Anda di halaman 1dari 25

No Kode: DAR2/Profesional/857/005/2022

PENDALAMAN MATERI AKUNTANSI

MODUL 1
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
KB 3 Harga Pokok Barang Dagang

Nama Penulis:
Patriani Wahyu Dewanti, S.E., M.Acc.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi


2022
A. Pendahuluan
Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah
membeli, menyimpan, dan menjual kembali barang dagang tanpa memberikan
nilai tambah terhadap barang dagang tersebut. Nilai tambah disini maksudnya
adalah adanya kegiatan mengolah atau mengubah bentuk maupun sifat dari barang
sedemikian rupa. Dalam perusahaan dagang tidak terdapat kegiatan pemberian
nilai tambah tersebut. Perusahaan dagang memperoleh pendapatan dari kegiatan
operasi yang dilakukan yakni transaksi jual beli barang dagang. Dalam kegiatan
belajar ketiga ini akan mempelajari mengenai penghitungan harga pokok barang
dagang.
Modul ini memiliki relevansi untuk mendukung pelaksanaan program
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan. Setelah mengikuti pembelajaran
pada Modul 1 dan Kegiatan Belajar 3 ini mahasiswa mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan khususnya kompetensi profesional Akuntansi dan
Keuangan pada materi akuntansi dasar perusahaan dagang dan harga pokok barang
dagang pada perusahaan dagang. Dengan Modul Kegiatan Belajar 3 ini
diharapkan mahasiswa memiliki pemahaman, penguasaan konsep, dan penerapan
konsep mengenai akuntansi dasar perusahaan dagang dan analisis dokumen dan
pencatatan transaksi keuangan pada perusahaan dagang. Modul 1 Kegiatan Belajar
3 ini dibagi menjadi beberapa materi: (1) Konsep Harga Pokok Barang Dagang,
(2) Komponen Harga Pokok Barang Dagang, (3) Penghitungan Harga Pokok
Barang Dagang, dan (4) Pencatatan Harga Pokok Barang Dagang
Agar mahasiswa berhasil menguasai materi-materi akuntansi untuk
perusahaan dagang, ikutilah petunjuk belajar berikut:
1. Baca capaian/sub-capaian pembelajaran dengan cermat sebelum membaca
materi kegiatan belajar.
2. Baca materi kegiatan belajar dengan cermat.
3. Kerjakan latihan sesuai petunjuk/rambu-rambu yang diberikan. Jika tersedia
kunci latihan, janganlah melihat kunci sebelum mengerjakan latihan.
4. Baca rangkuman, kemudian kerjakan tes formatif secara jujur tanpa terlebih
dahulu melihat kunci.
5. Jika petunjuk di atas Anda ikuti dengan disiplin, Anda akan berhasil.
6. Selamat belajar.

B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
a. Mahasiswa menguasai teori dan menerapkan konsep akuntansi dasar dan
akuntansi keuangan serta implementasinya dalam kegiatan usaha .
b. Mahasiswa menguasai dan mengaplikasikan praktikum akuntansi
perusahaan dagang.

2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)


Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3 ini, mahasiswa diharapkan dapat:
a. Mahasiswa dapat menerapkan konsep Harga Pokok Barang Dagang.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi komponen/elemen Harga Pokok
Barang Dagang.
c. Mahasiswa dapat membuat perhitungan Harga Pokok Barang Dagang.
d. Mahasiswa dapat melakukan pencatatan jurnal Harga Pokok Barang
Dagang.

3. Pokok – Pokok Materi


Kegiatan Belajar 3 ini mempelajari mengenai :
a. Konsep Harga Pokok Barang Dagang
b. Komponen/Elemen Harga Pokok Barang Dagang
c. Perhitungan Harga Pokok Barang Dagang
d. Jurnal pencatatan Harga Pokok Barang Dagang
4. Uraian Materi
A. Pendahuluan
Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya
adalah membeli, menyimpan, dan menjual kembali barang dagang tanpa
memberikan nilai tambah terhadap barang dagang tersebut. Nilai tambah
adalah adanya kegiatan mengolah atau mengubah bentuk maupun sifat dari
barang sedemikian rupa. Dalam perusahaan dagang tidak adanya kegiatan
pemberian nilai tambah tersebut. Perusahaan dagang memperoleh
pendapatan dari kegiatan operasi yang dilakukan yakni transaksi jual beli
barang dagang. Dalam kegiatan belajar ini akan dibahas mengenai harga
pokok barang dagang.
Harga pokok barang dagang atau dalam modul ini dibahas tentang
Harga Pokok Penjualan (cost of goods sold) disingkat HPP merupakan
keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh
barang yang dijual atau dapat dikatakan harga perolehan atas barang yang
dijual. Harga pokok barang dagang bertujuan sebagai patokan untuk
menentukan harga jual barang dagang sehingga kemudian akan diketahui
laba yang diinginkan perusahaan dari penjualan barang dagang. Selain itu,
perusahaan juga dapat melihat realistis atau tidaknya biaya produksi yang
diterapkan.

B. Menghitung Harga Pokok Barang Dagang


Dalam menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP), dapat diringkas dalam
rumus berikut:
Persediaan
Harga Pokok Harga Pokok Persediaan
Awal Barang
Penjualan Pembelian Akhir
Dagang

Harga Pokok Barang yang Tersedia


untuk Dijual

sehingga
Harga Pokok
Persediaan
Harga Pokok Barang yang
Akhir Barang
Penjualan Tersedia untuk
Dagang
Dijual

Gambar 3.1 Menghitung Harga Pokok Penjualan


Berikut adalah alur perhitungan harga pokok penjualan:

Perhitungan Harga Pokok Penjualan:

Persediaan awal barang dagangan Rp. .............

Pembelian Rp. ..............

Retur & potongan pembelian = Rp. ............

Potongan tunai pembelian = Rp. ............ +

Rp. ............... -

Pembelian bersih Rp. ...............

Biaya angkut pembelian Rp. ............... +

Harga pokok pembelian Rp. ............ +

Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp. ............

Persediaan akhir barang dagangan Rp. ............. -

Harga pokok penjualan Rp. .............

Gambar 3.2 Alur Perhitungan Harga Pokok Penjualan


Dari ilustrasi di atas dapat dilihat bahwa harga pokok penjualan (HPP)
diperoleh setelah mengurangkan harga pokok barang yang tersedia untuk dijual
dengan persediaan akhir barang dagangan. Sedangkan harga pokok barang
yang tersedia untuk dijual diperoleh dengan menambahkan persediaan awal
dengan harga pokok pembelian. Harga pokok pembelian sendiri merupakan
hasil pengurangan pembelian barang dagangan dengan retur dan potongan
pembelian, ditambah dengan biaya angkut pembelian.
Sebagaimana kita ketahui bahwa metode pencatatan persediaan barang
dagangan pada perusahaan dagang terdapat dua sistem yakni sistem periodik
(periodic inventory system) dan sistem perpetual (perpetual inventory system).
Berbeda dengan yang disajikan sebelumnya untuk pencatatan dengan sistem
periodik, jika perusahaan dagang menggunakan sistem perpetual hanya
disediakan akun persediaan atau persediaan barang dagangan untuk mencatat
mutasi persediaan. Tidak terdapat akun-akun Pembelian, Potongan Pembelian,
Retur Pembelian, dan Beban Angkut Pembelian. Semua transaksi terkait
persediaan dicatat dengan akun persediaan barang dagangan. Semua transaksi
yang menambah biaya perolehan persediaan seperti pembelian dan biaya
angkut pembelian dicatat di sebelah debit akun Persediaan. Sebaliknya, semua
transaksi yang mengurangi biaya perolehan persediaan yakni potongan
pembelian dan retur pembelian dicatat di sebelah kredit akun Persediaan.
Metode perpetual mencatat harga pokok penjualan saat transaksi penjualan
barang dagangan. Terdapat dua pencatatan saat transaksi penjualan, yaitu
pencatatan nilai penjualan dan harga pokok barang yang terjual. Saat retur
penjualan juga mencatat harga pokok penjualan barang yang dikembalikan.
Akun harga pokok penjualan terus berubah seiring transaksi penjualan sehingga
akhir periode tidak diperlukan jurnal penyesuaian harga pokok penjualan.
Metode periodik, harga pokok penjualan ditentukan akhir periode melalui
jurnal penyesuaian. Perlunya penyesuaian karena saat penjualan hanya
mencatat nilai penjualan dan tidak disertai pencatatan harga pokok barang yang
terjual.
Untuk lebih jelasnya berikut merupakan contoh kasus untuk memperjelas
penggunaan alur perhitungan harga pokok penjualan dengan metode periodik
tersebut:
UD Marita merupakan perusahaan dagang yang menjual buku tulis melakukan
penutupan buku setiap tanggal 31 Desember, berikut adalah neraca saldo tahun
2017.
UD Marita
Neraca Saldo
31 Desember 2017
Kas Rp5.670.000,00 -
Piutang Dagang 37.100.000,00 -
Persediaan Barang Dagangan 60.500.000,00 -
Perlengkapan 3.930.000,00 -
Sewa Dibayar di Muka 6.000.000,00 -
Peralatan Toko 26.500.000,00 -
Akumulasi Penyusutan Peralatan - 21.200.000,00
Toko - 46.340.000,00
Utang Dagang - 3.500.000,00
Penjualan Diterima di Muka - 35.000.000,00
Utang Wesel Jangka Panjang - 23.680.000,00
Modal Ny. Marita 48.000.000,00 -
Prive Ny. Marita - 346.700.000,00
Penjualan 8.200.000,00 -
Retur dan Potongan Penjualan 10.300.000,00 -
Potongan Tunai Penjualan 175.900.000,00 -
Pembelian - 7.430.000,00
Retur dan Potongan Pembelian - 6.000.000,00
Potongan Tunai Pembelian 9.300.000,00 -
Biaya Angkut Pembelian 82.750.000,00 -
Biaya Gaji 7.000.000,00 -
Biaya Sewa Toko 5.800.000,00 -
Biaya Listrik, Air, dan Telepon 2.900.000,00 -
Biaya Bunga
Rp489.850.000,00 Rp489.850.000,00
Informasi tambahan:
Persediaan barang dagangan pada tanggal 31 Desember 2017 berjumlah
Rp65.800.000,00
Untuk menghitung Harga Pokok Penjualan maka perhitungannya adalah sebagai
berikut:

Perhitungan Harga Pokok Penjualan:


Persediaan awal barang dagangan Rp60.500.000,00
Pembelian Rp175.900.000,00
Retur & potongan pembelian = Rp7.430.000,00
Potongan tunai pembelian = Rp6.000.000,00 +
Rp 13.430.000,00 -
Pembelian bersih Rp162.470.000,00
Biaya angkut pembelian Rp 9.300.000,00 +
Harga pokok pembelian Rp171.770.000,00 +
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp232.270.000,00
Persediaan akhir barang dagangan Rp 65.800.000,00 -
Harga pokok penjualan Rp166.470.000,00

Gambar 3.3 Perhitungan Harga Pokok Penjualan

C. Pencatatan Harga Pokok Barang Dagang


Rekening-rekening penentu dalam Harga Pokok Barang Dagang
dalam perusahaan dagang yang menggunakan sistem persediaan periodik
adalah pembelian, retur pembelian, potongan tunai pembelian, dan biaya
angkut pembelian sebagaimana rekening-rekening tersebut disajikan
didalam laporan laba rugi perusahaan dagang. Berikut penjelasan dari
setiap rekening tersebut:
1) Persediaan Awal Barang Dagang (beginning merchandise inventory)
Persediaan yang dimiliki perusahaan pada awal suatu periode
disebut persediaan awal barang dagang. Persediaan barang dagang
merupakan barang-barang yang disediakan oleh perusahaan untuk
dijual kepada konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan.
Misalnya saja dalam sebuah swalayan terdapat persediaan bahan-
bahan makanan, minuman, sabun, popok bayi, dan sebagainya.
2) Harga Pokok Pembelian (cost of goods purchased)
Perusahaan dagang dalam transaksi pembelian barang dagangan
dapat terjadi retur pembelian, potongan pembelian, maupun adanya
biaya angkut pembelian sehingga harga pokok pembelian dapat
dihitung sebagai berikut:

Harga Biaya Potongan


Retur
Pokok Pembelian Angkut Tunai
Pembelian
Pembelian Pembelian Pembelian

Gambar 3.4 Menghitung Harga Pokok Pembelian


Harga pokok pembelian atau ada pula yang menyebut pembelian bersih
merupakan keseluruhan pembelian barang dagang yang dilakukan perusahaan
baik secara tunai maupun kredit. Komponen yang digunakan untuk menghitung
harga pokok pembelian dijelaskan sebagai berikut:
a) Pembelian
Saat perusahaan menggunakan metode persediaan periodik, maka
pembelian barang dagang yang akan dijual kembali dicatat dengan
mendebet rekening pembelian. Rekening pembelian hanya khusus untuk
mencatat pembelian barang dagangan yang mana barang dagang tersebut
akan dijual kembali. Sedangkan saat perusahaan membeli barang yang
digunakan untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan misalnya
peralatan kantor, maka yang didebet adalah rekening terkait bukan
rekening pembelian. Berikut adalah contoh transaksi pembelian barang
dagang secara kredit:
UD Marita merupakan sebuah perusahaan dagang menggunakan metode
periodik dalam pencatatan persediaan barang dagangnya. Pada tanggal 4
Desember 2017 perusahaan membeli barang dagangan seharga Rp2.750.000,00
secara kredit dengan syarat 2/10. n/30 dari PT Bukupintar.
Transaksi tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 4 Pembelian Rp2.750.000,00
Des. Utang Dagang Rp2.750.000,00
(Untuk mencatat pembelian
barang dagangan dari PT
Bukupintar dengan syarat 2/10,
n/30)
Jika UD Marita menggunakan metode perpetual sebagai metode pencatatan
persediaannya, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 4 Persediaan Rp2.750.000,00
Des. Utang Dagang Rp2.750.000,00
(Untuk mencatat pembelian
barang dagangan pada PT
Bukupintar dengan syarat
2/10, n/30)

Pembelian barang dagangan tidak hanya dilakukan secara kredit,


kadangkala juga dilakukan secara pembayaran tunai. Berikut contoh
transaksi pembelian barang dagangan secara tunai:
UD Marita membeli barang dagangan dari PT Majalahkarya seharga
Rp5.000.000,00 secara tunai pada tanggal 10 Desember 2017.
Transaksi tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Debit Kredit
2017, 10 Pembelian Rp5.000.000,00
Des. Kas Rp5.000.000,00
(Untuk mencatat pembelian barang
dagangan secara tunai dari PT
Majalahkarya)

Jika UD Marita menggunakan sistem perpetual sebagai metode pencatatan


persediaannya, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 10 Persediaan Rp5.000.000,00
Des. Kas Rp5.000.000,00
(Untuk mencatat pembelian
barang dagangan secara
tunai dari PT Majalahkarya)
b) Biaya Angkut Pembelian
Saat perusahaan membeli barang dagangan, mungkin timbul biaya untuk
melakukan pengangkutan terhadap barang dagang tersebut dari tempat penjual
kepada pembeli. Biaya ini disebut biaya angkut pembelian yang dapat
dibebankan kepada pembeli maupun kepada penerima, sesuai dengan
kesepakatan keduanya. Bila biaya angkut tersebut dibebankan kepada pembeli,
maka biaya ini akan menambah harga pokok pembelian dan didebit langsung
kedalam rekening pembelian. Namun, kadangkala perusahaan lebih menyukai
untuk mencatat biaya tersebut dalam rekening khusus “Biaya Angkut
Pembelian”. Berikut adalah contoh transaksi pembelian barang dagang
perusahaan disertai biaya angkut pembeliannya:
UD Marita membeli barang dagang dari PT Bukupintar dan harus membayar
biaya pengangkutan sebesar Rp250.000,00 pada tanggal 6 Desember 2017.

Transaksi tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:


Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 6 Biaya Angkut Pembelian Rp250.000,00
Des. Kas Rp250.000,00
(Untuk mencatat pembayaran biaya
pengangkutan atas pembelian barang
dagangan PT Bukupintar)

Jika UD Marita menggunakan sistem perpetual sebagai metode pencatatan


persediaannya, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 6 Persediaan Rp250.000,00
Des. Kas Rp250.000,00
(Untuk mencatat pembayaran biaya
pengangkutan atas pembelian barang
dagangan PT Bukupintar)

Pengangkutan Pembelian
Transaksi yang terkait dengan hal ini adalah biaya angkut barang yang dibeli
dan ditanggung oleh perusahaan. Di dalam akun laporan laba rugi akun ini
sebagai penambah pembelian. Pengangkutan pembelian berdasarkan
kesepakatan antara pembeli dan penjual, yaitu :

(1) Freight on Board Shipping Point (FOB Shipping Point)

Gambar 3.5 FOB Shipping Point

Ilustrasi menyajikan biaya angkut penjualan apabila menggunakan FOB


shipping point, ilustrasi di atas menunjukkan perpindahan barang dari pembeli
kepada penjual. Pada kesepakatan ini beban angkut pembelian dibayarkan oleh
pembeli. Ketika beban angkut dibayarkan oleh pembeli maka beban ini menjadi
bagian dari pembelian persediaan. FOB Shipping point mensyaratkan bahwa
biaya angkut (ongkos kirim) barang dari gudang penjual ke gudang pembeli
menjadi tanggungjawab pembeli, sehingga kepemilikan barang telah menjadi
hak pembeli dari tempat penjual.
Pada metode perpetual pembayaran biaya angkut pembelian dicatat ke
akun persediaan barang dagangan. Jurnal biaya angkut pembelian mendebit
akun persediaan barang dagangan dan mengkredit akun kas atau utang dagang.
Contoh :
(perusahaan menggunakan sistem perpetual dalam mencatat persediaannya)
Pada tanggal 25 Maret 2019 dibayar beban angkut barang dagangan yang dibeli
dari pemasok sebesar Rp 5.000.000,00.

Maka jurnal pencatatannya adalah :


Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 25 Persediaan Rp5.000.000,00
Mar. Kas Rp5.000.000,00
(Untuk mencatat beban angkut
pembelian)

(2) Freight on Board Destination Point (FOB Destination Point)

Gambar 3.6 FOB Destination Point


Ilustrasi menyajikan biaya angkut penjualan apabila menggunakan FOB
destination point, ilustrasi di atas menunjukkan perpindahan barang dari
pembeli kepada penjual. Pada kesepakatan ini beban angkut pembelian dibayar
oleh penjual. FOB Destination mensyaratkan bahwa biaya angkut (ongkos
kirim) barang dari gudang penjual ke gudang pembeli menjadi tanggungjawab
si penjual, sehingga kepemilikan menjadi hak pembeli saat sudah di tempat
pembeli.
Apabila terjadi pembelian, dan barang tersebut masih dalam perjalanan ke
tempat pembeli, barang dalam perjalanan tersebut masih milik penjual. Pada
saat akhir tahun buku barang tersebut belum diterima, maka nilai barang
tersebut tidak boleh dimasukkan sebagai persediaan oleh perusahaan pembeli
pada neraca akhir tahun. Beban yang terjadi atas transaksi ini dimasukan dalam
beban angkut pada laba rugi penjual.
Contoh :
(perusahaan menggunakan sistem perpetual dalam mencatat persediaannya)
Pada tanggal 25 Maret 2019 beban angkut barang dagangan yang dibeli
dibayarkan oleh penjual sebesar Rp 5.000.000,00
Maka jurnal pencatatannya adalah:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2019, 25 Beban Angkut Rp5.000.000,00
Mar. Kas Rp5.000.000,00
(Untuk mencatat beban angkut
pembelian)

c) Retur dan Potongan Pembelian (purchases return and allowance)


Dalam transaksi pembelian, barang dikirimkan kepada pembeli yang
kadang terdapat barang yang rusak, tidak sesuai dengan pesanan/keinginan
pembeli, ataupun tidak memuaskan pembeli. Jika hal tersebut terjadi, maka
barang tersebut dikembalikan kepada penjual atau dikenal dengan sebutan
retur pembelian. Untuk mencatat transaksi pengembalian ini biasanya
perusahaan akan menggunakan rekening khusus “Retur dan Potongan
Pembelian” sehingga dapat diketahui oleh pihak manajemen maupun pihak
lain. Pengembalian barang dagang membutuhkan biaya dan memakan
waktu sehingga sebisa mungkin dihindarkan karena dengan retur
pembelian yang jumlahnya berlebihan menunjukan indikasi bagian
pembelian tidak bekerja dengan baik ataupun pemasok tidak dapat
dipercaya sehingga terdapat barang yang rusak atau tidak sesuai dengan
pesanan pembeli. Berikut adalah contoh transaksi pembelian barang
dagangan secara kredit disertai dengan retur pembelian:
UD Marita membeli barang dagangan secara kredit pada tanggal 4 Desember
2018 dari PT Bukupintar. Karena terdapat barang dagang yang kondisinya
rusak, pada tanggal 12 Desember 2017 sejumlah Rp300.000,00 dikembalikan
kepada PT Bukupintar.

Transaksi tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:


Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 12 Utang Dagang Rp300.000,00
Des. Retur dan Potongan Pembelian Rp300.000,00
(Untuk mencatat pengembalian
barang dagangan pada PT
Bukupintar)

Jika UD Marita menggunakan metode perpetual sebagai metode pencatatan


persediaannya, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 12 Utang Dagang Rp300.000,00
Des. Persediaan Barang Dagang Rp300.000,00
(Untuk mencatat pengembalian
barang dagangan pada PT
Majalahkarya)

Sedangkan berikut ini adalah contoh transaksi pembelian barang dagang secara
tunai disertai dengan retur pembelian:
UD Marita membeli barang dagangan secara tunai pada tanggal 10 Desember
2017 dari PT Majalahkarya. Karena terdapat barang dagang yang kondisinya
rusak, pada tanggal 12 Desember 2017 sejumlah Rp400.000,00 dikembalikan
kepada PT Bukupintar.
Transaksi tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 12 Kas Rp400.000,00
Des. Retur Pembelian Rp400.000,00
(Untuk mencatat pengembalian
barang dagangan pada PT
Majalahkarya)

Jika UD Marita menggunakan sistem perpetual sebagai metode pencatatan


persediaannya, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 12 Kas Rp400.000,00
Des. Persediaan Barang Dagang Rp400.000,00
(Untuk mencatat pengembalian
barang dagangan pada PT
Majalahkarya)

d) Potongan Tunai Pembelian


Saat pembeli mendapatkan pengurangan harga dari penjual atas
barang dagang yang dibeli maka dinamakan potongan tunai pembelian.
Potongan ini diberikan saat pembeli membayar lebih cepat dari jangka
waktu yang ditetapkan penjual. Perusahaan dalam posisi sebagai pembeli,
maka akan mendapatkan potongan pembelian dari penjual atas barang
dagang yang dibeli, yang dicatat dalam rekening khusus “Potongan Tunai
Pembelian”. Untuk menjelaskan penerapan potongan tunai pembelian,
berikut contoh transaksinya:
UD Marita membeli barang dagang secara kredit dari PT Bukupintar
sejumlah Rp2.750.000,00 dengan syarat 2/10, n/30 pada tanggal 4 Desember
2017. Perusahaan membayar pembelian tersebut pada tanggal 14 Desember
2017 (10 hari setelah pembelian).
Dari transaksi tersebut maka perusahaan memperoleh potongan tunai
pembelian karena melakukan pembayaran pada periode potongan sebesar yang
ditawarkan pihak penjual yakni potongan 2% untuk jangka waktu pembayaran
10 hari setelah transaksi pembelian. Perhitungan potongan tunai pembelian
tersebut sebagai berikut:
Potongan Tunai Pembelian = 2% x Rp2.750.000,00= Rp55.000,00
Sehingga jumlah yang harus dibayar adalah = Rp2.750.000,00 – Rp55.000,00
= Rp2.695.000,00
Transaksi tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2018, 14 Utang Dagang Rp2.750.000,00
Des. Kas Rp2.695.000,00
Potongan Tunai Pembelian Rp55.000,00
(Untuk mencatat potongan tunai
pembelian)

Jika UD Marita menggunakan sistem perpetual sebagai metode pencatatan


persediaannya, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
2017, 14 Utang Dagang Rp2.750.000,00
Des. Kas Rp2.695.000,00
Persediaan Barang Dagang Rp55.000,00
(Untuk mencatat pengembalian
barang dagangan pada PT
Majalahkarya)

e) Potongan Rabat
Pembelian dalam jumlah besar biasanya akan mendapatkan potongan
khusus dari harga resmi yang tercantum dalam daftar atau katalog harga.
Potongan seperti ini disebut potongan rabat yakni berupa pengurangan harga
dari daftar harga resmi milik penjual. Tujuan pemberian rabat diantaranya
adalah: 1) untuk menghindarkan biaya pembuatan dan pengedaran katalog
baru karena adanya perubahan harga karena dengan kebijakan rabat maka
perubahan harga bisa dilakukan dengan mengubah kebijakan rabat saja tanpa
perlu membuat dan mengedarkan katalog baru; 2) untuk memberikan
pengurangan harga bagi konsumen yang membeli dalam jumlah besar; dan
3) untuk memberikan harga yang berbeda bagi kalangan konsumen yang
berbeda misalnya antara pengecer, dealer, dan dan grosir. Berikut ilustrasi
pemberian potongan rabat pada transaksi pembelian yang dilakukan oleh
perusahaan dagang:

Harga barang dagangan yang dibeli oleh UD Marita menurut katalog


penjual yakni PT Bukupintar adalah seharga Rp100.000,00. PT
Bukupintar memberikan potongan rabat sebesar 25%. Sehingga
perhitungan harga beli oleh UD Marita setelah adanya potongan rabat
dihitung sebagai berikut:
Harga menurut katalog Rp100.000,00
Potongan Rabat 25% x Rp100.000,00 = Rp25.000,00 -
Harga beli oleh UD Marita = Rp75.000,00
Potongan rabat ini tidak dicatat dengan rekening tersendiri baik oleh
penjual maupun pembeli. Potongan ini hanya digunakan untuk
menetapkan harga beli barang dagangan yang sesungguhnya oleh pihak
pembeli dan harga jual sesungguhnya oleh pihak penjual.
f) Persediaan Akhir Barang Dagang (ending merchandise inventory)
Pada akhir periode perusahaan dagang yang menggunakan metode
pencatatan persediaan dengan metode periodik harus melakukan
perhitungan atas jumlah fisik persediaan yang belum terjual. Jumlah
persediaan tersebut dikalikan dengan harga pokok yang sesuai maka
dapat ditentukan jumlah persediaan barang dagang pada akhir periode.
Perhitungan harga pokok penjualan yang dilakukan oleh

UD Marita
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2017
(dalam ribuan)

Penjualan Rp347.800,00
Retur dan Potongan Penjualan Rp10.300,00
Potongan Tunai Penjualan Rp8.200,00
Rp18.500,00
Penjualan Bersih Rp329.300,00

Harga Pokok Penjualan:

Persediaan Awal Barang Dagangan Rp60.500,00


Pembelian Rp175.900,00
Retur & Potongan Pembelian Rp7.430,00
Potongan Tunai Pembelian Rp6.000,00
Rp13.430,00
Pembelian Bersih Rp162.470,00
Biaya Angkut Pembelian Rp9.300,00
Harga Pokok Pembelian Rp171.770,00
Harga Pokok Barang yang Tersedia untuk Dijual Rp232.270,00
Persediaan Akhir Barang Dagangan Rp65.800,00
Harga Pokok Penjualan Rp166.470,00
Laba Kotor Penjualan Rp162.830,00

Beban Operasi:
Beban Gaji Rp84.050,00
Beban Sewa Toko Rp12.000,00
Beban Penyusutan Peralatan Toko Rp2.650,00
Beban Listrik, Air, dan Telepon Rp5.800,00
Beban Perlengkapan Rp2.580,00
Jumlah Biaya Operasi Rp107.080,00

Laba Bersih Operasi Rp55.750,00

Beban di Luar Operasi:


Beban Bunga Rp3.500,00

Laba Bersih Rp52.250,00

perusahaan akan tampak dalam laporan laba rugi perusahaan. Berikut


adalah contoh penyajian laporan laba rugi perusahaan dagang:
5. Forum Diskusi
Jelaskan menurut pendapat anda apabila anda memiliki restoran,
bagaimana cara perhitungan harga pokok barang dagangan untuk makanan
yang diolah oleh restoran dan barang titipan seperti kerupuk,

C. Penutup
1. Rangkuman
Kegiatan belajar ini akan dibahas mengenai harga pokok barang dagang.
Harga pokok barang dagang atau dalam modul ini dibahas tentang Harga Pokok
Penjualan (cost of goods sold) disingkat HPP merupakan keseluruhan biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh barang yang dijual atau
dapat dikatakan harga perolehan atas barang yang dijual. Penghitungan Harga
pokok barang dagang dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode periodik
dan metode perpetual. Harga pokok barang dagang bertujuan sebagai patokan
untuk menentukan harga jual barang dagang sehingga kemudian akan diketahui
laba yang diinginkan perusahaan dari penjualan barang dagang. Selain itu,
perusahaan juga dapat melihat realistis atau tidaknya biaya produksi yang
diterapkan.
2. Tes Formatif
1. Pada tanggal 10 November 2018 barang dagangan yang harga ecerannya
Rp35.000,00 dibeli oleh perusahaan dengan potongan rabat Rp3.000,00 dengan
termin 2/15, n/30. Berapakah yang harus dibayarkan perusahaan apabila
pembayaran dilakukan pada tanggal 25 November 2018 …
A. Rp31.300,00
B. Rp31.360,00
C. Rp32.000,00
D. Rp34.300,00
E. Rp37.360,00
2. Berapakah jumlah yang harus dibayarkan perusahaan jika dilakukan pembelian
barang dagang dari PT Mekar Makmur Jaya sejumlah Rp4.500.000,00 secara
kredit dengan syarat 1/10, n/30, ongkos kirim dibayar oleh penjual sebesar
Rp200.000,00, dan adanya retur dan potongan pembelian sejumlah
Rp800.000,00?
A. Rp3.500.000,00
B. Rp3.836.000,00
C. Rp3.855.000,00
D. Rp3.863.000,00
E. Rp3.885.000,00
3. Perhatikan perhitungan Harga Pokok Penjualan berikut:

Perhitungan Harga Pokok Penjualan:


Persediaan awal barang dagangan Rp .......(1).......
Pembelian Rp785.000,00
Retur & potongan pembelian = Rp5.000,00
Potongan tunai pembelian = Rp15.000,00
Rp20.000,00
Pembelian bersih Rp765.000,00
Biaya angkut pembelian Rp35.000,00
Harga pokok pembelian Rp......(2).........
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp920.000,00
Persediaan akhir barang dagangan Rp140.000,00
Harga pokok penjualan Rp .......(3).......

Untuk melengkapi nominal persediaan awal barang dagang, harga pokok


pembelian, dan harga pokok penjualan secara berurutan ialah ... .
A. (1) Rp120.000,00; (2) Rp730.000,00; (3) Rp780.000,00
B. (1) Rp120.000,00; (2) Rp800.000,00; (3) Rp780.000,00
C. (1) Rp120.000,00; (2) Rp800.000,00; (3) Rp1.060.000,00
D. (1) Rp1.650.000,00; (2) Rp730.000,00; (3) Rp780.000,00
E. (1) Rp1.650.000,00; (2)Rp730.000,00; (3) Rp1.060.000,00
4. Transaksi pembelian barang dagangan yang dilakukan oleh CV Nusantara
kepada PT Mulia pada tanggal 4 Januari 2019 sejumlah Rp27.500.000,00
secara kredit dengan syarat termin 2/10, n/30. Pembelian tersebut dibayar oleh
CV Nusantara pada tanggal 14 Januari 2019. Catatan pada jurnal umum untuk
kedua transaksi tersebut jika CV Nusantara menggunakan metode pencatatan
persediaan dengan sistem periodik adalah ... .

Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


A 2019, 4 Pembelian Rp26.950.000,00
Jan. Utang Dagang Rp26.950.000,00

14 Utang Dagang Rp26.950.000,00


Kas Rp26.950.000,00

B Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 4 Persediaan Barang Dagang Rp26.950.000,00
Jan. Utang Dagang Rp26.950.000,00

14 Utang Dagang Rp26.950.000,00


Kas Rp26.950.000,00

C Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 4 Pembelian Rp27.500.000,00
Jan. Utang Dagang Rp27.500.000,00

14 Utang Dagang Rp27.500.000,00


Kas Rp27.500.000,00

D Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 4 Pembelian Rp27.500.000,00
Jan. Utang Dagang Rp27.500.000,00

14 Utang Dagang Rp27.500.000,00


Kas Rp26.950.000,00
Potongan Tunai Pembelian Rp550.000,00

E Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 4 Persediaan Barang Dagang Rp27.500.000,00
Jan. Utang Dagang Rp27.500.000,00

14 Utang Dagang Rp27.500.000,00


Kas Rp26.950.000,00
Persediaan Barang Dagang Rp550.000,00

5. CV Pratama pada tanggal 2 Juli 2019 membeli barang dagangan dari CV


Sentosa senilai Rp7.500.000,00 dengan syarat 2/15, n/30. Harga pokok
penjualan sebesar Rp3.500.000,00. CV Pratama mencatat persediaan barang
dagang dengan sistem perpetual. Ayat jurnal untuk CV Pratama atas transaksi
pembelian dan pembayaran jika dilakukan tepat 15 hari setelah transaksi
pembelian ialah ... .

A Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 2 Persediaan Barang Dagang Rp7.3500.000,00
Jul. Utang Dagang Rp7.350.000,00

17 Utang Dagang Rp7.350.000,00


Persediaan Barang Dagang Rp7.350.000,00

B Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 2 Persediaan Barang Dagang Rp7.500.000,00
Jul. Utang Dagang Rp7.500.000,00

17 Utang Dagang Rp7.500.000,00


Persediaan Barang Dagang Rp7.500.000,00

C Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit


2019, 2 Persediaan Barang Dagang Rp7.500.000,00
Jul. Utang Dagang Rp7.500.000,00

17 Utang Dagang Rp7.500.000,00


Kas Rp7.350.000,00
Persediaan Barang Dagang Rp150.000,00

E
Tanggal Deskripsi Ref Debit Kredit
Tanggal
2019, 2 Pembelian Deskripsi Ref Debit
Rp7.500.000,00 Kredit
2019,
Jul. 2 Pembelian
Utang Dagang Rp7.500.000,00 Rp7.500.000,00
Jul. Utang Dagang Rp7.500.000,00
17 Utang Dagang Rp7.500.000,00
17 Utang Dagang
Kas Rp7.500.000,00 Rp7.500.000,00
Kas Rp7.350.000,00
Potongan Tunai Pembelian Rp150.000,00

6. Jika penjual menawarkan diskon atau potongan pembelian sebesar 2% jika


pembeli membayar 15 hari setelah tanggal yang tertera dalam faktur pembelian,
sedangkan pembeli akan membayar 100% sesuai nominal yang tertera pada
faktur jika pembeli tidak mengambil diskon tersebut dalam jumlah jatuh tempo
45 hari. Maka syarat kredit tersebut dapat dituliskan ...
A. 2/10, n/30
B. 2/10, n/45
C. 2/15, n/30
D. 2/15, n/45
E. 2/15, n/60
7. Pembelian dalam jumlah besar biasanya akan mendapatkan potongan khusus
dari harga resmi yang tercantum dalam daftar atau katalog harga yang disebut
... .
A. Potongan Rabat
B. Diskon Pembelian
C. Potongan Tunai Pembelian
D. Retur dan Potongan Pembelian
E. Pengurangan Harga atas Pembelian
8. Harga Pokok Penjualan diperoleh dengan mengurangkan Harga Pokok Barang
yang Tersedia untuk Dijual dengan Persediaan Akhir Barang Dagang.
Bagaimanakah untuk menghitung nilai Harga Pokok Barang yang Tersedia
untuk Dijual….
A. Persediaan Awal Barang Dagang – Pembelian + Biaya Angkut Pembelian
– Retur Pembelian – Potongan Pembelian
B. Persediaan Awal Barang Dagang – Pembelian – Biaya Angkut Pembelian
– Retur Pembelian – Potongan Pembelian
C. Persediaan Awal Barang Dagang + Pembelian + Biaya Angkut Pembelian
– Retur Pembelian – Potongan Pembelian
D. Persediaan Awal Barang Dagang + Pembelian – Biaya Angkut Pembelian
– Retur Pembelian – Potongan Pembelian
E. Persediaan Awal Barang Dagang + Pembelian – Biaya Angkut Pembelian
+ Retur Pembelian – Potongan Pembelian
9. Berikut yang bukan merupakan komponen harga pokok penjualan adalah ... .
A. Biaya angkut pembelian
B. Retur dan potongan pembelian
C. Retur dan potongan penjualan
D. Persediaan awal barang dagang
E. Persediaan akhir barang dagang
10. Usaha Dagang Permata Hati mempunyai data sebagai berikut:
Persediaan Awal Barang Dagang Rp35.000.000,00
Pembelian Bersih Rp75.500.000,00
Penjualan Rp5.000.000,00
Persediaan Akhir Barang Dagang Rp25.000.000,00
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung Harga Pokok Penjualan sebesar ... .
A. Rp60.500.000,00
B. Rp70.500.000,00
C. Rp80.500.000,00
D. Rp75.500.000,00
E. Rp85.500.000,00

Anda mungkin juga menyukai