Anda di halaman 1dari 31

lOMoARcPSD|31782068

Makalah KEL 9 - Metode DAN Media Pelatihan

Manajemen perbekalan kesehatan (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)
lOMoARcPSD|31782068

MAKALAH

METODE DAN MEDIA DALAM PELATIHAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan dan Pelatihan

Dosen Pengampu : Wasiyem, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 7 – Peminatan PKIP Semester 6


1. Dinda Zalfa Aulia Nst (0801202227)
2. Shelsi Yulia Astri (0801202192)
3. Shita Ayu Azizi (0801203245)

PGORGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SUMATERA UTARA

MEDAN

2023

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal. Berkat rahmat dan
karunia-Nya pula kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
insyaallah tepat pada waktunya.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan dan
Pelatihan dengan judul “Metode dan Media Dalam Pelatihan” dengan harapan makalah ini
dapat memberikan tambahan wawasan bagi kami dan bagi para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih Ibu Wasiyem, S.Pd., M.Si selaku Dosen pengampu
pada mata kuliah Pendidikan dan Pelatihan, yang telah memberikan arahan terkait tugas
makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga hal yang kami sampaikan
dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tuntungan, 22 Maret 2023

Kelompok 7

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3

2.1 Metode Dalam Fasilitas Kesehatan............................................................................... 3

2.2 Prinsip Penentuan Metode yang Efektif dalam Fasilitas Pelatihan .......................... 10

2.3 Jenis Media Dalam Fasilitas Pelatihan ....................................................................... 11

2.4 Prinsip Penentuan Media Yang Efektif Dalam Fasilitas Pelatihan ........................... 20

2.5 Media Terkini Dalam Pelatihan .................................................................................. 21

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 24

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 24

3.2 Saran ........................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25

ii

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pelatihan merupakan suatu kegiatan, dalam maksud untuk memperbaiki dan
mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari para
pegawai/karyawan, sesuai dengan keinginan dari suatu lembaga atau
organisasi. (Iswan, 2021)

Salah satu aspek penting dalam pelatihan adalah pemilihan metode dan media yang
tepat untuk mengantarkan materi pelatihan kepada peserta. Penggunaan metode dan media
dalam pelatihan adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari pelatihan itu
sendiri. Dalam era digital seperti sekarang, teknologi dan media digital semakin berkembang
dan dapat dimanfaatkan untuk membantu proses pelatihan. Dengan menggunakan metode
dan media yang tepat, pelatihan dapat lebih menarik, interaktif, dan mudah dipahami oleh
peserta pelatihan.

Menurut Chaerudin (2018), penggunaan metode dan media dalam pelatihan sangat
penting karena dapat memengaruhi efektivitas dari pelatihan itu sendiri. Metode dan media
yang digunakan dalam pelatihan harus disesuaikan dengan karakteristik peserta pelatihan,
materi yang disampaikan, serta tujuan dari pelatihan itu sendiri. Dalam jurnal mereka yang
berjudul

Pemilihan metode dan media pelatihan yang tepat sangat penting untuk mencapai
tujuan pelatihan dan memastikan peserta pelatihan memperoleh pemahaman dan
keterampilan yang diinginkan. Memilih metode dan media pelatihan yang tepat dapat
meningkatkan efektivitas pelatihan dengan membantu peserta pelatihan memahami dan
menerapkan keterampilan dan pengetahuan baru dengan lebih baik.

Pemilihan metode dan media pelatihan yang tepat dapat membantu menjaga motivasi
dan keterlibatan peserta pelatihan. Metode dan media yang menarik dan interaktif dapat
membantu membuat pelatihan lebih menarik dan menyenangkan.

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja metode dalam fasilitas pelatihan ?
b. Bagaimana prinsip penentuan metode yang efektif dalam fasilitas pelatihan ?
c. Apa saja jenis media dalam fasilitas pelatihan ?
d. Bagaimana prinsip penentuan media yang efektif dalam fasilitas pelatihan ?
e. Apa saja media terkini dalam pelatihan ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui metode dalam fasilitas pelatihan
b. Untuk mengetahui prinsip penentuan metode yang efektif dalam fasilitas pelatihan
c. Untuk mengetahui jenis media dalam fasilitas pelatihan
d. Untuk mengetahui prinsip penentuan media yang efektif dalam fasilitas pelatihan
e. Untuk mengetahui media terkini dalam pelatihan

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode Dalam Fasilitas Kesehatan


Metode pelatihan adalah teknik atau cara yang digunakan untuk memberikan pelatihan
kepada individu atau kelompok dalam upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap peserta pelatihan dalam mencapai tujuan tertentu. Metode pelatihan meliputi
pendekatan pembelajaran yang digunakan, teknik pengajarannya, serta media dan alat bantu
yang digunakan. (Kuswanto dan Sulistyowati, 2018)

Menurut Chaerudin (2020) dalam fasilitas pelatihan, metode pelatihan dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) cara, diantaranya 1) presentasi informasi, 2) metode simulasi, dan 3)
pelatihan on the job (OTJ).

a. Metode Presentasi Informasi

Metode presentasi informasi adalah teknik untuk menyajikan informasi secara efektif
dan efisien. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat informasi mudah dipahami dan
diingat oleh peserta pelatihan. Pada metode ini pula, perserta pelatihan berperan sebagai
penerima informasi yang pasif. Ada beberapa metode presentasi informasi yang umum
digunakan, antara lain :

1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan teknik penyampaian informasi dengan cara memberikan


penjelasan secara langsung dan detail kepada peserta pelatihan. Teknik ini sering digunakan
dalam pelatihan karena dapat mencakup materi pelatihan dalam waktu yang singkat dan
memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti. (Suprihatiningrum, 2018).

Metode ini cocok digunakan untuk materi yang bersifat teoritis atau konseptual.
Ceramah merupakan salah satu metode yang paling mudah dan menghemat waktu untuk
menjelaskan informasi yang banyak secara efisien dan terstruktur.

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

Kelebihan dari metode ceramah dalam pelatihan adalah Efisien dan mudah diatur.
Metode ceramah relatif mudah diatur dan dapat dilakukan dengan relatif cepat. Hal ini
memungkinkan pelatihan untuk dilakukan dengan cepat dan efisien, sehingga dapat
menghemat waktu dan biaya. Sedangkan kekurangan metode ceramah adalah kurang
interaktif karena peserta hanya sebagai pendengar yang pasif. Ini dapat membuat peserta
kehilangan minat dalam pelatihan dan sulit untuk mempertahankan konsentrasi.

2. Metode Diskusi atau Konferensi

Metode diskusi dalam pelatihan adalah salah satu cara untuk membahas topik tertentu
dan memfasilitasi interaksi antara peserta pelatihan. Diskusi dilakukan dengan
mempertimbangkan topik atau masalah yang relevan dengan pelatihan dan melibatkan semua
peserta pelatihan dalam diskusi yang terorganisir. Dalam metode ini, fasilitator membuka
komunikasi dua arah dengan peserta pelatihan dengan tujuan untuk mendapatkan umpan
balik serta penjelasan dari berbagai sudut pandang. (Suprihatiningrum, 2020).

Metode diskusi membantu meningkatkan interaksi antara peserta pelatihan dan


memungkinkan mereka berbagi ide, pandangan, dan pengalaman mereka sera dapat
memperdalam pemahaman mereka tentang topik tertentu melalui pertukaran informasi dan
perspektif. Namun diskusi memerlukan waktu yang cukup untuk memastikan bahwa semua
peserta pelatihan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan berbagi pandangan mereka.

3. Metode pelatihan berbasis IT (Information Technology)

Menurut Sutedjo, (2018) metode pelatihan berbasis IT adalah teknik pembelajaran


yang memanfaatkan TIK sebagai media dalam mengajar dan belajar. Teknik ini
memungkinkan peserta pelatihan untuk belajar dengan lebih efektif dan efisien karena
mereka dapat belajar di mana saja dan kapan saja tanpa terikat oleh waktu dan tempat.

Contoh metode pelatihan berbasis IT adalah E-learning. Metode ini menggunakan


teknologi untuk memberikan pelatihan melalui internet. Peserta pelatihan dapat mengakses
materi pelatihan secara online, dan belajar secara mandiri melalui video, audio, atau teks. E-
learning dapat dilakukan dengan menggunakan platform pelatihan online atau dengan
membuat modul pelatihan yang dapat diakses secara online.

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

Keuntungan dari metode pelatihan elearning termasuk fleksibilitas waktu dan tempat,
biaya yang lebih rendah, dan kemampuan untuk mengakses informasi dan keterampilan dari
berbagai sumber. Namun, pelatihan elearning juga memiliki beberapa kelemahan, seperti
kurangnya interaksi sosial dan kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dalam
komunikasi online. (Noe, 2003: 259 dalam Chaerudin, 2019).

b. Metode Simulasi

Metode simulasi adalah salah satu teknik pelatihan yang digunakan untuk
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan karyawan dalam situasi yang dikendalikan
secara artifisial. Simulasi dapat mencakup berbagai bentuk, termasuk simulasi komputer,
simulasi peran, dan simulasi fisik.

Dalam metode simulasi, karyawan dilibatkan dalam situasi atau skenario yang
menyerupai situasi nyata yang mungkin dihadapi di tempat kerja. Tujuan dari simulasi ini
adalah untuk memungkinkan karyawan untuk mempraktikkan keterampilan dan keputusan
di lingkungan yang aman dan kontrol, sehingga mereka dapat belajar dari pengalaman
mereka tanpa risiko atau konsekuensi yang serius. (Iswan, 2021)

Beberapa metode simulasi yang sering digunakan dalam pelatihan adalah sebagai
berikut :

1. Metode Studi Kasus

Metode studi kasus adalah salah satu teknik pelatihan yang digunakan untuk
membantu karyawan mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah dan
mengambil keputusan di lingkungan kerja. Metode ini melibatkan penyajian suatu kasus atau
skenario yang menyerupai situasi kerja nyata, diikuti dengan diskusi dan analisis kasus
tersebut. (Kuswanto dan Sulistyowati, 2018)

Dalam memecahkan masalah, peserta pelatihan biasanya dituntut untuk menggunakan


proses pemecahan masalah yang rasional yang mencakup menyatakan kembali fakta-fakta
penting, menarik kesimpulan dari fakta-fakta tersebut, menyatakan masalah atau beberapa
masalah.m engembangkan solusi alternatif dan selanjutnya menyatakan konsekuensi dari

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

masing-masing solusi, dan m enentukan dan mendukung serangkaian tindakan (Werner dan
DeSimone, 2006 : 208 dalam Chaerudin, 2019).

Keuntungan dari metode studi kasus adalah bahwa ia memungkinkan karyawan untuk
belajar dengan pengalaman nyata dan menempatkan mereka dalam situasi yang realistis.
Metode ini juga dapat membantu karyawan memahami cara memecahkan masalah yang
rumit dan mengembangkan kemampuan untuk bekerja dalam tim.

Namun, ada beberapa kelemahan dalam menggunakan metode studi kasus, termasuk
waktu dan biaya untuk mengembangkan kasus yang baik dan realistis, serta memerlukan
pendampingan instruktur pelatihan yang handal untuk memandu diskusi kasus.

2. Bermain Peran

Metode bermain peran atau role-play adalah salah satu teknik pelatihan yang
digunakan untuk membantu karyawan mengembangkan keterampilan dalam berkomunikasi,
memecahkan masalah, dan bekerja dalam tim. Bermain peran merupakan persilangan antara
studi kasus dengan pengembangan sikap. Dalam metode ini, karyawan diminta untuk
memerankan suatu karakter atau situasi tertentu dan berinteraksi dengan karakter lain atau
situasi yang telah ditentukan sebelumnya. (Sutedjo, 2019)

3. Behavior Modelling

Metode behavior modelling atau pemodelan perilaku adalah salah satu metode
pelatihan yang digunakan untuk mengajarkan keterampilan tertentu kepada peserta pelatihan
dengan memperlihatkan contoh-contoh perilaku yang benar atau yang diharapkan. Dengan
metode behavior modelling, peserta pelatihan dapat belajar keterampilan baru dengan
melihat dan mempraktikkan perilaku yang efektif, sehingga memungkinkan mereka untuk
lebih mudah memahami dan menguasai keterampilan yang diinginkan. (Abdullah, 2018)

4. Permainan Bisnis

Metode permainan bisnis adalah salah satu metode pelatihan yang melibatkan
permainan atau simulasi bisnis sebagai alat untuk mengajarkan keterampilan dan strategi
bisnis kepada peserta pelatihan. Metode ini biasanya dilakukan dalam kelompok kecil atau

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

tim, di mana peserta akan berperan sebagai pemimpin atau manajer dalam permainan atau
simulasi bisnis yang telah disiapkan

Metode permainan bisnis dalam pelatihan memiliki beberapa keunggulan, yaitu


melibatkan peserta pelatihan secara aktif dalam pembelajaran dan emungkinkan peserta
pelatihan untuk belajar dari kesalahan dan mengembangkan kemampuan problem solving.
Namun, perlu diperhatikan bahwa permainan bisnis tidak selalu merepresentasikan situasi
bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, peserta pelatihan harus tetap mengasah
keterampilan bisnis mereka melalui pelatihan yang lebih lanjut. . (Chaerudin, 2019)

5. Techniq In-Basket

Metode Techniq in Basket adalah salah satu metode pelatihan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan keterampilan manajerial, kemampuan pengambilan keputusan, serta
efektivitas dalam mengelola tugas-tugas yang kompleks. Metode ini melibatkan simulasi
situasi kerja di mana peserta pelatihan harus memprioritaskan tugas-tugas yang diberikan
dalam "keranjang" (basket) dan mengelolanya dengan efektif.

Metode Techniq in Basket dalam pelatihan memiliki beberapa keunggulan, yaitu


membantu peserta pelatihan dalam mengelola tugas yang kompleks dan prioritas yang
berbeda serta melatih peserta pelatihan dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya
yang tersedia. Namun, teknik ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti kekurangan
waktu untuk mempertimbangkan setiap tugas dengan cermat dan berpotensi menghasilkan
solusi yang kurang mendalam karena terbatasnya. (Kuswanto dan Sulistyowati, 2018)

c. Pelatihan On The Job (OTJ)

Metode On the Job Training (OJT) adalah salah satu bentuk pelatihan di mana
pelatihan dilakukan langsung di tempat kerja atau dalam situasi nyata saat bekerja. Metode
ini merupakan salah satu cara yang paling umum digunakan oleh banyak organisasi untuk
melatih karyawan baru atau yang sudah ada. (Budiono, 2018)

Metode On the Job Training (OJT) meliputi beberapa program yang dapat dilakukan
untuk memberikan pelatihan pada karyawan baru atau yang sudah ada, di antaranya adalah

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

program orientasi, magang, counseling, dan coaching. Berikut adalah penjelasan secara detail
mengenai masing-masing program

1. Program Orientasi

Menurut Budiono, (2018) program orientasi adalah program yang bertujuan untuk
memberikan informasi dasar mengenai perusahaan, pekerjaan, aturan dan regulasi yang
berlaku di tempat kerja. Biasanya program ini dilakukan pada awal masuknya karyawan baru
ke dalam perusahaan. Pada program ini karyawan baru akan dikenalkan dengan kebijakan
perusahaan, struktur organisasi, tujuan perusahaan, etika kerja dan nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh perusahaan. Program orientasi ini bertujuan untuk membantu karyawan baru
memahami lingkungan kerja dan tugas yang diemban serta memberikan gambaran tentang
harapan dan tanggung jawab mereka di tempat kerja.

2. Program Magang

Program magang adalah program pelatihan di mana karyawan baru atau calon
karyawan bekerja secara sementara di dalam perusahaan untuk menguasai keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu. Biasanya, program magang
berlangsung selama beberapa minggu atau bulan dan memberikan kesempatan bagi
karyawan baru untuk mempraktikkan keterampilan yang dipelajari dalam situasi kerja yang
sebenarnya. Program magang juga dapat membantu karyawan baru untuk memperluas
jaringan relasi di dalam perusahaan dan mengenal lebih dalam tentang budaya kerja yang
dijunjung tinggi oleh perusahaan.

Keuntungan utama program ini adalah pembelajaran memperoleh upah/gaji selagi


mereka dalam proses pembelajaran. Hal ini penting karena program ini berlangsung cukup
lama. Upah pemagang meningkat seiring dengan meningkatnya keterampilan mereka. Juga
program magang biasanya merupakan pengalaman pembelajaran yang efektif karena
melibatkan pembelajaran mengapa dan bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan di dalam
pembelajaran di kelas yang disediakan oleh sekolah, politeknik, atau universitas setempat.

Adapun kekurangan program magang adalah tidak ada jaminan bahwa pekerjaan akan
ada ketika program magang selesai. Akhirnya, program ini menyiapkan peserta program

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

pelatihan yang terlatih dengan baik dalam satu keterampilan atau pekerjaan. Disebabkan
keadaan pekerjaan yang senantiasa berubah karena adanya penggunaan teknologi baru,
banyak perusahaan enggan mempekerjakan karyawan dari program magang. (Marliyana dan
Gita, 2019)

3. Rotasi Pekerjaan

Rotasi pekerjaan merupakan cara yang baik untuk memperkenalkan keragaman dalam
karir karyawan. Selain itu rotasi pekerjaan memberi kesempatan kepada setiap karyawan
untuk mempelajari dan menggunakan keterampilan yang baru untuk memahami lebih baik
berbagai fungsi organisasi yang berbeda. Rotasi pekerjaan dapat juga bertindak untuk
membantu karyawan dalam membangun jaringan di dalam organisasi. Selain itu yang
bersangkutan lebih siap untuk menerima tantangan promosi di masa yang akan datang jika
peluang itu ada. (Chaerudin, 2019)

4. Program Bimbingan (Counseling)

Program counseling adalah program yang bertujuan untuk membantu karyawan dalam
menyelesaikan masalah pribadi atau pekerjaan yang sedang dihadapi. Program ini dilakukan
oleh seorang konselor atau supervisor yang berpengalaman dalam memberikan dukungan
dan bimbingan pada karyawan yang membutuhkan. Program counseling dilakukan secara
pribadi dan dapat membantu karyawan untuk mengatasi stres, kecemasan, konflik dengan
rekan kerja atau masalah pribadi lainnya yang mempengaruhi pekerjaan mereka. (Siagian,
2004 dalam Chaerudin, 2019).

5. Program Pembinaan (Coaching)

Program coaching adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan


karyawan dalam pekerjaan tertentu. Program ini dilakukan oleh seorang coach atau mentor
yang memiliki keterampilan dan pengalaman yang diperlukan dalam pekerjaan tersebut.
Program coaching biasanya dilakukan secara langsung di tempat kerja dan dilakukan secara
berkala untuk membantu karyawan dalam mengatasi kesulitan dalam pekerjaan mereka dan
meningkatkan kinerja mereka di tempat kerja. (Wibowo, 2007 dalam Chaerudin, 2019)

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

Secara keseluruhan, metode On the Job Training (OJT) dengan berbagai program
seperti program orientasi, magang, counseling, dan coaching merupakan salah satu cara yang
efektif untuk memberikan pelatihan pada karyawan baru atau yang sudah ada, karena
pelatihan dilakukan langsung di tempat kerja atau dalam situasi nyata saat bekerja. Dengan
demikian, karyawan dapat belajar sambil bekerja dan dapat mempraktikkan keterampilan
yang dipelajari secara langsung di tempat kerja. (Budiono, 2018).

2.2 Prinsip Penentuan Metode yang Efektif dalam Fasilitas Pelatihan


Menurut Chaerudin (2019) prinsip penentuan metode yang efektif dalam fasilitas
pelatihan mencakup beberapa hal berikut:

1. Analisis kebutuhan pelatihan: Sebelum memilih metode pelatihan yang tepat, fasilitas
pelatihan harus melakukan analisis kebutuhan pelatihan untuk memahami apa yang
perlu dipelajari oleh peserta pelatihan. Hal ini akan membantu fasilitas pelatihan
memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan.
2. Kepuasan peserta pelatihan: Fasilitas pelatihan harus memperhatikan kepuasan peserta
pelatihan dalam memilih metode pelatihan yang efektif. Metode pelatihan yang efektif
harus memberikan pengalaman pelatihan yang menyenangkan dan memotivasi peserta
pelatihan untuk belajar lebih banyak.
3. Karakteristik Peserta Pelatihan: Pelajari karakteristik peserta pelatihan, seperti tingkat
pendidikan, latar belakang pengalaman kerja, gaya belajar, dan kebutuhan khusus
mereka. Metode yang efektif akan mempertimbangkan karakteristik peserta pelatihan
untuk memastikan bahwa peserta dapat belajar dengan cara yang paling efektif.
4. Ketersediaan sumber daya: Fasilitas pelatihan harus mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya seperti tenaga pengajar, teknologi, dan ruang kelas dalam memilih metode
pelatihan yang tepat. Metode pelatihan yang membutuhkan sumber daya yang terbatas
dapat menjadi kurang efektif jika sumber daya yang dibutuhkan tidak tersedia.
5. Tingkat kesulitan materi: Fasilitas pelatihan harus mempertimbangkan tingkat
kesulitan materi yang diajarkan dalam memilih metode pelatihan yang efektif. Metode
pelatihan yang efektif harus cocok untuk tingkat kesulitan materi yang diajarkan agar
peserta pelatihan dapat memahami materi dengan baik.

10

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

6. Waktu dan Anggaran: Pertimbangkan waktu dan anggaran yang tersedia untuk
pelatihan. Beberapa metode pelatihan mungkin lebih efektif tetapi juga lebih mahal
atau memerlukan waktu yang lebih lama untuk dilakukan. Pertimbangkan anggaran
dan waktu yang tersedia saat memilih metode pelatihan yang paling sesuai.
7. Evaluasi hasil pelatihan: Fasilitas pelatihan harus melakukan evaluasi hasil pelatihan
untuk mengetahui apakah metode pelatihan yang dipilih efektif atau tidak. Evaluasi
hasil pelatihan dapat membantu fasilitas pelatihan memperbaiki metode pelatihan yang
tidak efektif dan meningkatkan metode pelatihan yang efektif.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, trainer dapat menentukan metode


pelatihan yang paling efektif untuk fasilitas pelatihan Anda. Sebagai contoh, jika peserta
pelatihan memiliki gaya belajar yang berbeda, mungkin perlu menggunakan berbagai metode
pelatihan seperti demonstrasi, diskusi, dan latihan praktik. Evaluasi dapat dilakukan dengan
mengukur peningkatan kinerja peserta sebelum dan sesudah pelatihan.

2.3 Jenis Media Dalam Fasilitas Pelatihan


Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju, media dan bahan ajar tentunya
menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam proses penyampainya sebuah materi yang akan
dberikan kepada pelajar. Media dan bahan ajar juga mempermudah guru atau pendidik dalam
melakukan proses belajar mengajar. Dengan adanya hal itu maka dalam perancangan sebuah
media dan bahan ajar harus ditinjau secara kefektivannya dalam pembelajaran.

Secara umum, media dalam pelatihan adalah alat bantu yang digunakan saat proses
pembelajaran untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau
keterampilan belajar. Peran media diklat adalah untuk meningkatkan, mendukung, dan
mengarahkan perhatian peserta pada materi pembelajaran yang disajikan. Media harus
mendukung pembelajaran dan digunakan untuk memperkuat pemahaman peserta pelatihan.
Media, bisa menjadi alat diklat yang potensial jika dipergunakan dengan tepat (Nellitawati,
2018:141).

Penggunaan media di dalam proses pembelajaran bukan bermaksud mengganti cara


mengajar, melainkan utuk melengkapi dan membantu para pengajar dalam menyampaikan

11

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

materi atau informasi. Dengan menggunakan media yang diharapkan terjadi interaksi antar
pembelajar maupun antara pembelajar dengan pengajar. Sebenarnya tidak ada ketentuan
kapan suatu media pembelajaran harus digunakan, tetapi para pengajar harus memiliki
kemampuan dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan
berdayaguna. Secara umum tujuan penggunaan media pembelajaran adalah membantu
pengiriman informasi berupa materi dari pengajar kepada pembelajar, agar materi tersebut
mudah dimengerti, lebih menarik, dan lebih menyenangkan.

Gerlach & Ely mengemukakan tiga ciri media yang dikutip dari (Ahsan dkk, 2021:29-
31) antara lain :

 Ciri Fiksatif (Fixative Property)


Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan
merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Contohnya adalah peristiwa tsunami,
gempa bumi, banjir, dan sebagainya diabadikan dengan rekaman video. Ciri fiksatif ini
amat penting bagi pengajar karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam
atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
 Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri
manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan
dapat disajikan kepada peserta didik dalam waktu yang lebih singkat lima sampai
sepuluh menit. Misalnya, bagaimana proses pelaksanaan ibadah haji dapat direkam dan
diperpendek prosesnya menjadi lima sampai sepuluh menit. Di samping dapat
dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali
hasil suatu rekaman video. Misalnya, proses terjadinya gempa bumi yang hanya kurang
dari satu menit dapat diperlambat sehingga lebih mudah dipahami oleh peserta didik
bagaimana proses terjadinya gempa tersebut.
 Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan
melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar
peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

12

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

Contohnya, rekaman video, audio yang disebarkan melalui flashdisk atau link yang
bisa diakses menggunakan internet. Sekali informasi direkam dalam format media apa
saja, ia dapat direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di
berbagai tempat atau digunakan secara berulangulang di suatu tempat. Konsistensi
informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.

Setiap jenis media, mempunyai karakteristik (kekhasan) tertentu, yang berbeda -beda
satu sama lain. Masing-masing media tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak semua
jenis media yang disebutkan di atas akan dibahas di sini. Namun karena pertimbangan
praktis, maka jenis media yang akan dibahas di sini hanya dipilih beberapa media yang biasa
digunakan dalam pembelajaran (Kristanto, 2016:31).

Jenis dan karakteristik media pembelajaran yang dikutip dari (Kristanto, 2016:31-63)
adalah sebagai berikut :

1. Media Grafis

Media grafis tergolong jenis media visual yang menyalurkan pesan lewat simbol-
simbol visual. Grafis juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran,
dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dijelaskan
melalui penjelasan verbal saja. Banyak konsep yang justru lebih mudah dijelaskan melalui
gambar daripada menggunakan kata kata verbal. Ingat ungkapan "Satu gambar berbicara
seribu kata".

Keberhasilan penggunaan media grafis ditentukan oleh kualitas dan efektifitas bahan-
bahan visual tersebut. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan
gagasan yang timbul kemudian merencanakannya dengan seksama, lalu menggunakan teknik
dasar visualisasi obyek, konsep, informasi maupun situasi. Tatanan elemen visual tersebut
harus dapat menampilkan visualisasi yang dapat dimengerti dan dapat menarik perhatian,
sehingga mampu menyampaikan pesan yang diinginkan dalam penggunaannya.

Media grafis banyak jenisnya, misalnya: gambar/foto, sketsa, bagan, diagram/skema,


grafik, poster, kartun dan sebagainya. Berikut ini dijelaskan beberapa diantara jenis grafis
tersebut :

13

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

a. Gambar atau foto :

Gambar/foto adalah media yang tidak diproyeksikan dan dapat dinikmati oleh semua
orang sebagai pindahan dari keadaan yang sebenarnya mengenai orang, suasana, tempat,
barang, pemandangan, curahan pemikiran, ide-ide, dan benda-benda yang lain yang
divisualisasikan ke dalam bentuk dimensi. Gambar/foto sifatnya universal, mudah
dimengerti, dan tidak terikat oleh keterbatasan bahasa Pada era sekarang ini gambar/foto
mudah untuk didapatkan, misalnya melalui internet, majalah, surat kabar, brosur, buku.

Fungsi penggunaan media foto pada dasarnya untuk membantu mendorong siswa dan
membangkitkan minatnya pada pelajaran melalui penggambaran hal yang abstrak mejandi
hal yang konkrit, seperti pepatah a picture worth a thousand words (satu gambar senilai
dengan seribu kata), misalnya, menunjukkan seekor gambar ikan paus akan lebih membuat
siswa tahu bentuk ikan paus daripada jika hanya menceritakannya saja. Gambar foto harus
dipilih dan dipergunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penggunaan gambar foto bisa
untuk perorangan dalam latihan membaca, kelompok kecil untuk bahan diskusi tentang
materi tertentu.

Foto menghadirkan ilustrasi yang hampir menyamai kenyataan dari suatu obyek. Ada
beberapa kriteria pemilihan foto dalam tujuan pengajaran, yaitu: mendukung pencapaian
tujuan pengajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang memadai, validitas dan
menarik. Foto juga harus disesuaikan dengan tingkat usia siswa, sederhana atau tidaknya,
sehingga siswa tidak salah dalam menafsirkannya.

Foto sebagai media pengajaran haruslah artistik, dalam artian foto tersebut haruslah
mempertimbangkan faktor seperti; komposisi, pewarnaan yang efektif dan teknik
pengambilan gambar yang baik. Foto juga haruslah jelas, karena hanya dengan ketajaman
dan kontras yang baik akan dapat memberikan ketepatan yang memadai untuk
menggambarkan kenyataan yang ditampilkan. Kebenaran foto (validitas) menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya, bukan foto suatu obyek yang dibuat-buat. Agar gambar dapat
dikenal dengan jelas, dan membawa perasaan yang tertentu.

14

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

b. Sketsa

Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian
pokoknya tanpa detail. Selain dapat menarik perhatian siswa, sketsa dapat menghindarkan
verbalisme dan memperjelas pesan. Sketsa dapat dibuat langsung oleh guru, karena itu
harganya pasti murah (bahkan bisa tanpa biaya). Satu-satunya hambatan yang sering
dikemukakan adalah guru tidak bisa menggambar. Padahal setiap orang pasti memiliki
kemampuan dasar mengganbar, dan itu sudah cukup sebagai modal membuat sketsa untuk
memperjelas sajian kita.

c. Diagram (Skema)

Diagram/skema merupakan suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis


dan simbol-simbol untuk memperlihatkan hubungan timbal balik. Diagram menggambarkan
struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Diagram menunjukkan hubungan yang ada
antara komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di sana. Isi diagram pada umumnya
berupa petunjuk untuk memahami komponen dan mekanisme kerja peralatan tertentu.
Misalnya kalau kita membeli peralatan elektronik, biasanya disertai sebuah diagram
mengenai komponen alat tersebut, fungsi, dan cara pengoperasian.

d. Bagan

Bagan adalah pesan yang disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu proses,
perkembangan atau hubunganhubungan butir-butir penting. Fungsi bagan/chart yang pokok
adalah menyajikan ide-ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa dan
berfungsi juga untuk menunjukkan hubungan, perbandingan, jumlah, perkembangan, proses,
klasifikasi dan organisasi. Dalam bagan/chart sering dijumpai bentuk grafis yang lain seperli
gambar, diagram, kartun atau lambang verbal. Ada beberapa macam bentuk bagan, yaitu:
bagan pohon (tree chart), bagan arus (flow chart), stream chart, dan bagan garis waktu (time
line chart).

15

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

e. Grafik

Grafik merupakan gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal
atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Grafik digunakan untuk
menjelaskan perkembangan atau perbandingan suatu obyek yang saling berhubungan. Grafik
biasanya disusun berdasarkan prinsip matematika dan menggunakan data komparatif.

Ada beberapa bentuk grafik, antara lain: grafik garis (line graphs), grafik batang
(bargraphs), grafik lingkaran (circle/pie graphs), dan grafik gambar (pictorial graphs).
Grafik garis (line graphs), termasuk dalam kelompok grafik dua skala atau dua proses yang
dinyatakan dalam garis vertikal dan garis horizontal yang saling bertemu. Pada garis
horizontal dan vertikal diberi angka-angka untuk menyampaikan informasi tertentu. Grafik
garis juga dapat menunjukkan perkembangan dengan jelas dengan cara menggunakan garis
lurus, garis patah, dimulai dari naik turun atau kiri ke kanan.

f. Poster

Poster adalah gagasan yang dicetuskan dalam bentuk ilustrasi gambar yang
disederhanakan yang dibuat dalam berbagai ukuran, bertujuan untuk menarik perhatian,
membujuk, memotivasi atau memperingatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa
tertentu. Poster sangat penting untuk digunakan untuk menyampaikan informasi/kesan
tertentu dan berfungsi untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku seseorang yang
melihatnya.

Komposisi, warna, dan teknik adalah unsur pokok di dalam penyajian poster yang
efektif. Imajinasi yang kreatif dan pemusatan perhatian yang baik akan membantu
penyampaian gagasan yang efektif. Ciri-ciri poster yang baik adalah Sederhana, tidak
memerlukan pemikiran bagi pengamat secara rinci, Sedikit kata-kata dan tulisan jelas dan
terbaca, Berwarna, Slogannya ringkas, Menyajikan satu ide pokok, Motif dan desain
bervariasi g, Dinamis, menonjolkan kualitas, dan Dapat menarik perhatian cukup kuat.

16

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

g. Kartun

Kartun adalah gambar interpretatif yang menggunakan simbolsimbol untuk


menyampaikan suatu pesan secara cepat, ringkas, dan sesuatu sikap terhadap orang, situasi,
kejadian-kejadian tertentu. Kartun digunakan sebagai alat bantu yang mempunyai manfaat
penting dalam pembelajaran dalam hal menjelaskan rangkaian materi dalam urutan logis atau
mengandung makna. Ciri-ciri kartun yang baik adalah memakai karikatur, sindiran yang
dilebih-lebihkan, humor pilihan, dan hanya mengandung hanya satu gagasan saja.
Kelebihannya untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap dan tingkah laku, informasi
yang disampiakn mudah dimengerti dengan cepat dan kesannya akan bertahan lama
diingatan.

2. Media Tiga Dimensi

Media tiga dimensi adalah media pembelajaran yang dapat menyampaikan pesan
dengan ciri-ciri bertekstur serta memiliki tinggi, lebar dan bervolume. Kelompok media ini
dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai
tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media
pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke
dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada.

Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin dihadapkan
langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi
sebagai media pembelajaran yang efektif. Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan
mudah adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa
harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah
diperoleh di lingkungan sekitar. Ada tiga macam media tiga dimensi, yaitu :

a. Media realita : Media realia adalah benda nyata/ asli yang ada disekitar kita dan dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk
mempermudah pemahaman materi yang sedang dipelajari disertai dengan penjelasan
lisan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Media realia pada hakekatnya

17

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

digunakan untuk mengkongkritkan pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan oleh


sumber pesan kepada penerima pesan dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat
diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya.
b. Model : Model adalah tiruan tiga dimensi dari berbagai obyek nyata yang terlalu besar,
terlalu kecil, terlalu jarang, terlalu mahal, dan terlalu kompleks untuk dibawa ke dalam
kelas untuk dipelajari siswa dalam wujud aslinya. Model dapat dikelompokkan dalam
6 (enam) bentuk, yaitu model padat (solid model), model penampang (cutaway model),
model susun (build up model), model kerja (working model), mock-up, dan diorama.
c. Boneka : Boneka adalah benda tiruan dari bentuk manusia dan atau binatang yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi melalui format cerita. Keuntungan
menggunakan boneka adalah: efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan;
tidak memerlukan keterampilan yang rumit; dapat mengembangkan imajinasi dan
aktivitas anak dalam suasana gembira.

3. Media Proyeksi
Media proyeksi terdiri dari ;
a. Media proyeksi diam : Media proyeksi diam adalah media yang disajikan dengan
rangsangan-rangsangan visual dengan diproyeksikan menggunakan suatu alat proyeksi
OHP (overhead projector). Ada kalanya media jenis ini disertai dengan rekaman audio,
tetapi ada pula yang hanya disajikan secara visual saja. Media ini sudah jarang
digunakan pada zaman sekarang ini, dikarenakan adanya perkembangan peralatan
seperti LCD projector.
b. Media proyeksi gerak :
1. Film : Film adalah media yang disajikan dengan menggunakan film 8 mm, 16 mm,
dan 35 mm dengan bantuan alat proyektor. Bentuk yang lama adalah film bisu dan
bentuk yang lain ada suaranya. Biasanya suara disiapkan tersendiri dalam rekaman
terpisah. Sebuah film terdiri dari ribuan gambar.
2. Slide powerpoint : Slide powerpoint adalah media yang disajikan dengan
rangsangan-rangsangan multimedia, meliputi teks, audio, visual, video, animasi,
dan lain sebagainya.

18

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

4. Media Audio/Radio

Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui
indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan
memanipulasi unsur bunyi atau suara semata. Kegiatan mendengarkan (menyimak) dalam
pembelajaran meliputi beberapa langkah.

Pertama, dalam proses mendengarkan, seseorang mendengar secara aktual karena


adanya stimulus auditif. Kedua, otak meneruskan stimulus tersebut ke dalam syaraf otak
untuk diproses. Ketiga, menghubungkan aspek kognitif yang sesuai dengan informasi baru
tersebut ke peristiwa ingatan riil atau ke materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kesemua
proses tersebut merupakan kegiatan yang kompleks dan intuitif. Kegiatan mendengarkan
merupakan keterampilan yang sangat penting untuk kegiatan belajr tipe auditif yang efektif.

Dalam pembahasan media audio/radio ini akan dibedakan antara media audio/radio
tradisional dan media audio/radio digital, antara lain :

 Media audio tradisional : terdiri dari audio kaset dan audio/radio siaran.
 Media audio digital : terdiri dari media optik dan Audio/radio internet/streaming.

5. Media video

Media video adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak.
Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya. Kehadiran
media video dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran, yang merupakan bagian integral
dari sistem pembelajaran, sehingga media ini disebut media video pembelajaran.

Kesimpulannya adalah video adalah media audio visual yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan si
peserta sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan
terkendali. Pesan yang disajikan bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting) maupun fiktif
(cerita), bisa bersifat informatif, edukatif dan instruksional.

19

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

6. E-learning/V-learning/M-learning

Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan adalah model inovasi e-learning. e-
learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk
mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang
berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning,
namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika
sebagai alat bantunya. Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut
pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan
e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio,
televisi, film, komputer, internet, dll).

2.4 Prinsip Penentuan Media Yang Efektif Dalam Fasilitas Pelatihan


Menurut Sardiman (2021) prinsip penentuan media yang efektif dalam fasilitas
pelatihan meliputi:

1. Pertimbangkan Tujuan Pelatihan: Media yang digunakan harus dapat membantu


mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, jika tujuan pelatihan
adalah untuk meningkatkan keterampilan praktis, maka media yang efektif adalah
media yang dapat memungkinkan peserta untuk berlatih secara langsung.
2. Pertimbangkan Kepentingan Peserta: Media yang digunakan harus sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan peserta. Sebagai contoh, jika peserta lebih memilih belajar
dengan cara visual, maka media yang efektif adalah media visual seperti gambar,
diagram, atau video.
3. Pertimbangkan Ketersediaan dan Biaya Media: Media yang digunakan harus tersedia
dan dapat diakses oleh semua peserta pelatihan, serta tidak melampaui anggaran yang
telah ditetapkan.
4. Pertimbangkan Keamanan dan Kemudahan Penggunaan Media: Media yang
digunakan harus aman dan mudah digunakan oleh semua peserta pelatihan.
5. Pertimbangkan Interaktifitas Media: Media yang efektif adalah media yang
memungkinkan interaksi antara peserta dan fasilitator pelatihan, serta antara peserta
satu dengan yang lainnya.

20

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

6. Pertimbangkan Pengaruh Media terhadap Peserta: Media yang digunakan harus


memotivasi dan menarik perhatian peserta untuk belajar, serta tidak menimbulkan
kebosanan atau kejenuhan.
7. Pertimbangkan Keterkaitan Media dengan Materi Pelatihan: Media yang digunakan
harus dapat memperjelas dan memperkuat pemahaman peserta terhadap
materi pelatihan.

2.5 Media Terkini Dalam Pelatihan


Media Pelatihan adalah sarana atau alat yang digunakan untuk mengirimkan informasi
atau pesan yang berguna untuk memperbaiki pengetahuan,keterampilan,dan sikap peserta
pelatihan (Rakhmawati dan Susilo,2016 dalam Hamid, 2020).

Media dalam proses pelatihan merupakam perantara atau pengantar sumber pesan
dengan penerima pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan sehingga
terdorong serta terlibat dalam pelatihan. Proses pelatihan pada dasarnya juga merupakan
proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pelatihan disebut dengan media
pelatihan. Menurut Hamid, (2020) Ada beberapa media terkini yang sering digunakan dalam
pelatihan, yaitu :

1. E-learning platform
Platform belajar online yang memungkinkan peserta pelatihan secara mandiri melalui
internet. Contohnya seperti courser,udemy,skillshare dan sebagainya.
2. Video pembelajaran
Video pembelajaran bisa dibuat dalam bentuk video tutorial, video animasi, video
presentasi, dan sebagainya. Video ini dapat diakses secara online atau bisa diunduh
untuk ditonton kapan saja.
3. Game-based learning
Metode pembelajaran yang menggunakan elemen game untuk meningkatkan interaksi
dan keterlibatan peserta pelatihan. Game-based learning ini dapat berupa game
simulasi, trivia game, dan sebagainya.

21

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

4. Virtual reality (VR)


Teknologi yang memungkinkan peserta pelatihan untuk merasakan pengalaman yang
realistis dalam suatu lingkungan virtual. Contohnya, pelatihan bahasa asing dengan
pengalaman virtual traveling ke negara yang menggunakan bahasa tersebut.
5. Augmented reality (AR)
Teknologi yang menggabungkan elemen virtual dan realitas fisik untuk memungkinkan
peserta pelatihan untuk melihat, menyentuh, dan berinteraksi dengan informasi secara
langsung. Contohnya, pelatihan teknis dengan menggunakan aplikasi AR yang
menunjukkan langkah-langkah perbaikan mesin.
6. Podcast
Media audio digital yang memungkinkan peserta pelatihan untuk mendengarkan
informasi atau pembelajaran sambil melakukan kegiatan lain seperti bekerja,
berkendara, atau berolahraga. Contohnya, pelatihan keterampilan komunikasi melalui
podcast.
7. Social media
Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan sebagainya dapat
digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran dan kolaborasi antara peserta pelatihan.
Contohnya, grup diskusi online untuk membahas topik pelatihan tertentu.

Masing-masing jenis media memiliki karakteristik, keuntungan dan kerugian. Oleh


karena itu, perlu untuk membuat perencanaan sistemasis untuk penggunaan media
instruksional. Unsur media pelatihan terdiri dari alat perangkat kerasnya serta isi pesan
(konten) yang akan disampaikan atau disalurkan oleh media tersebut. Dapat disimpulkan
bahwa media ini merupakan sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan melalui
berbagai saluran,dapat merangsang pikiran,perasaan dan kemauan peserta sehingga dapat
mendorong terciptanya proses untuk menambah informasi baru pada diri peserta sehingga
dapat tercapai dengan baik.

Media pelatihan umumnya didefinisikan sebagai alat,metode dan teknik yang digunakan
untuk lebih memudahkan komunikasi dan interaksi peserta dalam proses pendidikan dan
pelatihan yang lebih efektif. (Haryoko, 2012 dalam Hamid, dkk, 2020)

22

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

Media pelatihan juga memiliki banyak manfaat antara lain :

1. Meningkatkan daya ingat. Penggunaan media pelatihan yang menarik dan interaktif
seperti video, gambar, atau animasi dapat meningkatkan daya ingat peserta pelatihan
2. Menyederhanakan informasi. Media pelatihan dapat membantu menyederhanakan
informasi dan menjelaskan konsep yang kompleks dengan cara yang lebih mudah
dipahami.
3. Mempercepat pemahaman. Penggunaan media pelatihan dapat mempercepat
pemahaman peserta pelatihan terhadap materi pelatihan.
4. Meningkatkan motivasi. Media pelatihan yang menarik dan interaktif dapat
meningkatkan motivasi peserta pelatihan untuk belajar.
5. Meningkatkan efektivitas. Penggunaan media pelatihan dapat meningkatkan
efektivitas pelatihan dengan memudahkan peserta pelatihan untuk memahami materi
pelatihan dan mengingatnya dengan baik.
6. Memungkinkan fleksibilitas. Media pelatihan seperti e-learning dan mobile learning
memungkinkan peserta pelatihan untuk belajar dengan cara yang fleksibel dan terus-
menerus.
7. Meningkatkan partisipasi. Media pelatihan seperti gamifikasi dan social media dapat
meningkatkan partisipasi peserta pelatihan dalam proses pembelajaran.
8. Memperluan jangkauan. Penggunaan media pelatihan digital memungkinkan pelatihan
dapat diakses dari mana saja dan kapan saja, sehingga memperluas jangkauan peserta
pelatihan.

23

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

BAB III

PENUTUP

2.6 Kesimpulan
Dalam fasilitas pelatihan, pemilihan metode dan media yang tepat sangat penting untuk
mencapai tujuan pelatihan dan memberikan pengalaman pelatihan yang efektif bagi peserta.
Memperhatikan tujuan pelatihan, audiens, dan materi yang akan disampaikan adalah faktor
penting dalam memilih metode dan media yang tepat. Pendekatan yang beragam seperti
presentasi, diskusi, simulasi, dan role-playing dapat membantu memaksimalkan efektivitas
pelatihan. Media seperti slide presentasi, video dan gambar dapat membantu menyampaikan
materi dengan cara yang mudah dipahami dan menarik. Feedback dari peserta pelatihan juga
dapat membantu memperbaiki pelatihan di masa depan dan memastikan efektivitasnya.
Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, fasilitas pelatihan dapat memberikan pengalaman
pelatihan yang efektif dan bermanfaat bagi peserta.

2.7 Saran
Dalam memilih metode dan media dalam fasilitas pelatihan, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu, pertimbangkan tujuan pelatihan, gunakan pendekatan yang
beragam, pilih media yang sesuai, sesuaikan metode dan media dengan audiens dan gunakan
feedback. Dengan memperhatikan saran-saran tersebut, fasilitas pelatihan dapat memberikan
pengalaman pelatihan yang efektif dan bermanfaat bagi peserta.

24

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (2018). Pengaruh Pelatihan Behavior Modeling Terhadap Keterampilan


Menyimak Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(4), 633-
644.

Bahri, Sutedjo. (2019). Teknik Pelatihan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi. Bogor: PT Penerbit
IPB Press.

Budiono, S. (2018). Pelatihan On The Job: Pengembangan Sumber Daya Manusia Berbasis
Kompetensi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaerudin, Ali. (2019). Manajemen Pendidikan dan Pelatihan SDM. Jawa Barat: CV Jejak
Publisher

Hasan, M. et al. (2021) Media Pembelajaran. Tahta Media Group.

Hamid, Mustofa Abi.,dkk. (2020). Media Pembelajaran. Yayasan Kita Menulis

Iswan. (2021). Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Depok: PT Rajagrafindo Persada

Kristanto, A. (2016). Media Pembelajaran. Bintang Surabaya, pp. 1–129.

Kuswanto, Hadi., & Sulistyowati. (2016). Pelatihan Keterampilan Manajemen. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.

Marliyana, R., & Gita, Y. (2019). Program Magang Sebagai Strategi Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Alfabeta.

Nellitawati (2018) ‘Bahan Ajar Manajemen Diklat’, Jurusan Administrasi Pendidikan,


Fakultas Pendidikan, Universitas Negeri Padang

Sardiman, A. M. (2021). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Suprihatiningrum, Jamil. (2018). Strategi Pembelajaran : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

25

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

PERTANYAAN KELOMPOK

1. Bagaimana cara mengevaluasi keefektifan metode pelatihan yang telah dilakukan ?


Jawab :

Mengevaluasi keefektifan metode pelatihan sangat penting untuk menentukan apakah


program pelatihan tersebut efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pelatihan. Berikut
adalah beberapa cara untuk mengevaluasi keefektifan metode pelatihan yang telah dilakukan:

a. Evaluasi Peserta Pelatihan: Evaluasi peserta pelatihan dapat dilakukan melalui


kuesioner, survei, atau wawancara. Pertanyaan yang dapat ditanyakan meliputi sejauh
mana peserta merasa program pelatihan bermanfaat, seberapa relevan materi pelatihan
dengan pekerjaan mereka, dan apakah mereka memiliki rekomendasi untuk perbaikan
program pelatihan.
b. Pengukuran Kinerja: Pengukuran kinerja karyawan sebelum dan sesudah pelatihan
dapat memberikan gambaran tentang seberapa besar perubahan kinerja yang terjadi
setelah pelatihan. Pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui observasi, pengukuran
hasil kerja, dan pengukuran output pekerjaan.
c. Evaluasi Instruktur Pelatihan: Evaluasi instruktur pelatihan dapat dilakukan dengan
kuesioner atau survei. Pertanyaan yang dapat diajukan mencakup seberapa baik
instruktur menjelaskan materi, seberapa terampil instruktur dalam memfasilitasi sesi
pelatihan, dan apakah instruktur dapat memotivasi peserta pelatihan.

2. Apakah media sangat penting dalam proses pelatihan maupun pembelajaran?


Jawab :

Jadi penggunaan media sangat penting dalam proses pelatihan ataupun pembelajaran.
Penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi atau meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar para peserta.
Aspek penting lainnya penggunaan media adalah membantu memperjelas
pesan pembelajaran.

26

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)


lOMoARcPSD|31782068

3. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan media sosial dalam pelatihan?


Jawab :

Kelebihan menggunakan media sosial dalam pelatihan adalah sebagai berikut:

a. Aksesibilitas yang lebih mudah. Dalam era digital saat ini, hampir semua orang
memiliki akses ke media sosial, sehingga pelatihan yang menggunakan media sosial
dapat mencapai lebih banyak orang dengan mudah.
b. Fleksibilitas waktu dan tempat. Pelatihan menggunakan media sosial dapat diakses
oleh peserta di mana saja dan kapan saja, sehingga memberikan fleksibilitas bagi
peserta dalam mengatur waktu dan tempat pelatihan.
c. Biaya lebih rendah. Media sosial gratis digunakan dan dapat memotong biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk pelatihan.
d. Interaksi dan keterlibatan yang lebih tinggi. Pelatihan menggunakan media sosial dapat
memperoleh partisipasi yang lebih aktif dari peserta melalui fitur-fitur interaktif dan
keterlibatan yang lebih tinggi.

Namun, ada beberapa kekurangan dalam menggunakan media sosial dalam pelatihan:

a. Konten yang tidak terstruktur. Media sosial dapat mengandung banyak informasi yang
tidak terstruktur dan terkadang tidak relevan dengan pelatihan.
b. Kesulitan dalam memeriksa dan mengevaluasi kemajuan peserta. Media sosial tidak
menawarkan sistem pengukuran dan penilaian kemajuan peserta pelatihan.
c. Ketergantungan pada koneksi internet. Pelatihan menggunakan media sosial
bergantung pada koneksi internet yang stabil dan dapat terganggu oleh masalah teknis,
seperti gangguan jaringan atau kecepatan koneksi yang rendah.
d. Privasi dan keamanan. Penggunaan media sosial dalam pelatihan dapat menimbulkan
masalah privasi dan keamanan data, karena data yang diunggah ke media sosial dapat
diakses oleh pihak lain secara tidak sengaja atau sengaja.

27

Downloaded by Zaenal Panani (zaenalpanani9@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai