Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Revitalisasi Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam arus pertempuran ideologi
di era revolusi industri 4.0 demi kemajuan Indonesia”

(TEMA D)

Disusun:

Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Intermediate Training (LK II)


Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang

Oleh:

AL ANIMUL FADHIL R ILYAS

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


KOMISARIAT UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
CABANG MAKASSAR TIMUR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Zat yang dengan berkat nikmat-Nya sempurnalah
segala kebaikan dan tidaklah kita mendapat petunjuk agama sekiranya Allah SWT
tidak memberi petunjuk kepada kita dan segala pujian yang banyak mengandung
berkah kepada-Nya. Pujian yang memenuhi langit, memenuhi bumi, dan memenuhi
alam semesta serta memenuhi segala sesuatu yang dikehendaki oleh Rabb kita.
Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada orang yang diutus Allah
sebagai rahmat bagi alam semesta, pembimbing umat manusia, sebagai pemberi
kabar gembira dan pemberi peringatan, sebagai penyeruh kepada (agama) Allah
dengan izin-Nya serta untuk menjadi cahaya yang menerangi, yaitu junjungan dan
pemimpin kita Rasulullah Muhammad Saw., beserta keluarga dan sahabat-
sahabatnya, serta semua yang menyeru dengan seruannya dan orang-orang yang
mengikuti sunnahnya sampai hari kiamat.
Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat
menyusun makalah yang berjudul “Revitalisasi Gerakan Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) dalam arus pertempuran ideologi di era revolusi industri 4.0 demi
kemajuan Indonesia”. Makalah yang disusun untuk memenuhi persyaratan
mengikuti Intermediate Training (LK II) untuk memenuhi syarat mengikuti
Intermediate Training (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang
Pada tanggal 11 – 17 Maret di The Singhasari Resort,Malang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidaklah mudah dan
masih terdapat kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun sebagai bahan penyempurnaan makalah ini.Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat menambah wawasan dan membuka cakrawala pengetahuan
dalam menjalankan mandat mulia dari Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.

Makassar, 23 Februari 2019.


Penulis

Al Animul Fadhil R Ilyas

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar...................................................................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………. 5
C. Tujuan Penulisan................................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 6
A. Sejarah HMI.......................................................................................................... 6
B. Revolusi Industri 4.0............................................................................................. 10
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 17
A. Kesimpulan............................................................................................................ 17
B. Saran...................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSATAKA................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana


terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian
menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia.

Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, dimana terjadinya peralihan
dalam penggunaan tenaga kerja yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan
manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur.
Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil,
pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi
perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan
rel kereta api. Adanya peralihan dari perekonomian yang berbasis pertanian ke
perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk
besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan membengkaknya
populasi di kota-kota besar.

Revolusi industri telah dirasakan oleh seluruh umat manusia di Dunia termasuk
Negara Indonesia. Indonesia yang dikenal dengan negara agraris, sebelum hadirnya
industri, Indonesia yang dulu mata pencahariannya sangat bergantung dengan alam
misalnya pertanian, perkebunan. Setelah terjadinya revolusi Industri,muncul pergeseran
mata pencaharian seperti pembagunan pabrik, yang memproduksi barang metah menjadi
barang siap pakai, sehingga banyak menyerapkan tenaga kerja. Oleh karena itu, mata
pencaharian di Indonesia sudah bervariasi yaitu tidak hanya bergantug pada bercocok
tanam saja.

1
Seperti yang telah di ketahui banyak orang bahwa zaman sekarang sudah
menggunakan eknologi yang lebih canggih mulai dari bidang industri sampai
perdagangan pun menggunakan teknologi. Banyak yang mengatakan bahwa revolusi
industri mempunyai keuntungan, tetapi tidak sedikit pula yang menganggap bahwa hal itu
merugikan. Contohnya sudah terlihat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Indonesia juga terimbas efek dan beberapa waktu yang lalu,pemerintah mulai
mencanagkan revolusi industri 4.0 yang menggantikan revolusi revolusi
sebelumnya.Revolusi ini di klaim mampu bersaing di tingkat internasional tetapi
permesalahan yang ada di negeri ini belum di terselesaikan.Masih banyak yang harus di
selesaikan mulai dari SDM,manajemen pemerintah dan pelaku pelaku yang terlibat dalam
revolusi industri ini sehingga,Indonesia mampu bersaing di tingkat internasional tanpa
menglami masalah masalah yang timbul di Indonesia.

Globalisasi telah memasuki era baru yang bernama Revolusi Industri 4.0. Klaus
(Shwab, 2016) melalui The Fourth Industrial Revolution menyatakan bahwa dunia telah
mengalami empat tahapan revolusi, yaitu: 1) Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad ke 18
melalui penemuan mesin uap, sehingga memungkinkan barang dapat diproduksi secara
masal, 2) Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik
yang membuat biaya produksi menjadi murah, 3) Revolusi Industri 3.0 terjadi pada
sekitar tahun 1970an melalui penggunaan komputerisasi, dan 4) Revolusi Industri 4.0
sendiri terjadi pada sekitar tahun 2010an melalui rekayasa intelegensia dan internet of
thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Revolusi
Industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan berubahnya cara manusia berpikir, hidup,
dan berhubungan satu dengan yang lain. Era ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas
manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang teknologi saja, namun juga
bidang yang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik. Di sektor ekonomi telah terlihat
bagaimana sektor jasa transportasi dari kehadiran taksi dan ojek daring. Hal yang sama
juga terjadi di bidang sosial dan politik. Interaksi sosial pun menjadi tanpa batas
(unlimited), karena kemudahan akses internet dan teknologi. Hal yang sama juga terjadi
dalambidang politik.Melalui kemudahan akses digital, perilaku masyarakat pun bergeser.
Aksi politik kini dapat dihimpun melalui gerakan-gerakan berbasis media sosial dengan

2
mengusung ideologi politik tertentu. Namun di balik kemudahan yang ditawarkan,
Revolusi Industri 4.0 menyimpan berbagai dampak negatif, diantaranya ancaman
pengangguran akibat otomatisasi, kerusakan alam akibat ekspoitasi industri, serta
maraknya hoax akibat mudahnya penyebaran informasi. Oleh karena itu, kunci dalam
menghadapi Revolusi Industri 4.0 adalah selain menyiapkan kemajuan teknologi, di sisi
lain perlu dilakukan pengembangan sumber daya manusia dari sisi humaniora agar
dampak negatif dari perkembangan teknologi dapat ditekan.

Klaus (Shwab, 2016) melalui The Fourth Industrial Revolution menyatakan


bahwa dunia telah mengalami empat tahapan revolusi, yaitu: 1) Revolusi Industri 1.0
terjadi pada abad ke 18 melalui penemuan mesin uap,sehingga memungkinkan barang
dapat diproduksi secara masal, 2) Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke 19-20
melalui penggunaan listrik yang membuat biaya produksi menjadi murah, 3) Revolusi
Industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970an melalui penggunaan komputerisasi, dan 4)
Revolusi Industri 4.0 sendiri terjadi pada sekitar tahun 2010an melalui rekayasa
intelegensia dan internet of thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas
manusia dan mesin.

Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan berubahnya cara


manusia berpikir, hidup, dan berhubungan satu dengan yang lain. Era ini akan
mendisrupsi berbagai aktivitas manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang
teknologi saja, namun juga bidang yang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik.

Di sektor ekonomi telah terlihat bagaimana sekto r jasa transportasi dari


kehadiran taksi dan ojek daring. Hal yang sama juga terjadi di bidang sosial dan politik.
Interaksi sosial pun menjadi tanpa batas (unlimited), karena kemudahan akses internet
dan teknologi. Hal yang sama juga terjadi dalambidang politik.Melalui kemudahan akses
digital, perilaku masyarakat pun bergeser. Aksi politik kini dapat dihimpun melalui
gerakan-gerakan berbasis media sosial dengan mengusung ideologi politik tertentu.

Namun di balik kemudahan yang ditawarkan, Revolusi Industri 4.0 menyimpan


berbagai dampak negatif, diantaranya ancaman pengangguran akibat otomatisasi,

3
kerusakan alam akibat ekspoitasi industri, serta maraknya hoax akibat mudahnya
penyebaran informasi. Oleh karena itu,kunci dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0
adalah selain menyiapkan kemajuan teknologi, di sisi lain perlu dilakukan pengembangan
sumber daya manusia dari sisi humaniora agar dampak negatif dari perkembangan
teknologi dapat ditekan.

Oleh karena itu Himpunan Mahasiswa Islam dapat mengambil peran di era
revolusi 4.0 sesuai dengan Mission Himpunan Mahasiswa Islam yang dimana tugas dan
tanggung jawab yang diemban oleh kader HMI. Sebagai organisasi kader yang memiliki
platform yang jelas, sejak awal berdirinya HMI mempunyai komitmen asasi yang disebut
dengan dua komitmen asasi, yakni (1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan
mempertinggi derajat bangsa Indonesia, yang dikenal dengan komitmen kebangsaan, dan
(2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, yang dikenal dengan wawasan
keislaman/keumatan.Maka dari itu Himpunan Mahasiswa Islam dapat Merevitalisasi
Pertempuran ideologi di era revolusi industri 4.0 demi kemajuan indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana Revolusi Industri 4.0?
2. Bagaimana Himpunan Mahasiswa Islam Merevitalisasi arus pertempuran ideologi di
era revolusi industri 4.0?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Pengaruh ideologi dunia terhadap kemajuan indonesia
2. Untuk mengetahui peran Himpunan Mahasiswa Islam untuk Revitalisasi Revolusi
industri 4.0

4
D. Manfaat Penulisan
Melihat kondisi bangsa dan sejumlah organisasi perjuangan khususnya HMI, maka
diharapkan bagi setiap masyarakat dan juga bagi kader HMI melalui makalah ini mampu
untuk mengambil manfaatnya. Adapun manfaat yang disampaikan makalah ini adalah:
1. Bagi masyarakat umum, diharapkan dapat mengingat revolusi industri 4.0
2. Bagi kader HMI, diharapkan makalah ini mampu menjadi referensi atau sebagai
perspektif pembanding dalam melihat revolusi industri 4.0 untuk kemajuan indonesia
3. Bagi Kader Pemerintah, di harapkan menjadi refleksi demi proyeksi bangsa Indonesia
kedepannya dalam mewujudkan bangsa indonesia yang berdikari.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Sebagai organisasi yang turut terlibat dalam lintasan sejarah dan dinamika
kebangsaan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang lahir dua tahun pasca Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia yakni Rabu Pon, 14 Rabiulawal 1366 H atau bertepatan
dengan 5 Februari 1947 M pukul 16.00 WIB.9 Himpunan Mahasiswa Islam yang ide
pertamanya dikemukakan oleh Lafran Pane. Bertempat di salah satu ruang kuliah Sekolah
Tinggi Islam/STI (sekarang UII), Jl. Setyodiningratan 30 (Sekarang P. Senopati 30), Lafran
Pane, sebagai penggagas memanfaatkan jam kuliah tafsir Alqur’an oleh Prof. Husein
Yahya untuk mendeklarasikan pembentukan HMI yang dihadiri oleh lebih kurang 20
mahasiswa.
Dikalangan masyarakat menjadikan organisasi mahasiswa yang ada didominasi
oleh pemikiran-pemikiran sosialis. Nuansa keagamaan menjadi kering karena PMY
(Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta), yang meletakan landasanya pada nonagama. Inilah
salah satu yang melatar belakangi Lafran Pane dan kawan-kawannya membentuk HMI.
Meskipun untuk pembinaan generasi mudanya, masyarakat Islam Indonesia sudah
mempunyai GPII (Gabungan Pemuda Islam Indonesia), akan tetapi belum ada organisasi
untuk membina ke-Islaman untuk kalangan mahasiswa.Persaingan dalam memperebutkan
kader baru dan dominasi di kampus tak jarang menimbulkan bentrokan fisik antar para
pendukungnya. CGMI seringkali meneror anggota HMI dan melarang mereka aktif. CGMI
bahkan melakukan gerakan-gerakan provokasi di kampus untuk membubarkan HMI.
Demikian juga GMNI, sedikit banyak, organisasi ini turut serta dalam usaha-usaha
mengganyang HMI. Hegemoni PKI dalam kabinet yang kian kuat juga mendorong HMI
bersama elemen-elemen Islam lainya berusaha untuk melakukan kritik kepada Presiden
Sukarno melalui gerakan massa. Ditingkat organisasi mahasiswa PKI juga sudah semakin
menghegemoni. PPMI yang pada awalnya merupakan independen akhirnya dikuasai oleh
CGMI (PKI), termasuk juga MMI dan Front Pemuda. Dengan demikian nyaris tak ada lagi
organisasi mahasiswa yang bisa kritis terhadap kekuasaan.

6
G 30 S/PKI, peristiwa berdarah ini menjadi momen awal bagi masifnya gerakan-
gerakan anti PKI oleh militer dan mahasiswa. Atas inisiatif Mar’ie Muhammad (wakil
ketua HMI), mahasiswa membentuk organisasi bersama bernama KAMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia). Aksi pertama KAMI adalah tuntutan pembubaran beberapa
organisasi yang menjadi underbouw PKI seperti CGMI, PERHIMI, HIS dan Akademi PKI.
Seiring kuatnya tuntutan terhadap pembubaran PKI, Aksi-aksi KAMI bisa melibatkan
massa yang sangat banyak. Selain itu, dukungan dari TNI Angkatan Darat. Puncak aksi
KAMI adalah ketika mengumandangkan Tritura (tiga tuntutan rakyat) bersama elemen-
elemen aksi lain seperti KAPI, KAGI, KASI dan sebagainya di halaman fakultas
kedokteran UI, pada tanggal 10 januari 1966. Adapaun isi Trituradalah : Bubarkan PKI,
Retooling kabinet, Turunkan harga. Pada era Orde Baru, HMI merupakan organisasi yang
cukup disegani, sebagaimana saat berdirinya, karakter khas dari HMI adalah intelektualitas
dan independensi. Trade mark bahwa HMI (angkatan ’66) adalah generasi yang berhahsil
menumbangkan Orde Lama, maka tidak heran jika dikampus-kampus HMI sangat populer
mengalami peningkatan jumlah anggota secara signifikan.
Era intelektual ini dipelopori oleh kepemimpinan Nurkholis Madjid yang pernah
menjabat sebagai ketua HMI selama dua periode (1966/1969-1969/1971). Dibawah
kepemimpinannya, materi-materi perkaderan mulai disusun secara lebih sistematis dengan
diciptakanya NDP (Nilai Dasar Perjuangan) sebgai pedoman perkaderan di HMI. Pada
masanya, juga mulai dirintis majalah HMI sebagai sarana untuk pengembangan dan
pertukaran pemikiran. Tokoh lain yang pernah menduduki jabatan ketua umum pada masa
tahun-tahun 70-an adalah Akbar Tanjung. Ia adalah mahasiswa kedokteran UI yang
menandatangani kesepakatan Cipayung. Kelompok Cipayung, yang merupakan forum
irisan antar elemen gerakan mahasiswa seperti HMI, PMKRI, GMNI, PMII, dan GMKI
cukup mempunyai peran dalam memberikan ide-ide tentang pluralism.
Secara individu memang banyak anggota HMI yang terlibat dalam bebagai aksi
mahasiswa. Akan tetapi, HMI secara organisasi tidak banyak terlibat dalam pembentukan
arah sejarah mahasiswa sat itu. Isu-siu nasional seringkali HMI bersikap ambivalen.
Kadang ia berlaku kritis terhdap penguasa, seperti penolakanya pada konsep NKK/BKK
sebagai pengganti DEMA, akan tetapi pada sisi lain HMI tetap saja bercokol di lembaga
intra kampus (yang dianggapnya telah terkooptasi) dan selalu berjuang merebutkan kursi

7
ketua.12Tahun-tahun 70-an akhir, merupakan era kebangkitan gerakan modern Islam. Di
internal HMI-pun tidak terlepas dari kecenderungan semacam ini. Kritikan-kritikan bahwa
HMI kurang Islami memicu beberapa pengurus HMI melakukan gerakan ‘hijaunisasi’
kembali. Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) sangat berperan dalam hal ini.
LDMI membentuk kelompok kajian NDI (Nilai-nilai Dasar Islam) yang kemudian setelah
lepas dari HMI bernama FOSI (Forum Silaturrahmi Islam). Diantara tokoh-tokohnya
adalah Eggy Sudjana, M.S. Ka’ban, dan lain-lain. HMI yang tidak sedikit.
Kehilangan daya kritisnya karena terlalu akomodatif terhadap pemerintah.
Kelompok ini menginginkan HMI harus tetap independen dan berdiri diluar negara. Orde
Baru sudah banyak melakukan penyelewenganpenyelewengan terhadap kekuasaan yang
merekapegang. Rencana penerapan UU ke-ormasan yang akan memaksa semua organisasi
menerapkan Asas Tungal Pancasila adalah edisi baru dari cara Suharto melakukan kontrol
terhadap warga negara. Kader HMI memilih terpecah belah dan membentuk organisasi
yakni HMI DIPO dan MPO. HMI baik DIPO dan MPO mampu menumbangkan Orde
Baru, perpecahan dalam internal HMI merupakan bagian dari dinamika yang tidak harus
disesali.
1. Mission HMI
Sebagai organisasi yang turut terlibat dalam lintasan sejarah dan
dinamika kebangsaan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang lahir dua
tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yaitu 5 Februari
1947. Himpunan Mahasiswa Islam yang dilahirkan di tengah pergolakan fisik
dan ideologi bangsa, menjadikan arus besar pemikiran Himpunan Mahasiswa
Islam berada pada keislaman dan keindonesiaan sebagai landasan aksi.
Himpunan Mahasiswa Islam yang sejatinya belumlah mampu mewujudkan apa
yang menjadi amanah dan misi keberadaannya, terlepas dari segala
pencapaian-pencapaian yang dilakukan oleh kader HMI baik dalam
keterlibatannya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di masa
Revolusi maupun setelahnya, hingga hari ini harapan besar masih
menggantung di langit cita cita segenap kader maupun bangsa Indonesia.
Landasan aksi yang diusung oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
termaktup dalam Mission HMI sebagai gerak kader yang sesungguhnya takkan

8
bisa lepas dari tujuan keberadaannya sebagaimana pasal 4 Anggaran Dasar
HMI yang berbunyi “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang
bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT”. Sedangkan tafsir tujuan HMI yang
terdapat pasal 5 AD HMI dalam buku HMI Candradimuka secara rinci terkait
poin-poin dalam tafsir tujuan tersebut, diantaranya:
a. Kualitas Insan Akademis
Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berpikir rasional, objektif, dan
kritis. Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang
diketahui dan dirahasikan, selalu tanggap menghadapi suasana sekelilingnya dengan
kesabaran. Sanggup berdiri sendiri dengan penguasaan ilmu pengetahuan sesuai ilmu
pilihannya, baik secara teoritis maupun teknis. Sanggup bekerja secara ilmiah yaitu
secara bertahap, teratur, mengarah tujuan sesuai prinsip perkembangan.
b. Kualitas Insan Pencipta: Insan Akademis, Pencipta
Sanggup melihat kemungkinan lain lebih dari sekedar yang ada dan bergairah untuk
menciptakan bentuk baru lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang Ada
yaitu Allah. Berjiwa penuh dengan gagasan gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan
dan pembaharuan. Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif. Insan yan potensi
kreatif dapat berkembang. Dengan ditopang kemampuan akademis yang mampu
melaksanakan kerja kemanusiaan bernapaskan ajaran Islam.
c. Kualitas Insan Pengabdi: Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi
Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk
sesama umat. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya membuat
dirinya baik tetapi juga kondisi sekelilingnya baik. Insan akademis, pencipta
dan pengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan
ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan bersama.
d. Kualitas Insan yang bernafaskan Islam: Insan Akademis, Pencipta dan
Pengabdi yang Bernapaskan Islam: Islam yang telah menjiwai dan sebagai pedoman pola
pikir dan tingkah laku tanpa memakai sebutan Islam. Islam dapat menjadi pedoman
berkarya dan mencipta yang sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian
Islam telah menjadi nafas dan menjiwai karyanya. Ajaran Islam telah

9
berhasil membentuk unity personality dalam dirinya. Napas Islam telah
membentuk pribadi yang utuh, terhindar dari spirit split personality, tidak
pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai
muslim. Insan yang mengintegrasikan sukses pembangunan nasional
bangsa ke dalam sukses perjuangan umat Islam Indonesia dan sebaliknya.
e. Kualitas Insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur diridhoi Allah SWT: 7 Berwatak sanggup memikul akibat dari segala
perbuatannya, sadar bahwa menempuh jalan yang benar memerlukan keberanian moral.
Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan, dan
jauh dari sikap apatif. Rasa tanggung jawab, takwa kepada Allah SWT, yang
berperan aktif dalam satu bidang untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang diridhoi Allah SWT. Kolektif terhadap setiap langkah yang
berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Percaya diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai khalifah fil ard
yang melaksanakan tugas-tugas kemanusian.
Berdasarkan penjelasan dari poin-poin diatas, pada pokoknya insan cita
HMI merupakan man of future (insan pelopor), man of Innovator (duta-duta
pembaharu), idea of progress (insan berkepribadian imbang dan padu, kritis,
dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertakwa kepada Allah SWT). Mereka
itu manusia-manusia beriman berilmu dan beramal soleh secara totalitas (insan
kamil). 7
Mewujudkan Insan Cita atau Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam, setiap
anggota HMI berkewajiban berusaha mendekatkan kualitas dirinya pada kualitas
insan cita HMI sebagaimana diatas. Tetapi juga sebaliknya HMI berkewajiban
memberikan perkembangan potensi kualitas pribadi setiap anggota dengan
fasilitas dan kesempatan yang mengedepankan sikap mental pada dirinya yang
independen dengan menjalankan tugas sebagai anggota yakni:
a. Senantiasa mempertinggi tingkat pemahaman ajaran Islam yang dimilikinya
dengan penuh gairah.
b. Aktif berstudi dalam fakultas yang dipilihnya.

10
c. Mengadakan teater club untuk studi ilmu jurusannya dan club studi untuk
masalah kesejahteraan dan kenegaraan.
d. Selalu hadir dalam forum ilmiah.
e. Memelihara kesehatan badan dan aktif mengikuti karya bidang kebudayaan.
f. Selalu berusaha mengamalkan dan aktif dalam mengambil peran dalam
kegiatan HMI.
g. Mengadakan khalaqah-khalaqah perkaderan di masjid-masjid kampus.
Dalam rangka pengkhitmatan terhadap spesialisasi kemahasiswaan ini,
akan dalam dinamikanya HMI harus menjiwai dan dijiwai oleh sikap
Independen. Sikap independen HMI yang ditegaskan dalam pasal 6 Anggaran
Dasar HMI mengemukakan secara tersurat bahwa HMI adalah organisasi
yang bersifat independen” sifat dan watak independensi bagi HMI merupakan
hak azasi yang pertama.
Watak independensi sebagai kepribadian kader HMI untuk selalu setia
pada hati nuraninya yang selalu memancarkan keinginan dan kebaikan,
kesucian dan kebenaran adalah ALLAH SWT. Dengan demikian
melaksanakan sikap independensi etis setiap kader HMI berarti
pengaktualisasian dinamika berpikir dan bersikap dan berperilaku baik
hablumminallah maupun dalam hablumminannas hanya tunduk dan patuh
dengan kebenaran. Dengan demikian, tujuan, tugas dan independensi HMI
konsekuensinya adalah bentuk aktivitas fungsionaris dan kader-kader HMI
berkualitas yang tergambarkan dalam kualitas insan cita HMI yang ditujukan
untuk keislaman dan keindonesiaan.

B. Revolusi Industri 4.0

Pada awalnya, istilah Revolusi Industri 4.0 berasal dari sebuah proyek
strategis teknologi canggih Pemerintah Jerman yang mengutamakan
komputerisasi pada semua pabrik di negeri itu. Revoluasi Industri 4.0 ini
kemudian dibahas kembali pada 2011 di Hannover Fair, Jerman. Pada
Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi

11
pelaksanaan Revolusi Industri 4.0 kepada Pemerintah Federal Jerman. Prof
Bob Gordon dari Northwesten University, Illinois, USA, juga memberikan
beberapa tanggapan mengenai Revolusi Industri 4.0 yang dirangkum oleh
Prof Paul Krugman dari Princeton University, New Jersey, USA (penerima
Nobel Price on Economic) pada 2008.
Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0. atau revolusi
industri dunia ke-empat dimana teknologi telah menjadi basis dalam
kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat
perkembangan internet dan teknologi digital. Era ini telah mempengaruhi
banyak aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni,
dan bahkan sampai ke dunia pendidikan. Terlebih lagi yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menjadi tugas negara dalam
,encerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu cita-cita Indonesia.
Salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui
pendidikan. Dalam Rapat Kerja Nasional 2018, Sri Mulyani saat menjadi
‘Keynote Speaker’ mengatakan “kemajuan suatu negara untuk mengejar
ketertinggalan sangat tergantung pada tiga faktor yakni pendidikan, kualitas
institusi dan kesediaan infrastruktur” (Ristekdikti, 2018). Hubungan dunia
pendidikan dengan revolusi industri 4.0. adalah dunia pendidikan dituntut
harus mengikuti perkembangan teknologi yang sedang berkembang pesat
serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai fasilitas
lebih dan serba canggih untuk memperlancar proses pembelajaran.
Hal yang paling menonjol dalam derap perubahan ini, yakni dunia
harus merespons perubahan tersebut dengan cara yang terintegrasi dan
komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik itu
pelaku politik global, mulai dari sektor pemerintah sampai sektor swasta,
akademik, perusahaan, dan tentu saja masyarakat luas. Tetapi Revolusi
Industri 4.0 juga bisa menyebabkan pengerdilan dan marginalisasi
(peminggiran) beberapa kelompok dan ini dapat memperburuk kepentingan
sosial bahkan kohesi sosial, juga dapat menciptakan risiko keamanan dan
dapat pula merusak interelasi (hubungan) antarmanusia.

12
Tiga hal tersebutlah menjadi dasar mengapa transformasi yang terjadi
saat ini bukan merupakan perpanjangan atau kelanjutan dari revolusi digital,
melainkan menjadi revolusi transformasi baru (tersendiri), dengan alasan:
Pertama, inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat
dibandingkan sebelumnya. Dengan kecepatan ini terjadi terobosan baru pada
era sekarang, pada skala eksponensial, bukan pada skala linear; Kedua,
penurunan biaya produksi yang marginal dan munculnya platform yang
dapat menyatukan dan mengonsentrasikan beberapa bidang keilmuan yang
terbukti meningkatkan output pekerjaan. Transformasi dapat menyebabkan
perubahan pada seluruh system produksi, manajemen, dan tata kelola sebuah
lembaga;
Ketiga, revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan
terbentuk di hampir semua negara di dunia, di mana cakupan transformasi
terjadi di setiap bidang industri dan dapat berdampak secara menyeluruh di
banyak tempat. Seiring dengan itu, para ahli pun berpendapat bahwa
Revolusi Industri 4.0 dapat menaikkan rata-rata pendapatan per kapita di
dunia, memperbaiki kualitas hidup, dan bahkan memperpanjang usia
manusia (meningkatnya usia harapan hidup) Di sisi lain, penetrasi alat-alat
elektronik, seperti telepon genggam (handphone) yang harganya semakin
murah dan sudah sampai ke berbagai pelosok dunia, baik yang penduduknya
mempunyai pendapatan tinggi maupun rendah. Pada masa ini teknologi
begitu menyentuh ranah pribadi, pengatur kesehatan, pola diet, olahraga,
mengelola investasi, mengatur keuangan melalui mobile banking, memesan
taksi, memanggil Go-Jek, pesan makanan di restoran (go-food), beli tiket
pesawat, mengatur perjalanan, main game, menonton film terbaru, dan
sebagainya. Semua itu kini bisa dilakukan hanya melalui satu perangkat
teknologi saja, karena datanya sudah disimpan di “langit”.
Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi yang tidak bertambah dengan
cepat dan menurunnya peran manufaktur, menyisakan pertanyaan tentang
kehebatan Revolusi Industri 4.0. Belum lagi, misalnya, Revolusi Industri 4.0
ini masih menyisakan sisi gelapnya, yakni dampak negatifnya terhadap

13
penciptaan lapangan kerja. Terlebih lagi bahwa semakin meleijitnya
informasi yang beredar di masyarakat hingga tak terbendung, membuat
gejala hoax juga semakin membludak. Bahkan isu-isu perpecahan semakin
meningkat yang berbanding terbalik dengan konsep yang diusung dalam
Revolusi Industri 4.0. Terdapat sejumlah tantangan yang akan di hadapi
Indonesia seperti dalam hal bidang Ekonomi, ketika negara tidak mampu
untuk berakselerasi secara cepat maka akan berdampak bagi banyaknya
pengangguran, hal itu didasari karena indikator dalam menjadi pekerjaan di
Revolusi Industri 4.0 semakin meningkat. Apalagi mengingat jumlah putus
sekolah yang ada di Indonesia berdasarkan data Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan mencatat, sepanjang 2018 jumlah anak putus sekolah
sebanyak 32.127 siswa.
Selain itu, pada aspek pendidikan Indonesia yang masih bersifat
tradisional, atau dengan kata lain belum terintegrasi secara penuh melalui
teknologi. Hal itu dapat diaamati dalam ruang-ruang kelas yang masih
menggunakan perangkat teknologi yang rendah dan dalam segi fasilitas
masih minim. Kurikulum pendidikan Indonesia juga tidak ubahnya yang
masih bersifat tradisional. Satu hal yang sudah pasti bahwa Revolusi Industri
4.0 telah datang di tengah-tengah kita dan kita tak mungkin lagi menolak
atau menghindarinya. Proses ini akan terus berjalan di tengah kemampuan
Indonesia. Hal yang perlu untuk dijalankan adalah menjalankan syariat
Islam secara kafah dan memiliki ketahanan budaya yang kuat, saya yakin,
akan mampu menepis, minimal memperkecil dampak negatif dari Revolusi
Industri 4.0 ini. Salah satunya dengan memanfaatkan organisasi-organisasi
masyarakat khususnya Islam dalam hal ini Himpunan Mahasiswa Islam.

C. Tantangan HMI di Masa Depan


Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam harus kembali dalam
berbagai khittah perjuangannya, seperti tujuan, NDP (Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan) HMI dan sikap independen HMI yang ditegaskan dalam pasal 6
Anggaran Dasar HMI, sertra memengang teguh Konstitusi HMI, agar HMI

14
dapat bertransformasi sebagai man of future (insan pelopor), man of
Innovator (duta-duta pembaharu), idea of progress (insan berkepribadian
imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertakwa
kepada Allah SWT). Mereka itu manusia-manusia beriman berilmu dan
beramal soleh secara totalitas (insan kamil).
HMI seringkali melibatkan diri dalam peran tidak populis, karena
keterlibatannya hanya makelar politik bagi kepentingan kekuasaan.
Prinsip HMI yang tak lagi mendorong ide-ide konseptual bagi kepentingan umat dan
bangsa, namun HMI justru terjebak dalam bingkai politik kekuasaan.
Sehingga dari ini HMI menuai kritik terpinggirkan dari elan gerakannya.
Bahkan HMI disinyalir terpuruk dari moment arus globalisasi dan
modernisasi. Tradisi intelektualisme yang menjadi ranah perjuangan HMI
yang dibangun dari Nilai Dasar Perjuangan (NDP) praktis kehilangan
pengaruhnya.
Refleksi sejarah HMI bahwa, kita juga dapat menilai penyebab
perpecahan kalangan HMI. Bagaimanapun harus diingat bahwa HMI lebih
merupakan organisasi politik daripada organisasi yang berorientasi
keagamaan. Bahkan pernah diungkapkan oleh Nurcholish Madjid, kalau
HMI seakan berada diujung tanduk. Sebab kedekatan HMI dengan
kekuasaan serta ketidakmampuan untuk menemukan formula visi dan
operasional yang tegas, telah menjadikan organisasi ini kiat redup bahkan
keropos ditelan zaman.
Citra pengembalian tradisi intelektual bagi HMI akan
semakin terasa bagi kader-kadernya, karena kualitas realitas terasa pahit
disaat HMI dikampus mengalami pembusukan serta ketidakpercayaan
terhadap peran yang dilakoninya.
Gerakan intelektual bagi HMI secara internal juga sangat dibutuhkan
untuk kembali mempersentuhkan ide dan gagasan intelektual HMI dengan
masyarakat ilmiah akademik (dunia kampus). Dengan demikian HMI akan
mampu membangun basis akademik sekaligus intelektualisme ditengah
ranah dialektis pemikiran mahasiswa dan ditengah kehidupan berbangsa dan

15
bernegara. Tentu saja sesuai dengan tuntutan zaman, dan mengaktifkan
setiap LPP sebagaimana tujuan dan fungsi didirikannya, agar LPP dapat
bersaing, baik di ranah organisasi lain, nasional dan tentunya bangsa asing
yang kini hamper keseluruhan menghemoni Indonesia dari setiap dimensi,
serta memasukkan materi LPP dan materi seuai konteks zaman dari LKI,
LK2, LK3.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Revolusi industri yaitu perubahan yang cepat di bidang ekonomi yaitu


dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin
dalam mengola bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Diperkenalkan oleh
Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanquidipertengahan abad ke-19. wujud
revolusi yaitu ditemukannya mesin pemintal kapas, kerangka air, mesin tenun dg
tenaga uap, mesin uap, kereta api dan kumparan terbang. Dampak dari industri yaitu
munculnya industri secara besar-besaran, manusia bisa memproduksi barang, harga
barang lebih murah, urbanisasi kekota-kota industri, berkembangnya kapitalis
modern, dan mendesak pemerintah untuk melakukan imprealisme.
HMI dikenal sebagai adik kandung bangsa Indonesia ini dengan kiprah
sejarahnya berbanding terbalik dengan kondisi saat ini. Olehnya itu, urgensitas
revitalisasi gerakan HMI adalah mutlak untuk direalisasikan di masyarakat.
Sebagai organisasi yang turut terlibat dalam lintasan sejarah dan dinamika
kebangsaan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang lahir dua tahun pasca
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yaitu 5 Februari 1947.
Himpunan Mahasiswa Islam yang dilahirkan di tengah pergolakan fisik dan
ideologi bangsa, menjadikan arus besar pemikiran Himpunan Mahasiswa Islam
berada pada keislaman dan keindonesiaan sebagai landasan aksi.
Landasan aksi yang diusung oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
termaktup dalam Mission HMI sebagai gerak kader yang sesungguhnya takkan
bisa lepas dari tujuan keberadaannya sebagaimana pasal 4 Anggaran Dasar
HMI. Disisi lain jika ditinjau dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan juga
pendiri HMI yakni Lafrane Pane, yang dikenal kesederhanaan dan tidak ingin
dikenal namun berani untuk menghadirkan perubahan. Dengan demikian, nilai
historis dan mission HMI, adalah sebuah amanah bagi kader-kader HMI untuk
bersikap sederhana dan menyebarkan syiar-syiar Islam sebagaimana dalam
tujuan HMI.

17
B. Saran

Dalam mewujudkannya, saatnya HMI berserta seluruh kader untuk


reaktualisasi Mission HMI dimulai dari perkaderan dengan memantapkan
nilai-nilai yang diusungnya, perbaikan dimana-mana untuk kemajuan HMI
dalam membangun dan memajukan bangsa Indonesia dari segala bidang dan
mengeluarkan dari kungkungan konsumerisme. Seluruh kader HMI harus
kembali dan setiap saat introspeksi diri atas segala citra HMI saat ini, dan
meneguhkan kembali kepercayaan masyarakat bahwa HMI adalah Harapan
Masyarakat Indonesia, HMI adalah garda terdepan revolusi, bukan HMI adalah
koruptor, HMI adalah preman kampus, HMI adalah kriminal.
Sekali lagi, marilah saatnya seluruh kader HMI untuk menjemput
tantangan zaman dalam perbaikan baik secara Internal dan Eksternal demi
terwujudnya Tujuan HMI yaitu Terbinanya Insan Akademis, Pencipta,
Pengapdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Dan mampu merevilitasi pertempuran
ideologi dunia di era industri 4.0 demi kemajuan Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/38110813/Revolusi_Industri_4.0_Globalisasi_dan_Permasalah
an_di_Indonesia

https://www.ajarekonomi.com/2018/05/perkembangan-revolusi-industri-40.html

http://iptek.its.ac.id/index.php/jps/article/download/4417/3156

BIODATA CALON PESERTA

19
Nama : Al Animul Fadhil R Ilyas
Tempat/Tanggal Lahir : Jeneponto,26 Mei 1999
No. Telefon : 0853 9659 3480
Email : fhadilftg@gmail.com
Alamat : Makassar
Komisariat : HMI Komisariat Universitas Islam Makassar
Asal Cabang : Makassar Timur
Jabatan : Anggota Biasa
Tahun masuk LK 1 : 2018
Tujuan mengikuti LK 2:
1. Menanmbah cakrawala pengetahuan
2. Meningkatkan dan menambah peretmanan kader hmi se Indonesia
3. Meningkatkan kewajiban dan loyalitas ber hmi
Pengalaman Pengkaderan:
A. Internal HMI
1. Basic Training
B. Ekternal HMI
1. Pengurus Besar Organisasi daerah Himpunan Pelajar Mahasiswa Turatea (HPMT)
2. UKM Seni Kampus
3. Badan Perwakilan Mahasiswa

20

Anda mungkin juga menyukai