu. Ini bukan perang kelas,

karena kekayaan tidak didistribusikan menurut kelas sosial. Ini bukan gerakan

politik, karena tubuh Buruh masih terpotong-potong di antara partai-partai

politik lama, dan memiliki banyak kesamaan sikap apatis politik umum untuk

semua lapisan masyarakat. Ini bukan gerakan filosofis, karena filosofi gerakan

secara serius dipisahkan dari perasaan massa umum Buruh, dan memang

pekerja pangkat dan arsip tidak memiliki filosofi yang jelas dan sadar.
Galsworthy semakin dekat ke hatinya ketika dia membagi masyarakat menjadi

mereka yang memberi perintah dan mereka yang menerimanya. Ini adalah

distribusi kekuasaan, keuntungan, dan peluang, berdasarkan kode etik yang

tidak dapat diterima, yang ditentang oleh semangat massa Buruh. Ini

menegaskan bahwa distribusi kekuasaan saat ini di antara individu-individu

tidak sepenuhnya tidak efektif untuk kebaikan, tidak sepenuhnya tidak

representatif, bukan tidak progresif, bukan tidak dapat dijalankan, tetapi

secara etis tidak dapat dibenarkan. Ini mempertanyakan seluruh dasar moral

dari nilai-nilai kemanusiaan, sebagaimana dinilai di bawah kondisi sosial dan

ekonomi saat inirezim.

Sama pentingnya adalah pergeseran, selama lima puluh tahun terakhir,

bidang di mana semangat ini beroperasi. Pada tahun 1838, kaum Chartis

melihat perubahan yang diinginkan dalam tatanan sosial yang dipengaruhi

oleh tindakan politik—terutama oleh hak pilih universal.

Di tahun delapan puluhan, John Burns dan para pengikutnya

mengantisipasi kemajuan dengan tindakan perusahaan kota. Saat ini dikatakan

bahwa kemajuan melibatkan pembentukan kembali cetakan industri. Buruh,

mungkin secara tidak sadar, menyadari bahwa kemajuan tidak datang begitu

banyak oleh undang-undang atau filsafat, tetapi dengan memalu kebutuhan

sosial dasar industri bentuk persemakmuran industri yang akan menyediakan,

seperti yang dikatakan Henry Ford, “tidak hanya penghidupan, tetapi

kehidupan."
Secara umum, dapat dikatakan bahwa Buruh dalam massa

menginginkan distribusi kesempatan sosial yang lebih adil, yang dicapai

dengan membentuk kembali agen industri yang menciptakan dan

mendistribusikan kekayaan ke dalam bentuk di mana layanan yang diberikan

kepada masyarakat harus dilakukan. kriteria utama dari penghargaan yang

diterima, baik oleh industri atau individu. Tidak diragukan lagi, Buruh, sama

dengan semua kelas masyarakat, telah berbagi dalam obsesi umum pasca-

perang bahwa kekayaan itu sendiri adalah tujuan akhir. "Hidup" telah

mengaburkan "kehidupan". Namun, pada dasarnya, klaim massa Buruh

bukanlah untuk kesetaraan materi, bukan untuk kekayaan terlepas dari cara

yang digunakan untuk mendapatkannya, tetapi untuk hak moralnya sendiri

untuk diberikan jalan terbuka menuju realisasi diri,

Manajemen industri dapat menjadi sangat tersesat jika salah menilai

mentalitas Buruh ini. Ini mungkin, misalnya, secara serius menipu dirinya

sendiri jika harus bekerja dengan asumsi bahwa upah tinggi akan

menyelesaikan masalah Buruh. Masalah Ketenagakerjaan lebih bersifat etis

daripada material. Apakah upah pada standar yang jauh lebih tinggi dan

struktur industri tidak berubah, esensi dari masalah akan tetap ada.

Manajemen industri, sekali lagi, dapat bertindak di jalur yang salah jika

meremehkan kekuatan Buruh. Bahwa mentalitas Buruh sebagian besar tidak

jelas membentuk tidak ada pembenaran untuk mengandaikannya menjadi

lembam. Bahwa ia sering gagal untuk mempertahankan interpretasi dari para

humasnya, tidak membentuk dasar untuk asumsi bahwa ia tidak jelas dan
tidak pasti, Kekuatan Buruh terutama terletak pada basis moral yang menjadi

dasar klaimnya, dalam pengembangan pendidikannya, dan dalam senjatanya

dari Serikat Pekerja. Serikat Pekerja bukanlah Buruh, tetapi instrumennya.

Serikat Pekerja adalah sebuah organisasi, bukan semangat; tetapi sejauh itu

memajukan penyebab Buruh, itu dapat secara sah digambarkan sebagai

pengungkit yang digunakan Buruh. Seperti setiap organisasi, akhirnya

mungkin runtuh ketika kebutuhan yang dirancang tidak ada lagi. Saatnya

mungkin tiba ketika Buruh akan berbicara untuk dirinya sendiri, dan suaranya

mengacaukan kata-kata mereka yang mengaku berbicara untuk itu. Tetapi

dalam pendidikan yang sekarang ia menangkan untuk dirinya sendiri, dan

dalam ketergantungannya pada asumsi-asumsi etis, ia mengembangkan

dirinya sendiri terlepas dari instrumen resminya. Oleh karena itu,

perkembangan di pihak Buruh inilah yang terutama harus dipertimbangkan

oleh manajemen industri masa depan, karena itu merupakan dasar yang lebih

mendalam dari kekuatan Buruh.

Terlebih lagi, perkembanganlah yang memperoleh bagi Buruh

dukungan dari mereka yang, meskipun bukan pekerja, dimenangkan untuk

perjuangan Buruh.

Mentalitas Buruh mengungkapkan dirinya paling jelas dalam sikapnya

terhadap status dan kondisi kerjanya sendiri. Status adalah masalah relativitas.

Oleh karena itu, masalah status sosial, apakah kelas atau individu, tidak

memerlukan penentuan standar absolut, melainkan penentuan standar relatif.

Sebuah komunitas, seiring pertumbuhannya, menyediakan keuntungan


material dan spiritual melalui kegiatan yang dimungkinkan oleh fakta asosiasi.

Keuntungan tertentu dengan demikian diciptakan secara sosial, berbeda dari

yang diciptakan terpisah dari komunitas. Kelas yang berbeda dari masyarakat

berkontribusi fakultas yang berbeda untuk penciptaan keuntungan tersebut.

Dengan demikian menjadi mungkin untuk membuat penilaian nilai-nilai

kemanusiaan sesuai dengan kontribusi yang dibuat untuk keuntungan

komunal, yang dapat kita sebut etika sosial. Buruh mengklaim bahwa status

harus didasarkan pada nilai-nilai tersebut. Kesenjangan yang luas dalam

status, klaimnya, muncul dari penilaian yang malas terhadap nilai-nilai yang

disumbangkan untuk kebaikan komunal. Klaimnya untuk status yang lebih

tinggi pada dasarnya adalah klaim etis. Ini adalah klaim untuk penilaian ulang

atas prinsip-prinsip etis murni dari nilai sosial seseorang atau kelompok.

Masalah-masalah seperti itu, oleh karena itu, sebagai alokasi untuk Buruh dari

beberapa bagian kontrol industri, penyediaan mesin perwakilan untuk Buruh,

dan pembagian keuntungan dengan Buruh harus dianggap sebagai masalah

dalam etika sosial. Pertanyaannya bukanlah apa yang diinginkan, bahkan

bukan apa yang mungkin, tetapi apa yang benar, Apa yang seharusnya

dimiliki Buruh? Ini adalah sikap baru yang harus diambil oleh manajemen

industri, tetapi ini adalah satu-satunya sikap yang memberikan harapan akan

penyelesaian yang memuaskan atas kesulitan-kesulitan yang kita hadapi.

“Semua masalah industri,” kata Mr. WLHhichens, “menyelesaikan diri

mereka sendiri ke dalam masalah moral, dan seberapa jauh kita berhasil

memecahkan pertanyaan itu tergantung pada tingkat kesadaran moral yang


telah dicapai masyarakat. Kegagalan, oleh karena itu, untuk memecahkan

masalah industri kita menyiratkan kegagalan moral di pihak kita.” penyediaan

mesin perwakilan untuk Buruh, dan pembagian keuntungan dengan Buruh

harus dianggap sebagai masalah dalam etika sosial. Pertanyaannya bukanlah

apa yang diinginkan, bahkan bukan apa yang mungkin, tetapi apa yang benar,

Apa yang seharusnya dimiliki Buruh? Ini adalah sikap baru yang harus

diambil oleh manajemen industri, tetapi ini adalah satu-satunya sikap yang

memberikan harapan akan penyelesaian yang memuaskan atas kesulitan-

kesulitan yang kita hadapi. “Semua masalah industri,” kata Mr. WLHhichens,

“menyelesaikan diri mereka sendiri ke dalam masalah moral, dan seberapa

jauh kita berhasil memecahkan pertanyaan itu tergantung pada tingkat

kesadaran moral yang telah dicapai masyarakat. Kegagalan, oleh karena itu,

untuk memecahkan masalah industri kita menyiratkan kegagalan moral di

pihak kita.” penyediaan mesin perwakilan untuk Buruh, dan pembagian

keuntungan dengan Buruh harus dianggap sebagai masalah dalam etika sosial.

Pertanyaannya bukanlah apa yang diinginkan, bahkan bukan apa yang

mungkin, tetapi apa yang benar, Apa yang seharusnya dimiliki Buruh? Ini

adalah sikap baru yang harus diambil oleh manajemen industri, tetapi ini

adalah satu-satunya sikap yang memberikan harapan akan penyelesaian yang

memuaskan atas kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. “Semua masalah

industri,” kata Mr. WLHhichens, “menyelesaikan diri mereka sendiri ke

dalam masalah moral, dan seberapa jauh kita berhasil memecahkan

pertanyaan itu tergantung pada tingkat kesadaran moral yang telah dicapai
masyarakat. Kegagalan, oleh karena itu, untuk memecahkan masalah industri

kita menyiratkan kegagalan moral di pihak kita.”

Sekali lagi, mentalitas Buruh terungkap dalam klaimnya untuk kondisi

kerja yang lebih baik. Klaim itu telah dikembangkan dalam ledakan

penindasan dan kegelapan kesulitan. Awal mula sistem pabrik disertai dengan

kondisi yang saat ini tampak luar biasa—penggembalaan anak- anak yatim

piatu ke pabrik, dua belas hingga empat belas jam kerja per hari, kondisi

binatang untuk wanita, sistem Hukum Miskin yang tidak masuk akal, dan

represi besi terhadap agitasi. Hal-hal ini melahirkan pemberontakan yang

masih berlangsung, karena kondisi meskipun perbaikan besar belum

memuaskan. Tuntutan Tenaga Kerja masih menyangkut upah, jam kerja,

lingkungan kerja, dan jaminan ekonomi terhadap pengangguran, penyakit dan

hari tua.

Klaim-klaim ini, bagaimanapun, tidak didasarkan pada kekuatan, tetapi

hak. Ini adalah pertanyaan tentang pembenaran etis. Upah yang lebih tinggi

diklaim, misalnya, bukan karena dianggap bahwa industri tertentu mampu

membayarnya, tetapi karena dianggap bahwa industri secara keseluruhan

harus dilakukan sedemikian rupa agar mampu membayarnya. Bukan upah

yang harus sesuai dengan industri, tetapi industri yang harus sesuai dengan

upah. Buruh mengklaim bahwa layanan yang diberikannya kepada masyarakat

tidak menerima imbalan yang adil, dan industri itu harus mengatasi dirinya

sendiri sampai akhir memperbaiki kelalaian dalam etika sosial. Massa Buruh

tidak tahu apa-apa tentang ekonomi, tetapi di dalam hatinya tertanam kuat
rasa moralitas sosial. Manajemen industri harus memenuhi Tenaga Kerja atas

dasar yang sama. Tidak ada pertempuran antara argumen ekonomi dan

keyakinan moral. Keduanya berada di pesawat yang berbeda. Manajemen

harus membenarkan dirinya sendiri secara moral sebelum dapat memuaskan

Buruh.

Sebagai kesimpulan, harus ditunjukkan bahwa mentalitas Buruh telah

sangat dipengaruhi oleh perang dan oleh kondisi pascaperang. Situasinya

mungkin terlalu baru untuk menerima analisis yang tepat, tetapi kita akan

menemukan pada survei itu kondisi-kondisi yang secara khusus menghina

rasa moral adalah kondisi-kondisi yang dengan tegas dikecualikan oleh

Buruh. Dari jumlah tersebut, "mencari untung" dan pemborosan adalah yang

paling terang-terangan tidak bermoral. Buruh yang terorganisir, memang,

telah sangat memperhatikan nasionalisasi, pekerjaan perempuan, kontrol

industri dan sistem upah, tetapi pikiran massa pekerja telah lebih dipengaruhi

secara mendalam oleh dosa-dosa melawan hati nurani sosial yang diwakili

oleh pencatutan dan pemborosan. .

Manajemen dalam industri sebagian besar adalah manajemen laki-laki,

dan jika tidak memahami mentalitas laki-lakinya, itu pasti tidak efektif. Massa

Buruh tidak boleh dinilai dengan standar yang tidak dapat diterapkan padanya,

tetapi dengan massamentalitasnya. Penafsiran mentalitas itu adalah tugas awal

manajemen. Saya telah menyarankan bahwa itu secara inheren etis, dan

bahwa hanya dengan menangani masalah manusia yang terlibat sebagai


pertanyaan utama tentang hak sosial, manajemen dapat berharap untuk

mengarahkan kulit industri ke perairan yang damai.

Selama industri tetap menjadi shuttlecock permintaan dan penawaran,

selama itu terus dianggap sebagai kebutuhan ekonomi daripada tanggung

jawab sosial, selama itu dilakukan dengan tetapi hubungan paling sederhana

dengan perintah hati nurani sosial kita, adil begitu lama kemajuan akan

seragam dengan masa lalu yang mengancam. Kita membutuhkan revolusi

metode untuk menghadapi revolusi pemikiran, kebangkitan kesungguhan

untuk memerangi kebangkitan pemberontakan, pemulihan iman untuk

mengatasi munculnya kembali keraguan. Dalam konsepsi kita tentang industri

masa depan, kita harus memastikan kesatuannya dengan apa yang dituntut

moralitas sosial kita. Perilaku industri kita harus sedemikian rupa sehingga

asumsi bahwa apa yang tertinggi secara etis adalah yang paling bermanfaat

bagi semua menerima ekspresi praktis dan banyak bukti.

Struktur industri, bagaimanapun, tidak hanya terdiri dari Manajemen

dan Buruh. Apa yang memberi namanya pada sistem industri saat ini—Modal

—adalah mitra ketiga. Kapital secara keseluruhan belum sampai pada apa pun

yang dapat disebut mentalitas, Dalam bentuknya yang sekarang ia berasal dari

yang terlalu baru. Kapitalis awal, yang tidak secara langsung menjadi majikan

atau pemilik pabrik, hanya menggambarkan kapitalis modern. Pada suatu

periode antara runtuhnya sistem Persekutuan dan permulaan sistem pabrik, si

kapitalis memulai karier kotak- kotaknya. “Jauh sebelum 1776, sejauh ini

sebagian besar industri Inggris telah menjadi tergantung pada perusahaan


kapitalis dalam dua hal penting bahwa seorang kapitalis komersial

menyediakan pekerja yang sebenarnya dengan bahan-bahan mereka dan

menemukan pasar untuk barang jadi.”1Kapitalis adalah faktor dan pedagang.

Dia mengendalikan materi dan pasar, tetapi pekerja sebagian besar memiliki

alat produksinya sendiri dan menyelesaikan kondisi kerjanya sendiri. Namun,

secara bertahap, bahkan sebelum penerapan kekuasaan pada mesin, kapitalis

mulai merambah bidang-bidang ini. Dia mulai memiliki alat tenun dan

peralatan lain yang diperlukan untuk pembuatan, dan meminjamkannya

kepada pekerja rumah tangga. Kemudian, ia mulai mengelompokkan

instrumen-instrumen ini dalam satu bangunan, dan menyatukan pekerja untuk

mengoperasikannya.

Ketika tenaga uap datang, kecenderungan ini menjadi praktik umum,

dan sistem pabrik dimulai. Kapitalis tidak hanya menjadi pembeli materi dan

penjual produk, tetapi juga majikan langsung dan pemilik tanaman.

Namun, bahkan saat itu, Kapital belum memulai eksistensi modernnya.

Meskipun Revolusi Industri berarti perluasan yang luas dari perusahaan

kapitalis, bentuk modern Kapital tidak ditentukan sampai diperkenalkannya

perseroan terbatas saham gabungan pada tahun 1862. Ini berarti pemisahan

kapitalis dari majikan, pembagian antara Kapital dan Pengelolaan. Pemilik

bisnis mungkin ribuan pemegang saham; majikan langsung mungkin adalah

pejabat yang digaji yang memiliki sedikit atau tanpa modal. Kapital dalam

bentuknya yang modern baru berusia enam puluh tahun, dan tempatnya dalam

industri dewasa ini bersifat impersonal. Sebagai aturan, itu dipisahkan dari
industri sebagai kekuatan manusia, dan masuk hanya sebagai masalah buku

besar dan cek. Sebelum bisa dikatakan bermental, setidaknya dalam industri

harus menjadi manusia. Sebuah mata rantai hubungan manusia harus

dibangun antara pemilik modal dan pekerja. Jika Capital ingin menjadi mitra

tetap dalam industri, ia tidak bisa tetap impersonal. Tidaklah cukup hanya

mengumpulkan uang dan mengambil dividen; ia harus menghirup udara

industri dan berdenyut dengan jantung industri. Itu harus mengambil tanggung

jawab serta dividennya. Itu harus menjadi manusia serta agen keuangan dalam

produksi. Untuk menahan bagian industri harus dianggap sebagai janji

kesetiaan kepada badan besar industri.

Sementara itu, bagaimanapun, Kapital, dalam pengertian manusia,

menjadi semakin tercerai-berai dan semakin terpencil. Diperkirakan jumlah

orang yang memiliki modal di perusahaan saham gabungan adalah sekitar

1.000.000; dan jumlahnya bertambah setiap hari. Pada saat yang sama, "bisnis

keluarga", di mana Modal dan Manajemen bersatu, sedang sekarat. Di sisi

lain, ada peningkatan besar dalam jumlah karyawan yang memegang saham di

perusahaan mereka sendiri. Kepemilikan modal, pada kenyataannya, bukan

lagi hak prerogatif kelas mana pun, juga bukan, kecuali secara tidak langsung

dan seringkali jauh, terkait dengan pelaksanaan industri. Akan tetapi, tidak

ada yang tidak mungkin dalam anggapan bahwa kepemilikan kapital industri

suatu hari nanti mungkin sebagian besar dimiliki oleh para pekerja di industri.

£469.000, 000 yang dipinjamkan oleh bank dan investor publik ke industri

pada tahun 1920 adalah £700.000 lebih rendah dari tagihan minuman negara
ini untuk tahun yang berakhir Maret 1921. Uang yang terlibat cukup dalam

kapasitas Tenaga Kerja dan Manajemen untuk memasok. Bisa jadi ketika

kapitalis melebur dalam pekerja praktis, Kapital akan dimanusiakan.

Kami telah mengatakan bahwa, secara umum, Modal belum memiliki

mentalitas. Tetapi pernyataan itu hampir tidak berlaku bagi Capital karena hal

itu mempengaruhi industri melalui perwakilan yang ditunjuknya, direktur-

direktur yang menjadi perhatian individu. Ini sering kali adalah orang-orang

yang jauh lebih kompeten dan tercerahkan daripada yang terjadi di masa lalu.

Banyak dari pimpinan perusahaan kita termasuk di antara para industrialis dan

pemikir politik terkemuka di zaman kita. Direktur modern, sangat sering,

tidak lagi sepenuhnya terobsesi dengan gagasan tentang apa yang dapat

diberikan perhatian kepadanya, tetapi lebih tertarik pada kontribusi yang

diberikannya untuk kebaikan komunitas. Jadi, ia menggunakan modal, tidak

hanya untuk tujuan menghasilkan dividen tetapi juga untuk tujuan kebijakan

industri. Mentalitas direktur semacam itu agak mirip dengan negarawan, yang,

sementara terikat untuk menjaga solvabilitas negaranya, dipandu oleh

pertimbangan selain keuangan saja. Ini, lebih lanjut, sering berlaku baik dari

kelompok besar direksi, seperti yang bersangkutan dalam penggabungan dan

kesepakatan antara kelompok Modal, yang fitur modern yang luar biasa.

Faktanya adalah bahwa ilmu administrasi bisnis, ukuran banyak urusan

modern, dan organisasi bisnis yang rumit telah menunjukkan perlunya tingkat

pelatihan dan kemampuan yang nyata di kepala urusan modern. Posisi seperti

itu tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada keinginan pemegang saham.


Demokratisasi kepemilikan telah menyebabkan spesialisasi dalam

administrasi. Oleh karena itu, kecenderungan telah berkembang untuk

representasi Modal dalam industri untuk dipercayakan kepada Manajemen.

Gagasan lama tentang trinitas industri — Buruh, Manajemen, dan Modal —

sedang berlalu. Modal hanya menjadi mitra industri sejauh diserap dalam

Manajemen. Jika tidak, ia tetap merupakan faktor impersonal dalam bentuk

uang, mesin, dan bangunan. Sebagai unsur manusia dalam industri, hanya

dapat diekspresikan dalam istilah Manajemen dan Tenaga Kerja. Oleh karena

itu, secara keseluruhan, tidak mengembangkan mentalitas yang nyata, juga

tidak dapat melakukannya sampai seluruh pemegang saham menyadari bahwa

mereka, tidak kurang dari para pekerja, merupakan bagian integral dari

industri; bahwa kemitraan mereka di dalamnya memaksa mereka untuk

memikul tanggung jawab mereka atas metode dan objeknya; dan bahwa

pendapatan yang mereka peroleh dari industri hanya dibenarkan oleh layanan

yang mereka berikan sendiri. Waktu ketika industri dapat dianggap sebagai

mesin "penny-in-the-slot" bagi pemegang saham sedang berlalu. Entah

Kapital harus menerima beban langsung dari jasa industri, atau harus puas

untuk dipikul keluar dari industri, kecuali sebagai faktor yang sepenuhnya

impersonal— mungkin, di kemudian hari, untuk dimanusiakan kembali

dengan berada di bawah kepemilikan bersama Buruh dan Manajemen. . tidak

kurang dari para pekerja, merupakan bagian integral dari industri; bahwa

kemitraan mereka di dalamnya memaksa mereka untuk memikul tanggung

jawab mereka atas metode dan objeknya; dan bahwa pendapatan yang mereka
peroleh dari industri hanya dibenarkan oleh layanan yang mereka berikan

sendiri. Waktu ketika industri dapat dianggap sebagai mesin "penny-in-the-

slot" bagi pemegang saham sedang berlalu. Entah Kapital harus menerima

beban langsung dari jasa industri, atau harus puas untuk dipikul keluar dari

industri, kecuali sebagai faktor yang sepenuhnya impersonal—mungkin, di

kemudian hari, untuk dimanusiakan kembali dengan berada di bawah

kepemilikan bersama Buruh dan Manajemen. . tidak kurang dari para pekerja,

merupakan bagian integral dari industri; bahwa kemitraan mereka di

dalamnya memaksa mereka untuk memikul tanggung jawab mereka atas

metode dan objeknya; dan bahwa pendapatan yang mereka peroleh dari

industri hanya dibenarkan oleh layanan yang mereka berikan sendiri.

Waktu ketika industri dapat dianggap sebagai mesin "penny-in-the-

slot" bagi pemegang saham sedang berlalu. Entah Kapital harus menerima

beban langsung dari jasa industri, atau harus puas untuk dipikul keluar dari

industri, kecuali sebagai faktor yang sepenuhnya impersonal—mungkin, di

kemudian hari, untuk dimanusiakan kembali dengan berada di bawah

kepemilikan bersama Buruh dan Manajemen. . dan bahwa pendapatan yang

mereka peroleh dari industri hanya dibenarkan oleh layanan yang mereka

berikan sendiri. Waktu ketika industri dapat dianggap sebagai mesin

"penny-in-the-slot" bagi pemegang saham sedang berlalu. Entah Kapital harus

menerima beb

Industri bukanlah mesin; itu adalah bentuk kompleks dari asosiasi

manusia. Pembacaan yang benar tentang masa lalu dan masa kini adalah
dalam hal manusia — pikiran, tujuan, dan cita-cita mereka — bukan dalam

hal sistem atau mesin. Pemahaman yang benar tentang industri adalah

memahami pemikiran mereka yang terlibat di dalamnya. Kemajuan ilmu

pengetahuan dan kultus efisiensi cenderung mengaburkan kemanusiaan

fundamental industri. Kami telah membayar sebagian besar ke akun kami

tentang ilmu industri terapan, tetapi kami hampir bangkrut pemahaman

manusia. Sisi material dari industri memiliki tempatnya sendiri, tetapi

merupakan sisi bawahan.

Memang, jika masalah mendasar industri dapat direduksi menjadi

batas satu pertanyaan, pertanyaan itu adalah: Bagaimana cara terbaik untuk

mencapai dan mempertahankan keseimbangan yang adil antarasesuatu

produksi—mesin, bangunan, material, sistem— dankemanusiaanproduksi—

para pekerja, mandor, manajer, pemegang saham?

Masalah inilah yang menjadi akar dari semua masalah yang dihadapi

manajemen industri. Industri tidak dapat dibuat efisien sementara fakta

dasarnya tetap tidak diakui bahwa itu terutama manusia. Ini bukan kumpulan

mesin dan proses teknis; itu adalah tubuh laki-laki. Ini bukan kompleks

materi, tetapi kompleks kemanusiaan. Ini memenuhi fungsinya, bukan

berdasarkan kekuatan impersonal, tetapi oleh energi manusia. Tubuhnya

bukanlah labirin yang rumit dari perangkat mekanis, tetapi sistem saraf yang

diperbesar.

“Kebuntuan” industri saat ini disebabkan oleh subordinasi manusia

pada elemen material. Sementara industri kami telah berkembang semakin


ilmiah, kami ditolak buah dari upaya kami, karena kami telah gagal untuk

mengimbangi seni kepemimpinan manusia, pemahaman dan kerjasama.

Mengejar hal-hal, kita telah mengabaikan laki-laki. Memenangkan efisiensi

dari mesin kami, kami telah kehilangan efisiensi pada pekerja kami.

Kebutuhan industri adalah getaran listrik yang lebih kuat dari pemahaman

manusia biasa. “Akan menjadi akhir yang aneh bagi kepemimpinan industri

kita di dunia jika keberhasilan konversi industri kita untuk kebutuhan Perang

Besar terbukti menjadi kemenangan besar terakhir kita. Saat ini, sepertinya

konversi kembali industri kita ke kebutuhan hidup kita mungkin terbukti di

luar kekuatan kita.”

Sebuah industri yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan hidup kita

—fisik, mental, dan moral—harus hidup. Tujuan manajemen harus membuat

industri menjadi manusia yang lebih efektif

— lebih benar-benar merupakan upaya bersama manusia, bersatu

untuk tujuan bersama dan digerakkan oleh motif bersama. Untuk mencapai

tujuan itu kita perlu, pertama, motif dan cita-cita; Kedua,

kepemimpinan dan koordinasi; ketiga, kerja dan kerjasama. Semua

faktor ini saling bergantung.

Dalam bab-bab berikutnya, akan tampak bahwa motif utama industri

seharusnya adalah melayani masyarakat; bahwa seni kepemimpinan akan

berkembang seiring dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan realisasi

tanggung jawab sosial manajemen, dan bahwa kerjasama akan muncul ketika

motif, atau cita-cita, nyata dan ketika kepemimpinan bersifat memaksa. Hanya
manajemen yang efisien yang dapat secara adil menuntut efisiensi yang lebih

besar dari Tenaga Kerja—dan efisiensi tidak dapat tumbuh jika mitra dalam

industri berusaha mewujudkan cita-cita yang berbeda. Di sisi lain, ikatan cita-

cita besar pernah mengarah pada bentuk asosiasi terkuat dan pencapaian

terbaik. Tetapi karena kepada manajemen dipercayakan bimbingan industri, ia

harus mengambil inisiatif dalam mendefinisikan dan mengejar cita- cita itu.

Manajemen sendiri tidak memiliki kapak untuk digiling. Apakah motif

industri utamanya adalah keuntungan atau jasa, dan dalam bentuk apa pun itu

dilakukan, manajemen harus bertahan. Oleh karena itu tubuh dari mana

pembentukan ideal baru dapat datang secara alami. Masa depan industri ada di

tangannya.

Latar belakang industri, bagaimanapun, terdiri, tidak hanya dari

pemikiran dan kepentingan mereka yang terlibat di dalamnya, tetapi juga dari

seluruh mentalitas komunitas yang terkait dengannya. Kemajuan bagian mana

pun dari komunitas diatur oleh kemajuan keseluruhan. Mustahil untuk

melaksanakan skema pembangunan industri yang besar, yang didasarkan pada

kemanusiaan umum dari mereka yang terlibat dalam industri, kecuali

jika didukung oleh perasaan publik yang jelas, opini publik yang terinformasi,

dan kemauan publik yang tegas. “Ini tidak konsisten dengan kesetaraan atau

kebijaksanaan,” kata Burke, “untuk menentang perasaan umum komunitas

besar dan semua tatanan yang membentuknya.” Kebalikannya sama benarnya.

Tidak mungkin untuk melakukan perubahan sosial yang besar kecuali

perasaan umum masyarakat memberikan dorongan. Pengalihan arah industri


menuntut apa yang digambarkan Wells sebagai “kebangkitan kembali

pemikiran tentang hal-hal politik dan sosial” — “kebangkitan keinginan dan

pemahaman yang disengaja.” Hal ini tidak dapat menjamin bahwa gejolak dan

gejolak masa kini akan berkembang menjadi suatu kemajuan yang teratur di

masa depan. Tanpa penerapan pemikiran yang terkonsentrasi, pengejaran tak

tergoyahkan dari tujuan bersama, dan ketelitian upaya tak terbatas dan sabar

di pihak semua kelas dan kelas masyarakat, tampaknya hanya ada sedikit

harapan untuk rekonstruksi yang langgeng. Kita mungkin membangun

Yerusalem kita atau menciptakan Babel kita, Kita mungkin menemukan

Utopia kita, atau menyerah pada Nemesis. Pilihan antara kemajuan dan

kekacauan ada di depan kita. Kita akan mencapai yang satu atau jatuh ke yang

lain, sesuai dengan kapasitas intelektual dan moral rakyat yang dibawa untuk

memikul tugas besar membangun masa depan industri dan sosial yang layak

atau dibiarkan disia-siakan dalam ketiadaan hal-hal kecil. . Kita mungkin

menemukan Utopia kita, atau menyerah pada Nemesis. Pilihan antara

kemajuan dan kekacauan ada di depan kita. Kita akan mencapai yang satu

atau jatuh ke yang lain, sesuai dengan kapasitas intelektual dan moral rakyat

yang dibawa untuk memikul tugas besar membangun masa depan industri dan

sosial yang layak atau dibiarkan disia-siakan dalam ketiadaan hal-hal kecil. .

Kita mungkin menemukan Utopia kita, atau menyerah pada Nemesis. Pilihan

antara kemajuan dan kekacauan ada di depan kita.

Kita akan mencapai yang satu atau jatuh ke yang lain, sesuai dengan

kapasitas intelektual dan moral rakyat yang dibawa untuk memikul tugas
besar membangun masa depan industri dan sosial yang layak atau dibiarkan

disia-siakan dalam ketiadaan hal-hal kecil. .

Latar belakang industri adalah medley pemikiran. Bermunculan dari

masa lalu di mana angin filosofi yang berbeda telah berhembus, dan menyapu

ke sana kemari oleh ledakan badai perang, pemikiran ini dibiarkan berserakan

dan tanpa tujuan. Tugas generasi ini, dan khususnya manajemen industri,

adalah untuk mengkonsolidasikan dan mengarahkannya kembali, sehingga

industri dapat berjalan di atas jalan raya menuju era baru.

2. Pengembangan Diri

Yang kami maksud dengan pengembangan diri adalah semangat yang

menciptakan filosofi kerja yang baru. Yang kami maksud dengan sains bukan

hanya pengembangan penelitian di bidang-bidang khusus, tetapi juga

semangat kritis dan analitis yang tersebar luas.

3. Asosiasi

Dengan asosiasi, yang kami maksud adalah pengembangan semangat yang

membuat dalam kelompok yang berbeda untuk berbagai jenis kombinasi.

4. Sains

Yang kami maksud dengan sains bukan hanya pengembangan penelitian di

bidang-bidang khusus, tetapi juga semangat kritis dan analitis yang tersebar

luas.
B. Hubungan antara Manajemen dengan Sosial Industri

a) Definisi Manajemen

- Sp. Siagian

Sp. Siagian dalam buku “Filsafat Administrasi” manajemen didefinisikan

sebagai “Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil

dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang lain”. Pandangan ini

mengikuti pendapat Mary Parker Folet yang menekankan pada seni dalam

mengoptimalkan sumber daya manusia dalam organisasi. Dapat dikatakan

bahwa manajemen merupakan inti daripada administrasi karena memang

“Manajemen merupakan alat pelaksana utama dari adminsitrasi”.

- Arifin Abdulrachman

Dalam buku “Kerangka Pokok-Pokok Manajemen” menjelaskan definisi

manajemen sebagai:

a. Kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas

b. Proses, yakni kegiatan dalam rentetan urutan- urutan;

c. Institut atau orang – orang yang melakukan kegiatan atau proses

kegiatan.

- James A.F. Stoner

Stoner yang memberikan penjelasan sebagai berikut: “Manajemen adalah

proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-

usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya


organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan secara

efektif dan efisien”.

Dari penjelasan di atas, manajemen dapat dikaitkan dengan organisasi yang

di dalamnya terdapat sekumpulan orang yang melakuka kegiatan atau

aktivitas dengan prosedur yang telah ada untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dengan cara yangefektif dan efisien.

b) Definisi Industri

Industri merupakan suatu lokasi/tempat dilaksanakannya proses produksi.

Aktivitas produksi dapat diartikan sebagai sekumpulan aktivitas yang

diperlukan untuk merubah satu kumpulan masukan (Man, Money,

Material, Machine, Methode, Minute, Market, energi, informasi, dll)

menjadi suatu produk keluaran yang mempunyai nilai tambah.

Berikut ini adalah definisi Industri menurut para ahli :

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang

dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk

kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

2. Bambang Utoyo

Pengertian industri secara sempit adalah semua kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh manusia untuk mengolah bahan mentah yang ada

menjadi bahan setengah jadi atau mengolah barang setengah jadi


tersebut menjadi barang yang sudah benar-benar jadi sehingga

memiliki berbagai kegunaan yang lebih bagi kepentingan manusia.

Pengertian industri secara luas adalah setiap kegiatan manusia yang

bergerak dalam bidang ekonomi yang memiliki sifat produktif dan

komersial dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Tim Garasindo Industri adalah segala macam pekerjaan yang bertujuan

untuk menghasilkan keuntungan (uang).

4. Sukimo Industri adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan

ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder.

Dari berbagai definisi industri di atas dapat disimpulkan bahwa

Industri merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia untuk

mengubah (Mentransformasi) sekumpulan input yang terdiri dari bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi

output yang dapat berupa barang atau jasa sehingga mempunyai nilai

tambah sesuai dengan standard yang ditetapkan.

c) Hubungan Manajemen dengan Sosial Industri

Disiplin teknik industri ditujukan untuk memecahkan masalah di sektor

industri (semua organisasi usaha meliputi produksi barang/ manufaktur/ jasa).

Teknik industri yang bertujuan mendapatkan efisiensi kerja dalam segala

bidang pekerjaan.
Hubungannya dengan ilmu manajemen adalah dalam teknik industri

diperlukan sistem pengawasan manajemen dan ditekankan pada prosedur,

perencanaan, pengukuran, pengawasan untuk semua aktivitas organisasi.

Proses produksi atau jasa bisa juga dikatakan sebagai proses transformasi

input menjadi output tidaklah bisa berlangsung sendirian, karena hal tersebut

akan mengakibatkan proses produksi menjadi tidak terarah dan tidak

terkendali. Agar proses produksi bisa berfungsi secara lebih efektif dan efisien,

maka dalam hal ini perlu dikaitkan dengan satu proses lain yang akan mampu

memberi arah, mengevaluasi performansi, dan membuat penyesuaian dengan

lingkungan industri yang selalu berubah. Untuk maksud inilah diperlukan

suatu proses manajemen yang selanjutnya lebih dikenal dengan Manajemen

Industri.

Manajemen memberikan ketetapan mengenai (1) sistem nilai dan tujuan

yang ingin dicapai, (2) struktur organisasi dikaitkan dengan hirarki, tanggung

jawab dan wewenang, (3) perancangan, perencanaan dan pengendalian

aktivitas operasional yang harus dilaksanakan.

d) Wawasan Industri dan Analisis Manajemen

Dalam menghadapi permasalahan industri yang semakin tidak pasti dan

saling berkaitan dengan lingkungannya maka diperlukan satu pendekatan yang

mampu dipakai untuk memecahkan permasalahan tersebut secara tepat.

Pengelolaan industri tidaklah bisa hanya dijalankan berdasarkan intuisi, logika


umum, pertimbangan-pertimbangan yang lebih mengandalkan spekulasi bisnis

semata, atau hanya bermodalkan pengalaman; melainkan harus diprediksi,

direncanakan, diorganisir, dioperasikan dan dikendalikan berdasarkan analisis

ilmiah baik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif lewat perhitungan-

perhitungan yang seksama maupun pendekatan kualitatif. Frederick Winslow

Taylor yang merupakan pioneer pengembangan ilmu teknik industri

memperkenalkan pendekatan manajemen ilmiah (Scientific Management) untuk

menyelesaikan masalah industri secara lebih pasti.

Contoh penerapan manajemen industri pada masa kini yaitu :

Perusahaan Honda memfokuskan diri pada mesin, sebenarnya semua produk

Honda (mobil, motor, generator, pemotong rumput) didasarkan pada teknologi

mesinnya yang istimewa. Sebagaimana Intel yang yang memfokuskan pada

chip komputernya, dan Microsoft pada software PC. Walaupun demikian,

hampir semua produk mempunyai siklus hidup yang terbatas dan dapat

diprediksi, perusahaan harus melakukan penelitian, pengembangan, dan

menemukan produk baru untuk didesain dan dipasarkan. Harus ada komunikasi

yang kuat antara pelanggan, produk, proses, dan pemasok. Strategi produk yang

efektif menghubungkan keputusan produk dengan investasi, pangsa pasar dan

siklus produk, serta menggambarkan luasnya suatu lini produk. Strategi dalam

manajemen operasi digunakan untuk pengembangan keunggulan bersaing pada

pembedaan, biaya, dan respons. Melalui keputusan strategi manajemen operasi,


perusahaan dapat meningkatkan produktivitasnya dan menghasilkan

keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Selanjutnya ada Taco Bell yang telah mengembangkan dan menjalankan

strategi biaya rendah melalui desain produk, dengan mendesain sebuah produk

(menu) yang bisa diproduksi dengan jumlah karyawan minimum di dapur yang

kecil.

Srategi Toyota adalah respons yang cepat dalam melayani kebutuhan pelanggan

dengan melakukan proses desain mobil tercepat di industri otomotif. Toyota

telah menjadikan kecepatan pengembangan produk turun hingga menjadi di

bawah dua tahun dalam sebuah industri ketika standarnya masih mendekati tiga

tahunan. Walaupun pesaing sering beroperasi pada siklus desain tiga tahunan,

desain yang lebih singkat memungkinkan Toyota memasarkan mobil sebelum

selera pelanggan berubah.

Southwest Airlines berhasil menghasilkan keuntungan saat perusahaan

penerbangan AS lain merugi miliaran dolar. Southwest melakukan dengan

memenuhi kebutuhan akan penerbangan murah dan menyediakan penerbangan

jarak dekat. Strategi operasinya adalah menggunakan airport dan terminal kelas

dua, penempatan tempat duduk dengan cara siapa cepat siapa dapat, pilihan

harga tiket yang tidak terlalu beragam, kru yang lebih sedikit tetapi terbang

lebih lama, penerbangan yang hanya menyajikan makanan ringan atau tanpa

makanan, dan tidak ada kantor tiket di pusat kota. Southwest dan perusahaan

lain yang menggunakan strategi biaya rendah memahami hal ini dan

menggunakan sumber daya secara efektif. Kepemimpinan biaya rendah (low


cost leadership) berarti mencapai nilai maksimum sebagaimana yang diinginkan

pelanggan. Hal ini membutuhkan pengujian sepuluh strategi manajemen operasi

dengan usaha yang keras untuk menurunkan biaya dan tetap memenuhi nilai

harapan pelanggan. Strategi biaya rendah tidak berarti nilai atau kualitas barang

menjadi rendah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan dan Pengaruh Kehidupan Sosial dan Industri terdapat beberapa

aspek yaitu publisitas, pengembangan diri, asosiasi, dan sains.

Yang dimaksud dengan publisitas adalah keintiman publik yang meluas

dengan cara kerja internal industri. Pengembangan diri adalah semangat yang

menciptakan filosofi kerja yang baru. Dengan asosiasi, yang kami maksud adalah

pengembangan semangat yang membuat dalam kelompok yang berbeda untuk

berbagai jenis kombinasi. Yang kami maksud dengan sains bukan hanya

pengembangan penelitian di bidang-bidang khusus, tetapi juga semangat kritis

dan analitis yang tersebar luas.

Manajemen dapat dikaitkan dengan organisasi yang di dalamnya terdapat

sekumpulan orang yang melakuka kegiatan atau aktivitas dengan prosedur yang

telah ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yangefektif

dan efisien. Industri merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia

untuk mengubah (Mentransformasi) sekumpulan input menjadi output yang dapat

berupa barang atau jasa sehingga mempunyai nilai tambah sesuai dengan standard

yang ditetapkan.
Disiplin teknik industri ditujukan untuk memecahkan masalah di sektor

industri . Teknik industri yang bertujuan mendapatkan efisiensi kerja dalam segala

bidang pekerjaan.

Hubungannya dengan ilmu manajemen adalah dalam teknik industri

diperlukan sistem pengawasan manajemen dan ditekankan pada prosedur,

perencanaan, pengukuran, pengawasan untuk semua aktivitas organisasi.

B. Saran

Demikian karya tulis ini kami buat, tentunya tulisan ini masih jauh dari kesem

purnaan.Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan sangat dibutuhkan

untuk menyempurnakan tulisan ini.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nazir Gatot. 2018. Manajemen Operasi. Jakaarta: Bumi Aksara. Criswan

Sungkono. 2009. Manajemen Operasi Analisis dan Studi Kasus. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sritomo Wigjosoebroto, (2006), Pengantar Teknik & Manajemen Industri, Surabaya,

Guna Wijaya Sumarsono S., 2006, Sistem Informasi Manajemen, Published: 22nd

August.

Tersine, Richard J., 1994, Principle of Inventory and Materials Management, 4th

Edition, Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai