PL3 Kel 06 FIX (Selasa)
PL3 Kel 06 FIX (Selasa)
PL III
PERENCANAAN PENGECORAN LOGAM
3.1. Tujuan
1. Praktikan mampu mengetahui dan memahami apa saja yang dibutuhkan dalam
perencanaan pengecoran logam.
2. Praktikan mampu merencanakan sistem saluran dan pola.
3. Praktikan mengetahui dan memahami tahapan pembuatan cetakan pasir.
4. Praktikan mampu memecahkan masalah - masalah dalam perencanaan pengecoran
logam.
Keuntungan:
- Pola yang paling sederhana
- Membutuhkan biaya produksi yang rendah
- Tidak perlu penyambungan dalam pembuatannya
Kerugian:
- Tidak dapat dibongkar pasang menjadi bentuk lain
- Untuk pola yang rumit, proses pembuatan agak sulit
b. Pola Belahan
Pola ini dibelah ditengah untuk memudahkan pembuatan cetakan. Permukaan
pisahnya sebisa mungkin dibuat satu bidang. Pola ini terdiri dari dua part yang akan
disambung menggunakan pin.
Keuntungan:
- Dapat digunakan untuk geometri yang rumit
- Pola bagian atas dan bawah dapat dipisahkan
Kerugian:
- Posisi antara cetakan pada cope dan drag kemungkinan dapat bergeser
- Proses pembuatan lebih rumit dibandingkan pola tunggal
- Dibutuhkan sambungan yang presisi dan akurat sehingga harga pembuatan pola
menjadi lebih mahal daripada pola tunggal
c. Pola Setengah
Pola ini dibuat untuk coran dimana cope dan dragnya simetri terhadap
permukaan pisah. Cope dan dragnya hanya dicetak dengan setengah pola.
Keuntungan:
- Harga pola setengah lebih murah dari harga pola tunggal
- Pembuatan pola lebih cepat
Kerugian:
- Pola terdapat kemungkinan tidak presisi atau simetris
- Tidak dapat digunakan untuk benda kerja tidak simetris
- Hanya untuk bentuk sederhana tanpa ada banyak sudut dan kelengkungan yang
butuh ketelitian tinggi
- Proses pengerjaan cetakan lebih lama
Keuntungan:
- Dapat digunakan untuk bentuk - bentuk yang banyak memiliki lengkungan
- Memudahkan penarikan dari cetakan
Kerugian:
- Sering menyebabkan salah ukuran karena terjadi pergeseran, sehingga dimensi
benda hasil coran memiliki ukuran yang tidak sesuai dengan desain
- Pembuatan pola dan cetakan membutuhkan waktu yang lama karena pola dan
cetakan yang dibuat lebih dari tiga.
Keuntungan:
- Mudah dalam pencabutan pola dari cetakan
- Cocok untuk cetakan berukuran besar dan berbentuk rumit
- Karena pencabutannya secara berurutan maka kemungkinan terjadinya cacat
dalam rongga cetakan menjadi lebih kecil
Kerugian:
- Pencabutan pola membutuhkan waktu yang lama
- Pencabutan harus sesuai dengan urutannya sehingga harus lebih teliti saat
pengambilan
- Pembuatan pola
Keuntungan:
- Memudahkan pengambilan dari cetakan
- Cocok untuk benda berbentuk silinder dengan banyak sudut dan dibutuhkan
ketelitian tinggi
- Penarikan pola lebih cepat dibandingkan pola penarikan terpisah
Kerugian:
- Pembuatan pola membutuhkan waktu yang agak lama
- Pola yang digunakan harus simetris
Keuntungan:
- Pola ini cocok untuk produksi massal dari coran kecil
- Memudahkan untuk pengerjaan yang selanjutnya karena sudah dibuat pola saluran
turun dan lain-lain.
Kerugian:
- Pengerjaan cetakan memerlukan waktu yang lama dan harus bergantian
- Pembuatan polanya harus presisi antara bagian atas dan bawah
- Membutuhkan bahan pembuatan pola yang lebih banyak
Keuntungan:
- Digunakan untuk meningkatkan produksi karena lebih cepat dan lebih efisien
- Cope dan drag bisa digunakan berulang-ulang sehingga lebih ekonomis
Kerugian:
- Untuk membuat pola dibutuhkan tenaga yang berpengalaman karena kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pengerjaan lebih tinggi
Keuntungan:
- Harga untuk membuat pola relatif lebih murah
- Bentuk pola relatif sederhana
Kerugian:
- Harus penuh ketelitian pada pembuatan pola dan dalam pembuatan membuat
penggeret
- Tidak semua benda kerja dapat dilakukan pola cetakan sapuan dan benda kerja harus
berbentuk silinder.
Keuntungan:
- Harga pola tidak mahal
- Bagus untuk pola melengkung
- Mempermudah membuat produk yang mempunyai rongga
Kerugian:
- Pembuatan cetakan membutuhkan waktu yang lama dibandingkan cetakan biasa
dengan pola tunggal
- Pembuatan desain pola lebih sulit
- Hanya dapat dugunakan untuk benda dengan luas penampang yang tetap
Keuntungan:
- Biaya pembuatan pola tidak terlalu tinggi
- Design pola lebih mudah
Kerugian:
- Cetakan yang di hasilkan memiliki kemungkinan tidak sesuai dimensi
- Pembuatan pola harus lebih teliti
- Penggeretan lebih berat pada benda kerja dengan dimensi besar
7. Pola Kerangka A
Pola ini dibuat dengan meletakkan pelat dasar dan membuat pelat dudukan
penuntun diatasnya dan mengikat pelat - pelat untuk menahan pasir antara setiap
penuntun. Pasir ditimbunkan diatasnya dan disapu oleh penggeret untuk membuat
permukaan kelengkungan yang kontinyu.
Keuntungan:
- Cocok untuk bentuk dengan lengkung yang berbeda – beda
- Cetakan pasir memiliki kemungkinan kecil untuk rusak
- Cocok untuk membuat benda dengan dimensi yang besar
Kerugian:
- Lamanya pembuatan cetakan menjadi bertambah
- Pembuatan cetakan jadi lebih sulit karena memerlukan plat penahan yang banyak
- Hanya dipakai untuk jumlah produksi kecil
8. Pola Kerangka B
Pola ini dibuat dengan meletakkan pelat ukur pola, permukaan pisah dan diatasnya
diletakkan pengukur - pengukur dari ketebalan yang sama seperti dudukan coran dan
mempertemukan pengukur - pengukur lain yang mempunyai ketebalan serupa sehingga
menjadi kerangka berbentuk sangkar. Pada pembuatan cetakan, pasir ditimbun dan
dipadatkan sampai batas luar dan kertas direkatkan diatasnya, sehingga menjadi seperti
pola tunggal atau pola belahan. Kemudian rangka cetak dipasang dan pasir ditimbun
serta dipadatkan di sekelilingnya kemudian cetakan dibalik sehingga permukaan pisah
berada di atas. Pasir dikikis sampai ke tepi dalam dari pengukur untuk dijadikan bentuk
dari kotak inti, selanjutnya kertas direkatkan pada permukaan dalamnya. Inti dibentuk
di dalamnya kemudian diambil dan pola rangka diambil dari cetakan.
Keuntungan:
- Cocok untuk bentuk dengan lengkungan yang berbeda – beda
- Dapat digunakan untuk cetakan yang kecil maupun tipis
- Harga pembuatan pola lebih murah dari pola biasa
Kerugian:
- Pembuatan pola memerlukan waktu yang lama
- Hanya dipakai untuk jumlah produksi kecil
- Pembuatan cetakan jadi lebih sulit karena memerlukan plat penahan yang banyak
Tabel 3.1
Karakteristik dari Bahan Pola
RATING
Karakterisrik
Kayu Alumunium Besi Plastik Besi Tuang
Kemampumesinan E G F G G
Ketahanan aus P G E F E
Kekuatan F G E G G
Berat E G P G P
Kemampuan untuk E P G F G
diperbaiki
Ketahanan terdahap
Korosi E E P P P
Pembengkakan P E E E E
Sumber: Kalpakjian (1989:303)
Keterangan:
E = Excellent
G = Good
F = Fair
P = Poor
4. Plastik
• Keuntungan:
- Tahan pembengkakan (swelling)
- Tahan korosi
• Kerugian
- Tidak tahan guncangan
- Dibutuhkan pelapisan logam tipis untuk menahan penumbukan yang keras
- Tidah tahan terhadap suhu tinggi
5. Besi Cor
• Keuntungan:
- Tahan pembengkakan (swelling)
- Memiliki kekuatan yang baik
- Tahan aus
• Kerugian
- Mudah terkena korosi
- Berat
Jadi pola yang paling baik digunakan adalah kayu. Dikarenakan kayu memiliki
mampu permesinan yang sangat baik, berat yang paling ringan, kemampuan untuk
diperbaiki yang tinggi, dan ketahanan korosi yang sangat baik.
Tabel 3.2
Toleransi Penyusutan
Casting alloys Pattern Type of Section Contract in/ft
dimension Construction thickness in
Gray Cast Iron Up to 24 in Open contruction ...................... 1⁄
8
From 25 to 48 in Open contruction ...................... 1⁄
10
Over 48 in Open contruction ...................... 1⁄
12
Up to 24 in Cored contruction ...................... 1⁄
8
From 25 to 36 in Cored contruction ...................... 1⁄
10
Over 36 in Cored contruction ...................... 1⁄
12
Cast steel Up to 24 in Open contruction ...................... 1⁄
4
From 25 to 72 in Open contruction ...................... 3⁄
16
Over 72 in Open contruction ...................... 3⁄
32
Up to 18 in Cored contruction ...................... 1⁄
4
From 19 to 48 in Cored contruction ...................... 3⁄
16
From 49 to 66 in Cored contruction ...................... 3⁄
32
Over 66 in Cored contruction ...................... 1⁄
8
Malleable cast ............................ ............................ 1⁄ 11⁄
16 64
iron 1⁄ 5⁄
8 32
3⁄ 10⁄
16 128
1⁄ 8⁄
8 64
3⁄ 1⁄
8 8
1⁄ 7⁄
8 64
1⁄ 3⁄
8 32
1⁄ 5⁄
4 64
1⁄ 5⁄
8 64
1 1⁄
32
Aluminum Up to 48 in. Open contruction ........................ 5⁄
32
49 to 72 in. Open contruction ........................ 5⁄
64
Over 72 in. Open contruction ........................ 1⁄
8
Up to 24 in. Cored contruction ........................ 5⁄
32
From 25 to 48 in. Cored contruction ........................ 1⁄ − 1⁄
8 16
Over 48 in. Cored contruction ........................ 9⁄ − 1⁄
64 8
Magnesium Up to 48 in. Open contruction ........................ 11⁄
16
Over 48 in. Open contruction ........................ 5⁄
32
Up to 24 in. Cored contruction ........................ 5⁄
32
Over 24 in. Cored contruction ........................ 5⁄ − 1⁄
32 8
Brass ............................ ............................ ........................ 3⁄
16
Bronze ............................ ............................ ........................ 1⁄ − 1⁄
8 16
Sumber: Heine (1976:16)
Tabel 3.3
Toleransi Permesinan
Casting alloys Pattern size Bore, in Finish,in
Cast iron Up to 12 in. 1⁄ 3⁄
8 32
13 to 24 in. 3⁄ 1⁄
16 8
25 to 42 in. 1⁄ 3⁄
4 16
43 to 60 in. 5⁄ 1⁄
16 4
61 to 80 in. 1⁄ 8⁄
8 16
81 to 120 in. 7⁄ 2⁄
16 8
Over 120 in. Special instruction Special instruction
Cast steel Up to 12 in. 1⁄ 1⁄
16 8
13 to 24 in. 1⁄ 3⁄
4 16
26 to 42 in. 3⁄ 3⁄
16 16
43 to 60 in. 1⁄ 1⁄
8 8
61 to 80 in. 1⁄ 7⁄
2 16
81 to 120 in. 3⁄ 1⁄
8 2
Over 120 in. Special instruction Special instruction
Malleable iron Up to 6 in. 1⁄ 1⁄
16 16
6 to 9 in. 3⁄ 1⁄
32 16
9 to 12 in. 3⁄ 3⁄
32 32
12 to 24 in. 3⁄ 1⁄
32 8
24 to 35 in. 3⁄ 3⁄
16 16
Over 36 in. Special instruction Special instruction
Brass, bronze, and Up to 12 in. 3⁄ 1⁄
32 16
aluminum-alloy 13 to 24 in. 3⁄ 1⁄
16 8
castings 25 to 36 in. 3⁄ 5⁄
16 32
Over 36 in. Special instruction Special instruction
Sumber: Heine (1976:17)
d. Kemiringan Pola
Permukaan yang tegak pada pola dimiringkan dari permukaan pisah agar
memudahkan pengangkatan pola dari cetakan. Sebagai contoh pada kayu membutuhkan
kemiringan 1/30 sampai 1/100.
Tabel 3.4
Nilai konstan (b) untuk ketebalan Casting berbeda
Ketebalan Dinding Di bawah 6 mm Antara 6-12 mm Di atas 12 mm
Dengan :
R = pouring rate (kg/s)
A = choke area
m = massa yang dituang (kg)
Ra = pouring rate yang disesuaikan (kg/s)
K = fluiditas logam
C = Efek gesekan dengan nilai 0,85 – 0,90 untuk sprue yang meruncing dalam sistem
m3 gating
d = massa jenis logam (kg⁄m3 )
t = waktu penuangan (s)
c = faktor efisiensi
• Persamaan Kontinuitas
Digunakan untuk menghitung laju aliran dan nantinya dapat mengetahui
dimensi sprue bagian atas.
dengan :
Q : Kecepatan aliran volume
Aatas : Luas penampang bagian atas coran
Vatas : Kecepatan aliran
Abawah : Luas penampang bagian bawah coran
Vbawah : Kecepatan aliran
disebut dengan runner, dan cabang – cabang dari runner ke rongga cetakan masing –
masingnya tersambung dengan In-Gate. Biasanya juga runner berada dalam drag, tapi
terkadang berada pada cope, tergantung pada bentuk dari cetakan. Runner harus efisien
untuk mengurangi aspirasi dan turbulent. (Jain 1976:128)
Sedangkan gating ratio adalah perbandingan luas potongan antara sprue bawah :
runner : ingate.
Tabel 3.5
Gating Ratio
Metal Ratio Ref.
Steel 1:2:1.5 19
1:3:3 19
1:1:07 19
1:2:2 20
Fin-gated 1:1:1 16
Gray cast iron 1:4:4 6
Pressurised system 1:1.3:1.1 22
Ductile iron, dry-sand 10:9:3 11
molds
Shell-molded, vertical 1:2:2 3
pouring
Pressure system 4:2:2 18
Reverse shoke 1.2:1:2 18
Aluminum: 1:2:4 15
Pressurised system 1:2:1 17
Unpressurised system 1:3:3 17,20
Brass 1:1:1-1:1:3 31
*With enlarge rate is runner verying from 3 to 6
Sumber: Heine (1976:224)
• Hukum Chorinov
Dengan :
V1 = volume riser
A1 = luas riser
V2 = volume produk
A2 = luas produk
Sumber: De Garmo (1997:354)
Sedangkan trap biasanya untuk menampung atau membuang kotoran dengan berat
jenis lebih kecil dari logam cair sehingga mempunyai fungsi untuk menjebak kotoran
dengan berat jenis lebih kecil dari logam cair.
g. Core Making
Core making adalah pembuatan cetakan inti yang diletakan secara vertikal di
cetakan untuk pembuatan lubang atau rongga didalam cetakan yang terbuat dari pasir
khusus. (Surdia dan Chijiwa, 2013:68). Macam-macam core making antara lain:
2. Saluran Bawah
Saluran yang mempunyai saluran masuk bagian bawah dari rongga cetakan.
Karena itu mempunyai saluran turun tegak yang panjang disambung dengan pengalir
dan saluran masuk dibuat untuk membelokkan aliran logam. Dibutuhkan penuangan
cepat agar tidak terjadi misrun pada system saluran.
Keuntungan:
- Mengurangi cacat coran.
Kerugian:
- Diperlukan tenaga yang berpengalaman dalam proses penuangan.
- Pembentukan pola lebih rumit.
3. Saluran Pensil
Adalah sistem saluran dimana logam cair dijatuhkan ke bawah melalui beberapa
lubang pada dasar dari cawan tuang. Sistem saluran ini cocok untuk coran yang panjang
dan tipis seperti pipa. Saluran pensil dipasang diujung atas dari cetakan pipa tegak dan
logam dituang, maka cetakan diisi secara merata dari bawah dan akan didapat pipa yang
baik.
Keuntungan:
- Waktu penuangan lebih cepat
- Cocok untuk coran panjang dan tipis seperti pipa
Kerugian:
- Pembuatan saluran ini relatif sulit dan rumit.
- Hanya untuk benda simetris
4. Saluran Bertingkat
Mempunyai saluran turun yang dihubungkan dengan beberapa saluran masuk.
Logam cair mengalir ke dalam rongga dari saluran masuk yang terbawah, dan kemudian
dari saluran masuk kedua berikutnya, dari saluran ketiga dan seterusnya.
Keuntungan:
- Logam cair lebih cepat mengisi cetakan karena memiliki banyak saluran masuk.
- Kemungkinan cacat sedikit
- Aliran lebih laminer
Kerugian:
- Pembuatan cetakan yang rumit serta saluran jadi semakin panjang.
5. Saluran Terompet
Saluran yang memiliki saluran alirnya berbentuk terompet dan ujungnya berada
didasar rongga cetakan drag.
Keuntungan:
- Logam cair akan masuk dan mengisi rongga pada cetakan lebih merata.
Kerugian:
- Cocok untuk benda - benda yang berbentuk pejal.
6. Saluran Cincin
Saluran yang dibuat dari saluran dimana runner mengelilingi pola cetakan.
Biasanya dipakai dengan model saluran bawah.
Keuntungan:
- Logam cair akan masuk dan mengisi rongga pada cetakan secara merata.
- Hasil coran padat dan dapat mengurangi cacat
- Solidifikasi lebih merata
- Aliran laminer
Kerugian:
- Proses pembuatannya panjang dan rumit.
- Butuh kecepatan penuangan yang tinggi.
- Pencabutan pola sulit
7. Saluran Pisah
Mempunyai saluran masuk pada permukaan pisah dari cetakan, dimana logam cair
dijatuhkan ke dalam rongga cetakan.
Keuntungan :
- Pencabutan saluran mudah
- Tidak terlalu banyak menggunakan rancangan dan relatif mudah pembuatannya
Kerugian :
- Temperatur pmaterial yang dituangkan harus tinggi dan kecepatan penuangan juga
harus cepat.
8. Saluran Baji
Saluran baji dibuat seperti celah pada bagian atas coran. Saluran ini mempunyai
dua saluran masuk yang bertujuan untuk menghasilkan coran dengan ketebalan sama.
Keuntungan :
- Dalam sekali tuang dapat dihasilkan coran lebih dari satu dengan ukuran yang sama
besar. Karena mengisi dua buah pola dibutuhkan satu saluran masuk.
Kerugian :
- Kecepatan penuangan harus tinggi karena hanya ada satu saluran masuk untuk
beberapa cetakan yang harus diisi.
3.2.3. Pelapis
Pelapis adalah suatu lapisan yang diberikan pada permukaan cetakan dengan tujuan
tertentu sebelum logam cair dituangkan ke dalam cetakan.
Kadar air lebih dari pelapis 100-200% dari campuran pelapis untuk tiap pelapis
cetakan. Tetapi lebih baik kadar air yang lebih banyak kalau dipakai grafit kerak dan
bentonit, sedangkan penurunan kadar air lebih baik untuk grafit tanah dan lempung tahan
api.
Pelapisan cetakan pasir kering dilakukan sebagai berikut :
1. Periksa konsentrasi cat pelapis sebelum pelapisan.
2. Pelapisan dilakukan sebelum pengeringan bagi cetakan yang akan dikeringkan satu
kali, dan setelah pengeringan pertama bagi cetakan yang akan dikeringkan dua kali.
3. Pelapisan dilakukan dengan penyemprotan atau pengecatan.
4. Pelapisan pada tegak dilakukan dengan menyapu dari bawah keatas.
5. Dalam hal pelapisan cetakan yang sudah kering, cetakan lebih baik dibasahi dulu
dengan air dicampur lempung
6. Setelah penyemprotan atau pengecatan, lapisan cetakan dihaluskan dengan spatula,
kalau perlu.
7. Perlu diketahui bahwa lapisan cetakan dapat rontok pada waktu penuangan, hal ini
bisa terjadi jika cat pelapis dicatkan lagi pada permukaan cetakan yang telah dilapisi
dan dikeringkan.
(Surdia dan Chijiwa, 2013 : 106)
Tabel 3.6
Dimensi Benda Kerja dan Toleransi
Dimensi Asli Toleransi Toleransi Toleransi
Dimensi
No. Benda Kerja Penyusutan Permesinan Permesinan
Akhir (mm)
(mm) (mm) Finishing (mm) Bore In (mm)
A 20 0,26 1,266 21,527
B 26 0,339 0 2,469 23,192
C 10 0,13 0,633 0 10,763
D 90 1,172 5,698 0 96,87
E 10 0,13 0,633 0 10,763
F 30 0,391 1,899 0 32,29
G 25 0,326 1,583 0 26,908
H 8 0,104 0,507 0 8,611
I 23 0,299 1,456 0 24,756
J 8 0,104 0,507 0 8,611
K 3 0,039 0,1899 0 3,229
= 1,267 mm
b. Untuk boring
𝑥 3 𝑖𝑛𝑐ℎ 76.2 𝑚𝑚
= =
𝑦 32 𝑖𝑛𝑐ℎ 812.8 𝑚𝑚
Untuk setiap 32 inch = 812.8 mm memerlukan jumlah toleransi permesinan
sebesar 3 inch = 76.2 mm.
𝑋 3 𝑖𝑛𝑐ℎ 76.2 𝑚𝑚
25,661 mm → 25,661 mm x 𝑌 = 25,661 𝑚𝑚 32 𝑖𝑛𝑐ℎ = 25,661 𝑚𝑚 812.8 𝑚𝑚
= 2,405 mm
3. Dimensi Akhir
Dimensi Total = Dimensi Benda + Toleransi Penyusutan + Toleransi Permesinan
20 mm + 0,26 mm + 1,267 mm = 21,527 mm
Ra = 0,276 kg/s
- Waktu Penuangan
𝑚
t = 𝑅𝑎
0,25 kg
t = 0,276 kg/s = 0,906 s
Aatas 1000 mm
= 85,84 mm2 √ 300 mm
r1 = 7,065 mm
d1 = 2 x 7,065 mm = 14,13 mm
- Ukuran Runner (Trapesium)
Gating Ratio = Sprue : Runner : Ingate = 1 : 3 : 3
Arunner = 3 x Abawah
= 3 x 85,84 mm2
= 257,52 mm2
Arunner = Atrapesium
Tinggi Runner yang direncanakan 25 mm dan Perbandingan a : b = 1: 2
257,52 mm2 = ½ (a + b) x t
2 x 257,52
25
=a+b
20,601 mm = a + b`
a = 6,867 mm
b = 13,734 mm
𝜋𝑟𝑡 2 92686,9mm3
= 1,25 (20484,62mm2)2
2𝜋(𝑟+𝑡)
𝑟t
(𝑟+t )
= 2 x 1,251/2 (4,525mm)
r x 35 mm
= 10,12 mm
r +35 𝑚𝑚
Cope
Drag
Pourin Basin
Sprue
Benda Kerja
Ingate
Runner
Dam
Riser
4. Papan Datar
Alat ini digunakan untuk tempat alas dalam membuat cetakan dan ketika proses
menumbuk hasil cetakan pasir lebih rata
5. Kamera
Alat ini digunakan sebagai dokumentasi.
6. Mal Gambar
Alat ini digunakan untuk membantu dalam proses peletakan pola.
7. Penggaris
Alat ini digunakan untuk meratakan permukaan pasir cetak di cetakan cope dan
drag.
9. Clamp pipa
Alat ini digunakan untuk mengunci section core pattern
10. Palu
Alat ini digunakan untuk mengeluarkan pola dari cetakan
11. Paku
Alat ini digunakan untuk membantu mengeluarkan pola dari cetakan
12. Lilin
Alat ini digunakan untuk membantu memudahkan pencabutan pin
Bahan yang digunakan adalah pasir cetak dengan komposisi pasir silika, bentonit,
dan air serta:
1. Pasir silika halus
2. Grafit
3. Pasir Rontok
Terjadi kerontokan pasir seperti pada bagian drag. Kerontokan tersebut dapat
dilihat pada gambar dibawah.
3.5.2 Analisis
1. Permukaan Pasir Melebihi Drag
Tinggi pasir melebihi drag disebabkan karena pemadatan pasir yang terlalu kuat saat
pemadatan.
2. Pola Miring
Pola miring disebabkan pada saat pemadatan terlalu keras sehingga polanya bergeser
saat dipadatkan. Hal ini juga bisa terjadi karena pola tidak dipegangi dengan
baik/ditahan pada saat pengisian dan pemadatan pasir. Dan pola bisa saja tertutupi oleh
pasir.
3. Pasir Rontok
Komposisi antara pasir, bentonit, dan air yang kurang cocok (kadar air 5% dan kadar
pengikat 7%) dan pada pencampuran kurang merata menyebabkan kekuatan geser antar
pasir menjadi berkurang atau lemah, serta terjadi pemakanan saat pola cetakan diangkat.
3.6.1 Kesimpulan
1. Permukaan pasir melebihi cope dan drag karena pada saat pemadatan pasir terlalu kuat
saat pemadatannya. Solusinya, memadatkan pasir dengan secukupnya.
2. Cavity miring disebabkan pada saat peletakan pola pertama pada drag, pola tidak
dipegangin sehingga berada di titik tidak setimbang dan bisa karena lubang tertutup oleh
pasir.
3. Pasir rontok disebabkan kekuatan geser antar pasir menjadi berkurang atau lemah, serta
terjadi pemakanan saat pola diangkat. Solusinya ialah pada saat proses mengaduk
campuran antara pasir, bentonit, dan air harusnya lebih lama dan lebih merata agar
campuran antara pasir, bentonit, dan air lebih merata, sehingga kekuatan tarik antar
pasirnya lebih kuat, dan berhati hati saat mengangkat pola.
3.6.2 Saran
1. Untuk laboratorium, sebaiknya memperbaiki atau memperbarui dari alat alat untuk
mengurangi resiko kesalahan pada saat pengambilan data.
2. Untuk praktikum online, dari kualitas video, audio, dan materi sudah cukup jelas.
3. Untuk asisten sudah cukup dalam pemberian penjelasan materi, hanya saja perlu
pemahaman antara praktikan dan asisten yang merata.
4. Untuk Praktikan, sebaiknya lebih banyak belajar dan mendalami materi agar
memperlancar proses asistensinya.